kti rematik.docx

110
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. A. Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Didalam sebuah keluarga terdapat tujuan, tugas dan fungsi serta peran-peran angota keluarga. Didalam fungsi keluarga salah satunya yaitu terdapat fungsi pemenuhan kesehatan. Fungsi pemenuhan kesehatan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor keturunan, lingkungan pelayanan kesehatan dan prilaku dari keluarga itu sendiri dalam melakukan pemeliharan kesehatan guna untuk

Upload: michelleandrea92magmailcom

Post on 16-Dec-2015

109 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

1

BAB IPENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar BelakangKeluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Didalam sebuah keluarga terdapat tujuan, tugas dan fungsi serta peran-peran angota keluarga. Didalam fungsi keluarga salah satunya yaitu terdapat fungsi pemenuhan kesehatan.

Fungsi pemenuhan kesehatan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor keturunan, lingkungan pelayanan kesehatan dan prilaku dari keluarga itu sendiri dalam melakukan pemeliharan kesehatan guna untuk mengatasi masalah yang muncul terutama masalah dengan kesehatan. Salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal perlu dilakukan asuhan keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan resiko tinggi atau keluarga yang rentan mengalami masalah kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga pendekatan yang digunakan adalah dengan asuhan keperawatan. Dengan pendekatan ini maka dapat membantu petugas kesehatan khususnya perawat untuk mengidentifikasikan masalah-masalah kesehatan didalam keluarga dan membantu keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Permasalahan atau gangguan kesehatan yang dapat timbul didalam keluarga terdiri dari semua sistem termasuk dalam gangguan sistem muskuloskeletal salah satunya yaitu rematik.

Seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan-perubahan tubuh salah satunya sistem jaringan dan sistem organ yang dimulai sejak awal kehidupan hingga akhir kehidupan. Perubahan ini juga terjadi dalam sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang mungkin dapat muncul beberapa golongan rematik. Rematik yang menyerang orang dewasa yaitu disebut artritis rematoid. lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki .(Arif Mansjoer).

Penyakit rematik yang sering disebut artritis (radang sendi) dan dianggap sebagai satu keadaan yang sebenarnya terdiri lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda.. Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian. Rematik dapat menyerang laki-laki dan wanita dengan segala usia. Sebagian gangguan terjadi dalam waktu tertentu dalam kehidupan pasien Sebagian gangguan terjadi dalam waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Dampak ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan.

Masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Brunner and suddart, 2002). Dalam keadaan yang lebih lanjut bisa bersifat akut atau insidius, dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh remisi (suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat) dan eksaserbasi (suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Tetapi dapat sangat sederhana dan bertujuan untuk melokalisasi rasa nyeri, atau dapat kompleks dan dimaksudkan untuk mengurangi efek sistemiknya. Perubahan yang permanen dapat terjadi akibat penyakit ini.

Fakta statistik mengenai arthritis sangat mengejutkan yaitu 14,3 % dari populasi Amerika Serikat (Gordon, 2002). Data di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi dari rheumatoid Arthritis adalah pada suku Amerika Indian dibanding dengan yang Non Indian. Lebih dari 36 juta penduduk Amerika menderita 1 dari 100 jenis artritis (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Di Indonesia sendiri diperkirakan kasus rheumatoid arthritis berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % dari jumlah penduduk Indonesia yaitu sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Berdasarkan data yang diambil dari wikipedia jumlah penduduk DKI jakarta khususnya Jakarta pusat berkisar 898.883 jiwa. jumlah kasus rheumatoid di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih bekisar 674 jiwa. Sedangkan jumlah kasus rheumatoid di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat II berkisar 2551jiwa, Dari hasil survei yang yang dilakukan mahasiswa jumlah penduduk di RW 09 berjumlah 1455 jiwa dan penderita rematik sebanyak 32 jiwa dengan presentase 3,49%.

Begitu banyak kasus rematik dan akibat yang dapat ditimbulkannya. Untuk itu penulis tertarik untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan rematik sehingga penulis mendapat pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami rematik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam :1. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah rematik.2. Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah rematik untuk merumuskan diagnosa keperawatan.3. Melakukan penapisan masalah untuk memprioritaskan diagnosa keperawatan.4. Menyusun rencana keperawatan keluarga dengan masalah rematik.5. Meleksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada keluarga dengan rematik.6. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada keluarga dengan masalah rematik.7. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga dengan masalah rematik8. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata9. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga

C. Ruang LingkupPenulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan pada salah satu keluarga yaitu keluarga Bpk. W dengan masalah Rematik di RT 003/ RW 09, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang dilaksanakan mulai tanggal 02 Juli 2013 sampai dengan tanggal 05 Juli 2013.

D. Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil salah satu keluarga yang terdapat di wilayah RT 03/RW 09, kelurahan Cempaka Putih Barat, kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat untuk diberikan asuhan keperawatan. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah : wawancara, observasi dan pengukuran terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.2. Studi kepustakaan dengan mempelajari literatur yang mendasari asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga.

E. Sistematika PenulisanPenyusunan makalah ini terdiri dari lima bab, yang disusun secara sistematik sebagai berikut : Bab satu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari konsep penyakit rematik, dan konsep asuhan keperawatan keluarga. Bab tiga terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab empat pembahasan menguraikan tentang kesenjangan antara teori dengan fakta yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan masalah, perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang sudah sesuai dengan langkah-langkah proses kepeawatan. Bab lima terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORI

Sebelum membahas lebih lanjut tentang asuhan keperawatan keluarga, maka pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori yang melandasi asuhan keperawatan yang diberikan meliputi konsep penyakit rematik dan konsep asuhan keperawatan keluarga.

A. Konsep Penyakit RematikPada sub bab ini akan diuraikan menganai konsep penyakit rematik yang meliputi pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan pada rematik

1. PengertianDibawah ini akan diuraikan mengenai beberapa pengertian mengenai rematik. Menurut Rizasyah Daud (2006) artritis reumatoid adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang terutama mengenai jaringan persendian dan organ tubuh lainya. Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. (Wikipedia, 2012). Suatu sindroma yang kronis dengan gejala yang tidak khas, menyerang sendi perifer dan simetris, otot-otot skeletal, tulang ligamentum, tendon dan persendian. Bila penyakit berlarut larut, terjadi penghancuran jaringan sendi dan sekitarnya. (Penyakit Tulang dan Persendian Arthritis atau Arthralgia hal 98, 2006).Dari ketiga pengertian disana maka dapat disimpulkan bahwa artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi yang terutama mengenai otot-otot skeletal, tulang ligamentum, tendon dan bersifat progesif, simetri dan sistemik, serta belum diketahui penyebab terjadinya artritis reumatoid.

2. PatofisiologiPada sendi synovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin untuk mempermudah gerakan. Membrane synovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar tulang. Cairan synovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukkan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respons imun. Sebaliknya pada penyakit rematik degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lebih lanjut. sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas deri kartilago artikuler. Kartilago artikuler mengalami degenerasi, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah imunologi. Pemahaman mengenai bagaimana proses ini saling berhubungan merupakan kunci untuk menetapkan diagnostik, penatalaksanaan penyakit dan intervensi keperawatan yang akurat bagi penderita penyakit rematik.

3. Penatalaksanaana. Penatalaksanaan MedisUntuk artritis reumatoid yang dini , Penangan medik dimulai dengan pemberian salisilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Jika diberikan dalam dosisi terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti-inflamasi maupun analgesik. Pasien perlu diberitahukan untuk penggunaan obat sesuai resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal. Pada keadaan akut kadang dibuutuhkan steroid atau imunosupresan. Pada keadaan kronik sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi aendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas, dapat dianjurkan artrodesis atau artroplastik.b. Penatalaksanaan Non Medis.Terapi dimulai dengan pendidikan pasien, keseimbangan antara istirahat dengan aktivitas , diet rendah lemak dan kolesterol, mengkonsumsi makanan kaya vitamin C, latihan rentang gerak dan rujukan ke lembaga kemasyarakatan yang dapat memberikan dukungan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kesehatan KeluargaPada sub bab ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konsep keluarga dan konsep proses keperawatan keluarga.1. Konsep KeluargaDi dalam konsep keperawatan keluarga hal yang akan dibahas yaitu mengenai pengertian keluarga, tipe keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga dan tahap perkembangan keluarga serta tugas perkembangan keluarga.

a. Pengertian KeluargaPengetian keluarga menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Suprajitno (2004) adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan inndividu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Sayekti (1994) yang dikutip oleh Suprajitno (2004) mendefinisikan keluarga sebagai suatu ikatan/ persetujuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1992 mengenai Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang dikutip oleh Suprajitno (2004) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok manusia yang hidup dalam satu rumah, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi keluarga tersebut jika dalam keluarga ada salah satu anggota keluarga yang mempunyaai masalah kesehatan , maka akan mempengaruhi sistem kesehatan keluarga sacara keseluruhan.

