kuesioner

17
1 BUKU KERJA MAHASISWA BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY) WABAH PENYAKIT MENULARBLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS & KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2010

Upload: agus-dmawan

Post on 26-Jun-2015

1.249 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: kuesioner

1

BUKU KERJA MAHASISWA

BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY)

“ WABAH PENYAKIT MENULAR”

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS & KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2010

Page 2: kuesioner

2

PENDAHULUAN

Modul ini merupakan modul yang diharapkan dapat mensimulasikan pemecahan

masalah dalam Sistem Kedokteran Komunitas. Dengan modul ini diharapkan dapat mendorong/

menunjang pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah Kedokteran Komunitas sehingga

mahasiswa mampu melakukan penanganan terpadu masalah kesehatan yang terjadi dalam

masyarakat.

Modul ini diberikan dalam bentuk role play dimana mahasiswa akan memerankan peran

seperti dalam keadaan sebenarnya di Puskesmas waktu menangani masalah wabah.

Sebelum melakukan role play ini, mahasiwa diharapkan membaca dengan saksama Bu-

ku Acuan tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, serta TIU dan TIK, sehingga tidak terjadi

penyimpangan dari tujuan diskusi dan tercapainya kompetensi minimal yang diharapkan.

Bahan untuk diskusi dapat diperoleh dari bahan kuliah dan buku Acuan. Kuliah pakar akan

diberikan atas permintaan anda yang berkaitan dengan modul ataupun penjelasan dalam

pertemuan konsultasi antara peserta kelompok diskusi anda dengan ahli yang bersangkutan.

Makassar, April 2010

Koordinator Blok Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran UNHAS

DR. dr. Armyn Nurdin. M.Sc

Sekretaris Blok

Dr. Suryani Tawali MPH.

Page 3: kuesioner

3

MODUL 2

WABAH PENYAKIT MENULAR DALAM SUATU KOMUNITAS

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa dapat melaksanakan Penanggulangan dan Pencegahan Wabah (KLB) penyakit menular yang menimpa suatu komunitas secara mandiri dan mampu membuat perencanaan untuk mencegah berulangnya wabah pada masa yang akan datang.,

KOMPETENSI MINIMAL :

1. Mampu mengenali dan memberikan gambaran WABAH PENYAKIT bila mencari informasi dalam di literatur atau korespendensi dan mengetahui cara mendapatkan informasi lebih lanjut.

2. Mampu membuat diagnosis WABAH berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologis. dan mampu melaporkan kejadian wabah ke pihak yang lebih ahli untuk dilakukan upaya penanggulangan wabah.

3. 3A. Mampu membuat diagnosis wabah berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologis dan mampu memutuskan dan melakukan tindakan penanggulangan tahap pertama (mencegah agar wabah tidak meluas , kasus baru tidak bertambah secara siknifikan dan tidak terjadi lagi korban jiwa) sebelum merujuk ke pihak yang lebih ahli 3B. Mampu membuat diagnosis wabah berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologis dan mampu memutuskan dan melakukan tindakan penanggulangan wabah tahap lanjut (sampai tahap penghentian wabah) sebelum merujuk ke pihak yang lebih ahli .

4. Mampu membuat diagnosis wabah berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologis dan mampu memutuskan dan melakukan tindakan penanggulangan wabah sampai tuntas termasuk pencegahan wabah pada masa yang akan datang secara mandiri, berdasarkan Undang-Undang Wabah Penyakit.

P E M I C U

KASUS 1 :

KLB DEMAM BERDARAH DENGUE . 1. Informasi yang di berikan oleh Kepala puskesmas kepada kelompok mahasiswa

dalam bentuk satu lembar laporan Wabah berupa formulir laporan W1, yang telah diisi gejala gejala penyakit tanpa menyebutkan (mendiagnosis) jenis KLB yang terjadi

a. Informasi yang akan disampaikan oleh kepala puskesmas tsb merupakan kasus

Page 4: kuesioner

4

yang riel terjadi dalam suatu komunitas diwilayah kerja puskesmas. b. Informasi dari masing-masing kepala puskesmas ( terdapat 8 puskesmas) ber

beda-beda sesuai dengan kenyataan yang ada sebagai suatu evidence. c. Informasi yang diberikan oleh Kepala Puskesmas merupakan KASUS terbaru

yang SEDANG terjadi pada hari disampaikan informasi tersebut oleh kepala puskesmas dan kasusnya masih berjalan.

d. Selanjutnya mahasiswa melaksanakan tahap demi tahap sesuai petunjuk lebih lanjut. Sbb :

TAHAP PERTAMA:

Merupakan pertemuan pertama dilakukan dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk penjelasan dan tanya jawab tentang wabah penyakit dari modul satu.

