kuliah hukum dan hak-hak asasi manusia - beranda · dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain...

13
1 | Page/kuliah HAM 2017/otto gusti KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA 2017- STFK LEDALERO Otto Gusti Madung Bab I: Pendahuluan Salah satu tujuan fundamental hukum adalah memanusiakan penyelenggaraan kekuasaan. Tanpa hukum, kehidupan bersama akan diatur berdasarkan prinsip hukum rimba di mana “yang kuat” adalah pemilik kebenaran satu-satunya dan penentu keadilan. Sedangkan yang lemah hanya memiliki kewajiban dan tidak pernah mengenal “hak”. Hal ini dirumuskan secara tepat oleh J.J. Rousseau: “Der Stärkste ist nie stark genug, um immerdar Herr zu bleiben, wenn er seine Staerke nicht in Recht und den Gehorsam nicht in Pflicht verwandelt” – “Yang paling kuat sekalipun tidak pernah cukup kuat untuk tetap menjadi tuan jika ia tidak berhasil menerjemahkan kekuatan itu ke dalam hukum dan ketaatan menjadi kewajiban.“ 1 Penyelenggaraan kekuasaan yang manusiawi dan beradab tampak dalam ketaatan pada prinsip-prinsip moral kehidupan bersama yakni keadilan, kesetaraan, kebebasan dan martabat manusia. Maka hukum yang baik harus berpijak pada prinsip-prinsip moral yakni keadilan, kebebasan, solidaritas sosial dan martabat manusia. Prinsip-prinsip ini bahkan merupakan hakikat dari hukum itu sendiri. Namun prinsip-prinsip moral tersebut tidak termasuk dalam hukum positif. Tuntutan bahwa hukum itu harus adil dan sesuai dengan martabat manusia bersifat prapositif atau mendahului hukum positif. Di sini muncul sebuah persoalan: tuntutan bahwa hukum positif harus sesuai dengan hukum prapositif jelas dapat memberikan ketidakpastian hukum. Sebab di sini hukum positif yang tertulis berpijak pada sesuatu yang tidak tertulis dan karena itu rentan untuk disalahgunakan. Ketegangan antara hukum positif dan syarat-syarat prapositif tersebut diatasi oleh faham hak-hak asasi manusia. 2 Hak asasi manusia mengandung kedua-duanya yakni hukum positif dan tuntutan moral prapositif. Karena itu hak asasi manusia 1 J.J. Rousseau, Der Gesellschaftsvertrag, Stuttgart: Reclam Verlag, 2000, I,3, hlm. 8 2 Bdk. F. Magnis-Suseno, Etika Politik. Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Moderen, Jakarta: Kompas Gramedia, 2016, hal. 157

Upload: haque

Post on 07-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

1 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA

2017- STFK LEDALERO

Otto Gusti Madung

Bab I: Pendahuluan

Salah satu tujuan fundamental hukum adalah memanusiakan penyelenggaraan

kekuasaan. Tanpa hukum, kehidupan bersama akan diatur berdasarkan prinsip

hukum rimba di mana “yang kuat” adalah pemilik kebenaran satu-satunya dan

penentu keadilan. Sedangkan yang lemah hanya memiliki kewajiban dan tidak

pernah mengenal “hak”.

Hal ini dirumuskan secara tepat oleh J.J. Rousseau: “Der Stärkste ist nie stark genug,

um immerdar Herr zu bleiben, wenn er seine Staerke nicht in Recht und den

Gehorsam nicht in Pflicht verwandelt” – “Yang paling kuat sekalipun tidak pernah

cukup kuat untuk tetap menjadi tuan jika ia tidak berhasil menerjemahkan kekuatan

itu ke dalam hukum dan ketaatan menjadi kewajiban.“1

Penyelenggaraan kekuasaan yang manusiawi dan beradab tampak dalam ketaatan

pada prinsip-prinsip moral kehidupan bersama yakni keadilan, kesetaraan,

kebebasan dan martabat manusia. Maka hukum yang baik harus berpijak pada

prinsip-prinsip moral yakni keadilan, kebebasan, solidaritas sosial dan martabat

manusia. Prinsip-prinsip ini bahkan merupakan hakikat dari hukum itu sendiri.

Namun prinsip-prinsip moral tersebut tidak termasuk dalam hukum positif.

Tuntutan bahwa hukum itu harus adil dan sesuai dengan martabat manusia bersifat

prapositif atau mendahului hukum positif. Di sini muncul sebuah persoalan:

tuntutan bahwa hukum positif harus sesuai dengan hukum prapositif jelas dapat

memberikan ketidakpastian hukum. Sebab di sini hukum positif yang tertulis

berpijak pada sesuatu yang tidak tertulis dan karena itu rentan untuk

disalahgunakan.

