lampung

12
  I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas (120,35 juta Ha), setara dengan 4 negara besar di Eropa (Inggris, Jerman, Perancis, dan Finlandia) (Departemen Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan penting sebagai penyangga kehidupan dan penggerak perekonomian. Oleh karena itu, hutan harus dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara baik, berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat. Hutan menjadi penting untuk dilestarikan oleh semua kalangan karena ia berfungsi sebagai penyangga kehidupan manusia. Tidak hanya menyangga kehidupan dan berperan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 1,35 % angkatan kerja langsung dan 5,4 % angkatan kerja tidak langsung dari penduduk I ndonesia. Namun, juga menopang perekonomian dan kehidupan sekitar 250 juta populasi nasional serta 6,538 miliar populasi global dengan jasa ekosistem yang diproduksinya diantaranya melalui perannya sebagai  penetralisir iklim, “rumah pengetahuan” dengan kek ayaan keanekaragaman hayati yang dimilikinya, penyimpan air bersih, penyangga stabilitas struktur tanah (http://www.wordpress.com). Hasil hutan merupakan salah satu komoditi yang ikut mengambil bagian dalam menentukan nilai devisa total dari perekonomian nasional. Namun, adanya berbagai bentuk gangguan hutan seperti penebangan kayu secara liar, kebakaran hutan , konflik status lahan kawasan hutan dan lain-lain, telah menurunkan nilai

Upload: setiawan-taufik-messi

Post on 20-Jul-2015

102 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 1/12

 

I. PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas (120,35 juta Ha), setara dengan

4 negara besar di Eropa (Inggris, Jerman, Perancis, dan Finlandia) (Departemen

Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian

berperan penting sebagai penyangga kehidupan dan penggerak perekonomian.

Oleh karena itu, hutan harus dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara baik,

berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat. Hutan menjadi penting untuk 

dilestarikan oleh semua kalangan karena ia berfungsi sebagai penyangga kehidupan

manusia. Tidak hanya menyangga kehidupan dan berperan sebagai sumber

pendapatan bagi sekitar 1,35 % angkatan kerja langsung dan 5,4 % angkatan kerja

tidak langsung dari penduduk Indonesia. Namun, juga menopang perekonomian

dan kehidupan sekitar 250 juta populasi nasional serta 6,538 miliar populasi global

dengan jasa ekosistem yang diproduksinya diantaranya melalui perannya sebagai

 penetralisir iklim, “rumah pengetahuan” dengan kek ayaan keanekaragaman hayati

yang dimilikinya, penyimpan air bersih, penyangga stabilitas struktur tanah

(http://www.wordpress.com).

Hasil hutan merupakan salah satu komoditi yang ikut mengambil bagian dalam

menentukan nilai devisa total dari perekonomian nasional. Namun, adanya

berbagai bentuk gangguan hutan seperti penebangan kayu secara liar, kebakaran

hutan , konflik status lahan kawasan hutan dan lain-lain, telah menurunkan nilai

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 2/12

hasil hutan tersebut. Keadaan kerusakan kawasan hutan menurut fungsinya di

Propinsi Lampung sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kerusakan hutan menurut fungsinya sampai dengan tahun 2006

No. Fungsi HutanLuas

Kawasan

Hutan

PersentaseKerusakan

(ha) (%)

1. Hutan Lindung 317.615 63,73

2. Hutan Suaka Alam/Taman

Nasional

444.749 20,15

3. Hutan Produksi Tetap 191.732 32,33

4. Hutan Produksi Terbatas 33.358 3,94

5. Cagar Alam Krakatau 17.281 10,93Jumlah 1.004.735 35,32

Sumber : Statistik Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2006

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa kerusakan hutan sampai dengan tahun 2006 secara

keseluruhan adalah sebesar 35,32%, kerusakan paling tinggi terjadi pada kawasan

hutan lindung yaitu sebesar 63,73%, dan yang terendah adalah pada kawasan hutan

produksi terbatas yaitu sebesar 3,94%.