TAHAP KEDUA

Tahap kedua merupakan TUTORIAL PERTAMA, mahasiswa dibagi dalam 10 kelompok.

a. Pada tahap ini kegiatan berlangsung selama 2 X 50 menit, b. Tiap kelompok di dampingi oleh tutor dari Puskesmas dan atau dosen

yang ditunjuk. c. Pada tahap ini, kasus tersebut didiskusikan dalam kelompok dengan

menggunakan metode curah pendapat, mahasiswa diharapkan memecahkan problem wabah yang terdapat dalm formulir W1, dengan mengikuti 7 langkah penyelesaian masalah.

d. Pada Tutorial pertama ini mahasiswa menyelesaikan langkah 1 sampai

langkah 5.

TAHAP KETIGA. a. Mahasiswa belajar mandiri untuk memecahkan masalah wabah tersebut. b. Berhubung masalah ini hanya dapat diselesaikan apabila mahasiswa

melakukan penyelelidikan epidemiologis wabah penyakit di Puskesmas dan masyarakat, maka pada tahap ini, seluruh anggota kelompok harus ke puskesmas berdasarkan wilayah dimana KLB terjadi.

c. Penyelidikan epidemiologis di Puskesmas dilakukan pada keesokan harinya

d. Mahasiswa secara sendiri sendiri atau berkelompok datang ke puskesmas dan diterima oleh kepala puskesmas (Tutor) pada jam 08.30 pagi di puskesmas masing- masing. Dimana sebelumnya yaitu pada tahap kedua kepala puskesmas menginformasikan dengan jelas alamat puskesmas masing- masing,

e. Pada penyelidikan epidemiologis ini, mahasiswa mengumpulkan data sekunder sesuai dengan kasus dan agar proses berjalan dengan lancar maka masing -masing kepala puskesmas (TUTOR) telah menyiapkan data tersebut di puskesmas.

f. Setelah memperoleh data,dan berdiskusi dengan staf puskesmas maka mahasiswa melakukan penyelidikan wabah dengan mengunjungi salah

Page 5: kuesioner

5

satu rumah di lokasi wabah yang dekat dengan puskesmas, rumah tersebut telah dipersiapkan sebelumnya oleh tutor dan telah disampaikan pada pemilik rumah, apabila tidak ada kasus yang dekat dengan puskesmas maka dilakukan laksana kasus.

g. Tujuan penyelidikan epidemiologi di masyarakat ini adalah agar mahasiswa mempelajari factor lingkungan, factor perilaku dan factor lain yang merupakan factor risiko terjadinya wabah.

h. Mahasiswa diwajibkan mengambil dokumentasi ( foto atau video) tentang faktor risiko yang ditemukan pada saat berada di masyarakat .untuk nantinya dipresentasikan dalam LOKAKARYA MINI PUSKESMAS.

i. Data yang diperoleh di puskesmas dibuat dalam bentuk table dan grafik , serta menghitung batas wabah, selanjutnya mahasiswa menetapkan apakah telah terjadi wabah atau tidak, tetapi dalam proses pembelajaran ini maka data yang disiapkan oleh puskesmas adalah data yang telah didiagnose sebelumnya bahwa telah terjadi wabah.

TAHAP EMPAT DAN LIMA Dengan terdiagnosanya wabah ini, maka selanjutnya mahasiswa mendiskusikan untuk mencapai Tujuan Instruksional Khusus serta membuat laporan hasil penyelidikan wabah penyakit dan Plan Of Action (POA) (TUTORIAL KEDUA)

TAHAP ENAM POA ini selanjutnya dipresentasikan dalam acara LOKAKARYA MINI PUSKESMAS ( PENGGANTI DISKUSI PANEL PADA TAHAP ENAM ) yang diadakan di puskesmas diikuti oleh semua staf puskesmas, Lurah, tim penggerak PKK, kader posyndu dll, sekaligus dilakukan proses TANYA PAKAR, (Kepala Puskesmas, dokter puskesmas termasuk dokter spesialis yang ada dipuskesmas dan lurah serta PKK) dapat juga di rangkaikan dengan pelatihan kader oleh mahasiswa.

