kuliah-3 karakteristik masyarakat pesisir 2009

Upload: satriarahmadika

Post on 11-Jul-2015

211 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Karakteristik Masyarakat PesisirKuliah 3

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang kuat untuk mencapai tujuan dalam hidupnya.

What is society? A population that shares: 1. Geographical Territory 2. Culture 3. Religion 3. Identification and interaction 4. Material and physical goods and the way they are obtained.

Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir

sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan, seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengolahan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut.

Masyarakat Pesisir

Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat relatif homogen dan masing-masing individu merasa mempunyai kepentingan yang sama dan tanggungjawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.

Nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.

NelayanTipologi Nelayan sebagian besar penduduk daerah pesisir umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Petani menghadapi situasi ekologis yang dapat dikontrol, nelayan dihadapkan pada situasi ekologis yang sulit dikontrol. Perikanan tangkap bersifat open access sehingga nelayan juga harus berpindah-pindah dan ada elemen resiko yang harus dihadapi lebih besar dari pada yang dihadapi petani (Pollnack 1998). Selain itu, nelayan juga harus berhadapan dengan kehidupan laut yang sangat keras sehingga membuat mereka umumnya bersikap keras, tegas dan terbuka.

Pollnack (1998), menyebutkan nelayan dapat dibedakan ke dalam dua kelompok: nelayan skala besar (large scale fisherman) dan nelayan skala kecil (small scale fisherman).

Ciri perikanan skala besar adalah : Diorganisir dengan cara cara yang mirip dengan perusahaan agroindustri di negaranegara maju. Secara ralatif lebih padat modal Memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari pada perikanan sederhana, baik untuk pemilik maupun awak perahu Menghasilkan untuk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor.

lanjutan

Nelayan skala besar dicirikan dengan besarnya kapasitas teknologi penangkapan maupun jumlah armada. Mereka lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan melibatkan buruh nelayan sebagai anak buah kapal (ABK) dengan orientasi kerja yang kompleks.

Pola hubungan antarberbagai status dalam organisasi kerja tersebut juga semakin hierarkhis. Hal tersebut menjadikan nelayan besar sering disebut sebagai nelayan industri (industrial fisher). Sungguh pun demikian, nelayan industri sebenarnya lebih tepat disebut dengan kapitalis atau pengusaha perikanan karena umumnya organisasi kerja yang mereka kendalikan bersifat formal dalam pengertian status badan hukum, dan mereka tidak terjun langsung dalam usaha penangkapan sehingga sering disebut pula sebagai juragan darat.

Nelayan skala kecil

beroperasi di daerah pesisir yang tumpang tindih dengan kegiatan budidaya. Pada umumnya, mereka bersifat padat karya. Nelayan kecil mencakup berbagai karakteristik nelayan, baik berdasarkan kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada) maupun budaya. belum menggunakan alat tangkap maju berorientasi subsisten sehingga sering disebut sebagai peasant-fisher.

lanjutan

Biasanya hasil tangkapan dijual kemudian dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan bukan untuk diinvestasikan kembali untuk melipatgandakan keuntungan. Menurut undang-undang perikanan tahun 2004 nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

lanjutan

Nelayan kecil tersebut, pada umumnya, merupakan kelompok masyarakat termiskin (the poorest of the poor) dan menjadi nelayan dalam waktu yang relative lama, sungguh pun memiliki resiko yang sangat tinggi, baik karena kondisi alam maupun kondisi persaingan antar nelayan, serta pendapatan yang tidak pasti. Ini terjadi karena menjadi nelayan tidaklah semata sebagai matapencaharian (livelihood), tetapi sudah merupakan satu-satunya jalan hidup (way of life).

Sistem bagi hasilRAMAN PENERIMAAN BERSIH (RAMAN-24%) GROSS BENEFIT (PENERIMAAN BERSIH-BIAYA PERBEKALAN)

40% PENDAPATAN NELAYAN PEMILIK

60% PENDAPATAN NELAYAN ABK

3 BAGIAN NAHKODA

2 BAGIAN WAKIL NAHKODA MOTORIS JURU ARUS

1,5 BAGIAN WAKIL JURU ARUS WAKIL MOTORIS JURU LAMPU JURU BANTU KOKI

1 BAGIAN NELAYAN ABK (25 30 ABK)

Gambar 1. Sistem Bagi Hasil pada Perikanan Purse Seine di Eretan Wetan

Distribusi pendapatan tidak memihak kepada mereka yang benar-benar sebagai nelayan, termasuk nelayan buruh . Hal ini dikarenakan peralatan produksi merupakan milik penanam modal, sedangkan nelayan hanya berperan sebagai anak buah kapal (ABK). Oleh karena itu, surplus produksi lebih banyak dinikmati oleh para pemilik modal dan para pedagang/tengkulak (Rudiatin, 1997; Kusnadi, 2000; dan Satria, 2001).

Motorisasi perikanan

Selanjutnya, setelah motorisasi perikanan berkembang tidak sedikit dari nelayan yang berubah menjadi post-peasant fisher yang berarti lebih maju daripada peasant fisher. Ciri-cirinya antara lain sudah menggunakan teknologi lebih maju, seperti motor tempel. Seiring dengan pemanfaatan mesin penggerak perahu tersebut semakin membuka peluang bagi nelayan untuk menangkap ikan di wilayah perairan yang jauh lebih luas, bahkan bisa sampai laut lepas (offshore). Tentu saja, daya tangkapnya pun lebih besar sehingga memungkinkan bagi mereka untuk memperoleh surplus dari hasil tangkapan itu.

Hukum adat

Aturan-aturan yang digunakan umumnya timbul dan berakar dari permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Aturan-aturan dan kebijakan ini kemudian ditetapkan, dikukuhkan dan disepakati bersama oleh masyarakat sebagai suatu undang-undang atau hukum yang lebih dikenal sebagai hukum adat. Dalam penerapannya, aturan-aturan tersebut langsung diaplikasikan oleh masyarakat dan masyarakat juga yang akan melakukan pengawasan dan evaluasinya.

Patron-klien

Pola hubungan tertentu yang sangat umum dijumpai di kalangan nelayan juga petani tambak, yakni pola hubungan yang bersifat patron-klien. Karena keadaan ekonomi yang buruk, maka para nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil, dan buruh tambak seringkali terpaksa meminjam uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dari para juragan atau para pedagang pengumpul (tauke, tengkulak). Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terikat dengan pihak juragan atau pedagang. Keterikatan tersebut antara lain berupa keharusan menjual produknya kepada para pedagang atau juragan tersebut. Pola hubungan yang tidak simetris ini tentu saja sangat mudah menjadi alat mendominasi dan eksploitasi.

Perikanan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.

Pembudidaya

Pembudidaya ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha pembudidayaan ikan. Petani/pembudidaya subsisten memiliki < 0,25 Ha Pengolah ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha pengolahan ikan. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan.

TERIMAKASIH