Ketegangan antara hukum positif dan syarat-syarat prapositif tersebut diatasi oleh

faham hak-hak asasi manusia.2 Hak asasi manusia mengandung kedua-duanya

yakni hukum positif dan tuntutan moral prapositif. Karena itu hak asasi manusia

1 J.J. Rousseau, Der Gesellschaftsvertrag, Stuttgart: Reclam Verlag, 2000, I,3, hlm. 8 2 Bdk. F. Magnis-Suseno, Etika Politik. Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Moderen, Jakarta:

Kompas Gramedia, 2016, hal. 157

Page 2: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

2 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

adalah hukum positif dan moral politik sekaligus. Faham hak-hak asasi manusia

merincikan atau mengoperasionalisasikan prinsip hormat terhadap martabat

manusia ke dalam hak-hak konkret yang merumuskan apa yang boleh dan apa yang

tidak boleh dilakukan agar kita menghormati martabat manusia-manusia yang

bersangkutan. Dengan jalan ini, kewajiban menghorati martabat manusia sebagai

tuntutan prapositif dimasukkan ke dalam hukum positif. Maka untuk mengetahui

apakah hukum positif menghormati martabat manusia, dapat diukur sejauh mana

unsur-unsur hak asasi manusia sudah dimasukkan ke dalam hukum positif.

Melalui hak asasi manusi, tuntutan moral yang prapositif masuk ke dalam hukum

positif. Jadi hak asasi manusia adalah titik simpul antara moral politik dan hukum

positif yang bertujuan untuk memanusiakan penyelenggaraan kekuasaan demi

terwujudnya kesejahteraan sosial.

Bab II: Pengertian Hukum3

1. Pengantar

Jika hidup berjalan normal, kita jarang berpikir tentang hukum. Hukum menjadi

penting ketika misalnya pada satu pagi buta pagar rumah kita mulai dibongkar oleh

buldoser milik sebuah perusahan real estate; atau kita dikeluarkan dari tempat kita

sudah bekerja selama10 tahun, tanpa peringatan sebelumnya dan tanpa diberi

pesangon satu sen pun; atau kita di tengah malam dijemput ke kantor polisi dan

terus diinterogasi, tetapi tidak diberi tahu penyebab kita ditahan.

Ketika kita mengahadapi persoalan-persoalan di atas, mendadak hukum menjadi

jangkar pengharapan kita. Kalau kita hidup di negara hukum, pengemudi buldoser

langsung akan menghentikan pembongkarannya begitu kita mengancam akan

mengadukan dia ke pengadilan; majikan akan dapat saya paksa untuk memberi

pesangon sesuai dengan peraturan yang berlaku, barangkali bahkan untuk

mempekerjakan saya kembali dan dalam waktu 24 jam saya akan harus dibebaskan

oleh polisi, kecuali mereka dapat meyakinkan hakim yang berwenang bahwa

mereka mempunyai alasan yang sah untuk menahan saya, dan saya akan

menikmati bantuan hukum yang sepenuhnya. Namun tanpa hukum, saya tak dapat

berbuat apa-apa.

2. Kekhasan Norma-Norma Hukum 2.1. Norma-Norma Hukum dan Norma-Norma Lain

3 Seluruh bahan ini diambil dari F. Magnis-Suseno: Etika Politik, Jakarta: Gramedia, 2017

Page 3: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

3 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

a) Norma Khusus

Hukum adalah satu sistem norma-norma yang mengatur kehidupan dalam

masyarakat. Bersama dengan norma-norma sopan-santun dan moral, norma-norma

hukum termasuk dalam kelompok norma umum kelakuan manusia. Di samping

norma-norma umum itu terdapat juga pelabagai macam norma khusus, seperti

aturan-aturan permainan atau segala macam norma teknis.

Norma-norma yang terakhir disebut khusus, karena hanya berlaku dalam wilayah

aau pada waktu yang tertentu saja. Misalnya, peraturan kampus sebuah universitas

dapat saya lupakan sesudah saya meninggalkannya. Dan seusai pertandingan sepak

bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang

bola dengan tangan.

b) Norma Umum

Tapi dari aturan sopan-santun, kewajiban moral, dan ketentuan hukum, saya tidak

dapat lari. Walaupun norma-norma itu berbeda dari masyarakat ke masyarakat,

namun di mana-mana tidak sistem norma itu ada dan kalau kita bosan dengan

negara kita dan lari ke negara lain, peraturan-peraturan sopan-santun, moral dan

hukum lain sudah menanti kita. Itulah sebabnya ketiga norma itu disebut umum.

c) Hukum dan Norma Umum Lainnya

Apa kekhasan norma hukum dibandingkan dengan norma-norma umum lainnya?

Kalau kita berlaku kurang sopan, kita barangkali akan dipukul orang. Kalau kita

berlaku tidak bermoral, misalnya selalu mengejek orang yang cacat fisiknya, kita

akan ditegur atau dijauhi orang.

Tetapi kalau kita melanggar hukum, kita akan ditangkap, dihadapkan ke

pengadilan, dan dijatuhi hukuman. Jadi perbedaan antara norma hukum dengan

norma-norma umum lainnya tidak terletak dalam isinya, melainkan dalam sanksi

yang akan dikenakan atas pelanggarannya.