CONTOH Ini adalah salah satu contoh informasi dari kepala puskesmas untuk penyakit DBD. Kepala RT V/RW 3 Desa Barombong, datang ke Puskesmas Barombong melaporkan kepada Kepala Puskesmas bahwa diwilayahnya telah terjadi Wabah dengan menyerahkan laporan wabah ( LAPORAN W1). Laporan ini SELANJUTNYA diberikan oleh kepala puskesmas kepada setiap mahasiswa yang berperan sebagai “”KEPALA PUSKESMAS””.

Page 6: kuesioner

6

KASUS 2 DAN KASUS SELANJUTNYA, IDEM DENGAN KASUS PERTAMA.

TUGAS MAHASISWA

1. Setelah memperoleh informasi dalam bentuk skenario yang disampaikan oleh Kepala Puskesmas ( yang merangkap sebagai Tutor) maka mahasiswa melakukan tanya jawab dengan Kepala Puskesmas untuk memperjelas skenario yang diberikan.

2. Mahasiswa kemudian melakukan diskusi kelompok yang bertujuan untuk membahas substansi dan kata kunci dari informasi yang diberikan serta mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan kunjungan lapangan ke Puskesmas, ke Rumah Sakit atau ke Masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada, hal yang perlu dipersiapkan antara lain membuat kuesioner penyelidikan epidemiologis (Investigasi wabah) serta pembahagian tugas untuk masing-masing mahasiswa.

3. Diskusi ini dilakukan sampai pada langkah lima yang bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK) dalam modul ini, namun tidak menutup kemungkinan dapat memperluas bahan diskusi dengan hal hal yang relevant.

4. Selanjutnya Mahasiswa melakukan penyelidikan epidemiologis ( investigasi wabah) dengan melakukan kunjungan lapangan ke Puskesmas/Masyarakat untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan.

5. Setelah menyelesaikan seluruh proses penyelidikan epidemiologis di puskesmas dan masyarakat, mahasiswa mendiskusikan dalam kelompok masing2 hasil penyelidikan epidemiologis tersebut.

6. Setelah mendiskusikan dalam kelompok mahasiswa diwajibkan membuat: a) Laporan lengkap hasil penyelidikan epidemiologis dan b) POA ( Plan of action) penanggulangan dan pencegahan wabah penyakit.

7. Setiap kelompok membuat satu laporan lengkap hasil penyelidikan epidemiologis dan satu POA ( Plan of Action) penanggulangan dan pencegahan wabah penyakit POA penanggulangan dan pencegahan wabah penyakit dipresentasikan rapat pleno. yang dilaksanakan di Kampus dilanjutkan dengan tanya pakar, Format kuesioner penyelidikan epidemiologis, Laporan lengkap hasil penyelidikan epidemiologis dan POA ( Plan of action) penanggulangan dan pencegahan wabah penyakit akan diberikan contoh pada bagian terpisah.

STRATEGI BELAJAR : 1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor, melakukan curah pendapat dan diskusi bebas antar

anggota kelompok.

2. Field work ke Puskesmas.

3. Bermain peran (role play) sebagai kepala puskesmas di Puskesmas dan stakeholder yang

terkait untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan penanganan wabah secara

komprehensif

Page 7: kuesioner

7

4. Belajar mandiri mencari informasi tentang kasus yang ditangani.

5. Konsultasi pada nara sumber yang ahli (expert) pada permasalahan yang dimaksud untuk

memperoleh pengertian yang lebih mendalam.

Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat, mahasiswa diharapkan

memecahkan problem yang terdapat dalam skenario ini, yaitu dengan mengikuti 7 langkah

penyelesaian masalah di bawah ini:

1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam scenario di atas, dan tentukan kata/ kalimat kunci

skenario diatas.

2. Identifikasi problem dasar scenario diatas dengan, dengan membuat beberapa pertanyaan

penting.

3. Analisa problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.

4. Klasifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.

5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin di capai oleh mahasiswa atas kasus tersebut

diatas.

