kuliner nasi bakar ebi di dupak, kec. krembangan angkat ... · anik juga mengajak beberapa karya...

1
layouter: triongko RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 66 MUNGKIN usaha yang dirintis Nuryana ini masih berskala mikro, kecil dan menengah. Na- mun, adanya nasi bakar ini bisa memberdayakan masyarakat sekitar. “Saat ini ada empat orang yang bekerja de- ngan saya. Memang saya utamakan saudara dahu- lu. Nanti jika pesanan ba- nyak, warga sekitar juga turut membantu,” ujar Nuryana Rahmawati. Sebagai UMKM binaan Pemkot Surabaya, terka- dang nasi bakar Yana Taste mendapat pesanan. Bahkan sesekali pesanan mencapai 100 bungkus lebih dan dalam waktu singkat harus segera di- kirim. Situasi seperti ini terkadang mengharus- kan untuk mempekerja- kan warga sekitar. Namun, yang paling utama adalah memanfa- atkan pemuda sekitar untuk mengirim pesanan nasi bakar. Meski belum begitu banyak, tapi selalu ada pesan antar. “Biasanya saya tawar- kan, ada yang mau ngi- rim atau tidak. Kalau ada ya monggo berangkat. Kami berdayakan pemu- da sekitar, daripada nganggur,” jelasnya. Sempat ingin mendaf- tarkan produknya ke pe- sanan online, seperti go food guna mengembang- kan bisnisnya. Tapi niat tersebut diurungkan. Nuryana lebih memilih memberdayakan warga sekitar tempat usahanya. Sembari membagi rezeki kepada masyarakat. Un- tuk itu, dirinya mengalih- kan kosentrasi pengem- bangan usaha. “Untuk dalam Kota Su- rabaya, biaya pengiriman Rp 8 ribu. Sedangkan lu- ar kota, Rp 15 ribu. Se- ringkali saya kirim ke PP Legi dan Benowo. Itu terhitung luar kota. Tapi jika pemesanan di atas 50, maka saya bebaskan ongkos kirimnya,” pung- kasnya. (bae/no) Rumah Kreatif Kembang Melati, Dupak Bangunsari, Kec. Krembangan Hasil Perjuangan Mentas dari Lembah Hitam KEHIDUPAN Anik Sri- wati’ah, 43, kini jauh lebih tentram dan tertata. Begi- tu halnya dengan sepuluh anggota dari Rumah Krea- tif Kembang Melati yang dikelolanya. Dengan usaha kerajinan dari bahan per- ca, mereka sukses mentas dari lembah hitam. Ibu dua anak itu sudah melupakan teriakan ce- moohan dan pencekalan masa lalu ketika berjuang keras melepaskan diri dari cap zona merah di kawasan tempat tinggal- nya di eks lokalisasi Du- pak Bangunsari. Perlahan tapi pasti, dia terus berjuang mengentas- kan para warga untuk ber- penghidupan lebih baik. Lewat keterampilan men- jahit yang dikuasai sekitar dua bulan, dia memberani- kan diri dengan mengajak beberapa kaum hawa un- tuk membuat kerajinan cantik. “Saat itu dapat program pelatihan dari pemkot. Me- rasa bisa, langsung saya memutuskan beralih dan menseriusi jahit keset ini,” berapa kerajinan aksesoris dari kain perca mulai bros, dompet, hijab, hingga keset. Tak dinyana, produksi kerajinan keset dari kain perca itu cukup diterima di tengah masyarakat. Bah- kan, produk keset di ta- ngannya bisa menjadi se- macam suvenir unik dan cantik. Dia bersama bebe- rapa perempuan eks pe- kerja di zona merah terus mengembangkan kreativi- tas pada keset yang dibuat. “Sebenarnya awalnya cu- ma jahit bantalan sofa. Tapi kami cari ide yang kira-kira langka. Ketemulah keset perca dan jilbab perca ini,” ujar istri Sumardi itu. Perempuan kelahiran Ke- diri itu mengungkapkan, produk keset perca dan jilbab pasmina perca menjadi yang best-seller hingga saat ini. Rumah Kreatif Kembang Melati ini menyuplai barang hingga ke kota Malang, Lamongan, dan sebuah ritel terkenal. “Alhamdulillah, setiap bu- lan pesanan berjalan meski naik turun. Mendekati le- baran ini, malah sudah