b. Tipe atau Jenis KeluargaMenurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010) membagi tipe keluarga tradisional menjadi 8 tipe keluarga yaitu :1) Nuclear Family (keluarga inti)Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainya.2) Extended Family (keluarga besar)Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal salam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.3) Single Parent FamilySatu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.4) Nuclear dyedKeluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama5) Blanded FamilySuatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak dari hasil perkaawinan mereka sebelumnya.6) Three generation FamilyKeluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.7) Single adult living aloneBentuk keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.8) Middle age atau elderly coupleKeluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.Tipe keluarga non tradisional menurut Sussman (1974) yang dikutip oleh Santun Setiawati (2008) membagi keluarga non tradisional menjadi 6 yaitu:1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)4) Keluarga gay5) Keluarga lesbi6) Keluarga komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sam

c. Struktur KeluargaStruktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melakukan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman yang dikutip oleh suprajitno ( 2004) mengatakan terdapat empat elemen struktur keluarga yaitu: 1) Struktur peran keluargaMenggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan peranya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.2) Nilai atau norma keluargaMenggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.3) Pola komunikasi keluargaMenggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.4) Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga yang mendukung keluarga.

d. Fungsi KeluargaMenurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Santun Setiawati (2008), mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga antara lain :1) Fungsi AfektifFungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga. 2) Fungsi SosialFungsi sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi3) Fungsi ReproduksiFungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia4) Fungsi EkonomiFungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang , pangan, dan papan.5) Fungsi perawatan KesehatanFungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

e. Tahap Tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan KeluargaDalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mempunyai tahapan perkembangan sesuai dengan perkembangan anggota keluarga. Masing masing tahapan perkembangan keluarga mempunyai tugas yang harus diselesaikan. Menurut Duvall dan Miller dikutip oleh Friedman (1998) yang dikutip oleh Santun Setiawati (2008), yaitu :1) Keluarga pemula (Begginning family) : Adalah keluarga yang baru menikah, keluarga baru, dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.Tugas perkembangannya adalah membangun sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan ikatan persaudaraan yang harmonis, dan keluarga berencana. 2) Keluarga yang sedang mengasuh anak (Child Bearing) : Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangannya adalah membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam sebuah keluarga), merekonsiliasi tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan hubungan perkawainan yang memuaskan, dan memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua dan kakek, nenek.3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah : tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangannya yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti (rumah, ruang bermain, privasi, keamanaan), mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, serta mempertahankan hubungan yang sehat dengan keluarga (hubungan perkawinan danhubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas )4) Keluarga dengan anak usia sekolah : Tahap ini dimulai ketika anak berusia 6 tahun ( mulai masuk sekolah dasar), dan berakhir pada usia 13 tahun (awal dari usia remaja). Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak, (meningkatkan prestasi sekolah, mengambangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat), mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.5) Keluarga dengan anak remaja : Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun hingga berusia 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangannya adalah mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, Memfokuskan kembali hubungan pernikahan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak.6) Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda : Fase ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong ketika anak meninggalkan rumah. Tugas perkembangannya adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapat melalui pernikahan anak-anak, melanjutkan/memperbaharui keharmonisan pernikahan dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan dan, membantu orang tua lanjut usia dan cenderung sakit sakitan dalam kehidupan dan kesehatannya.7) Orang tua usia pertengahan : Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan orang tua. (Tahap ini dimulai biasanya ketika orang tua memasuki usia 45 55 tahun dan berakhir pada saat salah seorang pasangan pensiun biasanya 16 18 tahun kemudian). Tugas perkembangannya adalah menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan harmonis dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak, serta memperkokoh hubungan perhikahan.8) Keluarga dalam masa pensiun dan lansia : Tahap ini dimulai ketika salah satu/pasangan suami istri memasuki masa pensiun, sampai dengan salah satu pasangan meninggal dunia. Tugas perkembangannya adalah mempertahankan pengaturan kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan upaya memahami eksistensi mereka/penelaahan dan integrasi hidup.

2. Konsep Proses Keperawatan KeluargaProses keperawatan salah satu pemdekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga. Langkah langkah proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. PengkajianData yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedmen (1998), sebagai berikut : 1) Data dasar keluraga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, agama, status sosial ekonomi,aktifitas rekreasi, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.2) Lingkungan meliputi perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah, sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas geografis keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga sebelumnya.3) Struktur keluarga meliputi a) Pola dan proses komunikasi keluarga yang menjelaskan cara keluarga berkomunikasi, cara pengambilan keputusan utama, peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi dan hal yang mempengaruhi komunikasi keluarga.b) Struktur kekuatan keluarga, menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.c) Struktur peran menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik dalam keluarga ataupun di masyarakat.d) Nilai - nilai atau norma budaya menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.4) Fungsi keluarga meliputia) Fungsi afektif, data yang harus dikaji adalah bagaiman respon keluarga terhadap kebutuhan anggota keluarga.b) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak, bagaiman anak dihargai, masalah masalah keluarga dalam membesarkan anak.c) Fungsi reproduksi, hal yang perlu dikaji, yaitu jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah keluarga, dan metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.d) Fungsi ekonomi, hal yang perlu dikaji, yaitu upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluargae) Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap dua) berkaitan dengan lima tugas keluarga, hal yang perlu dikaji adalah : (1) Kemampuan keluarga mengenal masalah, data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta fakta dari masalah kesehatan, yang meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhi serta persepasi keluarga terhadap masalah.(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada dan apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan menghadapi masalah.(3) Kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan, data yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatan), pengetahuan tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga tentang sumber sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik dan psikososial), bagaimana sikap keluarga yang sakit.(4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, data yang perlu dikaji adalah : pengetahuan keluarga tentang sumber sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pengetahuan keluarga, pentingnya hygiene sanitasi, pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahaan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi dan kekompakan antar keluarga.(5) Kemampuan keluarga keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, data yang harus dikaji adalah pemahaman keluarga tentang keuntungan keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, dan apakah petugas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.5) Stress dan stategi koping, meliputi stessor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, stategi koping yang digunakan dan strategi koping disfungsional.

b. Diagnosa Keperawatan.Setelah data dikumpulkan selanjutnyta dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga perlu memahami tipologi diagnosa keperawatan. menurut Suprayitno (2004) bahwa tipologi diagnosa keperawatan keluarga ada tiga, yaitu :1. Aktual adalah masalah kesehatan keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. 2. Risiko (ancaman kesehatan) adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan dari perawat .3. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness ) yaitu suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatanya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan..

Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga kategori sakit berdasarkan gambaran kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan), berdasarkan hasil pengkajian tahap dua, Jika yang terganggu lebih dari satu tugas, maka dapat digunakan tugas ke tiga sebagai etiologi, jika terganggu dominan satu tugas maka gunakan tugas yang dominan sebagai etiologi.

c. Penapisan MasalahDalam penyusunan prioritas masalah ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan pada setiap kriteria. Kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas masah keperawatan keluarga sebagai berikut :

KriteriaSkorBobot

Sifat masalahSkala : - Tidak / kurang sehat/ aktual Ancaman kesehatan / resiko Keadaan sejahtera / potensial3211

Kemungkinan masalah dapat diubahSkala : - Mudah Sebagian Tidak dapat diubah2102

Potensi masalah dapat dicegahSkala : - Tinggi Sedang Rendah3211

Menonjolnya masalahSkala : - Masalah berat, harus segera diatasi Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan2101

Cara penghitungan skor :Tentukan skore untuk setiap kriteria kemudian dilakukan perhitungan dengan cara skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot lalu dijumlahkan hasil perhitungan skor untuk seluruh kriteria.Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas adalah :1) Sifat masalah : tidak / kurang sehat, amcaman kesehatan dan kesejahteraan kurang atau tidak sehat bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang segera dan biasanya dirasakan oleh keluarga. Sejahtera bobot rendah karena memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalah dengan baik.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil yang dapat mengurangi atau mencegah masalah jika diintervensi. Faktor faktor yang dapat diperhatikan : Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah, sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, sumber daya perawatan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu, sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat dan dukungan sosial masyarakat.3) Potensi masalah dapat di cegah : sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam potensi masalah dapat dicegah. Kepelikan masalah : berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa makin sedikit kemungkinan untuk merubah / mencegah sehingga makikn kecil potensi masalah yang akan timbul. Lamanya masalah kaitanya dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila dicegah. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan, adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila di cegah.4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu ditangani segera mendapat skore tertinggi.

