kua r a n c a n g a n2018 - bappeda.jakarta.go.id · latar belakang penyusunan kebijakan umum apbd...
TRANSCRIPT
KUA 2018R A N C A N G A N
Tahun Anggaran 2018Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Kebijakan Umum APBD
2017Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pemerintah Provinsi
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1
1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD 4
1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD 5
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 7
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016 7
2.2 Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2017 14
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH (RAPBD)
17
3.1 Asumsi Dasar yang digunakan dalam APBN 17
3.2 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2018 18
3.3 Laju Inflasi DKI Jakarta Tahun 2018 19
3.4 Nilai Tukar Tahun 2018 20
3.5 Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta 21
3.6 Lain-lain Asumsi 22
ii
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DAERAH
24
4.1 Pendapatan Daerah 25
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah 26
4.1.2 Target Pendapatan Daerah 32
4.1.3 Upaya Pemerintah Daerah dalam Mencapai Target
Pendapatan Daerah
35
4.2 Belanja Daerah 36
4.2.1 Kebijakan Terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja
Wajib
36
4.2.2 Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Prioritas Dalam
Pencapaian Visi dan Misi RPJPD 2005-2025
36
4.2.3 Kebijakan terkait pengalokasian belanja penyelenggaraan
urusan pemerintah daerah
37
4.2.4 Kebijakan terkait belanja hibah, bantuan sosial, subsidi,
bantuan keuangan dan belanja tidak terduga
38
4.3 Pembiayaan Daerah 39
4.3.1 Kebijakan dan Rencana Penerimaan Pembiayaan 40
4.3.2 Kebijakan dan Rencana Pengeluaran Pembiayaan Daerah 40
4.4 Ringkasan RAPBD 2018 41
BAB V PENUTUP
45
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan KUA 2018 4
Gambar II.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 – 2016 8
Gambar II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 – 2016 10
Gambar II.3. Tingkat Pengangguran DKI Jakarta Tahun 2012 – 2016 12
Gambar II.4. Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 2012-2016 13
Gambar II.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 14
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2015-2016
9
Tabel II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta Desember 2016 dan Tahun 2016
menurut Kelompok Pengeluaran
11
Tabel II.3. Potensi risiko inflasi 2017 16
Tabel III.1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional 18
Tabel III.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2017 dan
2018
19
Tabel III.3. Proyeksi Inflasi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 20
Tabel III.4. Prospek Nilai Tukar 21
Tabel III.5. Asumsi Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai Tukar Tahun
2017
23
Tabel IV.1. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 per 31
Desember 2016 (audited)
32
Tabel IV.2. Target Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018 34
Tabel IV.3. Ringkasan Struktur RAPBD 2018 41
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Menindaklanjuti Pasal 32 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa
Pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Renja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyusun
RKPD tahun anggaran 2018 dan telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur
Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun
2018. Berdasarkan RKPD yang telah ditetapkan tersebut, Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta menyusun Kebijakan Umum APBD tahun anggaran 2018, sebagai
landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018, sesuai Pasal 34 ayat (1),
yang menyatakan bahwa Kepala daerah berdasarkan RKPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), menyusun rancangan kebijakan umum
APBD.
Rancangan KUA yang disusun memuat kondisi ekonomi makro daerah,
asumsi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan
pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Dengan demikian, maka KUA
tahun anggaran 2018 pada dasarnya memuat kebijakan umum daerah tahun
2018 yang menjadi pedoman dan ketentuan umum dalam penyusunan RAPBD
tahun anggaran 2018. Kebijakan umum ini diharapkan dapat menjembatani
antara arah dan tujuan strategis dengan ketersediaan anggaran.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 2
Penyusunan KUA tahun anggaran 2018 dilakukan melalui proses analisis
teknokratik berdasarkan RKPD tahun anggaran 2018, yang merupakan
dokumen perencanaan tahun pertama periode pembangunan tahun 2018-
2022, serta memperhatikan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lainnya
dan menelaah hasil reses kedua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 yang telah diparipurnakan pada tanggal 22
Juli 2016 dan dikirimkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui surat
Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta tanggal 28 Juli 2016 Nomor 548/-073.6
tentang Penyampaian Rekomendasi Hasil Reses Kedua DPRD Provinsi DKI
Jakarta Tahun Anggaran 2016, hasil reses ketiga DPRD Provinsi DKI Jakarta
yang telah diparipurnakan pada tanggal 28 Oktober 2016 dan dikirimkan
kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui surat Ketua DPRD Provinsi DKI
Jakarta tanggal 28 Oktober 2016 Nomor 787/-071.1 tentang Penyampaian
Rekomendasi Hasil Reses Ketiga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
DKI Jakarta Tahun Anggaran 2016, hasil reses pertama DPRD Provinsi DKI
Jakarta yang telah diparipurnakan pada tanggal 9 Maret 2017 dan dikirimkan
kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui surat Ketua DPRD Provinsi DKI
Jakarta tanggal 20 Maret 2017 Nomor 159/-073.6 tentang Penyampaian
Rekomendasi Hasil Reses Pertama DPRD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran
2017. Selain itu, penyusunan KUA tahun anggaran 2018 juga memperhatikan
kebijakan perencanaan pembangunan nasional. Melalui rangkaian proses
penyusunan dimaksud, diharapkan dapat terwujud dokumen KUA tahun
anggaran 2018 yang implementatif dan akuntabel.
Setelah dokumen KUA tahun anggaran 2018 tersusun, sesuai pasal 84
ayat (2) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Rancangan KUA dan Rancangan PPAS yang
telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh
Sekretaris Daerah selaku Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 3
kepada Kepala Daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni.
Selanjutnya, sesuai pasal 87 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan Rancangan PPAS
disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan
Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBD tahun anggaran berikutnya.
Selanjutnya Pasal 87 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 juga mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan
Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan
Juli tahun anggaran berjalan.
Kemudian menurut Pasal 88 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007, KUA dan PPAS yang telah disepakati
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (3) masing-masing dituangkan
ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara
kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan.
Berdasarkan nota kesepakatan tersebut, sesuai dengan Pasal 89
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Kepala Daerah
menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD/UKPD) sebagai
pedoman bagi SKPD/UKPD dalam menyusun RKA-SKPD/UKPD. Dokumen RKA-
SKPD/UKPD tersebut selanjutnya akan menjadi bahan dalam penyusunan
RAPBD tahun 2018.
Selanjutnya Pasal 310 ayat (3) Undang - Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, bahwa RKA-SKPD yang telah disusun
disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bahan
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 4
Secara diagramatik alur proses perencanaan dan penganggaran dari KUA
sampai dengan APBD dapat di lihat pada gambar berikut :
Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan KUA 2018
Berdasarkan Gambar I.1 di atas, dokumen RKPD tahun anggaran 2018
merupakan dokumen strategis dalam perencanaan pembangunan. Hal ini
didasarkan bahwa dengan dokumen RKPD tahun anggaran 2018, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta menyusun KUA tahun anggaran 2018 yang kemudian
akan dijadikan dasar bagi penyusunan RAPBD tahun anggaran 2018.
1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Penyusunan KUA tahun anggaran 2018 bertujuan :
1. Menyusun kerangka ekonomi makro daerah tahun 2018 yang akuntabel
yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indikator makro lainya
guna dijadikan dasar dalam perencanaan pembangunan daerah dan APBD
tahun 2018.
2. Menyusun asumsi dasar penyusunan APBD yang rasional dan realistis yang
akan digunakan sebagai dasar penyusunan APBD DKI Jakarta tahun
anggaran 2018.
RKPD 2018
Kepala Daerah menyusun Rancangan KUA berdasar RKPD
dibantu TAPD
TAPD melaporkan Rancangan KUA ke Kepala Daerah awal
Bulan Juni
Kepala Daerah menyampaikan
Rancangan KUA ke DPRD pertengahan
Bulan Juni
Pembahasan TAPD bersama Badan Anggaran DPRD
Nota Kesepakatan KUA-PPAS 2018
Kepala Daerah menerbitkan Pedoman
Penyusunan RKA SKPD/UKPD
RKA SKPD/UKPD
Diserahkan ke PPKD RAPBD 2018 APBD 2018
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 5
3. Menyusun kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah yang komprehensif dan sistematis untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan APBD tahun anggaran 2018.