6. Cari informasi tambahan tentang kasus diatas dari luar kelompok tatap muka. Langkah 6

dilakukan dengan belajar mandiri.

7. Laporkan hasil diskusi dan sistesis informasi-informasi yang baru ditemukan.

Langkah 7 dilakukan dalm kelompok diskusi dengan tutor.

Penjelasan :

Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang diperlukan untuk

sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 6 bisa diulangi, dan selanjutnya dilakukan lagi

langkah 7.

Kedua langkah diatas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah informasi dirasa cukup

maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi

panel dimana semua pakar duduk bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang

belum jelas

Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor, mahasiswa dibagi

menjadi kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 10-15 orang tiap kelompok.

1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk penjelasan dan

tanya jawab.

Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, dan membagi

kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan.

2. Pertemuan kedua : diskusi tutorial 1 dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor Tujuan : * Memilih ketua dan sekretaris kelompok, * Brain-storming untuk proses 1 – 5, * Pembagian tugas

3. Penyelidikan epidemiologi wabah penyakit dengan melakukan kunjungan ke Puskesmas dan masyarakat tempat terjadinya wabah penyakit, di dampingi oleh tutor

JADWAL KEGIATAN

PROSES PEMECAHAN MASALAH

Page 8: kuesioner

8

Tujuan : Untuk mendiagnosa benar tidaknya terjadinya wabah dalam satu populasi dengan melakukan pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, serta melakukan observasi lapangan dengan melakukan kunjungan ke masyarakat serta melakukan diskusi dengan seluruh petugas puskesmas untuk memperoleh masukan dan pembelajaran di lapangan.

4. Anda belajar mandiri baik sendiri-sendiri maupun berkelompok . Tujuan : untuk mencari informasi baru yang diperlukan,

5. Diskusi mandiri; dengan proses sama dengan diskusi tutorial. Bila informasi telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan berulang-ulang diluar jadwal. 6. Pertemuan ketiga (terahir): diskusi panel dan tanya pakar. Tujuan: untuk melaporkan hasil analisa dan sintese informasi yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuan ini.

Catatan : • Laporan penyajian kelompok serta semua laporan hasil diskusi kelompok serta

laporan kasus masing-masing mahasiswa diserahkan satu rangkap ke koordinator PBL MEU melalui ketua kelompok.

• Semua laporan akan diperiksa dan dinilai oleh pakarnya masing-masing, dan dikembalikan ke mahasiswa melalui koordinator untuk perbaikan.

• Setelah diperbaiki, dua rangkap masing-masing laporan diserahkan ke koordinator PBL MEU

• Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa lain untuk dipakai sebagai salah satu bahan ujian.

TIME TABLE

I II III IV V VI

Pertemuan I

(Penjelasan)

Tutorial I

(Brain Stroming

Klassifikasi

Analisis &

sintesis)

Penyelidikan

wabah di

Puskesmas &

observasi

masyarakat

Mandiri

Mencari tambahan

informasI

Tutorial II

(Laporan

informasi baru

Klassifikasi

Analisis &

sintesis)

Mengadakan

Lokakarya Mini

Puskesmas utk

mempresentas

ikan POA

Diskusi

panel

Tanya

pakar

SUMBER BACAAN

A. BAHAN BACAAN

1. Leavell, HR and E.G. Clark. Preventive Medicine for the Doctor in His Community (An

Epidemiologic Approach) . McGraw-Hill, New York, 1958.

2. Phoon,W.O. and Chen, P.C.Y. Textbook of Community medicine in South-East Asia. John

Wiley & Sons, Singapore.

3. Noor, Nasri Noor. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta, Jakarta.

4. N, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

5. Noor, Nasri Noor.Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta, Jakarta.

6. Benne, F.J.. Diagnosa Komunitas. Yayasan Essentia Medica. Jakarta, 1987.

Page 9: kuesioner

9

7. Dirjen PPM dan PL Depkes RI. . Panduan praktis surveilans epidemiologi penyakit (Ed. 1).

Depkes, Jakarta, 2003..

8. Depart. Kesehatan R.I. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. tentang Kebijakan Dasar Pusat

Kesehatan Masyarakat. Jakarta, 2004.