d. Perencanaan KeperawatanPerencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang telah teridentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas dapat menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta mengatasi masalah keperawatan.Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga menurut Zaidin ali (2010), yaitu : 1)Rencana keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun dengan jelas dan benar.2)Rencana tersebut harus realistis, dapat dilaksanakan ( ada sarana, mtodelogi, dan sumber daya manusianya ).3)Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan pemerintah dan institusi layanan kesehatan tersebut.4)Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga sebagai obyek dan subyek pelayanan.5)Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain secara berkesinambungan dan mudah di evaluasi6)Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah masalah/meringankan masalah yang sedang dihadapi.7)Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarjkan proses yang sistematis.8)Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.9)Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya.10) Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan.11) Rencana asuhan keperawatan merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus.Perencanaan asuhan keperawatan keluarga mempunyai manfaat yaitu : 1) Memudahkan pemberian tindakan keperawatan yang tepat dengan memperhatikan keunikan klien ( individu, keluarga atau masyarakat )2) Memudahkan pemberian tindakan keperawatan Sesuai dengan prioritas.3) Memudahkan pengembangan klien.4) Menghindari pelayanan yang tumpang tindih atau tidak diberikannya pelayanan pada klien karena setiap klien kemungkinan besar dilayani oleh tenaga perawat/kesehatan yang berbeda dan dapat diberikan asuhan keperawatan yang berkelanjutan karena ada dokumentasi keperawatan.5) Memudahkan koordinasi tim kesehatan melalui pemberian informasi oleh perawat karena masalah klien diselesaikan oleh perawat.

Menurut Wright dan Leahey, (1984) dikutip oleh Santun Setiawati (2008) ada dua tingkatan intervensi yaitu : intervensi tingkat dasar dan intervensi tingkat lanjut. Intervensi tingkat dasar adalah intervensi yang bersifat suportif dan mendidik (edukatif yang langsung ke arah sasaran). Sedangkan intervensi tingkat lanjut adalah sejumlah intervensi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak langsung, Friedman (1970) yang dikutip oleh Santun setiawati (2008) mengklasifikasikan intervensi keperawatan sebagai berikut : 1. Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung dengan mengintervensi bidang bidang yang tidak dapat dilakukan keluarga.2. Fasilitatif, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang dibutuhkan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanaan kesehatan dirumah.3. Perkembangan, tujuan perawatan diarahkan kepada kemandirian keluarga dan membantu keluarga memanfaatkan sumber sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sisten dukungan sosial internal maupun eksternal.

Wright dan Leahey, dukutip oleh Santun Setiawati (2008) menggolongkan intervensi keperawatan dalam tingkatan fungsi keluarga yaitu :1. Kognitif, intervensi diarahkan pada fungsi keluarga yang terdiri dari tindakan perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu keadaan atau pengalaman.2. Afektif yang dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga, sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif, misalnya membantu mengurangi kecemasan dalam merawat anak anak yang sakit.3. Perilaku, strategi perawatan yang diarahkan membantu anggota keluarga berinteraksi/ bertingkah laku satu sama lain. Misalnya mengajar keluarga untuk berkomunikasi secara lebih fungsional seperti mendengar satu sama lain tanpa menginterupsi.

Langkah pertama dalam perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan yang berorientasi pada klien. Penyususnan tujuan bersama keluarga menjadi penentu perencanan yang efektif. Ada dua macam tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang (Goal) adalah tujuan umum yang merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh keluarga melalui semua usaha. Tujuan jangka panjang (sasaran) ditentukan oleh perawat bersama dengan keluarga berhubungan dengan masalah keperawatan keluarga. Sedangkan tujuan jangka pendek atau objektif merupakan pernyataan spesifik tentang hasil tindakan keperawatan yang sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistik serta ada batasan waktu. Tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi dan memberikan kepercayaan kepada keluarga, serat membimbing keluarga kearah pencapaian tujuan yang konprehensif. Dalam penyusunan tujuan sangat diperlukan kerjasama dengan keluarga dalam membedakan masalah-masalah yang perlu diselesaikan dengan intervensi keperawatan.

Setelah tujuan ditetapkan dilanjutkan dengan perencanaan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam melakukan tindakan keperawatan sangat bergantung pada masalah keperawatan dan sumber-sumber yang tersedia untuk menyelesaikan masalah. Menurut Zaidin Ali (2010) berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga sebagai berikut :untuk mengatasi penyebab masalah keperawatan maka yang harus dilakukan adalah:1. Perluas dasar pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi2. Bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dan situasi yang ada3. Hubungan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah ditentukan. 4. Kembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah. Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka memutuskan masalah, tindakan yang dapat dilakukan adalah :1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan.2. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan alternatif tersebut.3. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing masing alternatif tindakan.Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara lain:1. Demontrasikan tindakan yang diperlukan 2. Manfaatkan fasilitas sarana yang ada dirumah3. Hindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.Setelah perencanaan disusun dilanjutkan dengan langkah yang terakhir yaitu menentukan kriteria dan standar evaluasi.

e. Pelaksanaan Keperawatan.Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga merupakan salah satu tahapan proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapat kesempatan untuk meningkatkan minat keluarga dan mengadakan perbaikan kearah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan, kesulitan dan kebingungan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang ada.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga (keuangan), tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku. Disamping itu, perhatikan respon dan penerimaan keluarga, juga sarana dan pra sarana yang ada pada keluarga. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini ada beberapa faktor penghambat, baik dari keluarga maupun dari petugas itu sendiri. Faktor penghambat dari keluarga, yaitu keluarga kurang mampu memperoleh informasi, keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap sehingga melihat masalah secara sebagian, keluarga tidak dapat mengkaitkan informasi dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga tidak mau menghadapi situasi, anggota keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial dan keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat. Sedangkan faktor penghambat dari petugas yaitu perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor faktor sosial budaya, petugas kurang mampu mengambil tindakan dan menggunakan bermacam tehnik dalam mengatasi masalah yang rumit. f. Evaluasi Keperawatan.Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dalam menentukan sejauh mana tujuan keperawatan telah tercapai. Pada umumnya terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif adalah kuantitas atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi kualitatif difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yaitu dimensi struktur atau sumber, terkait dengan tenaga manusia atau bahan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan. Dimensi proses, dan dimensi hasil tindakan yang kita lakukan. Dari ketiga dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dapat dilihat dari dimensi yang terakhir yaitu dimensi hasil.

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dan tindakan keperawatan telah tecapai adalah sebagi berikut :1. Observasi langsung, metode ini adalah metode yang paling valid untuk menentukan adanya perubahan, yaitu bila interpretasi yang subjektif dan pangamat dapat dikuarangi dan menggunakan instrumen yang tepat dan petunjuk tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.2. Memeriksa laporan, laporan mengenai test dignostik yang menunjukan perubahan dalam status kesehatan pasien dapat diperoleh dan kartu penderita.3. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.4. Latihan simulasi, latihan stimulasi ini berguna menentukan perkembangan kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.

BAB IIITINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan keluarga dengan rematik, di Cempaka Putih Barat RT 003/RW 09, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang dilaksanakan dari tanggal 2 Juli sampai dengan 5 July 2013, dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. PengkajianData diperoleh dengan menggunakan berbagai metode ,yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik, Sehingga diperoleh data sebagai berikut :1. Data Dasar Keluargaa. Identitas keluargaNama kepala keluarga Bpk. W, usia 31 tahun, pendidikan SD, pekerjaan wirausaha, alamat Cempaka Putih Barat RT 003/ 09, Kecamatan Cempaka Putih, Kelurahan Cempaka Putih Barat , Jakarta Pusatb. Komposisi keluargaNONamaJenis kelaminHub.Dgn KKUsiaPendidikanPekerjaan

