kti hemiparese post stroke non hemoragik

82
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN STIMULASI ELEKTRIS DAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HEMORAGIK Disusun Oleh : Abdurrasyid NIM 01. 06. 191 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi AKADEMI FISIOTERAPI “YAB” YOGYAKARTA 2009

Upload: harly-kabut

Post on 28-Nov-2015

462 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik vfsafsagdsgdsgdsgdsgdsgdshdshdshdhdhdhdshdshdhdshdhdhdhdhdhdhdhd

TRANSCRIPT

Page 1: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN STIMULASI ELEKTRIS DAN TERAPI LATIH AN PADA HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh :

Abdurrasyid

NIM 01. 06. 191

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

AKADEMI FISIOTERAPI “YAB”

YOGYAKARTA

2009

Page 2: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

ii

LEMBAR PERSETUJUAAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN STIMULASI ELEKTRIS DAN TERAPI LATIH AN

PADA HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HEMORAGIK

Untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program Diploma III Fisioterapi Akademi Fisioterapi “YAB” Yogyakarta

Disusun oleh:

ABDURRASYID

NIM: 01.06.191

Pembimbing I Pembimbing II Hj. Siti Alimah, SSt. FT. MM Haryati Purwaningsih, SST.FT

AKADEMI FISIOTERAPI “YAB”

YOGYAKARTA

2009

Page 3: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

iii

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Dipertahankan di depan Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Fisioterapi

“YAB” Yogyakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Pada hari : Senin

Tanggal : 3 Agustus 2009

Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah

Nama Terang Tanda Tangan

Penguji I

: Nawangsasi Takarini, M. Physio

( )

Penguji II

: Hj. Siti Alimah, SSt. FT, MM

( )

Penguji III

: Haryati Purwaningsih, SSt. FT

( )

Disahkan oleh :

Direktur Akademi Fisioterapi

“ YAB” Yogyakarta

Sri Mardiman, MSc

Page 4: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

iv

MMMM----oooo----tttt----tttt----oooo

““““Terima kasih ialah wujud tanda SyukurkuTerima kasih ialah wujud tanda SyukurkuTerima kasih ialah wujud tanda SyukurkuTerima kasih ialah wujud tanda Syukurku

Meneriakkan Hati dan Pikiran untuk sekarang dan Meneriakkan Hati dan Pikiran untuk sekarang dan Meneriakkan Hati dan Pikiran untuk sekarang dan Meneriakkan Hati dan Pikiran untuk sekarang dan

Hari esok tanpa Rasa Sesal untuk Terus Maju Hari esok tanpa Rasa Sesal untuk Terus Maju Hari esok tanpa Rasa Sesal untuk Terus Maju Hari esok tanpa Rasa Sesal untuk Terus Maju

berjuangberjuangberjuangberjuang

Jadikan Jadikan Jadikan Jadikan Kejujuran sebagai motivasi yang utama Kejujuran sebagai motivasi yang utama Kejujuran sebagai motivasi yang utama Kejujuran sebagai motivasi yang utama

dalam hidupmudalam hidupmudalam hidupmudalam hidupmu

Mengawali dengan Mengawali dengan Mengawali dengan Mengawali dengan berdoa, berdoa, berdoa, berdoa, dan usaha akandan usaha akandan usaha akandan usaha akan

mempermudah kesuksesanmempermudah kesuksesanmempermudah kesuksesanmempermudah kesuksesan

Buang Rasa malu, Takut dan Sedih untuk Hadapi Buang Rasa malu, Takut dan Sedih untuk Hadapi Buang Rasa malu, Takut dan Sedih untuk Hadapi Buang Rasa malu, Takut dan Sedih untuk Hadapi

Kenyataan dengan berdoa.Kenyataan dengan berdoa.Kenyataan dengan berdoa.Kenyataan dengan berdoa.

Teriakanmu ungkapkan isi dalam otak dan batinmuTeriakanmu ungkapkan isi dalam otak dan batinmuTeriakanmu ungkapkan isi dalam otak dan batinmuTeriakanmu ungkapkan isi dalam otak dan batinmu

Kunci Kesuksesan ada di tanganmu dan hatimuKunci Kesuksesan ada di tanganmu dan hatimuKunci Kesuksesan ada di tanganmu dan hatimuKunci Kesuksesan ada di tanganmu dan hatimu

““““sometimes life gets harder everydaysometimes life gets harder everydaysometimes life gets harder everydaysometimes life gets harder everyday

right now things will nevright now things will nevright now things will nevright now things will never be the sameer be the sameer be the sameer be the same

stand up! with everything you’ve gotstand up! with everything you’ve gotstand up! with everything you’ve gotstand up! with everything you’ve got

cus after all we’re the one who's winningcus after all we’re the one who's winningcus after all we’re the one who's winningcus after all we’re the one who's winning””””

Page 5: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

v

HALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala perjuangan dan ketulusan hati,

saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada :

º Allah SWT

yang telah memberikan kekuatan, ketabahan, petunjuk

dan semangat untuk hadapi segala hal yang saya alami

selama ini.

º Bapak dan Ibu

Terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada

rasyid, walau semua ini belum berakhir. berkat doa bapak

dan ibu, kasih sayang dan dukungannya, rasyid harus tetap

berjuang.

º naufal, nafila, Naba, alghi, Ula, Sekar dll, makasi atas

dukungan dan doanya

be success ya dek..!!!

º Seluruh Keluarga Besarku, terimakasih untuk doanya

º nannda ayu meilisa herawati,

makasih hunn untuk dukungan km selama ini

Keep fighting hhun,,,!!

Page 6: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

vi

º Seluruh Dosen yang pernah memberikan ilmunya, serta

seluruh staff karyawan AKFIS “ YAB”

º Ibu Siti Alimah dan Ibu Haryati yang telah meluangkan

waktunya, untuk memberikan bimbingan kepada saya

dalam pembuatan KTI ini, terimakasih

º Untuk sahabat-sahabatku Bom-Bom, fendo, Dedi, AriF,

sulis, pakde, dll…..Teruskan Perjuanganmu jangan pernah

menyerah

º Untuk semua teman seperjuanganku, angkatan 2006,

thanks untuk semua !!

2006 Top Banget deh ah..

º almamaterku.

Thanks to:

ABDOMEN BAND (RASYID ARIF, YENI, YANTO,SULIS)

Bullet For My Valentine, Ax7, Pee Wee Gaskin, Koil,n All Scream

Teriakan kalian gemparkan emosi dengan lagumu

Inspirasikan jiwa dan pikiranku

Bangkitkan semangatku

Page 7: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya,

sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Penatalaksanaan Electrical Stimulation dan Terapi Latihan Pada Hemiparese

Dextra Post Stroke Non Haemoragic”. Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini,

penulis banyak berterima kasih kepada :

1. Bapak Sri Mardiman MSc, selaku direktur Akademi Fisioterapi “YAB”

Yogyakarta.

2. Ibu Hj. Siti Alimah, SSt. FT, MM selaku pembimbing I.

3. Ibu Haryati, SSt. FT selaku pembimbing II.

4. Staff dan karyawan Akademi Fisioterapi “YAB” Yogyakarta

5. Bapak Gideon Setiawan, selaku pasien dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata

penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dalam

menambah pengetahuan pembaca.

Yogyakarta, 3 Agustus 2009

Penyusun

Page 8: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hemisferium Serebri dari Sisi Kiri......................................................... 8

Gambar 2. Girus Pada Hemisferium Serebri dari Sisi Kiri ..................................... 9

Gambar 3. Girus Hemisferium Serebri dari Sisi Medial ......................................... 9

Gambar 4. Permukaan Lateral Serebrum ............................................................... 11

Gambar 5. Sensory Homonkulus Dan Motor Homonkulus .................................. 11

Gambar 6. Circulus Willisi ................................................................................... 15

Gambar 7. Stroke Akibat Thrombosis dan Emboli ................................................ 18

Gambar 8. Gerak Latihan Lengan dengan pola ekstensi-adduksi-endorotasi ke fleksi-abduksi-eksorotasi dan sebaliknya ......................................................... 42

Gambar 9. Gerak latihan lengan dengan pola ekstensi-abduksi-eksorotasi ke fleksi-adduksi-endorotasi dan sebaliknya ......................................................... 42

Gambar 10. Gerak latihan tungkai dengan pola ekstensi-adduksi-endorotasi ke fleksi-abduksi-eksorotasi ................................................................................... 43

Gambar 11. Gerak latihan tungkai dengan pola fleksi-adduksi-endorotasi dengan fleksi lutut .................................................................................................. 43

Page 9: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Penilaian Kekuatan Otot Dengan MMT ......................................... 35

Tabel 2. Hasil Penilaian Spastisitas Dengan Skala Asworth ................................. 36

Tabel 3. Hasil Penilaian Aktifitas Fungsional Dengan Indeks Barthel .................. 37

Tabel 4. Evaluasi Kekuatan Otot Anggota Gerak Kanan Dengan MMT .............. 45

Tabel 5. Evaluasi Penilaian Aktifitas Fungsional Dengan Indeks Barthel ............ 46

Tabel 6. Evaluasi Penilaian Spastisitas dengan Skala Asworth ............................. 47

Tabel 7. Penilaian Kekuatan Otot Anggota Gerak Kanan Dengan MMT Pada T1 dan T6 ........................................................................................................ 48

Tabel 8. Penilaian Spastisitas dengan Skala Asworth Pada T1 dan T6 ................... 49

Tabel 9. Penilaian Aktifitas Fungsional Dengan Menggunakan Indeks Barthel Pada T1 dan T6 ........................................................................................................ 50

Page 10: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Penilaian Spastisitas ................................................................... 50

Grafik 2. Peningkatan Jumlah Nilai Aktifitas Fungsional Dengan Indeks Barthel .................................................................................................................. 51

Page 11: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii

MOTTO ...................................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 3

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

A. Deskripsi Kasus .............................................................................................. 5

1. Definisi ........................................................................................................ 5

2. Anatomi Fungsional ........................................................................................... 6

3. Etiologi ..................................................................................................... 16

4. Patologi .................................................................................................... 17

Page 12: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

ix

5. Tanda dan Gejala Klinik ........................................................................... 18

6. Komplikasi ................................................................................................ 19

B. Deskripsi Problematika Fisioterapi ............................................................... 21

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi ................................................................... 22

1. Electrical Stimulation................................................................................ 22

2. Terapi Latihan ........................................................................................... 24

BAB III. PELAKSANAAN STUDI KASUS ........................................................... 28

A. Pengkajian Fisioterapi................................................................................... 28

B. Pelaksanaan Terapi ....................................................................................... 39

C. Evaluasi ......................................................................................................... 44

BAB IV. PEMBAHASAN HASIL ........................................................................... 48

BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 52

A. Kesimpulan ................................................................................................... 52

B. Saran.............................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA

PROTOKOL STATUS KLINIS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan

dalam proses pembangunan di bidang kesehatan. Menurut UU Kesehatan No. 23

tahun 1992 pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya

pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

optimal (Riasmini, 2006). Fisioterapi merupakan pelayanannya ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan

gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis

dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (KepMenKes No.1363, 2001, dikutip

oleh Majalah Fisioterapi Indonesia, 2006).

Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian

nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia

dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang

sedang berkembang (Feigin, 2006). Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi

500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang

meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat.

Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan

hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia

Page 14: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

2

muda dan produktif hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak

sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga

banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya

serangan stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya

hipertensi yang disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan

berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Secara

ekonomi, dampak dari insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena stroke

akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan

ekonomi masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).

Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak atas maupun

bawah pada salah satu sisi anggota tubuh. Untuk itu penderita stroke perlu

mendapatkan penanganan yang sedini mungkin agar pengembalian fungsi dari

anggota gerak serta gangguan lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat

beraktifitas kembali mendekati normal serta mengurangi tingkat kecacatan.

Stroke dapat menyebabkan problematika pada tingkat impairment berupa

gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan

koordinasi dan keseimbangan. Pada tingkat functional limitation berupa gangguan

dalam melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer

dan ambulasi. Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan

dalam melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.

Dengan adanya fisioterapi penderita hemiparese post stroke dapat

ditangani dengan Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan. Adapun beberapa metode

Terapi Latihan antara lain Propioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF),

Page 15: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

3

Brunstrom, Bobath, Motor Relearning Programme (MRP), serta banyak lagi

metode lain yang bisa digunakan. Modalitas yang digunakan untuk mencapai

fungsi-fungsi yang optimal pada pasien yang penulis angkat adalah dengan

modalitas Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan secara aktif maupun pasif serta

latihan dengan menggunakan metode PNF. Electrical Stimulation merupakan

modalitas yang dipakai oleh fisioterapi untuk mengontrol fungsi motorik pada

pasien hemiparese dan sebagai re-edukasi dan memfasilitasi otot-otot yang

mengalami kelemahan. Propioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF)

merupakan metode yang spesifik dengan pemberian pendekatan tersendiri serta

mempunyai cara sendiri dalam mengevaluasi pasien (Dumilah, 1992).

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas pada Karya Tulis

Ilmiah ini penulis tertarik untuk mengambil judul Penatalaksanaan Stimulasi

Elektris dan Terapi Latihan Pada Kasus Hemiparese Dextra Post Stroke Non

Hemoragik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tersebut diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ada manfaat Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan dalam

meningkatkan fungsi motorik dan meningkatkan kekuatan otot terhadap penderita

Hemiparese Dextra Post Stroke Non Hemoragik?

Page 16: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

4

Apakah ada manfaat Terapi Latihan dalam menurunkan spastisitas dan

meningkatkan kemampuan fungsional terhadap penderita Hemiparese Dextra Post

Stroke Non Hemoragik?

C. Tujuan Penulisan

Dalam rumusan masalah yang telah ada, maka ada beberapa tujuan yang

hendak dicapai, antara lain:

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi syarat akademik guna menyelesaikan Program D III

Fisioterapi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui manfaat Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan dalam

meningkatkan fungsi motorik dan meningkatkan kekuatan otot pada

penderita Hemiparese Dextra Post Stroke Non Hemoragik.

b. Untuk mengetahui manfaat Terapi Latihan bermanfaat dalam

meningkatkan kemampuan fungsional dan menurunkan spastisitas pada

penderita Hemiparese Dextra Post Stroke Non Hemoragik.

Page 17: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi

Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan gangguan

neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah

melalui sistem suplai arteri otak (Wilson, 2002).

Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal

maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam

akibat gangguan aliran darah otak.

Stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak.

Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat

gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan

dalam kehidupan terutama oksigen. Penyempitan atau pecahnya pembuluh darah

yang menyebabkan pasokan darah ke otak berkurang (Forum Studi Bobath, 2009).

Berdasarkan definisi-definisi stroke yang tersebut diatas penulis

menyimpulkan bahwa stroke merupakan gangguan fungsi otak yang

menyebabkan terjadinya gangguan neurologik akibat suplai darah ke otak tidak

terpenuhi. Hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen dan nutrisi lainnya tidak

terpenuhi oleh otak.

Page 18: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

6

2. Anatomi Fungsional

Masalah utama pada stroke adalah karena gangguan peredaran darah di

otak, sehingga kita perlu memahami tentang anatomi fungsional otak.

a. Anatomi Otak

Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami

perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung

(meninges) dan berada di dalam rongga tengkorak (Chusid, 1979). Selain itu otak

juga merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh

tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan

otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah

yang bersifat konstan (Wilson, 2002). Bagian – bagian dari otak :

1) Hemisferium Serebri

Hemisferium serebri dibagi menjadi dua hemisferium yaitu hemisferium

kanan dan kiri yang dipisahkan oleh celah dalam yang disebut dengan fisura

longitudinalis serebri (Chusid, 1979). Bagian luar dari hemisferium serebri terdiri

dari substantia grisea yang disebut sebagai korteks serebri. Kedua hemisferium ini

dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut dengan corpus calosum.

Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisferium dirangkap

dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan. Hemisferium

serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisferium serebri kiri

mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut

pengendalian kontralateral (Wilson, 2002).

Page 19: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

7

2) Korteks Serebri

Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut

dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus

terbentuk dari lipatan-lipatan tersebut yang membagi setiap hemispherium

menjadi daerah-daerah tertentu, antara lain :

a) Lobus Frontalis

Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan dari sulkus

sentralis dan diatas sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah

motorik. Daerah broca terletak di lobus frontalis dan mengotrol expresi bicara.

Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, penentuan keputusan

moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga memodifikasi dorongan-

dorongan emosional yang dihasilkan oleh sistem limbic.

Badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolan-

tonjolan akson ke korda spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam alur yang

disebut sebagai sistem piramidalis. Pada sistem ini neuron-neuron motorik

menyeberang ke sisi yang berlawanan. Informasi motorik sisi kiri korteks

serebrum berjalan ke bawah ke sisi kanan korda spinalis dan mengontrol gerakan

motorik sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Sedangkan akson-akson lain dari

daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serat ini mengontrol

gerakan motorik halus dan berjalan di luar piramidal ke korda spinalis.

b) Lobus Temporalis

Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke

bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.

Page 20: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

8

Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk informasi auditorik dan mencakup daerah

wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau

dan penyimpanan ingatan.

c) Lobus Parietalis

Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak dibelakang sulkus

sentralis, diatas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-

oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa raba dan

pendengaran.

d) Lobus Oksipitalis

Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini

terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan diatas fisura parieto-

oksipitalis. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.

Gambar 1.

Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Swaramuslim, 2009)

Page 21: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

9

Gambar 2.

Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 1997)

Gambar 3.

Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 1997)

Beberapa daerah tertentu korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi

spesifik. Pembagian dan klasifikasi korteks serebri telah diusahakan oleh banyak

peneliti berdasarkan arsitektur sel (cytoarchitecture). Sistem yang paling

digunakan ialah sistem dari von Economo dan Brodmann (gambar.4). Von

Page 22: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

10

Economo membedakan 5 tipe isokorteks yang utama berdasarkan ciri-ciri

lapisannya. Dengan memakai angka-angka, Brodmann memberikan label pada

masing-masing daerah yang dianggap berbeda dengan yang lain. Daerah-daerah

tersebut telah dipergunakan sebagai penetapan lokalisasi proses-proses fisiologi

dan patologis (Chusid, 1979). Pada lobus frontalis terdiri dari area 4 yang

merupakan daerah motorik yang utama, area 6 merupakan bagian sirkuit traktus

extrapiramidalis, area 8 berhubungan dengan gerakan mata dan pupil, area 9, 10,

11,12 adalah daerah asosiasi frontalis. Lobus parietalis terdiri dari area 3, 2, 1

merupakan daerah sensoris post-sentralis yang utama. Lobus temporalis terdiri

dari area 41 yang merupakan daerah auditorius primer, area 42 merupakan

korteks audiotorius sekunder atau asosiasi, area 38, 40, 20, 21 dan 22 adalah

daerah asosiasi. Lobus oksipitalis terdiri dari area 17 yaitu korteks striata, korteks

visual yang utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual (Chusid,

1979).

Page 23: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

11

Gambar 4.

Permukaan lateral serebrum. Daerah-daerah korteks terlihat menurut Brodmann (angka-angka) dan von Economo (huruf-huruf) (Chusid, 1979)

Gambar 5.

A. Sensory Homunculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus post-sentralis, B. Motor Homonculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus pre-sentralis (Binhasyim, 2007)

Page 24: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

12

3) Ganglia Basalis

Ganglia basalis adalah massa substantia grisea yang terletak dibagian

dalam hemisferium serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion basalis

terbagi menjadi empat bagian, yaitu nukleus kaudatus, nukleus lentiformis, korpus

amygdala dan claustrum. Nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis bersama

fasiculus interna membentuk korpus striatum yang merupakan unsur penting

dalam sistem extrapiramidal. Fungsi dari ganglia basalis adalah pusat koordinasi

dan keseimbangan.

4) Traktus Extrapiramidalis

Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum, globus palidus,

thalamus, substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum dan cortex motorik.

Traktus extrapiramidalis merupakan suatu mekanisme yang tersusun dari jalur-

jalur dari korteks motorik menuju Anterior Horn Cell (AHC). Fungsi utama dari

traktus extrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang berkaitan pengaturan

sikap tubuh dan integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktus

extrapiramidalis dapat menghilangkan gerakan dibawah sadar.

5) Traktus Piramidalis

Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima korteks

serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula interna masuk ke

diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai medulla

oblongata. Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis sebagian besar

traktus ini merupakan penyilangan di dekusasio piramidalis. Fungsi dari sistem

pyramidalis berhubungan dengan gerakan terampil dan motorik halus.

Page 25: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

13

b. Anatomi Peredaran Darah Otak

Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang

diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat

mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan

(Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-

pembuluh darah yang bercabang-cabang, behubungan erat satu dengan yang lain

sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).

1) Peredaran Darah Arteri

Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan

arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus

willisi (Wilson, 2002).

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis

yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir

arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans

posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri

anterior saling berhubungan melalui arteri communicans anterior (Chusid, 1979).

Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang

sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,

sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri

vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan

pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris

(Wilson, 2002).

Page 26: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

14

2) Peredaran Darah Vena

Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,

suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang liat.

Sinus-sinus dura mater tidak mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk

triangular.

Sebagian besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus

longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama

adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis

superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus.

Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson,

2002).

Page 27: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

15

Gambar 6.

Circulus Willisi (Wikipedia, 2009)

Page 28: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

16

3. Etiologi

Etiologi merupakan penyebab terjadinya suatu penyakit (Hudaya,1997).

Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke

haemoragic (perdarahan) jika arteri pecah dan stroke non haemoragic (ischemic)

jika arteri tersumbat. Stroke non haemoragic mencakup stroke thrombotic dan

embolic (Sidharta, 1979).

Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan

terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko stroke dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:

1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi.

2) Ras/bangsa : Negro/Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena

stroke.

3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita.

4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol

1) Hipertensi

2) Diabetes Millitus

3) Merokok

4) Hiperlipidemia dan Kolesterol

5) Obesitas

6) Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi cerebrovascular

Page 29: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

17

4. Patologi

Patologi merupakan ilmu yang mempelajari sebab-sebab dan hakikat

penyakit, dan juga mempelajari perubahan-perubahan anatomi maupun perubahan

fungsional berkenaan adanya penyakit tersebut (Hudaya,1997). Gangguan

peredaran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang

membentuk circulus willisi yang terdiri dari arteri karotis interna dan arteri

vertebra basilaris atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran

darah yang ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi kematian

jaringan atau infark (Wilson, 2002).

a. Trombotik Serebri

Pembuluh darah yang menuju otak mengeras dan terjadi perubahan

degenerasi dari dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah menjadi lemah,

berwarna kuning dan menebal oleh karena penumpukan zat lemak. Selain itu

pengendalian zat kapur menyebabkan pembuluh darah mengeras dari permukaan

pembuluh darah bagian dalam yang permukaannya licin menjadi tidak rata.

Penebalan dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan dan aliran

darah menjadi berkurang. Sehingga jaringan otak kekurangan kebutuhan oksigen

(O2) dan zat-zat lainnya, yang akhirnya jaringan otak menjadi mati atau rusak.

b. Emboli Serebri

Emboli Serebri ialah penyumbatan pembuluh darah oleh sepotong kecil

bekuan darah, tumor, lemak, udara atau substansi lainnya (Chusid, 1979). Emboli

biasanya berhubungan dengan penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah.

Emboli dapat menyumbat pembuluh darah otak secara total atau partial. Daerah

Page 30: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

18

jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah ini akan mengalami infark atau

thrombosis (Chusid, 1979). Suatu thrombosis yang melekat di permukaan dalam

pembuluh darah atau jantung terlepas dan kemudian masuk ke dalam perdaran

darah otak yang menimbulkan gejala-gejala stroke yang timbul secara mendadak.

Gambar 7.

Stroke akibat thrombosis dan stroke akibat emboli (Binhasyim, 2007)

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala merupakan bentuk keluhan dari timbulnya penyakit

tersebut (Hudaya,1997). Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi

tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang

dijumpai pada penderita post stroke secara umum yaitu :

a. Gangguan Motorik

Gangguan motorik yang terjadi yaitu :

1) Tonus abnormal, baik hipotonus maupun hipertonus.

2) Penurunan kekuatan otot.

Page 31: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

19

3) Gangguan gerak volunteer.

4) Gangguan keseimbangan.

5) Gangguan koordinasi.

b. Gangguan Sensorik

Gangguan sensorik yang ditimbulkan adalah :

1) Gangguan propioceptif.

2) Gangguan kinestetik.

3) Gangguan diskriminatif.

6. Komplikasi

Komplikasi merupakan suatu proses patologis atau tidak langsung akibat

disuse (karena imobilisasi) atau misuse (karena salah menggerakkannya)

(Hudaya,1997). Pasien yang telah menderita stroke beresiko mengalami

komplikasi lanjut yang terjadi akibat immobilisasi, serta masalah-masalah yang

berhubungan dengan kondisi medis umumnya. Komplikasi yang ditimbulkan :

a. Pneumonia

Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/

pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari

58% kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru.

b. Subluksasi sendi bahu

Subluksasi sendi bahu yang terjadi akibat adanya gangguan faktor

biomekanik stabilitas sendi bahu karena kelemahan otot rotator cuff

mengakibatkan perlindungan terhadap sendi bahu tidak ada.

Page 32: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

20

c. Trombosis Vena Profunda

Kira–kira 30 %-50 % pasien stroke menderita trombosis vena profunda

pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya emboli paru

dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini disebabkan thrombus

dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli, bersama darah menuju

keparu-paru sehingga terjadilah emboli paru.

d. Sindroma Bahu

Sindroma bahu (Shoulder Hand Syndrome) merupakan suatu bentuk

komplikasi pasca stroke yang telah dikenal secara baik walaupun kondisi ini

jarang ditemui pada pasien pasca stroke. Gejala ini ditandai dengan adanya nyeri

pada gerak aktif dan pasif pada bahu yang terkena, diikuti nyeri pada gerakan

ekstensi pergelangan tangan dan bengkak pada pergelangan tangan dan tangan.

e. Spastisitas

Spastisitas terjadi karena pengaruh hambatan cortical dimana terjadi

peningkatan tonus lebih tinggi dari normal karena terputusnya aktifitas stretch

reflek karena hilangnya kontra supra spinal (sistem ekstrapiramidalis).

f. Dekubitus

Dekubitus terjadi karena gangguan sensoris sehingga tidak merasakan

adanya tekanan pada daerah yang menonjol pada tubuh yang kontak langsung

dengan bed dalam waktu lama, pembuluh darah tertekan, dan terjadilah nekrosis

pada daerah yang tertekan.

Page 33: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

21

B. Deskripsi Problematika Fisioterapi

Problematika yang akan dihadapi fisioterapi pada penderita akibat stroke

non haemoragic sangat bervariasi tergantung pada topis lesi dan derajat beratnya

lesi. Problematika yang terjadi menurut klasifikasi dari WHO yang dikenal

dengan International Classification of Function and Disabilitty (ICF) yang terdiri

atas impairment, functional limitation, dan participation restriction.

1. Impairment

Impairment merupakan gangguan pada jaringan pada penderita stroke

sebagai gangguan kapasitas fisik maupun psikologi yang cukup berat. Pasien

mengalami keadaan yaitu adanya:

a. Abnormalitas tonus otot, karena adanya kerusakan sistem saraf sehingga

menimbulkan kekakuan yang bersifat spastik.

b. Pola sinergis biasanya selalu terdapat dengan spastisitas dan saling

mempengaruhi.

c. Potensial terjadinya komplikasi tirah baring pada sistem pernapasan,

karena tirah baring yang lama akan menyebabkan penumpukan cairan

dalam paru.

2. Functional Limitation

Functional limitation merupakan ketidakmampuan pasien dalam

beraktifitas fungsional. Dalam hal ini karena tidak mampu menggerakkan anggota

tubuh yang lumpuh misalnya lengan dan tungkai, untuk perawatan diri dan

ketidakmampuan berjalan. Aktivitas lengan misalnya makan, minum, menyisir

Page 34: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

22

rambut, gosok gigi dan mengambil sesuatu akan menjadi terganggu, sedangkan

aktifitas tungkai misalnya jongkok, berdiri dan berjalan.

3. Participation Restriction (Disability)

Participation restriction atau disability merupakan ketidakmampuan

melakukan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga kondisi

tadi akan membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan normal baik

sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Keadaan yang terakhir ini disebut

disability. Dengan adanya permasalahan di atas, maka akan membatasi pasien

untuk berperan serta secara normal dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. Stimulasi Elektris

Stimulasi elekstris atau Electrical Stimulation adalah salah satu modalitas

fisioterapi dengan menggunakan arus listrik untuk mengontraksikan salah satu

otot ataupun grup otot (Inverarity, 2005). Jenis alat listrik yang bisa digunakan

Interrupted Direct Current, Interferensi dan TENS (Kuntono, 2007).

Sistem saraf pusat mempunyai kemampuan yang sangat progress untuk

penyembuhan dari cidera atau injury melalui proses collateral sprouting dan

synaptic reclamation. Neural plasticity merupakan hal yang yang penting untuk

mendidik kembali fungsi otot dan aplikasi fasilitasi. Pada stroke dengan

spastisitas, electrical stimulation akan mengurangi spastisitas melalui mekanisme

reciprocal inhibition, yaitu kemampuan otak untuk memodifikasi dan

Page 35: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

23

mereorganisasi fungsi yang mengalami cidera atau injury atau kerusakan disebut

dengan neural plasticity. Pada fase ini adalah awal perbaikan fungsional

neurology berupa perbaikan primer oleh penyerapan kembali oedema di otak dan

membaiknya sistem vaskularisasi. Kemampuan otak beradaptasi untuk

memperbaiki, mengatasi perubahan lingkungannya (bahaya-bahaya) melalui

penyatuan neural kembali yang dikelompokkan menjadi :

a. Collateral Sprouting

Merupakan respon neuron daerah yang tidak mengalami cedera dari sel-sel

yang utuh ke daerah yang denervasi setelah cedera. Perbaikan sistem saraf pusat

dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun setelah cedera dan dapat terjadi

secara luas di otak.

b. Unmasking

Dalam keadaan normal banyak akson dan sinaps yang tidak aktif. Apabila

jalur utama mengalami kerusakan maka fungsinya akan diambil oleh akson dan

sinaps yang tidak aktif tadi. Menurut Wall dan Kabat, jalur sinapsis mempunyai

mekanisme homeostatik, dimana penurunan masukan akan menyebabkan naiknya

eksitabilitas sinapsnya.

c. Diaschisia (Dissipation of diachisia)

Diaschisia (Dissipation of diachisia) keadaan dimana terdapat hilangnya

kesinambungan fungsi atau adanya hambatan fungsi dari traktus-traktus sentral di

otak.

Tujuan pemberian electrical stimulation pada pasien stroke adalah sebagai

mucle re-edukasi dan facilitation. Stimulasi elektris pada prinsipnya harus

Page 36: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

24

menimbulkan kontraksi otot, sehingga akan merangsang golgi tendon dan muscle

spindle. Rangsangan pada muscle spindle dan golgi tendon akan diinformasikan

melalui afferent ke susunan saraf pusat sehingga akan mengkontribusikan

fasilitasi dan inhibisi. Rangsangan elektris yang berulang-ulang akan memberi

informasi ke supraspinal sehingga terjadi pola gerak terintegrasi dan menjadi

gerakan-gerakan pola fungsional. Selain itu juga memberikan fasilitasi pada otot

yang lemah dalam melakukan gerakan (Kuntono, 2007).

2. Terapi Latihan

Terapi latihan atau exercise therapy merupakan salah satu usaha

pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya mengunakan latihan-

latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif (Priatna, 1985). Dengan di

berikan terapi latihan dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot, menjaga

dan meningkatkan lingkup gerak sendi, mencegah kontraktur, mencegah atrofi

otot, serta memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat

melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan, sehingga dapat

beraktifitas normal.