4. Menyusun pedoman yang digunakan dalam penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara tahun anggaran 2018 yang selanjutnya akan
dijadikan pedoman bagi seluruh SKPD/UKPD dalam menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran.
1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Dasar hukum penyusunan KUA tahun anggaran 2018, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 6
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
10. Permendagri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2018;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2018;
12. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
13. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan dan Penganggaran Terpadu;
14. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025;
15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
16. Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pengusulan, Evaluasi, Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan,
Pertanggungjawaban, Pelaporan dan Monitoring Hibah, Bantuan Sosial
dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
17. Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018;
18. Keputusan Gubernur Nomor 642 Tahun 2017 tentang Program Prioritas
Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah Tahun
2018;
19. Keputusan Gubernur Nomor 645 Tahun 2017 tentang Penetapan Daftar
Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja
Perangkat Daerah menurut Urusan Pemerintahan Daerah Tahun
Anggaran 2018.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 7
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016
Arah kebijakan ekonomi Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 diselaraskan
dengan sasaran dan arah yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat dalam
Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018 yang memiliki tema memacu investasi
dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Selain itu, kebijakan
perekonomian DKI Jakarta juga diarahkan untuk memantapkan pembangunan
sumber daya manusia dan infrastruktur kota dalam rangka percepatan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah
adalah penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan
pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke
tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Analisis ekonomi daerah harus mampu menggambarkan dengan
jelas kinerja PDRB tersebut dari berbagai aspek, termasuk perhitungannya ke
sektor-sektor usaha. Indikator-indikator lain yang tak kalah penting antara lain
inflasi, kemiskinan, investasi, nilai tukar, dan lain-lain. Analisis ekonomi daerah
dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan permasalahan yang dihadapi daerah
saat ini untuk digunakan sebagai data dalam analisis keuangan daerah dan
perumusan kerangka ekonomi daerah.
PDRB merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi
pada suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu. PDRB dapat dihitung
melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu dari sisi produksi, pengeluaran dan
pendapatan. Nilai PDRB Provinsi DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada
tahun 2016 yaitu sebesar Rp.2.177,12 triliun dengan PDRB perkapita
mencapai Rp.207,99 juta. Bila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi,
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 8
perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar
5,85 persen, sedikit melambat dibanding tahun 2015 sebesar 5,89 persen.
Namun demikian, angka tersebut masih di atas pertumbuhan ekonomi
Nasional sebesar 5,02 persen. Sedangkan perekonomian DKI Jakarta pada
Triwulan I - 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 6,48 persen bila
dibandingkan dengan triwulan I - 2016 (yoy).
Berikut adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi Nasional dan DKI
Jakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada gambar :
Gambar II.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 – 2016
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar II.1 di atas bahwa laju
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tahun 2016 mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan
masih melemahnya perekonomian global maupun nasional, yang utamanya
disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga, seiring masih
melemahnya daya beli masyarakat.
2012 2013 2014 2015 2016
DKI Jakarta 6.53 6.11 5.91 5.89 5.85
Nasional 6.23 5.78 5.02 4.88 5.02
6.53 6.11 5.91 5.89 5.85
6.235.78
5.02 4.88 5.02
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 – 2016
DKI Jakarta Nasional
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 9
Sebutan Jakarta sebagai Kota Jasa (Service City) tercermin dari struktur
perekonomian Jakarta yang diukur dengan PDRB menurut sektoral (lapangan
usaha). Berdasarkan data Berita Resmi Statistik tahun 2016 yang dikeluarkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, PBRD DKI Jakarta
didominasi oleh 3 (tiga) lapangan usaha dengan kontribusi utama yaitu
Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar
16,49 persen, Industri Pengolahan sebesar 13,55 persen dan Konstruksi 12,88
persen, sebagaimana yang dapat terlihat pada tabel II.1. di bawah :
Tabel II.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2015-2016
Sumber : BPS DKI Jakarta, tahun 2017
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 10
Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi juga merupakan indikator ekonomi
makro yang penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Fluktuasi
inflasi pada suatu daerah dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakatnya. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan yang dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tidak stabil dapat
menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan. Inflasi yang tidak stabil juga akan menyulitkan keputusan
masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada
akhirnya akan menyebabkan perlambatan ekonomi. Mengingat pentingnya
peran inflasi terhadap kondisi sosial-ekonomi daerah, menjadikan indikator ini
digunakan sebagai salah satu dasar dalam penyusunan perencanaan
keuangan Provinsi DKI Jakarta. Inflasi DKI Jakarta selama tahun 2016 (y on y)
mencapai 2,37 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahun
2015 sebesar 3,30 persen. Lebih lanjut perkembangan Inflasi pada tahun 2011
hingga 2016 ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 – 2016
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017
2012 2013 2014 2015 2016
DKI Jakarta 4.52 8.00 8.95 3.30 2.37
Nasional 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Laju Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 – 2016
DKI Jakarta Nasional
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 11
Pada Gambar II.2 di atas terlihat bahwa inflasi tahun 2016 merupakan
inflasi terendah dalam lima tahun terakhir dan berada di bawah inflasi nasional
sebesar 3,02 pesen. Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebagai indikator. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi)
dari barang dan jasa.
Pada Bulan Desember 2016, harga-harga di DKI Jakarta mengalami
inflasi sebesar 0,27 persen. Sedangkan untuk laju inflasi tahun 2016 mencapai
2,37 persen. Inflasi yang terjadi pada bulan Desember disebabkan naiknya
harga-harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Empat
kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks/inflasi yaitu kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,99 persen; kelompok makanan jadi,
minuman, rokok & tembakau 0,54 persen; kelompok perumahan, air, listrik,
gas & bahan bakar 0,18 persen; dan kelompok bahan makanan 0,09 persen.
Sedangkan tiga kelompok pengeluaran lainnya mengalami penurunan
indeks/deflasi yaitu kelompok sandang 0,90 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga 0,06 persen dan kelompok kesehatan 0,06 persen.
Tabel II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta Desember 2016 dan Tahun 2016 menurut Kelompok
Pengeluaran
Kelompok Pengeluaran IHK
Desember
2015
IHK November
2016
IHK Desember
2016
Laju Inflasi
Desember 2016 *)
Laju Inflasi
Tahun 2016 **)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Umum 123.35 125.93 126.27 0.27 2.37
Bahan Makanan 137.79 144.97 145.10 0.09 5.31
Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau 133.42 138.04 138.78 0.54 4.02
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
121.57 124.29 124.51 0.18 2.42
Sandang 112.97 118.75 117.68 -0.90 4.17
Kesehatan 114.89 119.51 119.44 -0.06 3.96
Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga 109.18 110.19 110.12 -0.06 0.86
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
122.13 119.39 120.57 0.99 -1.28
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 2017
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 12
Catatan
*) Persentase perubahan IHK Desember 2016 terhadap bulan November 2016 **) Persentase perubahan IHK Desember 2016 terhadap bulan Desember 2015
Kemampuan penyerapan angkatan kerja (penduduk usia kerja yang
aktif dalam kegiatan ekonomi) di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kondisi
yang cukup baik. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 tercatat sejumlah
5,18 juta orang, bertambah sekitar 86,62 ribu orang dibandingkan jumlah
angkatan kerja pada Agustus 2015 sebesar 5,09 juta orang. Tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2016 sebesar
6,12 persen, mengalami penurunan 1,11 poin dibandingkan keadaan Agustus
2015 yang sebesar 7,23 persen. Pada Gambar II.3 dapat terlihat bahwa
tingkat pengangguran tahun 2016 merupakan tingkat pengangguran terendah
dalam lima tahun terakhir.