B. DIKTAT DAN HAND-OUT

1. Bahan Kuliah dari masing-masing dosen pengampu Sistem kedokteran Komunitas

2. Buku Acuan

C. SUMBER INFORMASI LAIN

VCD, Film, Internet, Slide, Tape

D. NARA SUMBER (DOSEN PENGAMPU)

DAFTAR NAMA NARA SUMBER

A. CONTOH KUESIONER PENYELIDIKAN WABAH

1. CONTOH KUESIONER UNTUK PENDERITA

2. CONTOH KUESIONER UNTUK SARANA KESEHATAN

1) NAMA PUSKESMAS: 2) KETERSEDIAAN OBAT/LOGISTIK ( missal: oralit, malath ion, abate. Kaporit,

anti biotic, APD, infuse set. Cairan infuse, vaksin, dll ) a. JUMLAH YANG TERSEDIA : b. JUMLAH YANG DIBUTUHKAN UNTUK KLB :

3) APAKAH SISTEM KEWASPADAAN DINI BERJALAN DENGAN BAIK ( SURVEILANS

3. CONTOH KUESIONER UNTUK PENGUMPULAN DATA.

NO NAMA PENDERITA

UMUR SEX TANGGAL MULAI SAKIT

GEJALA EXPOSURE ALAMAT KONDISI RUMAH

KONDISI LINGK

Page 10: kuesioner

10

NAMA PUSKESMAS : JENIS PENYAKIT : JUMLAH KASUS MINGGUAN ( LIHAT LAPORAN PUSKESMAS FOR M : W2KPu

JUMLAH PENDERITA

JUMLAH KEMATIAN

KETERANGAN NO MINGGU KE

< 5 THN >5 THN < 5 THN >5 THN 1 1 2 2 3 3 DST

B. CONTOH FORMAT LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

1. Latar belakang 2. Tujuan Umum 3. Tujuan khusus 4. Hipotesis 5. Metode investigasi

a) Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data penderita diare, data sarana kesehatan, dan informasi tentang ketersediaan oralit dan cairan infus serta penggunaannya.

b) Pengolahan dan analisa data Pengolahan data berdasarkan variabel waktu, tempat dan orang secara manual dan komputer.

c) Penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.

6. Hasil penyelidikan 7. Kesimpulan 8. Tindak lanjut

C. CONTOH PLAN OF ACTION PENANGGULANGAN DAN PENCEGA HAN WABAH 1. KEBIJAKAN : …..

Meningkatkan status kesehatan masyarakat 2. STRATEGI :

1) Pengendalian Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 2) 3) DST

3. UPAYA : 1) Upaya Peningkatan Kemampuan Puskesmas dalam Pengendalian Penyakit Menular dan Penanggulangan Wabah 2) Upaya Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman di perdesaan dan perkotaan 3) DST

4. PROGRAM : 1) Program Penanggulangan dan Pencegahan Wabah di Puskesmas 2) Program Imunisasi penyakit potensial wabah

Page 11: kuesioner

11

3) DST 5. KEGIATAN ( buat POA)

CONTOH POA PROGRAM PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN WA BAH DBD DI PUSKESMAS BONTOCANI, KOTA MAKASSAR. NO KEGIA

TAN TUJUAN SASA

RAN TARGET INDIKA

TOR WAKTU KET

1 Fogging utk pemberantasan nyamuk dewasa

Membas mi vector DBD / nyamuk dewasa

Rumah penduduk yg diduga terdapat vector DBD

5000 rumah dalam dua siklus fogging

Tidak ditemukan vector DBD

Siklus 1: APRIL Siklus 2 MEI

Biaya APBD II

2 Abatisasi utk Pemberan tasan jentik nyamuk

.. .. .. .. .. ..

3 Penyulu han 3 M

.. .. .. .. .. ..

4 DST

Page 12: kuesioner

12

PEGANGAN MAHASISWA

MODUL 3

PENYAKIT AKIBAT KERJA

(PAK)

Disusun oleh :

dr. Sultan Buraena, MS, SpOk.

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS & KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2010

Page 13: kuesioner

13

MODUL A

Penyakit Akibat Kerja (PAK)

PENDAHULUAN

Penyakit Akibat kerja (PAK) menurut Kepres RI No. 22 tahun 1993 adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja, diberikan kepada mahasiswa Fakultas kedokteran yang mengambil

mata kuliah Sisten Kedoktean Komunitas dan Kedokteran Keluarga. TIU dan TIK modul ini disajikan agar

dapat dimengerti secara menyeluruh tentang konsep dasar pencegahan, diagnosis dan pengendalian

PAK bagi tenaga kerja/ pegawai.