1.Ny. EPIstri29 tahunSDIRT

2.An. CLAnak14 tahun-Pelajar

3.An. UPAnak17 bulan--

c. Genogram7065asma

1229

rematik14 17 bulan.ISPA

keterangan :: laki-laki/: meninggal: perempuan: menikah: Klien: tinggal serumah d. Tipe keluarga : Bpk. W termasuk kedalam tipe Nuclear Family atau keluarga inti dimana dalam satu rumah terdapat bapak, ibu dan anak.e. Suku bangsa Keluarga Bpk. W dan Ibu. E berasal dari suku sunda, bahasa yang digunakan dalam sehari-hari dirumah dan lingkungan sekitarnya adalah bahasa sunda. Tidak ada pantangan atau kebiasaan suku yang mengikat dalam keluarganya, serta tidak ada kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.f. Agama : Seluruh anggota keluarga Bpk. W menganut agama islam. Tidak ada perbedaan agama dalam keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan. Tidak ada kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan keluargag. Status sosial ekonomi keluarga : Bpk. W bekerja sebagai wirausaha dan Ibu. E sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga Bpk.W dalam sebulan bekisar Rp.1.000.000 s/d Rp.2.200.000.penghasilan keluarga dalam sebulan dapat mencukupi kehidupan sehari-hari. Keluarga Bpk. W tidak mempunyai tabungan, yang mengelola keuangan keluarga Bpk. W adalah Ibu. E yang sebagai ibu rumah tangga.h. Aktivitas rekreasi : Ibu. E mengatakan tidak tentu dalam berekreasi karena disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga. Waktu senggang digunakan keluarga untuk menonton tv dan berbincang-bincang dengan keluarga dan tetangga.i. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan saat ini adalah keluarga dengan anak remaja dimana anak pertama berusia 13 tahun sampai berusia 19 tahun. Tugas keluarga pada tahap ini yaitu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda, mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antar anak dan orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memennuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga semua tugas perkembangan telah tercapai. j. Riwayat keluarga inti : Bpk. W tidak memiliki penyakit keturunan, ibu. E mengatakan kedua tumit kakinya sakit jika dipakai berjalan, kedua telapak tangan dan telapak kaki sering kesemutan. An.U saat ini sedang batuk pilek sejak seminggu yang lalu.k. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Bpk. W mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang diturunkan, namun ibu. E memiliki penyakit keturunan yaitu asma yang diderita oleh neneknya, tetapi ibu. E tidak menderita asma.

2. LingkunganSetelah pengkajian data dasar keluarga dilanjutkan pengkajian mengenai lingkungan, yaitu sebagai berikut :a. Perumahan, Jenis perumahan keluarga Bpk. W adalah semi permanen dengan ukuran 3x3m, status rumah kontrakan dengan atap asbes, pencahayaan tidak masuk kedalam rumah, ventilasi ada, kurang dari 10% dari luas lantai, penerangan menggunakan listrik, lentai menggunakan papan, keadaan rumah kotor, lantai disapu 1x/hari, penataan kurang rapih, keluarga memiliki WC sendiri dengan jenis leher angsa, kondisi bersih. Sumber air minum keluarga menggunakan air Aqua botol. Pembuangan air limbah rumah tangga langsung keselokan, sampah dikumpulkan didalamplastik lalu dibawa ke pasar.b. Denah rumahABskala: 1: 100cm

Keterangan:A: kamar tidurB: WC

c. Fasilitas sosial dan kesehatan yang terdapat dimasyarakat antara lain, pengajian, PKK, arisan, Ibu E jarang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Terdapat fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, klinik 24 jam dan bidan. Fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau keluarga dengan berjalan kaki, motor, angkutan umum, dan ojek. Keluarga Bpk. W sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan. d. Karakteristik tetangga dan komunitas : Di lingkungan Bpk. W penduduknya padat, jarak antara rumah satu dengan rumah lainya berdekatan, status sosial ekonomi bervariasi dari ekonomi menengah hingga kebawah.pekerjaan rata-rata sebagai pedagang. Antar tetangga baik dan akrab.e. Mobilitas geografi : Keluarga Bpk. W sudah tinggal disana sejak 14 tahun yang lalu dan tidak ada rencana untuk pindah rumah.f. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Hubungan dengan masyarakat baik dan tidak ada konflik dengan tetangga.g. Sistem pendukung keluarga : Bila ada keluarga yang sedang membutuhkan bantuan dan mempunyai masalah keluarga Bpk. W siap membantu dan menyelesaikan masalah secara musyawarah.

3. Struktur KeluargaPengkajian struktur keluarga yaitu terdiri dari :a. Pola komunikasi : Keluarga selalu berkomunikasi dengan keluarga lain dengan baik. Komunikasi yang digunakan dua arah, dalam keluarga yang mengambil keputusan adalah Bpk. W. Untuk mengatasi masalah biasanya keluarga bermusyawarah terlebih dahulu dan menghasilkan secara bersama-sama.b. Struktur kekuatan keluarga : Bpk. W dapat mengendalikan dan mempengaruhi keluarga dalam hal kesehatan Bpk. W selalu mengingatkan ibu. E agar memperhatikan kesehatannya dan kesehatan anak-anaknya. Jika ada anggota keluarga yang sakit Bpk. W langsung membawanya berobat kepuskesmas atau rumah sakit.c. Struktur peran : Bpk. W berperan sebagai kepala keluarga dan bekerja sebagai wirausaha untuk mencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman. Ibu. E sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai peran dalam mengurus anak dan rumah tangga. Sedangkan An. C adalah sorang pelajar. Keluarga dalam menjalankan peranya masing-masing tidak ada masalah.d. Nilai dan norma budaya Dalam keluarga Bpk. W tidak ada nilai dan kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan, tidak ada konflik yang menonjol dalam keluarga. Bpk. W mendukung apapun yang positif yang dilakukan untuk keluarga dan memberi dukungan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4. Fungsi KeluargaPengkajian fungsi keluarga meliputi :a. Fungsi afektif : Keluarga Bpk. W selalu memperhatikan kebutuhan anak-anaknya terutama An.C yang masih bersekolah. Bpk. W dan Ibu. E menyayangi semua anak-anaknya. Keluarga Bpk. W sangat khawatir jika ada anggota keluarga yang sakit. Bpk. W selalu memberikan semangat dan menggupayakan yang terbaik untuk anggota keluarga yang sakit.b. Fungsi sosialisasi keluarga : Seluruh anggota keluarga berinteraksi baik dengan tetangga dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merasa bahagia dengan keadaan keluarga yang selalu rukun.c. Fungsi reproduksi : Keluarga Bpk. W memiliki 2 orang anak, anak pertama berusia 14 tahun dan anak kedua berusia 17 bulan. Ibu. E mengatakan saat ini mengikuti program KB dengan jenis kontrasepsi suntik 1 bulan. Ibu. E mengatakan menggunakan KB sejak 14 tahun yang lalu dan tidak ada keluhan.

5. Stress dan Koping Keluarga.a. Stres jangka panjang dan jangka pendek : stresor jangka pendek yaitu ibu. E memikirkan dirinya yang sedang sakit dan linu pada tumit kanan dan kiri dan memikirkan batuk pilek An. U yang tidak kunjung sembuh. Stresor jangka panjang yaitu Ibu. E takut jika anak-anaknya tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.b. Kemampuan keluarga merespon terhadap masalah : Ibu. E mengatakan jika ada masalah selalu didiskusikan bersama-sama sehingga masalah dapat diselesaikan dengan baik. c. Strategi koping yang digunakanKeluarga Bpk. W mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan bersama- sama untuk mencari jalan keluar.d. Strategi adaptasi disfungsional : Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara keluarga menyelesaikan masalah secara maladaptif.

6. Pemeriksaan Fisika. Bpk.W tidak terkaji.b. Ibu. E berusia 29 tahun, TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36oC, BB: 85 kg, TB : 156cm, rambut pendek, bersih, tidak rontok, tidak ada luka, tidak ada gatal-gatal/luka, kelopak mata tidak ptosis, tidak peradangan, tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, hidung tidak ada sumbatan dan sekret, tidak ada kelainan bentuk, gigi bersih, gosok gigi 2 x sehari setiap mandi, gigi tidak caries, suara nafas vesikuler, whezing (-), ektremitas atas terutama kedua pergelangan tangan sering kesemutan, ekstremitas bawah terutama tumit kaki kanan dan kiri sakit bila dipakai berjalan dan suka kesemutan. Pada Abdomen tidak ada asites, bising usus (+), tidak ada kelainan bentuk tulang serta ekstremitas atas maupun bawah.Kesimpulan : Rematikc. An. C berusia 14 tahun, N: 90x/menit, RR: 19/menit, S: 36 C, BB : 39 kg, TB: 158cm, kulit tidak ada kelainan, tidak ada luka dan gatal. kelopak mata tidak ptosis, tidak peradangan, tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, tidak ada kelainan pada telinga, hidung tidak ada pilek, tidak ada sumbatan dan sekret, mulut bersih, tidak stomatitis, gigi tidak caries, gosok gigi 2 x setiap mandi. Pada Abdomen tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, perut tidak kembung, suara nafas vesikuler, whezing (-), Pada Abdomen tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, bising usus (+), ektremitas tidak ada kelainan bentuk baik atas maupun bawah. Kesimpulan : sehat.d. An U berusia 17 bulan, N: 92x/menit, RR: 25x/menit, S: 36C, BB: 10kg, TB: 85cm, kulit tidak ada kelainan, tidak ada luka dan gatal. kelopak mata tidak ptosis, tidak peradangan, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, tidak ada kelainan pada telinga, hidung pilek, ada sumbatan dan sekret, mulut bersih, tidak stomatitis, gigi tidak caries, gosok gigi 2 x setiap mandi, batuk. Pada Abdomen tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, perut tidak kembung, ronchi (+), whezing (-), Pada Abdomen tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, bising usus (+), ektremitas tidak ada kelainan bentuk baik atas maupun bawah.Kesimpulan : ISPA.

7. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan KeluargaKeluarga merasa senang dengan kehadiran perawat dan berharap dapat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga saat ini

8. Fungsi Perawatan Kesehatan ( Penjajakan Tahap II ).Pada saat pengkajian ibu. E sering mengeluh nyeri pada kedua tumitnya ketika berjalan. Kedua telapak tangan dan telapak kaki sering kesemutan. Menurut Ibu. E sakit yang dirasakan adalah sakit rematik yang sudah dideritanya sejak satu tahun yang lalu. Ibu. E tidak tahu akibat yang dirasakan jika penyakitnya tidak diobati. Ibu. E hanya meminum obat warung seperti neoremasil jika nyerinya sudah tidak dapat ditahan. Ibu.E mengatakan sering memakan jeroan seperti sate usus. Ibu. E menggunakan fasilitas kesehatan jika sakit yang dirasakan sudah tidak dapat diobati oleh obat warung.

Ibu. E mengatakan An. U mengalami batuk pilek sejak satu minggu yang lalu. Ibu. E mengatakan An. U sempat demam. Ibu. E mengatakan batuk pilak yang dialami oleh An. U adalah batuk pilek biasa. Ibu. E tidak mengetahui akibat yang akan terjadi jika batuk pilek An. U tidak segera diobati. Ibu. E mengatakan saat ini An. U diberi obat hufagrip dan paracetamol. Ibu. E mengatakan bahwa An. U sering diberi minum es. Ibu. E memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti bidan jika sakit yang dialami An. U tidak dapat diatasi oleh obat warung.

9. Analisa DataSetelah data dikunpulkan, selanjutnya data tersebut dianalisa dengan menentukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :No.DataDiagnosa keperawatan

1.

2.Data Subjektif: Ibu. E mengatakan nyeri pada kedua tumit nya ketika berjalan. Skala nyeri 3. Kedua telapak tangan dan telapak kaki sering kesemutan. menurut Ibu. E sakit yang dirasakan adalah sakit rematik yang sudah dideritanya sejak satu tahun yang lalu. Ibu. E tidak tahu akibat yang akan terjadi jika penyakitnya tidak diobati Ibu. E hanya meminum obat warung yaitu neoremasil jika nyerinya kambuh Ibu. E mengatakan sering makan jeroan seperti sate usus. Ibu. E menggunakan fasilitas kesehatan jika sakit yang dirasakan sudah tidak dapat ditangani oleh obat warung.

Data objektif: TTV: TD: 120/80mmHg, N: 88x/menit, S: 36C, RR: 20x/menit Ibu. E tampak meringis kesakitan ketika berjalan. Tampak tertatih saat berjalan

Data subjektif: Ibu. E mengatakan An. U mengalami batuk pilek sejak satu minggu yang lalu. Ibu. E mengatakan An. U sempat demam. Ibu. E mengatakan batuk pilek yang dialami An. U adalah batuk pilek biasa. Ibu. E tidak mengetahui akibat yang terjadi jika batuk pilek An. U tidak diobati Ibu. E mengatakan saat ini An. U diberi obat hufagrip dan paracetamol jika anaknya panas. Ibu. E mengatakan An. U sering diminumkan es Ibu. E memanfaatkan fasilitas kesehatan sperti bidan jika sakit yang dialami tidak dapat ditangani oleh obat warung.Data objektif: Terdapat sekret dihidung An. U tampak batuk Ronchi sebelah kiri ( +), kanan (+) BB: 10kg, TB: 85cm An. U tampak sedang minum esNyeri pada keluarga Bpk. W khususnya ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematik

Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khususnya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA

B. Diagnosa KeperawatanDari hasil analisa data diatas teridentifikasi diagnosa keperawatan sebagai berikut:1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematik 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khusunya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA.

C. Penapisan MasalahSetelah diagnosa keperawatan teridentifikasi dilanjutkan dengan penapisan untuk menentukan prioritas masalah sebagai berikut :1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dlam merawat anggota keluarga dengan rematik.No.KriteriaPerhitunganPembenaran

1.

2.

3.

4.

Sifat masalah : aktual

Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah

Potensi masalah dapat dicegah:Sedang

Menonjolnya masalah:Ada masalah dan perlu segera ditangani3/3x1= 1

2/2x2= 2

2/3x1= 2/3

2/2x1= 1

Ibu. E mengatakan bahwa kedua tumit kanan dan kiri sakit bila berjalan, telapak tangan dan telapak kaki sering kesemutan. Ibu. E bahwa ia menderita rematik sudah sejak satu tahun yang lalu..Pengetahuan keluarga Bpk. W dapat ditingkatkan, keluarga memiliki tingkat kemauan yang tinggi. Sumber daya keuangan cukup memadai. Terdapat fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau seperti puskesmas, bidan dan perawat yang siap membantuIbu. E mengatakan menderita rematik sejak 1 tahun yang lalu. Masalah yang dialami Ibu. E dapat dicegah apabila keluarga mempunyai motivasi untuk mencegah masalah.Jika nyeri yang dirasakan Ibu. E sedang kambuh Ibu. E langsung meminum obat warung neoremsil untuk menghilangkan nyerinya dan beristirahat sejenak. Namun apabila tidak kunjung sembuh Ibu. E memeriksakan diri ke puskesmas dan klinik yang ada didekat rumah.

Total score4 2/3

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khusunya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA.

No.KriteriaPerhitunganPembenaran

1.

2.

3.

4.Sifat masalah : aktual

Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah

Potensi masalah dapat dicegah :sedang

Menonjolnya masalah:ada masalah tetapi tidak perlu ditangani.3/3 x 1= 1

2/2 x 2 = 2

2/3 x1 = 2/3

1/2 x 1= Ibu. E mengatakan An. U mengalami batuk pilek sejak satu minggu yang lalu. Ibu. E mengatakan bahwa batuk pilek yang dialami An. U adalah batuk biasa. An. U tampak keluar sekret dari hidung. An. U tampak batuk, RR: 24x/menit. Ibu. E mengatakan jika sakit An. U tidak segera diatasi anggota keluarga yang lain akan ikut tertular.Pengetahuan keluarga dapat ditingkatkan. Sumber keuangan memadai, ada perawat siap membantu mengatasi masalah keluarga. Fasilitas kesehatan tersedia dan mudah dijangkau dengan berjalan kaki dan angkutan umum. Keluarga mau memanfaatkan fasilitas kesehatan.Masalah yang dialami oleh An. U saat ini masih tergolong ISPA ringan dan dapat diatasi dengan cara keluarga melakukan perawatan yang optimal.Ibu. E mengatakan bahwa sakit batuk pilek An. U adalah batuk pilek biasa.

total skor

4 1/6

Setelah dilakukan penapisan maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Bpk. W sebagai berikut :1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematik. Skor ( 42/3)2. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khususnya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA. Skor ( 41/6).

