kumandang adzÂn saat ritual agama lain dalam...

135
KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLÂM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh: EKO SAPUTRA NIM: 1112043100015 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2016M

Upload: others

Post on 15-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN

DALAM PANDANGAN HUKUM ISLÂM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh:

EKO SAPUTRANIM: 1112043100015

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2016M

Page 2: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 3: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 4: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 5: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

ABSTRAK

Eko Saputra, NIM: 1112043100015, Kumandang Adzân Saat RitualAgama Lain Dalam Pandangan Hukum Islâm, Program Studi PerbandinganMazhab, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syarî’ah dan Hukum,Universitas Islâm Negeri Syarîf Hidâyatullâh Jakarta, 1438 H / 2016 M. xv + 75halaman + 45 halaman lampiran.

Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan hukum mengenaipermasalahan adzân yang dikumandangkan mengiringi lagu Eve Maria dalamPerayaan Natal. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukan rasa toleransi antarumat beragama di Indonesia. Dalam upaya tersebut, kumandang adzân yangseharusnya digunakan untuk menandai masuknya waktu salât yang merupakan‘ibâdah dalam agama Islâm telah berpadu dengan ritual agama lain. Maka disinisangatlah penting pendapat para ‘ulamâ agar permasalahan cepat terselesaikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah agar umat Islâm tidak keliru antaratoleransi masalah ‘ibâdah dan dengan toleransi bersifat hak kemanusiaan. Padadasarnya melakukan kebaikan itu memang harus, artinya kepada siapapun itu kitaharus berbuat baik tanpa harus memandang kedudukan sosialnya, asal janganmencampuradukan ‘ibâdah dan ‘aqîdah.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatifyang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan menggunakan jenispenelitian normatif yakni metode analisis yang memaparkan hukum yang telahtertulis dalam al-Qur’ân dan al-Hadîts yang kemudian diinterpretasikan oleh para‘ulamâ sehingga muncul beberapa pendapat dengan berbagai persamaan danperbedaan, serta penelitian ini kepustakaan (library research) yaitu denganmengambil referensi pustaka dan dokumen yang relevan dengan masalah ini.

Berdasarkan hasil peneltian yang didapat dalam skripsi ini ialah bahwaadzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan NatalNasional 2015 di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) bukanlah hal yangtepat. Adzân secara khusus memiliki maksud untuk memberitahukan kepada umatmuslîm akan masuknya waktu salât wâjib yang lima waktu. Setiap agamamemiliki ritual periabadatannya masing-masing. Islâm memang mengajarkanbahwa kita sebagai umat muslim bertolernsi itu harus tetapi yang tidakmenyangkut dalam masalah ‘ibâdah. Dalam segi kemanusiaan (muamalah) kitaboleh bertoleransi dengan umat selain Islâm.

Pembimbing : 1. Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag2. Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.A

Daftar Pustaka : 1983-2015 Tahun

Page 6: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

vi

﷽KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allâh Subhânahu Wata’âla yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan ‘inayah-Nya, terucap dengan tulus dan

ikhlas Alhamdulillâhi Rabbil ‘âlamîn tiada henti. Sesungguhnya hanya dengan

pertolongan-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Salâwat seiring salâm semoga selalu tercurah limpahkan kepada insân pilihan

Tuhan Nabî akhir zamân Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam, beserta para

keluarga, sahâbat dan umamatnya. Amin.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis

didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri

karena banyak pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tersusun bukan semata-

mata hasil usaha sendiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua

pihak. Oleh karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., Selaku Dekan Fakultas

Syarî’ah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syarî’ah

dan Hukum Universitas Islâm Negeri (UIN) Syarîf Hidâyatullâh

Jakarta;

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, Selaku Ketua Program Studi

Perbandingan Mazhab dan ibu Hj. Siti Hana, S. Ag, Lc., MA selaku

Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab;

Page 7: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

vii

3. Ibu Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.A, selaku Dosen Penasehat

Akademik Penulis;

4. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Dra. Hj. Afidah

Wahyuni, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan, saran dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik;

5. Seluruh dosen Fakultas Syarî’ah dan Hukum Universitas Islâm Negeri

(UIN) Syarîf Hidâyatullâh Jakarta, yang telah mendidik dan

mengajarkan ‘Ilmu dan Akhlâq yang tidak ternilai harganya. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syarî’ah dan Hukum

Universitas Islâm Negeri (UIN) Syarîf Hidâyatullâh Jakarta;

6. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islâm

Negeri Syarîf Hidâyatullâh Jakarta;

7. Bapak Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA Ketua Lembaga Fatwa

Majelis ‘Ulamâ Indonesia (MUI) yang telah meluangkan waktunya

kepada penulis untuk melakukan wawancara guna menambah data

skripsi penulis;

8. Bapak Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag Ketua Ketua Majelîs

Tarjîh dan Tajdîd Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang telah

meluangkan waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara

guna menambah data skripsi penulis;

9. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA Guru Besar Fakultas

Syarî’ah dan Hukum (FSH) Universitas Islâm Negeri (UIN) Syarîf

Hidâyatullâh Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis

untuk melakukan wawancara guna menambah data skripsi penulis;

10. Kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda, yang telah

Page 8: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

viii

mencintai saya dengan segenap jiwa dan raga, memberikan segala

yang mereka bisa, baik doa maupun dukungan sehingga dengan ridha

mereka saya bisa sampai seperti ini;

11. Adik-adikku tercinta dan seluruh keluarga besar yang terus menerus

memberikan semangat yang luar biasa;

12. Orang spesial yang selalu memberikan motivasi dalam bentuk materiil

dan non materiil;

13. Rahmat Abdullah yang selalu menemani penulis dalam melakukan

wawancara guna mengumpulkan data skripsi penulis;

14. Sahâbat-sahâbat seperjuangan, khususnya penghuni Kostan Pondok

Betawi dan Rumah Dinas. Teman-teman Mahasiswa/i Perbandingan

Mazhab Fakultas Syarî’ah dan Hukum UIN Jakarta angkatan 2012;

15. Teman-teman Himpunan Pemuda Pelajara Mahasiswa Indonesia

Buton (HIPPMIB)-Bersatu Jakarta;

16. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhânahu Wata’âlâ memberikan

balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dan juga, semoga apa yang telah kalian berikan

menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, 30 September 2016

EKO SAPUTRANIM: 1112043100015

Page 9: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

KAT PENGANTAR.................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................ ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................ 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................... 10

1. Batasan Masalah............................................................ 10

2. Rumusan Masalah ......................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 11

1. Tujuan Penulisan ........................................................... 11

2. Manfaat Penelitian......................................................... 11

E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ................................... 12

F. Kerangka Berpikir ............................................................... 14

G. Metode Penelitian................................................................ 15

1. Jenis Penelitian .............................................................. 15

Page 10: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

x

2. Sumber Data .................................................................. 15

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 17

4. Analisis Data ................................................................. 17

5. Tehnis Penulisan Skripsi ............................................... 17

H. Sistematika Penulisan.......................................................... 18

BAB II MAKNA ADZÂN DALAM ISLÂM

A. Sejarah Disyarî’atkan Adzân............................................... 19

B. Adzân Dipilih Sebagai Tanda Masuknya Waktu Salât ....... 23

C. Pengertian Adzân................................................................. 24

D. Tata Cara Adzân .................................................................. 25

E. Waktu Adzân ....................................................................... 25

F. Syarat-syarat Adzân............................................................. 26

G. Hukum Adzân...................................................................... 28

H. Hal-hal Yang Disunnahkan Dalam Adzan .......................... 30

I. Pendapat para ‘Ulamâ tentang Hukum Adzân .................... 31

BAB III PERAYAAN NATAL DAN RITUAL KEAGAMAAN

A. Sejarah dan Arti Kata Natal................................................. 33

1. Sejarah Natal ................................................................. 33

2. Arti Kata Natal .............................................................. 34

B. Natal Sebagai Ritual Keagamaan Agama Kristen............... 35

C. Makna Natal bagi Umat Kristiani........................................ 41

Page 11: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

xi

BAB IV ADZÂN DI LUAR PANGGILAN SALÂT

A. Adzân Selain untuk Panggilan Salât.................................... 45

1. Adzân di Telinga Bayi yang Baru Lahir........................ 45

2. Adzân untuk Jenâzah..................................................... 46

3. Adzân Safar (Keberangkatan Haji) ............................... 49

4. Adzân ketika Mengalami Musîbah................................ 50

5. Adzân Saat Perang Sedang Berkecamuk....................... 50

B. Adzân Untuk Mengiringi Perayaan Hari Natal ................... 52

C. Pendapat Para ‘Ulamâ Tentang Hukum Adzân Saat

Mengiringi Perayaan Hari Natal.......................................... 62

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA .............. 62

2. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA........................ 64

3. Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA.................................. 65

4. Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag............................ 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................... 68

B. Saran-saran .......................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 76

Page 12: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI1

1. Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis

(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.

Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai

berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

ا Alif Tidak dilambangkan

ب Ba b Be

ت Ta t Te

ث Tsa ts Te dan es

ج Jim j Je

ح Cha h Ha dengan dengan bawah

خ Kha kh Ka dan ha

د Dal d De

ذ Dzal dz De dan zet

ر Ra r Er

ز Zay z Zet

س Sin s Es

ش Syin sy Es dan ye

ص Shad s Es dengan garis bawah

ض Dhat d De dengan garis bawah

1 Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM), Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FSH-UIN Jakarta, 2012), hal. 43-46.

Page 13: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

xiii

ط Tha t Te dengan garis bawah

ظ Dzha z Zet dengan garis bawah

ع ‘Ain ‘ Koma terbalik di atas hadapkanan

غ Ghain gh Ge dan ha

ف Fa f Ef

ق Qaf q ki

ك Kaf k Ka

ل Lam l El

م Mim m Em

ن Nun n En

و Wawu w We

ھـ Ha h Ha

ء Hamzah ’ Apostrof

ي Ya y Ye

2. Vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong bahasa Arab

yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf. Transliterasi

vocal tunggal dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan

‒ a fathah

‒ i Kasrah

‒ i dammah

Page 14: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

xiv

Sedangkan Transliterasi vocal rangkap dalam tulisan Latin dilambangkan

dengan gabungan huruf sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan

‒ ي ai A dan I

‒ و au A dan U

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat

dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf

dan tanda macron (coretan horisontal):

آ â A dengan topi di atas

‒ى î I dengan topi di atas

‒و û U dengan topi di atas

4. Kata sandang, yan dalam bahasa arab dilambangkan dengan huruf (ال),

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qomariyyah, Misalnya:

اإلجتھاد = al-ijtihad

الرخصة = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

5. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”,

sedangkan ta’ marbûtah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya

( رؤیة الھالل = ru’yah al-hilâl atau ru’yatul hilâl ).

6. Tasydîd, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

Page 15: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

xv

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

فعةالش = al-Syuf’ah, tidak ditulis asy-Syuf’ah

Page 16: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salât lima waktu pada setiap harinya merupakan suatu kewâjiban bagi

yang beragama Islâm, telah berusia bâligh dan berakal.1 Untuk melaksanakan

‘ibâdah salât tersebut, setiap Muslîm perlu mengetahui waktu-waktu untuk

melaksanakannya. Oleh karena itu, melalui Rasûlullâh Muhammad Sallâllâhu

‘Alaihi Wasallam Islâm memberi suatu tanda yang menunjukan waktu untuk

melaksanakan salât tersebut. Diantara lambang-lambang Islâm untuk salât lima

waktu itu adalah supaya diumumkan pada orang ramai (masyarakat) tentang

datangnya waktu salât tersebut dengan perantara panggilan yang dikenal dengan

sebutan “adzân”.

Adzân menurut pengertian bahasa berarti “mengumumkan,

menyampaikan informasi tentang suatu persoalan”. Sedangkan menurut istilâh,

adzân adalah “ucapan-ucapan tertentu untuk mengumumkan waktu salât fardu”,

atau dengan kata lain ialah “pengumuman tentang masuknya waktu-waktu salât

fardu dengan menggunakan lafaz-lafaz tertentu”.2

Adzân sebagai salah satu lambang atau simbol dari agama Islâm ini,

hanya disyarî’atkan untuk salât-salât fardu. Namun demikian, ada diantara

masyarakat Islâm yang mengumandangkan adzân, di mana adzân ini tidak untuk

1 Mustafâ Dîb al-Bugha, Ringkasan Fikih Mazhab Syâfi’î, Terjemahan: Toto Edidarmo,(Jakarta: Noura Books, 2012, Cet. Pertama), h. 94.

2 Ahmad Tibrâyâ, Menyelami Seluk Beluk Islâm, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 158.

Page 17: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

2

memberi tanda akan masuknya waktu untuk menunaikan ‘ibâdah salât fardu,

melainkan untuk kepentingan yang lain yaknî pada saat menyambut kelahiran

bayi yang dikumandangkan di telinga kanannya dan iqâmat di telinga kirinya,

saat menguburkan jenâzah, saat berpergian, saat terkena musîbah atau pada saat

perlombaan-perlombaan dalam rangka menyambut hari-hari besar Islâm dengan

tujuan mengenalkan nilai-nilai keislâman pada masyarakat. Ini semua masih

tergolong dalam tuntunan syarî’at Islâm yang dibolehkan, namun bagaimana jika

adzân tersebut dikumandangkan pada momen-momen ritual keagamaan selain

agama Islâm?, seperti pada Hari Nyepi (Ritual keagamaan bagi pemeluk Agama

Hindu), Hari Waisak (Ritual keagamaan bagi pemeluk Agama Buddha), Hari

Raya Cap Go Meh (Ritual keagamaan bagi pemeluk Agama Kong Hu Cu) dan

terkhusus Hari Natal (Ritual keagamaan bagi pemeluk Agama Kristen).

Untuk meraih jalan yang benar kita harus merujuk pada al-Qur’ân al-

Karîm dan as-Sunnah karena sebaik-baik perkataan adalah firman Allâh

Subhânahû Wata’âlâ dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabî Muhammad

Sallâllahu ‘Alaihi Wasallam, Allâh Subhânahû Wata’âlâ berfirman:

الة اتخذوھا ھزوا ولعبا ذلك بأنھم قوم ال (سورة . یعقلون وإذا نادیتم إلى الص

٣.)٥٨المائدة :

Artinya: “Dan, jika kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan.

3 Dâr al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, Tahqîq: Muhammad ‘Umar Asosoh, (Beirut, 2008,Cet. Pertama), h. 118.

Page 18: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

3

Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yangtidak mau mempergunakan akal”. (QS. al-Mâidah: 58).4

Para fukahâ’ telah menjadikan ayat ini sebagai dalîl untuk mensyarî’atkan

adzân bagi tiap-tiap salât fardu.5

Imâm Ibnu Katsîr dalam bukunya Ringkasan Tafsîr Ibnu Katsîr menukil

sebuah Hadîts dalam menjelaskan ayat ini, yang diriwayatkan oleh Asbât dari as-

Sa’dî, dia berkata, “Ada seorang Nasranî Madînah. Jika dia mendengar seseorang

menyerukan, ‘aku bersaksi bahwa Muhammad Rasûl Allâh, ‘maka dia berkata,

‘Mudah-mudahan si pendusta itu terbakar!’ Pada suatu malam, pembantunya

masuk kedalam rumah sambil membawa api ketika dia dan keluarganya sedang

tidur. Kemudian, ada percikan api yang jatuh, lalu membakar rumah sehingga si

Nasranî dan keluarganya pun terbakar.’6

Jika hendak mengerjakan salât, hendaklah dipanggil orang banyak itu

untuk mengerjakannya,7 sebagaimana yang tersebut dalam Surat al-Jumu’ah ayat

9 Allâh Subhânahû Wata’âlâ berfirman:

وذروا الة من یوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر ا یا أیھا الذین آمنوا إذا نودي للص

٨.)٩(سورة الجمعة: .البیع ذلكم خیر لكم إن كنتم تعلمون

4 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, (Madînah al-Munawwarah, Proyek Pengadaan Kitâb Suci al-Qur’ân, 1990), h.170.

5 ‘Abdul Halîm Hasan Binjai, Tafsîr Ahkâm, Cet. II, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2011), h. 385.

6 Muhammad Nâsib al-Rifâ’i, Ringkasan Tafsîr Ibnu Katsîr, Jilid II, Terjemahan:Syihabuddîn, (Jakarta: Gema Insânî, 2012, Cet. Pertama), h. 85.

7 ‘Abdul Halîm Hasan Binjai, Tafsîr Ahkâm, h. 385.

8 Dâr al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, h. 554.

Page 19: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

4

Artinya: “Hai orang-orang yang berîmân, apabila diseru untukmenunaikan sembahyang pada hari Jum’at, maka bersegeralahkamu kepada mengingat Allâh dan tinggalkanlah jual beli. Yangdemikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. al-Jumu’ah: 9).9

Panggilan untuk mengerjakan salât itu, baik salât jum’at atau salât fardu

ialah semua kalimat adzân yang terkenal.10

Syaikh Muhammad Nâsiruddîn al-Albânî dalam bukunya Ahkâm al-

Âdzân Wa al-Iqâmah Menjelaskan beberapa keadaan yang disukai dalam

mengumandangkan adzân adalah salah satunya harus dalam keadaan suci. Hal ini

sesuai dengan sabda nabî Muhammad Sallâllahu ‘Alaihi Wasallam yang

diriwatkan oleh Baihaqî dan Dâr al-Qutnî disahihkan oleh Ibnu Huzaimah dan

Ibnu Hibbân, Rasûlulllâh Sallâllahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda:

:ف ذ ن ق ن ب ر اج ھ الم ن ع ان اس س ي ب أ ر ذ ن م ال ن ب ن ی ض ح ن ع ن س ح ال ن ع ة اد ت ق ن ع

ض و ت ىت ح ھ ی ل ع د ر ی م ل ف ،ھ ی ل ع م ل س ف ،ل و ب ی و ھ ملسو هيلع هللا ىلص و ي ب الن ى ت أ ھ ن أ " ھ ی ل إ ر ذ ت اع م ، ث أ

ه ر ك ذ " ف ة ار ھ ط لي : ع ال ق و , أ ر ھ ط لى ع ال إ هللا ر ك ذ أ ن أ ت ھ ر ي ك ن إ :ال ق ف

١١(رواه البیھقى)..

Artinya: “Dari Qotâdah, dari al-Hasan, dari Hudain bin al-Mundzir abîsâsân, dari al-Muhâjir bin Qondzâf: Bahwasanya RasûlullâhSallâllahu ‘Alaihi Wasallam didatangi seseorang (yang sedangterkena najis) karena Kencing, dan ia menyalami RasûlullâhSallâllahu ‘Alaihi Wasallam, ia (nabi) tidak menjawabnya sampaiia berwudhu, kemudian ia meminta maaf kepadanya dan berkata:Sesungguhnya aku membenci untuk menyebut nama Allâh kecuali

9 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Tiba’at al-Mush-haf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, h. 933.

10 ‘Abdul Halîm Hasan Binjai, Tafsîr Ahkâm, h. 385.

11 Syaikh Muhammad Nâsiruddin al-Albânî, Silsilah Ahâdits as-Sahîhah, Jilid II, (Riyâd:Maktabah Maârifah, 1995, Cet. Pertama), h. 49.

Page 20: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

5

dalam keadaan bersuci, atau ia Berkata: dalam keadaan suci.”(HR. Baihaqî).