Tindakan yang sama dapat melanggar baik norma hukum maupun norma sopan-

santun dan moral. Misalnya kalau di sebuah resepsi saya mencopot bros dari dada

Ibu Menteri Negara yang merupakan tamu terhorm, saya tidak hanya bertindak

dengan kurang sopan, melainkan juga melanggar norma moral (jangan mencuri).

Dan bahwa perbuatan saya juga melanggar hukum akan paling lambat saya ketahui

pada saat saya ditangkap polisi.

2.2. Kekhasan Norma-Norma Hukum

Page 4: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

4 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Berdasarkan uraian di atas, norma-norma hukum dapat diartikan sebagai himpunan

norma-norma kelakuan manusia dalam masyarakat yang dapat dituntut pelaksanaannya dan

yang pelanggarannya ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah. Dari definisi ini, kita

dapat melihat beberapa kekhasan norma hukum.

a) Norma hukum berhubungan dengan kelakuan manusia.

Ini mau menggarisbawahi bahwa di dunia ini hanya manusia yang mempunyai

hukum. Binatang tidak dapat mempunyai hukum karena hukum sebagai salah satu

sistem normatif, mengandaikan pengertian, dan binatang tidak mempunyai

pengertian. Bahwa hukum mengenai kelakuan dalam masyarakat mengungkapkan

bahwa hukum mengandaikan adanya orang lain. Hukum hanya dapat menjadi

operatif dalam komunikasi dengan manusia-manusia lain.

b) Pelaksanaan norma-norma hukum dapat dituntut dan pelanggarannya pasti

ditindak.

Saya tidak dapat menuntut agar orang yang berlaku kurang sopan terhadap saya

ditindak, kecuali ia juga melanggar hukum. Tetapi, kalau saya merasa bahwa hak

yang saya miliki berdasarkan hukum dilanggar, saya dapat menuntut agar

pelanggaran itu dihentikan dan negara wajib menghentikannya.

Istilah “dapat dituntut” terutama menyangkut hukum perdata yang tidak mengenai

kejahatan, melainkan menetapkan hak pihak-pihak yang terlibat dalam pelbagai

bentuk komunikasi dan transaksi. Kalau saya mengadu karena merasa hak saya

terlanggar, negara tidak dapat menolak penanganannya; negara wajib untuk

memeriksa pengaduan saya dan kalau saya memang berhak, hak saya harus

terpenuhi sepenuhnya.

Begitu pula masyarakat tidak membiarkan norma-norma hukum dilanggar atau

dianggap sepi. Pelanggaran norma hukum dikenakan sanksi atau hukuman. Sanksi

yang dijatuhkan oleh hakim tidak hanya berupa perintah untuk memulihkan

keadaan semula dan mengganti segala rugi yang disebabkan oleh pelanggaran

hukum itu, melainkan ditambah hukuman. Pelanggaran norma hukum ditindak

dengan pasti oleh penguasa yang sah. Penguasa yang sah adalah negara. Negara

yang wajib untuk menjamin keberlakuan hukum. Untuk tujuan itu, negara

mempunyai hak untuk seperlunya memakai paksaan fisik.

c) Dalam negara modern norma-norma hukum berasal dari tindakan perundangan

eksplisit badan legislatif negara yang berwenang.

Page 5: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

5 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Jadi selalu dapat diketahui dengan persis sejak hari mana suatu norma hukum

mulai berlaku. Begitu sebuah undang-undang diumumkan maka suatu tindakan

yang sebelumnya tidak apa-apa dapat dikenakan hukumannya.

d) Yang menjadi obyek atau isi norma hukum bukan suatu sikap batin, melainkan

selalu suatu tindakan lahiriah.

Misalnya kalau hukum mewajibkan saya untuk membayar kembali utang saya,

maka yang dituntut bukanlah suatu motivasi tertentu melainkan hanyalah agar

utang saya dibayar kembali. Hukum tidak mampu menuntut suatu sikap batin,

melainkan secara hakiki mengenai tindakan lahiriah. Segi maksud subjektif atau

motivasi seorang pelaku pelanggaran hanya menjadi pertimbangan dalam

menetapkan berat-ringannya sanksi.

Begitu pula termasuk paham hukum bahwa cara penjaminannya, termasuk

penetapan sansi atas pelanggarannya, ditetapkan secara hukum juga. Tindakan

yang diambil oleh alat negara terhadap pelanggaran hukum tidak boleh sewenang-

wenang, melainkan harus menurut hukum yang berlaku.

Dari situ kelihatan bahwa norma-norma hukum tidak berdiri sendiri, melainkan

bersama-sama merupakan satu tata tertib hukum dan hanya dapat dimengerti dari

kesatuannya dengan tata tertib itu. Karena tata tertib hukum juga memuat norma-

norma tentang pelaksanaan hukum itu sendiri, tata tertib itu ternyata terdiri atas

norma-norma tingkat satu dan tingkat dua. Yang pertama dapat berupa kewajiban,

misalnya untuk membayar pajak, larangan, misalnya terhadap penyalahgunaan

kekuasaan jabatan demi keuntungan pribadi, dan dapat juga berupa aturan

prosedural bagi pergaulan, misalnya tentang bagaimana membagi warisan. Norma-

norma tingkat dua menyangkut hukum sendiri, seperti bagaimana suatu

perselisihan hukum harus ditangani, bagaiamana pelanggaran hukum harus

ditindak, dan bagaimana norma-norma hukum dapat diubah, dihapus, atau

diciptakan baru.

