lampiran permendagri no 52 thn 2015_355_2

Upload: elmiracell

Post on 29-Feb-2016

671 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

14

TRANSCRIPT

  • 1LAMPIRANPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIANOMOR 52 TAHUN 2015TENTANGPEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

    URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2016I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah

    Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 dijelaskan bahwaRKP Tahun 2016 merupakan penjabaran tahun kedua dari RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan jugamerupakan kesinambungan upaya pembangunan yang terencana dansistematis serta dilaksanakan baik masing-masing maupun seluruhkomponen bangsa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yangtersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhiruntuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secaraberkelanjutan.

    RKP memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomimakro, program-program kementerian/lembaga, lintas kementerian,kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yangbersifat indikatif sesuai maksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tema RKP Tahun 2016adalah Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk MemperkuatPondasi Pembangunan Yang Berkualitas.

    Sasaran Pokok RKP Tahun 2016 disusun sebagai berikut:1. Sasaran Makro;2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat;3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;4. Sasaran Dimensi Pemerataan;5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antar Wilayah;6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

    Sesuai dengan Tema dan Sasaran Pokok RKP Tahun 2016 tersebut,maka:1. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan untuk tumbuh sekitar 6,6 persen;2. Inflasi ditargetkan pada kisaran 3,0 persen sampai dengan 5,0 persen;3. Jumlah penduduk miskin berkisar antara 9,0 persen sampai dengan 10,0

    persen;4. Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan sebesar 5,2 persen sampai

    dengan 5,5 persen.Dalam kaitan itu, prioritas pembangunan disusun sebagai penjabaran

    operasional dari Strategi Pembangunan yang digariskan dalam RPJMN2015-2019 dalam upaya melaksanakan Agenda Pembangunan Nasionaluntuk memenuhi Nawa Cita, yaitu:

  • -2-

    1. Cita 1Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa danmemberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;

    2. Cita 2Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis, dan terpercaya;

    3. Cita 3Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerahdan desa dalam kerangka negara kesatuan;

    4. Cita 4Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem danpenegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

    5. Cita 5Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

    6. Cita 6Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional;

    7. Cita 7Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektorstrategis ekonomi domestik;

    8. Cita 8Melakukan revolusi karakter bangsa; dan

    9. Cita 9Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

    Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program yangtertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan dalamstrategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-2019, terdiridari empat bagian utama yakni: (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensipembangunan; (3) kondisi yang diperlukan agar pembangunan dapatberlangsung; serta (4) program-program quick wins. Tiga dimensipembangunan dan kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor-sektoryang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yangselanjutnya dijabarkan dalam RKP Tahun 2016.

    Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita dapatdijelaskan sebagai berikut:1. Dimensi Pembangunan Manusia dengan prioritas: sektor pendidikan

    dengan melaksanakan program Indonesia pintar, sektor kesehatandengan melaksanakan program Indonesia sehat, perumahan rakyat,melaksanakan revolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan danmemperkuat restorasi sosial Indonesia, dan melaksanakan revolusimental. Program-program pembangunan dalam dimensi ini adalahpenjabaran dari Cita Kelima, Cita Kedelapan, dan Cita Kesembilan dariNawa Cita.

    2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan dengan prioritas kedaulatanpangan, kedaulatan energi dan ketenaga-listrikan, kemaritiman,pariwisata, industri dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program-

  • -3-

    program pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran dari CitaPertama, Cita Keenam, dan Cita Ketujuh dari Nawa Cita.

    3. Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dengan prioritaspada upaya pemerataan antar kelompok pendapatan, pengurangankesenjangan pembangunan antar wilayah. Program-programpembangunan dalam dimensi ini merupakan penjabaran dari Cita Ketiga,Cita Kelima, dan Cita Keenam.

    4. Kondisi yang diperlukan memuat program untuk peningkatan kepastiandan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi,tata kelola dan reformasi birokrasi. Program-program pembangunanuntuk menciptakan kondisi ini merupakan penjabaran dari Cita Pertama,Cita Kedua, dan Cita Keempat.Selanjutnya, 3 (tiga) dimensi pembangunan dan kondisi yang diperlukan

    tersebut di atas dijabarkan ke dalam 1 (satu) lintas bidang dan 9 (sembilan)bidang pembangunan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025,dengan isu-isu strategis pada masing-masing bidang sebagai berikut:1. Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang:

    a. Pengarusutamaan1) Pembangunan Berkelanjutan

    Pembangunan berkelanjutan difokuskan pada upaya tetap menjagapertumbuhan ekonomi pada yang dapat menjaga stabilitas makro,pertumbuhan ekonomi yang meluas dan terutama percepatanpertumbuhan di luar pulau Jawa dan khususnya wilayahperbatasan, pembangunan sosial yang meningkat, serta efisiensipemanfaatan sumber daya alam dan tetap menjaga kualitaslingkungan hidup, serta pelestarian alam.

    2) Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang BaikDiarahkan untuk penguatan kapasitas pemerintah dan perluasanruang partisipasi masyarakat, dengan penekanan pada:a) Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik;b) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan

    kebijakan;c) Peningkatan kapasitas birokrasi melalui pelaksanaan reformasi

    birokrasi di pusat dan daerah; dand) Peningkatan kualitas pelayanan publik.

    3) Pengarusutamaan GenderMerupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalampembangunan, yang ditujukan untuk mewujudkan kesetaraangender dalam pembangunan yang dimulai dari prosesperencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan danevaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.

    b. Pembangunan Lintas Bidang1) Pemerataan dan Penanggulangan Kemiskinan

    Membangun landasan yang kuat agar ekonomi tumbuhmenghasilkan kesempatan kerja yang berkualitas, penyelenggaraanperlindungan sosial yang komprehensif, pengembangan

  • -4-

    penghidupan berkelanjutan (peningkatan kesejahteraan keluarga),perluasan dan peningkatan pelayanan dasar.