Kemudian ia memaparkan hadîts daîf yang diriwatkan oleh Imâm al-

Tirmidzî dari jalur Muâwiyah bin Yahyâ al-Sodafî dari Zuhrî dari Abû Hurairah,

yang berbunyi:

ال إ ن ذ ؤ ی ال : ال ق م ل س و ھ ی ل ع ي هللا ل ص ي ب الن ن أ ھ ن ع هللا ي ض ر ة ر ی ر ھ ي ب أ ن ع ھ ل و

١٢(رواه الترمذي)..ئ ض و ت م

Artinya: “Disebutkan dalam riwâyat at-Tirmizî dari Abû HurairahRadiyallâhu ‘Anhu Bahwa Nabî Sallâllâhu ‘Alaihi WasallamBersabda: “Tidaklah mengumandangkan adzân kecuali orangyang telah berwudu”. (HR. Tirmidzî)

Dengan demikian kesucian merupakan sesuatu yang harus diperhatikan

dalam mengumandangkan adzân, baik kesucian tempat di mana sang muadzin

mendumangkan adzân atau kesucian pula bagi orang yang mengumandangkan

adzân tersebut.

Adzân disyarî’atkan pada tahun pertama hijrah Nabî Muhammad

Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam dari Makah ke Madînah. Siapa yang menentang

pensyarî’atannya, maka dia telah kâfir.13 Dengan demikian adzân merupakan

salah satu prinsip dasar umat Islâm, yang tergolong dalam Rukun Islâm yang

kedua yaitu perintah untuk menunaikan salât merupakan perkara yang sangat

penting bagi umat Islâm, karena adzân berkaitan erat dengan salât. Waktu salât

dapat diketahui dengan adanya suara adzân, dari Masjid maupun Musallah.

12 Ibnu Hajar al-Atsqalânî, Bulûgh al-Marâm, Cet. VII, Terjemahan: ‘Abdul RosyâdSiddîq, (Jakarta: Akbar Media, 2012), h. 49.

13 Kahar Masyûr, Salât Wâjib, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995, Cet. Pertama), h. 182.

Page 21: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

6

Para ‘ulamâ’ (Hanafî, Syafi’i dan Imâmiah) telah sepakat bahwa adzân

merupakan Sunnah Muakkad (yang dikuatkan),14 sedangkan dari golongan

mazhab Hambalî: Adzân itu adalah fardu kifayah di desa-desa dan di kota-kota

pada setiap salât lima waktu bagi laki-laki yang mukmin bukan musâfir.15 Namun

yang sahîh, hukum adzân adalah fardu kifâyah. Jadi tidak boleh di suatu negeri

tidak ada kumandang adzân sama sekali.

Islâm adalah agama yang sangat toleran. Karena toleransi Islâm dan

luasnya pemahaman, tidak ada agama samawi yang mengingkari dan membantah

akan kelebihan ini.16 Toleransi beragama di dalam Islâm terbatas pada perkara

mu’âmalah saja bukan dalam perkara ‘ibâdah apalagi menyangkut perkara

‘aqîdah (Tauhîd) yang mutlak dan tidak dapat dikompromi, sehingga sekecil

apapun perkara yang dapat mencederai ‘aqîdah keislâman kita harus jauhi.

Dari segi ‘ibâdah, bentuk toleransi bagi orang-orang muslim baik laki-laki

maupun perempuan dalam menjalankan agama Islâm ini terwujud dengan adanya

kemudahan-kemudahan untuk menjalankan ‘ibâdah bagi orang-orang yang

memiliki keterbatasan, seperti mengganti wudu dengan tayamum jika tidak

mendapat air, salât dengan duduk jika sedang sakit dan tidak mampu berdiri,

mengganti puasa di lain hari jika tidak mampu mengerjakan karena halangan

sakit maupun perjalanan, dan lain-lain. Sedangkan toleransi dalam perkara

14 Abdurrahmân al-Jazîrî, Al-Fiqh ‘alâ Madzâhib al-Arba’a, Jilid I, (Kairo: Dârul Hadîst,2004), h. 245.

15 Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, Cet. XXVII, Terjemahan:Masykur A.B., dkk, (Jakarta: Lentera, 2011), h. 96.

16 Mustafa Muhammad Syak’ah, Islâm Tanpa Mazhab, Terjemahan: Abû Zaidân al-Yamânî & Abû Zahrah al-Jawî, (Solo: Tiga Serangkai, 2008, Cet. Pertama), h. 10.

Page 22: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

7

‘ibâdah dengan penganut agama selain Islâm adalah Islâm membiarkan dan

memberi kesempatan kepada masing-masing agama menjalani ‘ibâdah sesuai

dengan keyakinannya masing-masing namun tidak berpartisipasi dalam ‘ibâdah

tersebut.

Sedangkan dalam perkara mu’âmalah (hubungan masyarakat), Islâm

memerintahkan kita untuk berbuat baik serta berlaku ‘âdil pada semua orang,

baik muslim maupun non-muslim. Kita wâjib membantu tetangga yang

kesusahan walaupun mereka tidak seimanan dengan kita, Islâm memberi

kebebasan untuk bergaul dengan penganut agama selain agama Islâm, transaksi

sewa-menyewa dan jual beli, selama hal itu masing tergolong harta yang halâl

bukan yang harâm.

Kejadian yang baru saja terjadi belakangan ini adalah ketika adzân

mengiri lagu Perayaan Natal di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada

Perayaan Natal Nasional 2015 yang dihadiri 10.000 umat Kristiani dan lintas

agama ini disajikan Fragmen Teatrikal Natal di mana alunan lagu gereja ‘Eve

Maria’ yang dibawakan oleh seorang biduan yang bernama Reny Gadja dari

Gereja Musâfir Indonesia diirngi suara adzân yang dikumandangkan seorang

muslim yang bernama Umarba, Imâm Masjid Oepura.

Perayaan Natal Nasional ini juga dihadiri oleh Presiden Republik

Indonesia Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana, Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Mochamad Basuki Hadimuljono, Menteri Perdagangan

Thomas Trikasih Lembong yang menjadi Ketua Panitia Perayaan Natal Bersama

tahun 2015, Menkopolhukam Luhut B. Panjaitan, Menteri Hukum dan HAM

Page 23: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

8

Yassona Laoly, Menperin Saleh Husin, Menag Lukmân Hakîm S, Mentri PU

Basuki, Mentri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga,

Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Dubes Belgia Patrick Herman, Jendral TNI dan

Kapolri Badrudin Haiti, serta sejumlah Mentri Kabinet lainnya.17

Imâm Masjid Istiqlâl KH. Alî Mustafa Ya’qûb menyatakan bahwa

dikumandangkan adzân mengiringi lagu rohani Kristen saat Peringatan Natal

Bersama Nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan

campuraduk antara perkara yang haq (benar) dan bâtil (salah) dalam agama.18

Menurutnya tak ada toleransi dalam hal ‘aqîdah dan ‘ibâdah. “Itu sudah

jelas-jelas mencampuradukan antara yang haq dan yang bâtil” kata KH. Alî

Mustfa Yaqûb kepada Kiblat.net, Rabu (30/12/2015).

Dari uraian di atas, terlihat sangat jelas bahwa toleransi beragama dalam

Islâm terbatas pada perkara mu’âmalah (hubungan masyarakat) bukan dalam

perkara ‘ibâdah apalagi perkara ‘aqîdah, Islâm menganjurkan untuk menjauhi

hal-hal yang dapat merusak ‘aqîdah dan keimânan tersebut. Maka penulis merasa

perlu untuk meneliti lebih lanjut tentang hukum adzân saat mengiringi ritual

keagamaan selain agama Islâm. Oleh karenanya penulis terdorong untuk

melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “KUMANDANG

17 Furqân Amrullâh, “Adzân Iringi Lagu Gereja Di Perayaan Natal Jokowi, ImâmIstiqlâl: Bukan Toleransi!”, Artikel diakses pada 24 Januari 2016 darihttp://www.nahimunkar.com/azân-iringi-lagu-gereja-perayaan-natal-jokowi-imam-istiqlal-bukan-toleransi/.

18 Imâm S, “Innlillahi, Adzân Dikumandangkan untuk Iringi Lagu Rohani Kristen diNatal Bersama Nasional”, Artikel diakses pada 11 April 2016 darihttp://www.m.kiblat.net/2015/12/29/innalillahi-adzân-dikumandangkan-untuk-iringi-lagu-rohani-kristen-di-natal-bersama-nasional/.

Page 24: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

9

ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM PANDANGAN

HUKUM ISLÂM”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Apa status hukum Adzân di dalam Islâm?

2. Bagaimana sejarah disyariatkan adzân?

3. Apa saja yang menjadi syarat-syarat bagi seorang Muadzin?

4. Apa saja etika/adab ketika mengumandangkan adzân?

5. Bagaimana status hukum Adzân yang dilakukan selain di tempat-tempat

peribadatan agama Islâm seperti Masjid, Musallah dan Rumah?

6. Bagaimana status hukum Adzân yang dilakukan diluar waktu salât?

7. Bagaimana status muadzin yang mengumandangkan adzân dalam

mengiringi Perayaan Hari Natal?

8. Apa pendapat para ‘Ulamâ tentang hukum Adzân saat mengiringi

Perayaan Natal?

9. Apa pendapat ‘Ulamâ tentang hukum Adzân yang dilakukan selain

panggilan untuk salât?

10. Apa pendapat para ‘Ulamâ tentang hukum Adzân saat mengiringi ritual

keagamaan selain agama Islâm?

Page 25: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

10

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah yang penulis kemukakan di atas, agar

permasalahan yang akan penulis bahas tidak meluas, maka penulis membatasinya

hanya sekitar mengenai kumandang adzân saat ritual agama lain dalam

pandangan hukum Islâm, dan terbatas pada perayaan Hari Natal saja.

Dalam Syarî’at dalîl utama yang harus digunakan dalam menyimpulkan

adanya hukum atau tidak adanya hukum adalah al-Qur’ân al-Karîm dan al-

Hadîts. Al-Qur’ân al-Karîm adalah mutlak hukumnya yang turun dari Allâh

Subhânahû Wata’âlâ, sedangkan al-Hadîts adalah sabda Nabî Sallâllâhu ‘Alaihi

Wasallam yang ma’sûm. Oleh sebab itu penulis akan melihat secara khusus

tentang kumandang adzân saat ritual agama lain serta memaparkan pendapat-

pendapat ‘ulamâ yang mengeluarkan fatwa dan menyimpulkan hukum mengenai

kumandang adzân saat mengiringi ritual keagamaan selain agama Islâm.

Fokus penelitian ini terbatas pada masalah kumandang adzân saat ritual

agama lain dalam pandangan hukum Islâm, terkhusus pada perayaan Hari Natal

serta melihat dalîl-dalîl yang bersumber dari al-Qur’ân dan al-Sunnah yang

berkaitan dengan masalah tersebut.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah diatas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan, penulis menyusun

suatu rumusan masalah sebagai berikut:

Page 26: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

11

1. Bagaimana hukum Adzân dikumandangkan saat ritual agama lain

dalam pandangan hukum Islam?

2. Apa pendapat para ‘Ulamâ tentang Hukum Adzân saat mengiringi

perayaan Hari Natal, serta dalîl-dalîl apa yang digunakan yang

menjadi dasar argumentasi mereka?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh

penulis, dan tujuan yang dimaksud adalah:

1. Untuk mengetahui makna adzân di dalam Islâm.

2. Untuk mengetahui hukum adzân saat ritual agama lain dalam pandangan

hukum Islam terkhusus dalam mengiringi Perayaan Hari Natal.

3. Untuk mengetahui pendapat para ‘ulamâ tentang status hukum adzân di

dalam Gereja dalam mengiringi Perayaan Hari Natal.

Adapun manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah:

1. Dalam rangka pengembangan dan memperluas wawasan pengetahuan

mengenai hukum adzân saat ritual agama lain;

2. Dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang hukum

mengumandangkan adzân saat perayaan Hari Natal; dan

3. Menambah literatur perpustakaan khususnya dalam bidang Perbandingan

Mazhab.

Page 27: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

12

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah ditulis oleh yang lainnya,

maka penulis me-riview beberapa skripsi terdahulu yang pembahasannya hampir

sama dengan pembahasan yang penulis angkat. Dalam hal ini penulis

menemukan beberapa skripsi, yaitu:

1. Skripsi berjudul Representasi Kultural Islâm Dalam Tayangan Adzân

Maghrib Di RCTI yang ditulis oleh Ita Basita Firman.19 Dalam karya

‘ilmiah ini, Ita Basita Firman menjelaskan representasi kultur Islâm

dalam tayangan adzân Maghrib di Stasiun Televisi RCTI dengan tema

“IBU”, ia menjelaskan bahwa dalam tayangan adzân ini terkandung

dua hikmah peribâdatan yaitu ‘ibâdah secara vertikal kepada Allâh

dengan cara ajakan untuk melaksanakan ‘ibâdah salât, sedangkan

‘ibâdah sosial yaitu ajakan untuk berbakti dan berbuat baik kepada

kedua orang tua dengan lebih mengedepankan ibu daripada ayah,

dalam artian bahwa sesibuk apapun kita dalam pekerjaan setiap

harinya maka panggilan untuk salât jangan pernah dipandang remeh

serta wâjib bagi kita selaku anak untuk memberi kabar kepada ibu.

2. Skripsi berjudul Studi Analisis Terhadap Pendapat Imâm as-Syâfi’î

Tentang Upah Adzân, Iqâmat dan Imâm Salât yang ditulis oleh

Mundir Anis. Dalam karya ilmiah ini, Mundir Anis menguraikan

pendapat Imâm as-Syafi’i tentang upah adzân, iqâmat dan imâm salât

19 Ita Basitha Firman, Representasi Kultur Islâm Dalam Tayangan Adzân Maghrib DiRCTI, Skripsi Fakultas ‘Ilmu Dakwah dan ‘Ilmu Komunikasi Universitas Islâm Negeri (UIN)Syarîf Hidâyatullâh, Jakarta, 2014.

Page 28: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

13

menjadi tiga point penting; (1). Syarî'at Islâm membenarkan adanya

upah mengupah hanya saja ia tidak menganjurkan pengambilan upah

mengupah atau keuntungan (komersial) dari hasil melakukan adzân

iqâmat dan imâm salât, (2). Imâm as-Syâfi'î berpendapat bahwa

hukum memberikan upah atas adzân, iqâmat dan imâm salât itu tidak

disukai karena itu merupakan ‘ibâdah khusus (taqarrub) yang tidak

boleh membutuhkan imbalan jasa atau upah, (3). Tidak

diperkenankannya dalam imbalan untuk imâm salât itu bila diupahi

hanya untuk imâm saja, namun bila digabungkan dalam adzân

menurut Imâm as-Syâfi'î boleh mengambil upah tersebut dari

adzânnya, itupun jika benar-benar tiada diperoleh dalam suatu kota

muadzin yang secara sukarela.20

Pembahasan dalam dua skripsi yang telah penulis kemukakan di atas

difokuskan pada pendekatan adzân dalam kehidupan sosial masyarakat,

sedangkan pembahasan mengenai hukum mengumandangkan adzân saat ritual

agama lain tidak dibahas sama sekali, demikian juga dalam dua skripsi tersebut

tidak membahas hukum adzân dalam mengiringi ritual keagamaan umat Kristiani

seperti Perayaan Natal. Dengan demikian permasalahan yang penulis angkat

dalam skripsi ini jauh berbeda dengan dua skripsi tersebut dan belum ada yang

membahasnya.

20 Mundir Anis, Studi Analisis Terhadap Pendapat Imâm asy-Syâfi’î Tentang UpahAdzân, Skripsi Fakultas Syarî’ah Institut Agama Islâm Negeri (IAIN) Wali Songo, Semarang,2013.

Page 29: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

14

F. Kerangka Berpikir

Dengan mengetahui mengetahui bahwa Adzân merupakan salah satu

‘ibâdah di dalam agama Islâm dan merupakan simbol panggilan untuk

menunaikan salât -salât fardu dan salât pada hari jum’at (Salât Jum’at) bagi umat

Islâm, maka hal ini menjadi perhatian yang sangat serius untuk meneliti tentang

kumandang adzân saat ritual agama lain dalam pandangan hukum Islâm,

terkhusus dalam Perayaan Hari Natal.

Kerangka berpikir akan digambarkan dalam diagram dibawah ini:

KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMALAIN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLÂM

Adzân dalam Islâm Perayaan Natal sebagai ritual keagamaan

Sejarah, Tata cara, Waktu,Hukum, dan Syarat-syaratnya

Adzân selain untuk panggilan Salât

Analisis

Kesimpulan Hukum

Adzân saat mengiringi perayaan Natal

Pendapat Para ‘Ulamâ tentang Adzân saat perayaan Natal

Page 30: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

15

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan riset pustaka (library research) pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif. Penelitian hukum

normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis

ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan

perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kâidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.21 Kaitannya

dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan hukum yaitu hukum Islâm (fiqh)

yang bersumber dari al-Qur’ân dan al-Hadîts yang kemudian diinterpretasikan

oleh para ‘ulamâ sehingga muncul beberapa pendapat dengan berbagai

persamaan dan perbedaan. Yang menjadi objek penelitian pustaka ini adalah

kumandang adzân saat ritual agama lain dalam pandangan hukum Islâm serta

melihat pendapat-pendapat para ‘ulamâ dan melihat dalîl-dalîl yang digunakan

dalam mengeluarkan argument dan fatwa dalam menyikapi permasalah ini.

2. Sumber Data

Data yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri menjadi (3) tiga, yaitu

sumber data primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier.

a. Sumber data primer, yaitu semua sumber yang berhubungan langsung

dengan objek penelitian dalam kerangka perspektif para ‘ulamâ yang

telah menjelaskan adzân dalam hukum Islâm yang kemudian

dihimpun dalam buku-buku, seperti:

21 Amîruddîn, dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2004, Cet. Pertama), h. 118.

Page 31: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

16

1. Ahkâm al-Âdzân Wa al-Iqâmah karya Syaikh Muhammad

Nâshiruddin al-Albânî.

2. Ahkâm al-Adzân Wa al-Nidâ’ Wa al-Iqâmah karya Sâmî bin Farajî

al-Hâzimî.

3. Al-Adzân Wa al-Iqâmah karya Sâid bin ‘Alî bin Wahaf al-Qahtanî.

4. Bidâyat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasid karya Imâm Ibnu

Rusyd.

5. Al-Fiqh ‘Ala Madzâhib al-Arba’a karya Abdurrahmân al-Jazîrî.

6. Fiqhu Sunnah karya Sâid Sâbiq.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang dapat menjelaskan

data-data primer dalam hal ini adalah:

1. Ringkasan Tafsîr Ibnu Katsîr terjemahan kitab Taisîr al-Âliyyil

Qâdir Li Ikhtisâri Tafsîr Ibnu Katsîr karya Muhammad Nâsib ar-

Rifâ’î.

2. Ringkasan Ihya’ ‘Ululumuddin terjemahan kitab Mukhtasar Ihya’

‘Ulumuddin karya Imâm al-Ghazâlî.

3. Nailul Authâr karya Imâm as-Syaukânî.

4. 1001 Soal Keislâman Yang Patut Anda Ketahui karya M. Quraish

Shihâb.

