landscape edisi januari 2014

16
Landscape Bulen Mahasiswa FTSP Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP SOLID / LANDSCAPE EDISI JANUARI 2014 Pemilrek Butuh Tim Pengawas? ”Jalan-Jalan” Tanpa Verifikasi Evolusi Polik Sang Komandan

Upload: lpm-solid-ftsp-uii

Post on 06-Apr-2016

236 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Landscape edisi januari 2014

LandscapeBuletin Mahasiswa FTSP

Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP

SOLID / LANDSCAPE EDISI JANUARI 2014

Pemilrek Butuh Tim Pengawas?”Jalan-Jalan” Tanpa Verifikasi

Evolusi Politik Sang Komandan

Page 2: Landscape edisi januari 2014

Allhamdulillah! Kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melancar-kan kita dalam pembuatan produk LANDSCAPE Edisi Januari 2014 kali ini yang mengangkat per-masalahan soal “Pemilihan Rektor UII”. Produk yang digarap dengan cita rasa penuh tanggung jawab ini kami buat untuk menunjukkan eksis-tensi SOLID kembali sebagai Lembaga Pers Ma-hasiswa FTSP. Meski jauh dari kesempurnaan, kami berusaha menyajikan tulisan yang dikemas sedemikian rupa agar tampil menarik dan memi-kat pembaca. Di satu sisi lain mengenai produk ini, kami menyadari bahwa masih banyak salah dalam penulisan dan kami mengharapkan kritik dan saran terkait itu. Walaupun demikian, tu-juan utama bagi kami adalah dapat menyapa pembaca sekaligus mempererat tali silaturahmi melalui media ini. Salam PERSMAAA !!!

Pemilrek yang digelar empat tahun seka-li ini bukan tanpa keanehan. Pasalnya, Pemilrek kali ini dijalankan tanpa ada “Sang Pengawas”.

Yayasan Badan Wakaf UII sendiri sama sekali tidak berinisiatif untuk membuat Badan Pengawas untuk mengawasi Pemilihan tersebut. Alasannya yaitu karena Panitia Pemilihan dan pi-hak-pihak yang terlibat, sudah menganggap dan dianggap “dewasa”. Jadi tidak perlu main “pen-gawas-pengawasan”.

Walhasil, mahasiswa turun tangan. Mera-sa sistem tersebut kurang baik, Dewan Per-musyawaratan Mahasiswa UII membentuk Tim Monitoring untuk mencoba mengawasi Pemilrek tersebut.

Pemimpin Umum: Lukmanul Hakim |Biro Umum: Putri Sihospi Pemimpin Redaksi: Fathia R.N Husna |Redaktur Pelaksana: Andi Mufli M.M Redaktur Foto: Ahmad Farhan Habibie |Staff Redaktur Foto: Iqbal Ramadhan Layouter: Osi Novenda Saputra-Iqbal Ramadhan |Ilustrator: M.Arief G. - Arifin A.SPimpinan Biro Litbang: Muhammad Arief G. |Staff Biro Litbang: Arya Praditya, Helmy Badar Nahdi, Arifin Agus SetiawanReporter: Kru Solid

Cover ......................................................................................................1Sapaan Redaksi ....................................................................................... 2Daftar Isi ..................................................................................................2Editorial..................................................................................................2Penjelasan Struktur .................................................................................2Alamat Redaksi .......................................................................................2Surat dan Komentar Pembaca...............................................................3Laporan Utama: Pemilrek Butuh Tim Pengawas....................................4Laporan Khusus: ”Jalan-Jalan” Tanpa Verifikasi......................................6Lensa : Warisan Budaya..........................................................................8Cerpen: Ma, Pa, Aku Jenuh !!!...............................................................10Opini: Pemilihan Tanpa Rakyat............................................................12Resensi Film dan Buku.........................................................................13Sastra ...................................................................................................14Komik.......................................................................................15Iklan Masyarakat.................................................................................. 16

ALAMAT REDAKSI: JALAN KALIURANG KM 14,5 KAMPUS TERPADU FTSP UII BASEMENT YOGYAKARTA 55581, TELP. (0274) 895042 , 895707 FAX (0274) 895330E-MAIL: [email protected] / twitter @solidftspuii

2 LANDSCAPE

DAFTAR ISISAPAAN REDAKSI

EDITORIAL

SUSUNAN REDAKSI

Ilustrasi cover oleh Arifin Agus Setiawan

Page 3: Landscape edisi januari 2014

Dari : Ilya Fadjar Maharika (Ketua Jurusan Arsitektur FTSP)Untuk : Lembaga Kemahasiswaan

Kami (Jurusan) memandang Lembaga Kemaha-siswaan itu sangat kaku. Birokrasi yang diciptakan di kema-hasiswaan luar biasa kaku ti dak tau kenapa, mungkin ini memang jadi tradisi di sana yang dalam banyak hal mungkin gini ya mbok yo di evaluasi diri. Lembaga Kemahasiswaan harus memulai dengan self evaluati on, apakah memang sistem birokrasi sekarang ini sudah kompati bel dangan tujuan pendidikan? Saya kira mulai dengan self evaluati on seperti halnya kalo jurusan mau ada akreditasi. Mulai dengan evaluasi diri, oh saya be-gini, kemudian baru dinilai oleh orang lain. Nanti besoknya kita bisa memperbaiki diri

3LANDSCAPE

SURAT DAN KOMENTAR PEMBACA

L SLI eerima a aab Aas Segalalisa ag i a alam llei ami.

Page 4: Landscape edisi januari 2014

Pemilrek Butuh Tim Pengawas ?Oleh; Putri Sihospi

Reporter; Helmy B.N, Iqbal Ramadhan, Putri Sihospi | Foto; Iqbal Ramadhan

Menilai bahwa Pemilihan Rektor dibutuhkan pengawasan, sebagai wujud kepedulian serta partisipasi mahasiswa terhadap pemilihan orang yang akan memimpin di UII, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPMU) membentuk tim khusus.