    2) Perubahan IklimMelalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan penyebab emisiGas Rumah Kaca (GRK) dan adaptasi yaitu peningkatan ketahananmasyarakat dan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim,yaitu petani dan nelayan serta wilayah yang rentan seperti pesisiratau kota yang terletak dekat dengan pantai, pegunungan yangmudah terkena kekeringan serta upaya peningkatan kesehatanatas berbagai gangguan kesehatan akibat dampak perubahaniklim.

    3) Revolusi MentalPembangunan kebudayaan pada tahun 2016 diarahkan untukmeningkatkan kemandirian bangsa yang ditandai oleh tegaknyakedaulatan politik, ekonomi yang berdikari, dan kuatnyakepribadian bangsa dalam kebudayaan, yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya Nasional (gotong royong, toleransi, harmoni,solidaritas, kesetiakawanan) untuk mengembangkan budayapelayanan.

    2. Sosial Budaya dan Kehidupan BeragamaArah kebijakan pembangunan bidang sosial budaya dan kehidupanberagama difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusiayang dilakukan melalui:a. Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang

    diarahkan untuk mengendalikan kuantitas penduduk melaluiprogram kependudukan, Keluarga Berencana (KB), meningkatkankualitas penduduk dan pembangunan keluarga untuk mendorongmasyarakat Indonesia dalam membentuk keluarga kecil, bahagia, dansejahtera, pengarahan dan penataan persebaran penduduk, sertapenguatan data dan informasi kependudukan dalam pengembangankebijakan dan program pembangunan yang berbasis bukti.

    b. Pembangunan pendidikan, khususnya program Indonesia Pintar yangdiarahkan untuk mempercepat peningkatan taraf pendidikan seluruhmasyarakat, melanjutkan upaya untuk memenuhi hak seluruhpenduduk mendapatkan layanan pendidikan dasar berkualitas,meningkatkan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikanmenengah dan tinggi, menurunkan kesenjangan partisipasipendidikan antar kelompok sosial ekonomi, antar wilayah dan antarjenis kelamin, yang berpihak pada seluruh anak dari terutama anakdari keluarga kurang mampu, meningkatkan kualitas pembelajaranuntuk peningkatan pendidikan karakter, dan meningkatkanprofesionalitas guru, pengelolaan, serta pendistribusiannya.

    c. Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat terutama melaluiprogram Indonesia Sehat yang diarahkan untuk meningkatkan statuskesehatan ibu dan anak, menurunkan kekurangan gizi dan kelebihangizi melalui pendekatan lintas sektor, serta mengendalikan penyakitbaik menular maupun tidak menular, menguatkan sistem kesehatanterutama pengembangan jaminan kesehatan melalui Kartu IndonesiaSehat, sistem pemantauan dan evaluasi melalui pengembangan sisteminformasi dan penelitian dan pengembangan, serta pemenuhan tenagakesehatan, farmasi dan alat kesehatan.

  • -5-

    d. Pembangunan perpustakaan yang diarahkan untuk meningkatkanbudaya gemar membaca dan kualitas layanan perpustakaan, baikkapasitas dan akses, maupun utilitas, melalui sinergi antaraperpustakaan dengan satuan pendidikan, promosi gemar membacadengan memanfaatkan perpustakaan dan pola partisipasi industripenerbitan dan masyarakat dalam menciptakan komunitas baca.

    e. Pembangunan pemuda dan olahraga yang diarahkan untukmeningkatkan peran aktif dan partisipasi pemuda dalam berbagaibidang pembangunan serta menumbuhkan dan meningkatkanbudaya dan prestasi olahraga.

    f. Pembangunan agama yang diarahkan untuk meningkatkanpemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagailandasan moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,meningkatkan pelayanan kehidupan beragama yang berkualitasantara lain dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadahhaji dan umrah, serta mewujudkan harmonisasi sosial dan kerukunanumat beragama.

    g. Pembangunan kebudayaan yang diarahkan untuk mendukungterwujudnya insan Indonesia yang bermartabat, berkarakter danberjati diri yang mampu menjunjung tinggi nilai budaya bangsa danperadaban luhur ditengah pergaulan global.

    h. Pembangunan pelayanan kesejahteraan sosial yang diarahkan untukmemenuhi hak-hak dasar mereka, menyediakan akses layanan dasardan kesempatan yang sama dan setara, serta menciptakan layananpublik dan lingkungan masyarakat yang inklusif, sehinggapenyandang disabilitas dan lanjut usia dapat menjadi sumber dayamanusia yang produktif dan berkontribusi dalam pembangunan.

    i. Pembangunan pemberdayaan perempuan yang diarahkan untukmempercepat pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender (PUG) diberbagai bidang pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

    j. Pembangunan perlindungan anak yang diarahkan untuk menjaminterpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, danberpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatkemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dandiskriminasi.

    3. Pembangunan EkonomiPembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk mendorongperekonomian Indonesia ke arah yang lebih maju, yang jauh lebih baik,yang mampu menciptakan peningkatan kesejahteraan rakyat.Tercapainya kesejahteraan rakyat ini harus didukung oleh berbagaikondisi penting yang meliputi:a. Terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta

    berkelanjutan;b. Terciptanya sektor ekonomi yang kokoh; sertac. Terlaksananya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan

    yang akan dilaksanakan diantaranya melalui sistem jaminan sosialnasional.

    Penguatan bidang ekonomi juga dilakukan pada pembangunankedaulatan pangan, perwujudan kedaulatan energi, dan akselerasiindustri dan pariwisata yang didukung oleh penguatan infrastruktur,

  • -6-

    pertanian, maritim dan kelautan, baik untuk memenuhi kebutuhandalam negeri maupun kebutuhan ekspor.

    4. Ilmu Pengetahuan dan TeknologiPeningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dalam bentuk memberikansumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi, keberlanjutan danpemanfaatan sumber daya alam dan penyiapan masyarakat Indonesiamenyongsong kehidupan global yang maju dan modern.