2.3. “Hak”

Sesuatu menjadi hak saya, apabila saya dapat menuntut agar sesuatu itu diberikan

kepada saya dan apabila orang lain wajib untuk memberi apa yang saya tuntut itu.

Paham hak mengimplikasikan kewajiban keras pada pihak alamat tuntutan hak

untuk menghormatinya. Walaupun tidak semua kewajiban menimbulkan suatu hak

yang sebanding (karena manusia juga mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap

dirinya sendiri), namun sebaliknya setiap hak dengan sendirinya merupakan

kewajiban bagi pihak lawan.

Page 6: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

6 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Paham hak dikembangkan sebagai sarana perlindungan manusia dalam

keutuhannya. Sebagai makhluk jasmani, manusia terancam oleh paksaan kekuatan

jasmani dan gangguan terhadap prasyarat-prasyarat material kehidupannya.

Dengan mengakui hak kita atas tindakan-tindakan dan benda-benda tertentu,

masyarakat mengakui kedaulatan kita atas benda dan tindakan kita sehingga

mengakui keutuhan kita sendiri, karena hanya dengan berdaulat atas benda dan

tindakan yang vital bagi kita, keutuhan kita dapat terjamin.

Atas nama maksud baik, sesuatu yang sudah merupakan hak saya, tidak boleh

diambil atau diganggu. Misalnya, apabila saya berhak atas warisan orangtua saya

yang amat kaya, maka penyerahan warisan itu tidak boleh ditunda dengan alasan

bahwa kekayaan yang mendadak itu akan merusak akhlak saya. Bahwa saya berhak

untuk memperoleh sesuatu justru berarti bahwa sesuatu itu bagaimanapun juga

merupakan hak saya dan oleh karena itu bagaimanapun juga wajib diberikan kepada

saya. Hormat terhadap martabat manusia menjadi nyata dan konkret dalam hormat

terhadap hak-haknya.

Kita bicara tentang hak tidak hanya dalam konteks hukum, melainkan juga dalam

konteks moral. Sifat hak tergantung dari sifat hukum yang mendasarinya. Apabila

suatu hak berdasarkan hukum negara, seperti hak atas sebidang tanah, kita bicara

tentang hak hukum. Hak itu diberikan kepada saya oleh masyarakat dengan

mengesahkan hukum yang mendasarinya.

Tetapi saya juga memiliki hak-hak moral, misalnya untuk dipercayai. Hak-hak yang

dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena

pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia.

3. Faktisitas Hukum

Ciri khas hukum tidak terletak dalam isinya – isinya dapat cukup berbeda dari

negara ke negara – melainkan dalam kepastian pelaksanaannya. Ciri khas norma

hukum adalah bahwa suatu pelanggaran tidak akan dibiarkan. Jadi, norma hukum

bukan norma yang hanya diharapkan berlaku atau sekadar dianjurkan oleh

pemerintah, melainkan yang sungguh-sungguh berlaku, yang secara nyata

menentukan kelakuan masyarakat.

Ciri khas hukum ini menunjukkan bahwa bagi hukum faktisitasnya, kenyataan yang

terdapat, adalah unsur yang menentukan. Itu sangat berbeda dengan norma-norma

moral. Apakah pengguguran isi kandungan secara moral dapat dibenarkan, tidak

tergantung dari apakah pengguguran itu dipraktikkan atau tidak dalam masyarakat,

atau dari apakah mayoritas masyarakat menolaknya atau malah menyetujuinya.

Page 7: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

7 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Tetapi, kenyataan-kenyataan faktual ini sangat penting bagi status hukum norma

tentang pengguguran itu. Meskipun ada undang-undang yang melarang

pengguguran isi kandungan, apabila dalam kenyataan undang-undang itu dianggap

sepi, jadi orang yang melakukan tidak diambil tindakan walaupun diketahui, maka

norma yang melarang pengguguran itu harus dikatakan secara hukum tidak

berlaku.

Jadi, suatu norma hukum belum dapat dikatakan berlaku asal sudah

diperundangkan dengan resmi, melainkan hanya kalau norma itu dalam kenyataan

memang dilaksanakan. Rambu lalu lintas yang membatasi kecepatan kedaraan pada

50 kilometer per jam tetapi tidak digubris, tidak merupakan norma hukum.

Faktisitas termasuk paham eksistensi hukum sendiri. Jadi, hukum merupakan suatu

realitas yang faktual. Maka, apakah suatu negara merupakan negara hukum atau

tidak, tidak hanya tergantung dari kitab undang-undang yang pernah diresmikan

dan belum ditarik kembali, melainkan juga dari apakah semua anggota masyarakat

negara itu secara nyata diperlakukan menurut hukum yang resmi berlaku, artinya

yang telah diperundangkan itu.