Pada tahun 2014 ini, Indonesia nan-tinya akan melaksanakan PEMILU (Pemilihan Umum) dimana juga

akan melakukan pemilihan Presiden sebagai kepala Negara secara langsung oleh setiap warga Negara, begitu pula dengan Universitas Islam Indonesia (UII), sekarang sedang melaksanakan pemilihan Rektor (Pemilrek) dan selan-jutnya pemilihan Wakil Rektor (Pemil-warek) sebagai pimpinan Universitas. Bedasarkan Statuta Universi-tas Islam Indonesia Tahun 2009, Pas-al 86 ayat (1), “Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor diselenggarakan oleh panitia pemilihan yang diangkat oleh Pengurus Yayasan”. Pemilihan ini terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemi-lihan Bakal Calon Rektor oleh Tenaga Kependidikan Tetap UII dan beberapa perwakilan Lembaga Kemahasiswaan tingkat Universitas, kemudian pemili-han Calon Rektor oleh Senat Universi-tas, hingga terpilih satu orang Rektor Terpilih oleh Pengurus Yayasan Badan

LAPORAN UTAMA

4 LANDSCAPE

Wakaf Universitas Islam Indonesia. Pelaksanaan ini menghabiskan waktu kurang lebih lima bulan hingga pelantikan Rektor baru oleh Pengurus Yayasan pada 1 April 2014 mendatang. Akan tetapi, sekian banyaknya tahap Pemilrek ini, dalam kepanitiaannya tidak dibentuk panitia khusus yang bertugas untuk mengawasi jalann-ya proses pemilihan dari awal hingga mencapai target terpilihnya Rektor dan Wakil Rektor. “Jadi UII tidak membentuk Badan Pengawas Pemilu (red-Pemil-rek) nah gitu kan karena dianggap kita sudah dewasa dan akademik. Kan gak mungkin ada hal-hal money politik dan sebagainya. ini frame filosofinya maka kenapa tidak membentuk itu,” tanggap Abdul Jamil selaku Ketua Panitia Pemil-rek. Dia menambahkan bahwa dari tim panitia akan melaksanakan pen-injauan lebih jauh jika terdapat data yang valid yang mengindikasikan ter-

jadinya pelanggaran. Terkait mengenai akan ter-jadinya pelanggaran dalam Pemilihan ini, belum ada peraturan tertulis yang mengatur, baik itu yang disebut den-gan pelanggaran maupun mengenai sanksi-sanksi terhadap pelanggaran tersebut. Namun dari pihak Pengurus Yayasan Badan Wakaf mengatakan bahwa mereka akan membahas men-genai hal tersebut. “Jika terjadi pelang-garan akan dibahas dan diselesaikan oleh penyelenggaranya yaitu Pengurus Yayasan Badan Wakaf,” jawab singkat Luthfi Hasan selaku Ketua Umum Pen-gurus Yayasan Badan Waqaf Universi-tas Islam Indonesia melalui Electronic Mail (Email). Menurutnya, Panitia Pemi-lihan amanah dan terpercaya, serta tidak pernah terjadi masalah pada setiap pelaksanaan Pemilihan Rektor UII karena lingkungan kampus dinilai sangat kondusif sehingga tidak perlu adanya tim atau panitia khusus untuk

Page 5: Landscape edisi januari 2014

LAPORAN UTAMA

5LANDSCAPE

mengawasi jalannya pemilihan. Menilai bahwa Pemilihan Rek-tor dibutuhkan pengawasan, sebagai wujud kepedulian serta partisipasi mahasiswa terhadap pemilihan orang yang akan memimpin di UII, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPMU) membentuk tim khusus. Tim itu adalah Tim Monitoring yang merupakan inisi-asi dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) dengan tujuan untuk memantau jalannya Pemilihan Rek-tor dan Wakil Rektor serta melakukan pemantauan terhadap masing-masing calon. “Tim ini harus berpartisipasi, inilah mahasiswa gitu lho, menentukan siapa nanti pemimpin, kan gitu,” jelas Muhammad Alvy Pratama selaku Ket-ua Komisi 2 DPMU. Di samping itu, Tim Monitor-ing ini juga dibentuk untuk menunjuk-kan bahwa dari pihak mahasiswa tidak memihak pada salah satu calon, meng-ingat bahwa mahasiswa mempunyai hak suara yang diwakilkan oleh bebera-pa orang dari Lembaga Kemahasiswaan tingkat Universitas. “Memonitoring

apakah Pilrek (red-Pemilrek) ini sesuai aturan atau aturan ini tidak dijalankan atau ada data-data yang tidak sesuai dengan yang disesuaikan,” jelas Novri-ansyah, selaku Ketua Tim Monitoring. Mahasiswa angkatan 2010 yang juga menjabat sebagai Ketua DPM Fakul-tas Ekonomi ini menambahkan bahwa pemantauan terhadap masing-masing calon dilakukan pada persyaratan yang dikumpulkan kepada panitia dan dapat dilihat dari kode etiknya. Sementara dari Panitia Pemi-lihan sendiri tidak mempermasalah-kan keberadaan Tim Monitoring ini. Abdul Jamil bersikap pro terhadap hal ini karena menurutnya Tim Monitoring dapat menjadi partner bagi mereka. “Silahkan kami diawasi, kami diinikan, bagaimana keterlibatkan, apakah ada kecurangan-kecurangan dan sebagain-ya,” tambahnya. Akan tetapi, Tim Mon-itoring ini tidak mempunyai kekuatan wewenang secara hukum. Mereka ha-nya bisa berkoordinasi sebatas dengan Panitia Pemilihan. “Kita hanya seba-tas pada panitia, tidak menyentuh di

atasnya lagi. Jika ada pelanggaran oleh calon, selain menanyakan ke panitia, kita lakukan public punishment,” jelas Novriansyah. Novriansyah mengatakan bah-wa mereka (Tim Monitoring) telah mempertanyakan kepada panitia ter-kait salah satu calon, Nandang Sutris-no, yang namanya juga tedaftar sebagai Pengarah dalam Panitia Pemilihan ini. “disetujui kepada kami terus akhirnya kami sampaikan kepada yayasan karna memang disitu tidak ada aturan yang konkrit bahwa kalau ada anggota pani-tia yang masuk sebagai kandidat atau yang menjadi balon itu bagaimana?” jelas Ketua Panitia Pemilihan. Dosen Ilmu Hukum ini juga menambahkan bahwa yang bersang-kutan telah diminta untuk mengundur-kan setelah mengoordinasikan dengan Pengurus Yayasan, dan sekarang su-dah bukan Panitia Pemilihan. Hal ini menunjukkan bagaimana keefektifan dari eksistensi Tim Monitoring.