Para tutor dan terutama bagi mahasiswa dapat aktif memperoleh bahan bacaan yang tercantum

dalam modul ini atau dari sumber informasi lainnya misalnya dari Balai Kesehatan Kerja Masyarakat

(BKKM) Dinas kesehatan Prop. Sulawesi selatan dan Balai HIPERKES Dept. Tenaga kerja RI di Makassar.

Informasi yang belum jelas berkaitan dengan PAK akan diberikan oleh para pakar atas permintaan bagi

yang memerlukannya.

Pembelajaran dengan modul ini diharapkan mahasiswa dapat menyelasaikan masalah

kesehatan tenaga kerja/ pegawai sebagai bagian dari subsistem Kedokteran Komunitas.

Harapan kami modul ini kiranya dapat memberi inspirasi kepada mahasiswa dalam

penatalaksanaan PAK.

Makassar,14 April 2010

Penyusun.

Page 14: kuesioner

14

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapan mampu menjelaskan tentang diagnosis,

pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja dengan cara surveillans medis dan Health risk

assestment.

Kasus 1 Asma (A1)

Perempuan usia 39 tahun masuk rumah sakit dengan serangan asma akut. Ini adalah masuk rumah sakit

pertama dengan asma. Dia mulai mengalami gejala batuk, sesak napas dan wheezing kira-kira 6 bulan lalu. Dia

mempunyai riwayat penyakit rinitis allergi selama beberapa tahun tetapi tanpa asma. Dia mendapat serangan

pada malam hari. Dia merasa ada perbaiakan pada hari-hari ia tidak masuk bekerja. Ketika dia dalam keadaan

cuti melahirkan selama 2 bulan, dia tidak pernah mengalami serangan asma. Satu minggu setelah kembali

bekerja, penyakit asmanya kambuh. Pada saat diperiksa di klinik rawat jalan, dengan auskultasi tidak

ditemukan kelainan paru-paru. Pekerjaannya adalah mengawasi proses finishing pada pabrik pintu yang

terbuat dari kayu. Ia sendiri sering mengisi retak / celah pada pintu dengan bahan yang mengandung

cyanoacrylate. Setelah itu dia menghaluskan permukaan pintu dengan portable sanding machine.

Kasus 2. Noise Induced hearing loss (A2)

Seorang laki-laki usia 45 tahun telah bekerja sebagai operator shovel pada pertambangan granite selama paling

kurang 19 tahun. Ia bekerja 6 hari seminggu selama 8 sampai 10 jam sehari. Ia diperiksa sehubungan dengan

program testing audiometry ditempat kerja baru-baru ini. Ia tidak mempunyai riwayat keluarnya cairan dari

telinga, cedera kepala, dan ia pernah bekerja dengan menggunakan senjata api. Pada pemeriksaan telinga,

tidak terdapat serumen, otitis eksterna didapatkan membrana timpani yang masih utuh. Rinne test positif dan

tidak ada lateralisasi pada Weber test. Pada pemeriksaan pure tone audiometry ditemukan adanya penurunan

(menukik) pada frekuensi 4 kHz tanpa adanya kelainan penghataran udara tulang pada kedua telinga.

Kasus 3. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) – (A3)

Lima dari 15 individu pekerja baru pada pabrik metal mengeluh adanya ruam yang terasa gatal pada tangan

dan lengan bawah dalam 2 bulan sejak mulai bekerja.

Kelima pekerja mempunyai riwayat atopi, dan pada pemeriksaan kulit menunjukkan bahwa kelimanya

mengalami dermatitis kontak pada tangan bagian dorsal dan setengah lengan bawah bagian distal. Testing

Patch pada pekerja dengan seri standar allergen dan baterai cairan metal adalah negatif. Diagnosis sementara

adalah dermatitis kontak iritan (DKI) terhadap cairan metal, dan pengobatan simtomatis dimulai.

Inspeksi tempat kerja adalah menunjukkan tangan dan lengan bawah pekerja sangat terkontaminasi

dengan minyak mesin pemotongan dalam melakukan pekerjaannya.

