lab uji bahan bentha yuda 3201301018

39
BAB I PENDAHULUAN I.I . Latar Belakang Latar belakang dari hasil laporan ini bahwa sebagai mahasiswa kita harus mengetahui perihal karakter, sifat, yang terkandung dalam bahan bangunan, seperti halnya beton sebagai struktur yang kuat juga sangat berperan dalam pembangunan pembuatan gedung dan sebagainya sehingga kebutuhan penelitian begitu begitu menunjang dalam pemanfaatan dalam bidang bangunan, seiring perkembangan jaman yang pesat, beton menjadi sasaran utama dalam aktifitas sebagai konstruksi bangunan serba guna sehingga semakin hari banyak peminatnya. I.II. Tujuan Tujuan dari pada pembuatan laporan ini, salah satunya sebagai pemenuhan tugas sebagai dasar kepahaman kita terhadap proses praktikum sebelumnya, selain itu laporan bisa menjadi wawasan bagi kita semua untuk bisa mempelajari serta memahami dari hasil praktikum ini yang hasil akhirnya bisa mengamalkan secara integritas atas dasar laporan ini Adapun Tujuan lain dari Uji Bahan adalah : 1) Mahasiswa dapat berkerja dengan terampil dalam Uji Bahan

Upload: bentha-niger

Post on 15-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Praktek Lab Uji Bahan 1

TRANSCRIPT

Page 1: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

BAB I

PENDAHULUAN

I.I . Latar Belakang

Latar belakang dari hasil laporan ini bahwa sebagai mahasiswa kita harus mengetahui

perihal karakter, sifat, yang terkandung dalam bahan bangunan, seperti halnya beton

sebagai struktur yang kuat juga sangat berperan dalam pembangunan pembuatan gedung

dan sebagainya sehingga kebutuhan penelitian begitu begitu menunjang dalam

pemanfaatan dalam bidang bangunan, seiring perkembangan jaman yang pesat, beton

menjadi sasaran utama dalam aktifitas sebagai konstruksi bangunan serba guna sehingga

semakin hari banyak peminatnya.

I.II. Tujuan

Tujuan dari pada pembuatan laporan ini, salah satunya sebagai pemenuhan tugas

sebagai dasar kepahaman kita terhadap proses praktikum sebelumnya, selain itu laporan

bisa menjadi wawasan bagi kita semua untuk bisa mempelajari serta memahami dari

hasil praktikum ini yang hasil akhirnya bisa mengamalkan secara integritas atas dasar

laporan ini

Adapun Tujuan lain dari Uji Bahan adalah :

1) Mahasiswa dapat berkerja dengan terampil dalam Uji Bahan

2) Mahasiswa dapat mempraktekan hasil praktikum ini dimana pun tempat ia kerja kelak

3) Mahasiswa lebih mengenal bahan yang akan diujikan

4) Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat uji bahan

I.III. Waktu dan Tempat Praktek

Adapun waktu praktek yang telah di tentukan masuk Jam 08.00 – SELESAI. Dan

Tempat Praktek dilaksanakan di Laboratorium Teknik Spil

Page 2: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

BAB II

DASAR TEORI

II.I. Pengertian Beton

Beton didefinisikan sebagai sebuah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan

agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil / batu pecah), semen, air, dan bahan

tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah mengeras. Bila campuran beton

belum mengeras (plastis), bahan tersebut disebut spesi beton. Agar beton dapat menahan

gaya tarik, maka di dalam beton diberi besi tulangan dan biasa disebut beton bertulang.

Definisi beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan

yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau tanpa pratekanan

dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan besi tulangan)

bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang diterima. Agregat sebagai salah satu

komposisi bahan beton (baik agregat halus atau agregat kasar) bisa didapat dari alam

(alami: kerikil, pasir sungai), atau dari industri (buatan: batu pecah, pasir giling).

Keduanya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti kebersihan yang terjaga, gradasi

yang baik, dan kadar organik yang rendah sebelum digunakan sebagai campuran. Begitu

pula semen dan air. Harus disesuaikan dengan kebutuhan bahan beton yang akan dipakai.

Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh

bahan-ikat. Singkatnya dapat dikatakan pasta bahwa semen mengikat pasir dan bahan-

bahan agreget lain (kerikil,basalt, dll). Sifat-sifat beton pada suhu tinggi di pengaruhi

dalam batas tertentu oleh jenis agregat. Beton structural dapat digolongkan ke dalam tiga

jenis agregat, antara lain:

1. Karbonat. Meliputi batu kapur dan dolomite dan dimasukkan dalam satu golongan

kedua zat ini mengalami perubahan susunan kimia pada suhu antara 1300F sampai

1800F.

2. Silikat. Meliputi granit, kuarsit, batu pasir. “schist”, dan bahan lain yang mengandung

silikat, tidak mengalami perubahan kimia pada suhu yang biasa dijumpai dalam

kebakaran. Walaupun silikat mengalami perubahan volume yang tiba-tiba setelah inverse

kuarsa terjadi pada suhu sekitar 1060F, beton yang beragregat silikat tidak menunjukan

perubahan volume atau sifat fisika lain yang tiba-tiba.

Page 3: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

3. Berbobot ringan. Bisa diproduksi dengan mengekspansi batu karang, batu tulis tanah

liat, dan karang yang diekspansi dipanasi sampai sekiyar 1900F sampai 2000F selama

pembuatan. Pada suhu ini, agregat tersebut menjadi cair. Akibatnya, agregat berbobot

ringan ini yang berada dekat permukaan beton yang mengalami uji kekealan standar

mulai melunak setelah terbakar selama sekitar empat jam. Dalam praktek, pengaruh

pelunakan ini umumnya kecil. Selain sifat sifat beton, aspek lain yang besar pengaruhnya

terhadap pembentukan panas hidratasi adalah faktor-air-semen.

· Faktor air semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat semen:

Berat air (kg/m3) = F.A.S x berat semen (l/m3)

· Bila spesi beton di tambah extra air, maka sebenarnya hanya pori-porinya yang

bertambah banyak. Akibatnya beton lebih berpori-pori dan kekuatan serta masa pakainya

berkurang. Pedoman untuk komposisi spesi beton yang dapat dipegang yaitu,

semen:pasir:kerikil=1:2:3.Satuan perbandingan ini adalah volume.

a) Sifat Teknis Beton Non-Pasir, adalah kajian tentang pengertian, manfaat, dan sifat-

sifat beton non-pasir, serta penerapannya baik pada struktur atau pada non struktur

pekerjaan Teknik Sipil.

b) Bahan – bahan Penyusun Beton, adalah kajian tentang air sebagai bahan penyusun,

fungsi dan kriterianya, Semen Portland, dan agregat, meliputi jenis, fungsi dan perannya,

serta proses pembentukan beton.

c) Sifat Teknis Agregat, adalah kajian tentang agregat dan permasalahan nya, jenis dan

macam-macamnya, sifat-sifat teknis, cara pembuatan serta fungsi dan perannya dalam

pembentukan beton.

d) Pembuatan Agregat Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang

metodologi pembuatan, gradasi, pengkondisian dan pengujian sifat teknis agregat untuk

beton non-pasir.

e) Perancangan adukan Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang Mix Design

adukan beton berdasarkan coba-coba, SNI, ACI, dan ROAD NOTE No.4, sehingga

kebutuhan bahan dapat dianalisis secara pasti.

Page 4: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

f) Pengujian Beton Segar, adalah kajian dan pelaksanaan tentang proses pengadukan,

pengujian beton dalam keadaan plastis, meliputi sifat teknis, kelecakan (Consistency),

dan Slump Test.

g) Pembuatan Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang

pembuatan benda uji baik berupa kubus atau silinder Beton Non-Pasir, berdasarkan

variasi adukan yang telah ditentukan, ketepatan dimensi, serta ketentuan kepadatannya.

h) Pengendalian Mutu Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pengendalian mutu

beton, meliputi pengawasan, perawatan / Curing, Caping, kodefikasi, Evaluasi dan

Rehabilitasi cacat yang terjadi.