5. Fathul Mu’în karya Syaikh Zainuddin Abdul Azîz Al-Malibârî

6. Syarah Sahîh muslim karya Imâm an-Nawawî.

7. Fathul Bârî karya Ibnu Hajar Al-Atsqolânî.

Page 32: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

17

8. Sahîh Sunan Abu Dâud karya Syaik Muhammad Nâshiruddin al-

Albânî.

c. Sumber data tersier, meliputi kamus-kamus dan ensiklopedia Islam.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan studi kepustakaan dengan data-data

kualitatif. Yakni dengan mencari bahan-bahan (referensi) yang terkait serta

mempunyai relevansi dengan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang

peneliti gunakan adalah dokumentasi, yaitu bahan-bahan yang telah tersusun baik

berupa buku maupun jurnal yang memiliki kaitan dengan pembahasan judul.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu

menganalisis data yang telah dikumpulkan yang berisi informasi, pendapat dan

konsep para ‘ulamâ, serta analisis hukum yang bersifat komprehensif yaitu

menggambarkan tentang kumandang adzân saat ritual agama lain dalam

pandangan hukum Islâm terkhusus Perayaan Hari Natal, serta melihat pendapat

para ‘ulamâ dan dalîl-dalîl yang mereka gunakan dalam menyikapi permasalahan

ini.

5. Tehnis Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syarî’ah dan Hukum Universitas Islâm Negeri Syarif Hidâyatullâh

Jakarta yang diterbitkan oleh FSH UIN Jakarta tahun 2012.”

Page 33: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

18

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat

sistematika penulisan dengan membagi kepada lima (5) bab, tiap-tiap bab terdiri

dari sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, review terdahulu, kerangka

berpikir, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Membahas tentang Adzân dalam Islâm. Sejarah disyariatkannya,

dipilihnya sebagai tanda masuknya waktu salât, pengertian,tata

cara, waktu, syarat-syaratnya,hukumnya, dan pendapat para

‘ulamâ tentang hukumnya.

BAB III Membahas tentang Perayaan Natal dan ritual keagamaan.

Menjelaskan tentang sejarah dan arti kata Natal, maknanya bagi

umat Kristiani, dan sebagai ritual keagamaan agama Kristen.

BAB IV Membahas tentang Adzân di luar panggilan salât. Menjelaskan

tentang adzân selain untuk panggilan salât, adzân untuk

mengiringi Perayaan Hari Natal, dan memaparkan pendapat para

‘ulamâ tentang hal ini serta melihat dalîl-dalîl yang mereka

gunakan dalam menanggapi permasalahan ini.

BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 34: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

19

BAB II

MAKNA ADZÂN DALAM ISLÂM

A. Sejarah Disyarî’atkan Adzân

Menurut pendapat yang paling kuat, awal mula disyarî’atkan adzân terjadi

di Kota Madînah. Tepatnya, pada tahun pertama Hijriah. Sebelum adzân

disyarî’atkan, untuk mengerjakan salât biasanya para sahâbat saling

mengingatkan dan memanggil satu sama lain dengan kata-kata biasa.

Syaikh Muhammad Nâsiruddîn al-Albânî dalam bukunya Ahkâm al-

Adzân Wa al-Iqâmah menjelaskan dua keadaan awal mula disyarî’atkan adzân:

1. Sebelum disyarî’atkan adzân, mereka saling mengajak satu sama lain

apabila telah datang waktu salât.

Hal itu sebagaimana diisyaratkan oleh ‘Umar Radhiallâhu ‘Anhu, dan

kemudian diperintahkan oleh Rasûlullâh Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi

Wasallam seperti itu1.

Di antara dalîl-dalîl yang mendukung pendapat ini adalah hadîts Ibnu

‘Umar, yang berbunyi:

ن ب هللا د ب ع ن , أ ع اف ني ن ر ب خ : أ ال ق ر ی ر ج ن ا اب نر ب خ : أ ال ق اق ز الر د ب ا ع نر ب خ أ

ة ال الص ن و ن ی ح ت ی ف ن و ع م ت ج ی ة نی د ا الم و م د ق ن ی ح ن و م ل س الم ان : ك ل و ق ی ان ك ,ر م ع

سا و اق وا نذ خ ت : ا ض ع ب ل م ھ ض ع ب ال ق , ف ك ال ي ذ ا ف م و وا ی م ل ك ت , ف د ح ا أ ھ ب ي اد نی س ی ل

1 Syaikh Muhammad Nâshiruddin al-Albânî, Ahkâm al-Âdzân Wa al-Iqâmah, (Kwait:Gharâs, 2002, Cet. Pertama), h. 9.

Page 35: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

20

ال و : أ ر م ع ال ق , ف د و ھ الی ق و ب ل ث م ا ق و ب ل ب : م ھ ض ع ب ال ق ى, و ار ص الن س و اق نل ث م

ف م ! ق ل ال ا ب ملسو هيلع هللا ىلص ((ی هللا ل و س ر ال ؟ ق ة ال الص ي ب اد نی ال ج ر ن و ث ع ب ت ٢.))ة ال الص ب ن ذ أ

Artinya: “Telah diberitakan dari ‘Abdur Razâk, dari Ibnu Jarîr,Diberitakan kepadaku Nâfi’, Berkata ‘Abdullâh bin ‘Umar: Kaummuslimîn dahulu ketika datang di Madînah, mereka berkumpullalu memperkira-kira waktu salât, tanpa ada yang menyerunya,lalu mereka berbincang-bincang pada satu hari tentang hal itu.Sebagian mereka berkata, gunakan saja lonceng seperti loncengyang digunakan oleh Nashranî. Sebagian mereka menyatakan,gunakan saja terompet seperti terompet yang digunakan kaumYahudî. Lalu ‘Umar berkata, “Bukankah lebih baik denganmengumandangkan suara untuk memanggil orang salât.” LaluRasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Wahai Bilâlbangunlah dan kumandangkanlah adzân untuk salât.”

Berkaitan dengan hadîts di atas, Imâm Nawâwî mengatakan bahwa

panggilan Bilâl ini bukanlah adzân, melainkan panggilan biasa. Hal ini terjadi

sebelum adzân disyarî’atkan.

2. Kemudian disyarî’atkan adzân dari mimpi ‘Abdullâh bin Zaid bin ‘Abd

Rabbîh, yang diceritakan kepada Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam,

lalu beliau membenarkan mimpi sahâbat dari kalangan Ansâr tersebut.

Sebagaimana hadîts yang diriwayatkan oleh abu dâud, ad-Dârimî, Ibnu

Mâjah, Imâm Ahmad, dan at-Tirmdizî, Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam

Bersabda:

ن ب د ی ز ن ب هللا د ب ع ن ع ب ی س الم ن ب د ی ع س ن ع ي ر ھ الز ن ع اق ح س إ ن ب د م ح م ن ع

, ة ال لص ل ع م ي الج ف اس لن ل ھ ب ب ر ض ی ل س و اق الن ملسو هيلع هللا ىلص ب هللا ل و س ر ر م ا أ م : ل ھ ب ر د ب ع

ع ی ب ت ! أ هللا د ب ا ع : ی ھ ل ت ل ق , ف ه د ي ی سا ف و اق نل م ح ی ل ج ر م ائ ا ننأ و ي ب اف ط

2 Abû Bakar ‘Abdur Razâq bin Hisyâm, Musannif Abdur Razâk, Juz I, (Damaskus:Maktabah Islâmî, 1983), h. 457.

Page 36: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

21

ك ل د أ ال ف : أ ال , ق ة ال الص لي إ ھ ب و ع د : نت ل ق : ف ال . ق ھ ب ع ن ص ا ت : م ال ق ؟ ف س و اق الن

اكبر ل و ق : ت ال , ق لي : ب ت ل ق : ف ال ؟ ق ك ل ذ ن م ر ی خ و ا ھ م ي ل ع اكبر : ا اكبر ا , ا

اكبر دا رسول هللا, ا , أشھد ان ال الھ إالهللا, أشھد ان ال الھ إالهللا, اشھد ان محم

دا رسول هللا, حي على الصالة حي على الصالة, حي على الفالح اشھد ان محم

اكبر, ال إلھ إالهللا. ث اكبر ا : ال ق م , ث د ی ع ب ر ی غ ر خ أ ت اس م حي على الفالح, ا

ة ال الص ت م ق ا أ ذ إ ل و ق ت اكبر اكبر : ا دا ا , أشھد ان ال الھ إالهللا, اشھد ان محم

, ة ال الص ت ام ق د ق ة ال الص ت ام ق د رسول هللا, حي على الصالة, حي على الفالح, ق

اكبر اكبر ا ا م ب ھ ت ر ب خ أ ملسو هيلع هللا ىلص ف هللا ل و س ر ت ی ت أ ت ح ب ص ا أ م ل . ف , ال إلھ إالهللا

ف ل ال ب ع م م ق , ف هللا اء ش ن إ ق ا ح ی ؤ ر ا ل ھ ن : (( إ ال ق ف ت ی أ ر ن ذ ؤ ی ل ف ت ی أ ا ر م ھ ی ل ع ق ل أ

, ھ ب ن ذ ؤ ی و ھ ی ل ع ھ ی ق ل أ ت ل ع ج ف ل ال ب ع م ت م ق : ف ال )). ق ك ن ا م ت و ص ى د ن أ ھ ن إ , ف ھ ب

ي ذ ال : و ل و ق ی ه اء د ر ر ج ی ج ر خ ف ھ ت ی ي ب ف و ھ و اب ط الخ ن ب ر م ع ك ل ذ ب ع م س : ف ال ق

)).د م ح ال ھ ل ل ملسو هيلع هللا ىلص: (( ف هللا ل و س ر ال ق : ف ال ق . ي ر ي أ ذ ال ل ث م ت ی أ ر د ق , ل ق ح ال ب ك ث ع ب

٣(رواه أبو داود).

Artinya: “Dari ‘Abdullâh ibn Zaid ibn ‘Abd Rabbîh berkata, “KetikaRasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan memukullonceng untuk mengumpulkan orang-orang mendirikan salât, akubermimpi dikelilingi seorang laki-laki yang sedang membawalonceng. “Wahai hamba Allâh, lonceng kamu itu mau dijual?”tanyaku. “Memangnya lonceng ini mau dipakai buat apa?” lelakiitu balik bertanya. “Aku akan pakai sebagai alat untukmengumpulkan orang-orang mendirikan salât.” “Maukah akutunjukkan sesuatu yang jauh lebih baik ketimbang lonceng?”

3 Imâm al-Syaukânî, Ringkasan Nailul Autar, Cet. II, Terjemahan: Amir HamzahFachruddin & Asep Saefullâh, (Jakarta: Pustaka Azzâm, 2011), h. 319-320.

Page 37: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

22

tanya lelaki itu. “Tentu, mau sekali,” jawab aku “Kamu ucapkan,Allâh Maha Besar Allâh Maha Besar, Allâh Maha Besar AllâhMaha Besar, Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allâh,Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allâh, Aku bersaksibahwa Nabî Muhammad adalah utusan Allâh, Aku bersaksi bahwaNabî Muhammad adalah utusan Allâh, Mari kita mengerjakansalât, Mari kita mengerjakan salât, Mari kita menujukeberuntungan, Mari kita menuju keberuntungan, Allâh MahaBesar Allâh Maha Besar, Tidak ada tuhan selain Allâh.Kemudian, laki-laki itu meminta agar aku agak mundur sedikit,tak lama kemudian, ia kembali berkata, “Setelah itu, bila kamuhendak berdiri melaksanakan salât, bacalah iqâmat ini: AllâhMaha Besar Allâh Maha Besar, Aku bersaksi bahwa tidak adatuhan selain Allâh, Aku bersaksi bahwa Nabî Muhammad adalahutusan Allâh, Mari kita mengerjakan salât, Mari kita menujukeberuntungan, Salât telah siap didirikan salât telah siapdidirikan, Allâh Maha Besar Allâh Maha Besar, Tidak ada tuhanselain Allâh. Begitu pagi tiba, aku langsung menemui RasûlullâhSallâllahu ‘Alaihi Wasallam dan memberitahunya tentang mimpiaku itu. Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “InsyaAllâh mimpi itu benar. Segera pergi ke Bilâl. Sampaikankepadanya kata-kata yang kamu dapatkan dari mimpimu itu agardia mengumandangkan adzân dengan kata-kata itu. Suara Bilâllebih merdu daripada suaramu.” Aku mencari Bilâl, dan akusampaikan kepadanya kata-kata adzân yang aku dapatkan darimimpi itu. Dengan kata-kata itu, Bilâl mengumandangkan adzân.‘Umar ibn Khatâb mendengar suara dan bacaan adzân tersebut.Ia segera keluar rumah sambil menyelendangkan kainnya, laluberkata, “Demi kekuasaan yang telah mengutusmu dengan benarwahai Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam, aku bermimpipersis seperti mimpi ‘Abdullâh ibn Zaid.” Kemudian, RasûlullâhSallâllâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Maka, hanya milik Allâhsegala puji itu”. (HR. Abu Daud)

Dua Hadîts di atas merupakan awal mula disyarî’atkan adzân di dalam

Islâm, sebelum ‘Abdullâh bin Zaid bin Rabbîh bermimpi tentang seseorang yang

mengajarinya Adzân dan Iqâmat, Sebagian sahâbat ada mengusulkan dalam

menandai telah masuknya waktu salât dengan menyalakan api unggun dari

tempat tinggi. Tapi, Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam tak tertarik dengan

usulan ini karena menyerupai orang-orang Majûsî, sebagian sahâbat lainnya

Page 38: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

23

mengusulkan agar ditiup terompet, namun Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi

Wasallam juga tidak menyetujuinya karena menyerupai orang-orang Yahûdî,

sebagian lainnya mengusulkan memukul lonceng, namun Rasûlullâh Sallâllâhu

‘Alaihi Wasallam tetap tidak menyetujuinya karena menyerupai orang-orang

Nasranî.

Akhirnya ‘Abdullâh bin Zaid bin Rabbîh bermimpi tentang seorang lelaki

yang mengajarinya adzân dan iqâmat. Seseorang itu merupakan malâikat yang

menyamar menjadi laki-laki. Kemudian mimpi itu disampaikan kepada

Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam dan Râsul pun menyetujuinya dan

langsung meminta ‘Abdullâh bin Zaid bin Rabbîh mengajarkan kata-kata

adzânnya kepada Bilâl, dan Bilâl langsung mengumandangkan adzân pertama

dalam sejarah Islâm.

B. Adzân Dipilih Sebagai Tanda Masuknya Waktu Salât

Kata-kata adzân merupakan jalan hidup yang sempurna, seruan totalitas

yang sama sekali tidak mungkin ditandingi oleh kobaran api, gemerincing bel,

atau tiupan terompet. Kata-kata adzân adalah seruan dari makhluk-makhluk

langit yang ditujukan kepada segenap manusia agar kembali kepada asal

kedudukan mereka yang mulia.

Kata-kata ini diturunkan dari langit, bukan keluar dari dalam bumi. Kata-

kata ini didengarkan oleh beberapa orang sahâbat dalam mimpi-mimpi mereka

yang hampir bersamaan. Salah satu malâikat telah membisikan kata-kata ini di

saat Nabî Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahâbat sedang

Page 39: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

24

membahas bentuk seruan paling baik untuk mengumpulkan kaum Muslimîn guna

mendirikan salât setiap kali masuk waktu salât lima waktu.

Hadîts ini membawa kita kepada jawaban dari pertanyaan kenapa bentuk

adzân yang dipilih, sekaligus menjelaskan bagaimana para malâikat mendekat ke

bumi untuk mendengarkan seruan dari orang yang melantunkannya yang

dengannya ia bermunâjat kepada Tuhannya.4

C. Pengertian Adzân

Seperti yang telah diketahui oleh masyarakat, bahwa adzân

dikumandangkan oleh muadzin lima kali dalam sehari sebagai tanda masuknya

waktu salât wâjib bagi umat Islâm. Adzân menurut pengertian bahasa berarti

mengumumkan, menyampaikan informasi tentang sesuatu persoalan. Menurut

istilâh, adzân adalah ucapan-ucapan tertentu untuk mengumumkan waktu salât

fardu, atau dengan kata lain ialah pengumuman tentang masuknya waktu salât

fardu dengan menggunakan lafaz-lafaz tertentu.5

Sebagaimana ungkapan yang digunakan ayat al-Qur’ân al-Karîm sebagaiberikut:

ورسولھ ٦.)٣(سورة التوبة : .وأذان من ا

Artinya: “Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allâh dan Rasûl-Nyakepada umat manusia”. (QS. at-Taubah: 3).7

4 Muhammad al-Ghazâli, Menjawab 100 Soal Keislâman, Cet. III, Terjemahan: AbdullâhAbbâs, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), h. 625.

5 Ahmad Tibrâyâ, Menyelami Seluk Beluk Islâm, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 158.

6 Dâr al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, Tahqîq: Muhammad ‘Umar Asasah, (Beirut, 2008,Cet. Pertama), h. 187.

Page 40: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

25

D. Tata Cara Adzân

Para ‘ulamâ berbeda dalam empat pendapat perihal tata cara adzân yang

cukup terkenal:

1. Dari Imâm Mâlik dan penduduk Madînah: dua kali takbîr, empat kali

kalimat syahâdat, dan selanjutnya masing-masing dua kali.

2. Oleh Imâm Syâfi’î dan penduduk Makkah, yakni: empat kali takbîr

permulaan, dua kalimat syahâdat, dan sisanya masing-masing dua

kali.

3. Oleh Imâm Abû Hanîfah dan penduduk Kuffah, yaitu: empat kali

takbîr permulaan, dan sisanya masing-masing dua kali.

4. Dari Hasan al-Basrî, Ibnu Sirîn, dan penduduk Basrah, yakni: empat

kali takbîr permulaan, tiga kali kalimat syahâdat, tiga kali hayya ‘alal

Salâh, dan tiga kali hayya ‘alal falâh.8

E. Waktu Adzân

Perihal waktunya adzân, para ‘ulamâ ahli fikih sepakat bahwa adzân

dilarang sebelum masuk waktunya salât, jika muadzin adzân sebelum masuk

waktu salât maka harus diulangi lagi, kecuali untuk salât subuh. Dan ini pun

terjadi perselisihan di kalangan para ‘ulamâ, perselisihan mereka sebagai berikut:

7 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, (Madînah al-Munawaroh, Proyek Pengadaan Kitâb Suci al-Qur’ân, 1990), h.277.

8 Ibnu Rusyd, Bidâyat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasîd, Terjemahan: ‘AbdulRasyâd Siddîq, (Jakarta: Akbarmedia, 2013, Cet. Pertama), h. 140.

Page 41: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

26

1. Imâm Mâlik dan Imâm Syâfi’î berpendapat boleh mengumandangkan

adzân untuk salât subuh sebelum terbit fajar.

2. Imâm Abû Hanîfah melarang mengumandangkan adzân sebelum

masuk waktu salât subuh.9

Adzân ketika terkena musibah dilakukan ketika musibah itu sedang

terjadi, adzân untuk jenâzah dilakukan ketika jenâzah sudah dimandikan atau

dalam keadaan suci, sudah dikafani dan sudah dimasukkan ke liang kubur,

sedangkan adzân untuk bayi yang baru lahir dilakukan pada saat bayi baru lahir

saat itu juga.