Kasus 4. Early Chronic Encephalopathy (A4)

Seorang laki-laki pekerja usia 55 tahun dikirim ke poliklinik beberapa kali pada beberapa bulan terakhir.

Dengan keluhan perasaan pusing/ mabuk/ gamang. Ia memberi riwayat penyakitnya merasa sehat sebelum

bekerja ditempat tersebut dan hanya terasa pusing/ mabuk ketika ia mulai bekerja. Pada pemeriksaan fisik

yang dilakukan oleh dokter pada setiap kali ia datang menunjukkan keadaan normal. Tetapi ia menuntut untuk

mendapatkan sertifikat medis bahwa ia tidak bisa bekerja. Ia didiagnose sebagai ”berpura-pura sakit” oleh

dokter poliklinik.

Penderita dirujuk ke poliklinik kedokteran kerja untuk penatalaksanaan ”sakit pura-pura”. Pada saat

mendapatkan riwayat pekerjaan dari penderita, ditemukan bahwa bekerja sebagai tukang pasang alat di

sebuah perusahaan perkapalan selama 15 tahun. Setiap hari, ia menggunakan dalam jumlah banyak pelarut

organis untuk membersihkan mesin kapal. Pada beberapa bulan yang lalu, ia mengeluh pusing/mabuk sesudah

melakukan pekerjaan menghilangkan gemuk/lemak, dimana hal ini menyebabkan ia tidak mau masuk bekerja.

Page 15: kuesioner

15

Kasus 7. Chronic mild manganese poisoning (Kode C3)

Seorang perempuan pekerja usia 50 tahun terpapar dengan Managanese selama 21 tahun (1963-1984).

Penderita mengalami palpitasi dan tremor sejak 1968 dan telah terjadi salah diagnosis sebagai

hyperthyreoidism. Pada tahun 1980, ia melaporkan gejala-gejala seperti sakit kepala, perasaan pusing/ mabuk,

salivasi bertambah, memorinya lemah atau berkurang, myalgia pada lengan bawah dan keram pada lengan

dan kaki. Pada pemeriksaan fisik di bagian tangan, lidah dan kedua kelopak mata terlihat tremor. Ditemukan

adanya kekakuan dan hipertonik pada otot, dan pada noise pointing test didapatkan positif.

Kasus 8. Pneumoconiosis – Asbestosis (C4)

Seorang laki-laki usia 55 tahun berkonsultasi ke dokter umumnya karena chest pain yang samar-samar dan

merasakan sesak nafas pada saat menaiki tangga selama dua sampai tiga tahun terakhir. Pada pemeriksaan X-

ray menunjukkan gambaran opasitas yang tersebar diseluruh lapangan paru-paru. Ditemukan juga gambaran

“egg shell calcification” pada kedua area hili. Menurut International Labour Organisation (ILO) kalsifikasi

tersebut sesuai gambaran Pneumoconiosis.

Secara klinis Tidak ditemukan adanya kelainan. Nilai FEV1 adalah 84% dan FVC adalah 79%. Ia seorang

pemahat/ pengukir batu nisan selama 36 tahun, secara terus menerus terpapar dengan debu dari cutting,

grinding, polishing dan pemahatan dari batu nisan. Ia merokok sepuluh batang rokok sehari selama 30 tahun

dan tidak mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis. Pemeriksaan X-ray dilakukan enam bulan kemudian

menunjukkan gambaran yang sama.

Kasus 5 Low Back Pain (Kode C1)

Seorang laki-laki pekerja furniture artisan berusia 46 tahun dengan keluhan Low Back Pain (LBP). Keluhan rasa

nyeri ini menjalar kebagian belakang kedua pahanya. Ia mengalami LBP khronik selama 2 tahun dengan simptom

intermitten. Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi membungkuk, dan diikuti dengan kesulitan dalam

meluruskan punggung sesudahnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan spasme otot-otot spinal dan keterbatasan

pergerakan spinal. Pemeriksaan neurologis pada ekstremitas bagian bawah adalah normal. Pemeriksaan radiologis

Lumbosacral juga normal. Dengan pemberian analgetik dan cuti kerja karena sakit disertai fisioterapi, pekerja ini

mengalami perbaikan yang cepat.