i) Pengujian Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang

pengujian sifat teknis Beton Non-Pasir, meliputi dimensi, Berat Jenis, Volume Rongga,

dan Kuat Tekan

II.II. Sifat – Sifat Beton

Adapun sifat – sifat beton adalah :

1. Sifat tahan lama,

2. Rayapan ( Perubahan bentuk dalam jangka panjang (dalam militon)),

3. Daya tahan terhadap pengausan,

4. Daya tahan terhadap kimia,

5. Penyusutan dan pemuaian,

6. Kedap air.

Page 5: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

II.III. Bahan – bahan Penyusun Beton

1. Semen

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun

bahan bangunan lainnya. Kata semen sendiri berasal dari bahasa

Latin, caementum , yang artinya memotong menjadi bagian-bagian kecil tak

beraturan. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat

bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.

Campuran bubuk ini pertama kali ditemukan pada masa Kerajaan Romawi,

tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia yang dinamakan pozzuolan.

Baru pada abad ke-18, John Smeaton insinyur asal Inggris menemukan

kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan

memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar

Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Sayangnya bukan Smeaton yang

akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini tapi Joseph Aspdin

(insinyur berkebangsaan Inggris) yang mengurus hak paten ramuan. Ia menyebut

bubuk campuran tersebut dengan nama Semen Portland. Mengapa? Sebab warna

hasil akhir olahannya mirip dengan tanah liat dari Pulau Portland, Inggris.

Jenis – jenis semen adalah :

1. Semen Portland Type I

Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum

yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan

tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% –

0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-

gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.

2. Semen Portland Type II

Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton

massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang

mengandung sulfat antara 0, 10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya

bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton

massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.

Page 6: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

3. Semen Portland Type III

Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang

memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah

pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan

tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan

terhadap serangan sulfat.

4. Semen Portland Type IV

Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang

memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu

semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat

ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur

beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat

panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.

5. Semen Portland Type V

Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan

pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok

untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,

terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

2. Agregat

Agregat merupakan batuan yang terbentuk dari formasi kulit bumi yang padat

dan solid. Berdasarkan asal pembentukannya agregat diklasisifikasikan kedalam

batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan berdasarkan proses

pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu agregat alam

dan agregat buatan.

a. Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk

berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari

aliran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang

terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus ( bersudut) dan

Page 7: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

permukaannya kasar. Contoh agregat alam yang sering dipergunakan

adalah kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat yang mempunyai diameter

lebih dari ¼ inchi (6,35 mm), sedangkan pasir berukuran kurang dari ¼

inchi, tetapi lolos saring No. 200 atau lebih besar dari 0,075 mm.

b. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan

pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering

disebut filler (material yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm).

Berdasarkan besar partikel-partikelnya agregat dapat dibedakan atas

agregat kasar, agregat halus dan abu/filler. Menurut ASTM agregat kasar

berukuran > 4,75 mm, dan agregat halus berukuran < 4,75 mm. Sedangkan

menurut AASHTO agregat kasar berukuran > 2 mm dan agregat halus

berukuran antara 0,075 mm hingga < 2 mm.

Page 8: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

BAB III

PEMBAHASAN MATERI

III.I. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

III.I.I. Alat

- Timbangan

- Oven Pengering

- Cawan

- Talam

- Sendok Spesi

III.I.II. Bahan

- Batu Pecah ( Agregat Kasar )

III.I.III. Langkah Kerja

1. Timbang berat cawan (W1)

2. Masukkan benda uji ke dalam cawan dan timbang beratnya (W2)

3. Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)

4. Keringkan benda uji berikut dengan cawan dalam oven dengan suhu

(110±5º)C sampai beratnya tetap

5. Timbang berat cawan dan benda uji (W4)

6. Hitung berat benda uji kering oven (W5=W4-W1)

Page 9: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.I.IV. Perhitungan

Kadar air agregat = (W 3−W 5)

W 5 x 100%

W3 = berat benda uji semula (gram)

W5 = berat benda uji kering oven (gram)