Penjarahan atau pengrusakan hutan tersebut merupakan akibat jumlah penduduk 

yang terus meningkat, semakin meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan

penguasaan lahan pertanian semakin kecil. Kenaikan jumlah penduduk yang tinggi

memerlukan adanya produksi pangan yang besar demi kelangsungan hidup, dengan

diikutinya keterbatasan lahan maka dapat mengancam keberadaan hutan yang

tersisa.

Akibat adanya kebutuhan hidup dan ketidakmampuan dalam berkompetisi

memperoleh lapangan pekerjaan yang disebabkan rendahnya kualitas sumber daya

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 3/12

manusia, maka banyak penduduk yang akhirnya mencoba memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan cara memanfaatkan sumber daya alam secara langsung, salah

satunya adalah dari hasil hutan. Selain dengan pemanfaatan hasil hutan secara

langsung, semakin besarnya kebutuhan penduduk akan pangan menyebabkan

adanya kegiatan pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Jika pembukaan

areal hutan menjadi lahan pertanian tidak dapat dikendalikan secara baik, maka

dalam jangka panjang secara otomatis areal hutan akan rentan terhadap deforestasi

atau penurunan fungsi hutan yang terindikasi dari semakin berkurangnya kawasan

hutan.

Hutan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat terutama

masyarakat sekitar hutan. Salah satunya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan mendapatkan keuntungan ekonomis serta dapat memberikan

kesempatan kerja. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan

hutan berprofesi sebagai petani. Hasil kegiatan dari usahatani yang dilakukan

masyarakat sekitar kawasan hutan yang kurang dapat memenuhi kebutuhan rumah

tangga, yang tercermin dari masih rendahnya tingkat pendapatan petani,

menimbulkan keinginan para petani untuk meningkatkan pendapatannya melalui

pengolahan lahan di dalam kawasan hutan, kendati kawasan hutan tersebut dikuasai

oleh negara. Menyikapi pentingnya hutan bagi masyarakat khususnya yang ada

disekitar hutan, maka harus dicari suatu cara yang dapat mengintegrasikan antara

kelestarian kawasan hutan dengan pemenuhan kebutuhan penduduk yang akan

tercermin dari peningkatan pendapatan rumah tangga. Peranan hutan dalam rangka

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 4/12

peningkatan kesejahteraan masyarakat tersebut direalisasikan dalam bentuk Hutan

Kemasyarakatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007, hutan

kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk 

memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat setempat

merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat

setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil

melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan

kesejahteraan masyarakat setempat.

Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan (IUPHKm) adalah izin usaha yang

diberikan untuk memanfaatkan sumber daya hutan pada kawasan hutan lindung

dan/atau kawasan hutan produksi. Namun, lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dijelaskan dalam Pasal 92

bahwa hutan kemasyarakatan dapat diberikan pada hutan konservasi, hutan lindung,

dan hutan produksi.

Kawasan hutan konservasi di Lampung adalah Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman. Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman berada dalam wilayah kota

Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Kawasan Hutan Kemasyarakatan

berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan

Kemiling Bandar Lampung. Pengusahaan hutan kemasyarakatan dikembangkan

berdasarkan keberpihakan kepada rakyat khususnya rakyat yang tinggal di dalam

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 5/12

dan sekitar kawasan hutan. Kelurahan Sumber Agung adalah salah satu dari dua

Kelurahan yang ada di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

WAR) yang pernah mendapatkan izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan.

Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung

diterbitkan pada tanggal 19 November 1999 berdasarkan Surat Keputusan

Departemen Kehutanan dan Perkebunan Pusat No. 21/IV/PHK.2/1999. Pada saat

itu, luas areal pemanfaatan hutan kemasyarakatan pada Kelurahan Sumber Agung

adalah seluas 492,75 Ha. Di Propinsi Lampung telah diterbitkan izin pemanfaatan

HKm sebanyak 7 (tujuh) kelompok, yang bisa dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Nama Kelompok pemegang izin HKm di Propinsi Lampung.

No Nama Kelompok Lokasi Pemberi Izin

1 Kelompok Pengelola Pelestari

Hutan (KPPH) Sumber Agung

TAHURA Dirjen RLPS An.