    5. Pembangunan PolitikPembangunan politik dalam negeri merupakan satu proses konsolidasidemokrasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja lembaga-lembaga demokrasi, meningkatkan kualitas kebebasan sipil dan hak-hakpolitik warga negara, termasuk memberikan akses yang lebih luas untukkelompok-kelompok marjinal pada proses pengambilan keputusan politik.Pembangunan politik dalam negeri merupakan bagian dari kondisi perluuntuk mendukung tiga dimensi pembangunan nasional, yang menjadiamanat Nawa Cita yakni membuat pemerintah tidak absen denganmembangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,dan terpercaya.

    6. Pembangunan Pertahanan dan Keamanana. Pemenuhan kebutuhan alutsista TNI dan almatsus POLRI;b. Kesejahteraan dan profesionalisme prajurit TNI, serta profesionalisme

    POLRI;c. Intelijen dan kontra intelijen;d. Penanganan gangguan keamanan di wilayah perbatasan dan

    pelanggaran hukum di laut;e. Penurunan prevalensi penyalahgunaan narkoba;f. Sistem keamanan yang integratif.

    7. Hukum dan AparaturPembangunan bidang hukum dan aparatur memiliki peran yang pentingdalam menciptakan landasan yang kokoh bagi kehidupan berbangsa danbernegara, sebagai pilar penyelenggaraan pemerintahan serta sebagaikondisi yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional.a. Sub Hukum

    1) Penegakan hukum yang berkualitas,2) Pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif,3) Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas keadilan

    bagi warga negara.b. Sub Bidang Aparatur

    Terwujudnya birokrasi pemerintah yang berkinerja tinggi, bekerjaefektif dan efisien, berintegritas tinggi, dan berpegang pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan partisipasi.

    8. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruanga. Informasi Geospasial meliputi:

    1) Kebijakan Data dan Informasi Geospasial untuk Tata RuangWilayah (RTRW) dimana kedudukan bidang data dan informasi

  • -7-

    geospasial memiliki nilai strategis pada proses perencanaanberbasis kewilayahan, khususnya dalam memenuhi kebutuhanperencanaan penyusunan RTRW yang meliputi peta dasar dan petatematik;

    2) Kebijakan Pembatasan pada Skala 1:25.000, dimana dengankebijakan ini, penggunaan APBN hanya difokuskan untukpengadaan data dasar untuk peta dasar minimal skala 1:25.000;

    3) Kebijakan Kurva Tertutup bagi Wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI), dimana kebijakan ini ditujukan untukmemetakan batas wilayah Negara NKRI secara tuntas danmencantumkannya dalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan;

    4) Kebijakan Super Data Bank dan PNBP, dimana kebijakan iniditujukan untuk meningkatkan distribusi data dan informasispasial telah dilakukan Pemerintah melalui Jaringan InformasiGeospasial Nasional (JIGN) dengan membangun web yang dapatdiakses oleh seluruh stakeholder; dan

    5) Kebijakan Kerjasama Pengadaan Tenaga Surveyor dan Tenaga AhliGeospasial, dimana dengan kebijakan ini diharapkan dapat tersediatenaga surveyor dan tenaga ahli data dan informasi spasial sesuaidengan kebutuhan.

    b. Tata Ruang1) Memperkuat sistem pertahanan;2) Memperkuat jati diri sebagai negara maritim;3) Membangun transparansi dan tata kelola pemerintahan;4) Menjalankan reformasi birokrasi melalui pembentukan perangkat

    PPNS Bidang Tata Ruang;5) Membuka partisipasi publik dengan melibatkan masyarakat dan

    dunia usaha secara aktif dalam penyelenggaraan penataan ruang;dan

    6) Mewujudkan kedaulatan pangan.c. Pertanahan

    1) Reforma Agraria 9 (sembilan) juta hektar (land reform); dan2) Jaminan kepastian hukum atas tanah.

    d. Perkotaan dan PerdesaanDifokuskan pada pembangunan wilayah perkotaan dalam rangkamembangun kota berkelanjutan dan berdaya saing, memenuhistandar pelayanan minimum khususnya di desa-desa tertinggal danperbatasan, yang akan disi oleh penguatan tata kelola pemerintahanDesa yang baik.

    e. Kawasan StrategisPemerataan pembangunan antar wilayah, terutama di kawasan timurIndonesia.

  • -8-

    f. Kawasan PerbatasanDifokuskan pada percepatan pembangunan di lokasi-lokasi prioritasperbatasan di berbagai bidang, terutama peningkatan bidang ekonomi,sosial, pertahanan dan keamanan.

    g. Daerah TertinggalDukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektorterhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal.

    h. Otonomi Daerah1) Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat;2) Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif,

    akuntabel, transparan dan efisien;3) Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan

    pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan;4) Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan

    kondisi dan kemampuan daerah;5) Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem NKRI.

    9. Penyediaan Sarana dan PrasaranaArah kebijakan pembangunan sarana dan prasarana dilaksanakan dalamrangka:a. pemenuhan terhadap layanan dasar, melalui: peningkatan akses

    terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak danberkelanjutan, dengan menjamin ketahanan sumber daya air domestikmelalui optimalisasi neraca air domestik dan peningkatan layanansanitasi, menyediakan infrastruktur produktif dengan menerapkanmanajemen aset baik pada tahapan perencanaan, penganggaran, daninvestasi, serta meningkatkan sinergi pembangunan air minum dansanitasi;

    b. pemenuhan terhadap hunian yang layak bagi masyarakatberpendapatan rendah, dengan meningkatkan peran fasilitasipemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru(sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian, yang didukungpeningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangkukepentingan pembangunan perumahan, mengembangkan sistem karirperumahan (housing career system) sebagai dasar penyelesaian backlogkepenghunian dan pengembangan industrialisasi perumahan, sertameningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunianperkotaan.

    10. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidupa. Memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagaisumber daya dan modal pembangunan;

    b.Mengelola sumber daya alam dan lingkungan untuk mendukungkekuatan industri nasional;

    c. Melakukan konservasi dan menjaga pemanfaatan sumber daya alamdan lingkungan hidup secara lestari untuk menjaga pembangunanberkelanjutan.