Page 10: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.II. Pengujian Kadar Air Agregat Halus

III.II.I. Alat

- Timbangan

- Oven Pengering

- Cawan

- Talam

- Sendok Spesi

III.II.II. Bahan

- Pasir ( Agregat Halus )

III.II.III. Langkah Kerja

1 Timbang berat cawan (W1)

2 Masukkan benda uji ke dalam cawan dan timbang beratnya (W2)

3 Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)

4 Keringkan benda uji berikut dengan cawan dalam oven dengan suhu

(110±5º)C sampai beratnya tetap

5 Timbang berat cawan dan benda uji (W4)

6 Hitung berat benda uji kering oven (W5=W4-W1)

III.II.IV. Perhitungan

Kadar air agregat = (W 3−W 5)

W 5 x 100%

W3 = berat benda uji semula (gram)

W5 = berat benda uji kering oven (gram)

Page 11: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.III. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

III.III.I. Alat

- Timbangan 0,01 GR- Piknometer / gelas ukur

- Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD

- Barang penumbuk

- Saringan No.4 (4,75mm)

- Thermometer

- Cawan

- Hot plate

- Desikator

- Alat pembagi contoh

III.III.II. Bahan

- Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4, yang diperoleh dari alat

pembagi contoh atau sistem perempat (Quatering) sebanyak ±1000 gram

- Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air kering

permukaan (SSD)

III.III.III. Langkah Kerja

1. Cuci benda uji untuk menghilangkandebu atau bahan – bahan lain yang

melekat pada permukaan agregat

2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110±5º)C sampai berat tetap

3. Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang beratknya (BK)

4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam

5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air

pada permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam keadaan

jenuh air keringpermukaan atau SSD)

6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan (Bj)

Page 12: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

7. Masukkan benda uji kedalam bejana gelas dan tambahkan air hingga

benda uji terendam dan permukaan air pada tanda batas ( pada bejana gelas

di beri tanda batas )

8. Timbang berat bejana yang berisi benda uji + air (B1)

9. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi permukaannya ada

pada tanda batas ( seperti pada No.7)

10. Timbang beratnya (B2)

11. Timbang berat bejana yang berisi air (B3)

III.III.IV. Perhitungan

Berat jenis bulk/ov = B 2

B 3+Bj−B1

Berat jenis SSD =Bj

B 3+Bj−B1

Berat jenis app = B 2

B 3+B 2−B 1

Penyerapan = Bj−B 2

B2 x 100%

Bj = Berat benda uji jenuh permukaan kering

B1 = Berat bejana + benda uji + air

B2 = Berat benda uji kering oven

B3 = bejana isi air

Page 13: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.IV. Pengujian Kadar Air Agregat Halus

III.IV.I. Alat

- Timbangan 0,01 GR- Piknometer / gelas ukur

- Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD

- Barang penumbuk

- Saringan No.4 (4,75mm)

- Thermometer

- Cawan

- Hot plate

- Desikator

- Alat pembagi contoh

III.IV.II. Bahan

- Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4, yang diperoleh dari alat

pembagi contoh atau sistem perempat (Quatering) sebanyak ±1000 gram

- Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air kering

permukaan (SSD)

III.IV.III. Langkah Kerja

A. Penentuan SSD Agregat Halus

1. Masukkan benda uji kedalam Kerucut terpancung 3 lapisan, yang

masing – masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali

penumbukan untuk bagian atas nya (seluruhnya 25 kali tumbukan)

2. Angkat cetakan kerucut terpancung perlahan – lahan perhatikan !

a. Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus diberisihkan

dari butiran agregat yang berada di ibagian luar cetakan

b. Pengangkatan cetakan harus benar – benar vertikal

Page 14: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

3. Periksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung

diangkat :

Bentuk agregat, umumnya ada 3, yang masing – masing menyatakan

keadaan kandungan air dari agregat tersebut, yaitu :

Perhatikan !

1. Jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air

2. Jika keadaan agregat basah, maka agregat perlu dikeringkan

diudara

B. Penentuan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

1. Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada a seberat 500 gram

dan masukkan ke dalam piknometer / gelas ukur

2. Masukkan air bersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil

diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya

Perhatikan !