4. Pengakuan Masyarakat

Salah satu pertanyaan penting dalam menerapkan sebuah produk hukum ialah

apakahl sudah cukup untuk menyebut sebuah sistem peraturan tertentu sebagai

hukum asal seorang penguasa memaksakannya kepada masyarakat? Ataukah suatu

sistem peraturan baru boleh disebut hukum apabila juga diakui sebagai sah oleh

masyarakat sendiri?

Perbedaan antara dua sistem aturan itu besar. Yang satu hanya ditaati masyarakat

karena takut ditindak. Yang kedua, karena dibenarkan oleh masyarakat sendiri.

Tatanan pertama hanya diterima karena terpaksa; begitu ancaman penguasa

dikendorkan, masyarakat tidak akan menaatinya lagi. Sedangkan tatanan kedua

ditaati karena masyarakat menyetujuinya; di sini ancaman sanksi hanya berfungsi

sebagai penunjang: kesediaan masyarakat untuk tidak melanggar tatanan

diamankan terhadap rongrongan nafsu atau kepentingan egois. Masyarakat sudah

menyetujui tatanan ini dan memahami ancaman hukuman sebagai pengimbang

terhadap kekuatan asosial gelap yang diketahui selalu mengancam ketekatannya

yang sebenarnya baik.

Kita dapat bertolak dari pertimbangan bahwa masyarakat tidak menghendaki

hukum karena ingin kebebasannya dibatasi dengan segala macam aturan, melainkan

karena tatanan hukum itu menjamin nilai-nilai bersama yang dianggap vital. Jadi,

hukum berkembang dari kesadaran masyarakat bahwa hukum dibutuhkannya demi

Page 8: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

8 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

suatu kehidupan yang dinilai baik dan bermutu. Dengan demikian, dasar adanya

hukum adalah penilaian masyarakat bahwa hukum itu diperlukan.

Walaupun hukum membawa pelbagai pembatasan dan pengorbanan, namun tetap

dinilai baik kalau dibandingkan dengan keadaan tanpa hukum. Karena itu,

masyarakat bersedia untuk menerima hukum. Dan karena masyarakat juga sadar

bahwa kadang-kadang kepentingan individu lebih kuat daripada penilaian itu,

tatanan normatif itu dikokohkan dengan sistem sanksi yang, kalau perlu,

memaksakan ketaatan anggota masyarakat yang tidak mau. Karena tatanan itu

hanya berguna kalau semua terikat olehnya.

Jelas bahwa bukan sembarang tatanan normatif yang dipaksakan boleh disebut

hukum. Adanya akseptasi dan legitimasi (sosiologis) masyarakat termasuk hakikat

hukum. Hukum adalah tatanan norma-norma yang dipastikan pelaksanaannya oleh

negara, seperlunya dengan paksaan fisik, dan diakui sah oleh masyarakat. Jadi nilai

hukum tidak terletak dalam pembatasan terhadap kebebasan masyarakat sendiri,

melainkan dalam nilai positif yang dicapai melalui pembatasan itu. Secara

tradisional, hal itu diungkapkan dalam tuntutan bahwa hukum secara hakiki harus

adil.

Pengakuan masyarakat adalah hakiki bagi hukum sebagai keseluruhan, tetapi tidak

bagi masing-masing norma hukum sendiri. Ini karena pengakuan terhadap hukum

sebagai lembaga normatif menyeluruh memuat kesediaan untuk juga menerima

ketetapan-ketetapan hukum yang pada dirinya sendiri tidak disetujui.

5. Fungsi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat

Pengakuan masyarakat terhadap pembatasan kebebasannya yang termuat dalam

hukum berdasarkan kesadaran bahwa hukum mempunyai fungsi dalam usaha

mewujudkan suatu kehidupan bersama yang baik. Apa fungsi hukum itu?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita bertolak dari tiga ciri dasar manusia. Manusia

itu makhluk yang berakal budi, jasmani dan sosial. Sebagai makhluk berakal budi,

kelakuan manusia diatur secara normatif dan bukan secara instingtual. Kejasmanian

manusia membawa akibat dalam dua arah: manusia membutuhkan benda-benda

material agar ia dapat hidup, dan manusia dapat ditindas, ditaklukkan, atau

diperkosa melalui medium kejasmanian. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya

dapat mewujudkan kehidupannya, bahkan menjadi diri, dalam kebersamaan

dengan orang lain.

Kombinasi antara sifat jasmani dan sosial menciptakan suatu situasi yang

memerlukan penataan normatif melalui hukum. Manusia membutuhkan benda-

Page 9: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

9 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

benda material hasil bumi ini, padahal benda-benda itu berada di bawah hukum

kelangkaan. Sekaligus untuk mengolah hasil bumi sampai menjadi barang

kebutuhannya manusia, sebagai makhluk sosial, harus bekerja sama. Kombinasi

keharusan-keharusan antropologis ini membuka kemungkinan konflik: konflik

persaingan dalam usaha untuk menjamin kebutuhan dalam situasi kelangkaan dan

konflik tentang pembagian kerja yang wajar: konflik keadilan.

