kura-kura sebagai sumber inspirasi penciptaan karya ... · bentuk karya. selanjutnya ialah proses...

184
KURA-KURA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA KERAMIK FUNGSIONAL Tugas Akhir Karya Seni Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh: Maricha Permata Putri NIM. 09207244009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI KERAJINAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2013

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KURA-KURA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA

KERAMIK FUNGSIONAL

Tugas Akhir Karya Seni

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta Sebagai Persyaratan

guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Maricha Permata Putri

NIM. 09207244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI KERAJINAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

OKTOBER 2013

iiiiii

iiiiiiiii

iviviv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Sesuatu hal yang kelihatan dan nyata tidak mungkin untuk tidak

bisa dipelajari.

Hidup harus konsisten dengan apa yang telah menjadi pilihan,

selalu berusaha untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dan

semuanya itu diserahkan dengan apa yang telah direncanakan

Tuhan.

Untuk mendapatkan hasil karya yang memuaskan harus dilakukan

dengan ketekunan.

Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan

PERSEMBAHAN:

Karya ini saya persembahkan kepada:

Studio keramik Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Seni dan Budaya (PPPPTK)

Ayah saya Umarsaid

Ibu Saya Siti Wakini

Almamater Jurusan Pend. Seni Rupa

Dan semua teman seperjuangan Prodi. Pendidikan Seni Kerajinan ’09

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih-Nya

sehingga penyusunan Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) dengan judul: “Kura-kura

sebagai Sumber Inspirasi penciptaan karya keramik fungsional” dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Muhajirin, S.Sn, M.Pd. selaku dosen pembimbing serta penasehat

akademik

2. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Bapak Drs. Mardiyatmo, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa.

4. Bapak Dr. I Ketut Sunarya,M.Sn Kepala Program Study Pendidikan Seni

Kerajinan

5. Kedua orang tua, bapak dan ibu yang telah memberikan dukungan, baik

dukungan moril maupun dukungan material.

6. Semua teman seperjuangan Prodi. Pendidikan Seni Kerajinan angkatan 2009

dan semua pihak yang membantu dan telah memberikan dorongan semangat

untuk penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir Karya Seni ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama sebagai bekal pengalaman bagi

penulis.

Yogyakarta, 23 September 2013

Maricha Permata Putri

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih-Nya

sehingga penyusunan Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) dengan judul: “Kura-kura

sebagai Sumber Inspirasi penciptaan karya keramik fungsional” dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Muhajirin, S.Sn, M.Pd. selaku dosen pembimbing serta penasehat

akademik

2. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Bapak Drs. Mardiyatmo, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa.

4. Bapak Dr. I Ketut Sunarya,M.Sn Kepala Program Study Pendidikan Seni

Kerajinan

5. Kedua orang tua, bapak dan ibu yang telah memberikan dukungan, baik

dukungan moril maupun dukungan material.

6. Semua teman seperjuangan Prodi. Pendidikan Seni Kerajinan angkatan 2009

dan semua pihak yang membantu dan telah memberikan dorongan semangat

untuk penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir Karya Seni ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama sebagai bekal pengalaman bagi

penulis.

Yogyakarta, 23 September 2013

Maricha Permata Putri

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih-Nya

sehingga penyusunan Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) dengan judul: “Kura-kura

sebagai Sumber Inspirasi penciptaan karya keramik fungsional” dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Muhajirin, S.Sn, M.Pd. selaku dosen pembimbing serta penasehat

akademik

2. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Bapak Drs. Mardiyatmo, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa.

4. Bapak Dr. I Ketut Sunarya,M.Sn Kepala Program Study Pendidikan Seni

Kerajinan

5. Kedua orang tua, bapak dan ibu yang telah memberikan dukungan, baik

dukungan moril maupun dukungan material.

6. Semua teman seperjuangan Prodi. Pendidikan Seni Kerajinan angkatan 2009

dan semua pihak yang membantu dan telah memberikan dorongan semangat

untuk penyusunan Tugas Akhir Karya Seni ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir Karya Seni ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama sebagai bekal pengalaman bagi

penulis.

Yogyakarta, 23 September 2013

Maricha Permata Putri

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................ v

KATA PENGANTAR................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

ABSTRAK ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...…………………………………………... 2

C. Batasan Masalah............................................................................ 3

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

E. Tujuan ........................................................................................... 4

F. Manfaat ......................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN METODE PENCIPTAAN

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Kura-Kura .................................................. 6

2. Tinjauan Tentang Bentuk Keindahan...................................... 12

3. Tinjauan Tentang Keramik ..................................................... 13

4. Tinjauan Tentang Benda Fungsional ...................................... 22

5. Tinjauan Tentang Ide .............................................................. 24

B. Metode Penciptaan

1. Eksplorasi................................................................................ 30

viii

2. Eksperimen.............................................................................. 31

3. Pembentukan ........................................................................... 32

BAB III VISUALISASI DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan

1. Sket Alternatif ......................................................................... 33

2. Desain...................................................................................... 34

B. Proses Pembuatan Karya

1. Persiapan Bahan dan Alat ....................................................... 34

2. Proses Penciptaan Karya ......................................................... 48

C. Pembahasan................................................................................... 73

1. Karya Teko Set I ..................................................................... 76

2. Karya Celengan II ................................................................... 80

3. Karya Tempat Lilin III ............................................................ 82

4. Karya Toples Set IV................................................................ 84

5. Karya Tempat Sembel V......................................................... 86

6. Karya Tempat Tisu VI ............................................................ 88

7. Karya Lampu Duduk VII ........................................................ 90

8. Karya Lampu dinding VIII ..................................................... 92

9. Karya Piring saji IX ................................................................ 94

10. Karya Mangkuk Saji X............................................................ 96

11. Karya Asbak set XI ................................................................. 98

12. Karya Vas Bunga XII.............................................................. 100

13. Karya Tempat Buah XIII ........................................................ 102

14. Karya Tempat Sayur XIV ....................................................... 104

15. Karya Jam Dinding XV........................................................... 107

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN.............................................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 111

LAMPIRAN................................................................................................... 113

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I : Kura-Kura leher panjang......................................... 11

Gambar II : Kura-Kura air tawar................................................. 11

Gambar III : Kura-Kura air darat .. ............................................... 12

Gambar IV : Hasil campuran T. liat Sukabumi dan T.liat

Bojonegoro .............................................................. 35

Gambar V : Stain (biru, kuning dan hitam)................................. 36

Gambar VI : Bahan glasir ............................................................. 36

Gambar VII : Rotan........................................................................ 38

Gambar VIII : Alat putar manual tangan......................................... 40

Gambar IX : Alat putar manual listrik .......................................... 40

Gambar X : Rolle kayu................................................................ 41

Gambar XI : Sleb rolle besi .......................................................... 42

Gambar XII : Alat cetakan gibs .................................................... 42

Gambar XIII : Hasil Cetakan gibs................................................... 43

Gambar XIV : Pisau dekorasi .......................................................... 43

Gambar XV : Butsir kawat dan kayu ............................................. 44

Gambar XVI : Alat pemotong ......................................................... 44

Gambar XVII : Alas pembentukan ................................................... 45

Gambar XVIII : Alat dekorasi............................................................

Gambar XIX : Spray gun.................................................................

Gambar XX : Kompresor ............................................................... 46

Gambar XXI : Pott mill ................................................................... 47

Gambar XXII : Alat penggiling glasir .............................................. 47

Gambar XXIII : Tungku Pembakaran................................................ 48

Gambar XXIV : Teknik putar............................................................. 51

Gambar XXV : Teknik pijit .............................................................. 52

Gambar XXVI : Hasil teknik sleb ...................................................... 53

Gambar XXVII : Hasil teknik cetak padat........................................... 54

45

46

x

Gambar XXVIII : Contoh hasil teknik pilin ......................................... 55

Gambar XXIX : Proses dekorasi ........................................................ 56

Gambar XXX : Proses pengeringan.................................................. 56

Gambar XXXI : Hasil pembakaran biskuit ........................................ 57

Gambar XXXII : Proses pembuatan glasir .......................................... 61

Gambar XXXIII : Glasir siap pakai ...................................................... 62

Gambar XXXIV : Penyusunan karya pada tungku pembakaran........... 65

Gambar XXXV : Contoh karya hasil pembakaran .............................. 68

Gambar XXXVI : Pelengkungan rotan di atas api ................................ 70

Gambar XXXVII : Pemasangan lampu .................................................. 71

Gambar XXXVIII : Pemasangan tangkai dan kap lampu........................ 72

Gambar XXXIX : Proses pemasangan triplek dan mesin jam .............. 73

Gambar XL : Karya I Teko set ...................................................... 76

Gambar XLI : Karya II Celengan.................................................... 80

Gambar XLII : Karya III Tempat lilin.............................................. 82

Gambar XLIV : karya IV Toples set.................................................. 84

Gambar XLV : Karya V Tempat sambel .......................................... 86

Gambar XLVI : Karya VI Tempat tisu .............................................. 88

Gambar XLVII : Karya VII Lampu duduk ......................................... 90

Gambar XLVIII : Karya VIII Lampu dinding...................................... 92

Gambar XLIX : Karya IX Piring set .................................................. 94

Gambar L : Karya X Mangkuk set.............................................. 96

Gambar LI : Karya XI Asbak set ................................................. 98

Gambar LII : Karya XII Vas bunga............................................... 100

Gambar LIII : Karya XIII Tempat buah ........................................ 102

Gambar LIV : Karya XIV Tempat sayur ........................................ 104

Gambar LV : Karya XV jam dinding............................................ 107

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Praktik

2. Surat Izin Praktik

3. Jadwal Praktik

4. Desain

5. Gambar Kerja

6. Sket Alternatif

7. Kalkulasi Harga

8. Susunan Panitia Pameran

9. Buku Tamu

xii

KURA-KURA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYAKERAMIK FUNGSIONAL

Oleh: Maricha Permata PutriNIM: 09207244009

ABSTRAK

Penyusunan tugas akhir karya seni ini bertujuan untuk menerapkan bentuk kura-kura ke dalam karya keramik fungsional dengan permasalahan yang menjadipokok pembahasan adalah : 1).Bagaimana bentuk dan ornamen keramikfungsional dengan sumber inpirasi bentuk kura-kura. 2).Bagaimana dekorasiwarna dan glasir keramik fungsional dengan sumber inpirasi bentuk kura-kura.Adapun tujuan yang dicapai ialah: 1).Menciptakan karya keramik fungsionaldengan sumber inpirasi bentuk kura-kura. 2).Menghasilkan karya keramikfungsional dengan dekorasi warna dan glasir yang menarik.

Penciptaan karya keramik fungsional ini meliputi tiga tahapan yaitueksplorasi, eksperimen dan pembentukan. Dalam kegiatan eksplorasi dilakukandengan mencari referensi terkait dengan ide penciptaan yang digunakan gunamenjadi pedoman dalam proses penciptaan karya, selanjutnya kegiataneksperimen dilakukan dengan mengolah bentuk dengan cara membuat sketalternatif guna memperoleh desain terpilih yang nantinya direalisasikan ke dalambentuk karya. Selanjutnya ialah proses pembentukan yang dilakukan dengan tahappengolahan tanah liat, pembentukan karya, proses dekorasi, proses pengeringan,proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran hingga proses pembakaran glasir.

Hasil akhir dari proses penciptaan karya kerajinan keramik ini adalahberupa benda fungsional yang berbentuk kura-kura dengan jumlah 15 karya, yaitumeliputi: teko set, tempat lilin, tempat buah, jam dinding, lampu duduk, lampudinding, asbak set, vas bunga, celengan, piring saji set, mangkuk saji set, tempatsambel, tempat sayur, toples set, tempat tisu. Glasir yang diterapkan adalah glasirdengan warna merah, hitam, biru, kuning, hijau, orange, dan coklat.

Kata kunci : kura-kura,keramik fungsional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Menurut Agromedia (2010: 12), kura-kura adalah hewan bersisik,

berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut

(ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan

adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura

ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut

karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron.

Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya

berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting, sementara

lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti

tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan

jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan

kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Setiap jenis kura-kura memiliki karakter, keunikan dan keistimewaan

berbeda-beda, yang mana perbedaan tersebut menimbulkan nilai estetik terletak

pada bentuk, tempurung, ekor, dan warna bermacam-macam. Selain

menghadirkan kesan alam, nilai estetika sangat penting dalam terbentuknya suatu

karya. Nilai estetika merupakan suatu identitas baru yang setiap saat bisa berubah

dan selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya pola pikir manusia.

Menurut Djelantik (1999: 23) mengatakan bahwa nilai estetika timbul dari

ungkapan rasa dan perasaan yang menyenangkan terhadap sesuatu yang dicintai.

2

Sesuatu tersebut akan hadir sebagai ungkapan rasa dan tindakan secara

kreatif, inovatif, dan berusaha mendatangkan perasaan senang bagi orang yang

melihatnya. Tentunya untuk mencapai nilai estetika tersebut dibutuhkan konsep,

ide, kemampuan pemahaman, pengalaman, sarana prasarana yang digunakan

dalam pembuatan karya sehingga nilai estetika tersebut masuk ke dalam suatu

karya yang terwujud dengan berbagai kreasi secara bervariasi. Ciri-ciri yang

menciptakan nilai estetika adalah (kualitas) yang memang telah melekat pada

benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.

Pengamatan seseorang hanyalah menemukan atau menyatakan sikap indah yang

sudah ada pada suatu benda.

Pada kesempatan ini, keindahan yang dihadirkan dalam penciptaan

karya keramik fungsional yang bertema kura-kura ialah mengubah bentuk dari

kura-kura yang diadopsi dalam sebuah karya keramik fungsional dengan

menekankan pada karakteristik kura-kura yang mempunyai cangkang atau

tempurung pada bagian punggungnya, hal inilah yang dicoba diterapkan pada

bentuk-bentuk dan warna yang diaplikasikan.

B. Identifikasi Masalah

1. Karakteristik dekorasi keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk

kura-kura.

2. Karakteristik keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk kura-kura.

3. Bentuk keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk kura-kura.yang

unik.

3

4. Bentuk dan ornamen keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk kura-

kura.

5. Dekorasi warna dan glasir keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk

kura-kura.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi batasan masalah ialah:

1). Bentuk dan ornamen keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk kura-

kura. 2). Dekorasi warna dan glasir keramik fungsional dengan sumber inspirasi

bentuk kura-kura. Karya keramik fungsional ini nantinya akan menjadi benda

yang dapat difungsikan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain

itu dapat juga dijadikan sebagai benda hias pada interior rumah.

Dilihat dari segi bentuk, keramik fungsional dibuat dalam bentuk benda-

benda fungsional untuk pemenuh kebutuhan sehari-hari seperti teko set, tempat

buah, mangkukset, piring set, jam dinding, tempat tisu, tempat lilin set, kap

lampu, vas bunga set, toples set, asbak set, dan celengan set. Dalam proses

qpembentukan dengan menggunakan beberapa teknik yaitu pijit, putar, pilin,

cetak dan lempeng/slab, akan tetapi dalam penggunaan beberapa teknik

pembentukan di atas, dilakukan juga penggabungan beberapa teknik dalam satu

bentuk keramik fungsional dengan cara mengkombinasikan teknik satu dengan

yang lain. Perpaduan beberapa teknik ini merupakan suatu perwujudan dalam

mengeksplorasi bentuk yang mempertimbangkan sisi fungsi, estetik, dan artistik,

4

dengan mengutamakan sisi fungsi sebagai tujuannya. Untuk pewarnaan yang

digunakan ialah dengan warna-warna yang sesuai karakteristik kura-kura.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk dan ornamen keramik fungsional dengan sumber inspirasi

bentuk kura-kura?

2. Bagaimana dekorasi warna dan glasir keramik fungsional dengan sumber

inspirasi bentuk kura-kura?

E. Tujuan

Tujuan dari pembuatan karya keramik fungsional dengan judul Kura-Kura

Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Keramik Fungsional adalah:

1. Menciptakan karya keramik fungsional dengan sumber inspirasi bentuk kura-

kura.

2. Menghasilkan karya keramik fungsional dengan dekorasi warna dan glasir yang

menarik.

F. Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari karya keramik fungsional ini

adalah :

1. Manfaat bagi diri sendiri

Manfaat yang dapat dirasakan secara langsung bagi diri sendiri, dengan

mengangkat tema yang sederhana ini, seperti kura-kura sebagai sumber inspirasi

5

penciptaan karya keramik fungsional adalah kepuasaan dalam berkarya dan

diharapkan dapat memacu untuk berkarya lebih maksimal lagi, demi terciptanya

kesempurnaan suatu karya serta mendapatkan pengalaman baru dalam berkarya

keramik.

2. Manfaat bagi orang lain

Pembuatan karya keramik fungsional kura-kura ini, diharapkan dapat

menambah referensi dan koleksi, serta dapat digunakan sebagai acuan dalam

pembuatan karya yang akan datang, dan mudah-mudahan dengan adanya koleksi

dan referensi tersebut dapat menciptakan karya baru dan lebih memiliki nilai

estetika dari karya sebelumnya.

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN METODE PENCIPTAAN

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Kura-Kura

Kura-kura merupakan hewan yang berasal dari ordo Testudinata

(Chelonians).Hewan ini tampak unik karena memiliki pelindung tubuh berupa

tempurung atau batok (bony shell).Masyarakat awam menyebutnya sebagai

rumah kura-kura.Tempurung tersebut terbagi atas dua bagian,yaitu bagian atas

dan bagian bawah. Bagian atas yang menutupi punggungnya disebut karapas

(carapace), sedangkan bagian bawah yang menutupi perut disebut plastron.

Bagian karapas atau tempurung menjadi pusat perhatian saat kita mengamati

seekor kura-kura. Karapas menjadi faktor penting dalam menentukan keindahan

serta harga jual seekor kura-kura. Keindahan tempurung ini meliputi bentuk,

kombinasi warna, dan motif. (Redaksi AgroMedia, 2010:12-13)

Kura-kura dapat hidup di berbagai tempat, dari padang rumput, hutan,

rawa, daerah gurun, sungai, hingga laut. Di seluruh dunia terdapat tidak kurang

dari 260 spesies kura-kura yang berasal dari 12-14 famili. Seluruh spesies tersebut

diperkirakan masih hidup dan tersabar di berbagai belahan dunia. Di Indonesia

sendiri, hudup sekitar 45 spesies kura-kura yang berasal dari sekitar tujuh famili

atau suku. Beberapa contoh suku- suku tersebut diantaranya :

7

a. Suku (Sub Ordo)

1) Pleurodira Chelidae

Kura-kura leher ular : Suku ini dinamai demikian karena kebanyakan

anggotanya memiliki leher yang panjang. Karena tak dapat ditarik masuk, kepala

kura-kura ini hanya dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah lindungan

pinggiran tempurung badannya.

Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia

serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat

tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini

adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:

(a) Kura-kura rote (Chelodina mccordi)

(b) Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)

(c) Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)

2) Pelomedusidae

Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, anggota suku ini merupakan

kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan

Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.

b. Suku Cryptodira

1) Cheloniidae ( Penyu )

Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika

bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia

mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat

ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan

8

lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk

adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.

Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari tujuh

spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia. Beberapa

contohnya adalah:

(a) Penyu hijau (Chelonia mydas)

(b) Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)

2) Dermochelyida Coriaceae ( Penyu Belimbing )

Suku penyu ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu

belimbing(Dermochelys coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah

dingin, penyu ini merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang

tubuhnya (panjang karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar

1.5 m atau kurang, dan beratnya mendekati 1 ton.

3) Chelydridae

Suku ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala

besar, yang menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya

Platysternon, Chelydridae yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa

ahli memasukkan Platysternon ke dalam suku tersendiri, Platysternidae. Tidak ada

di Indonesia.

4) Kinosternidae

Yakni suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan

yang mampu mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.

9

5) Dermatemyidae

Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif

besar dan hidup di sungai-sungai.

6) Carettochelyidae ( Labi-Labi Moncong Babi )

Suku ini hanya memiliki satu anggota yang hidup, yakni labi-labi

moncong babi (Carettochelys insculpta). Lainnya telah punah dan hanya

ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian

selatan dan di Australia bagian utara.

7) Trionychidae ( Labi-Labi )

Menyebar luas di Amerika utara, (Eropa ?), Afrika dan Asia, ini adalah

suku labi-labi yang paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal

berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:

(a) Bulus (Amyda cartilaginea)

(b) Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)

(c) Labi-labi hutan (Dogania subplana)

(d) Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)

(e) Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)

8) Emydidae

Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di air tawar

di Eropa, Asia dan terutama di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku

kura-kura terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia

kecuali dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu

10

contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah

(Trachemys scripta).

9) Geoemydidae

Merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya, Geoemydidae

(dahulu disebut Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu,

anggota suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika

tropis. Ini adalah suku kura-kura air tawar yang terutama hidup di sungai-sungai,

meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11

jenisnya. Di antaranya:

(a) Biuku (Batagur baska)

(b) Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)

(c) Kuya batok (Cuora amboinensis)

10) Testudinidae (Kura-Kura Darat Sejati )

Adalah suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di

seluruh dunia. Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat

berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua

anggotanya terdapat di Indonesia:

(a) Baning sulawesi (Indotestudo forsteni)

(b) Baning coklat (Manouria emys)

c. Suku Paracryptodira

Telah Punah.

Kura-kura berkembangbiak dengan cara bertelur (ovipar). Di habitatnya,

telur-telur tersabut biasanya ditempatkan di dalam timbunan pasir oleh induknya.

11

Telur-telur tersebut akan menetas sekitar dua bulan dengan bantuan sinar

matahari. Uniknya,suhu pasir turut menentukan jenis kelamin anak kura-kura

yang akan lahir.Biasanya, suhu di atas rata-rata cenderung menghasilkan kura-

kura betina,suhu di bawah rata-rata akan menghasilkan kura-kura jantan. (Redaksi

AgroMedia, 2010:15)

Dari macam-macam anak bangsa kura-kura di atas, dalam proses

pembuatan karya ini yang menjadi acuhan bentuk yaitu:

1) kura-kura jenis leher panjang yang tergolong suku (Pleurodira Chelidae,)

2) Kura-kura jenis ekor panjang yang tegolong suku (Chelydridae).

Gambar I : Kura-kura Leher Panjang

Sumber : www.google.co.id/search?q=kura-kura+leher+panjang

Gambar II : Kura-kura Air Tawar

Sumber : www.google.com/search?q=Chelydridae

11

Telur-telur tersebut akan menetas sekitar dua bulan dengan bantuan sinar

matahari. Uniknya,suhu pasir turut menentukan jenis kelamin anak kura-kura

yang akan lahir.Biasanya, suhu di atas rata-rata cenderung menghasilkan kura-

kura betina,suhu di bawah rata-rata akan menghasilkan kura-kura jantan. (Redaksi

AgroMedia, 2010:15)

Dari macam-macam anak bangsa kura-kura di atas, dalam proses

pembuatan karya ini yang menjadi acuhan bentuk yaitu:

1) kura-kura jenis leher panjang yang tergolong suku (Pleurodira Chelidae,)

2) Kura-kura jenis ekor panjang yang tegolong suku (Chelydridae).