ba- nyak order kerudung handy- craft,” ujarnya. Kendati kerap diguncang pasang surut lantaran per- saingan industri kreatif yang semakin ketat, Anik tak mau menyerah. Diri- nya memutar otak agar usaha handycraft-nya te- tap eksis. Pasalnya, usahanya yang pernah menyabet jua- ra III the best home industry pada 2015 dari Pemkot Surabaya itu menyimpan sejarah pan- jang perjuangannya. Usa- ha ini juga membawa Anik meraih gelar Pejuang Pe- rempuan Kartini Masa kini 2016 lalu dari Uni- versitas Ciputra. Sempat berpindah-pin- dah, kini Anik dan kawan- kawan berpindah di sebu- ah rumah kecil di Jalan Dupak Bangunsari I No 17. (psy/jay) ujarnya. Anik memang pernah ‘ja- ya’ dengan warung yang di- milikinya di kawasan merah Dupak Bangunsari, sekitar puluhan tahun lalu. Namun, benak yang berkecamuk di- tambah tuntutan untuk mendidik anaknya yang se- makin tumbuh besar, dia memilih hijrah. Tahun 2013, Anik awal- nya mengajak segelintir warga yang sama-sama ingin berhijrah. Hanya lima orang bersama Anik, mereka lantas membuat be- KETUA Rumah Kreatif Kem- bang Melati Anik Sriwati’ah su- dah sejak jauh-jauh hari menya- dari bahwa usaha keset ber- karakter bahan perca tidak se- tiap hari bisa langsung mengha- silkan pundi-pundi rupiah. Usa- ha kuliner dipilihnya sebagai alternatif bisnis agar dapur dari 10 anggotanya tetap mengepul. Anik kemudian memilih mencoba usaha baru pada pem- buatan kue. Lagi-lagi, inisiatif ini diawali setelah Anik dan ka- wan-kawan memeroleh suatu program pelatihan memasak dari pemkot. Tak tanggung- tanggung, pengajarnya seorang chef lokal kenamaan. “Awalnya belajar. Alhamdulillah, Chef Hugo ngajarinya serius. Ditel- pon pun mau datang ke kami,” kenangnya. Merasa mantap, Anik dkk pun memberanikan diri menjual produk kuenya. Order selalu ramai pada beberapa perayaan tertentu. Mulai natal, ramadan, lebaran ataupun peringatan hari besar lainnya. (psy/jay) Sambut Ramadan, Rambah Bisnis Kue Kering ANGGOTA Rumah Kreatif Kem- bang Melati kini mencapai 10 orang. Anik juga mengajak beberapa karya- wan tuna rungu dari Liponsos. Setiap pesanan masuk, satu atau dua orang menggarap satu jenis kue. “Mereka garap di rumah masing masing. Hasil penjualan juga kita bagi rata,” ujarnya. Pesanan kue bisa beragam, bisa 5 sampai 10 jenis. Anik mengaku jelang Ramadan mendatang, pihaknya sudah mendapat orderan puluhan dus kue kering dari Lamongan. “Alhamdulillah, Ramadan ini jadi satu peluang manis kita. Kami sudah ancang-ancang mem- bagi waktu dan tugas masing-masing,” tukasnya. Belum lama ini mereka juga diperca- ya menggarap catering atau snack bagi komunitas lanjut usia (lansia) yang tinggal di Liponsos di Surabaya. Rezeki berupa orderan pra makanan itu dimu- lai pada Oktober 2014. Sejak itu, rutini- tasnya setiap pukul lima pagi, Anik dan teman-temannya sudah berjibaku menyiapkan 162 kotak snack. Ditanya berapa omzetnya, Anik men- jawab cukup untuk makan dan biaya sekolah putrinya. Dengan membuat kue kering yang dijual bila ada momen- momen tertentu, anggota kelompok bisa mengais rejeki tambahan. Anik juga mengaku ingin mengembangkan model kuliner lainnya. (psy/jay) Gandeng Kaum Tak Berdaya dari Liponsos Kuliner Nasi Bakar Ebi di Dupak, Kec. Krembangan BERAWAL dari mengiku- ti pelatihan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Sura- baya tentang usaha mikro, kecil dan menengah (UM- KM). Nuryana Rahmawati mencoba memulai usaha na- si bakarnya. Udang ebi (ke- cil) menjadi varian pertama bisnis kuliner yang terletak di daerah Dupak