Kasus 6 ACOUSTIC TRAUMA (Kode C2)

Seorang laki-laki usia 31 tahun menjadi korban suatu peledakan ditempat kerja. Ia datang ke klinik setelah 5

hari peledakan tersebut dengan keluhan kehilangan pendengaran pada kedua telinga dan terasa telinga kiri

berdenging terus menerus. Keluhan ini dialami segera setelah terjadi peledakan. Pemeriksaan yang dilakukan

pada telinga, ditemukan adanya perforasi kecil pada memberana timpani akibat traumatik pada telinga kanan

dan memberani timpani pada telinga kiri masih utuh. Pada pemeriksaan audiometri tone murni

menggambarkan adanya kehilangan pendengran berat bilateral. Tingtkat pendengarannya dimonitor secara

berkala dan menunjukkan perbaikan tiga hari kemudian.

Pada pemeriksaan dua setengah bulan kemudian menunjukkan penyembuhan perforasi memberana timpani

dan tingkat pendengaran kembali normal.

Page 16: kuesioner

16

BAHAN BACAAN DAN SUMBER-SUMBER LAIN.

1. Jeyaratnam J, Koh D. Textbook of occupational medicine practice. World Scientific. Singapore.

1966.

2. LaDou J. Current occupational & environmental medicine. 3rd ed. Mcgraw-Hill. Boston. 2004.

3. MCCunny RJ. A practical approach to occupational and environmental medicine. 3rd ed.

Lippincott Williams & Wilkins.2003.

4. Erickson PA. Practical guide to occupational health and safety. Academic press. San diego. 1996.

5. Harrington JM, Gill FS. Poket konsultant occupational health.

6. Suma’mur. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. 9thed. Haji Mas Agung. Jakarta. 1993.

7. Pedoman Keshatan dan keselamatan Kerja RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 2004.

8. Yanri Z, Harjani S, Yusuf M. Himpunan peraturan perundangan kesehtan kerja. Pt. Citratama

Bangun Mandiri. Jakarta. 1999.

Nara Sumber

NO NAMA ALAMAT KANTOR TELEPON KANTOR HP

18

Dr. Sultan Buraena, MS, SpOk

IKM & IKK

0411-5303508

085242522689

KASUS 9 MSD by Repetitive stress disorder (D1)

Seorang perempuan usia 32 tahun dengan keluhan selama sebulan Ia mengeluh rasa kelelahan pada lengan

bawah dan tangan kanan dengan kadang-kadang rasa kram dan mati rasa pada jari-jari sebelah kanan.

Ditemukan rasa nyeri pada saat melakukan rotasi dan fleksi lateral yang maksimal pada bagian leher. Ia telah

bekerja pada pekerjaan sekarang sebagai operator mesin hitung selama 3 bulan. Pada analisis di tempat kerja

menunjukkan bahwa ia bekerja sambil duduk dengan leher bengkok/ condong ke depan dan miring ke kiri

terhadap meja kerjanya. Lengan kanannya diatas meja, seraya tangannya menyentuh keyboard dari mesin

hitung. Meja kerjanya jauh lebih tinggi dibanding tinggi kursinya, memaksanya untuk lebih mengimbangi

dengan mengangkat lengan kanannya lebih tinggi dan memiringkan badannya.

KASUS 10. Penyakit umum pada pekerja (D2).

Sebagian karyawan. pada sebua pabrik mebel terjadi keluhan kelainan kulit. Tiga belas karyawan dari 2

bagian/seksi yang berdekatan pada pabrik tersebut mengalami kelainan kulit ini, dan karyawan ini yakin

bahwa kelainan kulit tersebut disebabkan oleh debu kayu dan kondisi lingkungan kerja yang buruk, misalnya

ventilasi yang jelek atau tidak memadai dan terasa pengab/ panas. Para pekerja tersebut sangat prihatin

terhadap kelainan kulit ini karena beberapa anggota keluarga mereka juga menderita keluhan yang sama.

Pada waktu investigasi tempat kerja menunjukkan bahwa lingkungan kerja secara umum memuaskan. Pada

pemeriksaan pekerja yang menderita kelainan kulit didapatkan adanya lesi papul dan tanda-tanda

ekskoriasi./dan adanya liang pada kulit sela jari-jari dan permukaan fleksor dari pergelangan tangan.

Page 17: kuesioner

17