Gambar I : Kura-kura Leher Panjang

Sumber : www.google.co.id/search?q=kura-kura+leher+panjang

Gambar II : Kura-kura Air Tawar

Sumber : www.google.com/search?q=Chelydridae

11

Telur-telur tersebut akan menetas sekitar dua bulan dengan bantuan sinar

matahari. Uniknya,suhu pasir turut menentukan jenis kelamin anak kura-kura

yang akan lahir.Biasanya, suhu di atas rata-rata cenderung menghasilkan kura-

kura betina,suhu di bawah rata-rata akan menghasilkan kura-kura jantan. (Redaksi

AgroMedia, 2010:15)

Dari macam-macam anak bangsa kura-kura di atas, dalam proses

pembuatan karya ini yang menjadi acuhan bentuk yaitu:

1) kura-kura jenis leher panjang yang tergolong suku (Pleurodira Chelidae,)

2) Kura-kura jenis ekor panjang yang tegolong suku (Chelydridae).

Gambar I : Kura-kura Leher Panjang

Sumber : www.google.co.id/search?q=kura-kura+leher+panjang

Gambar II : Kura-kura Air Tawar

Sumber : www.google.com/search?q=Chelydridae

12

3) Kura-kura jenis darat yang tegolong suku (Testudinidae)

2. Tinjauan Tentang Bentuk Keindahan

Seni dalam pengertian yang paling sederhana adalah usaha untuk

menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu

memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita bisa

menemukan kesatuan atau harmoni dalam hubungan bentuk-bentuk dari

kesadaran persepsi kita (Suazi Bustami dalam Muria Zuhdi, 2003: 35).

Pada kesempatan ini, keindahan yang dihadirkan dalam penciptaan karya

keramik fungsional adalah pengembangan dari bentuk kura-kura yang

dikembangkan dalam sebuah karya keramik fungsional dengan menekankan pada

karakteristik kura-kura yang memiliki tempurung di bagian punggungya, hal

inilah coba diterapkan pada bentuk-bentuk dan warna yang diaplikasikan.Upaya

Gambar III : Kura-kura Darat

Sumber : www.google.co.id/search?q=kura-

kura+Darat

12

3) Kura-kura jenis darat yang tegolong suku (Testudinidae)

2. Tinjauan Tentang Bentuk Keindahan

Seni dalam pengertian yang paling sederhana adalah usaha untuk

menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu

memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita bisa

menemukan kesatuan atau harmoni dalam hubungan bentuk-bentuk dari

kesadaran persepsi kita (Suazi Bustami dalam Muria Zuhdi, 2003: 35).

Pada kesempatan ini, keindahan yang dihadirkan dalam penciptaan karya

keramik fungsional adalah pengembangan dari bentuk kura-kura yang

dikembangkan dalam sebuah karya keramik fungsional dengan menekankan pada

karakteristik kura-kura yang memiliki tempurung di bagian punggungya, hal

inilah coba diterapkan pada bentuk-bentuk dan warna yang diaplikasikan.Upaya

Gambar III : Kura-kura Darat

Sumber : www.google.co.id/search?q=kura-

kura+Darat

12

3) Kura-kura jenis darat yang tegolong suku (Testudinidae)

2. Tinjauan Tentang Bentuk Keindahan

Seni dalam pengertian yang paling sederhana adalah usaha untuk

menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu

memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita bisa

menemukan kesatuan atau harmoni dalam hubungan bentuk-bentuk dari

kesadaran persepsi kita (Suazi Bustami dalam Muria Zuhdi, 2003: 35).

Pada kesempatan ini, keindahan yang dihadirkan dalam penciptaan karya

keramik fungsional adalah pengembangan dari bentuk kura-kura yang

dikembangkan dalam sebuah karya keramik fungsional dengan menekankan pada

karakteristik kura-kura yang memiliki tempurung di bagian punggungya, hal

inilah coba diterapkan pada bentuk-bentuk dan warna yang diaplikasikan.Upaya

Gambar III : Kura-kura Darat

Sumber : www.google.co.id/search?q=kura-

kura+Darat

13

ini tentunya akan menambah kreatifitas dan inovasi dalam membuat karya seni

keramik fungsional

3. Tinjauan Tentang Keramik

Kata keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramos yang berarti

barang pecah belah atau barang dari tanah liat yang sudah dibakar. Sedang yang

dimaksud dengan barang atau bahan keramik adalah semua barang atau bahan

yang terbuat dari bahan tanah atau batuan silikat dan proses pembuatannya

melalui pembakaran pada suhu tinggi.

(Sugiono dan Sukirman, 1979: 3).

Tanah liat merupakan bahan baku pembuatan keramik. Tanah liat dapat di

definisikan sebagai bahan mineral dari dalam bumi yang sebagian besar

susunannya terdiri dari alumina, silica, dan air yang menjadi plastis apabila basah

dan keras seperti batu apabila dibakar.(Gatot Wahyu dan Fajar Prasudi,1998 :1).

Keramik merupakan hasil kerajinan yang sudah ada sejak zaman

prasejarah. Keramik berkembang sebagai salah satu hasil kerajinan pecah belah

yang berfungsi sebagai sarana kebutuhan hidup manusia baik yang berfungsi

sebagai interior atau eksterior. Keberadaan keramik tidak akan terpisah dari

kehidupan manusia sebagai hasil kerajinan yang terus berkembang seiring dengan

perkembangan kemampuan manusia. Kerajinan keramik berkembang dari barang-

barang kebutuhan rumah tangga yang sederhana seperti kwali, cowek sampai

barang - barang modern berteknologi seperti fiting listrik dan resistor listrik.

Sampai sekarang perkembangan kerajinan keramik terus berkembang.

14

Bahan dasar pembuatan keramik adalah tanah liat, tanah liat (clay)

merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras dan tahan terhadap air

setelah mengalami proses pengeringan dan pembakaran (Budiyanto 2008: 107).

Ada beberapa jenis tanah yang digunakan untuk pembuatan keramik menurut

Budiyanto (2008: 128) diantaranya yaitu:

a. Kaolin

Termasuk jenis tanah liat primer (residu) yang berfungsi sebagai

komponen utama dalam membuat campuran porselin, dan digunakan dalam

keramik stoneware dan earthenware putih. Kaolin berfungsi untuk pengikat dan

penambah kekuatan badan keramik pada suhu tinggi, porselin, barang-barang

tahan api (refractory), juga digunakan sebagai bahan pengeras dalam pembuatan

glasir.

b. Ball clay

Termasuk jenis tanah liat sekunder (sediment/endapan) yang mempunyai

partikel-partikel yang sangat halus sehingga tingkat plastisitas dan kekuatan

kering yang tinggi

c. Stoneware

Stoneware adalah bahan tanah liat yang bersifat plastis, termasuk jenis

tanah liat sekunder (sedimen) memiliki daya susut rendah, berbutir halus dan

banyak digunakan untuk membuat benda pengikat dan pewarna.

e. Earthenware

Termasuk tanah sekunder (sedimen), plastis, berbutir halus dengan

kandungan besi yang cukup tinggi. Tanah liat ini memiliki tingkat plastisitas yang

15

cukup, sehingga mudah dibentuk, tapi juga mempunyai tingkat penyusutan yang

tinggi pula.

f. Fire Clay

Termasuk tanah sekunder (sedimen) merupakan jenis tanah liat yang tahan

terhadap panas dan tidak berubah bentuk, mempunyai titik lebur yang tinggi.

g. Bentonite

Termasuk tanah liat tanah sekunder (sedimen) yang sangat plastis dan

berbutir halus sehingga digunakan untuk menambah keplastisan badan keramik

dan dalam glasir berfungsi sebagai pengikat.

Adapun teknik-teknik dalam pembuatan keramik adalah sebagai berikut:

1) Teknik Pijit (Pinch)

Menurut Budiyanto (2008:219) menjelaskan bahwa istilah pinch bila

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti cubitan atau pijitan. Teknik pinch

merupakan teknik paling dasar dalam proses pembuatan keramik, pada teknik ini

dilakukan dengan membentuk keramik dengan cara pijitan dibentuk menjadi

sebuah badan keramik. Pada teknik ini barang yang biasa dihasilkan adalah

bentuk-bentuk mangkuk dengan ukuran yang relatif kecil sampai ukuran sedang.

Keistimewaan benda keramik yang dihasilkan dari teknik pijit terdapat pada setiap

permukaan benda keramik yaitu terdapat bekas lekukan-lekukan tangan pada saat

melakukan pijitan, hal ini merupakan nilai keindahan pada benda keramik yang

cara pembuatannya menggunakan teknik pijit.

2) Teknik Pilin (Coil)

16

Pada teknik pembuatan keramik dengan teknik pilin sedikit ada kemiripan

dengan teknik pijit yaitu pada kedua proses ini dilakukan secara langsung

menggunakan tangan tanpa menggunakan alat bantu. Teknik ini merupakan

gabungan dari pilinan tanah liat yang ditumpuk satu persatu diantara pilinan yang

lain sehingga menjadi sebuah bentuk benda keramik, pilinan-pilinan tersebut

diberi lem sebagai perakat agar antara pilinan yang satu dengan yang lainnya

menyatu dan kuat, lem yang digunakan adalah tanah liat yang sudah menjadi

lumpur atau biasa disebut dengan slip.

Tanah yang digunakan dengan teknik pilin ini harus benar-benar plastik

dan homogen, karena pada teknik pilin ini tanah dipilin dan dibentuk sesuai

dengan yang diinginkan bila tanah liat yang digunakan tidak plastik maka terjadi

keretakan sehingga kurang baik bila digunakan untuk membuat benda keramik.

3) Teknik Giling/Lembar (Slab)

Teknik ini menggunakan alat bantuan alat penggiling pembuat kue. Teknik

ini digunakan untuk membuat wadah yang ceper ataupun membuat tegel

(ubin/tile). Gepengkanlah bola tanah, lalu dengan bantuan alat penggiling,

gilinglah tanah sampai ketebalan dan kelebaran yang kita inginkan. Alat bantu

berupa dua bilah kayu dengan ketebalan tertentu bisa digunakan sebagai alat ukur

ketebalan. (Nia Gautama, 2011: 34-36)

4) Teknik Putar

Pembentukan keramik dengan teknik ini menggunakan alat putar baik itu

manual ataupun alat putar yang digerakkan oleh mesin, teknik putar dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu teknik putar centering, teknik putar pilin, dan

17

teknik putar tatap. Teknik putar centering biasanya digunakan untuk membuat

benda-benda keramik yang berbentuk silindris dengan ukuran yang terbatas.

Sedangkan yang disebut dengan teknik putar pilin ialah teknik yang dilakukan

dengan menggabungkan pilinan dibentuk memutar dan diratakan, selanjutnya

teknik putar pada dasarnya sama teknisnya dengan teknik putar pilin namun yang

membedakan ialah setelah badan keramik hasil dari teknik putar pulin tadai mulai

mengeras maka dipuku-pukul bagian luarnya dan ditahan dibagian dalamnya, hal

ini dilakukan untuk meratakan permukaan dan memadatkan tanah sehingga

dengan teknik ini badan keramik yang dibuat lebih kuat. Keraamik yang dibuat

dengan teknik putar pilin dan teknik putar tatap hasil karyanya lebih besar

dibandingkan dengan teknik putar centering.

5) Teknik Cetak

Teknik ini biasa digunakan oleh pabrik keramik, pabrik genting dan pabrik

beton yang dalam produksinya dilakukan secara missal. Dalam keteknikan ini,

produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi

menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat

dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip).

Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat

plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan

tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang

diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan

teknik putar atau pembentukan langsung.

18

a) Glasir

(1) Pengertian Glasir

Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau

batuan silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan

melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat menjadi satu

pada permukaan badan keramik.

Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari satu atau lebih oksida

basa (fux), oksida asam (silika), dan oksida netral (alumina), ketiga bahan tersebut

merupakan bahan utama pembentuk glasir yang dapat disusun dengan berbagai

kompoisisi untuk suhu kematangan glasir yang dikehendaki. (Gatot Wahyu,

Budianto, 2008: 421)

(2) Bahan Glasir

Bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun suatu campuran atau

larutan glasir beragam jenis dan fungsinya, untuk itu perlu ketelitian dan

kecermatan yang tinggi untuk memilih bahan berdasarkan formula atau resep

yang ada.

Glasir siap pakai merupakan bahan glasir yang langsung dapat digunakan

tanpa mencampur dengan bahan glasir lainnya. Pada umumnya glasir tersebut

berupa glasir transparan dan penutup (opaq) dengan berbagai suhu bakar yang

berbeda. Bahan glasir siap pakai berbentuk bubuk (powder) dan cara

mengolahnya dengan menambahkan air 40%-60% dari berat kering.

Beberapa jenis glasir tersebut antara lain:

(a) Glasir TSG (Transparent Soft Glaze)

19

(b) Glasir frit

(c) Glasir matt

(d) Glasir 107

(e) Glasir stoneware

(f) Glasir opaq

Beberapa bahan yang umum digunakan untuk menyusun suatu campuran

atau larutan glasir, diantaranya adalah:

(a) Silika (SiO2)

(b) Feldspar

(c) Whiting/kapur/calcium oxide (CaO)

(d) Alumina (Al2O3)

(e) Zinc oxide (ZnO)

(f) Dolomite (CaMg(CO3) 2)

(g) Magnesium carbonate/magnesit (MgCO3)

(h) Colemanite/gerstley borate/calcium borate (2CaO. 3B2O3 .5H2O)

(i) Kaolin/chinaclay (Al2O3 .2SiO2 .2H2O)

(j) Rutile/titanium oxide (TiO2)

(k) Tin oxide/stannic oxide (SnO2)

(l) Talk (3MgO.4SiO2.H2O)

(Gatot Wahyu, Budianto, 2008: 458-459)

(3) Bahan Pewarna Glasir

Berbagai macam oksida logam atau pigmen warna (stain) dapat

ditambahkan untuk memberikan warna pada glasir yang digunakan. Sedangkan

20

untuk mendapatkan glasir penutup atau matt dapat ditambahkan beberapa oksida

yang dapat memberikan sifat dop seperti: oksida timah/tin (SnO2), oksida zircon

(ZrO2), oksida calcium (CaO), oksida zinc (ZnO), magnesium carbonate (MgO),

dll.

Oksida pewarna merupakan kombinasi (persenyawaan) suatu senyawa

oksigen dengan unsur lain. Di dalam keramik senyawa oksida logam digunakan

sebagai sumber pewarna, penggunaan oksida pewarna dalam glasir dapat berdiri

sendiri atau campuran dari beberapa oksida pewarna. Yang perlu diperhatikan

adalah persentase yang digunakan dalam suatu formula glasir.

Pewarna Stain/Pigmen merupakan bahan pewarna glasir atau tanah liat

yang terbuat dari bahan-bahan oksida logam melalui proses pembakaran sehingga

dihasilkan warna yang lebih stabil. Untuk menghasilkan glasir warna, bahan

pewarna stain dicampurkan ke dalam campuran glasir. (Gatot Wahyu, Budianto,

2008: 461-462)

(4) Teknik Mengglasir

Pada dasarnya proses pengglasiran benda keramik adalah proses melapisi

benda keramik mentah dan biskuit dengan bahan glasir dengan berbagai teknik

yaitu:

(a) Teknik Tuang

Pengglasiran benda keramik dengan teknik tuang (pouring) merupakan

teknik pengglasiran benda keramik yang dilakukan dengan cara menuang larutan

glasir pada benda keramik, teknik tuang ini pada biasanya dilakukan untuk

mengglasir bagian dalam benda keramik.

21

(b) Teknik Celup

Pengglasiran dengan teknik celup ini dilakukan dengan cara memasukkan

atau mencelupkan benda keramik ke dalam larutan glasir menggunakan tang

pencelup (dipping tong) atau dengan tangan secara langsung.

(c) Teknik Semprot

Pengglasiran benda keramik dengan teknik semprot (spraying) dilakukan

dengan cara menyemprotkan larutan glasir pada benda keramik menggunakan

spray gun atau air brush di dalam alat pengglasiran (spray booth).

(d) Teknik Kuas (Brush)

Pengglasiran benda keramik dengan teknik kuas (brush) dilakukan dengan

cara melapiskan larutan glasir pada benda keramik menggunakan kuas, teknik ini

pada umumnya untuk membuat dekorasi saja. (Gatot Wahyu, Budianto, 2008:

472-478)

b) Pembakaran

Proses pembakaran merupakan proses perubahan badan keramik dari

bahan tanah liat yang masih rapuh bila terkena air menjadi bahan yang kuat, keras

dan tidak hancur. Pembakaran dilakukan dengan berbagai tingkatan suhu yang

disesuaikan dengan bahan yang digunakan. Dalam proses pembakaran keramik

harus diperhatikan tiga faktor yakni barang yang akan dibakar, alat pembakaran,

cara pembakaran. Ketiga faktor tersebut menentukan berhasil tidaknya proses

pembakaran.

Berdasarkan jenis barang yang dibakar, pembakaran dibedakan menjadi

dua yaitu biskuit dan glasir.

22

1) Pembakaran Biskuit

Pembakaran biskuit adalah pembakaran dengan suhu antara 700-900°C. Produk

dari tanah liat mentah dan sudah kering, sebelum diglasir sebaiknya dibakar

terlebih dahulu. Tujuanya adalah supaya tanah liat tersebut cukup kuat jika

terkena cairan glasir.

2) Pembakaran Glasir

Setelah tanah liat dibakar biskuit, selanjutnya keramik-keramik tersebut

diglasir lalu dibakar kembali dengan suhu yang lebih tinggi untuk melumerkan

glasirnya. Suhu yang diperlukan antara 1200-1250°C, tergantung dari jenis

glasirnya. Ada juga glasir yang tanahnya sudah leleh pada suhu 1100-1150°C.

(Nia Gautama, 2011: 79-80)

4. Tinjauan Tentang keramik Fungsional

Menurut (Sulistya, Rahmat 2011:10) keramik fungsional ialah suatu

produk yang terbuat dari tanah liat yang mengalami proses pengglasiran dan

pembakaran suhu tinggi dimana produk yang dihasilkan lebih cenderung kepada

benda pakai. Tetapi pernyataan tersebut bukanlah harga mati. Bahkan lebih sering

dijumpai produk-produk yang mempunyai 2 nilai sekaligus: sebagai karya seni

dan benda fungsi. Piring keramik yang kita gunakan sebagai alat makan minum

(keramik fungsional) pastilah mempunyai hiasan tertentu (seni) agar produk yang

ditampilkan lebih menarik.

23

Menurut (Nia Gautama, 2011: 60) keramik fungsional adalah benda-

benda yang terbuat dari tanah liat dan dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari

yang bersifat praktis, misalnya parabot rumah tangga, gerabah, dan lain-lain.

Menurut (Mills dalam Arimbawa,Gede,Made,I 2012:10) Dalam konteks

pemahaman estetik fungsional, produk keramik pada era seni rupa modern abad

ke-20 bertumpu pada 'form follow function' dimana teknologi berperan dalam

produksi massal, maka dihasilkan beraneka ragam produk keramik fungsional

yang dapat berfungsi dalam interior ruangan, untuk keperluan sehari-hari dan

rumah tangga seperti: mangkok, piring, cangkir, asbak dan sebagainya. Pada

pemaparan di atas dapat di simpulkan keramik fungsional ialah produk yang

terbuat dari tanah liat yang mempunyai fungsi sabagai keperluan rumah tangga

serta interior rumah tangga.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk benda-benda fungsional

antara lain :

a. Fungsi

Adalah penggunaan dan fungsi benda tersebut akan dibuat.

b. Bahan

Setelah dirumuskan fungsi dan kegunaan benda tersebut dibuat, kemudian

memilih benda yang akan dipakai. Bahan dapat diperoleh dengan cara membeli

atau memanfaatkan benda-benda bekas.

c. Bentuk

Langkah berikutnya adalah merancang bentuk benda yang akan kita buat,

apakah bentuknya geometris, silindris atau bentuk lain.

24

d. Keamanan

Benda yang harus dibuat harus benar-benar aman dipakai oleh pemakai.

e. Kenyamanan

Benda yang dibuat harus nyaman dipakai oleh pemakai, misalnya sendok

yang akan dibuat harus sesuai dengan ukuran mulut manusia pada umumnya dan

bila kita pegang tidak membuat lelah karena ringan.

f. Keindahan

Dalam merancang benda pakai tidak semata-mata mempertahankan nilai

fungsionalnya saja, tetapi aspek keindahan juga harus mendapat perhatian. Bentuk

yang indah dapat menarik perhatian banyak orang sehingga orang tersebut senang

dan mempunyai rasa ingin memiliki.

(http://bangrahman.blogspot.com/2009/12/proses-keramik.html)

5. Tinjauan Tentang Ide

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:17) Ide adalah

rancangan yang tersusun di dalam pikiran. Sedangkan dalam kajian Filsafat

Yunani maupun Filsafat Islam ide merupakan gagasan, menyangkut suatu

gambaran imajinal utuh yang melintas cepat. Misalnya: gagasan tentang sendok,

muncul dalam bentuk sendok yang utuh di pikiran. Selama gagasan belum

dituangkan menjadi suatu konsep dengan tulisan maupun gambar yang nyata,

maka gagasan masih berada di dalam pikiran. Ide yang sudah dinyatakan menjadi

suatu perbuatan adalah karya cipta. Untuk mengubah ide menjadi karya cipta

dilakukan serangkaian proses berpikir yang logis dan seringkali realisasinya

25

memerlukan usaha yang terus menerus sehingga antara ide awal yang muncul di

pikiran dan karya cipta satu sama lain saling bersesuaian. Dalam proses

pembuatan karya ini timbul sebuah ide dengan mengambil kura-kura sebagai

inspirasi penciptaan karya keramik fungsional.

Mendesain bentuk benda harus membayangkan keseluruhan bentuk sebuah

benda tidak boleh membatasi desainnya pada satu dan dua tampak saja tetapi

harus diperhatikan unsur yang ada di dalamnya. Selain itu dalam mendesain harus

memperhatikan segi fungsi, segi ergonomi, segi ekonomi, dan segi estetika.

a) Segi Fungsi

Ditinjau dari segi fungsinya karya keramik fungsional ini mempunyai dwi

fungsi yakni sebagai benda yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari, selain itu dapat juga digunakan sebagai benda hias dalam

interior ruangan, sebagai koleksi, misalnya ditempatkan di dalam almari berkaca

atau sudut ruangan.

b) Segi Ergonomi

Ditinjau dari segi ergonominya, karya keramik fungsional diciptakan harus

betul-betul memenuhi kriteria antara lain, keindahan, kenyamanan, dan keamanan.

(1) Keindahan

Dengan mengacu pada konsep, ide, gagasan, dan pemahaman diharapkan

bisa membangkitkan dan menampilkan nilai keindahan serta rasa menyenangkan.

(2) Kenyamanan

Dengan desain yang sederhana dan pewarnaan menggunakan lapis glasir

akan nyaman dipakai dan dipandang lebih menarik

26

(3) Keamanan

Dengan mempertimbangkan bahan yang dipakai dan proses pewarnaan

sampai glasir, tentunya saat di pakai keramik fungsional tetap aman, karena telah

melalui dua proses pembakaran dan karya keramik fungsional akan lebih keras

dan padat.

c) Segi Ekonomi

Ditinjau dari segi ekonomi karya didesain dan dibuat sesederhana

mungkin tetapi tanpa meninggalkan nilai fungsi dan estetis, sehingga dengan

biaya yang tidak terlalu banyak dapat memaksimalkan karya dengan baik.

d) Segi Estetika

Karya berupa keramik fungsional ini, selain menekankan pada nilai fungsi,

juga harus didukung dengan hadirnya nilai estetika suatu karya. Nilai estetika

tersebut dapat menimbulkan rasa senang, nikmat, nyaman bagi semua yang

melihatnya, karena peran panca indera yang memiliki kemampuan untuk

menangkap rangsangan dari luar dan meneruskan kedalam sehingga rangsangan

itu dapat memberi kesan terhadap suatu benda.

e) Sket Alternatif

Sket alternatif merupakan bagian dari rancangan dalam proses pembuatan

karya. Sket-sket dimaksudkan untuk mencari alternatif bentuk sesuai dengan

kemampuan dalam berkreasi. Alternatif bentuk tersebut tentunya harus dapat

menyesuaikan dengan tema yang diusung.