ini. Nuryana memulai usaha pada 2013. Berbekal pelati- han pada acara Pahlawan Ekonomi yang diadakan oleh Pemkot Surabaya mengenai kuliner, wanita asli Sawa- han, Surabaya itu lantas mencoba membuka bisnis nasi bakar. “Pertama saya jual nasi bakar udang ebi. Saya ingin mengangkat khas cita rasa dan aroma Suraba- ya, yakni ebi. Nasi bakar ini banyak dijual di sekitar Ken- jeran,” ujar Nuryana saat di- temui Radar Surabaya be- lum lama ini. Langkah mengangkat ebi dalam campuran nasi bakar yang diberi nama Yana Taste ini cukup berani. Pasalnya, saat itu kuliner yang serupa lebih banyak menggunakan teri sebagai lauk. Namun, siapa sangka apa yang dico- banya tersebut cocok dengan lidah konsumennya. Dengan menawarkan dagangannya ke sejumlah teman dan pe- masaran melalui online, lambat laun pesanan mulai datang. “Awalnya saya hanya me- nerima orderan. Namun, ke- mudian saya beranikan diri berjualan melalui online. Ke- betulan mendapat bantuan dari Kementerian Kominfo untuk domain gratis. Me- mang awalnya sangat susah, karena saya memulai dari nol,” bebernya. Wanita yang memulai usa- Berdayakan Warga Sekitar untuk Masak dan Antar Pesanan Angkat Cita Rasa Surabaya ha di ru- mahnya, di Jalan Ke- d u n g Anyar, Sa- wahan ini sempat mendapat kritikan dari pem- belinya. Salah satunya me- ngenai rasa. Pelanggannya ini mengomentari rasa nasi bakarnya yang berubah. Se- telah dilakukan evaluasi, ternyata campuran bumbu menjadi masalahnya. Dia pun mencari informasi, agar kombinasi bumbu tak berubah. Berbekal seringnya ikut seminar usaha, Nuryana menanyakan kekurangan nasi bakarnya tersebut ke para tutor. “Mereka menya- rankan agar saya menggu- nakan gram dalam menakar. Hasilnya memang cita rasa- nya lebih terjaga dan tidak berubah,” ungkap Nuryana yang sejak 2016 memindah- kan usahanya ke tempat le- itu mahal. Bisanya ya join dengan teman-te- man. Tapi saya punya ide untuk men- ja- lankan bisnis ini melalui food truck. Saat ini masih dalam per- baikan mobil- nya,” tandas- nya. (bae/no) bih luas di Jalan Babadan Rukun, Dupak tersebut. Saat ini, pesanan yang di- terima oleh Yana Taste bisa mencapai 100 bungkus. Mes- ki tidak stabil segitu, tetapi penghasilan dari berjualan nasi bakar cukup untuk me- nambah penghasilan. “Kalau untuk lauknya, ada berbagai macam, mulai ayam, tuna dan daging. Sedangkan vari- an rasa, ada balado merah, balado hijau, jamur dan rica,” tuturnya. Untuk pemasarannya, Ya- na Taste mengirim produk- nya hingga Gresik dan Si- doarjo. Sementara bagi pem- beli luar kota lainnya, di- rinya menyediakan bumbu jadinya. Ini mengantisipasi pesanan luar kota yang ingin membawa menjadi oleh- oleh. Nuryana membuat mengemasnya dalam botol kaca bagi mereka yang ingin memasak sendiri di rumah. Kini usahanya sudah mulai berkembang, dirinya memiliki mimpi mempu- nyai depot atau stand. Na- mun, modal menjadi ken- dala utamanya. “Kalau mendirikan stand Dicaci maki, diusir, dan dicurigai sebagai pro pemerin- tah, itu saya anggap sebagian kecil dari perjuangan saya dan ibu-ibu lain anggota kami. Yang penting, kami sudah lepas dari jurang hi tam itu,” Anik Sriwati’ah Anggota dari Rumah Kreatif Kembang Melati AJAK MANDIRI: Rumah Kreatif Kembang Melati yang didirikan Anik kini menyuplai barang hingga ke kota Malang, Lamongan, dan sebuah ritel terkenal. ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA KREATIF: Anik Sriwati’ah sukses mengajak para tetangganya di Dupak Bangunsari untuk memproduksi aneka souvenir dan kerajinan keset dari bahan kain perca.