F. Syarat-syarat Adzân

Syarat-syarat adzân adalah:

1. Telah masuk waktu salât.

Syarat sah adzân adalah telah masuknya waktu salât, sehingga

adzân yang dilakukan sebelum waktu salât masuk maka tidak sah.

Akan tetapi terdapat pengecualian pada adzân subuh. Adzân subuh

diperbolehkan untuk dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum waktu

subuh tiba, disunnahkan pada waktu sahur, seperenam malam yang

terakhir, dan kemudian adzân itu diulangi lagi ketika waktu subuh

tiba (terbitnya fajar sâdiq).10

9 Ibnu Rusyd, Bidâyat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasîd, h. 144.

10 Syaikh al-Syarqâwî, Al-Syarqâwî ‘Ala at-Tahrîr, Juz I, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1997, Cet. Pertama), h. 227.

Page 42: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

27

2. Niat.

Hendaknya seseorang yang akan adzân berniat di dalam hatinya

(tidak dengan lafaz tertentu) bahwa ia akan melakukan adzân ikhlâs

untuk Allâh semata. Menurut Imâm Mâlik dan Imâm Ahmad bin

Hanbal adzân tidak sah bila tidak didahulukan dengan niat, sedangkan

menurut Imâm Syâfi’i dan Imâm Abû Hanîfah berpendapat bahwa

niat tidak menjadi syarat sahnya adzân.11

3. Dikumandangkan dengan bahasa arab.

Menurut sebagian ‘ulamâ, tidak sah adzân jika menggunakan

bahasa selain bahasa arab, dan bagi orang selain orang arab boleh

adzân dengan bahasanya sendiri untuk dirinya dan untuk para

jama’ahnya. Di antara ‘ulamâ yang berpendapat demikian adalah

‘ulamâ dari Madzhab Hanafiyah, Malikiyah, dan Syâfi’iyah.12

4. Tidak ada lahn dalam pengucapan lafaz adzân yang merubah makna.

Maksudnya adalah hendaknya adzân terbebas dari kesalahan-

kesalahan pengucapan yang hal tersebut bisa merubah makna adzân.

Lafaz-lafaz adzân harus diucapkan dengan jelas dan benar.

5. Lafaz-lafaznya diucapkan sesuai urutan.

Hendaknya lafaz-lafaz adzân diucapkan sesuai urutan

sebagaimana dijelaskan dalam hadîts-hadîts yang sahîh.

11 Abdurrahmân al-Jazîrî, Al-Fiqh ‘ala Madzâhib al-Arba’a, Jilid I, (Kairo: Dârul Hadîst,2004), h. 246.

12 Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, Cet. 27, Terjemahan: MasykurA.B., dkk, (Jakarta: Lentera, 2011), h. 97.

Page 43: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

28

6. Lafaz-lafaznya diucapkan bersambung.

Maksudnya adalah hendaknya antara lafaz adzân yang satu dengan

yang lain diucapkan secara bersambung tanpa dipisah oleh sebuah

perkataan atau pun perbuatan di luar adzân. Akan tetapi diperbolehkan

berkata atau berbuat sesuatu yang sifatnya ringan seperti bersin.13

7. Adzân dilakukan oleh seorang saja.

8. Dikumandangkan oleh seseorang yang ‘âdil.

Adzân merupakan ‘ibâdah, maka yang mengumandangkannya

haruslah seseorang yang dapat dipercaya dan dapat menjaga amânah,

orang fâsik adalah orang yang tidak dapat dipercaya, maka tidak sah

adzân jika dikumandangkan oleh seseorang yang fâsik.

9. Mengangkat suara ketika mengumandangkan adzân.14

10. Tertîb atau berurutan dari awal hingga akhir.15

11. Yang melakukan adzân itu muslim, berakal, dan laki-laki.16

G. Hukum Adzân

Hukum adzân adalah fardu kifâyah bagi laki-laki bukan kepada wanita

untuk salât lima waktu yang telah ditetapkan.17 Sebagaimana firman Allâh

Subhânahû Wata’âlâ:

13 Abdurrahmân al-Jazîrî, Al-Fiqh ‘ala Madzâhib al-Arba’a, h. 246.

14 Sa’îd al-Qahtânî, al-Adzân Wa al-Iqâmah, (Rabwah: al-Maktabah at-Tâwunî Li al-Da’wati Wa al-Tauiyyah al-Jâliyât, 2003), h. 7.

15 Abdurrahman al-Jazîrî, Al-Fiqh ‘ala Madzâhib al-Arba’a, h. 247.

16 Ensiklopedi Islâm di Indonesia I, 1993, hal. 68

Page 44: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

29

الة اتخذوھا ھزوا ولعبا ذلك بأنھم قوم ال یعقلون (سورة وإذا نادیتم إلى الص

١٨.)٥٨المائدة :

Artinya: “Dan, jika kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan.Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yangtidak mau mempergunakan akal”. (QS. al-Mâidah: 58).19

Dan firman Allâh Subhânahû Wata’âlâ dalam surah al-Jumu’ah ayat 9,

Allah Subhânahû Wata’âlâ berfirman:

الة من یوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر ا وذروا یا أیھا الذین آمنوا إذا نودي للص

٢٠).٩(سورة الجمعة: .البیع ذلكم خیر لكم إن كنتم تعلمون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untukmenunaikan solât pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamukepada mengingat Allah, itu lebih baik bagi kalian jika kalianmengetahui.”21

Sabda nabî Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam tentang hukum

adzân, yakni:

م ك د ح أ م ك ل ن ذ ؤ ی ل ف ة ال الص ت ر ض ا ح ذ إ : ال ملسو هيلع هللا ىلص ق ي ب الن ن أ ث ر ی و الح ن ك ب ال م ن ع

٢٢.)ھ ی ل ع ق ف ت (م .م ك ر ب ك أ م ك م ؤ ی ل و

17 Said al-Qahtânî, al-Adzân Wa al-Iqâmah, h. 6.

18 Dârul al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, h. 118.

19 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, h. 170.

20 Dâr al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, h. 554.

21 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, h. 933.

22 Imâm al-Syaukâni, Ringkasan Nailul Autar, h. 316.

Page 45: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

30

Artinya: "Dari Mâlik bin al-Huwairits, bahwasanya Nabî Sallâllâhu‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika waktu salât telah tiba,hendaklah salah seorang diantara kalian mengumandangkanadzân untuk kalian dan hendaklah orang yang paling tua diantara kalian yang menjadi imâm.”

Dengan demikian adzân wâjib bagi seorang laki-laki baik seorang yang

menetap di suatu negeri atau yang melakukan perjalanan (Musâfir), yang

melakukan salât sendirian atau berjama’ah, dan bagi yang merdeka atau hamba

sehaya (Budak).23

H. Hal-hal Yang Disunnahkan Dalam Adzan

Adapun keadaan-keadaan yang disunnahkan saat mengumandangkan

adzân dan iqâmah adalah sebagai berikut:

1. Seseorang yang suaranya lantang

Dalam mengumandangkan adzân disunnahkan bagi seseorang

yang memiliki suara yang lantang, indah, pada tempat yang tinggi dan

dekat dengan masjid.

2. Berdiri saat mengumandangkan adzân

3. Merdeka (bukan hamba sehaya), bâligh, ‘âdil, dapat dipercaya dan

mengetahui waktu-waktu salât

4. Dalam keadaan berwudu dan suci

Adzân sangat berhubungan erat dengan salât, maka yang

mengumandangkan adzân disunnahkan untuk suci dan dalam keadaan

berwudu.

23 Said al-Qahtânî, al-Adzân Wa al-Iqâmah, h. 7.

Page 46: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

31

5. Seseorang yang dapat melihat (tidak buta)

Seseorang yang dapat melihat akan lebih mengetahui waktu

salât sedangkan seseorang yang tidak dapat melihat tidak mengetahui

dengan pasti datangnya waktu salât.

6. Memasukan jari ke telinga saat adzân

Dengan maksud agar suaranya lebih lantang dibandingkan

dengan tidak menutup telinganya.

7. Tidak tergesa-gesa dan tidak pula terlalu lama antara setiap kalimat

saat mengumandangkan adzân

8. Menghadap qiblat

9. Tidak mengharapkan imbalan

Seseorang yang mengumandangkan adzân dan iqâmah tidak

boleh mengambil upah dan mengharapkan imbalan, karena hal

tersebut termasuk dalam memperjualbelikan ‘ibâdah dan ketaatan

yang seharusnya menjadi ‘amal ‘ibâdah dan pahala untuk dirinya

sendiri.24

I. Pendapat para ‘Ulamâ tentang Hukum Adzân

Para ‘ulamâ berselisih pendapat tentang hukum adzân, dan perbedaan ini

antara fardu atau sunnah mengenai hukumnya, yaitu:

24 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid I, Cet. II, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1985), h. 545-549.

Page 47: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

32

1. Imâm Mâlik berpendapat bahwa adzân hukumnya wâjib (fardu) bagi

masjid yang masih digunakan untuk salât berjama’ah, dan tidak fardu

atau sunnah bagi orang yang salât sendirian.

2. Dari kalangan mazhab Zâhiri adzân hukumnya fardu ‘ain atas salât

jamâ’ah, baik yang dilakukan ketika dalam perjalanan maupun bukan.

3. Imâm Syâfi’î dan Imâm Abû Hanîfah sepakat bahwa adzân hukumnya

sunnah untuk salât yang dilakukan sendirian maupun berjamâ’ah.25

25 Ibnu Rusyd, Bidâyat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasîd, h. 143.

Page 48: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

33

BAB III

PERAYAAN NATAL DAN RITUAL KEAGAMAAN

A. Sejarah dan Arti Kata Natal

1. Sejarah Natal

Kelahiran Yesus merupakan sejarah awal Hari Natal, peristiwa yang

berakhir pada kesengsaraan, kematian, dan kebangkitan. Peristiwa kelahiran

Kristus ini kemudian menjadi sorotan dari berbagai pihak, di luar Kristiani

maupun dari kalangan Kristiani sendiri. Alasan mereka adalah Yesus tidak lahir

pada tanggal 25 Desember. Ini bisa dimaklumi, karena memang dalam Alkitâb

tidak tertulis tanggal kelahiran Yesus yang menjadi dasar perayaan Hari Natal.

Para penentang tersebut mengatakan bahwa 25 Desember adalah hari raya

kaum kâfir. Hal ini terbukti dengan data tertulis yang memuat liturgy perayaan

kelahiran Kristus itu dapat dilihat dalam papyrus pada abad ke-16. Pada tahun

274 M di Kerajaan Romawi, tanggal 25 Desember dimulai sebagai perayaan

kelahiran Matahari karena di akhir musim salju tanggal itu matahari mulai

kembali penampakan sinarnya dengan kuat. Karena itu bagi orang Romawi kuno,

hari itu dirayakan sebagai Hari Matahari.1

Saat agama Kristen dijadikan sebagai agama Negara di Kekaisaran

Romawi, kebiasaan masyarakat Roma yang memperingati Hari Matahari pada

tanggal 25 Desember tenyata sangat susah ditinggalkan, sehingga para pemimpin

1 M. ‘Ali Imrân, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSoD,2005, Cet. Pertama), h. 422.

Page 49: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

34

Gereja mengalihkan perhatian mereka yang semula menjadi perayaan Matahari

diganti menjadi peringatan hari kelahiran Yesus. Ketentuan ini oleh Gereja pada

masa itu diresmikan di Roma pada tahun 336 M, dan menjadikan tanggal 25

Desember sebagai hari peringatan kelahiran Kristus. Inilah awal sejarah Perayaan

Hari Natal.

Peringatan kelahiran Kristus dengan tanggal peringatan 25 Desember

akhirnya juga diperkenalkan oleh Kaisar Konstantin, hal sebagai pengganti

tanggal 5-6 Januari yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai hari peringatan

kelahiran Kristus. Perayaan Natal kemudian dilakukan di Antiokia pada tahun

375 dan pada tahun 380 dirayakan di Konstantinopel, lau tahun 430 di

Alexandria, kemudian di tempat-tempat agama Kristen berkembang.2

Meskipun perayaan Natal pada awalnya untuk menyambut matahari,

tetapi di masa kini, umat Kristen tidak ada yang mengaitkan hari Natal dengan

Dewa Matahari, tidak ada penyembahan atau apapun yang berkaitan dengan

paganisme matahari dalam perayaan orang-orang Kristen. Sebab, pusat dari

perayaan ini Kristus. Jadi, walaupun tidak tertulis dalam Alkitâb bahwa Yesus

lahir pada tanggal 25 Desember, umat Kristen secara umum merayakan hari

Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman.

2. Arti Kata Natal

Kata “Natal” berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari

Lahir). Dahulu juga dipakai istilah Melayu-Arab Maulîd atau Mîlâd. Pada

negara-negara yang berbahasa ‘arab, hari raya ini disebut dengan ‘Îdul Mîlâd.

2 M. ‘Ali Imrân, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia, h. 423.

Page 50: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

35

Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno

Cristes Maesse atau Cristes-messe, yang berarti Misa Kristus. Christmas biasa

pula ditulis Χ'mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena

huruf (X) dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam

bahasa Yunani Chi-Rho.3

Kata Natal adalah kata yang sangat umum, tetapi jika disebut Hari Natal,

maka konotasinya ialah Hari Kelahiran Jesus, pada tanggal 25 Desember. Oleh

umat Nasranî, perayaan Hari Natal dirayakan secara khidmat dan kebesaran baik

di dalam Gereja ataupun di rumah-rumah.4

Secara istilâh Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen

untuk memperingati hari kelahiran Isa al-Mâsih yang mereka sebut Tuhan

Yesus.5

B. Natal Sebagai Ritual Keagamaan Agama Kristen

Perayaan Natal yang biasa dilakukan oleh umat kristiani pada tanggal 25

Desember merupakan sebuah ritual keagamaan untuk memperingati hari

kelahiran Yesus yang mereka sebut sebagai tuhan. Perayaan ini dimulai sekitar

abad ke 4 Masehi oleh Paulus Liberius, yang kemudian ditetapkan pada tanggal

25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang

3 Wikipedia, Natal, artikel diakses pada 2 Mei 2016 darihttps://id.wikipedia.org/wiki/Natal

4 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama, (Jakarta: Emerald, 2009), h. 535.

5 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, Cet. VI,(Kudus: Bima Rodheta, 2004), h. 19.

Page 51: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

36

kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April, atau 18

Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan

sebagai kelahiran Yesus (Natal).6

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Perayaan Natal ini yang

diyakini sebagai hari kelahiran Yesus, maka penulis merasa perlu untuk

menyimak apa yang diberitakan oleh Bibel dan al-Qur’ân tentang kelahiran

Yesus, karena kelahiran Yesus berhubungan erat dengan perayaan Hari Natal.

Sebagaimana dalam Lukas 2:1-8, Matius 2:1,10,11, dan al-Qur’ân surat Maryam

ayat 23-25.

Lukas 2:1-8:

1Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh

mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.

2Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius

menjadi wali negeri di Siria.

3Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing

dikotanya sendiri.

4Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galileo ke Yudea, ke

kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan

keturunan Daud.

5Supaya didaftarkan bersamasama dengan Maria, tunangannya yang

sedang mengandung.

6Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin.

6 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, h. 19.

Page 52: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

37

7Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu

dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan,

karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

8Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga

kawanan ternak mereka pada waktu malam.7

Irena Handono dalam bukunya yang berjudul Perayaan Natal 25

Desember menjelaskan Injil Lukas ini, bahwa Yesus lahir pada masa kekuasaan

Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk (7M =

579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka

mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus Betlehem, anak sulung Maria. Maria

membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan

(tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada

malam hari di mana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang

rumput.8

Menurut Matius 2:1, 10, 11

1Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman

Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem.

10Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka.

7 Lembaga Alkitâb Indonesia, ALKITÂB, Cet. 159, (Jakarta: Percetakan Lembaga al-Kitâb, 1997), Lukas, h. 75.

8 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, h. 21.

Page 53: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

38

11Maka masuklah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu

bersama Maria, ibunya.9

Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus

yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM - 4 M (749

Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi

dari Timur.10

Dari pemberitaan yang terdapat pada Injil Lukas 2: 1-8 dan Matius 2: 1,

10, 11 terlihat cukup jelas perbedaan keduanya dalam menggambarkan kelahiran

Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember.

Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang di Iangit dan

gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang

rumput beratapkan Iangit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan,

menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput

dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan

matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di

kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju

merupakan hal tidak mustahil.11

9 Lembaga Alkitâb Indonesia, ALKITÂB, Matius, h. 2.

10 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, h. 22.

11 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, h. 22.

Page 54: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

39

Menurut al-Qur’ân Surat Maryam: 23-25.

فأجاءھا المخاض إلى جذع النخلة قالت یا لیتني مت قبل ھذا وكنت نسیا منسیا,

ي إلیك بجذ ع النخلة فناداھا من تحتھا أال تحزني قد جعل ربك تحتك سریا, وھز

١٢.)٢٥-٢٣(سورة مریم : .تساقط علیك رطبا جنیا

Artinya: "Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam)bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai,alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatuyang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibrîl menyerunya daritempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih had,sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungaidibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurmaitu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurmyang masak kepadamu." (QS: Maryam: 23-25).13

Para Mufassir berikhtilâf mengenai tempat yang dituju Maryam. Pendapat

yang masyhûr mengatakan bahwa tempat itu ialah Betlehem, yaitu sebuah desa

yang berada delapan mil di sebelah Timur Baitul Maqdis. Inilah pendapat

terkenal yang diterima sejumlah manusia dari sejumlah manusia pula. Mengenai

hal ini kaum Nasranî berkeyakinan bahwa tempat itu adalah Betlehem.14

Dengan demikian, pemberitaan yang disampaikan oleh Injil Lukas 2: 1-8

maupun Matius 2: 1, 10, 11 dan al-Qur’ân Surat Maryam: 23-25 yang telah

12 Dâr al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, Tahqîq: Muhammad ‘Umar Asâsâh, (Beirut, 2008,Cet. Pertama), h. 306.

13 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, (Madînah al-Munâwaroh, Proyek Pengadaan Kitâb Suci al-Qur’ân, 1990), h.465.

14 Muhammad Nâsib ar-Rifâ’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III, Terjemahan:Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2012, Cet. Pertama), h. 134.

Page 55: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

40

penulis kemukakan di atas dan belum memberikan kejelasan yang pasti tahun

berapa Yesus dilahirkan.

Maka perayaan Hari Natal sebagai ritual keagamaan bagi agama Kristen

yang biasa diadakan pada tanggal 25 Desember adalah sebuah ritual untuk

memperingati hari kelahiran Yesus Kristus yang dianggap sebagai Tuhan, telah

menimbulkan kontroversi di kalangan umat Kristiani mengenai perayaan Natal

yang jatuh pada tanggal 25 Desember ini. Ada yang menerimanya dan adapula

yang menolaknya, dengan berbagai alasan dan argumentasi yang berbeda-beda

juga.

Di antara alasan-alasan mereka yang menerima hari Perayaan Natal

sebagai ritual keagamaan adalah sebagai berikut:

1. Perayaan Hari Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember adalah

sebuah ritus yang berlandaskan nilai kebenaran.