Melalui sket-sket alternatif, nantinya akan di pilih sket terpilih yang akan

di jadikan desain, disain tersebut menjadi pedoman dalam pembuatan karya,

27

sehingga menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses

pembuatan karya.

f) Desain

Pada umumnya, pengertian desain pada masyarakat awam adalah sebuah

gambar yang dapat difollow up menjadi sebuah benda, dapat berupa gambar mesin

perabot rumah tangga, gambar rumah, gambar benda kerajinan dan lain

sebagainya (Timbul Raharjo, 2005: 3).

Proses desain terutama pada desain kerajinan perlu diperhatikan dalam

mengembangkan desainnya sesuai dengan daya tarik, estetika, karakteristik, bahan

yang digunakan, kombinasi diharapkan dapat memberikan kontribusi karya seni

sebagai karya yang menampilkan fungsi, keindahan dan kualitas.

Lima prinsip desain yang secara umum menjadi dasar pertimbangan dalam

mendesain suatu karya atau produk yaitu kesederhanaan, keselarasan, irama

kesatuan, keseimbangan. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Kesederhanaan

Pertimbangan yang mengutamakan kepentingan, pengertian dan bentuk

inti (prinsipal) segi-segi yang mencakup kerumitan hiasan dan diperhitungkan jika

benar-benar perlu.

(2) Keselarasan

Kesan kesesuaian antara bagian satu dengan bagian yang lain, antara unsur

satu dengan unsur yang lain dalam suatu susunan (komposisi).

(3) Irama

28

Kesan gerak yang ditimbulkan oleh unsur yang dipadukan secara

berdampingan, secara keseluruhan dalam suatu komposisi irama dapat

ditimbulkan oleh suatu komposisi dengan cara memvariasikan letak atau arah

unsur yang sejenis.

(4) Kesatuan

Suatu komposisi, kekompakan antara benda atau unsur yang satu dengan

unsur yang lain saling mendukung. Jika tidak ada kesatuan bentuk akan kacau dan

terbelah.

(5) Keseimbangan

Kesan dapat memberikan rasa pas atau mapan dalam menikmati hasil

rangkaian komposisi unsur seni rupa. (Petrussumadi dan Sipahelut, 1991: 17-25).

Berkenaan dengan prinsip-prinsip desain yang telah dijabarkan,

dibutuhkan beberapa unsur yang dapat dikombinasikan sesuai dengan bentuk

yang ingin dicapai. Beberapa unsur tersebut dapat pula menjadi tolak ukur dalam

penyesuaian antara karakter dan bentuk. Unsur tersebut antara lain:

(a) Garis

Hasil goresan dengan benda keras di atas benda alam seperti tanah atau

benda buatan seperti kertas.

(b) Bidang

Sebuah garis yang bertemu ujung pangkalnya akan membentuk sebuah

bidang. Pemanfaatan unsur bidang dapat menimbulkan suasana menarik dan

hidup jika pengaturannya bervariasi dan proposional.

29

(c) Bentuk

Setiap benda mempunyai bangun dan bentuk. Bangun adalah bentuk benda

yang terlihat oleh mata. Sedangkan bentuk plastis, sebagaimana bentuk benda

terlihat karena ada unsur nilai (value) gelap terang.

(d) Warna

Merupakan unsur desain yang paling menonjol. Kehadiran unsur warna

menjadikan benda dapat dilihat dan orang dapat mengungkapkan suasana,

perasaan, watak benda yang dirancang.

(e) Tekstur

Permukaan benda yang digunakan untuk membuat sebuah desain. Tekstur ada

yang halus, kasar, kusam, atau dari bahan aslinya. (Petrussumadi dan Sipahelut,

1991: 24-33).

B. Metode Penciptaan

Penciptaan karya keramik fungsional ini menggunakan metode Research

and Development. Dalam hal ini Sugiono (2009: 407) mengatakan bahwa: Metode

Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and

Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Berdasarkan metode penciptaan di atas diperlukan langkah-langkah yang

menunjang terciptanya sebuah karya/produk, diantaranya adalah eksplorasi,

30

eksperimentasi, dan pembentukan. Dalam kegiatan eksplorasi dilakukan

penjelajahan atau penyelidikan untuk mendapatkan tema yang akan dijadikan

dasar penciptaan. Adapun kegiatan eksperimentasi dimulai dengan pencarian

bentuk, teknik dan pengglasiran. Sedangkan pembentukan yaitu proses

perwujudan karya melalui pembuatan bentuk global, mendekorasi, pewarnana

glasir dan setelah kering diakhiri dengan pembakaran biskuit atau glasir.

Terkait dengan proses penciptaan karya dalam tugas akhir ini, lebih lanjut

dapat diuraikan sebagai berikut

1. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi penulis melakukan pengamatan atau

penyelidikan lapangan untuk menemukan hal-hal yang berkaitan dengan tugas

akhir. Pengamatan atau penyelidikan tersebut dilakukan untuk memperoleh

pengetahuan dan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan sumber

inspirasi penciptaan karya seni dan proses penciptaan yang akan dijalani. Kegiatan

ini meliputi:

a. Pengamatan secara visual tentang kura-kura mencakup dekorasi dan

pewarnaan untuk merangsang tumbuhnya kreatifitas dalam penciptaan karya

keramik fungsional.

b. Pengumpulan informasi melalui studi pustaka dan studi lapangan untuk

mendapatkan pemahaman guna menguatkan gagasan penciptaan dan

menguatkan keputusan-keputusan dalam menyusun konsep penciptaan karya.

31

c. Melakukan analisis terhadap bentuk, fungsi, material dan teknik yang

digunakan dalam pembuatan karya keramik fungsional terinspirasi dari

kura-kura.

2. Eksperimen

Berkaitan dengan proses penciptaan karya keramik fungsional ini,

eksperimen dilakukan untuk mendapatkan pengalaman baru dari segi bentuk,

teknik, dekorasi, dan pewarnaan (glasir). Untuk lebih jelasnya tentang eksperimen

ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Eksperimen Bentuk

Pencarian bentuk dilkukan dengan membuat sket-sket, kemudian dipilih

beberapa sket yang baik dan dapat diwujudkan menjadi karya.

b. Eksperimen Teknik Pembuatan

Teknik yang digunakan dalm pembuatan keramik adalah teknik putar, pijit,

pilin, cetak, dan slab. Dalam pemebentukan karya keramik fungsional dari

beberapa teknik di atas, dilakukan kombinasi teknik guna mendapatkan

bentuk-bentuk yang lebih maksimal.

c. Eksperimen Dekorasi

Pembuatan dekorasi dilakukan dengan teknik gores pada bagian cangkang,

kepala serta kaki kura-kura guna menemukan bentuk-bentuk yang menarik.

d. Eksperimen Pewarnaan (Glasir)

Eksperimen glasir untuk mendapatkan warna-warna yang sesuai dengan

karakter kura-kura yang diciptakan. Hal yang terpenting untuk mencapai

32

warna-warna kura-kura adalah bagaimana menghasilkan warna glasir yang

menarik.

3. Pembentukan

Dalam kegiatan pembentukan penulis mengaplikasikan hasil-hasil

eksperimen dengan memastikan bahan, teknik, bentuk, dekorasi, dan pewarnaan

(glasir) yang tepat untuk diterapkan pada proses pembuatan karya tugas akhir ini.

33

BAB IIIVISUALISASI DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan

Dengan berkembangnya zaman berkembang pula pemikiran setiap

manusia dan bertambah pula niat, minat dan selera sehingga dalam perencanaan

pembuatan karya kerajinan harus dilakukan dengan melihat perkembangan jaman

sebagai pedoman dalam penciptaan desain yang kratif sehingga nantinya karya-

karya yang dihasilkan dapat diterima dimasyarakat dan dapat menjadi salah satu

karya kerajinan yang bisa menyenangkan setiap orang yang melihatnya.

Dalam perencanaan pembuatan keramik fungsional ini dilakukan dengan

beberapa tahapan proses pembuatan, tahap-tahap tersebut antara lain sebagai

berikut:

1. Sket alternatif

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan karya keramik

fungsional ini adalah pembuatan sket alternatif guna memperoleh desain terpilih

yang baik untuk divisualisasikan menjadi karya keramik fungsional yang menarik.

Selanjutnya akan terciptalah desain yang terbaik, kemudian akan dijadikan karya

keramik fungsional, pembuatan sket alternatif ini dilakukan dengan membuat

beberapa sket gambar bentuk keramik fungsional seperti: piring set, mangkuk set,

teko set, toples set, jam dinding, vas bunga set, tempat tisu, lampu dinding set,

lampu duduk, celengan set, tempat sambel set, asbak set, tempat lilin set, Sket

alternatif terlampir.

34

2. Desain

Menurut Widagdo (2001:1) ”desain merupakan jenis kegiatan

perancangan yang menghasilkan wujud benda untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia dalam lingkup seni rupa”.

Desain yang dibuat yaitu hasil dari sket alternatif yang telah dipilih dan

dikembangkan. (desain terlampir).

1. Proses Pembuatan karya

a. Persiapan Bahan dan Alat

1) Bahan

Untuk kesesuaian antara konsep penciptaan dengan bentuk yang akan

diwujudkan, maka pemilihan bahan-bahan menjadi pertimbangan dalam proses

penciptaan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi tiga bagian diantaranya:

a) Bahan Pokok

(1) Tanah Liat

Bahan pokok berupa tanah liat yang digunakan adalah tanah liat yang

berasal dari daerah Sukabumi. Pemilihan tanah liat Sukabumi sebagai bahan

pokok bertujuan untuk pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan yang

diharapkan. Adapun pencapaian yang diharapkan adalah kesesuaian antara

karakter tanah liat Sukabumi dengan bahan pewarnaan (glasir)yang digunakan.

Berdasarkan karakter yang dimiliki oleh tanah liat Sukabumi, yaitu warna bakar

yang relatif terang dalam suhu bakar yang tinggi menjadikan tanah liat Sukabumi

sangat cocok digunakan sebagai bahan pokok dalam perwujudan karya keramik

fungsional ini.

35

Gambar IV: Tanah Liat Sukabumi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dokumentasi Maricha 10 April 2013 )

(2) Glasir

Bahan glasir ini nantinya dijadikan sebagai bahan pewarna dalam

mencapai warna-warna yang sesuai bentuk kura-kura.Adapun jenis bahan glasir

yang diformulasikan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:

(a) Opaq (f) Stain hitam

(b) Glasir putih (g) Stain coklat

(c) TSG (transparent (h) Stain merah

(d) Stain orange (i) Stain hijau

(e) Stain kuning (j) Stain biru

35

Gambar IV: Tanah Liat Sukabumi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dokumentasi Maricha 10 April 2013 )

(2) Glasir

Bahan glasir ini nantinya dijadikan sebagai bahan pewarna dalam

mencapai warna-warna yang sesuai bentuk kura-kura.Adapun jenis bahan glasir

yang diformulasikan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:

(a) Opaq (f) Stain hitam

(b) Glasir putih (g) Stain coklat

(c) TSG (transparent (h) Stain merah

(d) Stain orange (i) Stain hijau

(e) Stain kuning (j) Stain biru

35

Gambar IV: Tanah Liat Sukabumi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dokumentasi Maricha 10 April 2013 )

(2) Glasir

Bahan glasir ini nantinya dijadikan sebagai bahan pewarna dalam

mencapai warna-warna yang sesuai bentuk kura-kura.Adapun jenis bahan glasir

yang diformulasikan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:

(a) Opaq (f) Stain hitam

(b) Glasir putih (g) Stain coklat

(c) TSG (transparent (h) Stain merah

(d) Stain orange (i) Stain hijau

(e) Stain kuning (j) Stain biru

36

Gambar VI : Contoh Bahan Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dokumentasi Maricha 19 April 2013 )

Gambar V: Stain (biru, kuning dan hitam)

PPPPTK Seni dan BudayaYogyakarta

( Dokumentasi Maricha 8 April 2013 )

Pemilihan bahan glasir di atas dimaksudkan agar hasil dari pembakaranya

memunculkan warna yang cerah serta mengkilat.

36

Gambar VI : Contoh Bahan Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dokumentasi Maricha 19 April 2013 )

Gambar V: Stain (biru, kuning dan hitam)

PPPPTK Seni dan BudayaYogyakarta

( Dokumentasi Maricha 8 April 2013 )

Pemilihan bahan glasir di atas dimaksudkan agar hasil dari pembakaranya

memunculkan warna yang cerah serta mengkilat.

36

Gambar VI : Contoh Bahan Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dokumentasi Maricha 19 April 2013 )

Gambar V: Stain (biru, kuning dan hitam)

PPPPTK Seni dan BudayaYogyakarta

( Dokumentasi Maricha 8 April 2013 )

Pemilihan bahan glasir di atas dimaksudkan agar hasil dari pembakaranya

memunculkan warna yang cerah serta mengkilat.

37

b) Bahan Pendukung

Bahan pendukung yang dimaksudkan adalah rotan, tali rotan, triplek,

kawat besi, lem alteco, mesin jam, lilin cair dan pelengkap lampu. Berdasarkan

konsep dasar yang diusung dalam penciptaan karya tiga dimensi yang mengadopsi

kecenderungan sifat dan karakter kura-kura yang lucu, pemilihan bahan pembantu

memiliki sifat dan karakter yang sesuai untuk dijadikan bahan pendukung

sekaligus sebagai bahan pelengkap dalam memvisualisasikan bentuk keramik

fungsional secara utuh.

(1) Rotan

Rotan merupakan jenis tanaman palm merambat yang dapat tumbuh

sampai panjang 100 meter lebih. Tanaman rotan ini banyak didapat di hutan-hutan

Indonesia antara lain di Sumatra dan Kalimantan. Kulit rotan bagian luar dikerat

dan menghasilkan rotan kulitan yang disebut tali anyam kulitan. Tali anyam ini

mempunyai penampang seperti bentuk setengah lingkaran dengan ukuran lebar

1,5 mm sampai 3 mm. Kulitan rotan ini mempunyai warna mengkilap dan sangat

kuat. Tali anyam kulitan ini banyak digunakan untuk menganyam dudukan dan

sandaran kursi, juga digunakan untuk barang-barang kerajinan anyaman

lainnya(Soedjono: 1983).

38

Gambar VII : Rotan

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dukumentasi Maricha 10 Mei 2013 )

Berkaitan dengan paparan di atas, rotan merupakan salah satu bahan pembantu

pada karya keramik fungsional ini, yaitu sebagai pengganti handle untuk

pelengkap tempat buah pada karya yang akan dibuat.

(2) Triplek dan kawat

Sehubungan dengan pembuatan keramik fungsional ini terdapat karya

berupa jam dinding, Triplek di gunakan untuk dudukan mesin jam,sedangkan

kawat di gunakan untuk pengait jam ke tembok

(3) Pelengkap lampu

Yang di maksud dengan pelangkap lampu yaitu seperti kabel, colokan,

lampu, serta tudung lampu.

(4) Mesin Jam

38

Gambar VII : Rotan

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dukumentasi Maricha 10 Mei 2013 )

Berkaitan dengan paparan di atas, rotan merupakan salah satu bahan pembantu

pada karya keramik fungsional ini, yaitu sebagai pengganti handle untuk

pelengkap tempat buah pada karya yang akan dibuat.

(2) Triplek dan kawat

Sehubungan dengan pembuatan keramik fungsional ini terdapat karya

berupa jam dinding, Triplek di gunakan untuk dudukan mesin jam,sedangkan

kawat di gunakan untuk pengait jam ke tembok

(3) Pelengkap lampu

Yang di maksud dengan pelangkap lampu yaitu seperti kabel, colokan,

lampu, serta tudung lampu.

(4) Mesin Jam

38

Gambar VII : Rotan

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

( Dukumentasi Maricha 10 Mei 2013 )

Berkaitan dengan paparan di atas, rotan merupakan salah satu bahan pembantu

pada karya keramik fungsional ini, yaitu sebagai pengganti handle untuk

pelengkap tempat buah pada karya yang akan dibuat.

(2) Triplek dan kawat

Sehubungan dengan pembuatan keramik fungsional ini terdapat karya

berupa jam dinding, Triplek di gunakan untuk dudukan mesin jam,sedangkan

kawat di gunakan untuk pengait jam ke tembok

(3) Pelengkap lampu

Yang di maksud dengan pelangkap lampu yaitu seperti kabel, colokan,

lampu, serta tudung lampu.

(4) Mesin Jam

39

Yang di maksud dengan mesin jam yaitu mesin yang di fungsikan untuk

menghidupkan jam.

(5) lilin cair

Yang dimaksud dengan lilin cair adalah bahan yang di gunakan untuk

membuat lilin

2) Alat

Alat merupakan bagian yang pokok dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Karena alat merupakan penunjang berhasil tidaknya suatu karya yang dibuat.

Adapun peralatan yang digunakan adalah:

a) Alat pembentukan dengan putaran untuk keperluan pembentukan ini ada dua

macam yang biasa dipergunakan dalam proses pembuatan karya keramik,

yaitu putaran listrik dan putaran tangan. Putaran listrik berfungsi sebagai alat

untuk membentuk benda-benda silindris dengan tenaga listrik sebagai tenaga

pemutarnya.Putaran tangan berfungsi sebagai alat untuk membentuk benda-

benda silindris, biasanya khusus digunakan untuk dekorasi. ( Wahya Gatot,

Budiyanto 2008:280).

40

Gambar VIII : Alat Putar Manual TanganPPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta( Dokumentasi Maricha 20 April 2013 )

Gambar IX :Alat Putar listrik

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 20 April 2013 )

b) Slab Roller Kayu dan Besi

(1) Penggilas terbuat dari kayu yang berfungsi untuk membuat lempeng-lempeng

tanah.

(2) Mistar kayu digunakan sebagai pengukur ketebalan lempengan tanah.

40

Gambar VIII : Alat Putar Manual TanganPPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta( Dokumentasi Maricha 20 April 2013 )

Gambar IX :Alat Putar listrik

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 20 April 2013 )

b) Slab Roller Kayu dan Besi

(1) Penggilas terbuat dari kayu yang berfungsi untuk membuat lempeng-lempeng

tanah.

(2) Mistar kayu digunakan sebagai pengukur ketebalan lempengan tanah.

40

Gambar VIII : Alat Putar Manual TanganPPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta( Dokumentasi Maricha 20 April 2013 )

Gambar IX :Alat Putar listrik

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 20 April 2013 )

b) Slab Roller Kayu dan Besi

(1) Penggilas terbuat dari kayu yang berfungsi untuk membuat lempeng-lempeng

tanah.

(2) Mistar kayu digunakan sebagai pengukur ketebalan lempengan tanah.

41

Gambar X: Slab Roller Kayu

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dukumentasi Maricha 20 April 2013)

(3) Papan landasan, terbuat dari bahan kayu multiplek yang berfungsi

sebagai alas dalam proses pembentukan dan juga sebagai landasan pembuatan

lempeng tanah.

(4) Slab besi yang terbuat dari besi berfungsi untuk membuat lempengan tanah

yang cara kerjanya ringan dibandingkan dengan slab roller kayu.

41

Gambar X: Slab Roller Kayu

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dukumentasi Maricha 20 April 2013)

(3) Papan landasan, terbuat dari bahan kayu multiplek yang berfungsi

sebagai alas dalam proses pembentukan dan juga sebagai landasan pembuatan

lempeng tanah.

(4) Slab besi yang terbuat dari besi berfungsi untuk membuat lempengan tanah

yang cara kerjanya ringan dibandingkan dengan slab roller kayu.

41

Gambar X: Slab Roller Kayu

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dukumentasi Maricha 20 April 2013)

(3) Papan landasan, terbuat dari bahan kayu multiplek yang berfungsi

sebagai alas dalam proses pembentukan dan juga sebagai landasan pembuatan

lempeng tanah.

(4) Slab besi yang terbuat dari besi berfungsi untuk membuat lempengan tanah

yang cara kerjanya ringan dibandingkan dengan slab roller kayu.

42

Gambar XII : Alat Cetakan Gypsum

PPPPTK Senidan Budaya Yogyakarta Dokumentasi

(Dokumentasi Maricha 23 April 2013)

Gambar XI : Slab Roller Besi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dukumentasi Maricha 20 April 2013)

c) Cetakan Gypsum

Cetakan gypsum berfungsi sebagai alat untuk mencetak piringan yang

digunakan dalam pembuatan bentuk global beberapa karya.

42

Gambar XII : Alat Cetakan Gypsum

PPPPTK Senidan Budaya Yogyakarta Dokumentasi

(Dokumentasi Maricha 23 April 2013)

Gambar XI : Slab Roller Besi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dukumentasi Maricha 20 April 2013)

c) Cetakan Gypsum

Cetakan gypsum berfungsi sebagai alat untuk mencetak piringan yang

digunakan dalam pembuatan bentuk global beberapa karya.

42

Gambar XII : Alat Cetakan Gypsum

PPPPTK Senidan Budaya Yogyakarta Dokumentasi

(Dokumentasi Maricha 23 April 2013)

Gambar XI : Slab Roller Besi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dukumentasi Maricha 20 April 2013)

c) Cetakan Gypsum

Cetakan gypsum berfungsi sebagai alat untuk mencetak piringan yang

digunakan dalam pembuatan bentuk global beberapa karya.

43

Gambar XIII : Hasil cetakan Gypsum

PPPPTK Senidan Budaya Yogyakarta Dokumentasi

(Dokumentasi Maricha 23 April 2013)

d) Satu Set Alat Dekorasi

(1) Pisau terbuat dari plat besi/ geraji besi yang ujungnya ditajamkan. Fungsinya

untuk membuat hiasan.

(2) Butsir terbuat dari kawat dan kayu yang berbentuk segitiga, bulat yang diberi

gagang dari kayu. Fungsinya untuk membuat hiasan pada badan keramik.

Gambar XIV: Pisau dekorasi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 23 Mei 2013)

43

Gambar XIII : Hasil cetakan Gypsum

PPPPTK Senidan Budaya Yogyakarta Dokumentasi

(Dokumentasi Maricha 23 April 2013)

d) Satu Set Alat Dekorasi

(1) Pisau terbuat dari plat besi/ geraji besi yang ujungnya ditajamkan. Fungsinya

untuk membuat hiasan.

(2) Butsir terbuat dari kawat dan kayu yang berbentuk segitiga, bulat yang diberi

gagang dari kayu. Fungsinya untuk membuat hiasan pada badan keramik.

Gambar XIV: Pisau dekorasi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 23 Mei 2013)

43

Gambar XIII : Hasil cetakan Gypsum

PPPPTK Senidan Budaya Yogyakarta Dokumentasi

(Dokumentasi Maricha 23 April 2013)

d) Satu Set Alat Dekorasi

(1) Pisau terbuat dari plat besi/ geraji besi yang ujungnya ditajamkan. Fungsinya

untuk membuat hiasan.

(2) Butsir terbuat dari kawat dan kayu yang berbentuk segitiga, bulat yang diberi

gagang dari kayu. Fungsinya untuk membuat hiasan pada badan keramik.