Gambar II.3. Tingkat Pengangguran DKI Jakarta Tahun 2012 – 2016
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017
Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan BPS DKI Jakarta pada
September 2016, jumlah penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta sebesar
385,84 ribu orang atau sebanyak 3,75 persen, naik 17,17 ribu orang atau naik
0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
10.00
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Angkatan Kerja (jutaorang)
5.37 5.11 5.06 5.09 5.18
Tingkat Pengangguran Terbuka(%)
9.87 9.02 8.47 7.23 6.12
Ketenagakerjaan di DKI Jakarta 2012 - 2016
Jumlah Angkatan Kerja (juta orang) Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 13
0,14 persen pada bulan September 2015 yang sebesar 368,67 ribu orang atau
3,61 persen. Perbandingan jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 hingga
tahun 2016 dapat ditujukkan pada di bawah :
Gambar II.4. Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 2012-2016
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017
Selain pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar juga merupakan indikator penting bagi perekonomian DKI Jakarta. Hal
ini dikarenakan DKI Jakarta merupakan bagian dari kota-kota besar dunia
yang tidak bisa terlepas dari dinamika perekonomian global. Pada tahun 2016,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berada pada kisaran Rp.12.926 -
Rp.13.946 per Dollar Amerika. Selanjutnya Gambar di bawah menjelaskan
tentang fluktuasi nilai tukar tersebut.
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah penduduk miskin(ribu orang)
366.77 375.70 412.79 368.67 385.84
Persentase penduduk miskin 3.7 3.72 4.09 3.61 3.75
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4
4.1
4.2
340
350
360
370
380
390
400
410
420
Kemiskinan DKI Jakarta 2012 - 2016
Jumlah penduduk miskin (ribu orang) Persentase penduduk miskin
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 14
Gambar II.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2017
Stabilitas nilai tukar mempunyai peran penting dalam rangka
tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai
tukar yang stabil juga diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi
peningkatan kegiatan dunia usaha. Bersama dengan pertumbuhan ekonomi
dan inflasi, nilai tukar digunakan sebagai asumsi dalam penyusunan
perencanaan keuangan Provinsi DKI Jakarta. Dalam hal indikator nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengikuti kebijakan
ekonomi Pemerintah Pusat.
2.2 Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2017
Melihat perkembangan kondisi ekonomi global maupun nasional serta
berbagai kebijakan yang akan ditempuh pemerintah, Bank Indonesia
memproyeksikan perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2017 diperkirakan
tumbuh meningkat mencapai kisaran 6,03 - 6,43 persen (yoy).
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, Pertumbuhan konsumsi rumah
tangga masih akan terjaga karena bertumbuhnya kelas menengah dan bonus
demografi yang dimiliki DKI Jakarta. Ruang fiskal yang relatif lebih besar
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 15
dibandingkan tahun 2016 akan mendorong konsumsi pemerintah lebih tinggi
dan berdampak pada membaiknya investasi pemerintah dan pertumbuhan
sektor konstruksi. Kegiatan ekonomi swasta diperkirakan mulai pulih seiring
proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung secara damai,
sehingga mengembalikan optimisme investor. Namun, masih terdapat
dinamika menjelang Pilpres 2019 yang perlu diwaspadai. Terdapat risiko harga
minyak dunia yang perlahan meningkat dan berdampak pada harga BBM dan
komoditas energi sehingga berpotensi menahan konsumsi Rumah Tangga.
Inflasi Jakarta pada tahun 2017 diprediksi akan lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2016, dengan perkiraan sebesar 4,0 - 5,0 persen
(yoy). Perkiraan ini mempertimbangkan kondisi inflasi Jakarta pada Januari
2017 yang tercatat sebesar 0,99 persen (mtm) dan Februari 2017 yang
tercatat sebesar 0,33 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
Desember 2016 yaitu sebesar 0,27 persen (mtm). Di tengah masih
terbatasnya permintaan masyarakat dan terkendalinya harga pangan di
Ibukota, kebijakan pemerintah berupa penyesuaian harga pada beberapa
komoditas administered prices menjadi pemicu utama tingginya inflasi Jakarta
pada Januari 2017. Kebijakan tersebut terutama terkait peningkatan biaya
administrasi STNK dan pencabutan subsidi listrik 900 VA yang secara bertahap
telah dimulai pada Januari 2017.
Risiko tekanan inflasi tahun 2017 terutama bersumber dari kelompok
administered prices yang memiliki potensi dampak terhadap inflasi dalam level
yang tinggi. Pencabutan subsidi listrik 900VA secara bertahap pada Januari,
Maret dan Mei 2017 akan meningkatkan tekanan inflasi. Selain itu terjadi
potensi kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi akibat tren kenaikan harga
minyak international.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 16
Tabel II.3. Potensi risiko inflasi 2017
Faktor Risiko Tahun 2017
Potensi Dampak
Terhadap Inflasi IHK
Volatile Food
a. Potensi gejolak pasokan dan harga komoditas
pangan strategis masih mengemuka
b. Hujan berkepanjangan yang dapat menyebabkan
banjir di Ibukota
c. Diberhentikannya penggunaan beras CBP untuk
Operasi Pasar DKI Jakarta serta tiadanya impor
beras pada tahun 2016 dan 2017 yang berpotensi
mendorong harga beras lebih keatas apabila stok
local tidak dikelola dengan baik.
Rendah
Administered
Prices
a. Pencabutan subsidi listrik 900VA secara bertahap
pada Januari, Maret dan Mei 2017 akan
meningkatkan tekanan inflasi.
b. Potensi kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi
akibat tren kenaikan harga minyak internacional
c. Potensi kenaikan harga LPG 3 kg
Tinggi
Core a. Permintaan masyarakat cenderung meningkat
b. Peningkatan frekuensi kenaikan Fed Fund Rate
yang dapat berdampak pada pelemahan nilai tukar
rupiah. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan bahan
baku produksi dari luar negeri
c. Emas perhiasan berpotensi mengalami tren
kenaikan
Rendah
Sumber: Bank Indonesia, 2017
Nilai tukar rupiah selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan cukup
stabil dan dipengaruhi oleh sejumlah tantangan domestik dan eksternal.
Dalam Nota Keuangan dan APBN 2017, pemerintah pusat memproyeksikan
nilai tukar periode 2017 pada kisaran Rp.13.300 per USD.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 17
BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(RAPBD)
Perekonomian DKI Jakarta mencerminkan perekonomian nasional
sehingga pergerakan yang terjadi pada perekonomian DKI Jakarta akan
mempengaruhi perekonomian nasional. Hal ini juga mempunyai pengertian
bahwa perekonomian DKI Jakarta juga mempunyai interdepedensi dengan
perekonomian nasional. Namun Jakarta sebagai bagian dari kota-kota besar
dunia, perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan
perekonomian global.
Berdasarkan kondisi riil perekonomian DKI Jakarta tahun 2016 dan
proyeksi tahun 2017, maka prospek perekonomian tahun 2018 dapat diuraikan
sebagai berikut.
3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama akan didukung atas kuatnya
permintaan domestik dan investasi ditengah dorongan belanja infrastruktur
pemerintah dan dampak tranmisi tax amnesty terhadap perekonomian. Pada
tahun 2018, ekonomi makro Indonesia diharapkan dapat tumbuh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2017 dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan antara 5,4 -
6,1 persen dengan laju inflasi antara 3,5 ± 1 persen. Nilai tukar rupiah
diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp. 13.600 - 13.900 per dolar AS.
Berikut tabel asumsi dasar ekonomi makro nasional :
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 18
Tabel III.1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional
Sumber :
*) Asumsi dasar ekonomi makro APBN 2016, Kementerian Keuangan
**) Dokumen Nota Keuangan beserta APBN Tahun Anggaran 2016, Kementerian Keuangan
3.2 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2018
Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah
adalah penghitungan PDRB. Tujuan pembangunan daerah harus mampu
memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Indikator-indikator lain yang
tak kalah penting antara lain inflasi, kemiskinan, investasi, nilai tukar, dan lain-
lain.
Berdasarkan pantauan terhadap berbagai faktor baik kondisi ekonomi
global maupun nasional serta berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah,
pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada pada kisaran 6,12 -
6,52 persen. Kondisi perekonomian global yang lebih kuat diharapkan dapat
membantu pemulihan ekonomi nasional sehingga berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jakarta. Masih berlanjutnya berbagai proyek
infrastruktur pemerintah diharapkan dapat menjaga pertumbuhan investasi
yang sedang dalam trend yang positif. Semakin kondusifnya perekonomian
juga diharapkan dapat memulihkan optimisme sektor swasta dan turut
berkontribusi positif untuk mendorong investasi. Berlangsungnya Asian Games
juga diperkirakan berkontribusi positif terhadap menguatnya konsumsi dan
ekspor khususnya ekspor jasa.