2. Perayaan Hari Natal telah mencapai “Maqâm” Gensi-Simbol status

social. Sebuah simbol yang membanggakan bagi orang yang

merayakannya atau bagi mereka yang turut “Berpartisipasi”.

Sebaliknya mereka yang tidak “menyambut” perayaan Natal, terkesan

tidak prestisius.15

Sedangkan alasan-alasan yang menolak perayaan Hari Natal, sebagai

berikut:

1. Catolic Encyclopedia, edisi 1911 tentang Christmas:

15 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, h. 1.

Page 56: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

41

"Di dalam kitab sue/ tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara

atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran

Yesus. Hanyalah orang-orang kâfir saja (seperti Fir'aun dan Herodes)

yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini."

2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan:

"Natal bukanlah upacara Gereja abad pertama, Yesus Kristus atau

para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bibel juga

tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh Gereja dari

kepercayaan kâfir penyembah berhala".16

C. Makna Natal Bagi Umat Kristiani

Adapun makna Natal bagi umat kristiani adalah:

1. Merayakan kelahiran Yesus Kristus.

6Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan

dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

7Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil

rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Filipi 2: 6-

7).17

Ia datang untuk memberikan damai, damai di hati dan di pikiran kita. Dan

terlebih lagi Dia datang untuk menyatakan fakta imân kepada kita yang sangat

16 Irene Handono, Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, h. 34.

17 Lembaga Alkitâb Indonesia, ALKITÂB, Filipi, h. 256.

Page 57: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

42

luar biasa, bahwa Allâh itu pribadi. Yesus menyatakan diri-Nya adalah Allâh

yang maha Rahîm dan kasih.

Allâh yang maha Rahîm karena Yesus yang arti dari nama-Nya itu sendiri

adalah Allâh yang menyelamatkan, untuk menyelamatkan kita dari kelemahan

kita, kebobrokan moral kita karena dosa. Allâh adalah kasih, sebelum kita bisa

mengasihi, kita tahu bahwa kita dikasihi oleh Allâh.18

2. Natal Adalah Bukti Cinta Kasih Tuhan Atas Umat-Nya.

16Karena begitu besar kasih Allâh akan dunia ini, sehingga ia telah

mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang percaya

kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

(Yohanes 3:16).19

24Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena

penebusan dalam Kristus Yesus.

25Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian

karena imân, dalam darahnya-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk

menunjukan keadilan-Nya, karena ia telah membiarkan dosa-dosa

yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

18 Rian Leu, Makalah: Makna Natal, artikel diakses pada 2 Mei 2016 darihttp://rianleu.blogspot.co.id/.

19 Lembaga Alkitâb Indonesia, ALKITÂB, Yohanes, h. 122.

Page 58: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

43

26Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini,

supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang

percaya kepada Yesus. (Roma 3: 24-26).20

3. Natal Membawa Sukacita Besar

Sepanjang sejarah ke-Kristenan peristiwa kelahiran Tuhan Yesus Kristus

adalah sukacita terbesar dan selalu menjadi momen yang abadi bagi umat

manusia. Kelahiran Yesus lebih dari 2000 tahun lalu membawa sukacita bagi

para malâikat, para gembala, dan tiga Raja dari Timur, yang kemudian bergegas

menyambut-Nya dengan cara mereka sendiri. Kelahiran Yesus Kristus

seharusnya juga menjadi sukacita yang tidak berkesudahan bagi umat Tuhan saat

ini.21 Sebagaimana dalam Injîl Yohanes 3: 36:

36Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal,

tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat

hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.

4. Natal Membawa Hidup Yang Penuh Kelimpahan

Tuhan Yesus dalam kitâb Yohanes memberitahukan bahwa kedatangan-

Nya ke dunia ini adalah untuk memberi hidup, bahkan hidup yang Ia berikan

adalah hidup yang penuh dengan kelimpahan. Ketika kita menyadari bahwa

kelahiran Yesus Kristus di dalam hidup kita adalah pemberian anugerah

20 Lembaga Alkitâb Indonesia, ALKITÂB, Roma, h. 199.

21 FGBMFI, Makna Natal bagi Imân Kristen, artikel diakses pada 3 Mei 2016 darihttp://fgbmfi.web.id/2013-07-06-04-08-39/artikel/special-teaching/2574-makna-natal-bagi-iman-kristen.

Page 59: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

44

keselamatan dan hidup (hidup yang berkelimpahan).22 Hidup yang berkelimpahan

di dalam Tuhan itu ada di dalam kehidupan orang percaya yang sejalan dengan

firman Tuhan:

5Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan

perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. (Yohanes 2: 5).23

22 FGBMFI, Makna Natal bagi Imân Kristen, artikel diakses pada 01 Mei 2016.

23 Lembaga Alkitâb Indonesia, ALKITÂB, Filipi, h. 256

Page 60: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

45

BAB IV

ADZÂN DI LUAR PANGGILAN SALÂT

A. Adzân Selain Untuk Panggilan Salât.

1. Adzân di Telinga Bayi yang Baru Lahir

Kelahiran bayi adalah hal yang sangat menggembirakan dan sangat

dinantikan khususnya bagi orang tua bayi tersebut. Tak jarang orang tua si jabang

bayi mengadakan acara syukuran. Seperti di saat usia kandungan 4 bulan (saat

rûh pertama ditiupkan ke tubuh jabang bayi) dan ketika kandungan berusia 7

bulan, yang lazim disebut dengan tingkeban. Hingga saat kelahiran bayi, sang

ayah menyambutnya dengan adzân di telinga kanan dan iqâmat di telinga kiri

bayinya.

Para ‘ulamâ berbeda pendapat antara sunnah dan makrûh tentang

disyarî’atkannya adzân dan iqâmat pada saat kelahiran bayi, yaitu:

1) Pendapat kalangan madzhab Syâfi’îah, Hanâbilah, dan sebagian dari

kalangan Hanafîah dan Malikîah: Bahwa adzân saat kelahiran bayi

adalah Sunnah, sebagian yang lain menambahkan bahwa iqâmat juga.

Yaitu adzân di telinga kanan bayi dan qamat di telinga kirinya.

Sebagaimana Hadîts yang diriwayatkan oleh Abû Dâud, Imâm Ahmad,

dan Imâm At-Tirmidzî, dari ‘Ubaidillâh bin Abî Râfi’, dari ayahnya (Abî Râfi’),

beliau berkata:

:اال ق ,ي د ھ م ن ب ن م ح الر د ب ع و ,د ی ع س ن ب ى ی ح ا ی نث د ح : ال ق ار ش ب ن ب د م ح ا م نث د ح

:ال , ق ھ ی ب أ ن ع ,ع اف ي ر ب أ ن ب هللا د ی ب ع ن ع ,هللا د ی ب ع ن ب م اص ع ن ع ,ان ی ف ا س نر ب خ أ

Page 61: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

46

علیھ وسلم أذن في أذن الحسن بن علي حین ولدتھ رأیت رسول " صلى ا ا

الة ١(رواه أبو داود).".فاطمة بالص

Artinya: Muhammad bin Basyâr menuturkan kepadaku, Yahyâ bin Sa’îddan Abdurrahmân bin Mahdî menuturkan kepadaku, merekaberkata, Sufyân mengabarkan kepadaku, dari ‘Âshim bin‘Ubaidillâh, dari Abdullâh bin Abî Râfi’ dari ayahnya (Abû Râfi’),ia berkata: “Aku melihat Rasûlullâh Sallâllâhu ‘AlaihiWasallam beradzân di telinga al-Hasan bin ‘Alî ketika Fâtimahmelahirkannya, seperti adzân untuk salât”. (HR. Abu Daud).

2) Menurut Imâm Mâlik: Bahwa adzân dan iqâmat pada saat kelahiran

bayi hukumnya makrûh.2

Menurut Sâmî Faraj al-Hâzimî hadîts-hadîts yang dijadikan sebagai dalîl

oleh mereka yang mengatakan bahwa mengumandangkan adzân pada saat

kelahiran bayi adalah daîf (lemah), maka tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.3

2. Adzân untuk Jenâzah

Bagi seseorang yang hidup di tengah masyarakat awam dan belum pernah

mendengar adzân dikumandangkan di liang lahad, mungkin hal ini aneh bagi

mereka. Namun pada kenyataannya sebagian masyarakat Islâm mengadzâni

jenâzah yang telah dimasukkan ke liang lahad. Ketika jenâzah sudah dimasukkan

ke liang lahad, kain kafan sudah dibuka, wajah mayit dihadapkan ke arah kiblat,

maka salah seorang keluarga atau yang mewakilinya segera mengadzâni dan

segera disusul dengan iqâmat.

1 Muhammad bin Abdurrahmân al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwazî, Juz. V, (Kairo: Dâr al-Fikr, 2008), h. 358.

2 Sâmî bin Faraj al-Hâzimî, Ahkâm al-Âdzan Wa al-Nidâ’ Wa al-Iqâmah, (Dammâm:Dâr Ibn al-Jauzî, 2004, Cet. Pertama), h. 358.

3 Sâmî bin Faraj al-Hâzimî, Ahkâm al-Âdzân Wa al-Nidâ’ Wa al-Iqâmah, h. 360.

Page 62: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

47

Dalam hal ini pendapat ‘ulamâ terbagi menjadi dua; ada yang mengatakan

sunnah dan ada yang tidak mensunnahkannya.

Adapun ‘ulamâ yang berpendapat sunnah, bahwa adzân pada saat

meletakkan janâzah di liang lahad dianalogikan (diqiyaskan/disamakan) dengan

kesunnahan mengumandangkan adzân dan iqâmah pada saat manusia memulai

memasuki dunia ini (dilahirkan). Sekarang (setelah meninggal dunia) ia pun

mendengar suara yang sama dan sekaligus merupakan pesan terakhir baginya,4

atas dasar itulah ketika manusia keluar dari dunia ini disunnahkan untuk diadzâni

dan diiqâmahi sebagaimana pertama kali ia memasukinya.

Semua ini berdasarkan hadîst berikut:

٥.: ال یزال المیت یسمع األذان ما لم یطین قبره. (رواه الدیلمي)د و ع س م ن اب

Artinya: “Dari jalur Ibnu Mas’ûd: Mayit masih mendengar adzân selamakuburnya belum ditutupi dengan tanah.” (HR. al-Dailami).

Abî Syujâ’ al-Dailâmî Rahimahullâh pengarang kitab Musnad al-Firdaus

berkata ketika menjelaskan Hadîts ini bahwa “Sanadnya bâtil, karena hadîs ini

termasuk riwâyat Muhammad bin al-Qâsim al-Tayâkânî, di mana dia telah dicap

sebagai pemalsu hadîs.”

Sedangkan yang tidak mensunnahkannya berpendapat bahwa, hal tersebut

dianggapnya sebagai perbuatan yang bid'ah (tidak dilakukan/dicontohkan oleh

Nabî) karena tidak ditemukannya dalîl terkait anjuran mengadzâni mayat ketika

diletakkan di liang lahad, dan dianggapnya sebagai solusi hukum yang lemah

4 Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,2006, Cet. Pertama), h. 173.

5 Abi Syujâ’ al-Dailamî, Al-Firdaus Bima’tsûr al-Khitâb, Jilid 5, (Beirut: Dâr al-Kutubal-‘Ilmiyyah, 1986, Cet. Pertama), h. 98.

Page 63: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

48

karena pengkhususan suatu perbuatan yang bernilai ‘ibâdah untuk dilakukan pada

keadaan dan waktu tertentu adalah hal yang bersifat tauqîfî (perbuatan yang

diatur langsung oleh Allâh). Itu semua berdasarkan pada dalîl berikut:

ال یسن األذان عند دخول القبر، خالفا لمن قال بنسبتھ قیاسا لخروجھ أنھ واعلم

ورددتھ فى شرح العباب، لكن إذا من الدنیا على دخولھ فیھا. قال إبن حجر:

٦وافق إنزالھ القبر أذان خفف عنھ فى السؤال.

Artinya: “Ketahuilah, adzân untuk mayit pada waktu dimasukkan keliangkubur itu tidaklah disunnahkan. Jadi, berbeda bagi orang yangmenganggap sunnah karena diqiyaskan dengan bayi yang barulahir ke dunia. Ibnu Hajar mengatakan (diulang lagi dalam kitâbSyarh al-Ubâb): jika sewaktu penguburan mayit tadi bersamaandengan adzân, mayit itu akan diringankan menjawab sejumlahpertanyaan kubur”.

Berkata Ibnu Hajar al-Haitamî (wafat tahun 974 H, termasuk ‘ulamâ

Syafi’iyyah) pernah ditanya tentang permasalahan ini maka beliau menjawab:

إلحاقا ھو بدعة ومن زعم أنھ سنة عند نزول القبر قیاسا على ندبھما في المولود

د أن ذاك في لخاتمة األمر بابتدائھ فلم یصب وأي جامع بین األمرین ومجر

٧.االبتداء وھذا في االنتھاء ال یقتضي لحوقھ بھ

Artinya: “Ini adalah bid’ah, dan barangsiapa yang menyangka bahwa inisunnah ketika selesai menguburkan, dengan mengqiyaskan adzânketika dia lahir, dan menghubungkan akhir hidupnya denganawalnya, maka dia telah terjatuh dalam kesalahan, apa yangmengumpulkan kedua perkara ini? kalau hanya karena ini di awalkehidupan dan itu di akhir kehidupan maka ini tidakmengharuskan ini disamakan dengan itu.”

6 Syekh Abû Bakar Utsman, I'ânat at-Tâlibîn, Jilid I, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1997), h. 230.

7 Ibnu Hajar al-Mâkî al-Haitamî, Al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah, Jilid 2, (Beirut: Dâral-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2008, Cet. Pertama), h. 24.

Page 64: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

49

3. Adzân Safar (Keberangkatan Haji)

Kebanyakan masyarakat melakukan adzân haji karena berdasar pada

hadîst berikut ini:

ي ن ث د ح ال ق م و ز ح م ن ا اب نث د : ح ال ق ة اس د ن اب ن ي ع ر ب ذ الر و ر ك ب ي ب أ ق ی ر ط ن م

ان ك —م ھ ن ع هللا ي ض ر ة ش ائ ا ع ن ت د ی س و ھ ھ ج و هللا م ر ك ب ال ط ي ب أ ن اب لى ع ام م اإل

ا ر ات و ت ي م ن س ن اب ال ق و . ام ق أ و ن ذ أ ر اف س م و أ اج ح ھ ن م ع د و ت ا اس ذ ملسو هيلع هللا ىلص إ هللا ل و س ر

٨.ي ق ھ ی الب و ي اف ر الق و د او د و ب أ اه و ر ي و و نع م

Artinya: “Dari Abî Bakar dan ar-Rudzbarî dari Ibnu Dasâh, ia berkata:Ibnu Mahzûm menceritakan kepadaku dari ‘Alî dan ‘Aisyah, iamengatakan: Jika seseorang mau pergi haji atau bepergian, iapamit kepada Rasûlullâh, Rasul pun mengadzâni danmengiqâmati. Hadîts ini menurut Ibnu Sunnî mutawâtir maknawî.Juga diriwayatkan oleh Abû Dâwud, al-Qarâfî, dan al-Baihaqî.”

Dan di kitâb I’ânatut Tâlibîn:

ث ی د ح د و ر و ل ر اف س الم ف ل ا خ ض ی أ ة ام ق اإل و ان ذ األ ن س ی و ي أ —ر اف س الم ف ل خ ھ ل و ق

ك ال ذ ل ح م ن أ ي غ ب ن ی و ل و ق : أ ھ ب ی ي ش ب أ ن اب و ه د نس ي م ف لى ع و ی ب أ ال ق ھ ی ف ح ی ح ص

٩.ة ی ص ع م ر ف س ن ك ی م ال م

Artinya: “Kalimat ‘menjelang bepergian bagi musâfir’ maksudnyaadalah disunnahkan adzân dan iqâmat bagi seseorang yanghendak bepergian berdasar hadîts sahîh. Abû Ya’lâ dalamMusnadnya dan Ibnu Abî Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempatadzân yang dimaksud itu dikerjakan selama bepergian asal tidakbertujuan maksiat.”

8 Ibnu Hibbân, Sunan ibnu Hibbân, Juz II, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1996), h. 36.

9 Syekh Abu Bakar Utsman, I'ânat at-Tâlibîn, Juz I, h. 230.

Page 65: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

50

4. Adzân ketika Mengalami Musîbah

Salah satu musîbah yang dianjurkan untuk adzân adalah ketika terkena

musîbah kebakaran, sebagaimana disebutkan oleh seorang ‘ulamâ yang bernama

Ibnu Hajar al-Haitâmî Rahimahullâh dalam kitâbnya “Tuhfat al-Minhâj fî Syarh

al-Minhâj”, beliau berkata:

الة كما في آذان المولود، والمھموم، والمصروع، قد یسن األذان لغیر الص

وعند والغضبان، ومن ساء خلقھ من إنسان أو بھیمة، وعند مزدحم الجیش،

ل خروجھ للدنیا لكن رددتھ الحریق ، قیل: وعند إنزال المیت لقبره قیاسا على أو

د الجن لخبر صحیح فیھ، وھو في شرح العباب، وعن ل الغیالن أي تمر د تغو

قامة خلف المسافر .١٠واإل

Artinya: ”Dan disunnatkan juga adzân untuk selain keperluan memanggilsalât, sebagaimana beradzân pada telinga anak yang baru lahir,pada telinga orang yang sedang berduka cita, orang yang ayan(sakit sawan) atau kesurupan, orang yang sedang marah, orangyang jahat akhlaknya, dan binatang yang liar atau buas, ketikaperajurit bertempur, ketika terjadi kebakaran, ada yangmengatakan: Ketika menurunkan mayat ke dalam kuburnyadengan mengiaskan adzân saat baru keluar ke dunia, dan akutelah membantahnya dalam “Syarh al-‘Ubâb”. Dan ketika jin-jinmemperlihatkan rupanya yaknî bergolaknya kejahatan jin karenaada hadîts sahîh tentangnya, dan adzân serta iqâmat di balakangorang yang musâfir.”

5. Adzân Saat Perang Sedang Berkecamuk

Waktu lain yang juga disunnahkan untuk adzân adalah saat perang sedang

berkecamuk. Faedahnya adalah untuk meredakan perang dan mendapat

pertolongan dari Allâh Subhânahû Wata’âlâ. Adzan juga termasuk dalam

10 Imâm Ibnu Hajar al-Haitâmî, Tuhfatul Minhâj fî Syarh al-Minhâj, Jilid. I, (Kairo:Maktabah at-Tijâriyah al-Kubrâ, 1938), h. 461.