Lima Calon Rektor pada acara UII Mencari Pemimpin di GKU Pfor. Dr. Sardjito. Dari kiri ke kanan, Jawahir Thontowi (FH) - Nandang Sutrisno (FH) - Sarwidi (FTSP) - Mochamad Teguh (FTSP) - Hadri Kusuma (FE)

Page 6: Landscape edisi januari 2014

LAPORAN KHUSUS

6 LANDSCAPE

"Jalan-Jalan" Tanpa VerifikasiOleh; Andi Mufli M. Muthaher

Reporter; Iqbal Ramadhan, Arifin Agus Setiawan, Andi Mufli M. Muthaher

Kegiatan Ekskursi Arsitektural ke Wakatobi ditengarai salah secara prosedur kelembagaan. Pasalnya,

Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (DPM FTSP) dan Lembaga Eksekutif Maha-siswa Fakultas Teknik Sipil dan Peren-canaan (LEM FTSP) tidak melakukan verifikasi dalam kegiatan itu.

Firdanisa Juniar selaku Benda-hara LEM FTSP semula kaget ketika menerima proposal dan surat kegiatan tersebut. Proposal dan surat dengan format yang salah itu diterima Firdan-isa beberapa hari sebelum Hari H ke-giatan. “Gak tau, tiba-tiba tuh langsung ada proposal masuk , dengan format yang salah, dengan surat yang salah juga,” kata dia.

Beberapa persyaratan dalam pembuatan proposal dan surat seper-ti tertera dalam Protokoler Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa FTSP tidak terpenuhi, contohnya kop surat.

Anehnya lagi, Firdanisa menam-bahkan, bahwa proposal itu sudah di-sahkan oleh berbagai pihak, “Kita lihat proposal itu sudah penuh tanda tan-gan”.

Sementara, menurut Firdanisa, Ketua Lem FTSP Muhammad Mulya Siddiq yang juga ikut sebagai peserta kegiatan itu, tidak pernah membahas kegiatan Ekskursi Arsitektural itu sebel-umnya. Anggota LEM FTSP juga tidak dilibatkan dalam pembahasan kegia-tan tersebut. Firdanisa berpendapat bahwa di internal LEM FTSP, yang men-getahui kegiatan tersebut hanyalah Ketua LEM FTSP sendiri.

Seharusnya, menurut Firdani-sa, segala bentuk acara kegiatan yang mengatasnamakan LEM FTSP, seti-dak-tidaknya, harus diketahui oleh an-ggota LEM FTSP sendiri, “Ya konfirmas-ilah, kalo misalnya ada kegiatan kayak gitu”.

Di Kelembagaan FTSP sendiri, yang tertera di lembar pengesahan kegiatan, dari dokumen proposal ke-giatan yang diperoleh Tim Solid dari panitia kegiatan, disahkan oleh Ket-ua LEM FTSP Siddiq, Ketua DPM FTSP Rifky Adhi Prasojo, Ketua Himpunan Arsitektur (HMA) “mimar” Herdanu

Hastoadinusa, dan Kepala Bagian Ek-skursi Panitia Pelaksana Ekskursi Arsi-tektural Amanda Rosetia. Sedangkan di pihak kampus yaitu Ketua Jurusan Arsitektur FTSP Ilya Fadjar Maharika, Dekan FTSP Mohammad Teguh, dan Doen Pembimbing Syarifah Ismailiyah Al Athas.

Surat dan proposal itu dituju-kan oleh panitia Eksursi Arsitektural ke Firdanisa dengan maksud permintaan dana. Didalam proposal itu, dicantum-kan anggaran dana dimana salah satu sumber pemasukan dana kegiatan itu adalah dari LEM FTSP sebesar Rp.2ju-ta. Tetapi, Firdanisa sebagai Bendahara LEM FTSP hanya memberikan sebesar Rp.500ribu, “Itu termasuk gede ban-get”.

Sumber pemasukan yang lain adalah dari jurusan Arsitekur, Dekanat FTSP, Dana Usaha (Danus) kegiatan dan 10 orang peserta kegiatan yang mas-ing-masingnya sebesar Rp.10juta, Rp.2juta, Rp.4,93juta dan Rp. 15juta.

Kegiatan Ekskursi Arsitektural tersebut, memiliki dua sesi kegiatan. Pertama, yaitu Ekskursi (penelitian ke Wakatobi) yang sudah berlangsung tanggal 26-30 Desember 2013. Se-dangkan kedua, yaitu Exibition (Pam-eran) yang akan berlangsung 5 Maret 2014 mendatang.

Setali tiga uang dengan Firdani-sa, Ketua Komisi 2 Keuangan DPM FTSP, Muhammad Erlangga, juga tidak tau ihwal proposal kegiatan Ekskursi Arsi-tektural yang telah disahkan berbagai pihak, termasuk Ketua DPM FTSP-nya. “Udah ada aja proposal itu masuk,” kata dia. Erlangga menambahkan bah-wa pembahasan sebelum disahkannya kegiatan itu tidak dilakukan oleh inter-nal DPM FTSP sendiri.

Ia mengakui bahwa verifikasi kegiatan oleh anggota DPM FTSP ti-dak dilakukan. “Kalo dari anggota sih gak, tapi gak tau kalo dari Bang Haji (panggilan akrab Rifky Adhi Prasojo) ama Siddiq (Ketua LEM FTSP),”ujar ma-hasiswa Teknik Sipil angkatan 2010 ini. Tidak adanya pembahasan dan verifi-kasi, menurut Erlangga, karena kurang adanya kordinasi di jajaran DPM FTSP, “ya, seharusnya ada verifikasi”. Erlang-

ga menilai acara tersebut terkesan mendadak dan tidak ada persiapan se-belumnya.

Ketua Himpunan Arsitekur “ Mi-mar” Danu memang mengakui keku-rangan kegiatan Ekskursi Arsitektural yang terkesan terburu-buru itu. Danu berpendapat bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam Program Kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) harus melakukan verifikasi kegiatan, “Kemarin gak sempet ada verifikasi”. ”.