Gambar XIV: Pisau dekorasi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 23 Mei 2013)

44

Gambar XV: Butsir kawat dan Butsir kayu

(Sumber: Budiyanto, 2008: 360)

(3) Kuas digunakan untuk menghias pada waktu pengglasiran maupun

penyambungan.

(4) Cawan digunakan sebagai wadah (air maupun slip glasir).

(5) Spoon digunakan untuk menghaluskan maupun sebagai pembersih dalam

pengglasiran.

(6) Kawat pemotong terbuat dari kawat baja atau senar nilon yang berfungsi

sebagai pemotong body keramik.

Gambar XVI: Kawat pemotong

(Sumber: Budiyanto, 2008: 361)

44

Gambar XV: Butsir kawat dan Butsir kayu

(Sumber: Budiyanto, 2008: 360)

(3) Kuas digunakan untuk menghias pada waktu pengglasiran maupun

penyambungan.

(4) Cawan digunakan sebagai wadah (air maupun slip glasir).

(5) Spoon digunakan untuk menghaluskan maupun sebagai pembersih dalam

pengglasiran.

(6) Kawat pemotong terbuat dari kawat baja atau senar nilon yang berfungsi

sebagai pemotong body keramik.

Gambar XVI: Kawat pemotong

(Sumber: Budiyanto, 2008: 361)

44

Gambar XV: Butsir kawat dan Butsir kayu

(Sumber: Budiyanto, 2008: 360)

(3) Kuas digunakan untuk menghias pada waktu pengglasiran maupun

penyambungan.

(4) Cawan digunakan sebagai wadah (air maupun slip glasir).

(5) Spoon digunakan untuk menghaluskan maupun sebagai pembersih dalam

pengglasiran.

(6) Kawat pemotong terbuat dari kawat baja atau senar nilon yang berfungsi

sebagai pemotong body keramik.

Gambar XVI: Kawat pemotong

(Sumber: Budiyanto, 2008: 361)

45

Gambar XVIII : Alat Dekorasi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

(7) Penggaris berfungsi sebagai alat pengukur.

(8) Alas pembentukan benda keramik, alat ini adalah alat yang digunakan sebagai

alas benda keramik yang masih basah yaitu pada proses putar dan digunakan

sebagai alas pada saat penjemuran, alat ini terbuat dari kayu ataupun triplek tebal

dengan bentuk bulat dan persesi sesuai fungsinya dan besar kecil alat ini beragam.

Gambar XVII: Alas pembentukan

(Sumber: Budiyanto, 2008: 367)

(9) Kran dan bolpoint berfungsi sebagai dekorasi bagian mata dan tempurung

`

45

Gambar XVIII : Alat Dekorasi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

(7) Penggaris berfungsi sebagai alat pengukur.

(8) Alas pembentukan benda keramik, alat ini adalah alat yang digunakan sebagai

alas benda keramik yang masih basah yaitu pada proses putar dan digunakan

sebagai alas pada saat penjemuran, alat ini terbuat dari kayu ataupun triplek tebal

dengan bentuk bulat dan persesi sesuai fungsinya dan besar kecil alat ini beragam.

Gambar XVII: Alas pembentukan

(Sumber: Budiyanto, 2008: 367)

(9) Kran dan bolpoint berfungsi sebagai dekorasi bagian mata dan tempurung

`

45

Gambar XVIII : Alat Dekorasi

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

(7) Penggaris berfungsi sebagai alat pengukur.

(8) Alas pembentukan benda keramik, alat ini adalah alat yang digunakan sebagai

alas benda keramik yang masih basah yaitu pada proses putar dan digunakan

sebagai alas pada saat penjemuran, alat ini terbuat dari kayu ataupun triplek tebal

dengan bentuk bulat dan persesi sesuai fungsinya dan besar kecil alat ini beragam.

Gambar XVII: Alas pembentukan

(Sumber: Budiyanto, 2008: 367)

(9) Kran dan bolpoint berfungsi sebagai dekorasi bagian mata dan tempurung

`

46

Gambar XIX : Spray Gun

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

Gambar XX : Kompresor

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

e) Alat Penggelasiran

(1) Spray gun

Spray gun berfungsi sebagai media dalam penggelasiran.

(2) Kompresor

Kompresor berfungsi sebagai penampung angin yang digunakan untuk

penyemprotan dalam pengglasiran.

46

Gambar XIX : Spray Gun

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

Gambar XX : Kompresor

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

e) Alat Penggelasiran

(1) Spray gun

Spray gun berfungsi sebagai media dalam penggelasiran.

(2) Kompresor

Kompresor berfungsi sebagai penampung angin yang digunakan untuk

penyemprotan dalam pengglasiran.

46

Gambar XIX : Spray Gun

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

Gambar XX : Kompresor

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

e) Alat Penggelasiran

(1) Spray gun

Spray gun berfungsi sebagai media dalam penggelasiran.

(2) Kompresor

Kompresor berfungsi sebagai penampung angin yang digunakan untuk

penyemprotan dalam pengglasiran.

47

Gambar XXII: Alat Menggiling Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 2 Mei 2013)

Gambar XXI: Pott Mill

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 2 Mei 2013)

(3) Boll mill dan Alat Penggiling Glasir

Alat ini berupa alat pemutar dan alat untuk penampung bahan glasir dan

difungsikan untuk menggiling dan mencampur bahan-bahan yang akan

diformulasikan menjadi glasir jadi.

47

Gambar XXII: Alat Menggiling Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 2 Mei 2013)

Gambar XXI: Pott Mill

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 2 Mei 2013)

(3) Boll mill dan Alat Penggiling Glasir

Alat ini berupa alat pemutar dan alat untuk penampung bahan glasir dan

difungsikan untuk menggiling dan mencampur bahan-bahan yang akan

diformulasikan menjadi glasir jadi.

47

Gambar XXII: Alat Menggiling Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 2 Mei 2013)

Gambar XXI: Pott Mill

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 2 Mei 2013)

(3) Boll mill dan Alat Penggiling Glasir

Alat ini berupa alat pemutar dan alat untuk penampung bahan glasir dan

difungsikan untuk menggiling dan mencampur bahan-bahan yang akan

diformulasikan menjadi glasir jadi.

48

Gambar XXIII : Tungku Pembakaran Listrik

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 5 Mei 2013)

f) Alat Pembakaran

(1) Tungku

Digunakan sebagai pembakaran biskuit dan pembakaran glasir

(2) Cone atau pancang suhu

Digunakan untuk mengetahui kematangan dalam proses pembakaran

(berbentuk segi tiga sama kaki).

2. Proses Penciptaan Karya

Proses pembuatan karya keramik fungsional ini meliputi beberapa tahapan

yaitu proses desain, proses pembentukan, proses dekorasi, proses pengeringan,

proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran, proses pembakaran glasir dan

proses akhir(finishing), Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

48

Gambar XXIII : Tungku Pembakaran Listrik

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 5 Mei 2013)

f) Alat Pembakaran

(1) Tungku

Digunakan sebagai pembakaran biskuit dan pembakaran glasir

(2) Cone atau pancang suhu

Digunakan untuk mengetahui kematangan dalam proses pembakaran

(berbentuk segi tiga sama kaki).

2. Proses Penciptaan Karya

Proses pembuatan karya keramik fungsional ini meliputi beberapa tahapan

yaitu proses desain, proses pembentukan, proses dekorasi, proses pengeringan,

proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran, proses pembakaran glasir dan

proses akhir(finishing), Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

48

Gambar XXIII : Tungku Pembakaran Listrik

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 5 Mei 2013)

f) Alat Pembakaran

(1) Tungku

Digunakan sebagai pembakaran biskuit dan pembakaran glasir

(2) Cone atau pancang suhu

Digunakan untuk mengetahui kematangan dalam proses pembakaran

(berbentuk segi tiga sama kaki).

2. Proses Penciptaan Karya

Proses pembuatan karya keramik fungsional ini meliputi beberapa tahapan

yaitu proses desain, proses pembentukan, proses dekorasi, proses pengeringan,

proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran, proses pembakaran glasir dan

proses akhir(finishing), Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

49

a. Proses Desain

Proses desain diawali dari pembuatan sket-sket alternatif, setelah sket-sket

alternatif dibuat terpilihlah sket terpilih,selanjutnya dari sket terpilih tersabut di

buatlah disain, dari disain tesebut di buatlah gambar kerja yang nantinya gambar

kerja tesebut manjadi acuhan atau pedoman dalam pembuatan karya keramik.

b. Proses Pembentukan

Meningkatkan kreatifitas pembuatan karya dapat dilakukan dalam proses

pembentukan.Pembentukan harus benar-benar dikuasai dari berbagai pengalaman,

sebab keteknikan sangat komplek, membutuhkan keterampilan yang matang,

penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga dapat merealisasikan suatu karya yang

berkualitas.

Teknik yang dicapai dalam pembentukan karya keramik fungsional adalah

teknik putar, teknik cetak, teknik slab, teknik pilin dan semuanya dikombinasikan

dengan tehnik pijit. Akan tetapi sebelum dilakukan pembentukan dengan berbagai

teknik maka tanah yang akan dipakai dalam pembentukan diuli terlebih dahulu di

atas meja gibs, sebab akan lebih cepat pengisapan airnya sehingga tanah

mengalami pengentalan dan padat. Setelah tanah siap pakai dan cukup plastis

baru dilakukan pembentukan.

Pelaksanaan pembentukan disesuaikan dengan teknik yang digunakan.

Teknik yang digunakan sebagai berikut:

1) Teknik Putar

a) Centering, tahap pemusatan tanah liat dilakukan diatas alat putar dengan cara

menekan tanah liat, penekanan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan,

50

tangan yang satu menekan dari atas dan tangan lain menahan pada bagian

samping. Tahap ini harus dikuasai dengan benar karena akan berpengaruh pada

tahap selanjutnya.

b) Coning, yaitu tahap pembentukan tanah liat seperti kerucut (cone). Caranya

dengan menekan tanah liat pada bagian samping menggunakan kedua tangan,

kemudian menekan kerucut tanah liat ke bawah sehingga membentuk seperti

mangkok terbalik, tahap ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan cone

yang benar-benar center.

c) Opening dan Raising, Tahap melubangi (open up) dan menaikkan tanah liat

(pulling up) atas dengan tangan yang di dalam menekan kearah luar, sedangkan

tangan yang di luar menahan sehingga membentuk silinder

d) Forming, Tahap membentuk (shaping) ini sangat penting karena tahap

pembentukan benda keramik menjadi bentuk yang diinginkan sesuai gambar

kerja. Pembentukan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan dan pada tahap

ini diperlukan keterampilan tangan untuk membentuk tanah liat menjadi benda

keramik.

e) Refining the contour, Tahap ini adalah tahap pengecekan atau pengontrolan

dari sisi bentuk dan ukuran benda keramik yang dibuat. Pengecekan menggunakan

penggaris untuk mengukur tinggi dan kaliper/jangka lengkung untuk mengukur

diameter.

f) Finishing, Tahap ini adalah tahap penyelesaian pembentukan benda keramik,

yaitu meratakan permukaan benda dengan menggunakan alat butsir, scraper, atau

ribbon kemudian menghaluskan dengan spon. Pada kondisi benda setengah kering

51

Gambar XXIV: Teknik Putar

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 15 april 2013)

(leather hard) dilakukan pengikisan (trimming/turning), pada bagian dasar benda

keramik, dan membuat kaki benda.

Tahap-tahap pembentukan dengan teknik putar adalah sebagai berikut:

Teknik putar ini untuk membuat bagian global pada karya yang berbentuk bulat

penuh dan pembuatan bagian kepala serta ekor yang membentuk bulat atau

melingkar.

2) Teknik Pijit(Coil)

Pada teknik pijit umumnya digunakan untuk membentuk bagian kaki dan

ekor guna menghasilkan karya yang luwes tidak kaku. Teknik ini hanya

menggunakan jari-jari tangan sebagai penekan untuk membentuknya.

51

Gambar XXIV: Teknik Putar

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 15 april 2013)

(leather hard) dilakukan pengikisan (trimming/turning), pada bagian dasar benda

keramik, dan membuat kaki benda.

Tahap-tahap pembentukan dengan teknik putar adalah sebagai berikut:

Teknik putar ini untuk membuat bagian global pada karya yang berbentuk bulat

penuh dan pembuatan bagian kepala serta ekor yang membentuk bulat atau

melingkar.

2) Teknik Pijit(Coil)

Pada teknik pijit umumnya digunakan untuk membentuk bagian kaki dan

ekor guna menghasilkan karya yang luwes tidak kaku. Teknik ini hanya

menggunakan jari-jari tangan sebagai penekan untuk membentuknya.

51

Gambar XXIV: Teknik Putar

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 15 april 2013)

(leather hard) dilakukan pengikisan (trimming/turning), pada bagian dasar benda

keramik, dan membuat kaki benda.

Tahap-tahap pembentukan dengan teknik putar adalah sebagai berikut:

Teknik putar ini untuk membuat bagian global pada karya yang berbentuk bulat

penuh dan pembuatan bagian kepala serta ekor yang membentuk bulat atau

melingkar.

2) Teknik Pijit(Coil)

Pada teknik pijit umumnya digunakan untuk membentuk bagian kaki dan

ekor guna menghasilkan karya yang luwes tidak kaku. Teknik ini hanya

menggunakan jari-jari tangan sebagai penekan untuk membentuknya.

52

Gambar XXV: Teknik Pijit

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 15 April 2013)

3) Teknik Giling/Lembar (Slab)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan keramik ini dengan

teknik slab adalah sebagai berikut:

a) Langkah pertama yaitu dengan mengambil secukupnya gumpalan tanah liat

yang sudah di uli dan telah menjadi plastis.

b) Kemudian tanah tersebut diletakkan diatas kain terpal.

c) Selanjutnya tanah tersebut dipipihkan menggunakan tangan untuk

memudahkan proses slab dengan slab roller.

d) Langkah selanjutnya ialah menutup tanah liat yang telah dipipihkan tersebut

dengan kain terpal kemudian mengatur ketebalan pada slab roller.

e) Kemudian tanah yang telah dibungkus kain terpal tersebut diletakkan di slab

roller, kemudian roll pengilas diputar hingga tanah masuk kedalam slab roller

sampai tanah liat menjadi lempengan slab dengan ketebalan yang di inginkan.

f) Setelah tanah liat membentuk lempengan maka dilakuka pemotongan tanah

tersebut sesuai pola bentuk benda kerja yang akan dibuat.

52

Gambar XXV: Teknik Pijit

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 15 April 2013)

3) Teknik Giling/Lembar (Slab)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan keramik ini dengan

teknik slab adalah sebagai berikut:

a) Langkah pertama yaitu dengan mengambil secukupnya gumpalan tanah liat

yang sudah di uli dan telah menjadi plastis.

b) Kemudian tanah tersebut diletakkan diatas kain terpal.

c) Selanjutnya tanah tersebut dipipihkan menggunakan tangan untuk

memudahkan proses slab dengan slab roller.

d) Langkah selanjutnya ialah menutup tanah liat yang telah dipipihkan tersebut

dengan kain terpal kemudian mengatur ketebalan pada slab roller.

e) Kemudian tanah yang telah dibungkus kain terpal tersebut diletakkan di slab

roller, kemudian roll pengilas diputar hingga tanah masuk kedalam slab roller

sampai tanah liat menjadi lempengan slab dengan ketebalan yang di inginkan.

f) Setelah tanah liat membentuk lempengan maka dilakuka pemotongan tanah

tersebut sesuai pola bentuk benda kerja yang akan dibuat.

52

Gambar XXV: Teknik Pijit

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 15 April 2013)

3) Teknik Giling/Lembar (Slab)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan keramik ini dengan

teknik slab adalah sebagai berikut:

a) Langkah pertama yaitu dengan mengambil secukupnya gumpalan tanah liat

yang sudah di uli dan telah menjadi plastis.

b) Kemudian tanah tersebut diletakkan diatas kain terpal.

c) Selanjutnya tanah tersebut dipipihkan menggunakan tangan untuk

memudahkan proses slab dengan slab roller.

d) Langkah selanjutnya ialah menutup tanah liat yang telah dipipihkan tersebut

dengan kain terpal kemudian mengatur ketebalan pada slab roller.

e) Kemudian tanah yang telah dibungkus kain terpal tersebut diletakkan di slab

roller, kemudian roll pengilas diputar hingga tanah masuk kedalam slab roller

sampai tanah liat menjadi lempengan slab dengan ketebalan yang di inginkan.

f) Setelah tanah liat membentuk lempengan maka dilakuka pemotongan tanah

tersebut sesuai pola bentuk benda kerja yang akan dibuat.

53

Gambar XXVI: Hasil Teknik Slab

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 26 April 2013)

4) Teknik Cetak

Dalam pembentukan karya ini, teknik cetak digunakan untuk membentuk

tempurung kura-kura yang berbentuk bulat gepeng,teknik cetak yang digunakan

ialah teknik cetak padat, yaitu teknik cetak yang dilakukan dengan membuat

lempengan tanah terlebih dahulu.

Langkah yang ditempuh dalam pembuatan teknik cetak ini yaitu:

a) Setelah tanah liat dislab, maka akan terbentuk tanah liat lempengan.

b) Tanah liat lempengan tersebut dipotong sesuai pola dan ukuran cetakan

gipsum.

c) Kemudian tanah liat lempengan yang telah dipotong sesuai pola diletakkan

diatas permukaan cetakan gipsum dengan sedikit ditekan sesuai dengan bentuk

cetakan tersebut. Pencetakan ini dilakukan dengan membuat dua cekungan

tanah liat.

53

Gambar XXVI: Hasil Teknik Slab

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 26 April 2013)

4) Teknik Cetak

Dalam pembentukan karya ini, teknik cetak digunakan untuk membentuk

tempurung kura-kura yang berbentuk bulat gepeng,teknik cetak yang digunakan

ialah teknik cetak padat, yaitu teknik cetak yang dilakukan dengan membuat

lempengan tanah terlebih dahulu.

Langkah yang ditempuh dalam pembuatan teknik cetak ini yaitu:

a) Setelah tanah liat dislab, maka akan terbentuk tanah liat lempengan.

b) Tanah liat lempengan tersebut dipotong sesuai pola dan ukuran cetakan

gipsum.

c) Kemudian tanah liat lempengan yang telah dipotong sesuai pola diletakkan

diatas permukaan cetakan gipsum dengan sedikit ditekan sesuai dengan bentuk

cetakan tersebut. Pencetakan ini dilakukan dengan membuat dua cekungan

tanah liat.

53

Gambar XXVI: Hasil Teknik Slab

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 26 April 2013)

4) Teknik Cetak

Dalam pembentukan karya ini, teknik cetak digunakan untuk membentuk

tempurung kura-kura yang berbentuk bulat gepeng,teknik cetak yang digunakan

ialah teknik cetak padat, yaitu teknik cetak yang dilakukan dengan membuat

lempengan tanah terlebih dahulu.

Langkah yang ditempuh dalam pembuatan teknik cetak ini yaitu:

a) Setelah tanah liat dislab, maka akan terbentuk tanah liat lempengan.

b) Tanah liat lempengan tersebut dipotong sesuai pola dan ukuran cetakan

gipsum.

c) Kemudian tanah liat lempengan yang telah dipotong sesuai pola diletakkan

diatas permukaan cetakan gipsum dengan sedikit ditekan sesuai dengan bentuk

cetakan tersebut. Pencetakan ini dilakukan dengan membuat dua cekungan

tanah liat.

54

Gambar XXVII: hasil Teknik cetak padat

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 26 April 2013)

d) Setelah tanah liat memenuhi bagian cetakan maka cetakan beserta tanah liat

tersebut dijemur hingga setengah kering.

e) Jika tanah liat sudah mencapai kekerasan yang di inginkan maka dilakukan

penggabungan kedua cekungan tanah liat tersebut denga bantuan slip tanah liat

sebagai lem.

5) Teknik Pilin

Teknik ini digunakan umumnya pada pembentukan bagian ekor, mata dan

mulut. Cara kerja dari teknik pilin ini ialah dengan membuat pilinan tanah liat

dengan telapak tangan dan meja yang dilapisi dengan kain terpal agar tanah liat

tidak menempel ke permukaan meja dan terkena debu yang ada di meja. Teknik

54

Gambar XXVII: hasil Teknik cetak padat

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 26 April 2013)

d) Setelah tanah liat memenuhi bagian cetakan maka cetakan beserta tanah liat

tersebut dijemur hingga setengah kering.

e) Jika tanah liat sudah mencapai kekerasan yang di inginkan maka dilakukan

penggabungan kedua cekungan tanah liat tersebut denga bantuan slip tanah liat

sebagai lem.

5) Teknik Pilin

Teknik ini digunakan umumnya pada pembentukan bagian ekor, mata dan

mulut. Cara kerja dari teknik pilin ini ialah dengan membuat pilinan tanah liat

dengan telapak tangan dan meja yang dilapisi dengan kain terpal agar tanah liat

tidak menempel ke permukaan meja dan terkena debu yang ada di meja. Teknik

54

Gambar XXVII: hasil Teknik cetak padat

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 26 April 2013)

d) Setelah tanah liat memenuhi bagian cetakan maka cetakan beserta tanah liat

tersebut dijemur hingga setengah kering.

e) Jika tanah liat sudah mencapai kekerasan yang di inginkan maka dilakukan

penggabungan kedua cekungan tanah liat tersebut denga bantuan slip tanah liat

sebagai lem.

5) Teknik Pilin

Teknik ini digunakan umumnya pada pembentukan bagian ekor, mata dan

mulut. Cara kerja dari teknik pilin ini ialah dengan membuat pilinan tanah liat

dengan telapak tangan dan meja yang dilapisi dengan kain terpal agar tanah liat

tidak menempel ke permukaan meja dan terkena debu yang ada di meja. Teknik

55

Gambar XXVIII: Contoh Hasil Teknik Pilin

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 27 April 2013)

pilin ini digunakan untuk dekorasi ekor dan mulut kura-kura. Seperti pada gambar

dibawah contoh hasil pilinan.

c. Proses Dekorasi

Karya yang telah dibentuk (bentuk global) di dekorasi dengan

menggunakan teknik gores dan tempel. Adapun bentuk dekorasi yang di terapkan

adalah bentuk-bentuk yang memperkuat bentuk globalnya yaitu diantaranya

bentuk tempurung, mata, mulut, leher dan ekor.

55

Gambar XXVIII: Contoh Hasil Teknik Pilin

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 27 April 2013)

pilin ini digunakan untuk dekorasi ekor dan mulut kura-kura. Seperti pada gambar

dibawah contoh hasil pilinan.

c. Proses Dekorasi

Karya yang telah dibentuk (bentuk global) di dekorasi dengan

menggunakan teknik gores dan tempel. Adapun bentuk dekorasi yang di terapkan

adalah bentuk-bentuk yang memperkuat bentuk globalnya yaitu diantaranya

bentuk tempurung, mata, mulut, leher dan ekor.

55

Gambar XXVIII: Contoh Hasil Teknik Pilin

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 27 April 2013)

pilin ini digunakan untuk dekorasi ekor dan mulut kura-kura. Seperti pada gambar

dibawah contoh hasil pilinan.

c. Proses Dekorasi

Karya yang telah dibentuk (bentuk global) di dekorasi dengan

menggunakan teknik gores dan tempel. Adapun bentuk dekorasi yang di terapkan

adalah bentuk-bentuk yang memperkuat bentuk globalnya yaitu diantaranya

bentuk tempurung, mata, mulut, leher dan ekor.