D. Perencanaan, Pelaksanaan, dan EvaluasiSetelah masalah diprioritaskan selanjutnya disusun perencanaan keperawatan dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi.Diagnosa keperawatan : 1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematikTujuan Umum : Setelah dilakukan pembinaan selama 3 hari diharapkan nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berkurang.Tujuan khusus : setelah dilakukan selama 3x pertemuan masing-masing 45 menit keluarga mampu:1. Mengenal masalah rematik dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda, gejala serta mengidentifikasai penyebab dan tanda, gejala rematik yang dialami Ibu.E. Kriteria : Respon verbalStandar: rematik adalah penyakit yang mengenai sendi dan menahun, biasanya mengenai pergelangan kaki, lutut ,tumit, serta pinggang, rasanya seperti ditusuk jarum. Keluarga menyebutkan 2 dari 4 penyebab rematik, yaitu: 1) proses menua, 2) infeksi kuman, 3) cedera mendadak, 4) keletihan. Keluarga menyebutkan 2 dari 3 tanda dan gejala rematik, yaitu: 1) 4L (lemah, letih, lesu, lelah), 2) tidak nafsu makan, 3) nyeri, bengkak dan kaku pada sendi. Ungkapan keluarga tentang penyebab dan tanda gejala yang dialami Ibu. EPerencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengartian, penyebab dan tanda gejala rematik. (presiapan, materi dan leflet yang digunakan ada pada lampiran 1).b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Motivasi keluarga untuk mengidentifiikasi penyebab dan tanda gejala rematik yang dialami ibu.Ed. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 13.30 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala rematik dengan menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala rematik. Respon : Ibu. E menyebutkan kembali apa yang telah didiskusikan.c. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala yang dialami Ibu. E. Respon : Ibu. E mengatakan bahwa penyebab rematik yang dialaminya karena kecapean, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu nyeri pada kedua tumit saat berjalan dan kedua telapak tangan serta telapak kaki sering kesemutan, dan suka merasa letih.d. Memberikan pujian pada keluarga dengan kata Bagus atas usaha keluarga mengulang kembali informasi yang telah diberikan. Respon : keluarga tampak tersenyum.Evaluasi tanggal 03 juli 2013 pukul 14.10S : Ibu. E mengatakan rematik adalah penyakit yang mengenai sendi dan menahun, biasanya mengenai pergelangan kaki, lutut ,tumit, rasanya seperti ditusuk jarum. Keluarga menyebutkan penyebab rematik, proses menua, infeksi kuman, cedera mendadak, keletihan. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala rematik, 4L (lemah, letih, lesu, lelah), tidak nafsu makan, nyeri, bengkak dan kaku pada sendi. Ibu. E mengatakan bahwa penyebab rematik yang dialaminya karena kecapean, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu nyeri pada kedua tumit saat berjalan dan kedua telapak tangan serta telapak kaki sering kesemutan dan suka merasa letih.O : Keluarga tampak tersenyum, keluarga tampak antusias menjawab pertanyaan.A :Tuk 1 tercapaiP : Pertahankan TUK 1, lanjutkan tindakan keperawatan TUK 2.

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi rematik dengan cara menyebutkan akibat dari rematik bila rematik tidak cepat diatasi dan memutuskan untuk mengatasi rematik.Kriteria : Respon verbalStandar : keluarga menyebutkan 2 dari 4 akibat rematik, yaitu: 1) berat badan turun, 2) mata dan mulut turun, 3) penyakit jantung, 4) peningkatan suhu tubuh (38C). Ungkapan keluarga untuk mengatasi rematik yang dialami Ibu. E dan menanyakan apa yang harus Ibu. E lakukan bila rematiknya kambuh.Perencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga tentang akibat dari rematik.b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dan menangani masalah rematik ibu. E.d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 13.30 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat dari rematik dengan menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan. Respon : keluarga dapat mengulang penjelasan yang diberikan.c. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan dan menanyakan apa yang harus dilakukan.d. Memberikan pujian pada keluarga dengan menggunakan Bagus ibu sudah dapat mengambil keputusan. Respon : keluarga tampak tersenyum.

Evaluasi tanggal 03 Juli 2013 pukul 14.10 WIB.S : Ibu. E mengatakan akibat rematik adalah penyakit jantung, berat badan turun, mata dan mulut kering, peningkatan suhu tubuh (38C). Keluarga menanyakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi agar hal tersebut tidak terjadi.O : Ibu. E tampak kooperatif dalam berdiskusi dan mengungkapkan keinginanya untuk mengatasi penyakit yang dialami.A : TUK 2 tercapaiP : pertahankan TUK 2, lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3.

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga Ibu. E yang mengalami rematik dengan cara menyebutkan cara perawatan, diet rematik dan mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional rematik.Kriteria : respon verbal dan psikomotor.Standar : Keluarga menyebutkan 3 dari 4 cara perawatan rematik, yaitu : 1) istirahat yang cukup, 2) kompres es bila bengkak dan kompres dengan air hangat saat nyeri, 3) konsumsi makanan yang mengandung vitamin C, 4) tidak bekerja terlalu berat. Keluarga menyebutkan cara pengobatan tradisional rematik adalah dengan 25-30gram temulawak dipotong kecil-kecil lalu rebus potongan temulawak dengan 2 gelas air hingga mendidih, tunggu hingga airnya bersisa 1gelas, lalu campurkan gula/ asam, minum 2-3x/hari. Cara kedua yaitu siapkan 5 ruas jahe dipotong kecil-kecil, rebus jahe tersebut dalam 2 gelas air hingga mendidih, tunggu sampai air bersisa 1 gelas, lalu minum 2-3x,/hari.

Perencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional rematik.b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Demonstrasikan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi penyakit rematikd. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara perawatan asma yang telah diajarkan dengan cara inhalasi alternatif.e. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga.f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 13.30 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan pengobatan tradisional rematik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang cara perawatan dan pengobatan rematik. Respon : keluarga dapat menyebutkan cara perawatan rematik yaitu kompres dengan air hangat saat nyeri muncul dan kompres air dingin jika bengkak, istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C, tidak bekerja terlalu berat.c. Mendemonstrasikan cara perawatan rematik dengan temulawak dan jahe. Respon : Keluarga tampak memperhatikan dengan seksama.d. Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi penyakit rematik. Respon : keluarga tampak berusaha untuk melakukan secara maksimal.e. Memberikan reinforcement positif dengan Bagus Ibu sudah bisa membuat obat tradisional untuk mengatasi rematik. Respon : keluarga tampak tersenyum.

Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 11.30 WIB a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan perawatan rematik. Respon : keluarga belum dapat melaksanakan perawatan rematik.b. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara perawatan rematik yang telah didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.Evaluasi tanggal 04 Juli 2013 pukul 11.30 WIBS : keluarga mengatakan cara perawatan rematik yaitu istirahat yang cukup, kompres dengan es saat bengkak dan air hangat jika nyeriO : Keluarga tampak kooperatif dan aktif saat mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional rematik dengan menggunakan jahe dan temulawak. Namun keluarga belum melakukan secara rutin.A : TUK 3 tercapai sebagian.P : pertahankan TUK 3, lanjutkan tindakan keperawatan untuk tuk 4.

4. Memodifikasi lingkungan untuk mengatasi atau mencegah penyakit rematik dengan menyebutkan cara pencegahan dan diit rematik.Kriteria : Respon verbal dan respon Psikomotor.Standar : keluarga menyebutkan 2 dari 3 cara pencegahan rematik, yaitu olahraga secara teratur, kurangi makanan yang mengandung jeroan dan lemak, dan periksa kesehatan secara teratur. Keluarga menyebutkan diit rematik yaitu makanan yang boleh dimakan adalah nasi, jagung, roti, kentang, daging ayam, ikan, tahu, tempe dan buah-buahan. Makanan yang tidak boleh dimakan adalah sarden, jeroan, kerang, daging bebek, daging kambing, tape,dan minum minuman berakohol dan bersoda.

Perencanaan :1. Diskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan penyebab rematik.2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.3. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat kebiasaan keluarga.4. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 19.00 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan dan diet rematik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikanb. Memotifasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan mengenai cara pencegahan dan diet rematik. Respon : Ibu. E dapat menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskan dengan bantuan perawat.c. Memberikan reinforcement positif dengan menggunakan kata Bagus Ibu sudah dapat mengulang kembali informasi yang telah dijelaskan. Respon : keluarga tampak terssenyum.Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 11.30 WIBa. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan cara pencegahan rematik. Respon : keluarga belum dapat melakukan cara pencegahan rematikb. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara pencegahan rematik yang telah didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.Evaluasi tanggal 04 Juli 2013 pukul 12.00 WIBS : Ibu. E mengatakan cara pencegahan rematik yaitu olahraga secara teratur, hindari makanan jeroan dan berlemak. Diet rematik yaitu yang boleh dimakan adalah nasi, jagung, kentang, roti, daging ayam, ikan, tahu, tempe dan buah-buahan. Makanan yang tidak boleh dimakan yaitu sarden, jeroan, kerang, daging bebek, daging kambing, tape , minuman yang berakohol dan bersoda. Ibu. E mengatakan berusaha mencoba melakukan pencegahan.O : keluarga tampak kooperatif dan dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan diit rematik. saat kunjungan yangtidak direncanakan Ibu. E tampak sedang memakan jeroan sate ususA : TUK tercapai sebagianP : Pertahankan TUK 4, lanjutkan diagnosa 2.