Upload: ngobao

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

layouter: triongko

RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 66

MUNGKIN usaha yang dirintis Nuryana ini masih berskala mi kro, kecil dan menengah. Na­mun, adanya nasi ba kar ini bisa mem ber da yakan masyarakat se ki tar.

“Saat ini ada empat orang yang bekerja de­ngan saya. Memang saya uta makan saudara da hu­lu. Nanti jika pesanan ba­nyak, warga sekitar juga turut membantu,” ujar Nuryana Rahmawati.

Sebagai UMKM binaan Pemkot Surabaya, terka­dang nasi bakar Yana Taste mendapat pesanan. Bah kan sesekali pesanan mencapai 100 bungkus lebih dan dalam waktu singkat harus segera di­ki rim. Situasi seperti ini ter kadang mengharus­kan untuk mempeker ja­kan warga sekitar.

Namun, yang paling uta ma adalah meman fa­at kan pemuda sekitar u n t u k

mengirim pesanan na si ba kar. Meski belum begitu ba nyak, tapi selalu ada pe san antar.

“Biasanya sa ya ta war­kan, ada yang mau ngi­rim atau tidak. Ka lau ada ya monggo be rang kat. Kami berda ya kan pe mu­da sekitar, da ri pada ngang gur,” jelas nya.

Sempat ingin mendaf­tar kan produknya ke pe­sa nan online, seperti go food guna mengem bang­kan bisnisnya. Tapi niat tersebut diurungkan. Nur yana lebih memilih memberdayakan warga sekitar tempat usahanya. Sembari membagi rezeki kepada masyarakat. Un­tuk itu, dirinya menga lih­kan kosentrasi pengem­ba ngan usaha.

“Untuk dalam Kota Su­ra baya, biaya pengiriman Rp 8 ribu. Sedangkan lu­ar kota, Rp 15 ribu. Se­ring kali saya kirim ke PP Legi dan Benowo. Itu terhitung luar kota. Tapi jika pemesanan di atas 50, maka saya bebaskan ongkos kirimnya,” pung­kas nya. (bae/no)

Rumah Kreatif Kembang Melati, Dupak Bangunsari, Kec. Krembangan

Hasil Perjuangan Mentas dari Lembah HitamKEHIDUPAN Anik Sri­

wa ti’ ah, 43, kini jauh lebih ten tram dan tertata. Be gi­tu hal nya dengan sepuluh ang go ta da ri Rumah Krea­tif Kem bang Melati yang dikelo la nya. Dengan usaha ke ra ji nan dari ba han per­ca, mere ka suk ses mentas da ri lem bah hi tam.

Ibu dua anak itu sudah me lupakan teriakan ce­mo oh an dan pencekalan masa lalu ke tika berjuang keras mele pas kan diri dari cap zona me rah di ka wasan tem pat ting gal­nya di eks lokalisasi Du­pak Ba ngun sari.

Perlahan tapi pasti, dia te rus berjuang mengen tas­kan pa ra warga untuk ber­peng hid upan lebih baik. Le w at keterampilan men­ja hit yang dikuasai sekitar dua bulan, dia membera ni­kan diri de ngan mengajak be berapa ka um hawa un­tuk membuat ke rajinan cantik.

“Saat itu dapat program pe latihan dari pemkot. Me­ra sa bisa, langsung sa ya me mu tuskan beralih dan men se riusi jahit keset ini,”

berapa keraji nan ak se so ris dari kain perca mu lai bros, dompet, hijab, hingga keset.

Tak dinyana, produksi ke rajinan keset dari kain perca itu cukup diterima di tengah ma syarakat. Bah­

kan, pro duk keset di ta­ngan nya bisa menjadi se­macam suvenir unik dan can tik. Dia bersama be be­ra pa perempuan eks pe­kerja di zona merah terus me ngembangkan krea ti vi­

tas pa da keset yang dibuat.“Sebenarnya awalnya cu ­

ma jahit bantalan sofa. Tapi ka mi cari ide yang ki ra­kira lang ka. Ketemulah keset per ca dan jilbab per ca ini,” ujar istri Sumardi itu.

Perempuan kelahiran Ke­di ri itu mengungkapkan, pro duk keset perca dan jilbab pas mina perca menjadi yang best-seller hingga saat ini. Rumah Kreatif Kembang Me lati ini

menyuplai barang hingga ke kota Malang, La mo ngan, dan sebuah ritel ter ke nal. “Alhamdulillah, se ti ap bu­lan pesanan ber ja lan mes ki naik turun. Men dekati le­baran ini, ma lah sudah ba­nyak order ke ru dung handy­craft,” ujar nya.

Kendati kerap diguncang pa sang surut lantaran per­sa ingan industri kreatif yang semakin ketat, Anik tak mau menyerah. Diri­nya memutar otak agar usa ha handycraft­nya te­tap eksis.