56

Gambar XXIX: Proses Dekorasi Gores

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Tina 30 April 2013)

Gambar XXX : Proses Pengeringan

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

d. Proses Pegeringan

Karya keramik fungsional yang sudah melalui proses pembentukan dan

dekorasi kemudian dikeringkan sebelum dilakukan pembakaran. Proses

pengeringan merupakan proses perubahan penyusutan karya dari basah menjadi

kering. Cara yang dilakukan untuk pengeringan yaitu dengan mengangin-

anginkan karya di atas rak yang tersedia dalam ruangan selama dua sampai empat

hari. Setelah cukup kuat, untuk dipindahkan, pengeringa

56

Gambar XXIX: Proses Dekorasi Gores

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Tina 30 April 2013)

Gambar XXX : Proses Pengeringan

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

d. Proses Pegeringan

Karya keramik fungsional yang sudah melalui proses pembentukan dan

dekorasi kemudian dikeringkan sebelum dilakukan pembakaran. Proses

pengeringan merupakan proses perubahan penyusutan karya dari basah menjadi

kering. Cara yang dilakukan untuk pengeringan yaitu dengan mengangin-

anginkan karya di atas rak yang tersedia dalam ruangan selama dua sampai empat

hari. Setelah cukup kuat, untuk dipindahkan, pengeringa

56

Gambar XXIX: Proses Dekorasi Gores

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Tina 30 April 2013)

Gambar XXX : Proses Pengeringan

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

d. Proses Pegeringan

Karya keramik fungsional yang sudah melalui proses pembentukan dan

dekorasi kemudian dikeringkan sebelum dilakukan pembakaran. Proses

pengeringan merupakan proses perubahan penyusutan karya dari basah menjadi

kering. Cara yang dilakukan untuk pengeringan yaitu dengan mengangin-

anginkan karya di atas rak yang tersedia dalam ruangan selama dua sampai empat

hari. Setelah cukup kuat, untuk dipindahkan, pengeringa

57

Gambar XXXI : Hasil Pembakaran Biskuit

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 5 April 2013)

dilakukan di luar yang langsung terkena sinar matahari. Setelah cukup kering,

karya masuk pada pada proses pembakaran.

e. Proses Pembakaran Biskuit

Pada tahap ini, tanah liat yang dibakar pada suhu 900°C dan telah menjadi

keramik, masih cukup berpori sehingga baik untuk menyerap cairan glasir dan

glasir yang dibaurkan pun akan cepat kering.

Cara pengerjaanya

1) Sebelum pembakaran biskuit dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

barang-barang yang sudah sudah kering.

2) Di atas plat dipasang penyangga dan di atasnya dipasang plat lagi, kemudian

disusun barang lagi.

57

Gambar XXXI : Hasil Pembakaran Biskuit

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 5 April 2013)

dilakukan di luar yang langsung terkena sinar matahari. Setelah cukup kering,

karya masuk pada pada proses pembakaran.

e. Proses Pembakaran Biskuit

Pada tahap ini, tanah liat yang dibakar pada suhu 900°C dan telah menjadi

keramik, masih cukup berpori sehingga baik untuk menyerap cairan glasir dan

glasir yang dibaurkan pun akan cepat kering.

Cara pengerjaanya

1) Sebelum pembakaran biskuit dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

barang-barang yang sudah sudah kering.

2) Di atas plat dipasang penyangga dan di atasnya dipasang plat lagi, kemudian

disusun barang lagi.

57

Gambar XXXI : Hasil Pembakaran Biskuit

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 5 April 2013)

dilakukan di luar yang langsung terkena sinar matahari. Setelah cukup kering,

karya masuk pada pada proses pembakaran.

e. Proses Pembakaran Biskuit

Pada tahap ini, tanah liat yang dibakar pada suhu 900°C dan telah menjadi

keramik, masih cukup berpori sehingga baik untuk menyerap cairan glasir dan

glasir yang dibaurkan pun akan cepat kering.

Cara pengerjaanya

1) Sebelum pembakaran biskuit dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

barang-barang yang sudah sudah kering.

2) Di atas plat dipasang penyangga dan di atasnya dipasang plat lagi, kemudian

disusun barang lagi.

58

3) Demikian dikerjakan sampai ruang tungku penuh tetapi jangan sampai

menyentuh langit-langit tungku; juga barang tidak boleh sampai menyentuh

dinding tungku. Hal itu dimaksudkan agar panas pembakarannya dapat berjalan

leluasa.

4) Setelah pengaturan barang selesai, pintu ditutup rapat, kemudian kabel

dihubungkan dengan sumber listrik, yang akan memanaskan kawat-kawat

nikelin di sekeliling ruang bakar sampai berpijar dan mengeluarkan panas.

Pembakaran biskuit menggunakan energi listrik, dan memerlukan waktu

pembakaran selama 8 jam hingga mencapai suhu 900˚C. Berikut ini catatan

proses perubahan suhu ruang dalam tungku bakar yang terjadi dalam tiap 15

menit:

Waktu Suhu ruang

09.00 ___________________________ 25oC09.15 ___________________________ 36oC09.30 ___________________________ 39oC09.45 ___________________________ 42oC10.00 ___________________________ 450C10.15 ___________________________ 62oC10.30 ___________________________ 82oC10.45 ___________________________ 95oC11.00 ___________________________ 112oC11.15 ___________________________ 133oC11.30 ___________________________ 150oC11.45 ___________________________ 180oC12.00 ___________________________ 198oC12.15 ___________________________ 224oC12.30 ___________________________ 290oC12.45 ___________________________ 321oC13.00 ___________________________ 349oC13.15 ___________________________ 379oC13.30 ___________________________ 413oC13.45 ___________________________ 443oC14.00 ___________________________ 464oC14.15 ___________________________ 492oC

59

14.30 ___________________________ 530oC14.45 ___________________________ 559oC15.00 ___________________________ 583oC15.15 ___________________________ 661oC15.30 ___________________________ 637oC15.45 ___________________________ 669oC16.00 ___________________________ 697oC16.15 ___________________________ 746oC16.30 ___________________________ 799oC16.45 ___________________________ 819oC17.00 ___________________________ 856oC17.15 ___________________________ 895oC17.19 ___________________________ 900oC

(Sumber: budiyanto, 2008: 205)

proses selanjutnya setelah pembakaran biskuit selesai sebelum ke tahap

pengglasiran keramik-keramik tersebut di amplas terlebih dahulu, agar bagian-

bagian yang tajam menjadi halus dan tidak berbahaya pada saat di gunakan

menurut fungsinya, terutama bagian tempurung, karena bagi inilah memunculkan

bekas goresan-goresan yang tajam dan berbahaya. Berkaitan dengan proses

pembakaran, untuk tahap selanjutnya sebelum ke proses mengglasir setelah

keramik-keramik tersebut di amplas kemudian di cuci terlebih dahulu, agar bekas

amplasan atau debu yang masih menempel pada keramik hilang dan siap untuk

diglasir.

f. Proses Penglasiran

Proses pengglasiran terdiri dari tiga tahap yaitu penyiapan slip glasir,

penyiapan barang yang akan diglasir dan teknik pengglasiran.

1) Penyiapan slip glasir

a) Alat yang dipakai

- Baskom, ember plastik

60

- Timbangan

- Gelas ukur

- Sendok

- Alat pengaduk

- Pott mill

- Ayakan halus ukuran 200 mesh

b) Formula glasir

(1) Bahan pokok glasir

Opaq (dop putih) : 2,5 lt

TSG (transparent Soft Glaze) : 2 kg

Glasir putih : 0,5 kg

(2) Pewarna stain keramik

Stain kuning : 3% bahan pokok = 126gr

Stain hitam : 2% bahan pokok= 84gr

Stain coklat : 4% bahan pokok = 166gr

Stain merah : 2% bahan pokok = 84gr

Stain hijau : 3% bahan pokok = 126gr

Stain biru : 2% bahan pokok = 84gr

Stain Orange : 2% bahan pokok = 84gr

(3) Pembuatan slip glasir

61

Penggilingan glasir Penyaringan glasir

Gambar XXXII : Proses Pembuatan Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 25 April 2013)

(a) Timbang formula glasir, menurut berat persennya.

(b) kemudian formula glasir dan ball mill ke dalam pott mill.

(c) Tambahkan air dengan perbandingan 1 : 1.

(d) Tutup pott mill dan jangan sampai bocor.

(e) Giling pott mill di atas alat penggiling glasir selama 2-4 jam.’

(f) Saring glasir yang sudah digiling dengan pott mill dan hasil saringan langsung

bisa digunakan untuk mengglasir.

(4) Penyiapan karya yang akan diglasir

Karya yang akan diglasir harus dibersihkan dahulu sehingga tidak ada

kotoran yang mengganggu melekatnya glasir, seperti debu dan minyak.

61

Penggilingan glasir Penyaringan glasir

Gambar XXXII : Proses Pembuatan Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 25 April 2013)

(a) Timbang formula glasir, menurut berat persennya.

(b) kemudian formula glasir dan ball mill ke dalam pott mill.

(c) Tambahkan air dengan perbandingan 1 : 1.

(d) Tutup pott mill dan jangan sampai bocor.

(e) Giling pott mill di atas alat penggiling glasir selama 2-4 jam.’

(f) Saring glasir yang sudah digiling dengan pott mill dan hasil saringan langsung

bisa digunakan untuk mengglasir.

(4) Penyiapan karya yang akan diglasir

Karya yang akan diglasir harus dibersihkan dahulu sehingga tidak ada

kotoran yang mengganggu melekatnya glasir, seperti debu dan minyak.

61

Penggilingan glasir Penyaringan glasir

Gambar XXXII : Proses Pembuatan Glasir

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 25 April 2013)

(a) Timbang formula glasir, menurut berat persennya.

(b) kemudian formula glasir dan ball mill ke dalam pott mill.

(c) Tambahkan air dengan perbandingan 1 : 1.

(d) Tutup pott mill dan jangan sampai bocor.

(e) Giling pott mill di atas alat penggiling glasir selama 2-4 jam.’

(f) Saring glasir yang sudah digiling dengan pott mill dan hasil saringan langsung

bisa digunakan untuk mengglasir.

(4) Penyiapan karya yang akan diglasir

Karya yang akan diglasir harus dibersihkan dahulu sehingga tidak ada

kotoran yang mengganggu melekatnya glasir, seperti debu dan minyak.

62

Gambar XXXIII : Glasir siap pakai

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 25 April 2013)

Pembersihan kotoran dari karya yang akan diglasir ini dengan cara di cuci

langsung dengan air setelah di amplas sampai tidak ada kotoran yang menempel.

Setelah bersih karya biskuit biarkan kering secara alami (diangin-anginkan saja).

2) Teknik penggelasiran

a) Alat yang dipaka

- Spray gun dan kompresor

- Baskom plastik

- Gayung plastik

- Alat putar

- Kuas

- Lemari gelasir lengkap dengan pengisap debu

- Spoon

62

Gambar XXXIII : Glasir siap pakai

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 25 April 2013)

Pembersihan kotoran dari karya yang akan diglasir ini dengan cara di cuci

langsung dengan air setelah di amplas sampai tidak ada kotoran yang menempel.

Setelah bersih karya biskuit biarkan kering secara alami (diangin-anginkan saja).

2) Teknik penggelasiran

a) Alat yang dipaka

- Spray gun dan kompresor

- Baskom plastik

- Gayung plastik

- Alat putar

- Kuas

- Lemari gelasir lengkap dengan pengisap debu

- Spoon

62

Gambar XXXIII : Glasir siap pakai

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 25 April 2013)

Pembersihan kotoran dari karya yang akan diglasir ini dengan cara di cuci

langsung dengan air setelah di amplas sampai tidak ada kotoran yang menempel.

Setelah bersih karya biskuit biarkan kering secara alami (diangin-anginkan saja).

2) Teknik penggelasiran

a) Alat yang dipaka

- Spray gun dan kompresor

- Baskom plastik

- Gayung plastik

- Alat putar

- Kuas

- Lemari gelasir lengkap dengan pengisap debu

- Spoon

63

- Masker

- Sikat gigi

b) Teknik yang dipakai dalam penggelasiran ini menggunakan teknik tuang, kuas

dan semprot

(1) Teknik tuang

Cara tuang ini digunakan untuk mengglasir bagian dalam karya saja

karena dengan cara tuang ini celah-celah yang sekiranya tidak dapat dijangkau

dapat terkena glasir dengan merata.

Cara pengerjaannya:

Dalam pengglasiran karya keramik fungsional ini teknik tuang digunakan

untuk mengglasir bagian dalam benda tersebut.. Cara kerja dari proses

pengglasiran dengan teknik tuang ini ialah dengan menuangkan cairan glasir putih

kedalam benda tersebut sampai hampir penuh kemudian keramik yang di isi

cairan glasir tersebut di putar dengan berlahan diusahakan glasir jangan sampai

tumpah, badan keramik di goyangkan dengan sedikit condong sampai lauran

glasir menutupi bagian tepi kemudian setelah bibir telah terlapisi dengan larutan

glasir kemudian larutan glasir yang ada didalam keramik tersebut dituangkan

kembali kedalam ember, pemilihan warna glasir yang digunakan dibagian dalam

ini dimaksutkan untuk menghasilkan glasir yang cerah sehingga terkesan bersih

sehingga cocok dengan fungsinya.

(2) Teknik kuas

Cara kuas ini dilakukan untuk mempertegas atau memperjelas tekstur pada

bagian ornament badan, tempurung, mata, kepala, leher dan kaki.

64

Cara pengerjaanya:

Dalam teknik kuas ini alat yang di butuhkan berupa kuas yang kaku,

langkah pertama kuas yang kaku tersebut diberi warna stain yang di inginkan

kemudiah kuas tersebut di goreskan ke bagian luar karya yang sudah di beri

opaq.Pemberian opaq pada karya sebelum di beri stain bertujuan untuk

memunculkan warna stain dan TSG yang di kehendaki.

(3) Teknik semprot

Cara semprot ini dilakukan agar pori-pori dalam tekstur dapat terjangkau

oleh gelasir dan hasil dapat merata. Dengan teknik semprot inilah yang

menjadikan warna-warna yang dihasilkan menjadi warna yang kuat ataupun tipis,

hal ini sesuai ketebalan glasir yang disemprotkan.

Cara pengerjaannya:

Pengglasiran yang dilakukan ialah dengan teknik semprot, teknik semprot

ini dilakukan dengan alat yang disebut dengan spray gun, alat ini di isi dengan

larutan glasir yang di inginkan seperti opaq dan TSG lalu dilakukan

penyemprotan secara merata dibagian luar badan keramik tanpa ada yang

mengenai bagian dalam yang telah diglasir putih tersebut karena jika warna glasir

menempel dipermukaan glasir akan merusak hasil glasir putih tersebut.

h. Proses Pembakaran Glasir

Proses pembakaran glasir ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dari

pembakaran biskuit. Pada pembakaran barang berglasir bila glasir telah melebur,

mudah sekali melekat pada benda lain yang menyentuh, dan setelah dingin glasir

65

Gambar XXXIV : Penyusunan Karya Pada Tungku Pembakaran

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

tadi menjadi keras dan sukar dilepas. Bedanya dengan pembakaran biskuit hanya

dalam cara mengatur barang dan lamanya pembakaran.

Cara pengerjaanya :

1) Sebelum pembakaran glasir dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

barang barang yang sudah siap bakar.

2) Di atas plat dipasang penyangga dan di atasnya dipasang plat lagi, kemudian

disusun karya lagi.

3) Demikian dikerjakan sampai ruang tungku penuh tetapi jangan sampai

menyentuh langit-langit tungku; juga barang tidak boleh sampai menyentuh

dinding tungku. Hal itu dimaksudkan agar panas pembakarannya dapat

berjalan leluasa.

65

Gambar XXXIV : Penyusunan Karya Pada Tungku Pembakaran

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

tadi menjadi keras dan sukar dilepas. Bedanya dengan pembakaran biskuit hanya

dalam cara mengatur barang dan lamanya pembakaran.

Cara pengerjaanya :

1) Sebelum pembakaran glasir dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

barang barang yang sudah siap bakar.

2) Di atas plat dipasang penyangga dan di atasnya dipasang plat lagi, kemudian

disusun karya lagi.

3) Demikian dikerjakan sampai ruang tungku penuh tetapi jangan sampai

menyentuh langit-langit tungku; juga barang tidak boleh sampai menyentuh

dinding tungku. Hal itu dimaksudkan agar panas pembakarannya dapat

berjalan leluasa.

65

Gambar XXXIV : Penyusunan Karya Pada Tungku Pembakaran

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

(Dokumentasi Maricha 1 Mei 2013)

tadi menjadi keras dan sukar dilepas. Bedanya dengan pembakaran biskuit hanya

dalam cara mengatur barang dan lamanya pembakaran.

Cara pengerjaanya :

1) Sebelum pembakaran glasir dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

barang barang yang sudah siap bakar.

2) Di atas plat dipasang penyangga dan di atasnya dipasang plat lagi, kemudian

disusun karya lagi.

3) Demikian dikerjakan sampai ruang tungku penuh tetapi jangan sampai

menyentuh langit-langit tungku; juga barang tidak boleh sampai menyentuh

dinding tungku. Hal itu dimaksudkan agar panas pembakarannya dapat

berjalan leluasa.

66

4) Setelah pengaturan barang selesai, pintu ditutup rapat, kemudian kabel

dihubungkan dengan sumber listrik, yang akan memanaskan kawat-kawat

nikelin di sekeliling ruang bakar sampai berpijar dan mengeluarkan panas.

5) Alat pengukur panas bakar (pancang atau cone) ditempatkan pada plat yang

diberi lubang, supaya dapat dilihat dari luar ruang tungku; demikianlah pula

bila menggunakan alat pengukur thermokopel, alat itu juga dipasang di

tempat yang sama sedemikian rupa, sehingga jarum skalanya mudah

dikontrol dari luar tungku untuk mengetahui panas dalam ruang tungku.

Pancang/ cone ditempatkan di tengah-tengah susunan plat dalam ruang

tungku, sehingga panasnya sempurna dibandingkan tempat yang lain.

6) Setelah selesai penyusunan plat, pintu tungku ditutup rapat. Pada bagian

tengah pintu tungku lurus dengan plat tempat pancang, dipasang bata tahan

api berlubang dan kalau tidak ada cukup dengan cara memasang satu batu

tahan api lurus dengan lubang pengintai agak menonjol keluar dan

memasangnya sedemikian rupa, sehingga bila diperlukan mudah dilepas dan

dipasang lagi.

7) Alat pengatur tarikan asap (schuif) pada cerobong dibuka lebar.

8) Lubang pengintai ditutup rapat.

9) Api dinyalakan, mula-mula kecil agar ada penyesuaian dengan kekeringan

barang. Setelah kira-kira selama tiga jam api ditambah besarnya, pada

prinsipnya pemanasan harus diusahakan sedikit demi sedikit, dan diusahakan

pula jangan sampai panas menurun selama waktu pembakaran, bila tarikan

cerobong terlalu cepat, dapat dikurangi atau dihambat dengan cara

67

menurunkan alat pengatur asap pada cerobong (schuif). Sebaliknya bila api

terlalu lambat dan membalik, agar tarikan cerobong bertambah kuat, alat

pengatur asap diangkat.

10) Waktu pembakaran akan berakhir, panas dalam ruangan tungku harus

ditahan kurang lebih selama setengah jam pada temperatur terakhir. Hal ini

dimaksudkan agar pembakaran dapat sempurna.

11) Setelah pembakaran selesai api dimatikan dan pintu ruang api harus ditutup

rapat selama kurang lebih dua hari. Pembongkaran barang harus ditunggu

sampai panas dalam tungku agak dingin. Pendinginan ruangan tidak boleh

terlalu cepat, sebab dapat berakibat kurang baik bagi barang yang dibakar.

Setelah dua hari pintu tungku dibuka sedikit demi sedikit agar pengaruh udara

dari sekitarnya berjalan lambat. Pintu tungku dibuka sama sekali bila barang

sudah agak dingin.

12) Membongkar barang adalah dengan jalan mengeluarkan plat secara teratur

mulai bagian yang paling atas satu persatu barang dibiarkan dulu dalam plat

sampai lebih dingin lagi. Kemudian baru dikeluarkan. Bila pembakaran

menggunakan tungku listrik setelah sumber panas dimatikan, barang tetap

dibiarkan dulu dalam tungku sampai agak dingin. Setelah agak dingin pintu

dibuka, barang dikeluarkan satu persatu dari plat yang paling atas dan diikuti

pengambilan plat serta penyangganya, selanjutnya barang pada plat

berikutnya dikeluarkan pula. Demikian seterusnya sampai barang pada plat

terakhir (habis).

68

Gambar XXXV : Contoh Karya Hasil Pembakaran

(Dokumentasi Maricha 10 Mei 2013

Proses pembakaran glasir dilakukan selama 18 jam.

Pembakaran Glasir

Waktu Suhu Ruang

20.45 ___________________________ 40oC21.00 ___________________________ 46oC21.15 ___________________________ 117oC21.30 ___________________________ 325oC21.45 ___________________________ 380oC22.00 ___________________________ 420oC22.15 ___________________________ 468oC22.30 ___________________________ 500oC22.45 ___________________________ 519oC23.00 ___________________________ 536oC23.15 ___________________________ 563oC23.30 ___________________________ 595oC23.45 ___________________________ 614oC24.00 ___________________________ 637oC24.15 ___________________________ 654oC24.30 ___________________________ 677oC24.45 ___________________________ 690oC01.00 ___________________________ 713oC01.15 ___________________________ 733oC01.30 ___________________________ 751oC01.45 ___________________________ 769oC02.00 ___________________________ 790oC

68

Gambar XXXV : Contoh Karya Hasil Pembakaran

(Dokumentasi Maricha 10 Mei 2013

Proses pembakaran glasir dilakukan selama 18 jam.

Pembakaran Glasir

Waktu Suhu Ruang

20.45 ___________________________ 40oC21.00 ___________________________ 46oC21.15 ___________________________ 117oC21.30 ___________________________ 325oC21.45 ___________________________ 380oC22.00 ___________________________ 420oC22.15 ___________________________ 468oC22.30 ___________________________ 500oC22.45 ___________________________ 519oC23.00 ___________________________ 536oC23.15 ___________________________ 563oC23.30 ___________________________ 595oC23.45 ___________________________ 614oC24.00 ___________________________ 637oC24.15 ___________________________ 654oC24.30 ___________________________ 677oC24.45 ___________________________ 690oC01.00 ___________________________ 713oC01.15 ___________________________ 733oC01.30 ___________________________ 751oC01.45 ___________________________ 769oC02.00 ___________________________ 790oC

68

Gambar XXXV : Contoh Karya Hasil Pembakaran

(Dokumentasi Maricha 10 Mei 2013

Proses pembakaran glasir dilakukan selama 18 jam.