Diagnosa keperawatan 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khususnya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA.Tujuan Umum: Setelah dilakukan pembinaan selama 3 hari diharapkan jalan nafas pada keluarga Bpk. W khususnya An. U efektif.Tujuan khusus : setelah dilakukan selama 3x pertemuan masing-masing 45 menit keluarga mampu:1. Mengenal masalah rematik dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda, gejala serta mengidentifikasai penyebab dan tanda, gejala ISPA yang dialami An. U. Kriteria : Respon verbalStandar : ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai dengan paru-paru. Penyebab ISPA yaitu virus dan bakteri. Keluarga menyebutkan 2 dari 3 Tanda dan gejala dari ISPA yaitu 1) ISPA ringan (batuk, pilek, demam), 2) ISPA sedang (batuk, pilek, demam dan sesak nafas), 3) ISPA berat (batuk, pilek, demam, sesak nafas, dan ada tarikan dinding dada). Ungkapan keluarga tentang penyebab dan tanda gejala ISPA yang dialami An. U.Perencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengartian, penyebab dan tanda gejala ISPA . (persiapan materi dan leafleat ada pada lampiran 2).b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Motivasi keluarga untuk mengidentifiikasi penyebab dan tanda gejala ISPA yang dialami An. Ud. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 12.30 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala ISPA dengan menggunakan leflet. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala rematik. Respon : Ibu. E menyebutkan kembali apa yang telah didiskusikan.c. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala yang dialami An. u. Respon : Ibu. E mengatakan bahwa penyebab ISPA yang dialami An. U karena virus, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu batuk, pilek dan awalnya demam.d. Memberikan pujian pada keluarga dengan kata Bagus atas usaha keluarga mengulang kembali informasi yang telah diberikan. Respon : keluarga tampak tersenyum.Evaluasi tanggal 04 juli 2013 pukul 13.00S : Ibu. E mengatakan ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai paru-paru.. Keluarga menyebutkan penyebab ISPA, yaitu: bakteri dan virus. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala rematik, yaitu: ISPA ringan (batuk, pilek dan demam), ISPA sedang (batuk, pilek, demam dan sesak nafas), ISPA berat ( batuk, pilek, demam, sesak nafas dan terdapat tarikan dinding nafas). Ibu. E mengatakan bahwa penyebab ISPA yang dialaminya karena virus, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu batuk, pilek, dan demamO : Keluarga tampak tersenyum, keluarga tampak antusias menjawab pertanyaan.A :Tuk 1 tercapaiP : Pertahankan TUK 1, lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 2

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi ISPA dengan cara menyebutkan akibat dari ISPA bila ISPA tidak cepat diatasi dan memutuskan untuk mengatasi ISPA.Kriteria : Respon verbalStandar : Keluarga menyebutkan 2 dari 4 akibat ISPA, yaitu: 1) menular pada orang lain, 2) kejang yang dapat menimbulkan kematian, 3) penurunan daya tahan tubuh, 4) biaya pengobatan tinggi. Ungkapan keluarga untuk mengatasi ISPA yang dialami An. U dan menanyakan apa yang harus Ibu. E lakukan bila terjadi ISPA berulang pada An. U.Perencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga tentang akibat dari ISPA.b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dan menangani masalah ISPA pada An. U.d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 12.30 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat dari ISPA dengan menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan. Respon : keluarga dapat mengulang penjelasan yang diberikan.c. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan dan menanyakan apa yang harus dilakukan.d. Memberikan pujian pada keluarga dengan menggunakan Bagus ibu sudah dapat mengambil keputusan. Respon : keluarga tampak tersenyum.Evaluasi tanggal 04 Juli 2013 pukul 13.00 WIB.S : Ibu. E mengatakan akibat ISPA adalah menular pada orang lain, kejang yang dapat menimbulkan kematian, penurunan daya tahan tubuh, biaya pengobatan tinggi. Keluarga menanyakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi agar hal tersebut tidak terjadi.O : Ibu. E tampak kooperatif dalam berdiskusi dan mengungkapkan keinginanya untuk mengatasi penyakit yang dialami An. U.A : TUK 2 tercapaiP : pertahankan TUK 2, lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga An. U yang mengalami ISPA dengan cara menyebutkan cara perawatan, dan mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional ISPA.Kriteria : respon verbal dan psikomotor.Standar : Keluarga menyebutkan 2 dari 3 cara perawatan ISPA, yaitu : 1) bersihkan hidung dengan kain bersih, 2) kompres air hangat dan beri obat penurun panas, 3) bila sakitnya semakin parah segera bawa kepuskesmas/ RS terdekat. Keluarga menyebutkan cara pengobatan tradisional obat batuk adalah dengan potong jeruk nipis sisi ujungnya, lalu peras sebanyak 1 sendok, beri sdm madu/kecap, minum 3-4x/hariPerencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan mendemonstrasikan cara pembuatan obat batuk tradisional untuk ISPAb. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Demonstrasikan cara pembuatan obat batuk tradisional untuk mengatasi penyakit ISPAd. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluargae. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.Pelaksanaan tanaggal 04 Juli 2013 pukul 12.30 WIBa. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan pengobatan tradisional ISPA. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang cara perawatan dan pengobatan ISPA. Respon : keluarga dapat menyebutkan cara perawatan ISPA yaitu bersihkan hidung dengan kain bersih,, kompres air hangat dan beri obat penurun panas, bila sakitnya semakin parah segera bawa kepuskesmas/ RS terdekat.c. Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi penyakit ISPA. Respon : keluarga menyimak dan berusaha mendemonstrasikan kembali.d. Memberikan reinforcement positif dengan Bagus Ibu sudah bisa membuat obat tradisional untuk mengatasi ISPA yang dialami An. U. Respon : keluarga tampak tersenyum.Pelaksanaan tanggal 05 Juli 2013 pukul 11.30 WIB a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan perawatan ISPA. Respon : keluarga belum dapat melakukan perawatan ISPA.b. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara perawatan ISPA yang telah didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.Evaluasi tanggal 05 Juli 2013 pukul 11.40 WIBS : Keluarga mengatakan cara perawatan ISPA, yaitu bersihkan hidung dengan kain bersih, kompres dengan air hangat dan beri obat penurun panas, bila sakitnya semakin parah segera bawa kepuskesmas/ rumah sakit terdekat.O : Keluarga tampak kooperatif dan aktif saat mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional ISPA dengan jeruk nipis dan madu. Namun keluarga belum melakukan secara rutin.A : TUK 3 tercapai sebagian.P : pertahankan TUK 3, lanjutkan tindakan keperawatan untuk tuk 4.

4. Memodifikasi lingkungan untuk mengatasi atau mencegah penyakit ISPA dengan menyebutkan cara pencegahan ISPAKriteria : Respon verbal dan respon psikomotor.Standar : Menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan ISPA, yaitu 1) jauhkan anak dari penderita ISPA lain, 2) jagalah kebersihan tubuh dan lingkungan, 3) imunisasi lengkap, 4) makan-makanan yang bergizi, 5) berikan ASI tetap untuk anak usia kurang dari 2 tahun.Perencanaan :a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan penyebab ISPA.b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.c. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga.d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 05 Juli 2013 pukul 11.30a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan ISPA. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikanb. Memotifasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan mengenai cara pencegahan ISPA. Respon : Ibu. E dapat menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskan dengan bantuan perawat.c. Memberikan reinforcement positif dengan menggunakan kata Bagus Ibu sudah dapat mengulang kembali informasi yang telah dijelaskan. Respon : keluarga tampak terssenyum.Pelaksanaan tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.30a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan cara pencegahan ISPA. Respon : keluarga belum dapat melakukan cara pencegahan rematikb. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara pencegahan ISPA yang telah didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.

Evaluasi tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.30S : Ibu. E mengatakan cara pencegahan ISPA yaitu dengan cara menjauhkan anak dari penderita ISPA lain, menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, imunisasi lengkap, makan-makanan yang bergizi, memberikan ASI tetap untuk anak usia kurang dari 2 tahun. Ibu. E mengatakan berusaha mencoba melakukan pencegahan.O : keluarga tampak kooperatif dan dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan diit rematik. saat kunjungan yangtidak direncanakan Ibu. E tampak sedang meminumkan anaknya ES.A : TUK tercapai sebagianP : Pertahankan TUK 4

BAB IVPEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan-kesenjangan yang ada antara teori dan kasus, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang dimulai dari pengkajian hingga evaluasi.