Ihwal verifikasi, Ketua Panitia Ekskursi Arsitektural Amanda, juga mengakui bahwa verifikasi kegiatan ti-dak dilakukan dengan LEM FTSP mau-pun DPM FTSP. Tetapi, tidak adanya verifikasi, menurut Amanda, karena kepanitiaan Ekskursi tersebut bukanlah kepanitiaan baku, ”Kayak FKA (Forum Komunikasi Arsitekur), itu bukan”. Pas-alnya, lanjut Amanda, hal yang mem-buat kegiatan tersebut berbeda adalah karena sifat kegiatan yang berupa pe-nelitiian.

Ekskursi Arsitekural sendiri be-rada di naungan Bidang Keilmuan Him-punan Mahasiswa Arsitektur “Mimar” yang dikepalai Amanda Rosetia.

Dalam wawancara bersama Ket-ua DPM FTSP Rifki Adhi Prasojo, ia memang mengakui bahwa pada saat pengesahan itu, ia tidak berkoordinasi dengan anggota DPM FTSP yang lain-ya. “Ya udah kutandatangan dulu, baru ngomongin sama teman-teman DPM (red-DPM FTSP) yang lain”.

Pertimbangan Rifky untuk mengesahkan kegiatan itu juga bermu-la dari pertemuan ia dengan Amanda dan Herdanu.

Rifky menanyakan soal kesiapan acara tersebut. Dari hasil pertemuan itu, Rifky berpendapat bahwa kesia-pan teknis kegiatan tersebut sudah lumayan, “Tinggal kekurangannya ma-salah dana”.

Panitia Ekskursi Arsitektural sendiri, menurut Rifky, terkesan terbu-ru-buru ihwal dana. Rifky menilai bah-wa panitia Ekskursi Arsitektural sangat membutuhkan dana dari jurusan dan dekanat tersebut, “Karena mereka (Panitia Ekskursi Arsitektural) belum ada pegangan uang sampai waktu itu”.

Menurut Rifky dan Siddiq, permasalahan ini akan ditindaklanjuti dan akan ada evaluasi besar-besaran di tubuh DPM FTSP maupun LEM FTSP.

Page 7: Landscape edisi januari 2014

LAPORAN KHUSUS

7LANDSCAPE

Jadi, menurut Rifky, pertimban-gannya untuk mengesahkan kegiatan tersebut adalah kesiapan panitia dan himpitan dana yang didera Panitia.

Ihwal tidak adanya pembahasan di LEM FTSP, Siddiq sendiri menjelas-kan bahwa jarak seminggu sebelum keberangkatan (hari H) tidak mungkin untuk melakukan pembahasan propos-al yang belum disahkan.

Karena, ketika Siddiq sendiri memberikan arahan kepada panitia , ia mengatakan bahwa dalam waktu seminggu proposal kegiatan itu harus disetor untuk calon donatur kegiatan. “Kita kejar dulu untuk yang diluar,” jelas Siddiq.

Selama proses itu berlangsung, Siddiq tidak memantau Panitia Ekskur-si Arsitektural itu secara detil. Pasaln-ya, perannya dalam kegiatan itu hil-ang karena ia menjabat sebagai Ketua LEM FTSP. “Aku gak mungkin masuk ke kepanitiaan, sedangkan aku bera-da didalam birokrasi,” jelas mahasiswa asal Lampung ini.

Siddiq sendiri mengakui bah-wa arahannya itu salah karena sudah menjelang hari H kegiatan. Tetapi, lan-jut Siddiq, lagi-lagi itu semua terbentur karena kepanitian yang terbentuk ha-nya dalam waktu seminggu sebelum keberangkatan (ke Wakatobi). Secara tidak langsung, tambah Siddiq, propos-al selesai terbuat di rentang waktu itu.

Saat Siddiq tidak memantau panitia tersebut, ia mengira, bah-wasanya permintaan verifikasi oleh panitia berupa undangan untuk LEM FTSP dan DPM FTSP sudah masuk. Say-angnya, undangan itu nihil. Amanda sendiri, menurut Siddiq, justru datang dua hari sebelum kegiatan itu ber-langsung untuk meminta pengesahan dari Ketua LEM FTSP.

Siddiq sendiri mengakui kesalah-annya karena tidak mengkordinasikan dengan anggota LEM FTSP sebelumn-ya terkait kegiatan itu dan juga tidak ikut mengkontrol kepanitiaan Ekskur-si tersebut. Juga, ihwal melakukan pengesahan tanpa kordinasi sebel-umnya di internal LEM FTSP maupun pengesahan tanpa adanya verifikasi ke-giatan. Malahan, tambah Siddiq, ia su-dah tau bahwa tindakannya akan men-yalahi berbagai aturan Kelembagaan Mahasiswa. “Aku-pun salah, ketika aku menandatangani,” terang Siddiq.

Tetapi, Siddiq beralasan bahwa tindakannya itu dilakukan karena takut tujuan baik dan kerja keras dari Panitia maupun HMA “mimar” bakalan tidak

terwujud dan akan menjadi sia-sia jus-tru cuma karena masalah prosedural kelembagaan mahasiswa sendiri.

Menurut Rifky dan Siddiq, per-masalahan ini akan ditindaklanjuti dan akan ada evaluasi besar-besaran di tu-buh DPM FTSP maupun LEM FTSP

Dari Tugas Mata Kuliah, Menjadi Program Kerja Himpunan

Dalam Rapat Kerja LEM FTSP periode ini, Ekskursi Arsitekural sama sekali tidak pernah dibahas dalam Rak-er tersebut. “Di hasil Raker kemarin itu emang ada Proker arsitek di bulan itu, namanya Archipelago,” kata Firdanisa. Belakangan Archipelago tersebut han-ya berganti nama menjadi Ekskursi Ar-sitektural.

Herdanu sendiri memang men-gakui ihwal pergantian nama tersebut. Menurut Herdanu, alasan pergantian nama karena menyesuaikan dengan mata kuliah Ekskursi Arsitekural.