Page 66: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

51

keadaan dimana do’a seseorang tidak ditolak oleh Allâh Subhânahû Wata’âlâ,

maksudnya saat adzân adalah termasuk waktu yang mustajab bagi seseorang

untuk berdo’a dan meminta pertolongan dari Allâh Subhânahû Wata’âlâ,

berdasarkan Hadîts yang diriwayatkan oleh Imâm Mâlik dalam al-Muwata’

halaman 80-81 Hadîts no. 158 disebutkan bahwa:

و حدثني عن مالك عن أبي حازم بن دینار عن سھل بن سعد الساعدي أنھ قال

أبواب السماء وقل داع ترد علیھ دعوتھ حضرة النداء للصالة ساعتان یفتح لھما

١١(رواه المالك)..والصف في سبیل ا

Artinya: “Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Hazm binDinar dari Sahal bin Sa'ad As Sa'idi dia berkata, "Ada dua waktuyang di dalamnya dibukakan pintu-pintu langit, dan sedikit orangyang tertolak doanya; saat adzan dan saat berperang di jalanAllah”. (HR. Malik)

Dipertegas oleh al-Qurtubî dalam tafsirnya jilid 8, menjelaskan tentang

surat al-Anfâl ayat 47-48, bahwa saat perang sedang terjadi syaitân mengadu

domba manusia untuk saling berperang, maka pada saat inilah disunnahkan untuk

mengumandangkan adzân dengan maksud meredakan perang dan mendapat

pertolongan dari Allâh Subhânahû Wata’âlâ. Firman Allâh Subhânahû Wata’âlâ

dalam surat al-Anfâl, yaitu:

وال تكونوا كالذین خرجوا من دیارھم بطرا ورئاء الناس ویصدون عن سبیل ا

بما یعملون محیط وإذ زین لھم الشیطان أعمالھم وقال ال غالب لكم الیوم -وا

ا تراءت الفئتان نكص على عقبیھ وقال إني بريء من الناس وإني جار لكم فلم

11 Malik bin Anas, al-Muwata’, (Damaskus: al-Risâlah al-Nâsirûn, 2013, Cet. Pertama),h. 80-81.

Page 67: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

52

شدید العقاب منكم إني أرى ما ال ترون إني أخاف وا -٤٧(سورة األنفال: .ا

٤٨.(

Artinya: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluardari kampungnya (untuk berperang) dengan rasa angkuh dandengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang)dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang merekakerjakan. Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baikpekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorangmanusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dansesungguhnya saya Ini adalah pelindungmu". Maka tatkala keduapasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitanitu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya sayaberlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihatapa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya sayatakut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. al-Anfal: 47-48).

B. Adzân Untuk Mengiringi Perayaan Hari Natal

Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran

tentang hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan

dan pelestarian kesakralaran. Disamping itu, ritual merupakan tindakan yang

memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci; dan memperkuat

solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental.12

Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan

dilatarbelakangi oleh kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral

menimbulkan ritual. Oleh karena itu, ritual didefinisikan sebagai perilaku yang

diatur secara ketat, dilakukan sesuai dengan ketentuan, yang berbeda dengan

perilaku sehari-hari, baik cara melakukannya maupun maknanya. Apabila

dilakukan sesuai dengan ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan

12 Djamari, Agama dalam Perspektif Sosiologi, (Bandung: Alfabeta, 1993), h. 35.

Page 68: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

53

keberkahan, karena percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral. Sedangkan

perilaku profan dilakukan secara bebas.13

Dalam analisis Djamari, ritual ditinjau dari dua segi: tujuan (makna) dan

cara. Dari segi tujuan, ada ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan; ada

ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan

keselamatan dan rahmat, dan ada yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan

yang dilakukan.

Adapun dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi dua: individual dan

kolektif. Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan ada yang dilakukan

dengan mengisolasi diri dari keramaian, seperti meditasi, bertapa, dan yoga. Ada

pula ritual yang dilakukan secara kolektif (umum), seperti khotbah, salât

berjamaah, dan haji.14

Sebagaimana penulis telah kemukakan pada bab terdahulu, bahwa pada

tanggal 28 Desember 2015 telah diselenggarakan Perayaan Natal Nasional di

Kota Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), Perayaan Natal ini berlangsung di

pelataran Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur yang dihadiri oleh

10.000 umat Kristiani dan lintas agama, dimana lagu Eve Maria karya Schubert

dinyanyikan oleh Reny Gadja dari Gereja Musâfir Indonesia dan adzân yang

dikumandangkan oleh Umarba Imâm Masjid Oepura dibawakan secara

beriringan hingga terdengar indah. Perayaan Natal Nasional yang diadakan di

kota kupang tersebut mengangkat tema “Hidup Bersama Sebagai Keluarga

13 Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet. XIV, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 126.

14 Djamari, Agama dalam Perspektif Sosiologi, h. 36.

Page 69: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

54

Allah”, yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Gubernur NTT Frans Lebu

Raya, para menteri Kabinet Kerja, hingga para duta besar negara sahâbat.15

Kolaborasi kedua agama ini dihadirkan untuk menunjukkan toleransi

antar umat beragama yang ada di NTT.16

M. Quraish Sihâb dalam bukunya M. Quraish Sihâb Menjawab 1001 Soal

Keislâman Yang Patut Anda Ketahui, menjelaskan bahwa Agama Islâm tidak

melarang umatnya untuk berbuat baik dan berlaku ‘âdill dengan pemeluk agama

lain. Jadi, segala macam perbuatan baik seperti menghadiri pesta perkawinan,

dalam urusan jual beli, meminjamkan barang dan bahkan memberi pun semuanya

tidak dilarang selama tidak termasuk acara ritual.17

Begitu juga dengan Syaikh Muhammad Yûsuf Qardâwi dalam bukunya

Halâl dan Harâm dalam Islâm mengatakan, bahwa Allâh Subhânahû Wata’âlâ

tidak melarang orang-orang mukmin untuk mengadakan hubungan yang baik

dengan orang-orang yang berlainan agama, bahkan dengan orang-orang yang

memerangi dan mengganggunya sekalipun.18 Berdasarkan firman Allâh

Subhânahû Wata’âlâ:

عن الذین لم یقاتلوكم وھم ال ینھاكم ا ین ولم یخرجوكم من دیاركم أن تبر في الد

یحب المقسطین عن الذین قاتلوكم في - وتقسطوا إلیھم إن ا إنما ینھاكم ا

15 Ihsanuddin, Ketika Adzân dan Ave Maria Berpadu, Artikel diakses pada 5/5/2016 darihttp://nasional.kompas.com/read/2015/12/28/06291661/Ketika.Adzân.dan.Ave.Maria.Berpadu.

16 Ihsanuddin, Ketika Adzân dan Ave Maria Berpadu,

17 M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang PatutAnda Ketahui, Cet. XII, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), h. 335.

18 Syekh Muhammad Yûsuf Qardâwî, Halâl & Harâm dalam Islâm, Terjemahan: H.Mu’ammal hamidî, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), h. 272.

Page 70: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

55

ین وأخرجوكم من دیاركم وظاھروا على إخ راجكم أن تولوھم ومن یتولھم الد

١٩.)٩- ٨. (سورة الممتحنة: فأولئك ھم الظالمون

Artinya: “Allâh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adilterhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agamadan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. SesungguhnyaAllâh menyukai orang-orang yang berlaku adil. SesunggunyaAllâh hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamudari negerimu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagaikawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Mumtahinah: 8-9).20

Seluruh ummat Islâm dari dahulu sampai sekarang sudah sepakat, bahwa

apa yang bermanfaat buat mereka (Ahl adz-Dzimmah) bermanfaat juga bagi umat

Islâm dan apa yang membahayakan mereka, berbahaya juga bagi umat Islam.

Kecuali masalah keyakinan dan urusan agama, maka Islâm berlepas diri dari

mereka berikut cara-cara persembahannya.21

Sedangkan Syaikh Muhammad bin Sâlih al-Utsaimîn dalam bukunya

Halâl dan Harâm dalam Islâm menegaskan, bahwa batalnya adzân jika bersamaan

dengan perbuatan yang harâm. Hal itu karena perbuatan yang harâm

membatalkan ‘ibâdah.22

Dengan demikian jika kumandang adzân dihadirkan dalam acara ritual

agama lain dengan tujuan untuk meramaikan atau untuk menjukkan toleransi

19 Dâr al-Furqân, Mushaf al-Qur’ân, Tahqîq: Muhammad ‘Umar Asâsâh, (Beirut, 2008,Cet. Pertama), h. 550.

20 Mujamma’ al-Malîk Fahd Li Thiba’at al-Mushaf asy-Syarîf, al-Qur’ân danTerjemahannya, (Madînah al-Munâwaroh, Proyek Pengadaan Kitâb Suci al-Qur’ân, 1990), h.924.

21 Syekh Muhammad Yûsuf Qardâwî, Halâl & Harâm dalam Islâm, h. 274.

22 Muhammad bin Sâlih al-Utsaimîn, Halâl & Harâm dalam Islâm, Terjemahan: ImâmFauzî, (Jakarta: Ummul Qurâ, 2014, Cet. Pertama), h. 226.

Page 71: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

56

antar umat beragama, maka hal tersebut adalah bagian dari sinkretisme dalam

agama.23 Sinkretisme berarti paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan dari

beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan,

dan sebagainya.24 Karena pada dasarnya fungsi adzân adalah sebagai

pemberitahuan akan masuknya waktu salât dengan lafaz-lafaz yang khusus,

bukan untuk keperluan yang lain.25

Berkaitan dengan hal itu, maka segala ‘amal perbuatan kembali pada

maksud dan tujuan dari perkara tersebut, apabila yang menjadi tujuan atau

maksud dari suatu perkara adalah hal yang harâm, meskipun tampaknya baik,

maka perkara tersebut harâm. Sebaliknya, apabila yang menjadi tujuan atau

maksud dari suatu perkara adalah baik, meskipun kelihatannya biasa-biasa saja,

maka hukum perkara tersebut adalah halâl.26 Dalam kâidah usûl al-fiqh ada

beberapa kâidah yang berkaitan dengan hal ini, yaitu:

Kâidah Pertama:

٢٧األمور بمقاصدھا.

Artinya: “Hukum semua perkara itu sesuai dengan tujuan atau niatnya”.

23 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), h.1111-1112.

24 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KAMUS BAHASA INDONESIA,(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1357.

25 Sayyid Sâbiq, Fiqh al-Sunnnah, (Kairo: al-Fâth Lil I'lam al-'Arabî, 2008), h. 76.

26 Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh, Cet. II, (Ciputat:Adelina Bersaudara, 2008), h. 11.

27 Nashr Farid Muhammad Washil dan ‘Abdul Azîz Muhammad Azzâm, QowaidFiqhiyyah, Terjemahan: Wahyu Setiawan, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 6.

Page 72: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

57

Kâidah Kedua:

٢٨إذا اجتمع الحالل والحرام غلب الحرام.

Artinya: “Bila berbaur yang haram dengan yang halal, maka yang harammengalahkan yang halal”.

Kâidah Ketiga:

التوقیف.وعدماإلباحةالمعامالتفيواألصل،التوقیفالعباداتفياألصل

Artinya: “Hukum Asal dalam ‘Ibâdah adalah tauqîf (diam sampai datangdalîl). Adapun Asal dari mu’âmalah (kemasyarakatan/dagang dansebagainya) adalah boleh dan tidak Tauqîf”.

Kata Tauqîfî menurut etimologi (bahasa), memiliki arti mengenai.

Adapun “tauqîfî” yang dimaksudkan dalam pembahasan usûl al-fiqh adalah

dinuqil dari syar’i (Allâh), artinya tidak boleh seseorangpun membuat buat.

Contoh-contoh Tauqifi:

1. Tauqîfî dalam waktu pelaksanaan ‘ibâdah

Waktu pelaksanaan ‘ibâdah adalah tauqîfî. Maka tidak boleh seseorang itu

membuat buat ‘ibâdah di waktu tertentu yang syari’ tidak memerintahkannya.

Misalnya waktu-waktu pada salât yang lima waktu.

2. Tauqifi dalam macamnya ‘ibâdah

Begitu juga ‘ibâdah juga harus disyaratkan sesuai dengan syari’at, artinya

termasuk dari jenis ‘ibâdah yang disyariatkan. Maka tidak sah bagi orang yang

menyembah sesuatu yang tidak disyariatkan, seperti menyembah matahari atau

memendam jasadnya sebagian sembari berkata: “saya ingin melatih badanku”.

28 Amir Syarifuddin, Ushûl Fiqh, Jilid. II, Cet. VI, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 430.

Page 73: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

58

3. Begitu juga tauqifi dalam tempat ‘ibâdah.

Maka ini juga harus masyrû’. maka tidak boleh beribadah tidak pada

tempat yang sudah disyari’atkan. Seperti jika seseorang wukûf di muzdalifah,

maka ini bukan haji. Atau wuquf di Mina, atau bermalam (muzdalifah) di

‘Arafah, dan sebaliknya, maka ini semua bukanlah sesuatu yang masyru’. kita

wâjib melaksanakan ‘ibâdah sesuai tempat yang sudah disyari’atkan oleh syari’

Dalam Hadits yang diriwatkan oleh Imâm Bukhârî dalam sahihnya no. 52

dan 1946, Imâm Muslim dalam sahihnya no. 1599, Imâm at-Tirmidzî dalam

sunannya no. 1221, Imâm Ibnu Mâjah dalam sunannya no. 3984, Imâm Abû

Dâud dalam sunannya no. 3329, Imâm ad-Dârimî dalam sunannya no. 2531, dan

Imâm al-Baihaqî dalam sunan al-Kubra no. 10180,29 juga telah menjelaskan

bahwa segala sesuatu yang halâl itu sudah jelas, begitupun juga dengan perkara

yang harâm, maka keduanya tidak bisa dicampur adukan. Rasûlullâh Sallâllahu

‘Alaihi Wasallam bersabda:

صلى عنھما، قال: سمعت رسول ا النعمان بن بشیر رضي ا عن أبي عبد ا

علیھ وسلم یقول: إن الحالل بین، وإن الحرام بین، وبینھما مشتبھات ال ا

كثیر من الناس، فمن اتقى الشبھات، استبرأ لدینھ وعرضھ، ومن وقع في یعلمھن

اعي یرعى حول الحمى یوشك أن یرتع فیھ، أال الشبھات وقع في الحرام، كالر

محارمھ، أال وإن في الجسد مضغة، إذا وإن لكل ملك حمى، أال وإن حمى ا

29 FORUM DAKWAH & TARBIYAH ISLAMIYAH, “Syarah Hadits Keenam: Halal, Haram,danSubhat, Artikel diakses pada 3 September 2016 dari https://tarbawiyah.com/2015/07/31/syarah-hadits-keenam-halal-haram-dan-syubhat/.

Page 74: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

59

. (رواه صلحت صلح الجسد كلھ، وإذا فسدت فسد الجسد كلھ، أال وھي القلب

٣٠البخاري و مسلم).

Artinya: Dari Abû Abdillâh an–Nu’mân bin Basyir Radiallâhu ‘anhubeliau berkata, aku mendengar Rasûlullâh Sallâllâhu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya yang halâl itu jelas, dan yangharâm itu jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara-perkarasyubhat (samar, belum jelas) yang tidak diketahui olehkebanyakan orang. Maka barangsiapa yang menjaga (dirinya)dari syubhat, ia telah berlepas diri (demi keselamatan) agama dankehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalamsyubhat, ia pun terjerumus ke dalam (hal-hal yang) harâm.Bagaikan seorang penggembala yang menggembalakan hewanternaknya di sekitar kawasan terlarang, maka hampir-hampir(dikhawatirkan) akan memasukinya. Ketahuilah, sesungguhnyasetiap penguasa (raja) memiliki kawasan terlarang. Ketahuilah,sesungguhnya kawasan terlarang Allâh adalah hal-hal yangdiharâmkan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuhterdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebutbaik, baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila segumpal dagingtersebut buruk, buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpaldaging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).31

Rasûlullâh Sallâllahu ‘Alaihi Wasallam telah menekankan dari jauh-jauh

hari semasa ia hidup agar kaum muslimîn tetap berpegang taguh pada sya’riat

Islâm sesuai dengan al-Qur’ân dan al-Sunnah. Rasûlullâh Sallâllahu ‘Alaihi

Wasallam bersabda:

ن ب د ی ز ن ع ن م الی ن م ي ان ع ن الص ر م ع و ب ا أ نث د ح ال , ق ز ی ز الع د ب ع ن ب د م ح ا أ نث د ح

م ل س و ھ ی ل ع ي هللا ل ص ي ب الن ن ع ي ر د الخ د ی ع س ي ب أ ن ع ار س ی ن ب ء اط ع ن ع م ل س أ

بعن سنن الذین من قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حتى لو دخلوا فى : ((ال ق لتت

30 Yahya bin Syarifuddîn an-Nawawî, Syarah Matan al-Arba’în an-Nawawî Fî al-Ahâdîtsi al-Sahîhah al-Nubuwah, Cet. IV, (Damaskus: Maktabah Dâr al-Fatih, 1984), h. 32.

31 Ibnu Hajar al-Asqalânî, Fathul Bârî, Jilid. I, Terjemahan: Gazîrah Abdi Ummah,(Jakarta: Pustaka Azzâm, 2002, Cet. Pertama), h. 232.

Page 75: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

60

:قلنا)).جحر ضب التبعتموھم ؟)). فمن ((قال: ؟آلیھود والنصارى,یا رسول ا

٣٢(رواه البخاري).

Artinya: “Telah diceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdul ‘Azîz,berkata: telah diceritakan kepada kami Abû ‘Umar al-Son’anîdari yaman, dari Zayid bin Aslama, dari ‘Ato bin Yasâr, dari AbiSa’îd al-Khudarî, dari Nabî Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam,Bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orangsebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehastasampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubangdob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akanmengikutinya.” Kami (para sahâbat) berkata, “Wahai Rasûlullâh,apakah yang diikuti itu adalah Yahudî dan Nashranî?” Beliaumenjawab, “Lantas siapa lagi?”. (HR. Bukhari no. 7320).

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa kumandang adzân yang

dilantunkan oleh Ust. Umarba Imâm Masjid Oepura, yang beriringan dengan lagu

Eve Maria yang dilantunkan oleh Reny Gadjah dari Gereja Musâfir Indonesia

dalam acara Perayaan Natal Nasional di Pelantaran Rumah Jabatan Gubernur

NTT (Kota Kupang) pada tanggal 28 Desember 2015 adalah tergolong dalam

praktik sinkretisme (mencampuradukan ritual keagamaan), yang sangat

memprihatinkan.33

Islam sangat menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama, hal

tersebut terbatas dalam perkara mu’âmalah (hubungan masyarat) saja seperti

bergaul dengan akrab, bertetangga, saling tolong-menolong, bersikap adil dan

jujur kepada pemeluk agama lain, namun tidak ada toleransi dalam perkara

32 Imâm Ibnu Hajar al-Atsqalânî, Fathul Bârî Syarah Sahih al-Bukhâri, Juz. 13, (Riyâd:Maktabah al-Malik, 2001, Cet. Pertama), h. 312-313.

33 Martahan Lumban Gaol, “MUI Minta Toleransi Beragama Tak Dirusak UpayaSinkretisme”, Artikel diakses pada 3 September 2016 dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mui-minta-toleransi-beragama-tak-dirusak-upaya-sinkretisme.

Page 76: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

61

aqîdah dan ‘ibâdah dengan mencampuradukan ajaran atau ritual peribadatan

antara satu agama dengan agama yang lain.34

Dalam al-Qur’ân sendiri telah dijelaskan secara tegas bahwa dalam urusan

‘aqîdah tidak ada kata toleransi. Sebagaimana firman Allâh Subhânahû Wata’âlâ

dalam Surah al-Kâfirûn ayat 1-6, yang berbunyi:

) وال ٣) وال أنتم عابدون ما أعبد (٢) ال أعبد ما تعبدون (١قل یا أیھا الكافرون (

. )٦) لكم دینكم ولي دین (٥) وال أنتم عابدون ما أعبد (٤ا عبدتم (أنا عابد م

)٦- ١(سورة الكافرون:

Artinya: “(1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir (2). Aku tidak akanmenyembah apa yang kamu sembah (3). Dan kamu bukanpenyembah Tuhan yang aku sembah (4). Dan aku tidak pernahmenjadi penyembah apa yang kamu sembah (5). Dan kamu tidakpernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (6).Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Surah al-Kâfirûn: 1-6).

