lakip 4 klh 2014 final

Upload: bhinuktin9678

Post on 02-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    1/15

    Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana eselon II kecuali Unit

    Pengelola Teknis mandiri dan Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori-

    kategori output yang secara garis besar dapat dirangkum sebagai berikut :

    1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, peraturan, regulasi, metodologi, konsep,

    dan kajian;

    2) Pelayanan publik (perijinan, pengaduan, penyelesaian kasus, pengembangan

    dan pelayanan informasi);

    3) Pembinaan (pengawasan, pembinaan, insentif/disinsentif, asistensi terhadap

    pemerintah daerah atau masyarakat) dan monitoring-evaluasi (monev).

    Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan Unit Pengelola Teknis mandiri dan

    Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori output yang secara garis besar

    dapat dirangkum sebagai berikut :

    1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, inventarisasi data (dilakukan melalui

    monev), konsep, dan kajian;

    2) Pelayanan publik;

    3) Pembinaan dan peningkatan kapasitas;

    4) Layanan perkantoran.

    2.4.2. Program Generik : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

    Teknis Lainnya KLH

    Program ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kelola

    pemerintahan yang baik melalui pelaksanaan dukungan manajemen dan tugas

    teknis lainnya di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup.

    Sasaran Strategis (Outcomes)Program Generik ini adalah :

    1) Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar tanpa

    pengecualian (WTP);

    2) Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB).

    Berdasarkan sasaran strategis program generik ini, fungsi Eselon 1 KLH

    dikelompokkan sebagai berikut :

    22

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    2/15

    Tabel 2.2. Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik

    berdasarkan Sasaran Strategis

    Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik berdasarkan Sasaran Strategis

    Kelompok KegiatanProgram

    Sasaran Strategis

    Eselon I Pelaksana

    Menurut Fungsi

    Program Dukungan

    Pengelolaan keuangan

    Pemberian dukungan

    Sekretariat Kementerian

    Manajemen

    kementerian

    manajemen dan penyediaan

    LH

    sarana dan prasarana

    DNPIPercepatan implementasi

    reformasi birokrasi

    Indikator capaian sasaran strategis dari program generik ini adalah :

    1) Pelaksanaan RB merupakan komponen dari sistem penilaian kinerja unit kerja,

    maupun kinerja para pejabat/pimpinan unit kerja, pegawai;

    2) Peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan

    minimal;

    3) Pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara akuntabel dengan menaati

    perundangan : Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Sistem Pengendalian

    Internal Pemerintahan (SPIP), Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;

    4) Peningkatan efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program, pendanaan dan

    akuntabilitas kinerja.

    Kegiatan yang termasuk dalam program ini adalah sebagai berikut :

    1) Pengembangan perencanaan dan kerjasama luar negeri;

    2) Peningkatan kinerja Dewan Nasional Perubahan Iklim;

    3) Pengendalian internal;

    4) Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum, rumah tangga, keuangan dan

    kepegawaian;

    5) Pengembangan telaahan kebijakan;

    6) Pengembangan perundang-undangan dan hubungan masyarakat.

    2.5. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014

    Dalam menyusun rencana kinerja tahunan, KLH membagi kinerja teknis para

    eselon 1 ke dalam klaster yang dikaitkan dengan prioritas nasional yang merupakan

    kontrak kinerja Menteri dengan Presiden. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi para

    eselon I diterjemahkan dalam berbagai rangkaian kegiatan, sehingga pengukuran

    23

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    3/15

    kinerja para eselon I menggunakan indikator-indikator pengukuran pada tingkat

    kegiatan. Penjumlahan dan sinergi hasil kegiatan menurut klaster tersebut secara

    keseluruhan menggambarkan pencapaian setiap sasaran strategis.

    (

    )

    ,

    , 3

    &

    Gambar 2.4. Keterkaitan Indikator dalam Berbagai Tingkatan Implementasi

    Rencana kinerja KLH pada tahun 2014 kemudian disusun dengan mengacu

    pada sasaran strategis yang ingin dicapai dikaitkan dengan prioritas nasional dan

    indikator-indikator kinerja pada tingkat eselon I. Gambaran rencana kinerja tersebut

    disajikan pada tabel di bawah ini :

    24

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    4/15

    Tabel 2.3. Rencana Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014

    dikaitkan dengan Prioritas Nasional

    1.

    680

    2010

    2.

    3 ,

    3

    50% 2014

    3

    3

    1.

    20%

    ( 2.

    )

    ,

    500.000

    ,

    11

    2010

    ()

    25

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    5/15

    1.

    , /

    2.

    33

    3.

    , ,

    ()

    ()

    ()

    ()

    2.6 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014

    Setelah menetapkan RKT 2014 dan menerima DIPA 2014, Kementerian

    Lingkungan Hidup menetapkan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2014, yang

    mengemukakan program utama, sasaran strategis, indikator kinerja keluaran

    (output), indikator kinerja hasil (outcome) beserta targetnya.