Fungsi hukum yang paling dasar adalah mencegah bahwa konflik kepentingan itu

dipecahkan dalam konflik terbuka, artinya semata-mata atas dasar kekuatan dan

kelemahan pihak-pihak yang terlibat. Hukum menjalankan fungsi ini dengan

menyediakan suatu cara pemecahan konflik kepentingan yang berdasarkan suatu

garis kebijakan atau norma yang rasional dan berlaku umum. Dengan adanya

hukum, konflik kepentingan tidak lagi dipecahkan menurut siapa yang paling kuat,

melainkan berdasarkan aturan yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan dan

dengan tidak membedakan antara yang kuat dan lemah. Orientasi itu disebut

keadilan. Maka termasuk fungsi hukum untuk memapankan krieteria keadilan. Jadi

hukum merupakan sarana pemecahan konflik yang rasional karena tidak

berdasarkan fakta kekuatan-kelemahan alamiah belaka, melainkan menurut kriteria

objektif yang berlaku umum.

Hal itu kelihatan kalau kita meninjau sistem-sistem hukum yang ada. Sistem-sistem

itu sangat berbeda satu sama yang lain. Tetapi, di mana pun – apa itu hukum adat

atau hukum modern yang seluruhnya ditentukan oleh negara dalam kedaulatannya,

apakah bersifat religius atau sekuler – hukum melindungi kepentingan dan cita-cita

dasar manusia yang sama seperti keamanan jiwa, kebebasan untuk mengurus diri

sendiri, bentuk-bentuk hak milik tertentu, struktur-struktur kerja sama dan tukar-

menukar yang adil.

Kelihatan bahwa bukan hanya pihak yang lemah mempunyai motivasi yang kuat

untuk mendukung adanya hukum. Pihak yang lemah memang langsung beruntung

dari adanya hukum karena dalam hal-hal yang diatur oleh hukum kelemahannya

tidak lagi memainkan peranan dalam kedudukannya dalam masyarakat. Hukum

berlaku bagi orang lemah dan kuat. Hal itu berarti orang lemah tidak akan kalah

hanya karena ia lemah. Tetapi juga mereka yang merasa dirinya kuat dan secara

lagnsung mengalami hukum sebagai kendala terhadap keinginan mereka untuk

memaksakan suatu pemecahan konflik kepentingan demi keuntungan mereka

sendiri, secara tidak langsung dan dalam jangka panjang berkepentingan akan

adanya hukum. Karena secara minimal bagi mereka pun adanya hukum menjamin

suatu pemecahan konflik yang wajar dan dengan demikian dapat diterima.

Kecuali itu, walaupun ia merasa kuat, namun ia tidak mempunyai jaminan bahwa ia

tidak pernah akan berada dalam situasi di mana ia kalah kuat. Dengan adanya

Page 10: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

10 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

hukum, apa yang dimilikinya sekarang terjamin juga bagi situasi di mana ia relatif

lemah. Dengan demikian, adanya tata tertib hukum sebenaranya merupakan

kepentingan objektif dan sebenaranya dari semua pihak masyarakat. Maka, ubi

societas ibi ius.

Jadi hukum berfungsi untuk memanusiakan penggunaan kekuasaan dalam

masyarakat. Adanya tatanan hukum menjamin bahwa orang atau golongan yang

berkuasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Di luar batas-batas hukum

peggunaan kekuasaan tidak sah dan di lain pihak hukum merupakan satu-satunya

saluran penggunaan kekuasaan yang sah. Hidup bersama antarmanusia tidak

ditentukan oleh insting-insting otomatis dan juga tidak menurut peringkat kuat-

lemah, melainkan menurut norma-norma yang masuk akal, yang berlaku bagi setiap

orng dan dengan demikian menghormati manusia menurut martabatnya, sebagai

makhluk yang berakal budi.

6. Ciri-Ciri Hukum

Dari pertimbangan tentang fungsi hukum, kita langsung dapat menarik suatu

kesimpulan: hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman

kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan

yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti,

hukum dapat menjalankan fungsinya. Maka, kepastian dan keadilan bukanlah

sekadar tuntutan moral, melainkan secara faktual mencirikan hukum. Suatu hukum

yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekadar hukum yang buruk, melainkan

bukan hukum sama sekali. Kita dapat mengatakan bahwa dua sifat itu termasuk

paham hukum sendiri (Begriff des Rechts).

6.1. Kepastian Hukum

Kepastian hukum pertama-tama berarti kepastian dalam pelaksanaannya. Yang

dimaksud ialah bahwa hukum yang resmi diperundangkan dilaksanakan dengan

pasti oleh negara. Kepastian hukum berarti bahwa setiap orang dapat menuntut

agar hukum dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi, dan bahwa setiap

pelanggaran hukum akan ditindak dan dikenakan sanksi menurut hukum juga. Di

sini termasuk bahwa alat-alat negara dalam menjamin pelaksanaan hukum

bertindak sesuai dengan norma-norma hukum sendiri. Juga termasuk bahwa

pengadilan mengambil keputusan melulu berdasarkan penilaian terhadap status

hukum masalah yang diperkarakan dan tidak menurut kepentingan-kepentingan

pihak-pihak tertentu. Maka, keputusan pengadilan harus bebas dari pengaruh

kekuasaan. Kepastian pelaksanaan hukum dengan demikian menuntut agar dalam

perkara hukum kekuasaan eksekutif negara, pemerintah, berada di bawah

kekuasaan yudikatif dan dapat dipaksa untuk bertindak sesuai dengan hukum.