Dalam praktek terapi latihan dapat dilakukan dengan cara pasif maupun

aktif. Dua cara tersebut dapat di bagi atas beberapa kriteria lagi, yaitu :

a. Gerakan aktif

Gerakan aktif adalah latihan yang dilakukan oleh otot-otot yang

bersangkutan dengan melawan gravitasi. Tujuan dari latihan ini adalah melatih

elastisitas otot, meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan kekuatan otot, serta

Page 37: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

25

mengembangkan koordinasi dan keterampilan untuk aktivitas fungsional. Gerakan

aktif dibagi menjadi 2, yaitu gerak yang tidak disadari (involuntary movement)

dan gerak yang disadari (voluntary movement). Gerak yang disadari (voluntary

movement) di bagi menjadi 3 yaitu :

1) Free active movement yaitu pasien diminta untuk

menggerakkan persendiannya tanpa bantuan terapis.

2) Active assisted movement yaitu pasien diminta untuk

menggerakkan persendiannya semampunya lalu terapis

memberi bantuan.

3) Active resisted movement yaitu pasien diminta untuk

menggerakkan persendiannya tanpa bantuan terapis sambil

melawan tahanan yang diberikan oleh terapis.

b. Gerakan pasif

Gerakan pasif adalah latihan yang tidak bersangkutan dengan

melawan gravitasi, dengan kata lain terapis menggerakkan setiap persendian

pasien tanpa pasien harus melawan gravitasi. Tujuan dari gerakan pasif ini

adalah untuk mengetahui end feel, mencegah atrofi, memperlancar sirkulasi

darah, mencegah kontraktur, serta memfasilitasi otot. Gerakan ini dibagi

menjadi 3 yaitu:

1) Relax passive movement yaitu terapis menggerakkan

persendian pasien tanpa perlu tenaga yang berlebih.

2) Force passive movement yaitu terapis meggerakkan persendian

pasien dengan sedikit penguluran (stretching).

Page 38: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

26

3) Terapi manipulasi yaitu gerak pasif yang dilakukan pada pasien

yang tidak sadar maupun koma.

Salah satu metode terapi latihan yang dilakukan pada kasus ini adalah

metode Propioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF). PNF adalah fasilitasi

pada sistem neuromuscular dengan merangsang propioceptif (reseptor sendi).

Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai dengan

reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau

gerakan yang terkoordinasi. Dengan pola gerakan aktivitas yang bersifat spiral

dan diagonal. Gerakan ini menyerupai atau sesuai dengan gerakan-gerakan yang

digunakan dalam olah raga dan aktivitas sehari-hari. Sifat spiral dan diagonal

tersebut juga sesuai dengan karakteristik susunan system skeletal, sendi-sendi, dan

struktur ligament yang sifatnya juga spiral dan memutar. Tiap diagonal terdiri dari

pola-pola yang saling berlawanan satu dengan yang lain. Tiap pola mempunyai

komponen besar yaitu flexi dan extensi (Kuntono,2002). Teknik-teknik yang

digunakan pada kasus ini adalah Rhythmical Initiation, Timing For Emphasis, dan

Slow Reversal.

a. Rhythmical Initiation

Tekhnik yang dipakai untuk agonis yang menggunakan gerakan-gerakan

pasif, aktif, dan degan tahanan. Tujuan diberikan latihan ini :

1) Untuk normalisasi kecepatan gerak

2) Untuk sebagai permulaan gerak atau mengarahkan gerak.

3) Untuk perbaikan koordinasi gerak dan rasa gerak.

4) Untuk relaxasi.

Page 39: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

27

5) Untuk belajar tentang gerak.

b. Timing For Emphasis

Bentuk gerakan dimana bagian yang lemah dari gerakan mendapat ekstra

stimulasi bagian yang lebih kuat. Tujan diberi latihan ini :

1) Untuk penguatan otot bagan dari satu pola gerak

2) Untuk mobilisasi

c. Slow Reversal

Teknik dimana kontraksi isotonic dilakukan bergantian antara agonis dan

antagonis tanpa terjadi pengendoran otot. Tujuan diberikan latihan ini:

1) Untuk perbaikan mobilisasi.

2) Untuk menaikkan tingkat relaxasi.

3) Untuk memperbesar kekuatan kontraksi.

4) Untuk belajar gerakan,

5) Untuk perbaikan koordinasi.

6) Untuk meningkatkan daya tahan.

Page 40: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

28

BAB III

PELAKSANAAN STUD1 KASUS

A. Pengkajian Fisioterapi

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

dengan sumber data. Dengan anamnesis dapat diperoleh data-data yang

dibutuhkan dalam menentukan diagnosa dan terapi latihan yang akan diberikan.

Macam anamnesis ada 2 yaitu autoanamnesis dan heteroanamnesis.

Autoanamnesis adalah tanya jawab secara langsung dengan pasien itu sendiri.

Sedangkan heteroanamnesis adalah tanya jawab pada orang-orang terdekat yang

mengetahui keadaan pasien. Pada kasus ini anamnesis yang dilakukan secara

autoanamnesis (Hudaya,1996).

a. Anamnesis umum

Anamnesis umum berisi tentang identitas pasien secara lengkap.

Anamnesis ini dilakukan pada tanggal 18 Februari 2009, dalam anamnesis

ditemukan data sebagai berikut:

1) Nama : Bp. G

2) Umur : 79 Tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Agama : Kristen

5) Pekerjaan : Wiraswasta

6) Alamat : Taman Mutiara No. 5, Catur Tunggal, Babarsari

Page 41: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

29

b. Anamnesis khusus

Anamnesis khusus merupakan data informasi tentang keluhan utama pasien,

keluhan utama merupakan satu atau lebih dari gejala dominan yang mendorong

pasien untuk pergi mencari pertolongan. Keluhan utama pasien adalah anggota

gerak sisi kanan terasa lemah untuk digerakkan.

c. Riwayat penyakit sekarang

Menggambarkan riwayat penyakit secara kronologis dengan jelas dan

lengkap. Tentang bagaimana masing-masing gejala tersebut timbul dan kejadian

apa yang berhubungan dengannya. Riwayat penyakit sekarang pasien adalah pada

tanggal 23 Januari 2009 di Cikarang, setelah pulang dari jalan-jalan pagi pasien

tiba-tiba merasakan mata kanan terlihat lebih gelap dibanding dengan mata

kirinya dan badan sisi kanan terasa lebih lemah. Kemudian pasien dilarikan ke

Rumah Sakit Siloam selama 5 hari, lalu pasien pulang ke Jogja dan diperiksa

kembali oleh dokter dan dirujuk ke fisioterapi untuk ditangani sampai sekarang.

d. Riwayat penyakit dahulu

Menanyakan kepada pasien tentang penyakit apa saja yang pernah diderita

oleh pasien. Misalkan apakah pasien mempunyai penyakit diabetes mellitus,

hipertensi, jantung koroner. Dari pemeriksaan ini didapatkan data yaitu penderita

sudah pernah menderita penyakit serupa sebelumnya pada tahun 2008, dan juga

pasien memiliki riwayat hipertensi.

e. Riwayat pribadi

Menanyakan kepada pasien mengenai status, hobi, olahraga dan aktivitas

yang kemungkinan ada hubungannya dengan penyakit penderita. Dari pemeriksaan

Page 42: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

30

ini diperoleh data, pasien adalah pasien seorang wiraswasta yang menyukai

makanan sate kambing dan jeroan sewaktu muda.

f. Riwayat keluarga

Bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit-penyakit yang bersifat

menurun dari keluarga. Dari pemeriksaan ini diperoleh data bahwa tidak ada

anggota keluarga yang sakit seperti yang dirasakan pasien.

g. Anamnesis sistem

Berdasarkan anamnesis sistem dapat diketahui tentang keluhan yang terjadi,

seperti :

1) Kepala dan leher : Pasien tidak mengeluhkan pusing dan kaku leher.

2) Kardiovaskuler : Pasien tidak mengeluhkan jantung berdebar-debar

maupun nyeri dada.

3) Respirasi : Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas dan batuk.

4) Gastrointestinal : BAB (Buang Air Besar) normal dan terkontrol.

5) Urogenitalis : BAK (Buang Air Kecil) normal dan terkontrol.

6) Musculoskeletal : Adanya kelemahan anggota tubuh sebelah kanan.

7) Nervorum : Pasien tidak mengeluhkan kesemutan dan rasa

tebal-tebal.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda- tanda vital

Tanda-tanda vital terdiri dari:

1) Tekanan darah : 130/ 70 mmHg.

2) Denyut nadi : 64 kali/ menit

Page 43: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

31

3) Pernapasan : 28 kali/ menit

4) Temperatur : 37, 5 o C

Data lain:

1) Tinggi badan : 170 cm

2) Berat badan : 65 kg

b. Inspeksi

Terdapat 2 macam pemeriksaan dengan inspeksi yaitu:

1) Inspeksi statis

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat dan mengamati pasien

dalam keadaan diam. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil tangan kanan pasien

ke arah pola sinergis yaitu fleksi elbow, adduksi shoulder dan palmar fleksi.

2) Inspeksi dinamis

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat dan mengamati pasien

dalam keadaan bergerak. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil yang tampak saat

berjalan dengan menggunakan alat bantu tripod.

c. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan yang secara langsung kontak dengan

pasien, dengan meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien untuk

mengetahui adanya spasme, nyeri tekan dan suhu. Diketahui hasil tidak ada

spasme otot, tidak ada nyeri tekan, dan suhu lokal pasien dalam batas normal.

d. Perkusi

Perkusi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk suatu

bagian organ tubuh. Dalam pemeriksaan ini tidak dilakukan.

Page 44: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

32

e. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

mendengarkan. Dalam pemeriksaan ini tidak dilakukan.

3. Pemeriksaan Gerak Dasar

a. Gerak pasif

Pemeriksaan gerakan yang dilakukan oleh terapis kepada pasien dimana

pasien dalam keadaan rileks. Tujuan dari pemeriksaan gerak pasif untuk

mendapatkan data informasi tentang lingkup gerak sendi secara pasif pada

masing-masing sendi dan spastik pada anggota gerak sisi kanan. Tidak ada

keterbatasan gerak, ada kekakuan pada adduktor shoulder, fleksor elbow, fleksor

wrist, fleksor jari-jari tangan, adduktor hip, serta plantar fleksor ankle dan tidak

ada nyeri.

b. Gerak aktif

Pasien diminta menggerakkan anggota gerak yang diperiksa secara aktif,

terapis melihat dan memberikan aba-aba. Tujuan tes ini adalah untuk

mendapatkan data informasi tentang bagaimana kemampuan otot pasien untuk

menggerakkan setiap sendi anggota gerak kanan dan rasa nyeri gerak. Hasil

pemeriksaan ini adalah pasien mampu melakukan semua gerak aktif pada anggota

gerak bawah dan atas sisi kanan, tidak ada keterbatasan gerak dan tidak ada nyeri.

c. Gerak aktif melawan tahanan

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui adanya penurunan kekuatan

otot pada anggota gerak atas dan bawah sisi kanan. Dilakukan dengan cara pasien

Page 45: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

33

diperintahkan untuk melakukan gerakan tapi diberi tahanan oleh terapis. Hasil

pemeriksaan ini adalah pada anggota gerak bawah sisi kanan pasien mampu

melakukan melawan tahanan minimal, sedangkan pada anggota gerak atas sisi

kanan pasien belum mampu melawan tahanan minimal.

4. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal, dan Interpersonal

Pemeriksaan kognitif meliputi komponen atensi, konsentrasi, memori,

pemecahan masalah, integritas belajar dan pengambilan sikap. Dari pemeriksan

ini diperoleh keterangan bahwa pasien mampu menceritakan kapan keluhan itu

muncul dengan baik dan urut.

Pemeriksaan intrapersonal merupakan kemampuan pasien dalam

memahami dirinya, menerima keadaan dirinya, motivasi, kemampuan berinteraksi

dengan lingkungan dan bekerja sama dengan fisioterapis. Dalam pemeriksaan

yang dilakukan diperoleh keterangan bahwa pasien mampu memahami

permasalahan penyakit yang dihadapi dan pasien dapat bekerja sama dengan

fisioterapis dalam proses terapi yang diberikan,

Pemeriksaan interpersonal meliputi kemampuan seseorang dalam

berhubungan dengan orang lain baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat

dan berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Dari pemeriksaan diperoleh

keterangan bahwa pasien dapat berkomunikasi dengan baik terhadap fisioterapis

serta dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya.

Page 46: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

34

5. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional

a. Fungsional dasar

Merupakan kemampuan transfer dan ambulasi, misalnya bangun tidur,

tidur miring kekanan dan kekiri, duduk, duduk ke berdiri dan jalan. Data yang

dapat diambil dari pemeriksaan ini adalah pasien mampu tidur miring ke kanan

dan ke kiri, mampu duduk, mampu berdiri, dan berjalan.

b. Fungsional aktivitas

Merupakan aktivitas perawatan diri misalnya mandi, berpakaian, dan

toileting serta aktivitas yang dilakukan pasien sehari-hari. Data yang dapat

diambil dari pemeriksaan ini adalah adanya keterbatasan dalam aktifitas toileting,

memakai celana panjang dan naik turun tangga sehubungan dengan aktifitas

sehari-hari.

c. Lingkungan aktivitas

Adanya keterbatasan fungsional pada penderita berdampak terhadap

kemampuan beradaptasi dengan lingkungan aktivitasnya baik di dalam rumah

maupun di luar rumah. Data yang dapat diambil dari pemeriksaan ini adalah di

lingkungan rumah, pasien kesulitan untuk naik tangga dan masih perlu bantuan.

6. Pemeriksaan Spesifik

a. Kekuatan Otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing )

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot yang mengalami

kelemahan, dimana dilakukan hanya untuk membandingkan antara yang sehat

dengan yang lemah. Pemeriksaan dilakukan untuk memberikan tindakan terapi

Page 47: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

35

yang selanjutnya agar didapatkan hasil terapi yang maksimal, sehingga tujuan

terapi dapat tercapai. Pada kondisi pasien ini pemeriksaan kekuatan otot

tergantung oleh spastisitas.

TABEL 1. HASIL PENILAIAN KEKUATAN OTOT DENGAN MMT

Kiri Grup Otot Kanan

5 Fleksor Shoulder 1

5 Ekstensor Shoulder 1

5 Adduktor Shoulder 2

5 Abduktor Shoulder 2

5 Fleksor Elbow 2

5 Ekstensor Elbow 2

5 Supinator 3

5 Pronator 3

5 Fleksor Wrist 2

5 Ekstensor Wrist 2

5 Fleksor Jari-jari Tangan 3

5 Ekstensor Jari-jari Tangan 3

5 Fleksor Hip 4

5 Ekstensor Hip 4

5 Adduktor Hip 4

5 Abduktor Hip 4

5 Fleksor Knee 4

5 Ekstensor Knee 4

5 Plantar Fleksor Ankle 4

5 Dorsal Fleksor Ankle 4

b. Pemeriksaan Spatisitas

Untuk memeriksa spastisitas menggunakan skala Asworth. Ini digunakan

untuk mengetahui adanya peningkatan maupun penurunan tonus otot pada pasien

stroke. Penilaian menggunakan 5 skala yang dimulai dari 0 sampai 5, sebagai

berikut :

Page 48: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

36

0: Tidak ada peningkatan tonus otot (flaksid).

1: Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan

minimal pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau

ekstensi.

2: Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya

pemberhentian gerakan dan diikuti dengan adanya tahanan minimal

sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi tetap mudah digerakkan.

3: Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM , tapi

sendi masih mudah digerakkan.

4: Peningkatan tonus otot sangat nyata, gerak pasif sulit dilakukan.

5: Sendi atau ekstremitas kaku atau rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi.

TABEL 2. HASIL PENILAIAN SPATISITAS DENGAN SKALA ASWORTH

Grup Otot Kanan

Fleksor shoulder 0

Ekstensor shoulder 0

Adduktor shoulder 1

Abduktor shoulder 0

Fleksor elbow 2

Ekstensor elbow 0

Supinator 0

Pronator 0

Fleksor wrist 2

Ekstensor wrist 0

Fleksor jari-jari tangan 2

Ekstensor jari-jari tangan 0

Fleksor hip 0

Ekstensor hip 0

Adduktor hip 1

Page 49: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

37

Abduktor hip 0

Fleksor knee 0

Ekstensor knee 0

Plantar fleksor ankle 1

Dorsal fleksor ankle 0

c. Pasien Aktifitas Fungsional dengan Indeks Barthel

Pemeriksaan dilakukan untuk mengukur kemampuan aktivitas fungsional

pasien. Ini sangat penting karena tujuan akhir dari rehabilitasi stroke adalah

pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Indeks Barthel mempunyai

reliabilitas rates tinggi untuk pasien stroke. Skor normal indeks ini adalah 100

(mandiri).

TABEL 3. HASIL PENILAIAN AKTIFITAS FUNGSIONAL DENGAN

INDEKS BARTHEL

Aktifitas

Nilai

Bantuan Mandiri

1. Makan 10 2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan

sebaliknya termasuk duduk ditempat tidur. 15

3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur dan mengosok gigi

0

4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 5. Mandi 5 6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu

jalan ) melakukannya dengan kursi roda. 15

7. Naik turun tangga 5 8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 9. Mengontrol BAB 10

10. Mengontrol BAK 10 Jumlah 80

Page 50: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

38

Keterangan :

0 – 20 : Ketergantungan penuh

21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung

62 – 90 : Ketergantungan moderat

91 - 99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

Hasil nilai pemeriksaan yang diperoleh sesuai dengan kemampuan pasien

adalah 80 yang berarti pasien mengalami ketergantungan moderat dalam

melakukan aktifitas.

7. Diagnosis Fisioterapi

a. Impairment

Adanya kelemahan otot ekstremitas atas dan bawah sisi kanan.

b. Functional Limitation

Pasien belum mampu memegang gelas dan makan dengan menggunakan

tangan kanannya.

c. Participation Restriction

Dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar rumah, pasien tidak

merasa dikucilkan

8. Tujuan

a. Jangka Pendek

Adalah segala permasalahan yang mempengaruhi impairment, fungsional

lilmitation dan participation restriction. Tujuan jangka pendek yang dapat

diketahui pada kasus ini adalah meningkatkan kekuatan otot, menjaga spastisitas

Page 51: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

39

agar tidak meningkat menjadi rigid, dan meningkatkan kemampuan aktifitas

fungsional pasien.

b. Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang yang dapat diketahui pada kasus ini adalah

meneruskan tujuan jangka pendek, dan mengembalikan aktivitas fungsional

pasien seoptimal mungkin.

9. Edukasi

Edukasi yang diberikan pasien untuk melakukan latihan-latihan yang telah

diajarkan fisioterapis seperti latihan aktif maupun latihan aktif dengan pola

gerakan menyilang/diagonal (latihan PNF aktif). Serta pasien diingatkan untuk

menghindari faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan serangan stroke

kembali.

B. Pelaksanaan Fisioterapi

1. Stimulasi Elektris (Electrical Stimulation)

a. Persiapan alat

Menyiapkan alat dan memeriksa alat yang meliputi kabel dan pad.

b. Persiapan pasien

Pasien dalam posisi tidur terlentang senyaman mungkin. Lakukan tes

sensibilitas tajam dan tumpul pada ekstrimitas atas dan bawah sisi kanan dengan

tujuan mengetahui apakah pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Pada

tes ini pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Daerah ekstremitas atas

Page 52: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

40

dan bawah kanan yang hendak diterapi bebas dari pakaian dan dalam keadaan

bersih. Sebelum terapi dilakukan, pasien diberitahu mengenai rasa yang

ditimbulkan oleh stimulasi elektris, yaitu rasa tertusuk-tusuk halus hingga timbul

kontraksi otot.

c. Pelaksanaan fisioterapi

Pad atau elektroda yang diletakkan oleh fisioterapis pada lengan dan

tungkai yang lesi pada group otot ekstensor, kedua pad diletakkan pada origo dan

insertion masing-masing group otot ekstensor. Kemudian nyalakan mesinnya atur

frequency 50 Hz, modulasi 1 second, dan naikkan intensitasnya sedikit demi

sedikit sampai ada kontraksi otot pada group otot ekstensor. Untuk satu grup otot

ekstensor dilakukan 15 kali kontraksi dengan dilakukan 2 kali putaran. Setelah

selesai matikan alat dan simpan pada tempatnya.

2. Terapi Latihan

Sebelum dilakukan terapi latihan lebih baik dilakukan breathing exercise

atau latihan pernafasan dan diberi manipulasi massage pada sendi yang akan

dilatih. Hal ini dilakukan sebagai persiapan terapi latihan dan relaksasi. Pada

kondisi pasien ini penulis memberikan latihan gerak pasif (Relax passive

Movement dan Stretching), gerak aktif (Free Active Movement dan Asissted Active

Movement) dan latihan metode PNF pada anggota gerak atas dan bawah.

a. Gerak Pasif

1) Relax Passive Movement

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis menggerakkan anggota gerak atas

dan anggota gerak bawah sisi kanan tubuh pasien dengan gerakan yang ada pada

Page 53: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

41

setiap sendi pada anggota gerak sisi kanan. Setiap gerakan dilakukan 8 kali

pengulangan.

2) Stretching (Penguluran)

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis menggerakkan anggota gerak sisi

kanan yang mengalami spastik dengan melawan pola sinergis pasien. Stretching

dilakukan untuk menurunkan dan mencegah peningkatan spastisitas. Otot-otot

yang dilakukan stretching yaitu otot fleksor jari-jari, fleksor wrist, adduktor hip,

dan plantar fleksor hip. Setiap gerakan gerakan dilakukan selama 6 detik lalu

diistirahatkan dengan dilakukan pengulangan sebatas toleransi pasien.

b. Gerak Aktif

1) Free Active Movement

Posisi pasien tidur terlentang, pasien menggerakkan setiap sendi anggota

gerak atas dan bawah sisi kanannya secara aktif sesuai dengan perintah yang

diberikan oleh fisioterapis. Selain itu juga diberikan latihan dalam posisi miring

dengan gerakan yang sama. Setiap gerakan dilakukan pengulangan sebatas

toleransi pasien.