Kegiatan Ekskursi Arsitektural sendiri, lanjut Danu, merupakan ker-jasama antara Jurusan Arsitektur den-gan Himpunan Mahasiswa Arsitek-tur “mimar”. Kegiatan itu tidak lain merupakan tugas dari mata kuliah Ekskursi Arsitektural tersebut. Secara otomatis, peserta yang ikut dalam ke-giatan itu juga mengambil mata kuliah itu. Sebelum kerjasama itu, Herdanu, membicarakan kepada Ketua Jurusan

Arsitektur Ilya Fadjar Maharika ihwal Proker Archipelago dari HMA “mimar”. Isi Proker tersebut merupakan kegia-tan kunjungan untuk mendalami suatu daerah tertentu. “Akhirnya disuruh di-gabungin aja sama itu, sama mata kuli-ah itu,” kata Herdanu. Ilya sendiri saat ditemui oleh Tim Solid, di ruangannya, membenarkan hal itu.

Mata kuliah itu sendiri, menurut Dosen mata kuliah Ekskursi Arsitekural Syarifah Ismailiyah Al Athas, termasuk mata kuliah baru di jurusan Arsitektur. Mata Kuliah itu, lanjut Syarifah, ada karena penerapan kurikulum baru oleh jurusan Arsitektur.

Firdanisa sendiri tidak memper-masalahkan pergantian nama Archi-pelago menjadi Ekskursi Arsitektural. Tetapi yang menjadi permasalahan, menurut Firdanisa, ”Itu ternyata mata kuliah, kenapa nyangkut di kelem-bagaan ?”.

Ihwal pendapat Firdanisa di atas, Ketua LEM FTSP Siddiq berpendapat bahwa momen kerjasama itu penting dan akan dimanfaatkan untuk mem-perbaiki hubungan kedua belah pihak: HMA “mimar” dan Jurusan Arsitektur.

“Ayolah, kita (Jurusan Ar-sitektur dan HMA “mimar”) bisa jalan bareng-bareng lagi kok ,” kata Mahasiswa Arsitektur Angkatan 2010 ini.

Lembar pengesahan kegiatan didalam proposal kegiatan Ekskursi Arsitektural

Page 8: Landscape edisi januari 2014

LENSA

8 LANDSCAPE

warisan budaya

Pertunjukan Wayang Kulit, sebuah kesenian tradisional In-donesia yang berkembang di Jawa. Selain Dalang yang berperan sebagai narator tokoh-tokoh wayang yang di mainkan, ada bebera-pa unsur pendukung lain dalam Pertunjukan Wayang Kulit seperti Panjak dan Pesinden. Panjak adalah mereka yang bertugas men-giringi pertunjukan Wayang Kulit dengan alat musik gamelan, dan pada bagian tertentu dibarengi dengan lantunan lagu jawa dari sang Pesinden. Selain sebagai salah satu warisan budaya yang telah di akui UNESCO (United Nati ons Educati onal, Scienti fi c and Cultural Organizati on) dengan predikat Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Wayang Kulit juga masih menjadi alternat-if hiburan masyarakat Jawa. Seperti halnya di Dusun Gogik, Desa Girirejo, Kecamatatan Ngabalak di Kabupaten Magelang. Pertun-jukan Wayang Kulit menjadi agenda tahunan guna memperingati hari jadi Dusun.

Foto : Iqbal RamadhanTeks : Iqbal Ramadhan

Sang Pesinden dalam Balutan Cahaya

Datangnya Werkudoro

Page 9: Landscape edisi januari 2014

LENSA

9LANDSCAPE

warisan budaya

Pertunjukan Wayang Kulit, sebuah kesenian tradisional In-donesia yang berkembang di Jawa. Selain Dalang yang berperan sebagai narator tokoh-tokoh wayang yang di mainkan, ada bebera-pa unsur pendukung lain dalam Pertunjukan Wayang Kulit seperti Panjak dan Pesinden. Panjak adalah mereka yang bertugas men-giringi pertunjukan Wayang Kulit dengan alat musik gamelan, dan pada bagian tertentu dibarengi dengan lantunan lagu jawa dari sang Pesinden. Selain sebagai salah satu warisan budaya yang telah di akui UNESCO (United Nati ons Educati onal, Scienti fi c and Cultural Organizati on) dengan predikat Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Wayang Kulit juga masih menjadi alternat-if hiburan masyarakat Jawa. Seperti halnya di Dusun Gogik, Desa Girirejo, Kecamatatan Ngabalak di Kabupaten Magelang. Pertun-jukan Wayang Kulit menjadi agenda tahunan guna memperingati hari jadi Dusun.

Foto : Iqbal RamadhanTeks : Iqbal Ramadhan

Trio Bagong, Gareng dan Petruk

Sabetan Sang Maestro di Depan Kelir

Page 10: Landscape edisi januari 2014

CERPEN

10 LANDSCAPE

a Pa ku JenuhOleh :Putri Sihospi

Hening, ruangan itu membisu mendadak. Suara sorak sorai penonton di acara talkshow komedi yang terdengar begitu jelas, rinti k hujan menetes sayup terdengar. Tentu saja, bagaimana ti dak, sesuatu yang dianggap ti dak mungkin, tapi telah tertepis telak saat itu. Perbincangan di ruangan favorit, katanya, saat itu terhenti .

“Kalian semua pasti ti dak pernah tau kan ten-tang hidupku di sekolah seperti apa?”, suara Adin pelan tapi sangat melukai. “Apa kalian tau aku pernah punya masalah apa di sekolah? Tentu saja ti dak, kalian hanya tau aku melakukan apa yang kalian selalu katakan, iya aku memang melakukan apa yang kalian katakana, aku patuh.” Mendengar perkataan dari sosok yang tak per-nah diduga, semua orang di ruangan semi mewah yang tertata rapi itu merasakan hal sangat serius.

***Semua orang di dalam keluarganya mengetahui

bahwa dia dan atau keluarganya mengaharapkan Adin bisa menjadi seorang dokter. Mungkin oleh karena itu Adin dituntut untuk selalu belajar, belajar, dan bela-jar. Keluarganya memandang bahwa menjadi seorang dokter, Adin akan membanggakan mereka, Adin akan mendapatkan masa depannya, akan hidup berkecuk-upan. Hidup mewah menjadi parameter sukses bagi keluarga Adin. Lembaga belajar dibayar dengan harga yang ti dak murah dengan harapan bisa mengantarkan Adin menuju masa depan bagi mereka itu, ditambah lagi les privat di rumahnya di akhir pekan. Bagi kelu-arganya Adin sangat menginginkan dan membutuhkan hal itu, dapat dilihat pada respon Adin dengan semua itu.