    Dokumen penetapan kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan

    kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk

    mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh

    instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja (PK) selain digunakan sebagai

    alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down, juga djadikan

    sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi.

    Penyusunan dan pemanfaatan dokumen penetapan kinerja atau perjanjian

    kinerja atau kontrak kinerja merupakan salah satu cara dan mekanisme dalam

    menerapkan manajemen kinerja secara baik. Dengan menggunakan penetapan atau

    26

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    6/15

    perjanjian kinerja diharapkan KLH secara berjenjang dapat mengerahkan sumber

    daya yang dimiliki guna mencapai target kinerja yang telah disepakati.

    KLH telah menyusun penetapan kinerja Tahun 2014 secara berjenjang sesuai

    dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang diembannya. Penetapan Kinerja (PK) ini

    merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2014.

    Penetapan Kinerja KLH tahun 2014, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 2.4. Penetapan Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014

    Lembaga : Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)

    Tahun Anggaran : 2014

    (1) (2) (3) (4) (5)

    10%

    65%

    30%

    "

    " ""

    45

    20%

    . 676.565.559.000

    3

    10.005.500

    3 62.400

    200

    ( )

    3

    27

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    7/15

    13

    5

    ()

    47

    2.340

    / 1.018

    29%

    20%

    ,

    ()

    . 372.772.551.000

    ()

    Jumlah Total Anggaran KLH : Rp.1.040.338.110.000,-

    Jakarta, Januari 2014

    Menteri Lingkungan Hidup,

    ttd

    Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA

    28

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    8/15

    Bab III

    Akuntabilitas Kinerja

    3.1. Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk

    menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program

    yang ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini

    dilakukan dengan menilai pencapaian setiap target kinerja guna memberikan

    gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan KLH dalam pencapaian tujuan.

    Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya

    akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja

    manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja financial organisasi, dan kinerja

    lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran tingkat capaian

    kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan

    target kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun rumusannya adalah

    sebagai berikut:

    Prosentase Capaian = Realisasi x 100%Kinerja

    Target

    Dengan membandingkan antara realisasi dan target kegiatan, maka dapat

    dilihat jumlah prosentase capaian pada masing-masing indikator kinerja kegiatan.

    Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab

    keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan

    dan kelemahan realisasi dan target kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk

    meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

    3.2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)

    Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Lingkungan Hidup

    merupakan tolok ukur capaian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang menjadi

    tanggungjawabnya. Indikator-indikator ini ditetapkan agar memudahkan para

    29

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    9/15

    pemangku kepentingan mengukur dan menganalisa keberhasilan kinerja

    Kementerian Lingkungan Hidup.

    Pemilihan indikator yang ditetapkan untuk mencapai sasaran strategis

    Kementerian Lingkungan Hidup mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka danberpedoman pada kriteria SMART (specific, Measurable, Achievable, Relevantand

    Time-Bond). Adapun indikator-indikator tersebut adalah :

    a. Prosentase penurunan pencemar yang dibuang ke lingkungan oleh industri

    b. Prosentase industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang

    pengendalian pencemaran lingkungan

    c. Prosentase peningkatan kinerja industri dari "tidak taat" ke "taat"

    d. Jumlah kota metropolitan dan kota besar dengan kualitas udara membaik

    e. Prosentase jumlah penurunan timbulan sampah

    f. Jumlah limbah B3 terkelola dari industri yang terinventarisir

    g. Jumlah limbah B3 di media yang terkelola dari kegiatan pemulihan lahan

    terkontaminasi yang terinventarisir

    h. Jumlah kabupaten meningkatkan dan atau mempertahankan tutupan vegetasi di

    wilayahnya (profil kabupaten hijau)

    i. Jumlah provinsi yang menerapkan pengelolaan gambut berkelanjutan

    j. Jumlah sungai prioritas yang disepakati kelas airnya dengan pendekatan

    ekoregion

    k. Jumlah danau prioritas yang telah dilakukan penyusunan rencana aksi

    penyelamatan danau (Germadan)

    l. Jumlah kasus lingkungan hidup yang tertangani

    m. Jumlah Kelompok Masyarakat yang berpartisipasi/berperan aktif dalam

    perlindungan dan pengelolaan LH

    n. Prosentase laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan yang

    dipersiapkan untuk proses akreditasi

    o. Prosentase peningkatan kapasitas pejabat fungsional pedal

    p. Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini Wajar Tanpa

    Pengecualian (WTP)

    q. Peningkatan kinerja KLH berdasarkan nilai LAKIP

    30

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    10/15

    Dari masing-masing indikator kinerja di atas telah ditetapkan target-target

    yang hendak dicapai pada tahun 2014 (tertuang dalam penetapan kinerja) dan

    realisasi pencapaiannya seperti yang tertuang pada tabel di bawah ini:

    Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama KLH Tahun 2014

    %

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    10 80,56 805,6

    65 72 110,7

    30

    41

    136,7

    " " ""

    45 45 100

    20 20 100

    3

    10.005.500

    19.089.566,53

    190,8

    3

    62.400 1.088.411,3 1.744,2

    200 316 158

    (

    )

    3

    3

    100

    13

    13

    100

    5

    5

    100

    31

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    11/15

    47 201 438,3

    / 2.340 2.905 124

    1.018 1.018 100

    29 29 100

    20

    4

    25

    ,

    ()

    ()

    3.3 Analisis Capaian Kinerja

    Secara lebih detil dari masing-masing sasaran telah ditetapkan indikator

    kinerja utama yang hendak dicapai. Capaian indikator kinerja dijelaskan dalam

    analisis capaian kinerja sebagai berikut:

    Menurunnya Tingkat Pencemaran Lingkungan Hidup

    Perbaikan kualitas lingkungan dalam beberapa tahun kedepan masih akan

    menghadapi permasalahan yang cukup kompleks meskipun mulai dirasakan adanya

    peningkatan kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap buruknya kualitas

    lingkungan. Oleh karena itu, untuk memastikan terjadinya penurunan beban

    pencemaran melalui pengendalian pencemaran lingkungan harus dilakukan secara

    terintegrasi dan terukur dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan

    kualitas lingkungan yang lebih baik.

    Sasaran KLH dalam menurunkan tingkat pencemaran lingkungan hidup

    dicapai melalui indikator kinerja yang mencerminkan membaiknya kualitas air dan

    32

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    12/15

    udara, pengelolaan sampah serta limbah B3, serta terkendalinya pencemaran

    lingkungan melalui pemantauan industri. Indikator kinerja, target dan realisasinya

    pada tahun 2014 digambarkan pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

    Tabel 3.2. Capaian Kinerja Sasaran Strategis1: Menurunnya Tingkat Pencemaran Lingkungan

    %.

    1 2 3 4

    .

    10

    %

    80,56

    %

    805,6

    %

    .

    %

    65 % 72 % 110,7

    . %

    30 % 41 % 136,7

    . %

    45

    45

    100

    .

    %

    20 % 20 % 100

    . 3 %

    10.005.500 19.089.566,53 190,8

    .

    3

    %

    62.400

    1.088.411,3

    1.744,2

    a. Penurunan pencemar yang dibuang ke lingkungan oleh industri

    Beban pencemar merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas

    lingkungan baik untuk kualitas air maupun udara. Dengan kondisi media penerima

    yang sama maka semakin kecil beban pencemar yang dibuang ke lingkungan, maka

    kualitas lingkungan akan semakin baik.

    Patut diperhatikan bahwa untuk menghasilkan kualitas lingkungan yang baik,

    selain penurunan beban pencemaran maka perlu juga dilakukan upaya-upaya

    lainnya agar variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas lingkungan juga

    33

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    13/15

    mendukung, dapat menetralkan polutan yang masuk sehingga tetap memenuhi baku

    mutu lingkungan.

    Beban pencemar air untuk industri dihitung dari peserta penilaian mandiri

    PROPER. Nilai beban pencemar air yang dibuang ke sumber air, dalam hal ini

    sungai, dipengaruhi oleh efisiensi instalasi pengolah air limbah (IPAL). Semakin baik

    kinerja IPAL maka beban pencemaran air yang dibuang ke sumber air akan semakin

    kecil. Dengan demikian diasumsikan bahwa penurunan beban pencemar air

    diperoleh dari selisih antara besaran/nilai beban pencemar air sebelum masuk ke

    IPAL (inlet) serta nilai beban pencemaran air setelah diolah di IPAL (outlet).

    Data penghitungan beban pencemaran air limbah industri didasarkan data

    dari 598 industri peserta PROPER yang dievaluasi melalui penilaian mandiri. Pada

    penilaian mandiri, perusahaan tidak diawasi secara langsung oleh pengawas, namun

    diberikan kesempatan untuk menyampaikan seluruh data penaatan dalam

    pengelolaan lingkungan yang dilakukan.

    Target penurunan beban pencemar dari kegiatan industri adalah 10%.

    Realisasi penurunan beban pencemar air limbah adalah 80,56% sehingga capaian

    kinerja untuk penurunan beban pencemar air adalah 805,6% (lihat Tabel 3.3).

    Sementara capaian untuk beban pencemar air bervariasi tergantung parameter,

    mulai 21,72% untuk NO2sampai 58,91% untuk partikulat.