2) Assisted Active Movement

Posisi pasien tidur terlentang, pasien menggerakkan setiap sendi anggota

gerak atas sisi kanannya secara aktif dan dibantu oleh terapis. Selain itu juga

diberikan latihan dalam posisi miring dengan gerakan yang sama. Setiap gerakan

dilakukan pengulangan sebatas toleransi pasien.

c. Latihan dengan teknik PNF

1) Latihan Pada gAnggota Gerak Atas

Page 54: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

42

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis memberikan latihan sesuai

dengan pola-pola gerakan lengan yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-

abduksi-eksorotasi, ekstensi-adduksi-endorotasi, ekstensi-abduksi-endorotasi.

Gambar 7. Gerak latihan lengan dengan pola ekstensi-adduksi-endorotasi ke fleksi-abduksi-eksorotasi (mhhe.com, 2001)

Gambar 8.

Gerak latihan lengan dengan pola ekstensi-abduksi-eksorotasi ke fleksi-adduksi-endorotasi dan sebaliknya (mhhe.com, 2001)

2) Latihan Pada Anggota Gerak Bawah

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis memberikan latihan sesuai

dengan pola-pola gerakan tungkai yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-

abduksi-eksorotasi, ekstensi-adduksi-endorotasi, dan fleksi-adduksi-endorotasi

dengan lutut fleksi.

Page 55: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

43

Gambar 9.

Gerak latihan tungkai dengan pola ekstensi-adduksi-endorotasi ke fleksi-abduksi-eksorotasi (mhhe.com, 2001)

Gambar 10.

Gerak latihan tungkai dengan pola fleksi-adduksi-endorotasi dengan fleksi lutut (mhhe.com, 2001)

Teknik-teknik PNF yang digunakan:

a) Rhytmical Initiation

Pertama fisioterapis menggerakkan secara pasif terlebih dahulu kemudian

pasien diperintahkan oleh fisioterapis untuk mengikuti gerakan tersebut secara

aktif. Kedua dilakukan gerakan melawan tahanan ringan pada pola ekstensi dan

fleksi. Latihan ini dilakukan pengulangan sebtas toleransi pasien.

b) Timing For Emphasis

Pada tungkai kanan, fisioterapis menahan pada kaki pada pola fleksi-

abduksi-endorotasi dengan lutut fleksi kemudian pasien diperintahkan untuk

Page 56: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

44

menggerakkan kakinya. Pada lengan kanan, fisioterapis menahan pada lengan

bawah kanan pasien pada pola fleksi-adduksi-eksorotasi dengan siku flexi

kemudian pasien diprintahkan untuk meluruskan sikunya. Pada pola fleksi-

abduksi-eksorotasi terapis menahan pergelangan tangan kanan pasien kemudian

terapis memerintahkan pasien untuk menggerakkan tangannya. Latihan ini

dilakukan pengulangan tolernasi pasien.

c) Slow Reversal

Fisioerapis menggerakkan lengan secara pasif pada satu pola terlebih

dahulu. Tanpa ada relaxasi, ganti dengan gerakan pada pola yang berlawanan. Lalu

kembali ke pola gerak awal tanpa relaxasi dengan diberi tahanan ringan dan diberi

aba-aba untuk melawan tahanan fisioterapis. Lakukan juga pada tungkai. Latihan

dilakukan pengulangan sebatas toleransi pasien.

C. Evaluasi

Agar tujuan terapi yang ingin kita capai dapat berhasil dengan baik dan

untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien setelah terapi, maka perlu

dilakukan dalam waktu tertentu, yaitu dalam suatu periode selama 6 kali terapi.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui atau mengevaluasi ada tidaknya

perkembangan pasien dalam satu periode terapi. Hal ini penting untuk

menentukan langkah-langkah fisioterapis selanjutnya. Adapun evaluasi yang

penulis lakukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, antara lain :

Page 57: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

45

1. Kekuatan otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing )

TABEL 4. EVALUASI KEKUATAN OTOT ANGGOTA GERAK KANAN

DENGAN MMT

Grup Otot

Anggota Gerak Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Fleksor shoulder

1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Ekstensor 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Adduktor 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Abduktor 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Fleksor elbow 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Ekstensor 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Supinator 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Pronator 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Fleksor wrist 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Ekstensor wrist 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Fleksor jari-jari 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Ekstensor jari-jari

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Fleksor hip 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Ekstensor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Adduktor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Abduktor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Fleksor knee 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Ekstensor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Plantar fleksor ankle

4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Dorsal fleksor ankle

4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6

Sbl : sebelum terapi

Ssd : sesudah terapi

Page 58: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

46

2. Aktifitas Fungsional Pasien dengan Indeks Barthel

TABEL 5. EVALUASI PENILAIAN AKTIFITAS FUNGSIONAL DENGAN

INDEKS BARTHEL

Aktifitas

T1 T2 T3 T4 T5 T6

B M B M B M B M B M B M

1. Makan 10 10 10 10 10 10

2. Berpindah dari kursi roda ke

tempat tidur dan sebaliknya

termasuk duduk ditempat

tidur.

15 15 15 15 15 15

3. Kebersihan diri, mencuci

muka, menyisir, mencukur

dan mengosok gigi

0 0 0 0 5 5

4. Aktivitas di toilet

(menyemprot, mengelap)

5 5 5 5 5 5

5. Mandi 5 5 5 5 5 5

6. Berjalan di jalan yang datar

(jika tidak mampu jalan)

melakukannya dengan kursi

roda.

15 15 15 15 15 15

7. Naik turun tangga 5 5 5 5 5 5

8. Berpakaian termasuk

menggunakan sepatu

5 5 5 5 5 10

9. Mengontrol BAB 10 10 10 10 10 10

10. Mengontrol BAK 10 10 10 10 10 10

Jumlah 80 80 80 80 85 90

Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6

B : Bantuan, M : Mandiri

Keterangan Hasil: 0 – 20 : Ketergantungan penuh 21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung 62 – 90 : Ketergantungan moderat 91 - 99 : Ketergantungan ringan 100 : Mandiri

Page 59: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

47

3. Spastisitas dengan skala Asworth

TABEL 6. EVALUASI PENILAIAN SPATISITAS DENGAN SKALA

ASWORTH

Grup Otot

Anggota Gerak Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Adduktor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Fleksor elbow

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Fleksor wrist 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Fleksor jari-jari

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Adduktor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Plantar fleksor ankle

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6 Sbl : sebelum terapi Ssd : sesudah terapi

Page 60: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

48

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

Penatalaksanaan Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan pada penderita

hemiparese dextra post stroke non hemoragik yang telah diberikan selama 6 kali

terapi, dari T1 sampai T6 secara sistematis dan bertahap diperoleh adanya kondisi

yang mulai membaik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, Adanya

kemajuan ini juga tidak lepas dari peran serta keluarga dan tenaga medis lain yang

telah merawat dan menjaga pasien dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan impairment, functional limitation, dan participation

restriction yang ada pada pasien dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk

mengetahui keberhasilan terapi. Ini dapat dilihat dari kondisi pasien yang dapat

dibandingkan pada saat pemeriksaan dan setelah diberikan program terapi. Secara

garis besar evaluasi terakhir setelah diberikan program terapi latihan menunjukkan

bahwa kondisi pasien mengalami peningkatan kekuatan otot, penurunan

spastisitas dan peningkatan kemampuan fungsional. Berikut ini adalah tabel

tentang evaluasi berkala yang dilakukan penulis pada kasus yang dibahas.

A. Penilaian Kekuatan Otot dengan MMT

TABEL 7. PENILAIAN KEKUATAN OTOT ANGGOTA GERAK KANAN

DENGAN MMT PADA T1 DAN T6

Group Otot T 1 T6 Kondisi

Fleksor shoulder 1 2 Meningkat

Ekstensor 1 2 Meningkat

Page 61: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

49

Adduktor 2 2 Tetap

Abduktor 2 2 Tetap

Fleksor elbow 2 2 Tetap

Ekstensor 2 3 Meningkat

Supinator 3 3 Tetap

Pronator 3 3 Tetap

Fleksor wrist 2 3 Meningkat

Ekstensor wrist 2 3 Meningkat

Fleksor jari-jari 3 3 Tetap

Ekstensor jari-jari 3 3 Tetap

Fleksor hip 4 5 Meningkat

Ekstensor 4 5 Meningkat

Adduktor 4 5 Meningkat

Abduktor 4 5 Meningkat

Fleksor knee 4 5 Meningkat

Ekstensor 4 5 Meningkat

Plantar fleksor ankle 4 5 Meningkat

Dorsal fleksor ankle 4 5 Meningkat

B. Penilaian Spastisitas Dengan Skala Asworth

TABEL 8. PENILAIAN SPASTISITAS DENGAN SKALA ASWORTH

PADA T1 DAN T6

Grup Otot T 1 T6 Kondisi

Adduktor Shoulder 1 1 Tetap

Fleksor Elbow 2 2 Tetap

Fleksor Wrist 2 2 Tetap

Fleksor Jari-jari 2 2 Tetap

Adduktor Hip 1 1 Tetap

Plantar Fleksor Ankle 1 1 Tetap

Page 62: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

50

C. Penilaian Aktifitas Fungsional dengan Indeks Barthel

TABEL 9. PENILAIAN AKTIFITAS FUNGSIONAL DENGAN INDEKS

BARTHEL PADA T1 DAN T6

Aktifitas

T1 T6

B M B M

1. Makan 10 10

2. Berpindah dari kursi roda ke tempat

tidur dan sebaliknya termasuk duduk

ditempat tidur.

15 15

3. Kebersihan diri, mencuci muka,

menyisir, mencukur dan mengosok gigi

0 5

4. Aktivitas di toilet (menyemprot,

mengelap)

5 5

5. Mandi 5 5

6. Berjalan di jalan yang datar (jika tidak

mampu jalan) melakukannya dengan

kursi roda.

15 15

Page 63: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

51

7. Naik turun tangga 5 5

8. Berpakaian termasuk menggunakan

sepatu

5 10

9. Mengontrol BAB 10 10

10. Mengontrol BAK 10 10

Jumlah 80 90

Page 64: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

DAFTAR PUSTAKA

Arva, S. Stroke. Diakses Mei 31, 2009. http://download-my-ebook. blogspot.com/stroke.html. 2009.

Binhasyim. homunculi. [Online] 12 2007. [Cited: Maret 3, 2009.] http://binhasyim.files.wordpress.com/2007/12/homunculi.jpg. 2007.

Chusid, J.G; Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. New York : Gadjah Mada University Press, 1979.

Dumilah, R and S, Roesbagyo Dwi; Methode PNF. Kumpulan Makalah Workshop Fisioterapi Pada Stroke. Jakarta : IKAFI, 1992.