Ibnu Abî Hâtim meriwayatkan dari Saîd bin Minâ yang berkata, “Suatu

hari, Walîd ibnul Mughîrah, al-As bin Wa’îl, al-Aswad Ibnul Mutalib, dan

Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasûlullâh Sallâllahu ‘Alaihi Wasallam.

Mereka lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, mari menyembah Tuhan yang kami

sembah dan sebagai balasannya kami juga akan menyembah Tuhan yang engkau

sembah. Selanjutnya, kami juga akan mengikutsertakan engkau dalam seluruh

urusan kami.’ Allâh Subhânahû Wata’âlâ lalu menurunkan ayat ini.”35

34 Hamka, Tafsîr al-Azhâr, Juz. XXVIII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), h. 105-107.

35 Jalaluddin al-Suyuti, Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, Terjemahan: Abdul Hayyie,(Jakarta: Gema Insani, 2008, Cet. Pertama), h. 646.

Page 77: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

62

C. Pendapat Para ‘Ulamâ Tentang Hukum Adzân Saat Mengiringi

Perayaan Hari Natal

Tuhan telah menciptakan seluruh makhluknya dengan berbeda-beda

sesuai dengan kehendaknya. Berbeda-beda itu, termasuk dalam berfikir dan

berpendapat, warna kulit, kebiasaan, suku dan lainnya sehingga menjadikan

hidup manusia lebih dinamis dan penuh warna. Perbedaan-perbedaan jika

disikapi dengan positif maka akan mendatangkan kebaikan dan jika sebaliknya

maka pertengkaran dan permusuhan akan terjadi. Oleh karena itu sikap interaksi

secara positif harus ditekankan dalam menjalin hubungan dengan orang yang

memiliki perbedaan. Salah satu sikap positif adalah toleransi terhadap perbedaan-

perbedaan yang ada. Sikap toleransi ini yang menjembatani perbedaan-perbedaan

yang ada agar hidup menjadi mudah dan bermakna, bukan pemicu perselisihan.36

Dalam hal ini penulis mengungkapkan beberapa pendapat para ulama dalam

menyikapi permasalahan yang penulis angkat, yaitu:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA

Guru Besar Fakultas Syarî’ah dan Hukum Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido

Yanggo, MA, menyatakan bahwa dikumandangkannya adzân saat Perayaan Natal

itu merupakan campuraduk ritual peribadatan. Jika ummat kristiani menggunakan

nyanyian dalam beribadah dan memuja Tuhan mereka, kita umat Islâm

36 Sahibin Naim, Toleransi Dalam Pergaulan Antara Umat Beragama, (Jakarta: GunungAgung, 1983), h. 60.

Page 78: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

63

diibaratkan dengan membaca al-Qur’ân. Maka hal tersebut jelas-jelas haram

hukumnya dalam agama Islâm.37

Toleransi itu terbatas pada masalah mu’amalah saja, sedangkan

dalam masalah ‘aqîdah dan ‘ibâdah itu tidak ada toleransi. Allâh Subhânahû

Wata’âlâ berfirman dalam surat al-Mumtahinah:

وھ ین ولم یخرجوكم من دیاركم أن تبر عن الذین لم یقاتلوكم في الد م ال ینھاكم ا

یحب المقسطین عن الذین قاتلوكم في - وتقسطوا إلیھم إن ا إنما ینھاكم ا

ین وأخرجوكم من دیاركم وظاھروا على إخراجكم أن تولوھم ومن یتولھم الد

.)٩- ٨. (سورة الممتحنة: فأولئك ھم الظالمون

Artinya: “Allâh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adilterhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agamadan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. SesungguhnyaAllâh menyukai orang-orang yang berlaku adil. SesunggunyaAllâh hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamudari negerimu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagaikawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Mumtahinah: 8-9)

Sedangkan campuraduk ritual seperti itu sudah disinggung juga dalam al-

Qur’ân, terdapat dalam surat al-Baqarah:

.)٤٢وال تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون (سورة البقرة:

Artinya: “Dan janganlah kamu mencampur adukkan yang benar denganyang salah, dan kamu sembunyikan yang benar itu pula, padahalkamu semua mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 42).

37 Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. Ciputat, 10September 2016.

Page 79: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

64

Begitu juga dalam pakaian Santa Claus, yang sering kita jumpai di pusat-

pusat perbelanjaan, memakai itupun hukumnya harâm. Mengucapkan selamat

Natal itupun juga tidak boleh. Karena dikhawatirkan akan mempengaruhi ‘aqîdah

kita. Perayaan Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai kelahiran

Tuhan Yesus masih menjadi ikhtilâf (perbedaan pendapat) di kalangan umat

Kristiani. Ada yang mengatakan Yesus itu lahir pada tanggal 25 Desember,

namun ada juga yang mengatakan bahwa Yesus tidak lahir pad tanggal 25

Desember.

2. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA

Imâm Masjid Istiqlâl Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Ya’qub, MA,

menyatakan bahwa dikumandangkannya adzân mengiringi lagu rohani Kristen

saat peringatan Natal Bersama Nasional di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

(NTT) merupakan campuraduk antara perkara yang haq (benar) dan bâtil (salah)

dalam agama.

Menurutnya tak ada toleransi dalam hal ‘aqîdah dan ‘ibâdah. “Itu sudah

jelas-jelas mencampur adukkan antara yang hak dan yang batil,” kata KH Ali

Mustofa Ya’qub kepada Kiblat.net, Rabu (30/12/2015).

Imâm Besar Masjid Istiqlâl itu dengan tegas juga menolak jika hal itu

dianggap sebagai bagian dari toleransi. Menurutnya, toleransi tidak boleh

dilakukan dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah ‘aqîdah dan ‘ibâdah.

“Toleransi itu di luar ‘aqîdah dan ‘ibâdah,” tegasnya.38

38 Furqon Amrullah, “Imam Masjid Istiqlal Kecam Kumandang Azan Iringi Lagu KristenSaat Natal Bersama”, Artikel diakses pada 5 Mei 2016 dari http://m.kiblat.net/2015/12/30/imam-masjid-istiqlal-kecam-kumandang-azan-iringi-lagu-kristen-saat-natal-bersama/.

Page 80: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

65

Dalam al-Qur’ân secara tegas telah menerangkan larangan untuk

mencampur adukan antara yang haq dan yang bâtil, sebagaimana firman Allâh

Subhânahû Wata’âlâ, yang berbunyi:

.)٤٢وال تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون (سورة البقرة:

Artinya: “Dan janganlah kamu mencampur adukkan yang benar denganyang salah, dan kamu sembunyikan yang benar itu pula, padahalkamu semua mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 42).

Senada dengan KH. Ali Mustafa Ya’qub, Dr. KH. Tengku Zulkarnain,

MA Wakil Sekjen MUI Pusat, menegaskan bahwa al-Qur’an telah

menjelaskan toleransi sejak 14 abad yang lalu. Orang Islâm itu tidak boleh

mengikuti ajaran agama lain, termasuk acara Natal Bersama. Begitu juga orang

Kristen tidak diperbolehkan ikut salât Jum’at.

“Tidak mengikuti ajaran agama lain, orang Islâm tidak boleh mengikuti

natal. Itu namanya munâfiq, tidak percaya dengan agamanya. Orang Kristen juga

begitu, tidak boleh mengikuti salât Jum’at. Itu juga tidak percaya dengan ajaran

mereka,” Ia juga mengatakan bahwa toleransi juga bukan berarti saling masuk ke

rumah ‘ibâdah agama lain untuk ikut ber’ibâdah. “Itu bukan toleransi

namanya.”39

3. Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Prof. Dr. KH.

Hasanuddin AF, MA, menyatakan bahwa kumandang adzân yang dihadirkan

dalam acara Perayaan Natal tersebut merupakan toleransi yang kebablasan dan

39 Taufik Ishaq, “KH Tengku Zulkarnain: Saling Masuk Rumah Agama Lain untukBeribadah Itu Bukan Toleransi”, Artikel diakses pada 05 Mei 2016 darihttp://m.kiblat.net/2016/01/02/kh-tengku-zulkarnain-saling-masuk-rumah-agama-lain-untuk-beribadah-itu-bukan-toleransi/.

Page 81: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

66

tidak memperhatikan ketentuan dalam ajaran agama. Sehingga adzân pun pada

saat seperti ini menjadi tidak berfunsi dan tidak bermanfaat. Toleransi itu terbatas

pada perkara mu’âmalah, sedangkan dalam perkara ‘ibâdah, “Lakum Dînukum

Waliyadîn.”40

Toleransi beragama itu adalah hubungan yang harmoni dalam kehidupan

sehari-hari antar umat beragama yang tidak masuk dalam ruang lingkup ‘ibâdah

dan ‘aqîdah. Fatwa MUI sendiri secara tegas telah menjelaskan keharaman untuk

ikut serta atau mengahadiri upacara Perayaan Natal.41 Apalagi mengahdirkan

adzân dalam acara Natal, itu sudah jelas-jelas keharamannya.

4. Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H.

M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag, menjelaskan bahwa toleransi antar umat beragama

harus benar-benar diperhatikan. Karena toleransi beragama terbatas pada perkara

mu’âmalah saja, sedangkan dalam perkara ‘ibâdah tidak ada kata toleransi. Umat

Islâm boleh saja menghadiri undangan pesta dari non-muslim selama bukan ritual

keagamaan, terutama sebagai Pejabat Negara, yang memang sangat diharapkan

kehadirannya, maka itu tergolong dalam sikap toleransi antar umat beragama dan

merupakan hal yang wajar.

Kumandang adzân, jika dihadirkan dalam Perayaan Natal serta berpadu

dengan lagu kerohanian Gereja dalam rangka meramaikan acara tersebut, maka

hukumnya harâm. Berbeda halnya jika saat kumandang adzân dilantunkan di

40 Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA. Jakarta, 24 Agustus2016.

41 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Bidang Sosial Dan Budaya, (Jakarta:Emir Cakrawala Islam, 2015), h. 284.

Page 82: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

67

Masjid, Musollah atau di Rumah dan lain sebagainya dengan tujuan untuk

memberitahukan masuknya waktu salat, sedang saat itu ada acara perayaan Natal,

maka itu adalah sesuatu yang wajar. Berdasarkan firman Allâh Subhânahû

Wata’âlâ dalam surah al-Kafirun ayat 1-6, semuanya sudah dijelaskan dengan

tegas larangan untuk mencampuradukan ritual peribadatan dan keyakinan.42

42 Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag. Ciputat, 26 Agustus2016.

Page 83: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan mengenai Kumandang Adzân

Saat Ritual Agama Lain Dalam Pandangan Hukum Islâm, penulis menyimpulkan

beberapa point penting yang menjadi inti dari pembahasan skripsi ini.

1. Kumandang adzân yang dihadirkan dalam Perayaan Natal beriringan

dengan lagu kerohanian Gereja dengan maksud menunjukan toleransi

antar umat beragama, hal tersebut adalah bagian dari sinkretisme dalam

ajaran agama. Karena pada dasarnya fungsi adzân adalah sebagai

pemberitahuan akan masuknya waktu salât wâjib yang lima waktu, bukan

untuk keperluan yang lain. Islâm sangat menjunjung tinggi sikap toleransi

antar umat beragama, hal tersebut terbatas dalam perkara mu’âmalah saja

seperti bergaul dengan akrab, bertetangga, saling tolong-menolong dan

jujur kepada pemeluk agama lain, namun tidak ada toleransi dalam

perkara ‘aqîdah dan ‘ibâdah dengan mencampuradukan ritual peribadatan

antara dengan agama yang lain. Jadi jika adzân dihadirkan dalam

Perayaan Natal dan beriringan dengan lagu kerohanian Gereja dengan

tujuan untuk menyatukan umat, itu hukumnya harâm.

2. Dari beberapa revisi dan hasil wawancara yang didapati penulis, penulis

menyimpulkan bahwa para ‘ulamâ sepakat tentang ketidakbolehan

mencampuradukan ritual peribadan dalam agama Islâm. Permasalahan

Page 84: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

69

adzân yang dihadirkan dalam acara peryaan Natal adalah perkara yang

harâm, karena masing-masing agama mempunyi ritual keagamaan

masing-masing. Batasan toleransi telah dijelaskan dalam surat al-Kâfirûn

ayat 1-6 dan surat al-Baqarah ayat 42, sedangkan masalah mu’âmalah

dijelaskan dalam surat al-Mumtahinah ayat 8-9. Para ‘ulamâ’

berpendapat: (1) Nyanyian yang dilantunkan dalam ritual keagamaan

umat Kristiani dalam Islâm sama dengan membaca al-Qur’ân, maka

keduanya tidak dapat digabungkan. (2) Kumandang adzân dan lagu Eve

Maria yang berpadu dalam acara Perayaan Natal merupakan campuraduk

antara yang haq dan yang batil dan tidak memperhatikan ketentuan

agama.

B. Saran-saran

Saran-saran yang perlu disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini,

yaitu:

1. Mengenai permasalahan yang acap kali timbul dan menjadi perhatian

umat Islâm di seluruh Nusantara maupun dunia, kita sebagai umat Islâm

harus berhati-hati dalam setiap tindakan baik dari segi perbuatan maupun

dalam segi perkataan. Apalagi dalam masalah ‘ibâdah itu sangat berhati-

hati. Karena ‘ibâdah merupakan ketundukan kita kepada Tuhan dan

kepercayaan kita kepada Allah. Jika kita hanya mengikuti orang-orang

yang di sekeliling kita dan kita tidak tahu hukumnya maka kita akan

semakin jauh dari Allah. Islâm memang mengajarkan bahwa kita harus

bertoleran kepada setiap agama akan tetapi toleran yang termasuk hak

Page 85: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

70

kemanusiaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ‘aqîdah dan

‘ibâdah.

2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian,

diharapkan penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih lanjut

mengenai makna adzân di dalam hukum Islâm dan dikumandangkan saat

ritual agama lain terkhusus dalam perayaan Natal dengan menggunakan

alat analisis dan metode yang berbeda.

Page 86: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Pustaka

Al-Qur’ân al-Karîm dan Terjemahannya.

Abbas, Sudirman. Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh, Cet. II. Ciputat:Adelina Bersaudara, 2008.

Al-Albânî, Muhammad Nâsiruddin. Ahkâm al-Âdzân Wa al-Iqâmah, Cet. I.Kwait: Gharâs, 2002.

____________, Silsilah Ahâdits as-Sahîhah, Juz II, Cet. I. Riyâd: MaktabahMaârifah, 1995.

Al-Atsqalânî, Ibnu Hajar. Bulûgh al-Marâm, Cet. VII. Penerjemah ‘Abdul RosyâdSiddîq. Jakarta: Akbar Media, 2012.

____________, Fathul Bârî, Juz I, Cet. I, Penerjemah Gazîrah Abdi Ummah.Jakarta: Pustaka Azzâm, 2002.

____________, Fathul Bârî Syarah Sahih al-Bukhâri, Juz. 13, Cet. I. Riyâd:Maktabah al-Malik, 2001.

Al-Bugha, Mustafa Dîb. Ringkasan Fiqih Mazhab Syâfi’î, Cet. I. PenerjemahToto Edidarmo. Jakarta: Noura Books, 2012.

Al-Dailamî, Abî Syujâ’. Al-Firdaus Bima’tsûr al-Khitâb, Juz V, Cet. I. Beirut:Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986.

Al-Ghazali, Muhammad. Menjawab 100 Soal Keislaman, Cet. III. PenerjemahAbdullah Abbas. Ciputat: Lentera Hati, 2012.

Al-Haitâmî, Ibnu Hajar. Tuhfatul Minhâj fî Syarh al-Minhâj. Kairo: Maktabah at-Tijâriyah al-Kubrâ, 1938.

____________, Al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah, Juz II, Cet. I. Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2008.

Al-Hâzimî, Sâmî bin Faraj. Ahkâm al-Âdzan Wa al-Nidâ’ Wa al-Iqâmah, Cet. I.Dammâm: Dâr Ibn al-Jauzî, 2004.

Al-Jazîrî, Abdurrahmân. Al-Fiqh ‘alâ Madzâhib al-Arba’a, Juz I. Kairo: DârulHadîst, 2004.

Al-Mubârakfûrî, Muhammad bin Abdurrahmân. Tuhfatul Ahwazî, Juz V. Kairo:Dâr al-Fikr, 2008.

Page 87: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

72

Al-Suyuti, Jalaluddin. Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, Cet. I, Penerjemah AbdulHayyie. Jakarta: Gema Insani, 2008.

Al-Qahtânî, Said. Al-Adzân Wa al-Iqâmah. Rabwah: Al-Maktabah at-Tâwunî LilDakwati Wa al-Tauiyyah al-Jâliyât, 2003.

Al-Rifâ’i, Muhammad Nâsib. Ringkasan Tafsîr Ibnu Katsîr, Juz II, Cet. I.Penerjemahan: Syihabuddin. Jakarta: Gema Insani, 2012.

Al-Syarqâwî, ‘Abdullah bin Hijazi bin Ibrahim. Asy-Syarqâwî ‘Ala at-Tahrîr, JuzI, Cet. I. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1997.

Al-Syaukânî, Muhammad bin ‘Alî. Ringkasan Nailul Autar, Cet. II. PenerjemahAmir Hamzah Fachruddin & Asep Saefullah. Jakarta: Pustaka Azzam,2011.

Al-Utsaimîn, Muhammad bin Sâlih. Halâl & Harâm dalam Islâm, Cet. I.Penerjemah Imâm Fauzî. Jakarta: Ummul Qurâ, 2014.

Amiruddin, dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet. I.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Anas, Malik bin. al-Muwata’, Cet. I. Damaskus: al-Risâlah al-Nâsirûn, 2013.

An-Nawawî, Yahya bin Syarifuddîn. Syarah Matan al-Arba’în an-Nawawî Fî al-Ahâdîtsi al-Sahîhah al-Nubuwah, Cet. IV. Damaskus: Maktabah Dâr al-Fatih, 1984.

Anis, Mundir. “Studi Analisis Terhadap Pendapat Imâm asy-Syâfi’î TentangUpah Adzân”. Skripsi Fakultas Syarî’ah Institut Agama Islâm Negeri(IAIN) Wali Songo Semarang. 2013.

Aripudin, Acep. Pengembangan Metode Dakwah: Respons Da’i TerhadapDinamika Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai, Cet. I. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2011.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Bin Hisyâm, Abû Bakar ‘Abdur Razak. Musannif Abdur Razâk, Juz I. Damaskus:Maktabah Islâmî, 1983.

Binjai, ‘Abdul Halim Hasan. Tafsîr Ahkâm, Cet. II. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2011.

Djamari. Agama dalam Perspektif Sosiologi. Bandung: Alfabeta, 1993.

Fattah, Munawir Abdul. Tradisi Orang-orang NU, Cet. I. Yogyakarta: LKISPelangi Aksara, 2006.