    Tabel. 3.3 Data Beban Pencemar Air Limbah Industri Tahun 2014 (ton)

    %

    1.316.354.957,00 367.402.874,34 948.927.581,43 72,09%

    8.290.180.255,87 1.498.356.336,33 6.790.125.386,76 81,91%

    9.606.535.212,87 1.865.759.210,67 7.739.052.968,19 80,56%

    Beban pencemar yang direduksi adalah selisih antara beban pencemar air

    limbah sebelum diolah dengan air limbah setelah diolah. Parameter-parameter

    34

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    14/15

    pencemar dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu organik dan anorganik.

    Berdasarkan pendekatan tersebut, data kumulatif yang diperoleh dapat dilihat pada

    tabel 3.4 sebagai berikut:

    Tabel 3.4 Reduksi Beban Pencemaran Air dari Setiap Sektor

    (/) (/) (/)

    ,

    1

    15.282.165,08

    5.541.883,69

    1.215.500,66 1.240.001,89 14.066.664,42 4.301.881,80

    ,

    2 ,

    10.823.595,00

    4.466.074.529,00

    34.605,00 1.484.992.813,00 10.788.990,00 2.981.081.716,00

    3 1.290.249.196,92 3.818.563.843,18 366.152.768,68 12.123.521,44 924.096.428,24 3.804.717.287,74

    1.316.354.957,00

    8.290.180.255,87

    367.402.874,34

    1.498.356.336,33

    948.927.581,43

    6.790.125.386,76

    Pencemaran terjadi akibat tingginya beban pencemar dalam suatu media

    lingkungan sehingga proses asimilasi atau pemurnian yang dilakukan oleh media

    lingkungan tersebut tidak dapat berjalan. Oleh karena itu, penurunan beban

    pencemar merupakan variabel yang dapat mendorong perbaikan kualitas

    lingkungan. Penurunan beban pencemar hanya dapat diharapkan dapat terjadi atau

    dilakukan oleh kegiatan-kegiatan yang mampu memenuhi ketentuan peraturan.

    Namun demikian, perlu dipastikan bahwa ketentuan yang diberlakukan sudah

    dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu

    media lingkungan.

    Penurunan beban pencemar dapat terjadi apabila sumber pencemar mampu

    mereduksi kuantitas pencemar yang dihasilkan menjadi lebih rendah ketika harus

    dibuang ke lingkungan, melalui suatu sistem pengolahan air limbah atau

    pengendalian emisi. Untuk mengetahui besaran pencemar yang direduksi, maka

    perlu dilakukan penghitungan atau pengukuran beban pencemar awal dan beban

    pencemar setelah proses pengendalian.

    35

  • 7/26/2019 Lakip 4 Klh 2014 Final

    15/15

    b. Industri yang taat terhadap peraturan perundangan di bidang

    pengendalian pencemaran lingkungan

    Ketaatan industri terhadap peraturan pengelolaan lingkungan hidup

    merupakan aspek dasar dalam penilain PROPER. Sifat pembinaan PROPER, selain

    bentuk pengawasan, memberi peluang bagi perusahaan untuk dapat memahami dan

    menjalankan peraturan lingkungan yang berkaitan atau menjadi kewajibannya.

    Persentase ketaatan dalam PROPER merupakan hal yang krusial karena

    ditargetkan maksimal, namun rentan karena setiap tahun jumlah industri peserta

    PROPER selalu bertambah. Pertambahan industri baru tentunya akan

    mempengaruhi keseluruhan peringkat ketaatan PROPER. Selama periode 2010-

    2014 target tahunan prosentase jumlah ketaatan industri terhadap peraturan

    lingkungan adalah 65%.

    Hasil penilaian PROPER 2014 menunjukkan bahwa prosentase industri yang

    mampu taat terhadap peraturan mencapai 72%. Dengan demikian capaian ketaatan

    industry PROPER pada kegiatan tahun 2014 mencapai 110,7%. Hasil

    pemeringkatan PROPER 2014 menunjukkan bahwa proses pra-PROPER atau

    persiapan PROPER lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan

    prosentase penaatan industri PROPER yang lebih tinggi dibanding pencapaian

    tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 65% dari total 1.812 industri yang diawasi.

    Bahkan persentase pencapaian 2013 tersebut juga masih lebih rendah dibanding

    pencapaian 2012 yang mencapai 69% dari 1311 industri, atau 2011 yang mencapai

    66% dari 1.005 industri. Prosentase Tingkat Ketaatan Industri yang diawasi dan

    memenuhi baku mutu dari tahun 2010 s/d 2014 dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah

    ini:

    Tabel 3.5. Prosentase Tingkat Ketaatan Industri yang Diawasi dan Memenuhi Baku Mutu

    20132014 65% 72% 110,7% 1.914

    20122013

    65%

    65%

    100%

    1.812

    20112012 65% 69% 106,2% 1.311

    20102011

    65%

    66% 101,54% 1.005

    36