  • -9-

    Berdasarkan uraian tersebut, pemerintah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota harus mendukung tercapainya sasaran dan 1 (satu) lintasbidang serta 9 (sembilan) bidang pembangunan tersebut sesuai denganpotensi dan kondisi masing-masing daerah, mengingat keberhasilanpencapaian sasaran dan 1 (satu) lintas bidang serta 9 (sembilan) bidangpembangunan dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakanantara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara pemerintahkabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsi yangdituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

    Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah lebih lanjutdituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancanganPrioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersamaantara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentangAPBD Tahun Anggaran 2016. KUA dan PPAS pemerintah provinsi Tahun2016 berpedoman pada RKPD provinsi Tahun 2016 yang telahdisinkronisasikan dengan RKP Tahun 2016, sedangkan KUA dan PPASpemerintah kabupaten/kota berpedoman pada RKPD kabupaten/kotaTahun 2016 yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2016 danRKPD provinsi Tahun 2016.

    Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut dicantumkan pada PPAS sesuaiPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah, dalam bentuk Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut:

    Tabel 1Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam

    Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 danRancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun

    Anggaran 2016 dengan Bidang Pembangunan Nasional

    NoBidang

    PembangunanNasional

    Uraian Alokasi Anggaran Belanja DalamRancangan APBD

    Program

    BelanjaPegawai,Bunga,Subsidi,Hibah,Bantuan

    Sosial, BagiHasil,

    BantuanKeuangan,

    Belanja TidakTerduga

    Program(Rp)

    BelanjaPegawai,Bunga,Subsidi,Hibah,Bantuan

    Sosial, BagiHasil,

    BantuanKeuangan,

    Belanja TidakTerduga(Rp)

    Jumlah

    1 2 3 4 5 6 7=5+6

  • -10-

    Keterangan:1. Kolom 2 diisi dengan urusan pemerintahan daerah, baik urusan wajib

    maupun urusan pilihan, yang disesuaikan dengan masing-masingbidang pembangunan nasional;

    2. Kolom 3 diisi dengan nama program pada urusan pemerintahan daerahtertentu yang target kinerjanya terkait dengan bidang pembangunannasional;

    3. Kolom 4 diisi dengan jenis belanja pada kelompok belanja tidak langsungyang terkait dengan urusan pemerintahan daerah dan bidangpembangunan nasional;

    4. Kolom 5 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 3;5. Kolom 6 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 4;

    dan6. Kolom 7 diisi dengan jumlah antara kolom 5 dan kolom 6.

    1.

    2.

    3.

    4.s.d10.

    Pengarusutamaandan PembangunanLintas Bidang,meliputi urusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

    Sosial Budaya danKehidupanBeragama, meliputiurusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

    PembangunanEkonomi, meliputiurusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

    dst .

    Sumber Daya Alamdan LingkunganHidup), meliputiurusanpemerintahandaerah:a. ....;b. ....;c. dst ....

  • -11-

    Tabel 2.Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Rancangan

    Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerahtentang Penjabaran APBD dengan Prioritas Provinsi

    Keterangan:1. Kolom 2 diisi dengan prioritas provinsi;2. Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran belanja langsung

    dan tidak langsung sesuai prioritas provinsi yang didasarkan padaurusan pemerintahan daerah kabupaten/kota; dan

    3. Kolom 5 diisi dengan jumlah antara kolom 3 dan kolom 4.

    II. Prinsip Penyusunan APBDPenyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan prinsip sebagai

    berikut:1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang

    menjadi kewenangan daerah;2. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,

    ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasakeadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;

    3. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkandalam peraturan perundang-undangan;

    4. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui danmendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;

    5. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-

    undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

    III. Kebijakan Penyusunan APBDKebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dalam

    penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 terkait dengan pendapatandaerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:

    No. Prioritas ProvinsiAnggaran Belanja Dalam Rancangan APBD

    JumlahBelanja Langsung Belanja TidakLangsung

    1 2 3 4 3+4=51.2.3.4.5.6.dst.

  • -12-

    1. Pendapatan DaerahPendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran2016 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memilikikepastian serta dasar hukum penerimaannya.a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PADmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:

    a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerahberpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PeraturanPemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang RetribusiPengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

    b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harusdidasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusidaerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhanekonomi pada Tahun 2016 yang berpotensi terhadap targetpendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasipenerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahunsebelumnya.Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan upayapeningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari pajakdaerah dan retribusi daerah, mengingat tren peningkatan pajakdaerah dan retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional meningkat rata-rata sebesar Rp26,56 trilliun atau25,61%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-ratameningkat sebesar Rp17,65 trilliun atau 24,21% dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata meningkat sebesarRp8,90 trilliun atau 29,20%.Tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap totalpendapatan asli daerah selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional rata-rata sebesar 79,28%, dengan uraian untukpemerintah provinsi rata-rata sebesar 42,67% dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 6,63%.Selanjutnya, tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerahterhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional rata-rata sebesar 16,65%, dengan uraian untukpemerintah provinsi rata-rata sebesar 87,78% dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 64,22%.

    c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yangbersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, PemerintahDaerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyekdan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuanbesarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutangsampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi

  • -13-

    daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah sertapengawasan penyetorannya.

    d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotorpaling sedikit 10% (sepuluh per seratus), termasuk yangdibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untukmendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan sertapeningkatan moda dan sarana transportasi umumsebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

    e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagianprovinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan palingsedikit 50% (lima puluh per seratus) untuk mendanaipelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum olehaparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

    f) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalansebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

    g) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untukmendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dariperpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dankegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenagakerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97Tahun 2012.

    h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian LaluLintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalulintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 PeraturanPemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

    i) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaimkepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yangditerima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau UnitKerja pada SKPD yang belum menerapkan Pola PengelolaanKeuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD),dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatanPAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatanRetribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan RetribusiPelayanan Kesehatan.

    2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkanmemperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilaikekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehanmanfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangkawaktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang PedomanPengelolaan Investasi Daerah.