Page 88: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

73

Firman, Ita Bastha. “Representasi Kultur Islâm Dalam Tayangan Adzân MaghribDi RCTI”. Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUniversitas Islâm Negeri (UIN) Syarif Hidayatullâh Jakarta. 2014.

Hakim, Atang Abd dan Jaih Mubarak. Metodologi Studi Islam, Cet. XIV.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Hamka. Tafsîr al-Azhâr, Juz. XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.

Handono, Irene. Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma & Toleransi, Cet.VI. Kudus: Bima Rodheta, 2004.

Ibnu Hibbân. Sunan Ibnu Hibbân, Juz II. Beirut: Dâr al-Fikr, 1996.

Ibnu Rusyd. Bidâyat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasîd, Juz I, Cet. I.Penerjemah Abdul Rasyad Siddîq. Jakarta: Akbarmedia, 2013.

Imrân, M. ‘Ali. Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia, Cet. I. Yogyakarta:IRCiSoD, 2005.

Irianto, Sulistyowati dan Shidarta. Metode Penelitian Hukum: Konstelasi danRefleksi, Cet. III. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013.

Lembaga Alkitâb Indonesia. ALKITÂB, Cet. 159. Jakarta: Percetakan Lembaga al-Kitâb, 1997.

Majelis Ulama Indonesia (MUI). Himpunan Fatwa MUI Bidang Sosial DanBudaya. Jakarta: Emir Cakrawala Islam, 2015.

Masyûr, Kahar. Salât Wâjib, Cet. I. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab, Cet. XXVII. PenerjemahMasykur A.B, dkk. Jakarta: Lentera, 2011.

Naim, Sahibin. Toleransi Dalam Pergaulan Antara Umat Beragama. Jakarta:Gunung Agung, 1983.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. KAMUS BAHASA INDONESIA.Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Qardâwî, Muhammad Yûsuf. Halâl & Harâm dalam Islâm. PenerjemahanMu’ammal Hamidî. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.

Roham, Abujamin. Ensiklopedi Lintas Agama. Jakarta: Emerald, 2009.

Sâbiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnnah, Kairo: al-Fâth Lil I'lam al-'Arabî, 2008.

Shihab, M. Quraish. M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang

Page 89: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

74

Patut Anda Ketahui, Cet. XII. Ciputat: Lentera Hati, 2012.

Soehartoto, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik PenelitianBidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya , Cet. IX.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Cet.I. Bandung: PT. Refika Aditama, 2012.

Syak’ah, Mustafa Muhammad. Islâm Tanpa Mazhab, Cet. I. Penerjemah AbuZaidân al-Yamânî & Abû Zahrah al-Jawî. Solo: Tiga Serangkai, 2008.

Syarifuddin, Amir. Ushûl Fiqh, Juz. II, Cet. VI. Jakarta: Kencana, 2011.

Tibrâyâ, Ahmad. Menyelami Seluk Beluk Islâm. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Tim Penyusun. Pedoman Akademik Program Strata I 2012/2013. Ciputat: BiroAdministrasi Akademik dann Kemahasiswaan UIN Jakarta , 2012.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat: PPJM-FSH UIN Jakarta,2012.

Utsman, Abû Bakar. I'ânat at-Tâlibîn, Juz I. Beirut: Dâr al-Fikr, 1997.

Washil, Nashr Farid Muhammad dan ‘Abdul Azîz Muhammad Azzâm. QowaidFiqhiyyah, Penerjemah Wahyu Setiawan. Jakarta: Amzah, 2009.

Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz. I, Cet. II. Damaskus: Daral-Fikr, 1985.

B. Dari Internet

Amrullâh, Furqan. “Adzân Iringi Lagu Gereja Di Perayaan Natal Jokowi, ImâmIstiqlâl: Bukan Toleransi!”. Artikel diakses pada 24 Januari 2016 darihttp://www.nahimunkar.com/azân-iringi-lagu-gereja-perayaan-natal-jokowi-imam-istiqlal-bukan-toleransi/.

____________, “Imam Masjid Istiqlal Kecam Kumandang Azan Iringi LaguKristen Saat Natal Bersama”. Artikel diakses pada 05 Mei 2016 darihttp://m.kiblat.net/2015/12/30/imam-masjid-istiqlal-kecam-kumandang-azan-iringi-lagu-kristen-saat-natal-bersama/.

FGBMFI. “Makna Natal bagi Imân Kristen”. artikel diakses pada 3 Mei 2016 darihttp://fgbmfi.web.id/2013-07-06-04-08-39/artikel/special-teaching/2574-makna-natal-bagi-iman-kristen.

Page 90: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

75

FORUM DAKWAH & TARBIYAH ISLAMIYAH. “Syarah Hadits Keenam: Halal,Haram, dan Subhat”. Artikel diakses pada 03 September 2016 darihttps://tarbawiyah.com/2015/07/31/syarah-hadits-keenam-halal-haram-dan-syubhat/.

Gaol, Martahan Lumban. “MUI Minta Toleransi Beragama Tak Dirusak UpayaSinkretisme”. Artikel diakses pada 03 September 2016 darihttp://www.satuharapan.com/read-detail/read/mui-minta-toleransi-beragama-tak-dirusak-upaya-sinkretisme.

Ishaq, Taufik. “KH Tengku Zulkarnain: Saling Masuk Rumah Agama Lain untukBeribadah Itu Bukan Toleransi”. Artikel diakses pada 05 Mei 2016 darihttp://m.kiblat.net/2016/01/02/kh-tengku-zulkarnain-saling-masuk-rumah-agama-lain-untuk-beribadah-itu-bukan-toleransi/.

Leu, Rian. “Makalah: Makna Natal”. Artikel diakses pada 2 Mei 2016 darihttp://rianleu.blogspot.co.id/.

S, Imâm. “Innlillahi, Adzân Dikumandangkan untuk Iringi Lagu Rohani Kristendi Natal Bersama Nasional”. Artikel diakses pada 11 April 2016 darihttp://www.m.kiblat.net/2015/12/29/innalillahi-adzân-dikumandangkan-untuk-iringi-lagu-rohani-kristen-di-natal-bersama-nasional/.

Wikipedia. “Natal”. Artikel diakses pada 2 Mei 2016 darihttps://id.wikipedia.org/wiki/Natal.

C. Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA. Jakarta. 24Agustus 2016.

Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA.Ciputat. 10 September 2016.

Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag. Ciputat. 26Agustus 2016.

Page 91: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 92: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 93: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 94: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

79

Narasumber : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA

Jabatan : Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tempat Wawancara : Ruang Rektor IIQ

Waktu Wawancara : 10 September 2016, 14.00 WIB

1. Bagaimana Menurut Ibu toleransi antar umat beragama?

Tentang toleransi dalam al-Qur’an telah jelas dalam surat al-

Mumtahinah ayat 8-9, yaitu:

ین و عن الذین لم یقاتلوكم في الد لم یخرجوكم من دیاركم أن ال ینھاكم ا

یحب المقسطین وھم وتقسطوا إلیھم إن ا عن الذین قاتلوكم - تبر إنما ینھاكم ا

ین وأخرجوكم من دیاركم وظاھروا على إخراجكم أن تولوھم ومن یتولھم في الد

.)٩-٨. (سورة الممتحنة: فأولئك ھم الظالمون

Artinya: “Allâh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlakuadil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karenaagama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang berlaku adil.Sesunggunya Allâh hanya melarang kamu menjadikan sebagaikawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agamadan mengusir kamu dari negerimu. Dan barangsiapamenjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Mumtahinah: 8-9)

Jadi jelas toleransi itu terbatas pada perkara muamalah saja,

sedangkan dalam masalah ‘aqîdah tidak ada toleransi.

2. Bagaimana jika seorang Muslim menghadiri ritual agama lain, terkhusus

Perayaan Natal?

Page 95: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

80

Untuk menghadiri perayaan Natal, menurut saya jangan, karena

nyanyian yang ditampilkan dalam acara perayaan Natal di dalam

Islam diibaratkan seperti membaca al-Qur’an, kalau seorang pejabat

boleh-boleh saja karna kalau tidak menghadiri dikhawatirkan

membeda-bedakan, karena kita di Indonesia ini penduduknya

Pluralisme, tapi bukan pluralisme agama.

3. Bagaimana Jika seorang Muslim mengumandangkan adzan dalam Ritual

tersebut?

Mengenai hal ini sudah dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 42,

yang berbunyi:

وال تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون (سورة البقرة:

٤٢(.

Artinya: “Dan janganlah kamu mencampuradukkan yang benardengan yang salah, dan kamu sembunyikan yang benar itu pula,padahal kamu semua mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 42).

Disitu sudah jelas larangan untuk mencampur adukan antara yang

haq dan yang batil, maka praktik adzân yang dikumandangkan dalam

Perayaan Natal itu adalah perkara yang harâm, karena itu

mencampuradukan ritual peribadatan.

Jakarta, 22 Agustus 2016

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA

Page 96: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 97: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

82

Narasumber : Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA

Jabatan : Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Pusat

Tempat Wawancara : Musallah MUI Pusat lantai 4

Waktu Wawancara : 24 Agustus 2016, 09:50 WIB

1. Bagaimana Menurut Bapak toleransi antar umat beragama?

Toleransi antar umat beragama itu adalah hubungan harmonis antar

pemeluk beragama yang tidak memandang suku dan agama. Namun

terbatas dalam masalah muamalah saja, entah itu membangun jalan,

hubungan jual beli, atau bisnis. Sedangkan dalam masalah ibadah

dan aqidah “Lakum Dînukum Waliyadîn (Bagimu agamamu dan

bagiku agamaku)” tidak memandang siapapun yang meminta untuk

bertoleransi dalam perkara ‘ibâdah dan ‘aqîdah.

2. Bagaimana jika seorang Muslim menghadiri ritual agama lain, terkhusus

Perayaan Natal?

Dalam fatwa MUI tahun 1981 tentang Perayaan Natal bersama sudah

jelas, bahwa umat muslim dalam mengikuti/menghadiri acara

perayaan Natal bersama itu hukumnya haram. Bahkan ucapan

“Selamat Natal” pun ada yang mengharamkan, karena

dikhawatirkan ‘aqîdah kita akan terbawa oleh mereka.

3. Bagaimana Jika seorang Muslim mengumandangkan adzan dalam Ritual

tersebut?

Page 98: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

83

Jika kumandang adzân dalam perayaan Natal tersebut dimaksudkan

untuk menunjukan rasa toleransi antar umat beragama, maka itu

adalah toleransi yang kebablasan dan tidak memperhatikan

ketentuan dalam agama. Itu merupakan campuraduk peribadatan.

Yang hukumnya tidak boleh.

4. Apa status hukum adzan jika dikumandangkan dalam rangka memeriahkan

ritual agama lain?

Adzan secara pengertian menurut fungsinya adalah untuk

memberitahukan akan masuknya waktu salât baik di Masjid, di

Musallah atau di Rumah. Namun jika dihadirkan dalam Perayaan

Natal maka adzân menjadi tidak berguna, tidak bermanfaat dan

tidak berfungsi.

5. Apakah sudah ada atau perencanaan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia

tentang hal ini?

Fatwa MUI tentang Perayaan Natal bersama itu sudah ada, anda bisa

lihat di fatwa MUI tahun 1981 tentang perayaan Natal bersama.

Jakarta, 24 Agustus 2016

Ketua Komisi Fatwa Majelis UlamaIndonesia (MUI) Pusat

Prof. Dr. KH. Hasanuddin AF, MA

Page 99: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 100: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

85

Narasumber : Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag

Jabatan : Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat

Muhammadiyah

Tempat Wawancara : Di Rumah

Waktu Wawancara : 26 Agustus 2016, 16:30 WIB

1. Bagaimana Menurut Bapak toleransi antar umat beragama?

Dalam al-Qur’an telah dijelaskan mengenai toleransi antar umat

Bergama yang terdapat pada surat al-Kafirun:

وال أنتم عابدون ما أعبد )٢) ال أعبد ما تعبدون (١قل یا أیھا الكافرون (

) لكم دینكم ولي دین ٥) وال أنتم عابدون ما أعبد (٤) وال أنا عابد ما عبدتم (٣(

)٦-١. (سورة الكافرون: )٦(

Artinya: “(1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir (2). Aku tidak akanmenyembah apa yang kamu sembah (3). Dan kamu bukanpenyembah Tuhan yang aku sembah (4). Dan aku tidak pernahmenjadi penyembah apa yang kamu sembah (5). Dan kamu tidakpernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (6).Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Surah al-Kâfirûn: 1-6).

Dan makna ayat tersebut dapat kita pahami dari asbab al-Nuzulnya,

bahwa saat itu Rasulullah Muhammad Sallâullâhu ‘Alaihi Wassalam,

ditawarkan untuk menyembah Tuhan orang-orang kâfir, namun

secara tegas Rasulullah menolak. Ini merupakan bukti yang sangat

jelas bahwa tak ada toleransi dalam perkara ‘ibâdah. Sedangkan

dalam perkara mu’amalah umat Islâm justru dianjurkan untuk

bertoleransi. Menjenguk mereka ketika sakit, dalam urusan jual beli

atau menerima hadiah dari mereka, syaratnya dari harta yang halal.

Page 101: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

86

2. Bagaimana jika seorang Muslim menghadiri ritual agama lain, terkhusus

Perayaan Natal?

Jika sekedar menghadiri adalah persoalan yang lain, apalagi yang

menghadiri itu sebagai Pejabat, atau menghadiri jika diundang,

namun tidak ikut acara keagamaannya. Seperti acara pesta, acara

makan-makan, mungkin itu bisa dinilai sebagai toleransi, namun jika

mengahadiri acara peribadatan dan mengikuti ritual keagamaanya,

itu juga tidak boleh. Karena itu perkara ibadah.

3. Bagaimana Jika seorang Muslim mengumandangkan adzan dalam Ritual

tersebut?

Jika adzan dikumandangkan dalam Perayaan Natal, itu merupakan

campuraduk dalam perkara ‘ibâdah. Dalam keaadaan seperti itu

hukumnya tidak boleh atau haram.

4. Apa status hukum adzan jika dikumandangkan dalam rangka memeriahkan

ritual agama lain?

Sebenarnya kita tidak menghukumi adzannya, hanya prakteknya

saja, yaitu mengumandangkan adzannya, yang tidak boleh. Karena

itu bagian dari peribadatan yang tidak bisa dicampuradukan.

Jakarta, 26 Agustus 2016

Ketua Majelis Tarjih dan TajdidPimpinan Pusat Muhammadiyah

Dr. H. M. Ma’rifat Iman K.H., M.Ag

Page 102: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

Menag Lukman Hakim Saifuddindidampingi Ibu Trisna Willy

menyambut kedatangan Presiden RIJoko Widodo dan Ibu Iriana di

halaman Rumah Jabatan GubernurNTT dalam rangka menghadiri

Perayaan Natal Nasional 2015 diKupang.

Foto Oleh: cw/mkd

Presiden RI Joko Widodomemberikan sambutan di hadapan

ribuan Umat Kristiani pada PerayaanNatal Nasional di Kupang yang

dihadiri oleh beberapa Mentri KabinetKerja.

Foto Oleh: cw/mkd

Fragmen Teatrikal Natal di perayaaanNatal Bersama Nasional 2015

didepan rumah jabatan GubernurNTT, Kupang. Di akhir penampilan

ini dilantunkan lagu Eve Mariadiiringi dengan kumandang adzan.

Foto Oleh: Natalia Laurens/JPNN

Banner acara Perayaan NatalNasional di Kota Kupang, NTT tahun2015 yang mengangkat tema "HidupBersama sebagai Keluarga Allah".

Foto Oleh: Natalia Laurens/JPNN

Page 103: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

Wawancara dengan Prof. Dr. KH.Hasanuddin AF, MA di Gedung MUI

Pusat, Lantai 4. Rabu, 24 Agustus 2016,09:50 WIB.

Foto Oleh: Rahmat Abdullah

Wawancara dengan Prof. Dr. KH.Hasanuddin AF, MA di Gedung MUI

Pusat, Lantai 4. Rabu, 24 Agustus 2016,09:50 WIB.

Foto Oleh: Rahmat Abdullah

Wawancara dengan Dr. H. M. Ma’rifatIman K.H., M.Ag di Kediamannya.

Jum’at, 26 Agustus 2016, 16:30 WIB.

Foto Oleh: Brilliant Aldery

Wawancara dengan Dr. H. M.Ma’rifat Iman K.H., M.Ag di

Kediamannya. Jum’at, 26 Agustus2016, 16:30 WIB.

Foto Oleh: Brilliant Aldery

Wawancara dengan Prof. Dr. Hj.Huzaemah Tahido Yanggo, MA di

Ruang Rektorat IIQ. Sabtu, 10 September2016, 14:00 WIB.

Foto Oleh: Rahmat Abdullah

Wawancara dengan Prof. Dr. Hj.Huzaemah Tahido Yanggo, MA di

Ruang Rektorat IIQ. Sabtu, 10 September2016, 14:00 WIB.

Foto Oleh: Rahmat Abdullah

Page 104: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : EKO SAPUTRA

Nama Panggilan : EKO

2. Tempat/Tgl.Lahir : Ambon, 31 Agustus 1992

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Tinggi & Berat Badan : 163 cm / 54kg

5. Status Perkawinan : Lajang

6. Agama : Islam

7. Kewarganegaraan : Indonesia

8. Nomor KTP : 7472023108920003

9. Alamat lengkap : Jl. Muh. Husni Thamrin no. 55 Kel. Bataraguru

Kec. Wolio Kota Baubau Sulawesi Tenggara

10. Email : [email protected]

11. Nomor Telepon : +6285771100692

12. Golongan Darah : -

13. Blackberry PIN : 7E92BE6B

II. DATA PRIBADI

1. Nama Ayah : Hasan Lahuba

2. Tempat/Tanggal Lahir : Wasilomata, 01 Juli 1966

3. Pekerjaan : Wiraswasta

4. Agama : Islam

Page 105: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal

90

5. Alamat : Dusun Terwani, Desa Terapung Kec.

Mawasangka, Kab. Buton Sulawesi tenggara

6. Nama Ibu : Wa Rikana

7. Tempat/Tanggal Lahir : Paria, 01 Juli 1968

8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9. Agama : Islam

10. Alamat : Dusun Terwani, Desa Terapung Kec.

Mawasangka, Kab. Buton Sulawesi tenggara

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

Tingkat Nama Sekolah Kota Jurusan Dari Th Sampai Th

SD SDN 1 Kaudani Buton - 1999 2005

SLTPMTsS Al-Syaikh

Abdul WahidBaubau Mts 2005 2008

SLTAMAS Al-Syaikh

Abdul WahidBaubau MAK 2008 2011

UniversitasUIN Syarif Hidahatullah

JakartaTangsel PMF 2012 Sekarang

Page 106: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 107: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 108: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 109: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 110: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 111: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 112: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 113: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 114: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 115: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 116: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 117: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 118: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 119: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 120: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 121: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 122: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 123: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 124: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 125: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 126: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 127: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 128: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 129: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 130: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 131: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 132: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 133: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 134: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal
Page 135: KUMANDANG ADZÂN SAAT RITUAL AGAMA LAIN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · adzân yang dikumandangkan dalam rangka memeriahkan acara Perayaan Natal