Page 11: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

11 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Akan tetapi agar hukup dapat dilaksanakan dengan pasti, hukum harus jelas. Para

ahli bicara tentang kepastian orientasi. Jadi kepastian pelaksanaan mengandaikan

kepastian orientasi. Hukum harus sedemikian jelas sehingga masyarakat dan hakim

dapat berpedoman padanya. Itu berarti bahwa setiap istilah dalam hukum harus

dirumuskan dengan terang dan tegas sehingga tak ada keragu-raguan tentang

tindakan apa yang dimaksud. Suatu aturan hukum yang kabur atau terlalu umum

adalah buruk. Apabila misalnya tindak subversi dijadikan tindak kriminal, tetapi

tidak dirumuskan tindakan yang macam apa yang disebut tindak subversi itu, maka

orang tidak tahu apa yang tidak boleh dilakukan itu. Norma macam itu tidak

mendidik karena orang tidak tahu kelakuan apa yang harus dijauhi. Sekaligus

iktikad baik penguasa akan dicurigai karena kekaburan perumusan menyediakan

kemungkinan baginya untuk seenaknya mencap sebagai kriminal suatu sikap yang

tidak disenangi. Begitu pula aturan-aturan hukum harus dirumuskan dengan ketat

dan sempit agar keputusan dalam perkara pengadilan tidak dapat menurut tafsiran

subjektif dan selera pribadi hakim.

Kepastian orientasi menuntut agar ada prosedur pembuatan dan peresmian hukum

yang jelas dan dapat diketahui umum. Masyarakat selalu harus dapat mengetahui

apa yang dilarang atau diwajibkan oleh hukum dan apa yang tidak. Kepastian

orientasi juga menuntut agar hukum dikembangkan secara kontinu dan taat asas.

Undang-undang harus saling terkait, harus menunjuk ke satu arah agar masyarakat

dapat membuat rencana ke masa depan. Jangan sampai apa yang dipersiapkan

sekarang sesuai dengan hukum, dua tahun kemudia dinyatakan terlarang dan orang

mendapat rugi besar. Begitu juga jangan dibuat undang-undang yang saling

bertentangan.

Di sini termasuk juga tuntutan bahwa undang-undang pdana tak boleh dibuat

berlaku surut. Menghukum seseorang karena ia melakukan sesuatu yang tidak

terlarang pada waktu ia melakukannya, tetapi kemudian dinyatakan terlarang

bertentangan dengan keadilan dan kepastian hukum. Pada umumnya berlaku

bahwa suatu hukum yang akan membawa perubahan besar harus diadakan

sedemikian rupa sehingga dapat diperhitungkan sebelumnya. Kalau pemerintah

misalnya melarang impor mobil yang telah jadi, aturan itu seharusnya tidak

diberlakukan pada mobil yang pada saat peraturan itu diumumkan sudah

dikapalkan sesuai dengan peraturan yang berlaku pada waktu pengapalan itu.

6.2. Keadilan

Sifat hakiki hukum yang kedua adalah keadilan. Tuntutan keadilan itu pun

mempunyai dua arti. Dalam arti formal, keadilan menuntut bahwa hukum berlaku

umum. Dalam arti material dituntut agar hukum sesesuai mungkin dengan cita-cita

keadilan dalam masyarakat.

Page 12: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

12 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Keadilan menuntut agar semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan

dengan sama. Dalam bidang hukum itu berarti bahwa hukum berlaku untuk umum.

Yang dimaksud bukan bahwa hukum di seluruh dunia sama saja, atau bahwa

hukum tidak mengenal pengecualian. Melainkan bahwa setiap orang, entah siapa

pun dia, selalu diperlakukan menurut hukum yang berlaku. Setiap orang yang

karena kedudukan, fungsi atau norma hukum akan diperlakukan menurut norma

hukum itu. Jadi kalau saya memakai jalan umum, peraturan-peraturan lalu lintas

akan diberlakukan kepada saya, karena peraturan itu berlaku bagi siapa saja yang

dapat disebut pemakai jalan. Apabila saya ditangkap dalam suatu pelanggaran, saya

tidak dapat membela diri dengan argumen bahwa saya seorang pastor dan bukan

rakyat biasa.

Kalau ada pengecualian, maka pengecualian itu sendiri harus termuat dalam aturan

hukum yang bersangkutan, sehingga berlaku umum bagi yang dimaksud. Begitu

misalnya dapat dibuat peraturan bahwa polisi bersepeda motor, apabila sedang

bertugas, boleh memakai jalan yang ditutup bagi kendaraan beroda tiga atau

kurang.