Feigin, V. Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. New Zealand : PT Bhuana Ilmu Populer, 2006.

Forum Studi Bobath. Pengertian Stroke. Forum Studi Bobath "Stroke". Diakses Mei 31, 2009.] http:// infostroke.wordpress.com/pengertian-stroke. 2009.

Hudaya, P; DP3FT 1. Surakarta : Akademi Fisioterapi Surakarta, 1996.

Hudaya, P; Patologi Umum. Surakarta : Akademi Fisioterapi Surakarta,1997.

IFI. Dasar Hukum Praktek Fisioterapi; dikutip Majalah Fisioterapi Indonesia; volume 6 no.10. 2006.

Indriasari, L. Stroke Mengancam Usia Muda; diakses tanggal 5/11/2007, dari http://www.kompas.com. 2007.

Inverarity, L. Physical Therapy Blog. Electrical Stimulation.[Cited: Mei31, 2009.] http://www.about.com. 2005.

Kuntono, H.P. Pentalaksanaan Stimulasi Elektris. [Cited: Januari 5, 2009.] http://fisiosby.com/pentalaksanaan stimulasi elektris. 2007.

Kuntono, H.P; Prinsip-prinsip Dasar PNF. Makalah Pelatihan Metode PNF. Jakarta : Sasana Husada-Profisio, 2002.

McGraw-HillCompanies. Athletic Training. [Cited:Juni11,2009] http://www.mhhe.com/hper/pysed/athletitraining/ch22.mhtml.2001.

Page 65: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

Priatna, H; Exercise Therapy. surakarta : Akademi Fisioterapi Surakarta, 1985. Hal. 3

R. Putz, and R. Pabst; Atlas Anatomi Manusia Sobotta. [ed.] Joko Suyono. 20.Jakarta : EGC, 1997. Hal. 289. Gambar 494 Lipatan Berliku, Gyri, Hemisfer otak besar; tampak lateral (ki).

Riasmini, M, Peran Tenaga Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat untuk Mewujudkan Desa Siaga; diakses tanggal 5/11/2007, dari http://www.bppsdmk.depkes.go.id. 2006.

Sidharta, P and Mardjono, M; Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat, 1978.

Surya, Sang and Amirudin, R. Epidemiologi Stroke. [Cited: Maret 27, 2009.]http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2008/01/11/epidemiologistrok 2008.

Swaramuslim.Stroke.[Cited:Maret5,2009.]http://swaramuslim.com/images/upload s/ch1-1-d-img1-big.jpg. 2009.

Wahyono,Y; Tehnik-Tehnik Dalam PNF. Jakarta : Sasana Husada- Profisio, 2002.

Wikipedia. Circulus Willisi.[Cited: Juni 12,2009] http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2e/Circle_of_Willis_en.svg/180px-Circle_of_Willis_en.svg.png. 2009.

Wilson, Sylvia A. Price & Lorraine M; Patofisiologi. 6. s.l. : EGC, 2002. Vol. II.

YASTROKI. Tangani Masalah Stroke di Indonesia [Cited; Agustus 15, 2009]. http://www.yastroki.or.id/read.php?id=4. 2009.

Page 66: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

AKADEMI FISIOTERAPI “ YAB “Y O G Y A K A R T A Jl. Ringroad Selatan, Giwangan, Umbulharjo, Jogjakarta

Telp./Fax. (0274) 389290, 448591

1

PROTOKOL STUDI KASUS

NAMA MAHASISWA : Abdurrasyid

TEMPAT PRAKTEK : RS. Bethesda

NIM : 01. 06. 191

PEMBIMBING : Ibu Enata S, SSt. Ft

Tanggal Pembuatan Laporan : 18 Februari 2009

Kondisi : FT C

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Bp. Gideon Setiawan

Umur : 79 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Taman Mutiara No.5, Sleman

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A. DIAGNOSIS MEDIS

Hemiparese Dextra Post Stroke Non Hemoragik

B. CATATAN KLINIS :

Pasien datang ke poli fisioterapi RS Bethesda pada tanggal 18 Februari

2009 dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan

Page 67: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

2

C. TERAPI UMUM

Medica mentosa dan fisioterapi

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER

Mohon dilakukan tindakan fisioterapi pada pasien bernama bapak Gideon

Setiawan dengan keluhan Hemiparese dextra

III. SEGI FISIOTERAPI

A. DATA FISIOTERAPI

1. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)

a. KELUHAN UTAMA :

Anggota gerak sisi kanan terasa lemah untuk digerakkan.

b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pada tanggal 23 Januari 2009 di Cikarang, setelah pulang dari jalan-jalan

pagi pasien tiba-tiba merasakan mata kanan terlihat lebih gelap dibanding dengan

mata kirinya dan badan sisi kanan terasa lebih lemah. Kemudian pasien dilarikan

ke Rumah Sakit Siloam selama 5 hari, lalu pasien pulang ke Jogja dan diperiksa

kembali oleh dokter dan dirujuk ke fisioterapi untuk ditangani sampai sekarang.

c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

- Serangan stroke pada tahun 2008

- Hipertensi (+)

d. RIWAYAT PRIBADI

Pasien seorang wiraswasta yang menyukai makanan sate kambing dan

jeroan sewaktu muda.

Page 68: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

3

e. RIWAYAT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.

f. ANAMNESIS SISTEM

1) Kepala & Leher

Pasien tidak mengeluhkan pusing dan kaku leher.

2) Sistem Kardiovaskuler

Pasien tidak mengeluhkan jantung berdebar-debar maupun nyeri dada

3) Sistem Respirasi

Tidak sesak nafas maupun nafas cepat

4) Sistem Gastrointestinal

Tidak ada keluhan mual dan muntah, buang air besar lancar dan

terkontrol.

5) Sistem Urogenitalis

Buang air kecil lancar dan terkontrol

6) Sistem Muskuloskeletal

Adanya kelemahan anggota tubuh sebelah kanan.

7) Sistem Nervorum

Pasien tidak mengeluhkan kesemutan dan rasa tebal-tebal.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. TANDA – TANDA VITAL

1) Tekanan Darah : 130/70 mmHg

2) Denyut Nadi : 64 kali/ menit

3) Frek. Pernafasan : 28 kali/ menit

Page 69: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

4

4) Suhu : 36,5º C

b. 1) Berat Badan : 65 kg

2) Tinggi Badan : 170 cm

c. INSPEKSI

Statis : tangan kanan pasien ke arah pola sinergis yaitu flexi elbow,

adduksi shoulder dan palmar flexi.

Dinamis : pasien tampak saat berjalan dengan menggunakan alat

bantu tripod.

d. PALPASI

Tidak ada spasme otot, tidak ada nyeri tekan, dan suhu lokal pasien dalam

batas normal.

e. PERKUSI

Tidak dilakukan

f. AUSKULTASI

Tidak dilakukan

g. GERAKAN DASAR

1) Gerak Pasif

Tidak ada keterbatasan gerak, ada kekakuan pada adduktor shoulder,

fleksor elbow, fleksor wrist, fleksor jari-jari tangan, adduktor hip, serta plantar

fleksor ankle dan tidak ada nyeri.

2) Gerak Aktif

Pasien mampu melakukan semua gerak aktif pada anggota gerak bawah

dan atas sisi kanan, tidak ada keterbatasan gerak dan tidak ada nyeri.

Page 70: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

5

3) Gerak Aktif Melawan Tahanan

Pada anggota gerak bawah sisi kanan pasien mampu melakukan melawan

tahanan minimal, sedangkan pada anggota gerak atas sisi kanan pasien belum

mampu melawan tahanan minimal.

h. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAl

Kognitif : Pasien mampu menceritakan kapan keluhan itu muncul dengan

baik dan urut.

Intrapersonal : Pasien mampu memahami permasalahan penyakit yang dihadapi

dan pasien dapat bekerja sama dengan fisioterapis dalam proses terapi yang

diberikan,

Interpersonal : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik terhadap fisioterapis

serta dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya.

i. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIFITAS

1) Fungsional Dasar

Pasien mampu tidur miring ke kanan dan ke kiri, mampu duduk, mampu

berdiri, dan berjalan.

2) Fungsional Aktivitas

Adanya keterbatasan dalam aktifitas toileting, memakai celana panjang

dan naik turun tangga sehubungan dengan aktifitas sehari-hari.

3) Lingkungan Aktivitas

Di lingkungan rumah, pasien kesulitan untuk naik tangga dan masih perlu

bantuan.

Page 71: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

6

3. PEMERIKSAAN SPESIFIK UNTUK FT C

a. Kekuatan Otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing )

Kiri Grup Otot Kanan

5 Fleksor Shoulder 1

5 Ekstensor Shoulder 1

5 Adduktor Shoulder 2

5 Abduktor Shoulder 2

5 Fleksor Elbow 2

5 Ekstensor Elbow 2

5 Supinator 3

5 Pronator 3

5 Fleksor Wrist 2

5 Ekstensor Wrist 2

5 Fleksor Jari-jari Tangan 3

5 Ekstensor Jari-jari Tangan 3

5 Fleksor Hip 4

5 Ekstensor Hip 4

5 Adduktor Hip 4

5 Abduktor Hip 4

5 Fleksor Knee 4

5 Ekstensor Knee 4

5 Plantar Fleksor Ankle 4

5 Dorsal Fleksor Ankle 4

b. Pemeriksaan Spatisitas

Grup Otot Kanan

Fleksor shoulder 0

Ekstensor shoulder 0

Adduktor shoulder 1

Abduktor shoulder 0

Fleksor elbow 2

Ekstensor elbow 0

Page 72: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

7

Supinator 0

Pronator 0

Fleksor wrist 2

Ekstensor wrist 0

Fleksor jari-jari tangan 2

Ekstensor jari-jari tangan 0

Fleksor hip 0

Ekstensor hip 0

Adduktor hip 1

Abduktor hip 0

Fleksor knee 0

Ekstensor knee 0

Plantar fleksor ankle 1

Dorsal fleksor ankle 0

c. Pasien Aktifitas Fungsional dengan Indeks Barthel

Aktifitas

Nilai

Bantuan Mandiri

1. Makan 10

2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan

sebaliknya termasuk duduk ditempat tidur.

15

3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir,

mencukur dan mengosok gigi

0

4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5

5. Mandi 5

6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu

jalan ) melakukannya dengan kursi roda.

15

7. Naik turun tangga 5

8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5

9. Mengontrol BAB 10

Page 73: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

8

10. Mengontrol BAK 10

Jumlah 80

B. INTERPERTASI DATA / DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Permasalahan Kapasitas Fisik

a. Adanya kelemahan anggota gerak atas dan bawah pada sisi kanan

b. Adanya spastisitas

2. Permasalahan Kapasitas Fungsional

Pasien sulit untuk makan dengan menggunakan tangan kanannya dan

sulit melakukan aktifitas toileting

C. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI

1. TUJUAN

a. Tujuan jangka pendek

1) Meningkatkan kekuatan otot,

2) Menurunkan spastisitas,

3) Meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional pasien.

b. Tujuan jangka panjang

1) Meneruskan tujuan jangka pendek,

2) Mengembalikan aktivitas fungsional pasien seoptimal mungkin.