INDIKATOR 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi (% , yoy) 5,1 - 5,3 5,4 - 6,1
Inflasi (% , yoy) 3,5 ± 1 3,5 ± 1
Nilai tukar (Rp/US$) 13.400 - 13.600 13.600 - 13.900
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 19
Tabel III.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018
Sumber: Bank Indonesia 2017
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, Pertumbuhan konsumsi rumah
tangga masih akan terjaga karena bertumbuhnya kelas menengah dan bonus
demografi yang dimiliki DKI Jakarta. Ruang fiskal yang relatif lebih besar
dibandingkan tahun 2016 akan mendorong konsumsi pemerintah lebih tinggi
dan berdampak pada membaiknya investasi pemerintah dan pertumbuhan
sektor konstruksi. Kegiatan ekonomi swasta diperkirakan mulai pulih seiring
proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung secara damai,
sehingga mengembalikan optimisme investor. Namun, masih terdapat
dinamika menjelang Pilpres 2019 yang perlu diwaspadai. Terdapat risiko harga
minyak dunia yang perlahan meningkat dan berdampak pada harga bahan
bakar minyak dan komoditas energi sehingga berpotensi menahan konsumsi
Rumah Tangga.
3.3 Laju Inflasi DKI Jakarta Tahun 2018
Dengan menggunakan asumsi baseline dan tidak terdapat shock
kebijakan harga dari Pemerintah, inflasi DKI Jakarta pada tahun 2018
diproyeksi pada kisaran 3,50 - 4,00 persen. Seiring membaiknya perekonomian
Ibukota, tingkat permintaan masyarakat akan ikut terdorong keatas (demand
pull inflation). Inflasi Volatile Food tetap menjadi faktor risiko utama.
Penguatan BUMD pangan perlu terus dilakukan dalam pengendalian harga DKI
Jakarta. Penerapan teknologi juga perlu dilakukan untuk membantu
pengendalian inflasi, terutama komoditas hortikultura (contohnya: Controlled
Atmosphere Storage).
Indikator 2017 2018
(1) (2) (3)
Pertumbuhan Ekonomi 6,03 – 6,43 % 6,12 – 6,52 %
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 20
Tabel III.3. Proyeksi Inflasi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018
Indikator 2017 2018
(1) (2) (3)
Inflasi 4,00 – 5,00 persen 3,50 - 4,00 persen
Sumber: Bank Indonesia 2017
Menghadapi berbagai risiko yang ada, dukungan dari seluruh daerah
sangat dibutuhkan untuk menuju target pencapaian inflasi nasional. Untuk
mencapai kondisi sesuai target yang diproyeksikan, koordinasi antarpelaku
ekonomi, terutama berbagai institusi yang terlibat dalam Tim Pengendali Inflasi
Daerah (TPID) Provinsi Jakarta perlu terus diperkuat, melalui program-
program pengendalian yang lebih terencana dan aplikatif. Penguatan peran
BUMD pangan sangat berpengaruh terhadap terkendalinya harga pangan
strategis. Menghadapi tantangan tersebut, diperlukan sinkronisasi kebijakan
disertai dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak.
3.4 Nilai Tukar Tahun 2018
Selain pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar juga merupakan indikator penting bagi perekonomian DKI Jakarta. Hal
ini dikarenakan DKI Jakarta merupakan bagian dari kota-kota besar dunia
yang tidak bisa terlepas dari dinamika perekonomian global. Nilai tukar rupiah
selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan cukup stabil dan dipengaruhi
oleh sejumlah tantangan domestik dan eksternal. Pemerintah pusat
memproyeksikan nilai tukar periode 2017 pada kisaran Rp.13.400 - 13.600 per
USD. Selanjutnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada, nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2018 diperkirakan bergerak
pada kisaran Rp.13.600 - 13.900 per USD.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 21
Tabel III.4. Prospek Nilai Tukar
Sumber : Rancangan Awal RKP 2018, Bappenas
Dalam hal indikator nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mengikuti kebijakan ekonomi Pemerintah Pusat.
3.5 Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta
Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah
adalah penghitungan PDRB. Tujuan pembangunan daerah harus mampu
memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. PDRB merupakan nilai
keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi pada suatu wilayah dalam suatu
jangka waktu tertentu. PDRB dapat dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu
dari sisi produksi, pengeluaran dan pendapatan.
Meskipun diperkirakan tumbuh membaik, terdapat beberapa risiko yang
dapat memengaruhi pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Dari sisi global,
ketidakpastian di pasar keuangan kembali terjadi seiring rencana kenaikan Fed
Fund Rate (FFR) secara gradual. Harga komoditas masih berada dalam tren
yang menurun, seiring masih terbatasnya pemulihan perekonomian global.
Selain itu, kinerja ekonomi Tiongkok, yang merupakan salah satu negara mitra
dagang utama terus mengalami penurunan.
Tahun Nilai Tukar (Rp/US$)
(1) (2)
2017 13.400 – 13.600
2018 13.600 – 13.900
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 22
3.6 Lain-lain Asumsi
1. Belanja wajib mengikat memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan
secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah
dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang
dan jasa.
- Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat
antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan
kewajiban kepada pihak ketiga.
2. Belanja yang memenuhi kriteria Darurat adalah sebagai berikut :
- Bukan merupakan kegiatan normal dan aktivitas pemerintah daerah dan
tidak dapat diprediksi sebelumnya;
- Tidak diharapkan terjadi secara berulang;
- Berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah dan
- Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka
pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat
3. Belanja yang memenuhi kriteria mendesak adalah sebagai berikut :
- Program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya
belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan
- Keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
4. Belanja Daerah dialokasikan untuk memenuhi 6 Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar (SPM), 18 Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan 7
Urusan Pemerintahan Pilihan.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 23
5. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, alokasi anggaran fungsi
pendidikan diupayakan sekurang – kurangnya 20 persen dari belanja
daerah, termasuk dana Bantuan Operasional Pendidikan dan Kartu Jakarta
Pintar (KJP).
6. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, alokasi anggaran kesehatan
sekurang - kurangnya 10 persen dari total belanja APBD di luar gaji, sesuai
amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, di antaranya untuk Pembiayaan Premi Peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) Daerah.
7. Mendorong kegiatan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah dan/atau
swasta sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Stabilitas ketentraman dan keamanan dapat terkendali dan terkelola
dengan baik sehingga aktifitas sosial ekonomi dapat berjalan dengan baik.
Asumsi dasar ekonomi makro dalam KUA Tahun Anggaran 2018 yang
meliputi tiga indikator utama, yakni Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai
Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, secara ringkas dapat dilihat pada Tabel
III.1 berikut :
Tabel III.5. Asumsi Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai Tukar Tahun 2017
NO VARIABEL APBD 2017 RAPBD 2018
1 Pertumbuhan Ekonomi (%)
DKI* 6,03 - 6,43 6,12 - 6,52
Nasional** 5,1 - 5,3 5,4 - 6,1
2 Inflasi (%)
DKI* 4,00 - 5,00 3,50 - 4,00
Nasional** 3,5 ± 1 3,5 ± 1
3 Nilai tukar (Rp/USD)
DKI/Nasional** 13.400 - 13.600 13.600 - 13.900
Sumber* : Proyeksi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank
Indonesia dan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, 2015
Sumber ** : Asumsi dasar ekonomi makro APBN 2016 dan Dokumen Nota
Keuangan beserta APBN Tahun Anggaran 2016, Kementerian
Keuangan
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 24
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Struktur APBD terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan, sedangkan Belanja Daerah adalah semua kewajiban
Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan, serta Pembiayaan adalah setiap
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan. maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Agar APBD dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka diperlukan
kebijakan yang tepat dalam pengelolaan keuangan daerah. Arah kebijakan
berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah
dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah. Tujuan utama kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana
meningkatkan kapasitas (riil) keuangan daerah dan mengefisiensikan
penggunaannya.
Pada tahun 2018, kebijakan keuangan daerah difokuskan pada
kebijakan yang memperhatikan kapasitas fiskal yang utamanya memfokuskan
pada Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah.