  • -14-

    Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaandaerah yang dipisahkan:a) Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi

    pemupukan laba (profit oriented) adalah mampu menghasilkankeuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD;dan

    b) Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsikemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampumeningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalamrangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Hal tersebut didasarkan pada tren peningkatan hasil pengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan selama 5 tahun mulai dariTahun Anggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015secara nasional meningkat rata-rata sebesar Rp0,89 trilliun atau16,46%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi meningkatrata-rata sebesar Rp0,31 trilliun atau 12,00% dan untukpemerintah kabupaten/kota meningkat rata-rata sebesar Rp0,57trilliun atau 20,86%.Dalam kaitan itu, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaandaerah yang dipisahkan terhadap total pendapatan asli daerahselama 5 tahun mulai dari Tahun Anggaran 2011 sampai denganTahun Anggaran 2015 secara nasional rata-rata sebesar 4,11%,dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-rata sebesar 3,14%dan untuk pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 5,91%.Selanjutnya, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan terhadap total pendapatan selama 5 tahun mulaidari Tahun Anggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015secara nasional rata-rata sebesar 0,85%, untuk pemerintahprovinsi rata-rata sebesar 1,52% dan pemerintah kabupaten/kotarata-rata sebesar 0,59%.Untuk perolehan hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan yang belum menunjukkan kinerja yang memadai(performance based), karena tidak memberikan bagian laba ataspenyertaan modal tersebut, pemerintah daerah harus melakukanantara lain langkah-langkah penyehatan perusahaan daerahtersebut, mulai dari melakukan efisiensi, rasionalisasi danrestrukturisasi sampai dengan pilihan untuk melakukanpenjualan aset (disposal) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan terlebih dulu melakukan proses due dilligencemelalui lembaga appraisal yang certified terkait hak dankewajiban perusahaan daerah tersebut, dan/atau upaya hukumatas penyertaan modal tersebut, mengingat seluruh/sebagian asetdan kekayaan perusahaan dimaksud tetap merupakan kekayaanpemerintah daerah yang tercatat dalam ikhtisar laporan keuanganperusahaan dimaksud sebagai salah satu lampiran LaporanKeuangan Pemerintah Daerah.

    3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu

    bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkanpada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PADYang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian

  • -15-

    obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari KelompokMasyarakat Penerima.

    b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan sesuai peruntukannya

    c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintahdaerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomaniPeraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaandan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasionalpada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran MenteriDalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 HalPetunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan danPenatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana KapitasiJaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik PemerintahDaerah.

    d) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerahdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek danrincian obyek sesuai kode rekening berkenaan.

    b. Dana PerimbanganPenganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatanperimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):

    a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumidan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan danPerdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiridari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang PribadiDalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan sesuaiPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 dan dengan memperhatikanperkembangan realisasi pendapatan DBH Pajak selama 3 (tiga)tahun terakhir.Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada:(1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhir

    yaitu Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 danTahun Anggaran 2012; atau

    (2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

    Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 terdapat perubahandan ditetapkan setelah Peraturan Daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harus

  • -16-

    menyesuaikan alokasi DBH-Pajak dimaksud pada PeraturanDaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016.

    b) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai RincianAPBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kotaTahun Anggaran 2016, dan dengan memperhatikanperkembangan realisasi pendapatan DBH-CHT selama 3 (tiga)tahun terakhir.Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiRincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 belum ditetapkan, penganggaran pendapatandari DBH-CHT didasarkan pada:(1) Realisasi pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu

    Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 dan TahunAnggaran 2012; atau

    (2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

    Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiRincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 terdapat perubahan dan ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasiDBH-CHT dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepadaPimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerahyang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkankualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaanlingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukaidan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukaiillegal) sesuai dengan amanat dalam Pasal 66C Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai danPeraturan Menteri Keuangan yang dijabarkan dengankeputusan gubernur.

    c) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA),yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineraldan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-GasBumi, dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuaiPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun 2016 atau

  • -17-

    Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDATahun Anggaran 2016.Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaialokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaran pendapatan dari DBH-SDA didasarkan pada:(1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir,

    yaitu Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 danTahun Anggaran 2012, dengan mengantisipasikemungkinan tidak stabilnya harga dan hasil produksi(lifting) minyak bumi dan gas bumi Tahun Anggaran 2016,serta dengan memperhatikan adanya pengalihanpenyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana diaturdalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah; atau

    (2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

    Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-SDA diluar Dana Reboisasi yang merupakanbagian dari DBH-Kehutanan terdapat perubahan danditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud pada peraturandaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA diluar DanaReboisasi Tahun Anggaran 2016 seperti pendapatan kurangsalur tahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan TahunAnggaran 2015, pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalamperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerahyang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016, untuk selanjutnya diberitahukan kepada PimpinanDPRD.Dalam rangka optimalisasi penggunaan Dana Bagi Hasil-DanaReboisasi (DBH-DR) tahun-tahun anggaran sebelumnya yangbelum dimanfaatkan dan masih ada di rekening kas umumdaerah kabupaten/kota sampai dengan akhir Tahun Anggaran2015, pemerintah daerah Kabupaten/Kota menganggarkankembali dalam Peraturan daerah tentang APBD Tahun 2016atau Peraturan daerah tentang Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 untuk menunjang program dan kegiatan yangterkait dengan rehabilitasi hutan dan lahan denganberpedoman pada peraturan perundang-undangan.Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan oleh PemerintahKabupaten/Kota tersebut dilakukan sampai berakhirnyaTahun Anggaran 2016 sesuai Surat Edaran Menteri DalamNegeri Nomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang

  • -18-

    Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah DitetapkannyaUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.Pendapatan yang berasal dari DBH-Migas wajib dialokasikanuntuk menambah anggaran pendidikan dasar yang besarannyaadalah 0,5% (nol koma lima per seratus) dari total DBH-Migassebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 PeraturanPemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

    d) Pendapatan DBH-Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untukdaerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran,didasarkan pada informasi resmi dari Kementerian Keuanganmengenai Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2016dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.