Pembakaran Glasir

Waktu Suhu Ruang

20.45 ___________________________ 40oC21.00 ___________________________ 46oC21.15 ___________________________ 117oC21.30 ___________________________ 325oC21.45 ___________________________ 380oC22.00 ___________________________ 420oC22.15 ___________________________ 468oC22.30 ___________________________ 500oC22.45 ___________________________ 519oC23.00 ___________________________ 536oC23.15 ___________________________ 563oC23.30 ___________________________ 595oC23.45 ___________________________ 614oC24.00 ___________________________ 637oC24.15 ___________________________ 654oC24.30 ___________________________ 677oC24.45 ___________________________ 690oC01.00 ___________________________ 713oC01.15 ___________________________ 733oC01.30 ___________________________ 751oC01.45 ___________________________ 769oC02.00 ___________________________ 790oC

69

02.15 ___________________________ 802oC02.30 ___________________________ 817oC02.45 ___________________________ 830oC03.00 ___________________________ 842oC03.15 ___________________________ 855oC03.30 ___________________________ 863oC03.45 ___________________________ 881oC04.00 ___________________________ 896oC04.15 ___________________________ 907oC04.30 ___________________________ 920oC04.45 ___________________________ 934oC05.00 ___________________________ 947oC05.15 ___________________________ 958oC05.30 ___________________________ 970oC05.45 ___________________________ 976oC06.00 ___________________________ 989oC06.15 ___________________________ 995oC06.30 ___________________________ 1.005oC06.45 ___________________________ 1.014oC07.00 ___________________________ 1.022oC07.15 ___________________________ 1.032oC07.30 ___________________________ 1.038oC07.45 ___________________________ 1.045oC08.00 ___________________________ 1.053oC08.15 ___________________________ 1.062oC08.30 ___________________________ 1.068oC08.45 ___________________________ 1.074oC09.00 ___________________________ 1.082oC09.15 ___________________________ 1.088oC09.30 ___________________________ 1.091oC09.45 ___________________________ 1.097oC10.00 ___________________________ 1.102oC10.15 ___________________________ 1.107oC10.30 ___________________________ 1.112oC10.45 ___________________________ 1.122oC11.00 ___________________________ 1.127oC11.15 ___________________________ 1.132oC11.30 ___________________________ 1.137oC11.45 ___________________________ 1.141oC12.00 ___________________________ 1.148oC12.15 ___________________________ 1.152oC12.30 ___________________________ 1.155oC12.45 ___________________________ 1.159oC13.00 ___________________________ 1.164oC13.15 ___________________________ 1.167oC13.30 ___________________________ 1.171oC

70

Gambar XXXVI : Pelengkungan Rotan di atas Api

(Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013)

13.45___________________________ 1.175oC14.0 ___________________________ 1.178oC

i. Proses Akhir

Proses akhir yang dimaksudkan adalah proses pemasangan handle pada

karya tempat buah, pemasangan kawat , mesin jam pada jam dinding, pemasangan

lampu pada kap lmpu dan pemasangan lilin cair pada tempat lilin yang telah

selesai pembakaran akhir atau glasir. Berikut penjelasan masing-masing dari

proses akhir pada keramik fungsional ini.

1) Pemasangan Handle tempat buah

Adapun proses pemasangan dilakukan dengan cara melengkungkan rotan

menggunakan api. Kelengkungan disesuaikan dengan ukuran pengait dan jarak

antara pengait. Pertimbangan estetik yang berpedoman pada kesesuaian bentuk

global mempengaruhi kelengkungan rotan, dan hal ini akan disesuaikan dalam

penggunaan panjang pendeknya bahan rotan. Untuk kepentingan ergonomis dan

estetik, rotan yang telah dilengkungkan

70

Gambar XXXVI : Pelengkungan Rotan di atas Api

(Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013)

13.45___________________________ 1.175oC14.0 ___________________________ 1.178oC

i. Proses Akhir

Proses akhir yang dimaksudkan adalah proses pemasangan handle pada

karya tempat buah, pemasangan kawat , mesin jam pada jam dinding, pemasangan

lampu pada kap lmpu dan pemasangan lilin cair pada tempat lilin yang telah

selesai pembakaran akhir atau glasir. Berikut penjelasan masing-masing dari

proses akhir pada keramik fungsional ini.

1) Pemasangan Handle tempat buah

Adapun proses pemasangan dilakukan dengan cara melengkungkan rotan

menggunakan api. Kelengkungan disesuaikan dengan ukuran pengait dan jarak

antara pengait. Pertimbangan estetik yang berpedoman pada kesesuaian bentuk

global mempengaruhi kelengkungan rotan, dan hal ini akan disesuaikan dalam

penggunaan panjang pendeknya bahan rotan. Untuk kepentingan ergonomis dan

estetik, rotan yang telah dilengkungkan

70

Gambar XXXVI : Pelengkungan Rotan di atas Api

(Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013)

13.45___________________________ 1.175oC14.0 ___________________________ 1.178oC

i. Proses Akhir

Proses akhir yang dimaksudkan adalah proses pemasangan handle pada

karya tempat buah, pemasangan kawat , mesin jam pada jam dinding, pemasangan

lampu pada kap lmpu dan pemasangan lilin cair pada tempat lilin yang telah

selesai pembakaran akhir atau glasir. Berikut penjelasan masing-masing dari

proses akhir pada keramik fungsional ini.

1) Pemasangan Handle tempat buah

Adapun proses pemasangan dilakukan dengan cara melengkungkan rotan

menggunakan api. Kelengkungan disesuaikan dengan ukuran pengait dan jarak

antara pengait. Pertimbangan estetik yang berpedoman pada kesesuaian bentuk

global mempengaruhi kelengkungan rotan, dan hal ini akan disesuaikan dalam

penggunaan panjang pendeknya bahan rotan. Untuk kepentingan ergonomis dan

estetik, rotan yang telah dilengkungkan

71

dipasang pada pengait dengan cara meraut bagian ujung yang akan dimasukkan

dalam lubang pengait, kemudian dieratkan menggunakan lilitan kulit rotan dengan

simpul belitan dengan dikuatkan menggunakan lem alteco. Selain sebagai penguat

tali rotan juga dapat mempercantik bentuk lengkungan batang rotan Setelah

pemasangan selesai rotan dilapisi dengan pewarna politur.

2) Pemasangan Lampu Pada Lampu Dinding dan Lampu Duduk

Adapun proses pemasangan dilakukan dengan cara membuat jalur kabel di

bagian belakang tempurung kura-kura, jalur yang sudah disediakan di beri kabel

lalu kemudian di plester

Proses pada lampu duduk dengan memasang kerangka kap lampu yang

terbuat dari kuningan sebagai tangkai kap lampu dan di pasang pada bagian yang

telah di lubangi.

Gambar XXXVII : Pemasangan Lampu

(Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013)

71

dipasang pada pengait dengan cara meraut bagian ujung yang akan dimasukkan

dalam lubang pengait, kemudian dieratkan menggunakan lilitan kulit rotan dengan

simpul belitan dengan dikuatkan menggunakan lem alteco. Selain sebagai penguat

tali rotan juga dapat mempercantik bentuk lengkungan batang rotan Setelah

pemasangan selesai rotan dilapisi dengan pewarna politur.

2) Pemasangan Lampu Pada Lampu Dinding dan Lampu Duduk

Adapun proses pemasangan dilakukan dengan cara membuat jalur kabel di

bagian belakang tempurung kura-kura, jalur yang sudah disediakan di beri kabel

lalu kemudian di plester

Proses pada lampu duduk dengan memasang kerangka kap lampu yang

terbuat dari kuningan sebagai tangkai kap lampu dan di pasang pada bagian yang

telah di lubangi.

Gambar XXXVII : Pemasangan Lampu

(Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013)

71

dipasang pada pengait dengan cara meraut bagian ujung yang akan dimasukkan

dalam lubang pengait, kemudian dieratkan menggunakan lilitan kulit rotan dengan

simpul belitan dengan dikuatkan menggunakan lem alteco. Selain sebagai penguat

tali rotan juga dapat mempercantik bentuk lengkungan batang rotan Setelah

pemasangan selesai rotan dilapisi dengan pewarna politur.

2) Pemasangan Lampu Pada Lampu Dinding dan Lampu Duduk

Adapun proses pemasangan dilakukan dengan cara membuat jalur kabel di

bagian belakang tempurung kura-kura, jalur yang sudah disediakan di beri kabel

lalu kemudian di plester

Proses pada lampu duduk dengan memasang kerangka kap lampu yang

terbuat dari kuningan sebagai tangkai kap lampu dan di pasang pada bagian yang

telah di lubangi.

Gambar XXXVII : Pemasangan Lampu

(Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013)

72

Gambar XXXVIII: Pemasangan Tangkai dan Kap Lampu

( Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013 )

Pertimbangan estetik yang berpedoman pada kesesuaian bentuk global

mempengaruhi keserasian bentuk dan karya, hal ini akan disesuaikan dalam

penggunaan warna lampu dan ktinggian kap lampu yang akan digunakan, guna

memperoleh keseimbangan dan penyatuan antara karya dan bahan pendukung.

3) Pemasangan Lilin Pada Tempat Lilin

Lilin batangan yang sudah ada di cairkan terlebih dahulu lalu di tuangkan

di tempat lilin kemudian di beri sumbu. Lalu tunggu sampai lilin mengeras.

4) Pemasangan Triplek dan Mesin Jam Pada Jam Dinding

Proses pemasangan dilakukan dengan cara menempelkan triplek segi empat pada

bagian belakang kura-kura. Kemudian mesin ditempelkan menggunakan lem

alteco .

72

Gambar XXXVIII: Pemasangan Tangkai dan Kap Lampu

( Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013 )

Pertimbangan estetik yang berpedoman pada kesesuaian bentuk global

mempengaruhi keserasian bentuk dan karya, hal ini akan disesuaikan dalam

penggunaan warna lampu dan ktinggian kap lampu yang akan digunakan, guna

memperoleh keseimbangan dan penyatuan antara karya dan bahan pendukung.

3) Pemasangan Lilin Pada Tempat Lilin

Lilin batangan yang sudah ada di cairkan terlebih dahulu lalu di tuangkan

di tempat lilin kemudian di beri sumbu. Lalu tunggu sampai lilin mengeras.

4) Pemasangan Triplek dan Mesin Jam Pada Jam Dinding

Proses pemasangan dilakukan dengan cara menempelkan triplek segi empat pada

bagian belakang kura-kura. Kemudian mesin ditempelkan menggunakan lem

alteco .

72

Gambar XXXVIII: Pemasangan Tangkai dan Kap Lampu

( Dokumentasi Maricha 15 Mei 2013 )

Pertimbangan estetik yang berpedoman pada kesesuaian bentuk global

mempengaruhi keserasian bentuk dan karya, hal ini akan disesuaikan dalam

penggunaan warna lampu dan ktinggian kap lampu yang akan digunakan, guna

memperoleh keseimbangan dan penyatuan antara karya dan bahan pendukung.

3) Pemasangan Lilin Pada Tempat Lilin

Lilin batangan yang sudah ada di cairkan terlebih dahulu lalu di tuangkan

di tempat lilin kemudian di beri sumbu. Lalu tunggu sampai lilin mengeras.

4) Pemasangan Triplek dan Mesin Jam Pada Jam Dinding

Proses pemasangan dilakukan dengan cara menempelkan triplek segi empat pada

bagian belakang kura-kura. Kemudian mesin ditempelkan menggunakan lem

alteco .

73

Gambar XXXIX: Proses Pemasangan Triplek dan Mesin Jam

( Dokumentasi Maricha 20 Mei 2013 )

B. Pembahasan

Pembuatan karya keramik fungsional ini dilakukan dengan beberapa tahap

diantaranya adalah pembuatan desain sekaligus gambar kerja sebagai pedoman

dalam pembuatan karya teko set ini, kemudian bahan dan alat dipersiapkan untuk

memulai pembuatan, bahan yang digunakan adalah tanah liat dari tanah

Sukabumi,

Proses selanjutnya adalah proses pembentukan, proses pembentukan ini

dilakukan dengan teknik putar, teknik pijit, teknik cetak tekan dan teknik pilin,

setelah keramik terbentuk sesuai desain dan gambar kerja baik bentuk ataupun

ukurannya maka langkah selanjutnya dilakukan proses pengeringan, pembakaran

biskuit dan glasir, proses pengglasiran dilakukan dengan teknik tuang, teknik

semprot dan teknik kuas. Dan kemudian dilakukan proses pembakaran glasir

dengan suhu 1200°C hingga larutan glasir melebur dan menjadi keras sehingga

73

Gambar XXXIX: Proses Pemasangan Triplek dan Mesin Jam

( Dokumentasi Maricha 20 Mei 2013 )

B. Pembahasan

Pembuatan karya keramik fungsional ini dilakukan dengan beberapa tahap

diantaranya adalah pembuatan desain sekaligus gambar kerja sebagai pedoman

dalam pembuatan karya teko set ini, kemudian bahan dan alat dipersiapkan untuk

memulai pembuatan, bahan yang digunakan adalah tanah liat dari tanah

Sukabumi,

Proses selanjutnya adalah proses pembentukan, proses pembentukan ini

dilakukan dengan teknik putar, teknik pijit, teknik cetak tekan dan teknik pilin,

setelah keramik terbentuk sesuai desain dan gambar kerja baik bentuk ataupun

ukurannya maka langkah selanjutnya dilakukan proses pengeringan, pembakaran

biskuit dan glasir, proses pengglasiran dilakukan dengan teknik tuang, teknik

semprot dan teknik kuas. Dan kemudian dilakukan proses pembakaran glasir

dengan suhu 1200°C hingga larutan glasir melebur dan menjadi keras sehingga

73

Gambar XXXIX: Proses Pemasangan Triplek dan Mesin Jam

( Dokumentasi Maricha 20 Mei 2013 )

B. Pembahasan

Pembuatan karya keramik fungsional ini dilakukan dengan beberapa tahap

diantaranya adalah pembuatan desain sekaligus gambar kerja sebagai pedoman

dalam pembuatan karya teko set ini, kemudian bahan dan alat dipersiapkan untuk

memulai pembuatan, bahan yang digunakan adalah tanah liat dari tanah

Sukabumi,

Proses selanjutnya adalah proses pembentukan, proses pembentukan ini

dilakukan dengan teknik putar, teknik pijit, teknik cetak tekan dan teknik pilin,

setelah keramik terbentuk sesuai desain dan gambar kerja baik bentuk ataupun

ukurannya maka langkah selanjutnya dilakukan proses pengeringan, pembakaran

biskuit dan glasir, proses pengglasiran dilakukan dengan teknik tuang, teknik

semprot dan teknik kuas. Dan kemudian dilakukan proses pembakaran glasir

dengan suhu 1200°C hingga larutan glasir melebur dan menjadi keras sehingga

74

keramik fungsional ini siap untuk dilakukan proses terakir yaitu proses

menambahkan handle pada karya tempat buah, penambahan mesin jam pada karya

jam dinding dan 1set kap lampu pada karya lampu duduk dan lampu dinding.

Melalui tahap-tahap pembuatan keramik fungsional seperti yang diuraikan

diatas maka secara keseluruhan keramik fungsional ini memiliki beberapa aspek

yang menjadi spesifikasi dalam pembuatannya, aspek yang dimaksut anatra lain:

1. Aspek Fungsi

Sebagai salah satu pelengkap dalam kebutuhan rumah tangga, karya

keramik fungsional ini mempunyai dua fungsi yaitu fungsi primer dan sekunder.

Fungsi primer yaitu sebagai barang kebutuhan rumah tangga. Sedangkan fungsi

sekunder yaitu sebagai aspek keindahan atau sebagai benda hias yang dimaksut

banda hias bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan ataupun juga bisa diletakkan

dilemari buffet yang berkaca agar karya tersebut dapat terlihat dan dapat menjadi

salah satu benda hias yang dapat menimbulkan rasa senang bagi orang yang

melihatnya.

2. Aspek Bentuk

Dengan mengacu pada sumber inspirasi penciptaan yaitu bentuk kura-kura

maka secara keseluruhan karya keramik fungsional ini berbentuk kura-kura.

Seperti pada bentuk kura-kura umumnya karya keramik fungsional ini dilengkapi

dengan badan, kaki, kepala, mata, leher dan ekor. Dengan ekpresi kura-kura yang

berbeda-beda, seperti ekpresi sedih, senang, menenung, terkejut dan bingung.

Benda fungsional ini dibuat dengan bentuk yang unik dengan penambahan

75

dekorasi yang dapat memperkuat bentuk kura-kura tanpa mengurangi nilai

fungsinya dan diharapkan dapat menambah nilai estetis karya keramik fungsional

ini.

3. Aspek Estetis

Ada beberapa hal yang dijadikan target dalam mencapai aspek estetis pada karya

keramik fumgsional ini, diantaranya adalah pengembangan bentuk dasar ide dan

penerapan warna glasir yang maksimal. Bentuk yang diterapkan pada karya ini

sesuai dengan ide dasarnya yaitu bentuk kura-kura yang dideformasi baik bentuk

global maupun teksturnya, dan warna-warna glasir yang diterapkan adalah warna

glasir kuning, cokelat, merah, hijau, hitam, biru, orange, opac, danTSG

(transparent Soft Glaze), dengan jenis staindan glossy. Khusus pada bagian dalam

teko, cangkir, mangkuk, toples, tempat lilin tempat sayur dan tempat tisu diglasir

warna putih dengan menggunakan teknik tuang, hal ini dimaksudkan agar

kelihatan terang dan bersih. Pada bagian luar atau permukaan luar bodi penerapan

warna menyesuaikan teksturnya, serta penerapannya yang menggunakan teknik

kuas dan teknik semprot.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, aspek-aspek umum yang melingkupi

karya-karya keramik fungsional ini secara keseluruhan memiliki kesamaan, dan

berikut dapat dijelaskan lebih rinci klarifikasi masing-masing karya.

76

Gambar XL

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya I (Teko Set)

Karya teko dan cangkir ini memiliki ukuran teko berdiameter 13 cm,

tinggi 12 cm dan masing-masing cangkir berdiameter 8 cm, tinggi 5,5 cm. Bahan

yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik pijit

dan pilin.

a. Teko

Pembentukan teko ini dari pengembangan bentuk kura-kura ekor panjang

dan kura-kura darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah mulut kura-kura

terbuka. Pembuatan global teko diawali dengan pembentukan badan dan tutup

beserta mulut menggunakan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan

pembentukan ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk

ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

76

Gambar XL

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya I (Teko Set)

Karya teko dan cangkir ini memiliki ukuran teko berdiameter 13 cm,

tinggi 12 cm dan masing-masing cangkir berdiameter 8 cm, tinggi 5,5 cm. Bahan

yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik pijit

dan pilin.

a. Teko

Pembentukan teko ini dari pengembangan bentuk kura-kura ekor panjang

dan kura-kura darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah mulut kura-kura

terbuka. Pembuatan global teko diawali dengan pembentukan badan dan tutup

beserta mulut menggunakan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan

pembentukan ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk

ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

76

Gambar XL

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya I (Teko Set)

Karya teko dan cangkir ini memiliki ukuran teko berdiameter 13 cm,

tinggi 12 cm dan masing-masing cangkir berdiameter 8 cm, tinggi 5,5 cm. Bahan

yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik pijit

dan pilin.

a. Teko

Pembentukan teko ini dari pengembangan bentuk kura-kura ekor panjang

dan kura-kura darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah mulut kura-kura

terbuka. Pembuatan global teko diawali dengan pembentukan badan dan tutup

beserta mulut menggunakan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan

pembentukan ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk

ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

77

lues tidak kaku. Sedangkan untuk penambahan kura-kura kecil itu di jadikan

tumpuhan kekuatan handle pada saat difungsikan, selain itu kura-kura kecil

menggambarkan kesan dia sedang bermain di atas tempurung kura-kura besar.

Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-

kura itu perempuan.

Warna dan glasir yang diterapkan dalam karya teko adalah glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna coklat, kuning, hijau, orange dan sedikit

warna hitam. Untuk bagian dalam badan teko diglasir warna putih dengan teknik

tuang agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada bagian tempurung

keseluruhan di kuas menggunakan warna hijau dan kuning. kemudian dalam

pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dengan dasaran putih dengan teknik

yang sama. Pada bagian kepala, leher serta ekor berwarna coklat, bagian

tempurung kura-kura kecil berwarna orange dan kuning.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya teko ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air. Kendala selanjutnya pada

78

pembentukan bagian tutup yang harus pas antara lubang karya dan penutup,

proses ini memerlukan ketelitian dengan seksama dalam pembentukanya.

b. Cangkir

Pembentukan cangkir ini dari pengembangan bentuk kura-kura dengan

ekspresi yang seolah-olah marah. Pembuatan global cangkir diawali dengan

pembentukan badan beserta mulut menggunakan teknik putar kemudian

dikombinasikan dengan pembentukan ekor serta mata menggunakan teknik pilin

dan pijit. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar

bentuk karya terkesan lues tidak kaku. Kemudian penambahan alis pada bagian

mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya cangkir adalah warna glasir

dasaran putih dikombinasikan dengan warna coklat, kuning, hijau dan sedikit

warna hitam. Untuk bagian dalam badan teko diglasir warna putih dengan teknik

tuang agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada bagian tempurung

keseluruhan di kuas menggunakan warna hijau dan kuning. kemudian dalam

pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dengan dasaran putih dengan teknik

yang sama. Pada bagian kepala, leher serta ekor berwarna coklat.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

79

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya cangkir ini pada

penggunaan bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah

liat sukabumi ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah

sulit dinaikkan keatas dan harus menggunakan banyak air. Kendala selanjutanya

pada pembentukan karya yag sama, hal ini memerlukan keuletan dalam membuat

karya cangkir yang satu dengan yang lainya tampak sama.

80

Gambar XL1

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya II (Celengan)

Karya celengan ini memiliki ukuran berdiameter 15 cm, tinggi 9 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan celengan ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang bingung. Pembuatan

global celengan diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

80

Gambar XL1

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya II (Celengan)

Karya celengan ini memiliki ukuran berdiameter 15 cm, tinggi 9 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan celengan ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang bingung. Pembuatan

global celengan diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

80

Gambar XL1

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya II (Celengan)

Karya celengan ini memiliki ukuran berdiameter 15 cm, tinggi 9 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan celengan ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang bingung. Pembuatan

global celengan diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

81

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna biru, kuning, hijau dan sedikit warna hitam.

Untuk bagian dalam badan celengan diglasir warna putih dengan teknik tuang

agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada bagian badan,kaki dan kepala

kura-kura di kuas menggunakan warna hijau biru dan kuning. kemudian dalam

pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dengan dasaran putih dengan teknik

yang sama.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

82

Gambar XLII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya III (Tempat lilin)

Karya tempat lilin ini memiliki ukuran berdiameter 8 cm, tinggi 7,5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan tempat lilin ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang melihat sesuatu.

Pembuatan global tempat lilin diawali dengan pembentukan badan,kepala

dengan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor

serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata

yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak

kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah

kura-kura itu perempuan.

82

Gambar XLII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya III (Tempat lilin)

Karya tempat lilin ini memiliki ukuran berdiameter 8 cm, tinggi 7,5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan tempat lilin ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang melihat sesuatu.

Pembuatan global tempat lilin diawali dengan pembentukan badan,kepala

dengan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor

serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata

yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak

kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah

kura-kura itu perempuan.

82

Gambar XLII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya III (Tempat lilin)

Karya tempat lilin ini memiliki ukuran berdiameter 8 cm, tinggi 7,5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan tempat lilin ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang melihat sesuatu.

Pembuatan global tempat lilin diawali dengan pembentukan badan,kepala

dengan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor

serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata

yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak

kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah

kura-kura itu perempuan.

83

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan biru. Untuk bagian dalam badan tempat lilin diglasir warna

putih dengan teknik tuang agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada

bagian badan,kaki dan kepala kura-kura di glasir warna biru. kemudian dalam

pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dengan dasaran putih. Teknik yang

di gunakan teknik kuas.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

84

Gambar XLIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya IV ( Toples Set)

Karya toples dan ini memiliki ukuran berdiameter 16,13,11cm, tinggi

15,14,12 cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat

dari Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan

dengan teknik pijit dan pilin.