Adin, sekarang duduk di kelas 3 SMP. Semua orangtua menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik, ti dak terkecuali bagi orangtua Adin. Tentu saja, Adin menerima tuntunan akademik yang ekstra lebih dengan harapan Adin akan mendapatkan sekolah yang bagus nanti nya. Adin juga mengharapkan hal yang sama dengan orangtuanya. Adin anak yang patuh pada orangtua, baginya orangtua selalu benar sehingga dia ti dak pernah berani menyanggah perkataan orangtuan-ya hampir dalam segala hal.

“Ain, besok sabtu jam 4 sore jangan lupa jadwal-mu privat matemati ka sama Mbak Nani ya.” Khotbah

Page 11: Landscape edisi januari 2014

CERPEN

11LANDSCAPE

pagi jum’at mama Adin pengantar keberangkatan Adin ke sekolah.

“Iya, Ma. Aku ingat kok. Aku pergi dulu ya, assal-amu’alaikum.” Adin menuju mobil dimana kakak dan papanya menunggu.

Di sekolah Adin dikenal sebagai anak yang fleksi-bel, dia bisa menempatkan sesuatu pada tempat dan waktunya. Cara belajarnya membuat teman-temann-ya segan padanya, entah itu karena dia kepintarannya menyelesaikan soal matematika atau karena Adin di-anggap tidak asyik di ajak bergaul sehingga Adin men-jadi seperti tersisihkan dalam hal ini. Di sekolah Adin lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kelas dari-pada bermain bersama teman-temannya di luar kelas.

“Temen-temen, hari minggu besok pada jadi gak nih rencana mau nonton bareng?” teriak ketua kelas di tengah kebisingan saat jam kosong karena gurunya tidak datang. “kapan lagi nih kita bisa main bareng?”

Adin mulai merasa tak nyaman dengan kondis-inya di mata teman-temannya. Dia sangat ingin bisa seperti teman-temannya yang punya banyak sisa waktu untuk bermain. Dia mencoba untuk menepis persepsi teman-temannya selama ini, untuk pertama kalinya Adin mengikuti acara yang diadakan kelasnya, dia mengiyakan saat ditanyakan apakah dia bisa ikut atau tidak sementara dia sendiri menyadari bahwa hari minggu dia juga punya jadwal privat Bahasa Inggris di rumahnya. Adin ingin menunjukkan bahwa dia juga bisa bersenang-senang seperti teman-temannya. “gak apa-apa deh, sekali-kali. Mama papa gak akan marah kok.” Gumamnya.

Waktu yang telah disepakati telah tiba, Adin datang lebih awal karena dia harus melarikan diri dari kedatangan Miss Mona jam 2 siang, dan kebetulan mama, papa, dan kakaknya sedang tidak berada di ru-mah. Di sana Adin benar-benar merasakan kesenangan bersama teman-temannya, sedikitpun dia tidak terin-gat dengan mama papanya, apalagi sama Miss Mona yang menunggu di rumah. Adin seperti tahanan yang baru saja bebas dari penjara, seperti ikan yang kembali ke dalam air setelah lama berada di daratan.

Waktu menunjukkan jam setengah 6 sore, Adin membuka pintu rumah, sesuai dugaannya mama pa-panya sedang duduk di sofa ruang keluarga, entah se-dang menonton tv sambil menunggu Adin pulang atau

menunggu sambil menonton tv, karena perawakan mereka tidak seperti sedang marah atau pun tidak marah. Adin melangkah berusaha tenang sambil men-erka-nerka kalimat apa yang akan keluar, melewati se-lasar di belakang mama papanya.

“Miss Mona dibayar bukan untuk duduk santai sambil minum teh di rumah ini.” Kalimat ketus papanya menghentikan langkah Adin. “darimana saja kamu?”, papanya berdiri dan mengarah ke Adin yang memaku. “papa bayar mahal untuk mendatangkan Miss Mona, kamu malah kabur, main gak jelas sampe jam segini. Kamu itu sudah kelas 3, mau seperti ini kamu mengh-adapi ujian nasional, seleksi masuk SMA favoritmu?”, Tanya papanya sedikit keras sementara Adin hanya merunduk.

“Habis darimana kamu?” papanya bertanya lagi.“Dari nonton bareng temen-temen, Pa.” jawab

Adin pelan sedikit tersendat.“Nonton? Sejak kapan kamu berani kabur dari

privatmu cuma buat nonton?” emosi papa Adin mu-lai memuncak, tapi bergegas mamanya meredam dan menyuruh Adin untuk pergi dari hadapan papanya saat itu. Adin perlahan menuju ke kamarnya. Badannya ge-metar.

*** “Aku lakukan semua yang kalian suruh. Belajar,

belajar, dan belajar. Privat, semua aku jalani tanpa ber-komentar meskipun aku ingin sekali berkomentar. Tapi apa kalian semua tau aku capek, otakku jenuh.” Seka-rang Adin berbicara dengan irama yang memberikan sedikit penekanan. “ya, aku tau aku punya mimpi yang sama seperti yang kalian harapkan. Tapi, aku jenuh. Rasanya ingin sekali aku membuang mimpi-mimpi itu sekarang.” Sekarang Adin terdiam merunduk, begitu pula dengan keluarganya.

Adin, sejak kecil dia telah diajarkan untuk tekun belajar oleh keluarganya. Menurut keluarganya, itu yang dibutuhkan oleh Adin. Tapi tidak semua yang mer-eka rasa baik, belum tentu terjadi hal yang sama pada Adin, tidak selamanya baik.