Proses untuk menghilangkan udara dalam piknometer dapat dipercepat

dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan merebus

piknometer

3. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas

4. Timbang piknometer berisi air dan benda uji (B1)

5. Keluarkan benda uji, keringkan dalam open dengan suhu (110±5º)C

sampai berat tetap kemudian dinginkan benda uji dalam desikator, lalu

timbang beratnya (B2)

6. Isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas, lalu timbang

beratnya (B3)

Page 15: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.IV.IV. Perhitungan

Berat jenis bulk/ov = B 2

B 3+SSD−B 1

Berat jenis SSD =SSD

B 3+SSD−B 1

Berat jenis app = B 2

B 3+B 2−B 1

Penyerapan = SSD−B 2

B 2 x 100%

SSD = Berat benda uji jenuh permukaan kering

B1 = Berat bejana + benda uji + air

B2 = Berat benda uji kering oven

B3 = bejana isi air

Page 16: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.V. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

III.V.I. Alat

- Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh

- Talamberkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat

- Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 16cm dan dengan

ujung bulat, terbuat dari baja tahan karat

- Mistar perata

- Wadah baja yang cukup kaku berbentuk sillinder dengan alat pemegang

III.V.II. Bahan

- Masukkan contoh agregat kedalam talam sekurang – kurang nya sebanyak

kapasitas wadah sesuai daftar, keringkan dalam oven dengan suhu

(110±5º)C, sampai beratnya tetap digunakan sebagai benda uji

III.V.III. Langkah Kerja

A. Berat isi lepas

1. Timbang dan catat mould / cetakan (W1)

2. Masukkan benda uji kedalam mould denngan hati – hati agar tidak

terjadi pemisahan butiran. Ketinggian maksimum 5 cmdiatas wadah

dengan menggunakan sendok speci atau sekop sampai penuh

3. Ratakan pemrukaan benda uji dengan perata

4. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)

5. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)

6. Hitung berat air / isi mould (V = W4 – W1)

Page 17: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

B. Berat isi padat agregat ukurn butir maksimum 38,1 mm

1. Timbang dan catat berat mould/cetakan ( W1 )2. Isilah wadah dengan benda uji dengan 3 lapisan kurang lebih sama

tebalnya.3. Setiap lapis harus dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25

kali tusukan secara merata.4. Setelah lapisan terahir dan telah di padatkan, ratakan permukaan

atasnya.5. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji ( W2 )6. Hitung berat benda uji ( W3=W2-W1 )7. Hitung berat air / isi mould (V = W4 – W1)

III.V.IV. Perhitungan

Berat isi = W 3V

W3 = berat benda uji (gram)

V = berat air / isi mould (gram)

Page 18: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.VI. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

III.VI.I. Alat

- Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh

- Talamberkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat

- Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 16cm dan dengan

ujung bulat, terbuat dari baja tahan karat

- Mistar perata

- Wadah baja yang cukup kaku berbentuk sillinder dengan alat pemegang

III.VI.II. Bahan

- Masukkan contoh agregat kedalam talam sekurang – kurang nya sebanyak

kapasitas wadah sesuai daftar, keringkan dalam oven dengan suhu

(110±5º)C, sampai beratnya tetap digunakan sebagai benda uji

III.VI.III. Langkah Kerja

A. Berat isi lepas

1. Timbang dan catat mould / cetakan (W1)

2. Masukkan benda uji kedalam mould denngan hati – hati agar tidak

terjadi pemisahan butiran. Ketinggian maksimum 5 cmdiatas wadah

dengan menggunakan sendok speci atau sekop sampai penuh

3. Ratakan pemrukaan benda uji dengan perata

4. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)

5. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)