Pembentukan toples ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat dengan

ekspresi kura-kura yang seolah-olah mulut kura-kura terbuka. Pembuatan global

toples diawali dengan pembentukan badan dan tutup beserta kepala menggunakan

teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku. Sedangkan

untuk penambahan kura-kura kecil itu di jadikan tumpuhan kekuatan handle pada

saat difungsikan, selain itu kura-kura kecil menggambarkan kesan dia sedang

84

Gambar XLIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya IV ( Toples Set)

Karya toples dan ini memiliki ukuran berdiameter 16,13,11cm, tinggi

15,14,12 cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat

dari Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan

dengan teknik pijit dan pilin.

Pembentukan toples ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat dengan

ekspresi kura-kura yang seolah-olah mulut kura-kura terbuka. Pembuatan global

toples diawali dengan pembentukan badan dan tutup beserta kepala menggunakan

teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku. Sedangkan

untuk penambahan kura-kura kecil itu di jadikan tumpuhan kekuatan handle pada

saat difungsikan, selain itu kura-kura kecil menggambarkan kesan dia sedang

84

Gambar XLIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya IV ( Toples Set)

Karya toples dan ini memiliki ukuran berdiameter 16,13,11cm, tinggi

15,14,12 cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat

dari Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan

dengan teknik pijit dan pilin.

Pembentukan toples ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat dengan

ekspresi kura-kura yang seolah-olah mulut kura-kura terbuka. Pembuatan global

toples diawali dengan pembentukan badan dan tutup beserta kepala menggunakan

teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku. Sedangkan

untuk penambahan kura-kura kecil itu di jadikan tumpuhan kekuatan handle pada

saat difungsikan, selain itu kura-kura kecil menggambarkan kesan dia sedang

85

bermain di atas tempurung kura-kura besar. Kemudian penambahan alis pada

bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya toples adalah warna glasir

dasaran putih dikombinasikan dengan warna coklat, kuning, hijau, orange dan

warna hitam. Untuk bagian dalam badan tiples diglasir warna putih dengan teknik

tuang agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada bagian tempurung

kaki,kepala di glasir warna coklat,hitam,kuning,orange,hijau dengan teknik kuas.

kemudian dalam pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dengan dasaran

putih dengan teknik yang sama.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya teko ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air. Kendala selanjutnya pada

pembentukan bagian tutup yang harus pas antara lubang karya dan penutup,

proses ini memerlukan ketelitian dengan seksama dalam pembentukanya.

86

Gambar XLIV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya V (Tempat Sambel)

Karya tempat sambel ini memiliki ukuran berdiameter 9 cm, tinggi 3,5

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan

teknik pijit dan pilin.

Proses Pembentukan tempat sambel ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang melihat

sesuatu dan terkejut.global tempat sambel diawali dengan pembentukan badan

dengan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan

kaki,kepala,ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk

ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan

seolah-olah kura-kura itu perempuan.

86

Gambar XLIV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya V (Tempat Sambel)

Karya tempat sambel ini memiliki ukuran berdiameter 9 cm, tinggi 3,5

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan

teknik pijit dan pilin.

Proses Pembentukan tempat sambel ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang melihat

sesuatu dan terkejut.global tempat sambel diawali dengan pembentukan badan

dengan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan

kaki,kepala,ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk

ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan

seolah-olah kura-kura itu perempuan.

86

Gambar XLIV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya V (Tempat Sambel)

Karya tempat sambel ini memiliki ukuran berdiameter 9 cm, tinggi 3,5

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan

teknik pijit dan pilin.

Proses Pembentukan tempat sambel ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang melihat

sesuatu dan terkejut.global tempat sambel diawali dengan pembentukan badan

dengan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan

kaki,kepala,ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk

ekor, mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan

seolah-olah kura-kura itu perempuan.

87

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan coklat,item,orange dan kuning. Untuk bagian dalam badan

tempat lilin diglasir warna putih dengan teknik tuang agar kelihatan terang dan

bersih. Sedangkan pada bagian badan,kaki dan kepala kura-kura di glasir warna

coklat,hitam,orange dan kuning dengan teknik kuas. kemudian dalam

pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dengan dasaran putih dengan teknik

yang sama.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

88

Gambar XLV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya VI ( Tempat Tisu)

Karya tempat tisu ini memiliki ukuran berdiameter 11 cm, tinggi 13 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik pijit

dan pilin.

Proses Pembentukan tempat tisu ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang terlihat senang ketika melihat

sesuatu. Global tempat tisu diawali dengan pembentukan badan dengan teknik

putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,kepala,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

88

Gambar XLV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya VI ( Tempat Tisu)

Karya tempat tisu ini memiliki ukuran berdiameter 11 cm, tinggi 13 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik pijit

dan pilin.

Proses Pembentukan tempat tisu ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang terlihat senang ketika melihat

sesuatu. Global tempat tisu diawali dengan pembentukan badan dengan teknik

putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,kepala,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

88

Gambar XLV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya VI ( Tempat Tisu)

Karya tempat tisu ini memiliki ukuran berdiameter 11 cm, tinggi 13 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik pijit

dan pilin.

Proses Pembentukan tempat tisu ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang terlihat senang ketika melihat

sesuatu. Global tempat tisu diawali dengan pembentukan badan dengan teknik

putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,kepala,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

89

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, coklat, merah, kuning, biru dan sedikit

hitam.Untuk bagian dalam badan tempat tisu diglasir warna putih dengan teknik

tuang agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada bagian badan,kaki dan

kepala kura-kura di glasir warna coklat, kuning, dan hijau dengan teknik kuas.

kemudian dalam pengglasiran bagian mata diberi warna hitam dan biru dengan

dasaran putih dengan teknik yang sama.

` Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air. Kendala selanjutnya pada

pembentukan bagian tutup yang harus pas antara lubang karya dan penutup,

proses ini memerlukan ketelitian dengan seksama dalam pembentukanya.

90

Gambar XLVI

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013

Karya VII ( Lampu Duduk)

Karya lampu duduk ini memiliki ukuran berdiameter 20 cm, tinggi 35 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik cetak, putar, pilin dikombinasikan dengan

teknik pijit.

Proses Pembentukan lampu duduk ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah ingin memanjat

tiang yang ada di hadapannya. Global lampu duduk ini diawali dengan

pembentukan badan dengan teknik cetak kemudian dikombinasikan dengan

pembentukan kaki, kepala, tiang yang berada di tengah kura-kura menggunakan

teknik putar dan pijit. Kemudian pada bagian mata serta bibir menggunakan

90

Gambar XLVI

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013

Karya VII ( Lampu Duduk)

Karya lampu duduk ini memiliki ukuran berdiameter 20 cm, tinggi 35 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik cetak, putar, pilin dikombinasikan dengan

teknik pijit.

Proses Pembentukan lampu duduk ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah ingin memanjat

tiang yang ada di hadapannya. Global lampu duduk ini diawali dengan

pembentukan badan dengan teknik cetak kemudian dikombinasikan dengan

pembentukan kaki, kepala, tiang yang berada di tengah kura-kura menggunakan

teknik putar dan pijit. Kemudian pada bagian mata serta bibir menggunakan

90

Gambar XLVI

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013

Karya VII ( Lampu Duduk)

Karya lampu duduk ini memiliki ukuran berdiameter 20 cm, tinggi 35 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik cetak, putar, pilin dikombinasikan dengan

teknik pijit.

Proses Pembentukan lampu duduk ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah ingin memanjat

tiang yang ada di hadapannya. Global lampu duduk ini diawali dengan

pembentukan badan dengan teknik cetak kemudian dikombinasikan dengan

pembentukan kaki, kepala, tiang yang berada di tengah kura-kura menggunakan

teknik putar dan pijit. Kemudian pada bagian mata serta bibir menggunakan

91

teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol

dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan

alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, orange, merah, hitam dan sedikit

biru.Untuk bagian tempurung bawah, kuku, kepala dan tiang di glasir warna item,

sedangka bagian tempurung atas di glasir warna hijau dan orange. Pada bagian

mata di glasir hitam dan biru dangan dasaran putih, bagian bibir gi glasir warna

merah. Teknik glasir yang di gunakan teknik kuas.

`Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Bagian atas lampu duduk di beri tambahan kap lampu yang fungsinya

untuk menaruh lampu serta memperindah lampu duduk tersebut, selain itu kap

lampu berfungsi mengfokuskan sorot lampu yang di pancarkan.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini ialah pada saat

menyatukan bagian globalnya.

.

92

Gambar XLVII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya VIII (lampu Dinding)

Karya lampu dinding ini memiliki ukuran berdiameter 25 cm, tinggi 30

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik cetak, putar, pilin

dikombinasikan dengan teknik pijit.

Proses Pembentukan lampu duduk ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura bibir manyun. Global lampu

dinding ini diawali dengan pembentukan badan dengan teknik cetak, kemudian

pembentukan kaki dan kepala teknik putar dan pijit. Kemudian pada bagian mata

serta bibir, ekor menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut,

bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak

92

Gambar XLVII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya VIII (lampu Dinding)

Karya lampu dinding ini memiliki ukuran berdiameter 25 cm, tinggi 30

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik cetak, putar, pilin

dikombinasikan dengan teknik pijit.

Proses Pembentukan lampu duduk ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura bibir manyun. Global lampu

dinding ini diawali dengan pembentukan badan dengan teknik cetak, kemudian

pembentukan kaki dan kepala teknik putar dan pijit. Kemudian pada bagian mata

serta bibir, ekor menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut,

bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak

92

Gambar XLVII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya VIII (lampu Dinding)

Karya lampu dinding ini memiliki ukuran berdiameter 25 cm, tinggi 30

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik cetak, putar, pilin

dikombinasikan dengan teknik pijit.

Proses Pembentukan lampu duduk ini dari pengembangan bentuk kura-

kura leher panjang dengan ekspresi kura-kura bibir manyun. Global lampu

dinding ini diawali dengan pembentukan badan dengan teknik cetak, kemudian

pembentukan kaki dan kepala teknik putar dan pijit. Kemudian pada bagian mata

serta bibir, ekor menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut,

bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak

93

kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah

kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, kuning, orange, merah, hitam dan

sedikit biru.Untuk bagian tempurung glasir warna kuning dan orange, pada bagian

kaki , kepala di glasir warna hijau dan hitam. Sedangkan bagian mata di glasir

hitam dan biru dangan dasaran putih, bagian bibir gi glasir warna merah. Teknik

glasir yang di gunakan teknik kuas.

` Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Pada karya ini di beri tambahan lampu cabe yang berada pada bagian

dalam tempurung.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini ialah pada saat

dekorasi, motif kawong yang digunakan pada dekorasi bagian tempurung,sulit

untuk membaginya.

94

Gambar XLVIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya IX (Piring Saji)

Karya piring ini memiliki ukuran berdiameter 21,19,17 cm, tinggi 5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan piring ini dari pengembangan bentuk kura-kura leher

panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang tersenyum. Global piring ini

diawali dengan pembentukan badan dan kepala dengan teknik putar, kemudian

pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan pijit. Untuk

bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya

terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata

menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, coklat, orange, merah, hitam dan

94

Gambar XLVIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya IX (Piring Saji)

Karya piring ini memiliki ukuran berdiameter 21,19,17 cm, tinggi 5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan piring ini dari pengembangan bentuk kura-kura leher

panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang tersenyum. Global piring ini

diawali dengan pembentukan badan dan kepala dengan teknik putar, kemudian

pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan pijit. Untuk

bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya

terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata

menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, coklat, orange, merah, hitam dan

94

Gambar XLVIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya IX (Piring Saji)

Karya piring ini memiliki ukuran berdiameter 21,19,17 cm, tinggi 5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan piring ini dari pengembangan bentuk kura-kura leher

panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang tersenyum. Global piring ini

diawali dengan pembentukan badan dan kepala dengan teknik putar, kemudian

pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan pijit. Untuk

bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya

terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata

menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, coklat, orange, merah, hitam dan

95

sedikit biru.Untuk bagian tempurung, kaki di glasir warna coklat dasaran putih,

ornament bunga di dalamnya di glasir warna hijau dan orange. Pada bagian

kepala, leher, ekor di glasir warna hijau. Sedangkan bagian mata di glasir hitam

dan biru dangan dasaran putih, bagian mulut di glasir warna merah. Teknik glasir

yang di gunakan teknik kuas.

` Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

96

Gambar XLIX

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya X ( Mangkuk Set)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 20,17,15 cm, tinggi 7

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan

dengan teknik pijit.

Proses Pembentukan mangkuk ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dan leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang tersenyum. Global

mangkuk ini diawali dengan pembentukan badan, leher dan kepala dengan teknik

putar, kemudian pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan

pijit. Untuk bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar

bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian

mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

96

Gambar XLIX

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya X ( Mangkuk Set)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 20,17,15 cm, tinggi 7

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan

dengan teknik pijit.

Proses Pembentukan mangkuk ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dan leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang tersenyum. Global

mangkuk ini diawali dengan pembentukan badan, leher dan kepala dengan teknik

putar, kemudian pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan

pijit. Untuk bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar

bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian

mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

96

Gambar XLIX

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya X ( Mangkuk Set)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 20,17,15 cm, tinggi 7

cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan

dengan teknik pijit.

Proses Pembentukan mangkuk ini dari pengembangan bentuk kura-kura

darat dan leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang tersenyum. Global

mangkuk ini diawali dengan pembentukan badan, leher dan kepala dengan teknik

putar, kemudian pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan

pijit. Untuk bentuk ekor, mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar

bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian

mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

97

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau muda, hijau tua, merah, hitam dan

sedikit biru.Untuk bagian tempurung, kaki, kepala, leher di glasir warna hijau tua

dan hijau muda. sedangkan bagian mata di glasir hitam dan biru dangan dasaran

putih, bagian mulut di glasir warna merah.Teknik glasir yang di gunakan teknik

kuas. Bagian dalam mangkuk di glasir putih dengan teknik tuang.

` Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

98

Gambar L

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XI (Asbak Set)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 10,8,7 cm, tinggi 7 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan asbak ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat

dengan ekspresi kura-kura yang sedang sedih. Global asbak ini diawali dengan

pembentukan badan dan kepala dengan teknik putar, kemudian pembentukan

kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan pijit. Untuk bentuk ekor,

mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan

seolah-olah kura-kura itu perempuan.

98

Gambar L

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XI (Asbak Set)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 10,8,7 cm, tinggi 7 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan asbak ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat

dengan ekspresi kura-kura yang sedang sedih. Global asbak ini diawali dengan

pembentukan badan dan kepala dengan teknik putar, kemudian pembentukan

kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan pijit. Untuk bentuk ekor,

mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan

seolah-olah kura-kura itu perempuan.

98

Gambar L

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XI (Asbak Set)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 10,8,7 cm, tinggi 7 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan asbak ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat

dengan ekspresi kura-kura yang sedang sedih. Global asbak ini diawali dengan

pembentukan badan dan kepala dengan teknik putar, kemudian pembentukan

kaki,ekor dan mata menggunakan teknik pilin dan pijit. Untuk bentuk ekor,

mulut, bibir dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan

lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada bagian mata menggambarkan

seolah-olah kura-kura itu perempuan.

99

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, coklat, merah, hitam dan sedikit

biru.Untuk bagian tempurung, kaki, kepala di glasir warna coklat, hitam dan

putih. Ornament bunga di bagian samping tempurung di glasir warna hijau dan

merah,sedangkan bagian mata di glasir hitam dan biru dangan dasaran putih.

Teknik glasir yang di gunakan teknik kuas. Bagian dalam asbak di glasir putih

dengan teknik tuang.

` Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

100

Gambar LI

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XII (Vas Bunga)

Karya vas bunga ini memiliki ukuran berdiameter 10,8 cm tinggi 14cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan vas bunga ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang senyum, global

vas bunga ini diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

100

Gambar LI

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XII (Vas Bunga)

Karya vas bunga ini memiliki ukuran berdiameter 10,8 cm tinggi 14cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan vas bunga ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang senyum, global

vas bunga ini diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

100

Gambar LI

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XII (Vas Bunga)

Karya vas bunga ini memiliki ukuran berdiameter 10,8 cm tinggi 14cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji

dan pilin.

Proses Pembentukan vas bunga ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang senyum, global

vas bunga ini diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

101

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan biru, hijau, coklat, merah dan sedikit hitam. Sedangkan

pada bagian badan kura-kura di glasir warna hijau, coklat, putih, pada bagian kaki

di glasir warna coklat dan hijau,kemudian pada bagian leher ,kepala diglasir

warna coklat, biru, hijau, sedangkan pada pengglasiran bagian mata diberi warna

hitam dengan dasaran putih. Teknik yang di gunakan teknik kuas.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

102

Gambar LII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XIII (Tempat Buah)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 9 cm, tinggi 3,5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan tempat buah ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dan ekor panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang bingung.

Global tempat buah ini diawali dengan pembentukan badan dan kepala dengan

teknik putar, kemudian pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik

pilin dan pijit. Untuk bentuk ekor, mulut, dan mata yang menonjol dimaksudkan

agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada

bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, kuning, biru dan sedikit hitam.Untuk

bagian tempurung dalam di glasir warna kuning dan hujau,bagian tempurung luar,

102

Gambar LII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XIII (Tempat Buah)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 9 cm, tinggi 3,5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan tempat buah ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dan ekor panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang bingung.

Global tempat buah ini diawali dengan pembentukan badan dan kepala dengan

teknik putar, kemudian pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik

pilin dan pijit. Untuk bentuk ekor, mulut, dan mata yang menonjol dimaksudkan

agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada

bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, kuning, biru dan sedikit hitam.Untuk

bagian tempurung dalam di glasir warna kuning dan hujau,bagian tempurung luar,

102

Gambar LII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XIII (Tempat Buah)

Karya mangkuk ini memiliki ukuran berdiameter 9 cm, tinggi 3,5 cm.

Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi.

Teknik yang digunakan adalah teknik putar, pilin dikombinasikan dengan teknik

pijit.

Proses Pembentukan tempat buah ini dari pengembangan bentuk kura-kura

leher panjang dan ekor panjang dengan ekspresi kura-kura yang sedang bingung.

Global tempat buah ini diawali dengan pembentukan badan dan kepala dengan

teknik putar, kemudian pembentukan kaki,ekor dan mata menggunakan teknik

pilin dan pijit. Untuk bentuk ekor, mulut, dan mata yang menonjol dimaksudkan

agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian penambahan alis pada

bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah warna glasir dasaran

putih dikombinasikan dengan warna hijau, kuning, biru dan sedikit hitam.Untuk

bagian tempurung dalam di glasir warna kuning dan hujau,bagian tempurung luar,

103

kepala, kaki di glasir warna biru,sedangkan bagian mata di glasir hitam dan biru

dangan dasaran putih. Teknik glasir yang di gunakan teknik kuas.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Pada karya ini di beri tambahan heandel rotan yang berfungsi sabagai

pegangan.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

104

Gambar LIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XIV ( Tempat Sayur)

Karya tempat sayur ini memiliki ukuran berdiameter 11,12 cm, tinggi

16,13 cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan

teknik pijit dan pilin.

Pembentukan tempat sayur ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat

dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang terkejut. Pembuatan global

tempat sayur diawali dengan pembentukan badan dan tutup beserta kepala

menggunakan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan

kaki,ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor,

mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues

104

Gambar LIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XIV ( Tempat Sayur)

Karya tempat sayur ini memiliki ukuran berdiameter 11,12 cm, tinggi

16,13 cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan

teknik pijit dan pilin.

Pembentukan tempat sayur ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat

dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang terkejut. Pembuatan global

tempat sayur diawali dengan pembentukan badan dan tutup beserta kepala

menggunakan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan

kaki,ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor,

mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues

104

Gambar LIII

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XIV ( Tempat Sayur)

Karya tempat sayur ini memiliki ukuran berdiameter 11,12 cm, tinggi

16,13 cm. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari

Sukabumi. Teknik yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan

teknik pijit dan pilin.

Pembentukan tempat sayur ini dari pengembangan bentuk kura-kura darat

dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang terkejut. Pembuatan global

tempat sayur diawali dengan pembentukan badan dan tutup beserta kepala

menggunakan teknik putar kemudian dikombinasikan dengan pembentukan

kaki,ekor serta mata menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor,

mulut dan mata yang menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues

105

tidak kaku. Sedangkan untuk penambahan kura-kura kecil itu di jadikan tumpuhan

kekuatan handle pada saat difungsikan, selain itu kura-kura kecil menggambarkan

kesan dia sedang bermain di atas tempurung kura-kura besar. Kemudian

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

Warna glasir yang diterapkan dalam karya tempat sayur adalah warna

glasir dasaran putih dikombinasikan dengan warna kuning, hijau, orange, merah,

hitam dan sedikit biru. Untuk bagian dalam tempat sayur diglasir warna putih

dengan teknik tuang agar kelihatan terang dan bersih. Sedangkan pada bagian

tempurung dan kaki di glasir warna orange,hijau, dan kuning.pada bagian kepala

di glasir warna hitam, kemudian dalam pengglasiran bagian mata diberi warna

hitam dan biru. Teknik yang di gunakan teknik kuas

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya teko ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air. Kendala selanjutnya pada

106

pembentukan bagian tutup yang harus pas antara lubang karya dan penutup,

proses ini memerlukan ketelitian dengan seksama dalam pembentukanya.

107

Gambar LIV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XV ( Tempat Jam Dinding)

Karya jam dinding ini memiliki ukuran berdiameter 25 cm. Bahan yang

dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi. Teknik

yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji dan pilin.

Proses Pembentukan jam dinding ini dari pengembangan bentuk kura-kura

ekor panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang bingung, global

jam dinding ini diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

107

Gambar LIV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XV ( Tempat Jam Dinding)

Karya jam dinding ini memiliki ukuran berdiameter 25 cm. Bahan yang

dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi. Teknik

yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji dan pilin.

Proses Pembentukan jam dinding ini dari pengembangan bentuk kura-kura

ekor panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang bingung, global

jam dinding ini diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

107

Gambar LIV

(Dokumentasi Maricha 1 Juni 2013)

Karya XV ( Tempat Jam Dinding)

Karya jam dinding ini memiliki ukuran berdiameter 25 cm. Bahan yang

dipakai dalam pembuatannya menggunakan tanah liat dari Sukabumi. Teknik

yang digunakan adalah teknik putar dikombinasikan dengan teknik piji dan pilin.

Proses Pembentukan jam dinding ini dari pengembangan bentuk kura-kura

ekor panjang dengan ekspresi kura-kura yang seolah-olah sedang bingung, global

jam dinding ini diawali dengan pembentukan badan,kepala dengan teknik putar

kemudian dikombinasikan dengan pembentukan kaki,ekor serta mata

menggunakan teknik pijit dan pilin. Untuk bentuk ekor, mulut dan mata yang

menonjol dimaksudkan agar bentuk karya terkesan lues tidak kaku.Kemudian

108

penambahan alis pada bagian mata menggambarkan seolah-olah kura-kura itu

perempuan.

glasir yang diterapkan dalam karya ini adalah glasir dasaran putih

dikombinasikan stain biru. Sedangkan pada bagian badan, kaki dan kepala kura-

kura di stain biru,kemudian dalam pengglasiran bagian mata diberi warna hitam

dengan dasaran putih dengan teknik yang sama.

Berdasarkan penyusunan warna di atas, untuk mendapatkan warna glasir

yang mengkilat, maka pada penyusunan warna semuanya di semprot dengan

menggunakan TSG (transparent soft glaze) secara langsung pada saat pewarnaan.

