kumpulan puisi taufiq ismail

3
KUMPULAN PUISI TAUFIQ ISMAIL Dengan Puisi Aku (Taufiq ismail) Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbaur cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku mengutuk Napas jaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya Sebuah Jaket Berlumur Darah Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun. Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?. Spanduk kumal itu, ya spanduk itu Kami semua telah menatapmu Dan di atas bangunan-bangunan Menunduk bendera setengah tiang. Pesan itu telah sampai kemana-mana Melalui kendaraan yang melintas Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa Prosesi jenazah ke pemakaman

Upload: muthiah-lestari

Post on 19-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kumpulan Puisi Taufiq Ismail

TRANSCRIPT

KUMPULAN PUISI TAUFIQ ISMAIL

Dengan Puisi Aku (Taufiq ismail)Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercintaBerbaur cakrawalaDengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan DatangDengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengirisDengan puisi aku mengutukNapas jaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah jaket berlumur darahKami semua telah menatapmuTelah pergi duka yang agungDalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kitaDi bawah terik matahari JakartaAntara kebebasan dan penindasanBerlapis senjata dan sangkur bajaAkan mundurkah kita sekarangSeraya mengucapkan Selamat tinggal perjuanganBerikara setia kepada tiraniDan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk ituKami semua telah menatapmuDan di atas bangunan-bangunanMenunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-manaMelalui kendaraan yang melintasAbang-abang beca, kuli-kuli pelabuhanTeriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasaProsesi jenazah ke pemakamanMereka berkataSemuanya berkataLanjutkan Perjuangan.

Syair Orang Lapar

Lapar menyerang desakuKentang dipanggang kemarauSurat orang kampungkuKuguratkan kertasRisauLapar lautan pidatoRanah dipanggang kemarauKetika berduyun mengemisKesinikan hatimuKuirisLapar di GunungkidulMayat dipanggang kemarauBerjajar masuk kuburKauulang juaKalau.

Karangan Bunga

Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke salembaSore itu.

Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadi.

Salemba

Alma Mater, janganlah bersedihBila arakan ini bergerak pelahanMenuju pemakamanSiang ini.

Anakmu yang beraniTelah tersungkur ke bumiKetika melawan tirani.

Memang Selalu Demikian, Hadi

Setiap perjuangan selalu melahirkanSejumlah pengkhianat dan para penjilatJangan kau gusar, Hadi.

Setiap perjuangan selalu menghadapkan kitaPada kaum yang bimbang menghadapi gelombangJangan kau kecewa, Hadi.

Setiap perjuangan yang akan menangSelalu mendatangkan pahlawan jadi-jadianDan para jagoan kesiangan.

Memang demikianlah halnya, Hadi.

Source: http://kumpulankumpulan-puisi.blogspot.com/p/blog-page.html