Vekt

or ;

http:

//w

ww.

bryl

lups

deko

r.no

Page 12: Landscape edisi januari 2014

OPINI

12 LANDSCAPE

Pemilihan Tanpa RakyatOleh :Helmy B.N

2014 telah datang, sudah genap 365 hari kita melalui tahun 2013. Bagi bangsa Indonesia adalah

tahun pesta demokrasi. Tidak hanya pesta demokrasi untuk rakyat Indone-sia tapi juga tahun demokrasi untuk seluruh rakyat UII (Universitas Islam Indonesia). Kita Rakyat Indonesia nantin-ya akan memiih Presiden dan Wakil Presiden maupun para Calon Legistat-if. Akan tetapi berbeda dengan pesta demokrasi di lingkungan kampus UII. Mungkin bisa dibilang pesta (bukan) demokrasi UII. Mahasiswa yang nota-bene rakyat atau warga UII yang dip-impin oleh Rektor beserta jajarannya tidak dapat mementukan hak suaranya sendiri. Hanya beberapa warga UII yang bisa melilih atau menyuarakan aspirasinya untuk menentukan siapa orang yang pantas untuk memimpin UII. Sungguh ini sangat jauh dari kesan demokrasi. Rakyat seharusnya memilih langsung presiden atau dalam ranah Universitas disebut rektor malah tidak dapat menentukan nasibyna sendiri

Demokrasi berasal dari dua kata demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan. Ketika kita berbicara mengenai demokrasi, ada dua sistem yang bisa kita terapkan. Demokrsai langsung dan tak langsung.

Berbicara mengenai pemilihan Rektor, para pejabat tinggi UII merasa bahwa Dewan Perwakilan Mahasiswa sama seperti dosen yang diwakili oleh senat. Memang ada benarnya ketika kita memakai sistem demokrasi tidak langsung. Akan tetapi, itu hanya beber-apa tahap pemilihan dengan melibat-kan mahasiswa atau perwakilan dan dosen. Apakah seperti itu masih bisa disebut demokrasi ? Atau mungkinkah keterlibatan mahasiswa dalam pemili-han Rektor kali ini hanya sebatas for-malitas kepada mahasiswa dan kepada dunia luar? Ketika kita melihat bebera-pa Universitas lain, seperti Institut Sep-uluh November (ITS), mahasiswa ikut dilibatkan dalam pemilihan Rektor.

Sebagai bangsa yang menganut asas demokrasi sudah sewajarnya kita

menerapkan sistem demokrasi dalam setiap kegiatan berbangsa dan berneg-ara.

Hampir semua perguruan ting-gi swasta di Indonesia dinaungi oleh yayasan. Bagi yayasan sendiri, pergu-ruan tinggi adalah alat untuk mencapai tujuan yayasan dalam bidang sosial.

Seperti yang disampaikan se-belumnya, UII merupakan suatu insti-tusi pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan. Yaitu Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia. Yayasan yang memiliki hak penuh akan UII ini seolah tidak ingin diganggu ke-wenangannya dalam menentukan arah kebijakan UII. Bisa dilihat dalam agen-da pemilihan reKtor . Dimana yang ber-hak mengetok palu siapa yang pantas mengemban amanah menjadi pemim-impin UII adalah yayasan itu sendiri.

Hal-hal seperti diatas dapat di-lihat melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan dari yayasan atau dari UII sendiri dimana cenderung sepihak. Melihat peraturan pemilihan Rektor ta-hun ini. Dari peraturan Yayasan Badan Wakaf UII tidak disebutkan ihwal pani-tia pengawas yang bertugas mengawal pemilu. Itu semua dengan dalih bahwa yayasan dan semua pihak yang terlibat dalam pemilihan rektor sudah diang-gap “dewasa”, maka tidak perlu adan-ya tim pengawas pemilu karena ketika ada permasalahan dalam pemilihan

rektor, yayasan akan langsung menin-dak lanjuti.

Lain lagi dengan peraturan statuta UII. Peraturan yang dibentuk oleh yayasan pada tahun ini memiliki kejanggalan. Pasal 40 butir 4 menya-takan bahwa Ketua Senat Universitas adalah Rektor.

Sistem pemilihan seperti ini han-ya akan membentuk sistem oligarki. Di-mana kekuasaan hanya akan dipegang oleh orang-orang yang berada didalam kelompok elite. Masyarakat disini yaitu mahasiswa, dosen dan karyawan, ti-dak bisa menentukan secara langsung pemimpin bagi mereka. Hanya orang-orang yang berada dilingkaran elite dan memiliki pemahamahan sama dengan Yayasan Badan Wakaf UII itu yang dapat memegang tampu kekua-saan di UII-1.

Sungguh sangat utopis bagi kami, mahasiswa, untuk menyentuh kaum-kaum elite disana. Apakah kam-pus sudah dapat memberikan pelajaran demokrasi yang baik bagi mahasiswa? Ketika kampus ini ingin menciptakan pemimpin yang baik bagi nusa dan bangsa ini? Kampus sebagai tempat pembalajaran mahasiswa, seharusnya sudah mengerti akan permasalahan ini dan bukanya menutup mata.

Inilah dampak dari suatu institu-si yang dinaungi oleh sebuah yayasan. Bahwa institusi tidak dapat bergerak bebas dalam menetukan arah kebija-kannya. Sudah saatnya institusi terse-but diberi kewenangan sendiri untuk menentukan nasibnya sendiri dan memilih pemimpinya sendiri yang ses-uai dengan pilihan masyarakatnya.

Semoga ini bisa menjadi pem-belajaran bagi kita semua baik peting-gi-petinggi kampus ataupun maha-siswa. Mungkin kita perlu menengok lebih jauh tentang demokrasi yang ses-ungguhnya. Demokrasi yang bersal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Atau pada kampus ini, bisa kita bilang dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa. Apa artinya kampus tanpa mahasiswa ? Ibarat rumah yang tak berpunghuni.

Page 13: Landscape edisi januari 2014

Judul Film : Sokola RimbaSutradara : Riri RizaProduser : Mira LesmanaPemeran :Prisia Nasuti on

RESENSI BUKU & FILM

13LANDSCAPE

surat persetujuan orang desa yang mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca pada Butet agar dapat membaca surat per-janjian itu.

Pertemuan dengan Bungo men-yadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu ti -dak mendapatkan restu baik dari tem-patnya bekerja, maupun dari kelom-pok Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bisa membawa mala-petaka bagi mereka.

Namun melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga mala-petaka yang ditakuti oleh kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet ter-pisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya. Dapatkah ia kembali?