Jadi, di hadapan hukum, semua orang sama derajadnya. Semua orang berhak atas

perlindungan hukum dan tidak ada yang kebal terhadap hukum. Inilah yang

dimaksud dengan asas, kesamaan hukum (Rechtsgleichheit) atau kesamaan

kedudukan di hadapan undang-undang (Gleichheit vor dem Gesetz). Namun, biasanya

kalau kita bicara tentang keadilan hukum, maksud kita adalah keadilan dalam arti

material: isi hukum harus adil. Maksud untuk mewujudkan tatanan kehidupan

bersama yang adil termasuk hakikat hukum sendiri. Suatu hukum yang tidak mau

adil bukan hukum namanya. Yang diperlukan dan diakui masyarakat bukan

sembarang tatanan normatif, melainkan suatu tatanan yang menunjang kehidupan

bersama berdasarkan apa yang dinilai baik dan wajar. Maka, arah ke pelaksanaan

keadilan adalah konstitutif, atau merupakan prasyarat hakiki, bagi hukum.

Sebagaimana ditulis Gustav Radbruch: “Hukum bisa saja tidak adil..., tetapi hukum

hanyalah hukum karena maunya adil”.

Bagaimana menentukan apakah hukum itu adil atau tidak? Perlu kita perhatikan

bahwa kita bergerak di tingkat faktual. Jadi, yang kita persoalkan bukanlah

pertanyaan etis tentang apa kriteria objektif keadilan, melainkan apa yang oleh

masyarakat dianggap adil. Kita bicara di sini tentang legitimasi sosiologis hukum

dan bukan tentang legitimasi hukum. Oleh karena itu, tuntutan keadilan dapat

diterjemahkan ke dalam tuntutan bahwa hukum harus sesesuai munngkin dengan

cita-cita keadilan dalam masyarakat yang bersangkutan.

6.3. Kepastian dan Keadilan Hukum

Page 13: KULIAH HUKUM DAN HAK-HAK ASASI MANUSIA - Beranda · Dan seusai pertandingan sepak bola, bagi pemain sepak bola pun tak ada alasan sedikit pun untuk tidak memegang bola dengan tangan

13 | P a g e / k u l i a h H A M 2 0 1 7 / o t t o g u s t i

Akan tetapi, tuntutan agar hukum sesuai dengan apa yang dianggap adil dalam

masyarakat menuntut agar dalam setiap kasus di depan pengadilan situasi konkret

dan sosial sepenuhnya diperhatikan. Masyarakat tidak menilai menurut prinsip-

prinsip abstrak, melainkan menurut apa yang dalam situasi konkret terasa adil.

Begitu misalnya masyarakat dapat saja menganggap suatu hukuman atas tindakan

pembunuhan tidak adil karena yang dihukum hanya para pelaksana fisik,

sedangkan “auctor intelectualis” dibiarkan bebas karena keterlibatannya tidak dapat

dibuktikan secara pasti. Jadi tuntutan keadilan memuat agar hukum dirumuskan

secara luwes agar hakim mempunyai kebebasan untuk memperhatikan semua

unsur konkret dalam kasus yang dihadapinya.

Sedangkan kepastian orientasi menuntut agar hukum dirumuskan dengan sempit

dan ketat agar tidak ada kekaburan sedikit pun. Tetapi, makin sempit, ketat dan

terinci perumusan hukum, makin kaku hukum itu dan makin sempit ruang gerak

kebebasan hakim untuk memperhatikan pelbagai faktor subjektif. Dengan

demikian, mungkin saja bahwa suatu keputusan sesuai dengan norma-norma

hukum, tapi tidak sesuai dengan keadilan menurut pandangan masyarakat. “Summa

iustitia summa injuria” kata orang Romawi (keadilan tertinggi adalah ketidakadilan

tertinggi).

Di lain pihak, apabila hakim diberi terlalu banyak kebebasan, pintu terbuka bagi

segala macam penyelewengan; penyelesaian satu kasus hukum akan tergantung

dari mutu profesional dan integritas moral hakim dan tidak lagi dari peraturan

hukum. Begitu pula agar hukum sesuai dengan perasaan keadilan masyarakat,

hukum seharusnya terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan dalam

masyarakat. Tetapi, tuntutan ini bertentangan dengan tuntutan kontinuitas hukum,

jadi agar jangan cepat-cepat diubah.

Ternyata antara tuntutan kepastian hukum dan tuntutan agar hukum sesuai

mungkin dengan perasaan keadilan masyarakat terdapat ketegangan. Ketegangan

itu termasuk hakikat hukum sendiri dan akan muncul kembali dalam pertentangan

antara Teori Hukum Kodrat dan Positivisme Hukum. Namun, ketegangan itu tidak

perlu menggagalkan cita-cita hukum. Hukum memang harus pasti. Kepastian

hukum adalah dasar hukum. Tanpa kepastian, keadilan pun tidak dapat terlaksana,

tetapi kepastian tidak boleh dimutlakkan. Agar hukum tetap adil, perlu ada

keluwesan.