Kebijakan belanja daerah juga diarahkan untuk pemenuhan kebijakan
belanja wajib, mengikat dan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu juga difokuskan pada belanja untuk mendukung peran Jakarta
sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan mendukung kebijakan yang
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 25
telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat serta belanja untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan lain yang sifatnya wajib dan mengikat.
Pembiayaan pembangunan daerah yang terdiri dari penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk tetap menjaga
stabilitas fiskal daerah sehingga pembangunan daerah dapat berjalan
berkesinambungan. Selain itu pembiayaan pembangunan mengedepankan
prinsip akuntubilitas, transparansi, kepatutan dan kewajaran, efisien dan
efektif.
4.1 Pendapatan Daerah
Salah satu sumber utama penerimaan kas daerah adalah pendapatan
daerah. Pendapatan daerah harus dioptimalkan untuk menghasilkan kapasitas
keuangan daerah yang makin tinggi guna mendukung pendanaan
pembangunan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : Pendapatan Pajak Daerah,
Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan, Lain-lain PAD yang Sah, sedangkan Dana perimbangan,
terdiri dari : Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber
Daya Alam), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Sedangkan Lain-
lain Pendapatan yang Sah, meliputi: Dana Hibah, Dana Darurat, Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, serta Dana Penyesuaian
dan Otonomi Khusus.
Selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-
pos Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan daerah
meliputi :
a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada
tahun anggaran berkenaan, dengan meningkatkan optimalisasi sumber-
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 26
sumber pendapatan, sehingga perkiraan besaran pendapatan dapat
terealisasikan dan sedapat mungkin mencapai lebih dari yang ditargetkan.
b. Uraian arah kebijakan berkaitan dengan target pendapatan daerah.
c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target.
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah
1. Pajak Daerah
a. Intensifikasi
1) Melakukan optimalisasi penerimaan Pajak Daerah melalui penerapan
Online System terhadap 4 (empat) jenis pajak daerah, antara lain
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir
2) Melakukan pemutakhiran data objek pajak melalui :
a) Pendataan Wajib Pajak untuk Pajak Hotel, Restoran, Hiburan,
Parkir dan Reklame
b) Melakukan pemuktahiran administrasi pajak daerah berbasis
Nomor Induk Kependudukan (NIK) terhadap PKB, BPHTB dan
PBB
c) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2):
i. Pemutihan/penghapusan Tunggakan/Piutang PBB-P2
ii. Pemutakhiran Data Objek Tanah dan Bangunan
iii. Penilaian Individual terhadap objek PBB-P2
3) Melakukan Pemeriksaan terhadap :
a) Wajib Pajak Self-Assessment (Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan dan Pajak Parkir)
b) Wajib Pajak PBB-KB
c) Wajib Pajak PPJ
4) Melakukan Penagihan Piutang Pajak antara lain :
a) Kendaraan bermotor Belum Daftar Ulang (BDU) Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB)
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 27
b) Penyelenggaraan reklame yang Belum Daftar Ulang (BDU)
Pajak Reklame
c) PBB-P2 dan Jenis-jenis Pajak Daerah Lainnya
d) Melakukan cleansing data terhadap Piutang Pajak
5) Melakukan pemasangan sticker atau plang bagi penunggak pajak
6) Optimalisasi pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor melalui penambahan mobil Samling dan
Samsat Kecamatan
7) Optimalisasi Penerapan E-Samsat (kesisteman dan penambahan
Bank Multikanal)
b. Ekstensifikasi
1) Melakukan Revisi Peraturan Daerah terhadap Pajak Daerah:
a) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah
terhadap jenis pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBN - KB) untuk :
i. Kendaraan bermotor penyerahan pertama/baru (BBN-I)
yang semula 10 persen menjadi 12,5 – 15 persen
ii. Kendaraan bermotor penyerahan kedua dan seterusnya/
bekas (BBN-II) yang semula 1 persen menjadi 1,5 persen
b) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah
terhadap jenis Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk:
i. Konsumsi listrik pada industri, pertambangan minyak bumi
dan gas alam yang semula sebesar 3 persen menjadi yang
disediakan bukan dari BUMN/BUMD tetap sebesar 3
persen dan yang disediakan oleh BUMN/BUMD sebesar 6
persen
ii. Konsumsi listrik pada Rumah Tangga yang semula 2,4
persen menjadi 2,4 - 8 persen tergantung pada jenis
pelanggan
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 28
iii. Konsumsi listrik pada Tempat Usaha/Dagang yang semula
2,4 persen menjadi 4 - 8 persen tergantung pada jenis
pelanggan
c) Melakukan penambahan objek pajak melalui revisi Peraturan
Daerah terhadap jenis pahak PBB-P2 untuk objek bumi
dan/atau bangunan khususnya perairan pesisir dan reklamasi
d) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah
terhadap jenis Pajak Parkir yang semula sebesar 20 persen
menjadi 25 - 30 persen
e) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah
terhadap jenis pajak BPHTB yang semula sebesar 5 persen
menjadi sebesar 2,5 persen serta bagi Wajib Pajak Badan
berupa perusahaan khusus yang mengelola Dana Investasi
Real Estate (DIRE) menjadi sebesar 1 - 2,5 persen
f) Melakukan Perubahan Nilai Sewa Reklame (NSR) dan Kelas
Jalan sebagai Dasar Pengenaan Pajak Reklame melalui revisi
Peraturan Gubernur
g) Melakukan revisi Peraturan Gubernur terhadap Kebijakan
Pembebasan PBB-P2 atas Rumah Rusunawa dan Rusunami
yang sebelumnya dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
sampai dengan Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) menjadi
sampai dengan Rp. 2.000.000.000 (dua miliar rupiah)
2) Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pelayanan :
a) Melakukan Peningkatan Integritas dan Kualitas SDM
b) Melakukan Pembangunan, Pembenahan, Perluasan dan
Sosialisasi Pelayanan
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 29
2. Retribusi Daerah
Yang dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari
retribusi diperlukan beberapa kebijakan yaitu Peningkatan Pelayanan
Retribusi Daerah, serta Intensifikasi dan Ekstensifikasi Penerimaan
Retribusi Daerah.
a. Peningkatan Pelayanan Retribusi Daerah melalui :
1) Pengembangan aplikasi e-retribusi menjadi aplikasi SIMPAD
(Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah) dalam rangka
meningkatkan pengelolaan penerimaan retribusi daerah berbasis
elektronik.
2) Melaksanakan pelatihan dan bimbingan penggunaan aplikasi
SIMPAD kepada SKPD pemungut retribusi.
3) Melaksanakan monitoring implementasi pembayaran retribusi
melalui SIMPAD di tingkat SKPD dan UKPD.
4) Menerapkan cash less dalam pembayaran retribusi dengan
menggunakan Banking System.
5) Menerapkan sistem e-ticketing untuk menggantikan pelayanan
retribusi daerah yang masih menggunakan karcis.
6) Untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat sebagian
besar pelayanan retribusi perizinan dan non perizinan dilaksanakan
melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu.
b. Intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilakukan secara komprehensif
guna optimalisasi penerimaan retribusi. Dalam hal Intensifikasi dan
ekstensifikasi Penerimaan Retribusi Daerah dilakukan beberapa
kebijakan antara lain :
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 30
1) Melakukan penyesuaian tarif secara komprehensif untuk beberapa
jenis Retribusi Daerah;
2) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pemungutan Retribusi Daerah.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara lain
dari Bank Pembangunan Daerah, perusahaan daerah, dividen dan
penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga. Untuk meningkatkan
kinerja komponen pendapatan ini di daerah adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan bisnis Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) yang dapat meningkatkan laba BUMD;
b. Menerapkan strategi bisnis yang tepat, serta meningkatkan sinergisitas
antar BUMD untuk meningkatkan daya saing perusahaan;
c. Membuat surat penagihan deviden kepada BUMD;
d. Memperkuat struktur permodalan BUMD, antara lain melalui PMD;
e. Pengembangan aplikasi SIMPAD (Sistem Informasi Manajemen
Pendapatan Daerah) dimana dapat melakukan monitoring penerimaan
deviden/kontribusi secara realtime dan pencetakan STS secara
elektronik;
f. Melaksanakan pelatihan dan bimbingan penggunaan aplikasi SIMPAD
kepada Badan Pembina BUMD selaku pembina BUMD.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Penerimaan ini berasal
dari hasil penjualan barang milik daerah, dan penerimaan jasa giro. Untuk
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 31
meningkatkan kinerja Lain- lain Pendapatan Daerah Yang Sah, kebijakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebagai berikut :
a. Mengimplementasikan hasil evaluasi terhadap perjanjian-perjanjian
pemanfaatan aset daerah dengan Pihak Ketiga;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah yang berada di lahan-lahan
yang strategis dan ekonomis melalui kerjasama dengan Pihak Ketiga;
c. Mengembangkan pengelolaan mitigasi fiskal daerah melalui Debt
Management;
d. Pengembangan aplikasi SIMPAD (Sistem Informasi Manajemen
Pendapatan Daerah) dimana dapat melakukan monitoring penerimaan
setoran lain lain pendapatan asli daerah secara realtime dan
pencetakan STS secara elektronik.
4. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Pemerintah Provinsi akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah
Pusat bekerja sama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk meningkatkan pendapatan yang
berasal dari Dana Perimbangan melalui Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana
Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dengan melakukan kegiatan
bersama berupa Ektensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam rangka
mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dan meningkatkan penerimaan
Pajak Negara.
5. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperoleh hibah
dari PT. Jasa Raharja (Persero).
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 32
4.1.2 Target Pendapatan Daerah
Rencana Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018 didasarkan pada
realisasi 2016 dan kebijakan pendapatan daerah 2018. Dari rencana
Pendapatan Daerah pada APBD tahun 2016 sebesar Rp.57.161.248.465.732,
sampai dengan 31 Desember 2016 telah dapat direalisasikan sebesar
Rp.53.784.706.312.513 atau 94,09 persen, sebagaimana pada Tabel IV.1
berikut :
Tabel IV.1. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 per 31 Desember 2016 (audited)
NO URAIAN
2016
APBD
REALISASI
(31 DESEMBER 2016/AUDITED)
% REALISASI
I PENDAPATAN 57.161.248.465.732 53.784.706.312.513 94,09
A. Pendapatan Asli Daerah 38.501.784.839.738 36.888.017.587.716 95,81
Pajak Daerah 33.100.000.000.000 31.613.197.634.662 95,51
- Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) 7.050.000.000.000 7.143.530.355.999 101,33
- Bea Balik Nama-Kendaraan
Bermotor (BBN-KB) 4.800.000.000.000 5.003.996.134.800 104,25
- Pajak Bahan Bakar-
Kendaraan Bermotor 1.050.000.000.000 1.094.901.392.986 104,28
- Pajak Hotel 1.600.000.000.000 1.499.798.259.793 93,74
- Pajak Restoran 2.600.000.000.000 2.453.440.079.189 94,36
- Pajak Hiburan 700.000.000.000 769.535.965.131 109,93
- Pajak Reklame 1.150.000.000.000 899.975.503.275 78,26
- Pakak Penerangan Jalan 775.000.000.000 714.835.029.419 92,24
- Pajak Air Tanah 100.000.000.000 112.417.511.698 112,42
- Pajak Parkir 500.000.000.000 465.990.849.020 93,20
- Bea Perolehan Hak katas
Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
5.150.000.000.000 3.913.363.242.875 75,99
- Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) 7.100.000.000.000 7.010.144.176.545 98,73
- Pajak Rokok 525.000.000.000 531.269.133.932 101,19
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 33
NO URAIAN
2016
APBD
REALISASI
(31 DESEMBER
2016/AUDITED)
% REALISASI
Retribusi Daerah 649.175.000.000 675.475.066.072 104,05
- Retribusi Jasa Umum 100.000.000.000 86.539.552.416 86,54
- Retribusi Jasa Usaha 149.525.000.000 218.742.129.859 146,29
- Retribusi Jasa Perizinan
Tertentu 399.650.000.000 370.193.383.797 92,63
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
324.739.130.552 303.204.423.956 93,37
Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah 4.427.870.709.186 4.296.140.463.026 97,02
B. Dana Perimbangan 15.990.368.025.994 15.271.661.452.714 95,51
Dana Bagi Hasil 12.345.909.779.994 12.388.583.078.514 100,34
- Dana Bagi Hasil Pajak 12.302.767.116.994 12.304.612.421.602 100,01
o PBB 100.041.325.000 106.847.462.006 106,80
o PPH 12.202.725.791.994 12.197.764.959.596 99,95
- Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak 43.142.663.000 83.970.656.912 194,63
Dana Alokasi Khusus Non
Fisik 3.644.458.246.000 2.883.078.374.200 79,11
C. Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah 2.669.095.600.000 1.625.027.272.083 60,88
Pendapatan Hibah 2.669.095.600.000 1.625.027.272.083 60,88
Sumber : BPKD Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2017
Berdasarkan proyeksi kondisi perekonomian tahun 2017 dan 2018 serta
realisasi pendapatan daerah sampai 31 Desember 2016 maka rencana
Pendapatan Daerah tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp.64.889.762.573.448
atau naik 3,88 persen terhadap Penetapan 2017 sebesar
Rp.62.466.130.203.554. Secara lebih rinci, target pendapatan daerah Tahun
Anggaran 2018 dapat dilihat dalam Tabel IV.2 berikut :
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 34
Tabel IV.2. Target Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018
NO URAIAN
2017 2018
Δ APBD 2018 - 2017 % Δ
APBD RENCANA
I PENDAPATAN 62.466.130.203.554 64.889.762.573.448 2.423.632.369.894 3,88
A. Pendapatan Asli Daerah
41.488.193.370.554 42.612.414.052.448 1.124.220.681.894 2,71
Pajak Daerah 35.230.000.000.000 36.125.000.000.000 895.000.000.000 2,54
- PKB 7.900.000.000.000 7.750.000.000.000 (150.000.000.000) (1,90)
- BBN-KB 5.000.000.000.000 5.100.000.000.000 100.000.000.000 2,00
- PBB-KB 1.100.000.000.000 1.250.000.000.000 150.000.000.000 13,64
- Pajak Hotel 1.630.000.000.000 1.675.000.000.000 45.000.000.000 2,76
- Pajak Restoran 2.800.000.000.000 2.900.000.000.000 100.000.000.000 3,57
- Pajak Hiburan 750.000.000.000 900.000.000.000 150.000.000.000 20,00
- Pajak Reklame 850.000.000.000 1.050.000.000.000 200.000.000.000 23,53
- Pajak Penerangan
Jalan 900.000.000.000 1.000.000.000.000 100.000.000.000 11,11
- Pajak Air Tanah 100.000.000.000 100.000.000.000 - 0,00
- Pajak Parkir 600.000.000.000 650.000.000.000 50.000.000.000 8,33
- BPHTB 5.300.000.000.000 5.600.000.000.000 300.000.000.000 5,66
- PBB 7.700.000.000.000 7.550.000.000.000 (150.000.000.000) (1,95)
- Pajak Rokok 600.000.000.000 600.000.000.000 - 0,00
Retribusi Daerah 677.885.370.000 689.900.500.000 12.015.130.000 1,77
- Retribusi Jasa Umum 103.793.400.000 107.832.000.000 4.038.600.000 3,89
- Retribusi Jasa Usaha 164.506.970.000 163.318.500.000 (1.188.470.000) (0,72)
- Retribusi Jasa
Perizinan Tertentu 409.585.000.000 418.750.000.000 9.165.000.000 2,24
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
453.338.246.000 536.318.000.000 82.979.754.000 18,30
Lain-lain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
5.126.969.754.554 5.261.195.552.448 134.225.797.894 2,62
B. Dana Perimbangan 18.770.211.233.000 22.265.697.601.000 3.495.486.368.000 18,62
Dana Bagi Hasil 15.621.239.355.000 18.621.239.355.000 3.000.000.000.000 19,20
- Dana Bagi Hasil Pajak 15.485.632.231.000 18.485.632.231.000 3.000.000.000.000 19,37
- Bagi Hasil Bukan
Pajak 135.607.124.000 135.607.124.000 - 0,00
Dana Alokasi Khusus
Non Fisik 3.148.971.878.000 3.644.458.246.000 495.486.368.000 15,73
C. Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah 2.207.725.600.000 11.650.920.000 (2.196.074.680.000) (99,47)
Pendapatan Hibah 2.207.725.600.000 11.650.920.000 (2.196.074.680.000) (99,47)
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 35
NO URAIAN
2017 2018
Δ APBD 2018 - 2017 % Δ
APBD RENCANA
- Hibah untuk MRT 2.196.628.000.000 0 (2.196.628.000.000) (100,00)
- Hibah untuk Jasa
Raharja 11.097.600.000 11.650.920.000 553.320.000 4,99
Sumber : BPKD dan BPRD Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2017
Berdasarkan Tabel IV.2 diatas, komponen Pendapatan Daerah yang
memberikan kontribusi terbesar dalam peningkatan pendapatan adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp.42.612.414.052.448.