Menhutbun

2 Kelompok Pengelola Pelestari

Hutan (KPPH) Sumber Agung

TAHURA Kanwil Dephutbun

Prov Lampung

3 Koperasi Patria Panca MargaKab. Tanggamus

Register 30 dan 32 Kanwil DephutbunProv Lampung

4 Koperasi Perkebunan Karya Maju

Kab. Lampung Utara

Register 34 T.Tebak Kanwil Dephutbun

Prov Lampung

5 Koperasi Sinar Rejeki

Kab.Tanggamus

Register 30

Kab.Tanggamus

Kanwil Dephutbun

Prov Lampung

6 Kelompok Tani Bina Wana

Kab.Lampung Barat

Reg.45B Bukit Rigis Kanwil Dephutbun

Prov Lampung

7 Kelompok Tani Tunas Muda

Kelurahan Napal Kec. Pardasuka

Kab.Tanggamus

Register 30 dan 32 Bupati Tanggamus

Sumber : Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2008

Dari tujuh kelompok pemegang izin Hkm yang telah disebutkan di atas, Kelompok 

Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung merupakan yang pertama kali

mendapatkan izin pemanfatan Hutan Kemasyarakatan.

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 6/12

Dalam penerapan sistem hutan kemasyarakatan petani di Kelurahan Sumber Agung

terbagi dalam 7 Kelompok Tani Pengelola Dan Pelestari Hutan (KPPH) yaitu

KPPH Tanjung Manis, Sukawera, Umbul Kadu, Mata Air, Pemancar, Cirate, dan

Pangpangan.

Tabel 3. Jumlah anggota, total luas lahan, dan rata-rata kepemilikan lahan

Kelompok Petani Pengelola Hutan Kemasyarakatan (KPPH) di Kelurahan

Sumber Agung

No Nama KelompokJumlah Total Luas

Rata-rataPemilikan

(KPPH) Anggota Lahan (Ha) Lahan (Ha)

1 Tanjung Manis 106 143,50 1,36

2 Sukawera 67 94,00 1,38

3 Umbul Kadu 77 105,25 1,36

4 Mata Air 37 43,75 1,18

5 Pemancar 58 53,50 0,92

6 Cirate 60 40,50 0,67

7 Pangpangan 20 12,25 0,61

Total 425 492,75 1,68

Sumber: Proposal Permohonan Hak Pengelolaan HKm Sumber Agung,1999

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat total anggota kelompok KPPH di Kelurahan

Sumber Agung adalah 425 orang dengan total luas lahan 492,75 hektar dan rata-rata

pemilikan seluas 1,68 hektar. Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH)

merupakan ikatan kelompok-kelompok pelestari hutan. Sejak Tahura Wan Abdul

Rachman ditetapkan Menteri Kehutanan berdasarkan Keputusan Nomor 408/KPTS-

II/1993 Tanggal 10 Agustus 1993 dengan luas 22.249,31 hektar sebagai kawasan

hutan untuk tujuan konservasi dan pelestarian alam maka saat ini Kelurahan

Sumber Agung termasuk dalam kawasan hutan konservasi.

Pengelolaan Hutan di Kelurahan Sumber Agung ini telah dilakukan sejak tahun

1940, sehingga hutan di Kelurahan ini memang benar-benar digunakan sebagai

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 7/12

tempat menggantungkan hidup bagi masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sumber

Agung. Jika masyarakat tidak diperbolehkan lagi mengelola hutan di kawasan

taman hutan raya tentu saja akan menimbulkan perlawanan dari masyarakat yang

sangat menggantungkan hidupnya di hutan. Oleh karena itu, masyarakat Kelurahan

Sumber Agung yang berada di kawasan hutan konservasi tetap diizinkan mengelola

kawasan untuk membudidayakan tanaman dengan tetap melihat kaidah-kaidah

konservasi. Masyarakat di Kelurahan Sumber Agung ini mengusahakan hutan di

blok pemanfaatan dan tidak boleh menggangu blok perlindungan. Selain itu,

masyarakat diizinkan mengelola kawasan konservasi agar mereka tetap mudah

dikontrol, diawasi, dan tentu saja diberikan pembinaan.