Sokola Rimba berkisah tentang seorang perempuan yang beker-ja di sebuah lembaga konservasi

di wilayah Jambi bernama Butet Ma-nurung (Prisia Nasuti on). Dia telah menemukan jalan hidup yang diing-inkannya. Menjadi seorang pengajar di masyarakat suku Anak Dalam yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang ti nggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.

Pencapaian terti nggi Butet da-lam Sokola Rimba adalah beberapa anak yang diajarinya bisa membaca. Tidak lebih, ti dak kurang. Menariknya, justru karena penyikapan yang bersa-haja ini, Sokola Rimba menjadi begitu mencuat. Dalam fi lm ini, pendidikan ti dak hadir sebagai batu loncatan atau solusi instan menuju kemakmuran. Ia hadir sebagai alat yang akan Orang Rimba sendiri pakai pada hari-hari mendatang untuk kebutuhan mere-ka. Hasil akhir itu masalah nanti . Yang penti ng prosesnya dulu.

Penggambaran pendidikan ma-

Tetap emangat BelaarOleh : Ahmad Farhan H

Judul Buku : Hugo Chaves Malaikat dari SelatanPenulis : Tofi k PramJumlah Hal : 334Terbit : Mei 2013Penerbit : Imania

lusi Plitik ang manan

Oleh : Arya Praditya Gunawan

Rafael Hugo Chavez Friaz ada-lah seorang presiden Venezue-la. Seorang sosialis yang sangat

dicintai oleh rakyatnya. Dengan segala pengorbanan yang banyak dilakukan demi membebaskan Venezuela dari cengkraman para kapitalis. Sumber daya minyak yang menjadi primadona ekonomi Venezuela menjadi incaran. Chavez adalah seorang yang cerdas.

Pada awal pemerintahannya pada tahun 1998 dia mengambil kepu-tusan untuk melunasi hutang Venezu-

ela pada Dana Moneter Internasional (Internati onal Monetary Fund/IMF). Mulai dari situlah perekonomian Ven-ezuela mulai dibangun dengan minyak sebagai sumber penghasilan utam-nya tanpa perlu hutang kepada IMF. Setelah lepas dari IMF, Chavez mulai mengajak negara-negara tetangga sep-erti Bolivia, Nikaragua, Kuba, dan Haiti agar tak terlalu lama terjerumus dalam ikatan IMF.

Buku ini ti dak melulu berisi ten-tang ideologi politi k El Comandente

saja. Di sisi lain buku ini menceritakan tentang sifat fl amboyan seorang Hugo Chavez. Sudah banyak sastra yang ia lahap dan diinterpretasikan dalam ke-hidupan selama ia menjabat sebagai presiden. “Jika kau bukanlah pecinta, maka jangan pandang hidupmu ada-lah hidup. Sebab, tanpa cinta, segala perbuatan tak akan dihitung pada ma-sanya.” Kuti pan itu menggambarkan bahwa Hugo Chavez melakukan segala sesuatu dengan cinta dan penuh kasih.

Buku ini juga bisa dijadikan re-fl eksi dari Negara kita sendiri yang sumber dayanya melimpah namun ma-sih saja hidup dalam garis kemiskinan yang ti nggi. setelah membaca buku ini Anda akan tersadar bahawa Nega-ra yang luasnya ti dak lebih besar dari Negara kita masih bisa bertahan hidup dalam kemakmuran.

Hasta la victoria siempe el presi-dente Chavez!

cam ini yang kerap absen dalam sine-ma Indonesia belakangan. Semenjak Laskar Pelangi pada 2008 (yang kebetu-lan juga disutradarai Riri Riza), fi lm-fi lm bioskop kita giat menyiarkan iming-im-ing luar biasa yang menanti seseorang di ujung jenjang pendidikan—baik itu kekayaan maupun kesempatan ke luar negeri. Gambaran iming-iming sema-cam itu tertuturkan dalam Negeri 5 Menara, Semesta Mendukung, hingga 9 Summers 10 Autumns.

Hingga suatu hari Butet terkena demam malaria di tengah hutan, seo-rang anak yang tak dia kenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo) nama anak itu, be-rasal dari Hilir sungai Makekal, yang ja-raknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Bu-tet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhati kan Ibu guru Butet mengajar membaca.

``Ia membawa sebuah gulungan kertas perjanjian yang telah di “cap jempol” oleh kepala adatnya, sebuah

Page 14: Landscape edisi januari 2014

SASTRA

14 LANDSCAPE

Syair,Untuk Calon Pemimpin

Silahkan kalian teriakan semboyan-semboyan kalian.Hipokrisi-hipokrisi kalian.Mungkin itu cara kalian menjual diri.Bak lonte yang mencari pelanggan.

Teriakan lebih kencang! Agar kami dengar. Busakan mulutmu dengan kenyatan. Telinga ini selalu tuli mendengar bualan.

Teriaklah lagi...Walau kami tak butuh teriakan itu.Kami cuma butuh yang kalian katakan menjadi benar.Bukan sekedar suara yang keluar dari kerongkongan,kemudian sirna dilumat keserakahan.

Lima orang duduk berjajar berceloteh layaknya burung Memamerkan betapa intelek merekaAudiens pun duduk termangap-mangapTak mengerti apa yang mereka sampaikan

Mata melihat segalanya tanpa batas Tanpa pandang baik dan benar Polos tak berdosa seolah bayi baru lahir Mata penuh ambisi untuk memegang tampuk kepemimpinan

Cinta, rasa yang dapat merubah keadaanBuruk menjadi baik, kotor jadi bersihTapi, tak kulihat mata cinta dari merekaMata tanpa cinta bagai hidup tak bertujuan

Tak Kulihat Mata Cinta

Iqbal Ramadhan

Helmy B. N

big

or sm

allLIE

S A

re LIE

S.

Vektor ; http://www.colourbox.de

Page 15: Landscape edisi januari 2014

KOMIK

15LANDSCAPE

KEPEPET...!!!!Oleh : Arifin A. S

Page 16: Landscape edisi januari 2014

A AI AASISA A LE AASISA

A A AASISA...

Iklan Layanan Masyarakat ini dipersembahkan oleh LPM SOLID Ilustrasi; htt p://suakaindonesia.blog.com

EILE