    2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenaiRincian APBN Tahun Anggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan, makapenganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU daerah provinsi,kabupaten dan kota Tahun Anggaran 2016 yang diinformasikansecara resmi oleh Kementerian Keuangan.Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh KementerianKeuangan dimaksud belum diterbitkan, maka penganggaran DAUdidasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2015.Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh KementerianKeuangan diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBDTahun Anggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peraturan daerahtentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

    3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):DAK dan/atau DAK Tambahan dianggarkan sesuai PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DAK TahunAnggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DAK Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, makapenganggaran DAK didasarkan pada alokasi DAK daerah provinsidan kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016 yang diinformasikansecara resmi oleh Kementerian Keuangan, setelah RancanganUndang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujuibersama antara Pemerintah dan DPR-RI.Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2016 tersebutditerbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Alokasi Khusus dimaksud denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah

  • -19-

    tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBDTahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.Penyediaan dana pendamping atau sebutan lainnya hanyadiperkenankan untuk kegiatan yang telah diwajibkan olehperaturan perundang-undangan.

    c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang SahPenganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-LainPendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:1) Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

    dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincianAPBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan OperasionalSekolah Tahun Anggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional SekolahTahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, penganggaraan danaBOS tersebut didasarkan pada alokasi dana BOS Tahun Anggaran2015.Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional SekolahTahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana BOSdimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangperubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD.

    2) Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuaidengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,

  • -20-

    penganggaraan TPG tersebut didasarkan pada alokasi TPG TahunAnggaran 2015 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran2014.Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkansetelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasiTPG dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangperubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD.

    3) Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016.Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016 belumditetapkan, maka penganggaran Dana Otonomi Khusus tersebutdidasarkan pada alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran2015 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2014.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016 tersebutditerbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Otonomi Khusus dimaksud denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBDTahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD.

    4) Pendapatan Pemerintah Aceh yang bersumber dari Dana OtonomiKhusus atau sebesar 2% (dua per seratus) dari pagu Dana AlokasiUmum Nasional Tahun 2016, penggunaannya agar ditujukanuntuk membiayai pembangunan terutama pembangunan danpemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dankesehatan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan

  • -21-

    Pemerintah Nomor 3 Tahun 2015 tentang Kewenangan PemerintahYang Bersifat Nasional di Aceh.

    5) Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak danGas Bumi yaitu bagian dari pertambangan minyak sebesar 55%(lima puluh lima per seratus) dan bagian pertambangan gas bumisebesar 40% (empat puluh per seratus) sebagaimana dimaksudPasal 181 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, paling sedikit30% (tiga puluh per seratus) dialokasikan untuk membiayaipendidikan di Aceh dan paling banyak 70% (tujuh puluh perseratus) dialokasikan untuk membiayai program pembangunanyang disepakati bersama antara Pemerintah Aceh denganPemerintah Kabupaten/Kota. Program pembangunan yang sudahdisepakati bersama dimaksud dilaksanakan oleh Pemerintah Acehdengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun2015.Penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas BumiTahun Anggaran 2016 dialokasikan sesuai dengan PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana TambahanDBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2016.Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi TahunAnggaran 2016 belum ditetapkan, maka penganggaran DanaTambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi tersebut didasarkan padaalokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi TahunAnggaran 2015 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran2014.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi TahunAnggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana TambahanDBH-Minyak dan Gas Bumi dimaksud dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

    6) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat sertaKabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Papua Barat yangbersumber dari Dana Otonomi Khusus atau sebesar 2% (dua perseratus) dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional Tahun 2016,harus digunakan terutama untuk pembiayaan pendidikan dankesehatan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-UndangNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi ProvinsiPapua.

  • -22-

    7) Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat sertaPemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Papua danPapua Barat dalam rangka otonomi khusus yang bersumber dariDBH-SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan GasAlam sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh per seratus)dialokasikan untuk biaya pendidikan dan sekurang-kurangnya15% (lima belas per seratus) untuk kesehatan dan perbaikan gizi,sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 Undang-UndangNomor 21 Tahun 2001.

    8) Penganggaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangkaOtonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat dialokasikansesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan InfrastrukturTahun Anggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan InfrastrukturTahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, maka penganggaranDana Tambahan Infrastruktur didasarkan pada:a) Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2016

    yang diinformasikan secara resmi oleh Kementerian Keuangan;atau

    b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujuibersama antara Pemerintah dan DPR-RI.

    Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan InfrastrukturTahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana TambahanInfrastruktur dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

    9) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersumber dariDana Tambahan Infrastruktur dalam rangka otonomi khusus yangbesarnya ditetapkan antara Pemerintah dan DPR-RI berdasarkanusulan provinsi pada setiap tahun anggaran supaya digunakanterutama untuk pembiayaan Pembangunan Infrastruktur. Hal inidimaksudkan agar sekurang-kurangnya dalam 25 (dua puluhlima) tahun seluruh kota-kota provinsi, kabupaten/kota, distrikatau pusat-pusat penduduk lainnya terhubungkan dengantransportasi darat, laut atau udara yang berkualitas, sehinggaProvinsi Papua dan Papua Barat dapat melakukan aktivitas

  • -23-

    ekonominya secara baik dan menguntungkan sebagai bagian darisistem perekonomian nasional dan global, sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001.

    10) Penganggaran Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah IstimewaYogyakarta (DIY) dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presidenmengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau PeraturanMenteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Keistimewaan DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta TahunAnggaran 2016 belum ditetapkan, maka penganggaran DanaKeistimewaan Pemerintahan DIY didasarkan pada:a) Alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan DIY Tahun Anggaran

    2016 yang diinformasikan secara resmi oleh KementerianKeuangan; atau

    b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujui bersamaantara Pemerintah dan DPR-RI.

    Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta TahunAnggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DanaKeistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dimaksud denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBDTahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari DanaKeistimewaan DIY, penggunaannya ditujukan untukmelaksanakan urusan keistimewaan yang ditetapkan denganPeraturan Daerah Istimewa dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DaerahIstimewa Yogyakarta.