6. Hitung berat air / isi mould (V = W4 – W1)

Page 19: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

B. Berat isi padat agregat ukurn butir maksimum 38,1 mm

1. Timbang dan catat berat mould/cetakan ( W1 )2. Isilah wadah dengan benda uji dengan 3 lapisan kurang lebih sama

tebalnya.3. Setiap lapis harus dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25

kali tusukan secara merata.4. Setelah lapisan terahir dan telah di padatkan, ratakan permukaan

atasnya.5. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji ( W2 )6. Hitung berat benda uji ( W3=W2-W1 )7. Hitung berat air / isi mould (V = W4 – W1)

III.VI.IV. Perhitungan

Berat isi = W 3V

W3 = berat benda uji (gram)

V = berat air / isi mould (gram)

Page 20: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.VII. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

III.VII.I. Alat

- Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh

- Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat

- Ayakan standart

- Kuas

III.VII.II. Bahan

- Batu pecah (Agregat kasar)

III.VII.III. Langkah Kerja

1. Ayak benda uji tersebut dengan menggunakan susunan ayakan sebagai

berikut : 38 mm, 31,5 mm, 25,4 mm, 19,1 mm 16 mm, 12,7 mm, 9,5 mm

4,75 mm, sedangkan ayakan yang terbesar diletakkan paling atas.

Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada

mesin pengguncang dan di goncangkan selama 15 menit atau di ayak

menggunakan tangan

Perhatikan !

Jika yang tembus dari ayakan 4 mm lebih dari atau sama dengan 500

gram maka yang tembus harus di ayak lagi, menggunakan ayakan

agregat halus yaitu 2 mm ke bawah.

2. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing – masing lubang

ayakan terhadap berat total

3. Hitung persentase berat benda yang tertahan diatas masing – masing

lubang ayakan terhadap berat total

Page 21: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.VII.IV. Perhitungan

Persentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan a = AB

x 100%

A = Berat benda uji yang tertahan diatas saringan a mm (gram)

B = Berat benda uji total (gram)

Page 22: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.VIII. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

III.VIII.I. Alat

- Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh

- Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat

- Ayakan standart

- Kuas

III.VIII.II. Bahan

- Pasir (Agregat halus)

III.VIII.III. Langkah Kerja

1. Agregat halus dikeringkan didalam oven dengan suhu (110±5º)C,

sampai berat tetap

2. Saring benda uji yang tembus ayakan 4 mm, timbang sebanyak 500 gr

3. Ayak agregat tersebut, dengan susunan ayakan sebagai berikut : 4,75

mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm, 0,075 mm,

sedangkan ukuran ayakan paling besar di tempatkan paling atas.

Pengayakan ini dilakukan dengan ayakan tangan selama 10 – 15 menit

4. Bersihkan masing – masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan

kuas cat yang lemas.

Perhatikan !

Pengikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang

mungkin masih melekat pada ayakan

5. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing – masing lubang

ayakan

Page 23: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

6. Hitung presentase berat benda uji yang tertahan diatas masing – masing

ayakan terhadap berat total

III.VIII.IV. Perhitungan

Persentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan a = AB

x 100%

A = Berat benda uji yang tertahan diatas saringan a mm (gram)

B = Berat benda uji total (gram)

Page 24: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.IX. Uji Kuat Tekan Beton

III.IX.I. Alat

- Timbangan

- Mistar

- Mesin penekan

- Talam

- Sendok Spesi

- Tongkat pemadat

- Cetakan beton

III.IX.II. Bahan

- Adukan beton untuk pembuatan benda uji harus diambil langsung dari

mesin pengaduk dengan menggunakan peraltan yang tidak menyerap air.

Adukan beton harus diaduk lagi sebelum di isikan kedalam cetakan

III.IX.III. Langkah Kerja

A. Pembuatan benda uji

1. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi kira

– kira 1/3 cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat

sebanyak 25 kali secara merata.

Perhatian !

Jika pemadatan nya dilakukan dengan menggunakan vibrator

(penggetar), baik itu internal vibrator atau meja getar, pengisian

adukan beton kedalan cetakan dapat dilakukan sekaligus. Penggetar

Page 25: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

dihentikan apabila permukaan adukan beton nampak mengkilap oleh

air semen dan udara tidak ada yang keluar dari adukan beton

2. Ratakan permukaan beton

3. Biarkan beton dalam cetakan selama ±24 jam dan letakkan pada

tempat yang bebas getaran serta di tutup oleh bahan yang kedap air

4. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji

5. Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses pemotongan

(curing) beton berlangsung dengan baik, maka perendaman ini

dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan

B. Penekanan benda uji

1. Ambil benda uji dari bak perendam dan lap menggunakan lap lembab

2. Tentukan berat dan ukuran benda uji

Perhatian !