Masyarakat setempat telah memiliki wadah dalam bentuk kelompok tani dan

melaksanakan kegiatan rehabilitasi secara swadaya dengan pola hutan

kemasyarakatan. Pemanfaatan areal hutan kemasyarakatan pada Kelurahan Sumber

Agung dilakukan oleh kelompok tani dengan menanam pohon serbaguna/MPTS

( Multi Purpose Trees Species).  Multi Purpose Trees Species adalah tumbuhan

berkayu dimana buah, bunga, getah, daun dan/atau kulit dapat dimanfaatkan bagi

penghidupan masyarakat, disamping berfungsi sebagai tanaman lindung, pencegah

erosi, banjir, dan longsor. Beberapa contoh tanaman MPTS ( Multi Purpose Trees

Species) adalah kakao,kopi, pete, jengkol, karet, jambu, melinjo, cengkeh, durian,

papaya, pisang, kelapa, kemiri, damar, dan lain-lain sebagai upaya untuk 

mendapatkan hasilnya agar dapat memperoleh pendapatan secara cepat. Selain itu,

budidaya tanaman tersebut tidak memerlukan pemeliharaan intensif.

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 8/12

Kakao merupakan tanaman utama di Kelurahan Sumber Agung karena tanaman ini

yang paling banyak ditanam oleh para petani di Kelurahan Sumber Agung. Kakao

merupakan

komoditas andalan nasional yang perannya sangat penting bagi perekonomian

Indonesia, terutama dalam hal penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan

petani, dan sumber devisa bagi negara (Departemen Kehutanan, 2008).

Tanaman kakao sangat cocok untuk ditanam di kawasan hutan kemasyarakatan

karena tanaman kakao mutlak memerlukan pohon pelindung seperti cengkeh, karet,

kelapa yang dapat menjadi pohon penaung bagi tanaman kakao yang sangat

diperlukan bagi tanaman ini dalam hal pengaturan banyaknya sinar matahari yang

diserap oleh tanaman kakao tersebut. Masih sederhanaya pola usahatani kakao

menyebabkan rendahnya mutu dan produktivitas kakao yang berpengaruh terhadap

rendahnya pendapatan petani. Menurut staf peneliti Pusat Penelitian Lingkungan

Hidup Universitas Haluoleo dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Produktivitas, Finansial, dan Ekonomi Kakao Hutan di Sulawesi Tenggara,

integrasi tanaman kakao dan cengkeh merupakan pola usahatani yang memberikan

keuntungan, usahatani kakao dengan aneka tanaman (agroforestri) lebih prospektif 

daripada usahatani kakao monokultur.

Dengan optimalnya penggunaan lahan (diversifikasi), setiap tahun terjadi

pertumbuhan pengembangan pola tanaman berbasis perkebunan (kakao) mencapai

3,5% (Firdausil , 2008). Usahatani kakao telah menyediakan lapangan kerja dan

sumber  pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani serta memberikan

sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 9/12

sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. Usahatani kakao di Kecamatan Gedong

Tataan Kabupaten Lampung Selatan telah menguntungkan, dengan tingkat

keuntungan sebesar Rp. 19.969.019 per 1,44 hektar atau sebesar Rp. 14.264.881 per 

hektar dan Revenue Cost Ratio (R/C ratio) sebesar 5,74 (Putra, 2007).

Kakao merupakan salah satu komoditi yang dapat memberikan keuntungan yang

cukup bagi petani pengelola hutan kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung.

Kakao ditanam secara tumpang sari dengan tanaman MPTS yang lain. Komoditas

kakao diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani yang

mengusahakannya. Hutan kemasyarakatan memiliki tujuan untuk mencapai

masyarakat sekitar hutan yang sejahtera dan kelestarian hutan dapat terjaga (Dinas

Kehutanan, 1999). Pelaksanaan program hutan kemasyarakatan di Kelurahan

Sumber Agung masih belum mencapai tujuan dalam memberikan pelayanan

terhadap kebutuhan masyarakat di sekitar hutan khususnya dalam memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat secara berkelanjutan.