Pasalnya, usahanya yang per nah menyabet jua­ra III the best home industry pada 2015 dari Pemkot Surabaya itu menyimpan sejarah pan­jang perjuangannya. Usa­ha ini juga membawa Anik me ra ih gelar Pejuang Pe­remp u an Kartini Masa kini 2016 la lu dari Uni­versitas Ciputra.

Sempat berpindah­pin­dah, kini Anik dan kawan­kawan berpindah di se bu­ah rumah kecil di Jalan Du pak Ba ngun sari I No 17. (psy/jay)

ujar nya.Anik memang pernah ‘ja­

ya’ dengan warung yang di­milikinya di kawasan merah Du pak Bangunsari, sekitar pu luhan tahun lalu. Namun, be nak yang berkecamuk di­tam bah tun tu tan untuk men didik anak nya yang se­ma kin tum buh besar, dia me milih hijrah.

Tahun 2013, Anik awal­nya me ngajak segelintir warga yang sama­sama ingin ber hi jrah. Hanya li ma orang ber sa ma Anik, mereka lantas mem buat be­

KETUA Rumah Kreatif Kem­bang Melati Anik Sri wa ti’ah su­dah sejak jauh­jauh hari me nya­dari bahwa usaha keset ber­karakter bahan perca tidak se­tiap ha ri bisa langsung meng ha­sil kan pundi­pundi rupiah. Usa­ha kuliner dipilihnya se ba gai alternatif bisnis agar dapur da ri 10 ang go tanya tetap me ngepul.

Anik kemudian memilih men co ba usaha baru pada pem­bua tan kue. Lagi­lagi, inisiatif ini di awali se te lah Anik dan ka­wan­ka wan me me roleh suatu

pro gram pe la ti han me ma sak da ri pemkot. Tak tang gung­tanggung, pe nga jarnya s e orang chef lo kal kenamaan. “Awalnya be la jar. Al ham du lillah, Chef Hu go nga ja ri nya serius. Di tel­pon pun mau datang ke ka mi,” ke nangnya.

Merasa mantap, Anik dkk pun memberanikan di ri men ju al produk kuenya. Or der selalu ramai pada be be ra pa perayaan ter tentu. Mu lai natal, ramadan, le ba ran ataupun peringatan ha ri besar lainnya. (psy/jay)

Sambut Ramadan, Rambah Bisnis Kue Kering ANGGOTA Rumah Krea tif Kem­

bang Melati kini men capai 10 orang. Anik ju ga mengajak be be rapa kar ya­wan tuna rungu dari Li pon sos. Setiap pesanan ma suk, satu atau dua orang meng garap satu jenis kue. “Me reka garap di ru mah ma sing masing. Hasil pen jua lan juga kita bagi rata,” ujar nya.

Pesanan kue bisa beragam, bisa 5 sampai 10 jenis. Anik mengaku je lang Ramadan mendatang, pi hak nya sudah mendapat orderan pu luhan dus kue kering dari La mo ngan. “Alhamdulillah, Rama dan ini jadi satu peluang ma nis kita. Kami sudah ancang­an cang mem­bagi waktu dan tu gas masing­masing,” tu kasnya.

Belum lama ini mereka ju ga diper ca­ya menggarap ca te ring atau snack bagi ko mu nitas lanjut usia (lansia) yang tinggal di Li pon sos di Su rabaya. Rezeki berupa or de ran pra makanan itu di mu­lai pa da Oktober 2014. Se jak itu, ru ti ni­tasnya setiap pukul lima pagi, Anik dan teman­temannya sudah ber jibaku menyiapkan 162 kotak snack.

Ditanya berapa omzetnya, Anik men­jawab cukup un tuk makan dan biaya se ko lah putrinya. De ngan mem buat kue kering yang di jual bila ada momen­momen ter ten tu, anggota kelompok bisa me ngais rejeki tambahan. Anik juga mengaku ingin mengembangkan model kuliner lainnya. (psy/jay)

Gandeng Kaum Tak Berdaya dari Liponsos

Kuliner Nasi Bakar Ebi di Dupak, Kec. Krembangan

BERAWAL dari mengi ku­ti pelatihan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Su ra­baya tentang usaha mikro, ke cil dan menengah (UM­KM). Nuryana Rahmawati mencoba memulai usaha na­si bakarnya. Udang ebi (ke­cil) menjadi varian pertama bis nis kuliner yang terletak di daerah Dupak ini.