    11) Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yangbersumber dari APBN dalam rangka membiayai penyelenggaraanpemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaankemasyarakatan serta pemberdayaan masyarakat desa, dankemasyarakatan sebagaimana maksud Pasal 72 ayat (1) huruf bdan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desadan Pasal 294 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014dianggarkan dalam APBD pemerintah kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 dengan mempedomani Peraturan PemerintahNomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaiman diubah

  • -24-

    dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014tentang Pengelolaan Keuangan Desa.Penganggaran Dana Desa dialokasikan sesuai dengan PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa TahunAnggaran 2016Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, makapenganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada alokasi DanaDesa Tahun Anggaran 2015.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016 ada perubahan danditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi dana desa dimaksud dengan terlebihdahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

    12) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2016atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2016.Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya TahunAnggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Transferlainnya dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangperubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD.

  • -25-

    Pendapatan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yangbersumber dari dana transfer lainnya, penggunaannya harusberpedoman pada masing-masing Peraturan/ Petunjuk Teknisyang melandasi penerimaan dana transfer lainnya dimaksud.

    13) Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dariBagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsididasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah daripemerintah provinsi Tahun Anggaran 2016.Dalam hal penetapan APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran2016 mendahului penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran2016, penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil PajakDaerah Tahun Anggaran 2015 dengan memperhatikan realisasiBagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2014, sedangkan bagianpemerintah kabupaten/kota yang belum direalisasikan olehpemerintah provinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran2015, ditampung dalam peraturan daerah tentang PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016.

    14) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baikyang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima daripemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnyadianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudahdianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuankeuangan bersifat umum tersebut diterima setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuankeuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2016.Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuankeuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuankeuangan bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016, untukselanjutnya diberitahukan kepada Pimpinan DPRD.

    15) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan,lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompokmasyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidakmempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan

  • -26-

    kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalamAPBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud.Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber daripemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjianhibah antara kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selakupemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selakupenerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumberdari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antarapihak ketiga selaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yangdiberi kuasa selaku penerima.Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

    16) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihakketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri,kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikatdan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran ataupengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan,dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatandimaksud.Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

    17) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat daripemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untukmendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakatsebagaimana ditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4)Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.Pendapatan dana darurat dapat dianggarkan sepanjang sudahditerbitkannya Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2016.Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaialokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2016 ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasidana darurat dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan

  • -27-

    terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

    2. Belanja DaerahBerdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerahdigunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yangmenjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahanwajib dan urusan pemerintahan pilihan.Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusanpemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan denganstandar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis danharga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkaitdengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedomanpada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasarmeliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum danpenataan ruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e)ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f)sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan denganpelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuandan perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkunganhidup, (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, (g)pemberdayaan masyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dankeluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k)koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m)kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan,(q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihanmeliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d)kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g)perindustrian, dan (h) transmigrasi.Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja,baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupunprogram dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkanakuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas danefisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harusmemberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasilangsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatandimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan targetkinerjanya.a. Belanja Tidak Langsung

    Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:1) Belanja Pegawai

    a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai NegeriSipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan serta memperhitungkan rencanakenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gajiketiga belas.

  • -28-

    b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhanpengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun2016.

    c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gajiberkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasipegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnyamaksimum 2,5% (dua koma lima per seratus) dari jumlahbelanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

    d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRDserta PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2016dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-UndangNomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara JaminanSosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah denganPeraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang PerubahanAtas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentangJaminan Kesehatan.Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untukpengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatanbagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan danAnggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraanjaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidakdiperkenankan dianggarkan dalam APBD.

    e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dankematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinandan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD denganmempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan PemerintahNomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentangPenyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja danPeraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentangPenahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

    f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harusmemperhatikan kemampuan keuangan daerah denganpersetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuankriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturankepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

    g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah danRetribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan PemanfaatanInsentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilanguru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2016melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD

  • -29-

    pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek danrincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

    2) Belanja BungaBagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bungapinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangkapanjang supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD TahunAnggaran 2016.

    3) Belanja SubsidiPemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepadaperusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayananpublik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaanKewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation). BelanjaSubsidi tersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembagatertentu agar harga jual dari hasil produksinya terjangkau olehmasyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/ lembagatertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yangmerupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orangbanyak.Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD TahunAnggaran 2016, perusahaan/lembaga penerima subsidi harusterlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuanpemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negarasebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21Tahun 2011.

    4) Belanja Hibah dan Bantuan SosialPenganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumberdari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telahdisesuaikan dengan Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibahdan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibahdan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturanperundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

    5) Belanja Bagi Hasil Pajaka) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber

    dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintahkabupaten/kota harus mempedomani Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009.Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebutharus memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerahpada Tahun Anggaran 2016, sedangkan pelampauan targetTahun Anggaran 2015 yang belum direalisasikan kepadapemerintah kabupaten/kota ditampung dalam PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA

  • -30-

    bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016.

    b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusidaerah dilarang untuk dianggarkan dalam APBD Tahun 2016sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor58 Tahun 2005.

    c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat(3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 97Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintahkabupaten/kota menganggarkan belanja Bagi Hasil PajakDaerah dan Retribusi Daerah kepada pemerintah desa palingsedikit 10% (sepuluh per seratus) dari pajak daerah danretribusi daerah kabupaten/kota.

    d) Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan Bagi Hasil PajakDaerah dari pemerintah provinsi untuk pemerintahkabupaten/kota dan pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah danRetribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota untukpemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftarnama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selakupenerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajakdaerah dan retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.