4.1.3 Upaya Pemerintah Daerah dalam Mencapai Target Pendapatan
Daerah
1. Meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak;
2. Optimalisasi data potensi pajak daerah melalui Fiscal Cadaster;
3. Optimalisasi pencairan piutang pajak daerah;
4. Meningkatkan kualitas dan kredibilitas BPRD; dan
5. Optimalisasi sarana dan prasarana pelayanan dan pemungutan pajak
daerah.
6. Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan Kementerian Keuangan
melalui Direktorat Jenderal Pajak dengan membuat kesepakatan perihal
pertukaran data informasi terkait informasi perpajakan maupun laporan
keuangan Wajib Pajak tertentu.
7. Meningkatkan kerja sama dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi DKI Jakarta
dalam hal penagihan piutang pajak daerah.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 36
4.2 Belanja Daerah
Pengalokasian Belanja Daerah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
untuk tahun tnggaran 2018 disesuaikan dengan asumsi dasar ekonomi makro,
kebutuhan penyelenggaraan daerah, kebutuhan pembangunan dan mengikuti
ketentuan perundangan yang berlaku. Kebijakan terkait Belanja Daerah untuk
tahun anggaran 2018 yaitu sebagai berikut :
4.2.1 Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja Wajib
(Pasal 106 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006)
1. Memenuhi Belanja Mengikat yaitu belanja yang dibutuhkan secara terus-
menerus dan dialokasikan oleh Pemerintah Daerah dengan jumlah yang
cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran bersangkutan
seperti Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa;
2. Memenuhi Belanja Wajib yaitu belanja untuk terjaminnya kelangsungan
pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain :
Pendidikan dan Kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada
pihak ketiga.
4.2.2 Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Prioritas Dalam Pencapaian
Visi dan Misi RPJPD 2005-2025
1. Melaksanakan Program Prioritas dalam rangka pencapaian Visi dan Misi
RPJPD 2005-2025;
2. Melaksanakan sasaran dan prioritas pembangunan tahun 2018 yang
merupakan tahun pertama dari periode keempat pembangunan tahun 2018
- 2022 yang tertuang dalam RPJPD Tahun 2005 - 2025. Tahap Ke-4
(Periode 2018 - 2022), adalah periode untuk memantapkan pembangunan
kota Jakarta yang aman, nyaman, sejahtera, produktif, berkelanjutan dan
berdaya saing global dengan fokus utama mempercepat pembangunan
kota dengan menekankan pada peningkatan daya saing global, kapasitas
inovasi dan kreasi daerah dan memantapkan kapasitas sarana dan
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 37
prasarana kota, tata kelola pemerintahan yang baik, dan perekonomian
yang kuat dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta efisiensi pemanfaatan SDA;
3. Mengedepankan program-program yang menunjang pertumbuhan
ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan
kemiskinan;
4. Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya
dukungan pencapaian 9 prioritas pembangunan nasional (Nawa Cita)
sebagaimana diamanatkan pada RPJMN 2015 - 2019 serta pemenuhan
ketentuan perundang-undangan;
5. Melaksanakan pendampingan terhadap program-program pemerintah
pusat serta program-program yang didanai oleh Lembaga Keuangan
Internasional;
6. Mengakomodir seluruh program pembangunan yang dijaring melalui
Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang; dan
7. Mengakomodir hasil telaahan pokok-pokok pikiran DPRD, yang merupakan
hasil kajian permasalahan pembangunan daerah yang diperoleh dari DPRD
berdasarkan risalah rapat dengar pendapat dan/atau rapat hasil
penyerapan aspirasi melalui reses yang dituangkan dalam daftar
permasalahan pembangunan yang ditandatangani oleh Pimpinan DPRD
sebagaimana yang diatur pada pasal 96 ayat Perda 14 tahun 2011 tentang
Perencanaan dan Penganggaran Terpadu.
4.2.3 Kebijakan terkait pengalokasian belanja penyelenggaraan urusan
pemerintah daerah (sesuai dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014)
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 38
5. Ketenteraman, ketertiban umum dan pelindungan masyarakat. dan
6. Sosial
4.2.4 Kebijakan terkait belanja hibah, bantuan sosial, subsidi, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga
Pemenuhan Belanja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah
dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, di mana :
1 Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah;
2 Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial;
3 Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah
desa dan pemerintah daerah Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 39
4 Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan
belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang
tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun sebelumnya yang telah ditutup.
4.3 Pembiayaan Daerah
Dalam struktur APBD, selain komponen Pendapatan dan Belanja
Daerah, terdapat juga Pembiayaan Daerah, yaitu setiap
penerimaan/pengeluaran yang perlu dibayar kembali/diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya. Subbab ini berisikan uraian mengenai kebijakan penerimaan
pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah.
Rencana pembiayaan daerah memegang peranan penting dalam
penyusunan APBD di DKI Jakarta. Sejalan dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan perhitungan yang komprehensif dengan memperhatikan potensi
pendapatan dan alokasi belanja.
Kebijakan Pembiayaan Daerah di masa yang akan datang, sumber dari
sisi Penerimaan adalah dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
sebelumnya dan dari Penerimaan Pinjaman Daerah. Sedang dari sisi
pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah.
Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan
kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya
(SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian
pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan
daerah.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 40
Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan
dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo,
pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan
akad pinjaman.
Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus
diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan
pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya
surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan
berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian
pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.
4.3.1 Kebijakan dan Rencana Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan pada Tahun 2018 ditargetkan sebesar
Rp.9.177.189.706.052. Sumber Penerimaan Pembiayaan diharapkan berasal
dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun 2017 dan Penerimaan
Kembali Pinjaman Daerah. Untuk SiLPA Tahun 2017 diperkirakan akan
mencapai Rp.5.495.096.706.052, sementara untuk Penerimaan Kembali
Pinjaman Daerah sebesar Rp.3.682.093.000.000.
4.3.2 Kebijakan dan Rencana Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Untuk Pengeluaran Pembiayaan Daerah sebagian besar diarahkan untuk
Penyertaan Modal Daerah (PMD) sebesar Rp.7.973.604.814.820, yang terdiri
atas :