Untuk proses selanjutnya dengan menggoreskan bagian bawah karya di atas spoon

basah, hal ini bertujuan agar sewaktu pembakaran hasil karya tersebut tidak

menempel pada tungku.

Kendala yang dihadapi dalam pembuatan karya ini pada penggunaan

bahan pokok yaitu tanah liat dari Sukabumi. Kelemahan dari tanah liat sukabumi

ini terlihat ketika proses pembentukan dengan teknik putar,tanah sulit dinaikkan

keatas dan harus menggunakan banyak air.

109

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam penciptaan karya keramik dengan judul “Kura-Kura Sebagai

Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Keramik Fungsional” ini setelah melalui

beberapa tahapan sehingga proses penciptaan karya tugas akhir ini dapat

terselesaikan dengan hasil yang maksimal, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan pengembangan bentuk, melalui pengamatan dan

kegunaanya yaitu dengan melihat bentuk kura-kura yang mempunyai

tempurung pada bagian badan nya bisa dibentuk seperti mangkuk, piring,

teko, cangkir, toples, vas bunga, tempat tisu, jam dinding,lampu dinding,

lampu duduk.

2. Proses pembuatan keramik fungsional ini dilakukan dengan beberapa tahap

diantaranya adalah pembuatan sket alternatif, pembuatan desain, pembuatan

gambar kerja, proses pembentukan, proses dekorasi, proses pengeringan,

proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran, proses pembakaran glasir.

3. Dalam pembuatan keramik fungsional ini menggunakan bahan baku berupa

tanah liat Sukabumi.

4. Proses pembuatan keramik fungsional ini menggunakan teknik pembentukan

berupa teknik putar, teknik cetak dan teknik pijit, pilin untuk penambahan

dekorasi. Dan untuk proses pengglasiran karya ini menggunakan teknik

tuang, teknik semprot dan teknik kuas.

110

5. Karya yang dibuat berjumlah 15 buah diantaranya, piring, mangkuk, teko

cangkir, nampan, toples, jam dinding, lampu dinding, lampu duduk, vas

bunga, tempat tisu, tempat lilin, celengan, tempat buah, asbak, tempat sambel.

Adapun karya tersebut memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dan sekaligus sebagai benda hias dalam interior rumah.

111

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2010. Reptil Unik Nan Eksotik. Jakarta. PT AgroMediaPustaka.

Arimbawa, Gede Made, I. 2012. Bisnis Pengembangan Desain Produk KeramikPada Era Pasar Global. Sekripsi SI. Intitut Seni Indonesia. Denpasar

Budiyanto, Wahyu Gatot, dkk. 2008. Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1. Jakarta :Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen PendidikanNasional.

_________________________. 2008. Kriya Keramik untuk SMK Jilid 2. Jakarta :Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen PendidikanNasional.

_________________________. 2008. Kriya Keramik untuk SMK Jilid 3. Jakarta :Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen PendidikanNasional.

Derik. 2012. Reptil & Amfibi. Jakarta. PT AgroMedia Pustaka.

Djelantik, A.A.M. 1999, Estetika Sebuah Pengantar. Bandung, Masyarakat SeniPertunjukan Indonesia

Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnangingsih. 2005, Kamus Besar BahasaIndonesia.(KBBI) Semarang. Widya Karya

Edin. 2001. Desain Produk. Yogyakarta: UNY

Gatot Wahyu G dan Fajar prasudi. 1998, Pembentukan Tanah Liat, Jakarta

Gautama Nia. 2011, Keramik untuk Hobi dan Karir. Jakarta. PT GramediaPustaka Utama

Petrussumadi dan Sipahelut. 1991. Dasar-dasar Desain, Jakarta, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Prof. Dr. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D.Bandung.Alfabeta

112

Sugiono dan Sukirman. 1979, Perngetahuan Teknologi Kerajinan Keramik.Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

______________________. 1980, Penuntun Praktek Kerajinan Keramik. Jakarta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulistya, Rahmat. 2011. Karya Keramik Dan Sains. (Edisi ke 4 Cetakan ke 1).Yokyakarta. Artista.

Widagdo. 2001, Desain Dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional.

Zuhdi, Muria B. 2003. Topeng sebagai Sumber Inspirasi Dalam Penciptaan KaryaSeni Keramik. Tesis S2. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana, Institut SeniIndonesia Yogyakarta.

Internet:

http://bangrahman.blogspot.com/2009/12/proses-keramik.html. Diunduh11 Juni 2013.

http://www.google.co.id/search?qkura+kura+leher+panjang. Diunduh pada 20Mei 2013.

http://www.google.co.id/search?q=Chelydridae. Diunduh pada 20 Mei 2013.

http://www.google.co.id/search?q=kura-. Diunduh pada 20 Mei 2013.

113

LAMPIRAN

114114114

115115115

116116116

117117117

118118118

119119119

120120120

121121121

122122122

123123123

124124124

125125125

126126126

127127127

128128128

129129129

130130130

131131131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

KALKULASI HARGA

Perhitungan biaya dalam pembuatan karya keramik fungsional ini dapat

dijelaskan dengan rinci dari biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan

sampai dengan proses finising karya dan kalkulasi harga jual keramik fungsional

dengan rincian perhitungan biaya-biaya yag dikeluarkan. Adapun rincian

perhitungan biaya pembuatan keramik fungsional ini sebagai berikut:

Biaya Pokok Produksi Keseluruhan Karya

Bahan Pokok jumlah (kg) harga/kg HARGATanah Liat (56 kg) @Rp. 5.000,- = Rp. 280.000,-Glasir Engobe (2,5 lt) @Rp. 30.000,- = Rp. 75.000,- TSG (2 kg) @Rp. 35.000,- = Rp. 70.000,- Glasir putih (0,5kg) @Rp. 50.000,- = Rp. 25.000,- Stain

- Merah (84 gr)- Kuning (126gr) = Rp. 15.000,-- Hitam (84 gr) = Rp. 10.000,-- Biru (135gr) = Rp. 15.000,-- Coklat (166gr) = Rp. 15.000,-- Orange (84gr) = Rp. 10.000,-- Hijau (126gr) = Rp. 15.000,-

-

Ampelas 4 lembar @Rp. 2.000,- = Rp. 8.000,- Rotan = Rp. 5.000,- Kabel 4meter @Rp. 3.500` = Rp. 14.500,- 1solasi kabel = Rp. 6.000,- Lem = Rp. 3.000,- Mesin Jam = Rp. 15.000,- Lilin cair = Rp. 15.000,- Steker 3biji @Rp.2.000 = Rp. 6.000,- Kap lampu 1set = Rp. 60.000,-

_____________ +

JUMLAH Rp. 662.000,-

Penggunaan Alat Biaya = Rp. 50.000,-

Pembakaran Biskuit (0,5 tungku X Rp. 320.000) = Rp. 160.000,- Glasir (1 tungku X Rp. 420.000) = Rp. 420.000,-

JUMLAH Rp. 580.000,-

Total biaya pokok produksi

Biaya bahan pokok = Rp. 662.000,- Biaya penggunaan alat = Rp. 50.000,- Biaya pembakaran = Rp. 580.000,-

_____________ +

JUMLAH Rp. 1.292.000,-

Karya I Teko Set

No Bahan Satuan Harga (Rp) Jumlah

PemakaianJumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 4kg Rp.20.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Kuning

- Coklat

- Orange

- Hitam

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

126gr

166gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.10.000

Rp.10.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:8

Rp.15.000:7

Rp.10.000:6

Rp.10.000:15

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.700

Rp.1.200

Rp.1.900

Rp.2.200

Rp.1.700

Rp.700

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaan Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

alat

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.550

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.81.750

Hasil pembulatan Rp.81.800

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 20 produk teko set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 20 produk teko set

- Jadi untuk per-produk teko set 800.000 : 20 = Rp 40.000

Kalkulasi Biaya Produksi

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.121.800

2 Desain 10%800.121.

100

10xRp

Rp.12.200

3 Penyusutan 5%800.121.

100

5xRp

Rp.6.100

4 Transportasi 2%800.121.

100

2xRp

Rp.2.450

Total biaya Rp.142.600

5 Laba 25%600.142.

100

25xRp

Rp.35.650

TOTAL HARGA JUAL Rp.178.300

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.81.800

2 Upah tenaga kerja Rp 40.000

Jumlah Rp.121.800

Karya Set II Celengan

No Bahan Satuan Harga (Rp) Jumlah

PemakaianJumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 4kg Rp.20.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Kuning

- Biru

- Hitam

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

126gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.10.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:8

Rp.15.000:11

Rp.10.000:15

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.700

Rp.1.200

Rp.1.900

Rp.1.400

Rp.700

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15 Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 Ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.550

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.79.250

Hasil pembulatan Rp.79.300

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 60 produk Celengan

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 60 produk Celengan

- Jadi untuk per-produk Celengan 800.000 : 60 = Rp 14.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.79.300

2 Upah tenaga kerja Rp 14.000

Jumlah Rp.93.300

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.93.300

2 Desain 10%300.93.

100

10xRp

Rp.9.330

3 Penyusutan 5%300.93.

100

5xRp

Rp.4.665

4 Transportasi 2%300.93.

100

2xRp

Rp.1.866

Total biaya Rp.109.200

5 Laba 25%200.109.

100

25xRp

Rp.27.300

TOTAL HARGA JUAL Rp.136.500

Karya Set III Tempat Lilin

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 2kg Rp.10.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 Ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

6 Lilin Cair Rp.15.000 Rp.15.000:5 Rp.3000

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.68.440

Hasil pembulatan Rp.68.500

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 100 produk tempat lilin

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 100 produk tempat lilin

- Jadi untuk per-produk tempat lilin 800.000 : 100 = Rp 8.000

Kalkulasi Biaya Produksi

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.76.500

2 Desain 10%76.500.

100

10xRp

Rp.7.650

3 Penyusutan 5%500.76.

100

5xRp

Rp.3.825

4 Transportasi 2%500.76.

100

2xRp

Rp.1.530

Total biaya Rp.89.600

5 Laba 25%600.89.

100

25xRp

Rp.22.400

TOTAL HARGA JUAL Rp.112.000

Karya Set IV Toples Set

No

Bahan Satuan Harga (Rp) JumlahPemakaian

Jumlah (Rp)

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.68.500

2 Upah tenaga kerja Rp 8.000

Jumlah Rp.76.500

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 4kg Rp.20.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Kuning

- Coklat

- Orange

- Hitam

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

126gr

166gr

84gr

84gr

84 gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.10.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:8

Rp.15.000:7

Rp.10.000:6

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.1.900

Rp.2.200

Rp.1.700

Rp.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.83.240

Hasil pembulatan Rp.83.300

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 20 produk toples set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 20 produk toples set

- Jadi untuk per-produk toples set 800.000 : 20 = Rp 40.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.83.300

2 Upah tenaga kerja Rp 40.000

Jumlah Rp.123.300

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.123.300

2 Desain 10%300.123.

100

10xRp

Rp.12.330

3 Penyusutan 5%300.123.

100

5xRp

Rp.6.165

4 Transportasi 2%300.123.

100

2xRp

Rp.2.466

Total biaya Rp.144.300

5 Laba 25%300.144.

100

25xRp

Rp.36.100

TOTAL HARGA JUAL Rp.180.500

Karya Set V Tempat Sambel

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 2kg Rp.10.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- Hijau

- Kuning

- Coklat

- Orange

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

126gr

166gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.10.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:8

Rp.15.000:7

Rp.10.000:6

Rp.15.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.1.900

Rp.2.200

Rp.1.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit 0,5 tgku Rp.320.000 Rp.160.000:15 Rp.10.700

- Glasir 1 tgku Rp.420.000 Rp.420.000:15 Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 Ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.72.540

Hasil pembulatan Rp.72.600

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 60 produk tempat sambel

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 60 produk tempat sambel

- Jadi untuk per-produk tempat sambel 800.000 : 60 = Rp 13.500

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.72.600

2 Upah tenaga kerja Rp 13.500

Jumlah Rp.86.100

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.86.100

2 Desain 10%100.86.

100

10xRp

Rp.8.650

3 Penyusutan 5%100.86.

100

5xRp

Rp.4.350

4 Transportasi 2%100.86.

100

2xRp

Rp.1.750

Total biaya Rp.100.900

5 Laba 25%900.100.

100

25xRp

Rp.25.250

TOTAL HARGA JUAL Rp.122.200

Karya Set VI Tempat Tisu

No Bahan Satuan Harga (Rp) Jumlah

PemakaianJumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 2kg Rp.10.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Coklat

- Merah

- Hitam

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

166gr

84gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:7

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.2.200

Rp.2.200

Rp.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.71.840

Hasil pembulatan Rp.71.850

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 60 produk tempat tisu

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 60 produk tempat tisu

- Jadi untuk per-produk tempat tisu 800.000 : 60 = Rp 13.500

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.71.850

2 Upah tenaga kerja Rp 13.500

Jumlah Rp.85.350

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.85.350

2 Desain 10%350.85.

100

10xRp

Rp.8.535

3 Penyusutan 5%350.85.

100

5xRp

Rp.4.267

4 Transportasi 2%350.85.

100

2xRp

Rp.1.707

Total biaya Rp.99.900

5 Laba 25%900.99.

100

25xRp

Rp.25.000

TOTAL HARGA JUAL Rp.124.900

Karya Set VII Lampu Duduk

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 7kg Rp.35.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Orange

- Merah

- Hitam

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

84gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.10.000

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.10.000:6

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.1.700

Rp.2.200

Rp.700

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

0,75 tgku

Rp.162.500

Rp.322.500

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

6 Kap Lampu 1 set Rp.60.000 Rp.60.000 Rp.60.000

7 Kabel 2 meter Rp. 7.000 Rp. 7.000 Rp. 7.000

8 Steker 1 biji Rp. 2.000 Rp. 2.000 Rp. 2.000

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.163.940

Hasil pembulatan Rp.164.000

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 15 produk lampu duduk

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 15 produk lampu duduk

- Jadi untuk per-produk lampu duduk 800.000 : 15 = Rp 53.500

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.164.000

2 Upah tenaga kerja Rp 53.500

Jumlah Rp.217.500

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.217.500

2 Desain 10%500.217.

100

10xRp

Rp.21.750

3 Penyusutan 5%500.217.

100

5xRp

Rp.10.875

4 Transportasi 2%500.217.

100

2xRp

Rp.4.350

Total biaya Rp.254.500

5 Laba 25%500.254.

100

25xRp

Rp.63.650

TOTAL HARGA JUAL Rp.318.200

Karya Set VIII Lampu Dinding

No Bahan Satuan Harga (Rp) Jumlah

PemakaianJumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 6kg Rp.30.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Orange

- Merah

- Hitam

- Kuning

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

84gr

84gr

84gr

126gr

84 gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.10.000

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.10.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.10.000:6

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.15.000:8

Rp.10.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.1.700

Rp.2.200

Rp.700

Rp.1900

Rp.1400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

6 Kabel 3 meter Rp.10.500 Rp.10.500 Rp.10.500

7 Steker 2 biji Rp. 4000 Rp.4000 Rp.4000

8 Lampu Cabe 2 biji Rp.3000 Rp.3000 Rp.3000

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.110.740

Hasil pembulatan Rp.110.800

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 20 produk Lampu dinding

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 20 produk Lampu dinding

- Jadi untuk per-produk lampu dinding 800.000 : 20 = Rp 40.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.110.800

2 Upah tenaga kerja Rp 40.000

Jumlah Rp.150.800

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.150.800

2 Desain 10%800.150.

100

10xRp

Rp.15.080

3 Penyusutan 5%800.150.

100

5xRp

Rp.7.540

4 Transportasi 2%800.150.

100

2xRp

Rp.3.016

Total biaya Rp.176.500

5 Laba 25%500.176.

100

25xRp

Rp.44.200

TOTAL HARGA JUAL Rp.220.700

Karya Set IX Piring Set

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 5kg Rp.25.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Coklat

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

166gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:7

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.2.200

- Merah

- Hitam

84gr

84gr

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.2.200

Rp.700

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.85.440

Hasil pembulatan Rp.85.500

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 20 produk Piring saji set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 20 produk Piring saji set

- Jadi untuk per-produk piring saji set 800.000 : 20 = Rp 40.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp..85.500

2 Upah tenaga kerja Rp 40.000

Jumlah Rp.125.500

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.125.500

2 Desain 10%500.125.

100

10xRp

Rp.12.550

3 Penyusutan 5%500.125.

100

5xRp

Rp.6.275

4 Transportasi 2%500.125.

100

2xRp

Rp.2.510

Total biaya Rp.146.850

5 Laba 25%850.146.

100

25xRp

Rp.36.750

TOTAL HARGA JUAL Rp.183.600

Karya Set X Mangkok Set

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 5kg Rp.25.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Biru

- Merah

- Hitam

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

84gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.10.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:11

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.1.400

Rp.2.200

Rp.700

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.84.640

Hasil pembulatan Rp.84.650

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 20 produk mangkok saji set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 20 produk mangkok saji set

- Jadi untuk per-produk mangkok saji set 800.000 : 20 = Rp 40.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.84.650

2 Upah tenaga kerja Rp 40.000

Jumlah Rp.124.650

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.124.650

2 Desain 10%650.124.

100

10xRp

Rp.12.465

3 Penyusutan 5%650.124.

100

5xRp

Rp.6.232

4 Transportasi 2%650.124.

100

2xRp

Rp.2.493

Total biaya Rp.145.850

5 Laba 25%850.145.

100

25xRp

Rp.36.500

TOTAL HARGA JUAL Rp.182.400

Karya Set XI Asbak Set

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 2kg Rp.10.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Coklat

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

166gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:7

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.2.200

- Merah

- Hitam

- Biru

84gr

84gr

84gr

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.2.200

Rp.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.71.840

Hasil pembulatan Rp.71.900

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 40 produk asbak set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 40 produk asbak set

- Jadi untuk per-produk asbek set 800.000 : 40 = Rp 20.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.71.900

2 Upah tenaga kerja Rp 20.000

Jumlah Rp.91.900

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.91.900

2 Desain 10%900.91.

100

10xRp

Rp.9.190

3 Penyusutan 5%900.91.

100

5xRp

Rp.4.595

4 Transportasi 2%900.91.

100

2xRp

Rp.1.838

Total biaya Rp.107.550

5 Laba 25%550.107.

100

25xRp

Rp.26.900

TOTAL HARGA JUAL Rp.134.500

Karya Set XII Vas Bunga

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 3kg Rp.15.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Coklat

- Merah

- Hitam

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

166gr

84gr

84gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:7

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.2.200

Rp.2.200

Rp.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.76.840

Hasil pembulatan Rp.76.900

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 40 produk vas bunga set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 40 produk vas bunga set

- Jadi untuk per-produk vas bunga set 800.000 : 40 = Rp 20.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.76.900

2 Upah tenaga kerja Rp 20.000

Jumlah Rp.96.900

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.96.900

2 Desain 10%900.96.

100

10xRp

Rp.9.690

3 Penyusutan 5%900.96.

100

5xRp

Rp.4.845

4 Transportasi 2%900.96.

100

2xRp

Rp.1.938

Total biaya Rp.113.400

5 Laba 25%400.113.

100

25xRp

Rp.28.350

TOTAL HARGA JUAL Rp.141.800

Karya Set XIII Tempat Buah

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 4kg Rp.20.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

- Hitam

- Biru

- Kuning

84gr

84gr

126 gr

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.15.000

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.15.000:8

Rp.700

Rp.1.400

Rp.1.900

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

6 Rotan Rp.5.000 Rp.5.000 Rp.5.000

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.84.340

Hasil pembulatan Rp.84.400

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 60 produk tempat buah

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 60 produk tempat buah

- Jadi untuk per-produk tempat buah 800.000 : 60 = Rp 14.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.84.400

2 Upah tenaga kerja Rp 14.000

Jumlah Rp.98.400

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.98.400

2 Desain 10%400.98.

100

10xRp

Rp.9.840

3 Penyusutan 5%400.98.

100

5xRp

Rp.4.920

4 Transportasi 2%400.98.

100

2xRp

Rp.1.968

Total biaya Rp.121.200

5 Laba 25%200.121.

100

25xRp

Rp.30.300

TOTAL HARGA JUAL Rp.151.500

Karya Set XIV Tempat Sayur

No Bahan Satuan Harga (Rp) Jumlah

PemakaianJumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 3kg Rp.15.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- hijau

- Kuning

- Merah

- Hitam

- Biru

- Orange

2-5lt

2 kg

0,5 kg

126gr

126gr

84gr

84gr

84 gr

84gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.15.000

Rp.15.000

RP.15.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.10.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.15.000:13

Rp.15.000:8

Rp.15.000:7

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.10.000:6

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.1.200

Rp.1.900

Rp.2.200

Rp.700

Rp.1.400

Rp.1.700

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.78.240

Hasil pembulatan Rp.78.300

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 40 produk tempat sayur set

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 40 produk tempat sayur set

- Jadi untuk per-produk tempat sayur set 800.000 : 40 = Rp 20.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.78.300

2 Upah tenaga kerja Rp 20.000

Jumlah Rp.98.300

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.98.300

2 Desain 10%300.98.

100

10xRp

Rp.9.830

3 Penyusutan 5%300.98.

100

5xRp

Rp.4.915

4 Transportasi 2%300.98.

100

2xRp

Rp.1.966

Total biaya Rp.115.100

5 Laba 25%100.115.

100

25xRp

Rp.28.775

TOTAL HARGA JUAL Rp.144.000

Karya Set XV Jam Dinding

No Bahan Satuan Harga (Rp)

JumlahPemakaian Jumlah (Rp)

1 Tanah Liat 56 kg Rp.280.000 3kg Rp.15.000

2 Engobe

TSG

Glasir putih

Stain

- Hitam

- Biru

2-5lt

2 kg

0,5 kg

84gr

84 gr

Rp.75.000

Rp.70.000

Rp.25.000

Rp.10.000

Rp.15.000

Rp.75.000:15

Rp.70.500:15

Rp.25.000:15

Rp.10.000:15

Rp.15.000:11

Rp.5.000

Rp.4.700

Rp.1.800

Rp.700

Rp.1.400

3 Pembakaran

- Biskuit

- Glasir

0,5 tgku

1 tgku

Rp.320.000

Rp.420.000

Rp.160.000:15

Rp.420.000:15

Rp.10.700

Rp.28.000

4 Penggunaanalat

Rp.50.000 Rp.50.000:15 Rp.3.400

5 ampelas 4 lembar Rp.8.000 Rp.8.000:15 Rp.540

6 Mesin jam 1 biji Rp.15.000 Rp.15.000 Rp.15.000

Jumlah sebelum dibulatkan Rp.86.240

Hasil pembulatan Rp.86.300

Upah Tenaga Kerja

- 1 orang 40.000/hari

- Dalam 20 hari dapat menyelesaikan 60 produk jam dinding

- (20 x 40.000)= Rp 800.000 dalam 60 produk jam dinding

- Jadi untuk per-produk jam dinding 800.000 : 60 = Rp 14.000

Kalkulasi Biaya Produksi

No Jenis Jumlah

1 Biaya bahan Rp.86.300

2 Upah tenaga kerja Rp 14.000

Jumlah Rp.100.300

Kalkulasi Penjualan

No Biaya % Jumlah

1 Produksi Rp.100.300

2 Desain 10%300.100.

100

10xRp

Rp.10.030

3 Penyusutan 5%300.100.

100

5xRp

Rp.5.015

4 Transportasi 2%300.100.

100

2xRp

Rp.2.006

Total biaya Rp.117.400

5 Laba 25%400.117.

100

25xRp

Rp.29.350

TOTAL HARGA JUAL Rp.146.800