2. TINDAKAN FISIOTERAPI

a. Teknologi Fisioterapi

1) Teknologi Alternatif :

IR, MWD, SWD, US, TENS, ES, Massage, dan Terapi Latihan

Page 74: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

9

2) Teknologi Terpilih :

- Stimulasi Elektris/Electrical Stimulation (ES): Re-edukasi otot

dan Fasilitasi

- Terapi Latihan: meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan

kemampuan fungsional, Mencegah kekakuan otot (rigid)

3) Teknologi Yang Dilaksanakan

Electrical Stimulation (ES) dan Terapi Latihan

b. Edukasi

Pasien diperintahkan untuk melakukan latihan-latihan yang telah diajarkan

fisioterapis seperti latihan aktif maupun latihan aktif dengan pola gerakan

menyilang/diagonal (latihan PNF aktif). Serta pasien diingatkan untuk

menghindari faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan serangan stroke

kembali.

3. RENCANA EVALUASI

a. Pengukuran derajat kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)

b. Pengukuran derajat spastisitas dengan skala Asworth

c. Pengukuran kemampuan aktifitas fungsional dengan index barthel

D. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : bonam

Quo ad Sanam : dubia ad malam

Quo ad Fungsionam : dubia ad malam

Quo ad Kosmetikam : dubia ad malam

Page 75: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

10

E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. Stimulasi Elektris/Electrical Stimulation

a. Persiapan alat

Menyiapkan alat dan memeriksa alat yang meliputi kabel dan pad.

b. Persiapan pasien

Pasien dalam posisi tidur terlentang senyaman mungkin. Lakukan tes

sensibilitas tajam dan tumpul pada ekstrimitas atas dan bawah sisi kanan dengan

tujuan mengetahui apakah pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Pada

tes ini pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Daerah ekstremitas atas

dan bawah kanan yang hendak diterapi bebas dari pakaian dan dalam keadaan

bersih. Sebelum terapi dilakukan, pasien diberitahu mengenai rasa yang

ditimbulkan oleh Electrical Stimulation, yaitu rasa tertusuk-tusuk hingga timbul

kontraksi otot.

c. Pelaksanaan fisioterapi

Pad atau elektroda yang diletakkan oleh fisioterapis pada lengan dan

tungkai yang lesi pada group otot ekstensor dan satu pad lainnya diletakkan pada

nerve trunk. Kemudian nyalakan mesinnya atur frequency 50 Hz, modulasi 1

second, dan naikkan intensitasnya sedikit demi sedikit sampai ada kontraksi otot

pada group otot ekstensor. Untuk satu grup otot ekstensor dilakukan 15 kali

kontraksi. Setelah selesai matikan mesin dan simpan pada tempatnya.

2. Terapi Latihan

Sebelum dilakukan terapi latihan lebih baik dilakukan breathing exercise

atau latihan pernafasan dan diberi manipulasi massage pada sendi yang akan

Page 76: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

11

dilatih. Hal ini dilakukan sebagai persiapan terapi latihan dan relaxasi. Pada

kondisi pasien ini penulis memberikan latihan gerak pasif (Relax passive

Movement dan Stretching), gerak aktif (Free Active Movement dan Asissted

Active Movement) dan latihan metode PNF pada anggota gerak atas dan bawah.

a. Gerak Pasif

1) Relax Passive Movement

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis menggerakkan anggota gerak atas

dan anggota gerak bawah sisi kanan tubuh pasien dengan gerakan yang ada pada

setiap sendi pada anggota gerak sisi kanan. Setiap gerakan dilakukan 8 kali

pengulangan.

2) Stretching (Penguluran)

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis menggerakkan anggota gerak sisi

kanan yang mengalami spastik dengan melawan pola sinergis pasien. Stretching

dilakukan untuk menurunkan dan mencegah peningkatan spastisitas. Otot-otot

yang dilakukan stretching yaitu otot fleksor jari-jari, fleksor wrist, biceps brachii,

adduktor shoulder, adduktor hip, dan plantar fleksor hip. Setiap gerakan gerakan

dilakukan 6 kali pengulangan.

b. Gerak Aktif

1) Free Active Movement

Posisi pasien tidur terlentang, pasien menggerakkan setiap sendi anggota

gerak atas dan bawah sisi kanannya secara aktif sesuai dengan perintah yang

diberikan oleh fisioterapis. Selain itu juga diberikan latihan dalam posisi miring

dengan gerakan yang sama. Setiap gerakan dilakukan 8 kali pengulangan.

Page 77: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

12

2) Assisted Active Movement

Posisi pasien tidur terlentang, pasien menggerakkan setiap sendi anggota

gerak atas sisi kanannya secara aktif dan dibantu oleh terapis. Selain itu juga

diberikan latihan dalam posisi miring dengan gerakan yang sama. Setiap gerakan

dilakukan 8 kali pengulangan.

c. Latihan dengan teknik PNF

1) Latihan Pada Anggota Gerak Atas

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis memberikan latihan sesuai

dengan pola-pola gerakan lengan yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-

abduksi-eksorotasi, ekstensi-adduksi-endorotasi, ekstensi-abduksi-endorotasi.

2) Latihan Pada Anggota Gerak Atas

Posisi pasien tidur terlentang, fisioterapis memberikan latihan sesuai

dengan pola-pola gerakan tungkai yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-

abduksi-eksorotasi, ekstensi-adduksi-endorotasi, dan fleksi-adduksi-endorotasi

dengan lutut fleksi.

Teknik-teknik PNF yang digunakan:

1) Rhytmical Initiation

Pertama fisioterapis menggerakkan secara pasif terlebih dahulu kemudian

pasien diperintahkan oleh fisioterapis untuk mengikuti gerakan tersebut secara

aktif. Kedua dilakukan gerakan melawan tahanan ringan pada pola ekstensi dan

fleksi. Latihan ini dilakukan 8 kali pengulangan.

2) Timing For Emphasis

Pada tungkai kanan, fisioterapis menahan pada kaki pada pola fleksi-

abduksi-endorotasi dengan lutut fleksi kemudian pasien diperintahkan untuk

Page 78: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

13

menggerakkan kakinya. Pada lengan kanan, fisioterapis menahan pada lengan

bawah kanan pasien pada pola fleksi-adduksi-eksorotasi dengan siku flexi

kemudian pasien diprintahkan untuk meluruskan sikunya. Pada pola fleksi-

abduksi-eksorotasi terapis menahan pergelangan tangan kanan pasien kemudian

terapis memerintahkan pasien untuk menggerakkan tangannya. Latihan ini

dilakukan 8 kali pengulangan.

3) Slow Reversal

Fisioerapis menggerakkan lengan secara pasif pada satu pola terlebih

dahulu. Tanpa ada relaxasi, ganti dengan gerakan pada pola yang berlawanan. Lalu

kembali ke pola gerak awal tanpa relaxasi dengan diberi tahanan ringan dan diberi

aba-aba untuk melawan tahanan fisioterapis. Lakukan juga pada tungkai. Latihan

dilakukan 8 kali pengulangan.

F. EVALUASI

1. Kekuatan otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing )

Grup Otot

Anggota Gerak Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Fleksor shoulder

1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Ekstensor 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Adduktor 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Abduktor 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Fleksor elbow

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Ekstensor 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Supinator 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Pronator 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Page 79: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

14

Fleksor wrist 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Ekstensor wrist

2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Fleksor jari-jari

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Ekstensor jari-jari

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Fleksor hip 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Ekstensor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Adduktor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Abduktor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Fleksor knee 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Ekstensor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Plantar fleksor ankle

4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Dorsal fleksor ankle

4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6

Sbl : sebelum terapi

Ssd : sesudah terapi

2. Aktifitas Fungsional Pasien dengan Indeks Barthel

Aktifitas

T1 T2 T3 T4 T5 T6

B M B M B M B M B M B M

1. Makan 10 10 10 10 10 10

2. Berpindah dari kursi roda

ke tempat tidur dan

sebaliknya termasuk duduk

ditempat tidur.

15 15 15 15 15 15

3. Kebersihan diri, mencuci

muka, menyisir, mencukur

dan mengosok gigi

0 0 0 0 5 5

4. Aktivitas di toilet

(menyemprot, mengelap)

5 5 5 5 5 5

5. Mandi 5 5 5 5 5 5

6. Berjalan di jalan yang 15 15 15 15 15 15

Page 80: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

15

datar (jika tidak mampu

jalan) melakukannya

dengan kursi roda.

7. Naik turun tangga 5 5 5 5 5 5

8. Berpakaian termasuk

menggunakan sepatu

5 5 5 5 5 10

9. Mengontrol BAB 10 10 10 10 10 10

10. Mengontrol BAK 10 10 10 10 10 10

Jumlah 80 80 80 80 85 90

Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6

B : Bantuan, M : Mandiri

Keterangan Hasil:

0 – 20 : Ketergantungan penuh 21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung 62 – 90 : Ketergantungan moderat 91 - 99 : Ketergantungan ringan 100 : Mandiri

3. Spastisitas dengan skala Asworth

Grup Otot

Anggota Gerak Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Sbl Ssd Adduktor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Fleksor elbow

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Fleksor wrist

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Fleksor jari-jari

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Adduktor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Plantar fleksor ankle

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6

Sbl : sebelum terapi

Ssd : sesudah terapi

Page 81: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdurrasyid

Tempat, Tanggal Lahir : Batanghari Ogan, 22 Januari 1988

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Binawaluya BII/8, Komplek Depkes, Sunter

Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Riwayat Pendidikan :

1. TK Bhaktisiwi, Jakarta Utara (1992-1994 )

2. SD 08 Sumur Batu, Jakarta Pusat ( 1994-1997 )

3. SD Trimurjo, Bandar Lampung ( 1997-1999 )

4. SD 010 Sumur Batu, Jakarta Pusat ( 1999-2000 )

5. SLTP N 10 Sumur Batu, Jakarta Pusat ( 2000-2003 )

6. SMU N 1 Jakarta Pusat ( 2003-2006 )

7. Paket C ( 2006 )

8. Akademi Fisioterapi “ YAB” Yogyakarta ( 2006-2009 )

Riwayat Praktek Klinis :

1. RSD Panembahan Senopati Bantul

Page 82: KTI Hemiparese Post Stroke Non Hemoragik

2. RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

3. RS. Bethesda Yogyakarta

4. RS. Dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta

5. RS Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta

6. RSUD Sleman

7. Klinik Fisioterapi “Murono” Yogyakarta

Riwayat Mengikuti Seminar :

1. Seminar Nasional “Penanganan Fisioterapi Terkini Pada Osteoathritis

Sendi Lutut

2. Clinical Bobath Course In Pediatric Problem