1. PMD untuk PT. MRT sebesar Rp.3.906.093.000.000;
2. PMD untuk PT. Jakarta Propertindo sebesar Rp.3.381.000.000.000;
3. PMD untuk PT. Jakarta Tourisindo sebesar Rp. 23.696.814.820;
4. PMD untuk PD. Dharma Jaya sebesar Rp. 39.000.000.000
5. PMD untuk PT. Food Station Tjipinang sebesar Rp.125.000.000.000;
6. PMD untuk PD. Pembangunan Sarana Jaya sebesar Rp.394.415.000.000;
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 41
7. PMD untuk PT. Penjamin Kredit Daerah sebesar Rp.100.000.000.000;
8. PMD untuk PT. Asuransi Bangun Askrida sebesar Rp.4.400.000.000.
4.4 Ringkasan RAPBD 2018
Berdasarkan kebijakan dan target Pendapatan Daerah, Belanja Daerah
dan Pembiayaan Daerah, maka secara ringkas dapat disampaikan Ringkasan
Struktur RAPBD 2018 pada Penyempurnaan dan Penyesuaian KUA PPAS
Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2018 tercantum pada tabel berikut :
Tabel IV.3. Ringkasan Struktur RAPBD 2018
NO URAIAN
2017 2018
Δ APBD 2018 - 2017 % Δ
APBD RENCANA
I PENDAPATAN 62.466.130.203.554 64.889.762.573.448 2.423.632.369.894 3,88
A Pendapatan Asli
Daerah 41.488.193.370.554 42.612.414.052.448 1.124.220.681.894 2,71
Pajak Daerah 35.230.000.000.000 36.125.000.000.000 895.000.000.000 2,54
- PKB 7.900.000.000.000 7.750.000.000.000 (150.000.000.000) (1,90)
- BBN-KB 5.000.000.000.000 5.100.000.000.000 100.000.000.000 2,00
- PBB-KB 1.100.000.000.000 1.250.000.000.000 150.000.000.000 13,64
- Pajak Hotel 1.630.000.000.000 1.675.000.000.000 45.000.000.000 2,76
- Pajak Restoran 2.800.000.000.000 2.900.000.000.000 100.000.000.000 3,57
- Pajak Hiburan 750.000.000.000 900.000.000.000 150.000.000.000 20,00
- Pajak Reklame 850.000.000.000 1.050.000.000.000 200.000.000.000 23,53
- Pajak Penerangan
Jalan 900.000.000.000 1.000.000.000.000 100.000.000.000 11,11
- Pajak Air Tanah 100.000.000.000 100.000.000.000 - 0,00
- Pajak Parkir 600.000.000.000 650.000.000.000 50.000.000.000 8,33
- BPHTB 5.300.000.000.000 5.600.000.000.000 300.000.000.000 5,66
- PBB 7.700.000.000.000 7.550.000.000.000 (150.000.000.000) (1,95)
- Pajak Rokok 600.000.000.000 600.000.000.000 - 0,00
Retribusi Daerah 677.885.370.000 689.900.500.000 12.015.130.000 1,77
- Retribusi Jasa
Umum 103.793.400.000 107.832.000.000 4.038.600.000 3,89
- Retribusi Jasa
Usaha 164.506.970.000 163.318.500.000 (1.188.470.000) (0,72)
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 42
NO URAIAN
2017 2018
Δ APBD 2018 - 2017 % Δ
APBD RENCANA
- Retribusi Jasa
Perizinan Tertentu 409.585.000.000 418.750.000.000 9.165.000.000 2,24
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
453.338.246.000 536.318.000.000 82.979.754.000 18,30
Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah
5.126.969.754.554 5.261.195.552.448 134.225.797.894 2,62
B Dana Perimbangan 18.770.211.233.000 22.265.697.601.000 3.495.486.368.000 18,62
Dana Bagi Hasil 15.621.239.355.000 18.621.239.355.000 3.000.000.000.000 19,20
- Dana Bagi Hasil
Pajak 15.485.632.231.000 18.485.632.231.000 3.000.000.000.000 19,37
- Bagi Hasil Bukan
Pajak 135.607.124.000 135.607.124.000 - 0,00
Dana Alokasi
Khusus Non Fisik 3.148.971.878.000 3.644.458.246.000 495.486.368.000 15,73
C
Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah
2.207.725.600.000 11.650.920.000 (2.196.074.680.000) (99,47)
Pendapatan
Hibah 2.207.725.600.000 11.650.920.000 (2.196.074.680.000) (99,47)
- Hibah untuk MRT 2.196.628.000.000 0 (2.196.628.000.000) (100,00)
- Hibah untuk Jasa
Raharja 11.097.600.000 11.650.920.000 553.320.000 4,99
II BELANJA 63.612.303.305.596 66.059.717.841.452 2.447.414.535.856 3,85
A Belanja Tidak
Langsung 28.055.746.847.929 30.195.279.407.331 2.139.532.559.402 7,63
Belanja Pegawai
(gaji dan tunjangan DPRD, PNS, CPNS)
20.140.729.686.251 20.217.802.334.000 77.072.647.749 0,38
Belanja Bunga 49.226.437.819 50.520.000.000 1.293.562.181 2,63
Belanja Subsidi 3.234.116.847.884 4.210.500.000.000 976.383.152.116 30,19
Belanja Hibah 1.458.036.810.329 1.610.915.290.235 152.878.479.906 10,49
Belanja Bantuan
Sosial 2.499.348.722.000 3.518.512.131.000 1.019.163.409.000 40,78
Belanja Bantuan
Keuangan 348.804.149.960 207.367.536.960 (141.436.613.000) (40,55)
Belanja Tidak
Terduga 325.484.193.686 379.662.115.136 54.177.921.450 16,65
B Belanja Langsung 35.556.556.457.667 35.864.438.434.121 307.881.976.454 0,87
Belanja Pegawai 3.066.783.557.689 3.068.572.535.286 1.788.977.597 0,06
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 43
NO URAIAN
2017 2018
Δ APBD 2018 - 2017 % Δ
APBD RENCANA
Belanja Barang dan
Jasa 16.608.666.978.677 19.090.495.216.734 2.481.828.238.057 14,94
Belanja Modal 15.881.105.921.301 13.705.370.682.101 (2.175.735.239.200) (13,70)
SURPLUS/(DEFISIT) (1.146.173.102.042) (1.169.955.268.004) (23.782.165.962) 2,07
III PEMBIAYAAN 1.146.173.102.042 1.169.955.268.004 23.782.165.962 2,07
A Penerimaan 7.725.828.000.000 9.177.189.706.052 1.451.361.706.052 18,79
SiLPA 5.700.000.000.000 5.495.096.706.052 (204.903.293.948) (3,59)
Pinjaman MRT :
Pinjaman Daerah 2.025.828.000.000 3.682.093.000.000 1.656.265.000.000 81,76
B Pengeluaran 6.579.654.897.958 8.007.234.438.048 1.427.579.540.090 21,70
Penyertaan
Modal
Pemerintah
6.562.456.000.000 7.973.604.814.820 1.411.148.814.820 21,50
- PT. MRT Jakarta 4.442.456.000.000 3.906.093.000.000
- PT. Jakarta
Propertindo 1.200.000.000.000 3.381.000.000.000
- PT. Jakarta Tourisindo
0 23.696.814.820
- PD. Dharma Jaya 0 39.000.000.000
- PT. Food Station Tjipinang
0 125.000.000.000
- PD.
Pembangunan Sarana Jaya
0 394.415.000.000
- PT. Penjamin
Kredit Daerah 0 100.000.000.000
- PT. Asuransi
Bangun Askrida 0 4.400.000.000
Pembayaran
Utang Pokok 17.198.897.958 33.629.623.228 16.430.725.270 95,53
- Proyek
JEDI/JFUMP 33.629.623.228
TOTAL APBD 70.191.958.203.554 74.066.952.279.500 3.874.994.075.946 5,52
Sumber : Bappeda, BPKD dan BPRD Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 44
Sesuai dengan Tabel IV.3 di atas. besaran total RAPBD Tahun Anggaran
2018 adalah sebesar Rp.74.066.952.279.500, yang terdiri dari Pendapatan
Daerah sebesar Rp.64.889.762.573.448, Belanja Daerah sebesar
Rp.66.059.717.841.452. Penerimaan Pembiayaan sebesar
Rp.9.177.189.706.052 dan Pengeluaran Pembiayaan sebesar
Rp.8.007.234.438.048.
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 45
BAB V
PENUTUP
Kebijakan Umum APBD (KUA) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018
disusun dengan berpedoman pada Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017
tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018 serta Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Tahun 2011.
KUA yang telah disepakati, menjadi dasar dalam menyusun Nota
Kesepakatan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018, antara Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI
Jakarta, yang kemudian Nota Kesepakatan tersebut menjadi pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD/UKPD, dan selanjutnya
menjadi acuan dalam penyusunan Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tahun anggaran 2018.
Dokumen KUA Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018 ini diharapkan
dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
mengimplementasikannya secara bertanggungjawab dan profesional. Dengan
demikian diharapkan masyarakat Jakarta dapat merasakan manfaatnya secara
optimal dari pembangunan yang telah direncanakan tersebut.
Jika dalam proses pembahasan Raperda APBD tahun anggaran 2018
menjadi Perda APBD tahun anggaran 2018 terdapat kondisi yang
menyebabkan perubahan pada KUA ini. maka dapat dilakukan penyempurnaan
sepanjang disepakati bersama antara Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD
Provinsi DKI Jakarta.