Jika benda ujinya berbentuk silinder, sebelum benda uji tersebut

ditekan harus di beri lapisan mortar semen / belerang di permukaan

atas dan bawah setebal 4 mm untuk meratakan permukaan bidang

tekan

3. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentriks

4. Jalankan mesin dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2

sampai 4 kg/cm2 per detik

Pembebanan ini dilakukan sampai batas maksimum dan catat hasilnya

5. Hitung kuat tekan dari benda uji tersebut

III.IX.IV. Perhitungan

Kekuatan tekan beton (bm) = PA

(kg/cm2)

P = Beban maksimum (kg)

A = Luas penampang bidang tekan (cm2)

Page 26: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.X. Uji Hammer Test

III.X.I. Alat

- Hammer Test

III.X.II. Bahan

- Permukaan beton berupa kolom, balok, lantai, dan tangga

III.X.III. Langkah Kerja

1. Tentukan point yang akan diuji, lakukan 9 kali tembakan pada titik yang

berbeda (disekitar point tersebut)

2. Sentuhkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada

titik – titik yang akan di tembak dengan memegang hammer sedemikian

rupa dengan arah tegak lurus atau miring pada bidang permukaan beton

yang akan ditest

3. Catat nilai hammer test nya

4. Ambli rata - rata dari 9 nilai tembakan tersebut, kemudian angkan pantul

yang kurang atau lebih dari 7 harus dihapus ( nilai yang diperoleh belum

terkoreksi)

5. Kemudian ambil nilai koreksi penambahan atau pengurangan sesuai jenis

alat hammer test yang digunakan (masing – masing alat mempunyai jenis

berbeda, sehinggan mempunyai nilai koreksi yang berbeda pula)

6. Setelah dilakukan koreksi terhadap nilai – nilai tersebut, kemudian

hitunglah rata – ratanya

Page 27: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.X.IV. Perhitungan

Raverage = R 1+R 2+R 3+…+Rn

n

R = Nilai Hammer test

n = Jumlah titik – titik uji

Page 28: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.XI. Uji Abrasi

III.XI.I. Alat

- Mesin Abrasi

- Timbangan

- Bola baja

- Kuas

- Talam

III.XI.II. Bahan

- Batu pecah

III.XI.III. Langkah Kerja

1. Benda uji dan bola baja di masukkan ke dalam mesin abrasi

2. Putarkan dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm dengan 500 kali putaran

Perhatian !

Jika material uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 kali

putaran

3. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian

saring dengan saringan No.12 (1,7 mm)

4. Butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya hitung

presentase angka keausan

Page 29: Lab Uji Bahan Bentha Yuda 3201301018

III.XI.IV. Perhitungan

Keausan = a−b

a x 100%

a = Berat benda uji semula (gram)

b = Berat benda uji tertahan di saringan No.12 (1,7 mm) (gram)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah selesai praktikum pengujian bahan I diharapkan mahasiswa :

1. Mampu menentukan presentase air yang dikandung agregat

2. Menghitung perbandingan agregat halus dan agregat kasar menjadi agregat

gabungan yang mempunyai gradasi yang diinginkan

3. Menentukan berat jenis dan presentase berat air yang dapat diserap agregat kasar

dihitung terhadap berat kering

B. Saran

Usahakan dalam praktikum pengujian bahan I mahasiswa mendengarkan

penjelasan istruktur dan teknisi agar mahasiswa paham bagaimana menggunakan alat

lab, mahasiswa di harapkan juga harus berhati – hati pada saat praktikum pengujian

bahan I dan dibutuhkan ketelitian agar pada saat penimbangan tidak terjadi kesalahan

yang fatal dalam penimbangan