Nuryana memulai usaha pa da 2013. Berbekal pelati­han pada acara Pahlawan Ekonomi yang diadakan oleh Pemkot Surabaya mengenai ku liner, wanita asli Sa wa­han, Surabaya itu lantas men coba membuka bisnis na si bakar. “Pertama saya ju al nasi bakar udang ebi. Sa ya ingin mengangkat khas cita rasa dan aroma Su ra ba­ya, yakni ebi. Nasi bakar ini banyak dijual di sekitar Ken­jeran,” ujar Nuryana saat di­te mui Radar Surabaya be­lum lama ini.

Langkah mengangkat ebi da lam campuran nasi bakar yang diberi nama Yana Taste ini cukup berani. Pasalnya, saat itu kuliner yang serupa lebih banyak menggunakan te ri sebagai lauk. Namun, sia pa sangka apa yang dico­ba nya tersebut cocok dengan lidah konsumennya. Dengan me nawarkan dagangannya ke sejumlah teman dan pe­ma saran melalui online, lam bat laun pesanan mulai da tang.

“Awalnya saya hanya me­ne rima orderan. Namun, ke­mudian saya beranikan diri berjualan melalui online. Ke­be tulan mendapat bantuan da ri Kementerian Kominfo un tuk domain gratis. Me­mang awalnya sangat susah, ka rena saya memulai dari nol,” bebernya.

Wanita yang memulai usa­

Berdayakan Warga Sekitar untuk Masak dan Antar PesananAngkat Cita Rasa Surabaya

ha di ru­mah nya, di Ja lan Ke­d u n g Anyar, Sa­wa han ini sempat mendapat kritikan dari pem­be linya. Salah satunya me­ng enai rasa. Pelanggannya ini mengomentari rasa nasi ba karnya yang berubah. Se­te lah dilakukan evaluasi, ter nyata campuran bumbu menjadi masalahnya.

Dia pun mencari informasi, agar kombinasi bumbu tak berubah. Berbekal seringnya ikut seminar usaha, Nuryana me nanyakan kekurangan na si bakarnya tersebut ke pa ra tutor. “Mereka menya­ran kan agar saya menggu­na kan gram dalam menakar. Ha silnya memang cita ra sa­nya lebih terjaga dan tidak ber ubah,” ungkap Nuryana yang sejak 2016 memin dah­kan usahanya ke tempat le­

itu mahal. Bisanya ya join dengan teman­te­man. Tapi sa ya pu nya ide un tuk men­ j a ­lan kan bis nis ini me la lui food truck. Sa at ini m a s i h dalam per ­ba ikan mobil­nya,” tan das­nya. (bae/no)

bih luas di Jalan Babadan Ru kun, Dupak tersebut.

Saat ini, pesanan yang di­te rima oleh Yana Taste bi sa mencapai 100 bungkus. Mes­ki tidak stabil segitu, tetapi penghasilan dari berjualan nasi bakar cukup untuk me­nambah penghasilan. “Kalau untuk lauknya, ada berbagai macam, mulai ayam, tuna dan daging. Sedangkan va ri­an rasa, ada balado merah, ba lado hijau, jamur dan rica,” tuturnya.

Untuk pemasarannya, Ya­na Taste mengirim pro duk­nya hingga Gresik dan Si ­doarjo. Sementara bagi pem­beli luar kota lainnya, di­rinya me nyediakan bum bu jadi nya. Ini mengan ti si pa si

pe sa nan luar kota yang ingin membawa men jadi oleh­oleh. Nuryana mem buat menge mas nya da lam botol kaca bag i me re ka yang ingin me ma sak sen diri di rumah.

Kini usahanya sudah mu lai berkembang, dirinya me miliki mimpi mem pu­nyai de pot atau stand. Na­mun, mo dal menjadi ken­dala uta ma nya.

“Kalau mendirikan stand

Dicaci maki, diusir, dan di curigai

sebagai pro peme rin­tah, itu saya anggap se ba gi an kecil dari

perjuangan sa ya dan ibu­ibu lain anggota ka mi. Yang penting,

kami su dah lepas dari jurang hi tam itu,”

Anik Sri wa ti’ ahAng go ta da ri Rumah Krea tif

Kem bang Melati

AJAK MANDIRI: Rumah Kreatif Kembang Melati yang didirikan Anik kini menyuplai barang hingga ke kota Malang, Lamongan, dan sebuah ritel terkenal.

ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA

KREATIF: Anik Sriwati’ah sukses mengajak para tetangganya di Dupak Bangunsari untuk memproduksi aneka souvenir dan kerajinan keset dari bahan kain perca.