A. PengkajianDalam teori pada tahap pengkajian data yang dikaji meliputi data dasar keluarga, lingkungan, struktur dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga dan fungsi perawatan kesehatan. Pada kasus data dikaji sesuai dengan teori, namun hasil yang diperoleh sesuai dengan kondisi keluarga. Pada penjajakan tahap I ditemukan bahwa keluarga Bpk.W mengalami masalah kesehatan dimana Ibu. E menderita rematik. Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga yang mempunyai masalah kesehatan mempunyai lima tugas keluarga yang harus dilaksanakan yaitu kemampuan mengenal masalah, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit rematik, serta kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga. Dari pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Bpk. W belum dapat melaksanakan empat tugas keluarga, yaitu tugas keluarga 1 : kemampuan keluarga mengenal masalah, tugas keluarga 2 : mengambil keputusan terhadap tindakan yang sesuai, tugas keluarga 3 : merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan tugas keluarga 4 : memodfikasi lingkungan. Untuk tugas yang kelima sudah dilaksanakan dengan baik dimana keluarga sudah mau memeriksakan anggota keluarganya yang sakit ke puskesmas dan bidan. Pada teori terdapat 4 faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya rematik, yaitu proses menua, virus, cedera mendadak dan aktivitas berat, pada kasus faktor penyebab terjadinya rematik yaitu karena aktivitas Ibu. E yang berat. Perbedaan yang didapatkan antara teori dan kasus yaitu pada teori disebutkan adanya bengkak dan tidak nafsu makan, namun pada kasus tidak ditemukan data-data seperti itu. Pada kasus hanya ditemukan nyeri saat berjalan seperti ditusuk-tusuk. Dalam melakukan pengkajian tidak ditemukan adanya faktor penghambat. Sedangkan faktor pendukungya yaitu dalam melakukan pengkajian keluarga Bpk. W sangat kooperatif dan mau bekerja sama dengan baik.

B. Diagnosa KeperawatanMenurut Suprajitno (2004), bahwa tipologi diagnosa keperawatan keluarga ada tiga yaitu diagnosa aktual, mengancam/resiko dan potensial (sejahtera). Namun pada kasus kedua diagnosa yang didapatkan adalah bersifat aktual, dimana salah satu anggota keluarga yaitu Ibu. E sudah menderita rematik sejak satu tahun yang lalu dan, dan diagnosa kedua didapatkan aktual dikarenakan saat pengkajian ditemukan adanya tanda dan gejala dari ISPA yaitu batuk pilek yang sudah diderita An. U sejak satu minggu yang lalu. Untuk diagnosa resiko tidak ditemukan karna dari hasil pengkajian tidak ditemukan data yang menunjang untuk ditegakanya masalah keperawatan yang bersifat resiko sedangkan untuk diagnosa potensial tidak ditemukan karena pada keluarga Bpk.W terdapat anggota keluarga yang sedang mengalami gangguan kesehatan yaitu Ibu. E yang menderita rematik, dan An. U yang sedang ISPA. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga, penulis tidak menemukan hambatan. Sedangkan untuk faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik dengan keluarga Bpk. W sehingga penulis dapat mengidentifikasi masalah bersama keluarga.

C. Penapisan masalahDalam menyusun masalah berdasarkan prioritas secara teori menggunakan empat kriteria penapisan, yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah dapat dicegah, dan menonjolnya masalah. Pada kasus penapisan menggunakan kriteria sesuai dengan teori, namun skor disesuaikan dengan kondisi keluarga saat itu.

Pada perhitungan skor yang disesuaikan dengan kondisi keluarga didapat diagnosa keperawatan dengan prioritas yang pertama yaitu nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematik didapat skor 42/3. Sedangkan prioritas diagnosa keperawatan yang kedua yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khususnya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA didapat skor 41/6.

Dalam memprioritaskan masalah keperawatan, penulis tidak menemukan hambatan, sedangkan faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan keluarga Bpk. W.

D. PerencanaanDalam penyusunan perencanaan yang ada pada teori perencanaan harus ditetapkan tujuan umum dan tujuan khusus, kriteria, dan standar rencana tindakan keperawatan. Pada tujuan khusus dalam penyusunanya harus didasarkan pada lima tugas yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah, melakukan perawatan dan memodifikasi lingkungan. Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Satun Setiawati (2008) perencanaan diklasifikasikan atas suplemental, fasilitatif dan developmental. Dimana pada kasus hanya terdapat perencanaan suplemental, sedangkan untuk fasilitatif dan developmental tidak direncanakan karena keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dan dekat dengan masyarakat.

Wright dan Leahey (1984) dikutip oleh Sulistyo Andarmoyo (2012), menggolongkan intervensi keperawatan pada tiga tingkatan fungsi yaitu fungsi koognitif, afektif, dan perilaku. Pada kasus perencanaan mengacu pada teori, tetapi tidak semua dapat direncanakan sesuai teori. Untuk intervensi sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya dapat merencanakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan informasi kepada keluarga terkait masalah yang di hadapi keluarga. Sedangkan untuk afektif dan perilaku tidak direncanakan, karena dalam waktu tiga hari dalam memberikan asuhan keperawatan, kemampuan tersebut tidak dapat dicapai karena membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menumbuhkan rasa kemandirian serta kesadaran keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada keluarga baik bersifat internal maupun eksternal. Pada perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karna keluarga dapat bekerja sama.

E. PelaksanaanSecara teori dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat yang dapat ditemukan, baik dari keluarga maupun petugas. Sedangkan pada kasus tidak ditemui faktor-faktor penghambat , hal ini disebabkan karna terjalinya rasa saling percaya antara perawat dan keluarga, motivasi dan antusias yang tinggi yang ditunjukan oleh keluarga untuk mengenal lebih jauh masalah kesehatan yangdihadapi, serta cara-cara alternatif pemecahan masalah guna meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

Pada kasus penulis hanya melaksanakan tindakan yang bersifat suplemental yaitu mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi, memotivasi keluarga untuk melakukan tindakan yang telah didiskusikan, mendemonstrasikan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh keluarga, melakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga, serta memberikan pujian terhadap upaya yang telah dilakukan keluarga., sedangkan untuk fasilitatif (membantu keluarga dalam memperoleh pelayanan kesehatan) dan developmental (membuat keluarga belajar mandiri dengan sumber keluarga yang terdapat didalam keluarga) tidak dilaksanakan karena keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dimasyarakat, dan membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan kemandirian dan kesadaran keluarga dalam memanfaatkan sumber daya yang ada pada keluarga baik internal maupun eksternal. Pada tahap pelaksanaan penulis tidak mengalami hambatan karena keluarga sangat kooperatif dan menyimak informasi yang diberikan dengan baik.

F. EvaluasiPada tahap proses keperawatan yang kelima, penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan pada keluarga.Menurut Zaidin ali (2006), evaluasi yang digunakan adalah evaluasi kuantitatif (jumlah kegiatan), dan evaluasi kwalitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi proses (terkait dengan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan), evaluasi hasil (bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga.

Pada kasus untuk evaluasi proses terkait dengan tindakan yang telah penulis lakukan, pada diagnosa keperawatan keluarga ke satu mulai dari TUK 1 sampai TUK 2 semua tujuan tercapai dan TUK 3 dan TUK 4 tujuan tercapai sebagian, serta mempertahankan TUK 5 dengan cara bekerjasama dengan pihak puskesmas khususnya perawat puskesmas agar keluarga tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Sedangkan pada diagnosa keperawatan keluarga kedua mulai dari TUK 1 sampai TUK 2 tujuan tercapai dan TUK 3, TUK 4 tujuan tercapai sebagian serta mempertahankan TUK 5 dengan cara bekerjasama dengan pihak puskesmas khususnya perawat puskesmas agar keluarga tetap memanfaatkan kesehatan yang ada.

Sedangkan untuk evaluasi hasil dimana mengacu pada fungsi afektif dan perilaku dimana pada hasil akhir diharapkan terjadi perubahan perilaku serta tumbuhnya kemandirian keluarga dalam menghadapi masalah dan mengambil keputusan untuk mengatasi masalah secara efektif. Hal ini belum bisa tercapai kerena keterbatasan waktu pemberian asuhan keperawatan keluarga, serta dibutuhkanya motivasi tinggi yang tidak hanya berasal dari perawat tetapi yang terpenting adalah berasal dari keluarga dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan keluarga, dimana hal ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat . dalam evaluasi penulis tidak mengalami hambatan , karena apa yang dicapai keluarga sesuai dengan waktu pemberian asuhan keperawatan. Semua asuhan keperawatan yang diberikan didokumentasikan sesuai langkah-langkah proses keperawatan agar mudah dilakukan pemantauan dan ditindak lanjuti oleh perawat kesehatan masyarakat yang bertugas di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat.

BAB VKESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada Bpk. W khususnya Ibu. E dengan rematik di RT 003, RW 009, kelurahan Cempaka Putih Barat, kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

A. KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan antara teori dan kasus, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :1. Pada pengkajian secara teori dan kasus aspek yang dikaji sama, data yang diperoleh berbeda karena pada kasus disesuaikan dengan kondisi keluarga, tidak ada faktor penghambat dalam melakukan pengkajian, sedangkan faktor pendukungnya yaitu keluarga sangat kooperatif dan dapat bekerja sama dengan perawat.2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus berdasarkan tipologi yaitu keduanya aktual, sedangkan diagnosa resiko dan potensial tidak ditemuk