Menurut Saeroji (2002), ada beberapa indikator menunjukkan bahwa tingkat

pendapatan masyarakat di sekitar hutan masih relatif rendah (kebutuhan pangan

tidak tercukupi) serta pendapatan rumah tangga anggota KPPH di Kelurahan

Sumber Agung rata-rata per bulan adalah Rp. 272.670 berasal dari pengelolaan

Hkm. Dengan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung maka para petani melakukan usaha pemenuhan kebutuhan dengan menanam

tanaman yang memberikan nilai ekonomis yang salah satunya adalah kakao untuk 

meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Dari kegiatan tersebut para petani

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 10/12

yang tinggal di sekitar hutan dapat memperoleh keuntungan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari tersebut serta terserapnya tenaga kerja dan diharapkan dapat

mengurangi tingkat perambahan, sehingga bisa menekan angka kerusakan hutan

karena diterapkannya pengelolaan hutan kemasyarakatan yang tetap memperhatikan

kaidah-kaidah konservasi. Oleh karena itu, perlu diketahui prospek 

pengembangannya terhadap keuntungan dari usahatani kakao bagi petani terutama

di Kelurahan Sumber Agung dan kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja serta

mengurangi tingkat kerusakan hutan.

Dari uraian tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini antara

lain:

1.  Berapa besar keuntungan yang diperoleh petani pada usahatani kakao pada

program Hutan Kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan

Kemiling?

2.  Berapa besar tenaga kerja yang diserap pada usahatani kakao pada program

Hutan Kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling?

3.  Bagaimana kontribusi ushatani kakao HKm terhadap pendapatan rumah

tangga petani di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling?

4.  Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program HKm ?

B.  Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.  Mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh petani pada usahatani

kakao pada program Hutan Kemasyarkatan di Kelurahan Sumber Agung

kecamatan Kemiling.

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 11/12

2.  Mengetahui seberapa besar serapan tenaga kerja usahatani kakao pada

program Hutan Kemasyarkatan di Kelurahan Sumber Agung kecamatan

Kemiling.

3.  Mengetahui kontribusi usahatani kakao HKm terhadap pendapatan rumah

tangga petani di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling.

4.  Mengetahui persepsi masyarakat terhadap program HKm.

C.  Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna :

1.  Sebagai bahan informasi dan masukan kepada pemerintah daerah sebagai

pembuat kebijakan di bidang pertanian dan kehutanan.

2.  Sebagai informasi dan masukan bagi petani pengelola Hutan Kemasyarakatan

khususnya bahwa Hutan Kemasyarakatan memiliki manfaat yang besar.

3.  Sebagai informasi dan masukan kepada Dinas Kehutanan serta lembaga-

lembaga sosial kemasyarakatan yang melakukan pengembangan Hutan

Kemasyarakatan, dan

4.  Sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis dan lanjutan di masa yang akan

datang.

repository.unila.ac.id:8180/dspace/bitstream/.../3/Pendahuluan.docx.

5/17/2018 lampung - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lampung-55b07b8f47447 12/12

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com 

 — Hutan kemasyarakatan di Lampung yang mengantongi izin mencapai sekitar 45.000

hektar dari total 1,004 juta hektar luas hutan di Lampung. Pola hutan kemasyarakatan

dianggap sebagai solusi mengatasi perambahan hutan.

Kepala Dinas Kehutanan Lampung Warsito, Senin (9/4/2012), mengatakan, izin hutan

kemasyarakatan (HKM) telah diberikan di sejumlah kawasan hutan lindung, sepertiLampung Barat, Tanggamus, dan Lampung Tengah.

"Untuk Lampung Timur dan Lampung Selatan kini dalam proses," ujarnya. Iamengklaim, sejak pelaksanaan pola HKM beberapa tahun terakhir, tingkat degradasi

hutan terutama akibat perambahan menurun.

"Dari sebelumnya tingkat kerusakan hutan mencapai 65 persen, kini turun menjadi 56

persen. Ini terutama terjadi di kawasan lindung," ungkapnya.

Pola HKM memungkinkan warga di sekitar kawasan hutan untuk ikut mengelola hutan,

yaitu menanam tanaman produksi, tanpa mengabaikan prinsip konservasi. Pola HKM

 juga didorong kuat oleh Kementerian Kehutanan.

http://regional.kompas.com/read/2012/04/09/19542058/Hutan.Kemasyarakatan.di.Lampu

ng.Capai.45.000.Hektar