    6) Belanja Bantuan Keuangana) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah kepada

    pemerintah daerah lainnya dapat dianggarkan dalam APBDsesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasibelanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangandipenuhi oleh pemerintah daerah dalam APBD Tahun Anggaran2016.Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan padapertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantupelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersediaalokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberianbantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasamaantar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masingdaerah.Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum danbersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umumdigunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal denganmenggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah,jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayahyang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuankeuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantucapaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerimabantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuankeuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu olehpemberi bantuan.

    b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikandalam APBD Tahun Anggaran 2016 dan dianggarkan pada jenisbelanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan

  • -31-

    kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partaipolitik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaranbantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepadaPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentangPedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD,Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan PertanggungjawabanPenggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata CaraPenghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan,Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban PenggunaanBantuan Keuangan Partai Politik.

    c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 95Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintahkabupaten/kota harus menganggarkan alokasi dana untukdesa dan desa adat yang diterima dari APBN dalam jenisbelanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalamAPBD kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016 untuk membiayaipenyelenggaraan pemerintahan, pembangunan sertapemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.Selain itu, pemerintah kabupaten/kota harus menganggarkanAlokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenisbelanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa palingsedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yangditerima oleh kabupaten/kota dalam APBD Tahun Anggaran2016 setelah dikurangi DAK sebagaimana diatur dalam Pasal72 ayat (4) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014dan Pasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014.Selanjutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapatmemberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintahdesa, sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf eUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 2014.Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuankeuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikandaftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuankeuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangansesuai kode rekening berkenaan.

    7) Belanja Tidak TerdugaPenganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasionaldengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dankemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapatdiprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintahdaerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untukmendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidakdiharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap daruratbencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, danapendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk programdan kegiatan pada Tahun Anggaran 2016, termasuk pengembalianatas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

  • -32-

    b. Belanja LangsungPenganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan programdan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk

    pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadikewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajibdan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajibterdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan denganpelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidakberkaitan dengan pelayanan dasar.Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk programdan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakanlangsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitaspelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepadakepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada setiapprogram dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib terkaitpelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedoman padastandar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatanuntuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait denganpelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedomanpada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masingurusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasarpenyusunan RKA-SKPD.Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agarmengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usahamikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikanprinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitaskemampuan teknis.

    2) Belanja PegawaiDalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSDmemperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalampencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengankebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangkamencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan haltersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSDdibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwakeberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benarmemiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitaspelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikanpemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuantersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif Pemungutan PajakDaerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut padaa.1).g).Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalamjenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek

  • -33-

    belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran honorariumbagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengankeputusan kepala daerah.

    3) Belanja Barang dan Jasaa) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan

    dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa denganmenambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru sertabesarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

    b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihakketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangkapemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan ataupenghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebutdianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai koderekening berkenaan.

    c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengankebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas danfungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan sertamemperhitungkan estimasi sisa persediaan barang TahunAnggaran 2015.

    d) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupanpenyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJShanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanankesehatan tersebut hanya berupa pelayanan Medical check upsebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga(satu istri/suami dan dua anak) dalam rangka pemeliharaankesehatan dan dianggarkan dalam bentuk program dankegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait dandilaksanakan pada Rumah Sakit Umum Daerahsetempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.

    e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakirmiskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-UndangNomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011,Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentangPenerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan PeraturanPresiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah denganPeraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak menjadicakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJSyang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapatmenganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan padaSKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanankesehatan.

    f) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasiJaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan TingkatPertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belummenerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan PresidenNomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JaminanKesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan danDukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik Pemerintah

  • -34-

    Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya padatahun anggaran sebelumnya, dana kapitasi tersebut harusdigunakan tahun anggaran berikutnya dan penggunaannyatetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun2014 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.

    g) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik NamaKendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikanpada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3)Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuaidengan masing-masing peraturan daerah.

    h) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihakketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa denganmempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, sertaperaturan perundang-undangan lain dibidang hibah danbantuan sosial.Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepadapihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaandimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasayang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakatditambah seluruh belanja yang terkait denganpengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan

    i) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangkakunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinasdalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukansecara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi sertamemperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksudsehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintahdaerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkansesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaranperjalanan dinas luar negeri berpedoman pada InstruksiPresiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas LuarNegeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri BagiPejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Dalam Negeri,Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD.

    j) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangandaerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harusmemperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riilatau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya

    riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untukGubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,Walikota/Wakil Walikota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya

  • -35-

    dan pejabat yang diberikan kedudukan atau hak keuangandan fasilitas setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;

    2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;4) Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan

    fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yangbersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tigapuluh per seratus) dari tarif hotel di kota tempat tujuansesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dandibayarkan secara lumpsum.

    5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secaralumpsum.

    Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas ditetapkandengan Keputusan Kepala Daerah, berdasarkan kemampuankeuangan daerah dengan memperhatikan aspek transparansi,akuntabilitas, efisiensi, efektifitas, kepatutan dan kewajaranserta rasionalitas sesuai kebutuhan nyata, yang akan diberikanpetunjuk lebih lanjut.

    k) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yangmengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanjaperjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinasdimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yangditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

    l) Penganggaran untuk orientasi dan pendalaman tugas berupapendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi,workshop, lokakarya, seminar atau sejenisnya yang terkaitdengan pengembangan kapasitas sumber daya manusia bagiPejabat Daerah dan Staf Pemerintah Daerah, Pimpinan danAnggota DPRD serta unsur lainnya seperti tenaga ahlidiprioritaskan penyelenggaraannya di masing-masing wilayahprovinsi/kabupaten/kota bersangkutan.Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukanpenyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnyadi luar daerah tetap dilakukan secara selektif denganmemperhatikan aspek urgensi, kualitas penyelenggaraan,muatan substansi, kompetensi narasumber, kualitas advokasidan pelayanan penyelenggara serta manfaat yang akandiperoleh guna efisiensi dan efektifitas penggunaan anggarandaerah serta tertib anggaran dan administrasi olehpenyelenggara.Orientasi dan Pendalaman Tugas bagi Pimpinan dan AnggotaDPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berupa pendidikandan pelatihan pada prinsipnya mempedomani PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang PedomanOrientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi danDPRD Kabupaten/Kota sebagaimana diubah dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2013 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman TugasAnggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

  • -36-

    Pendalaman tugas/pengembangan kapasitas Pejabat Daerahdan Staf Pemerintah Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD sertaunsur lainnya seperti tenaga ahli yang pelaksanaannya kurangdari 4 (