kti ami ;;)

78
Karya Tulis Ilmiah PNEUMONIA ASPIRASI Tim penulis : Ariza Esakti Rahmi 10-105 Yeni apriyani 10-184 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Upload: indah-bayu-putri

Post on 20-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI ami ;;)

Karya Tulis Ilmiah

PNEUMONIA ASPIRASI

Tim penulis :

Ariza Esakti Rahmi 10-105

Yeni apriyani 10-184

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2012

Page 2: KTI ami ;;)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,atas Rahmat-Nya maka penulis

dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pneumonia Aspirasi”

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas akhir Modul Diagnostik fisik semsester IV.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki

penulis.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sengat penulis harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,khususnya

kepada:

1. Fasilitator skillab kami dr.Yorva sayoeti SpA

2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,yang telah memberikan bantuan

dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga ALLAH memberikan imbalan yang setimpal pada

mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai

ibadah,Aaminn Ya Rabbala’Alamin.

Penulis

2

Page 3: KTI ami ;;)

ABSTRAK

Aspirasi adalah infeksi paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan asing,

cairan atau benda padat seperti makanan, minuman, bahan muntahan tau terhirupnya

gas uap beracun kedalam salluran pernapasan.

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya

polimikrobial namun terjadinya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di

komunitas atau RS.

Manifestasi klinis,amat bervariasi seperti asma bronkial dengan obstruksi

bronkus.Dsypneu, wheezing, ronki, pulmonary edema, tachycardia, hemoragic, trachea-

bronchitis, hypotension, oksigen rendah, sampai ke cardiac arrest.

Pneumonia aspirasi dapat disebabkan oleh infeksi kuman, penumonitis kimia

akibat aspirasi bahan toksik, akibat cairan inert.

3

Page 4: KTI ami ;;)

ABSTRACT

Aspiration is pulmonary infection cause in hall foreign material , liquids or solid

object such of food, drink, material on vomitus in hall noxious or gas into the

respiratory.

Infection occurring in endogenous manner by germs orofaring that is usually

polimicroba out the occurrence of depend upon the location, the location of, the

location of the, is a community or hospitasl.

The manifestation of clinically very varing as asthma by symproms of

obstruction of the bronchi, dsypneu, wheezing, rhonchi, pulmonary edema, tachycardia,

hemoragic, trachea bronchitis, hypotension, low oxygen, until to cardiac arrest.

Pneumonia the aspirations can be caused by infection germs, pneumonitis

chemistry resulting from aspirations toxic aspiration toxic, resulting from a liquid inert.

4

Page 5: KTI ami ;;)

DAFTAR ISI

HALAMAN KULIT............................................................................................... 1

KATA PENGANTAR............................................................................................ 2

ABSTRAK.............................................................................................................. 3

ABSTRACT............................................................................................................ 4

DAFTAR ISI........................................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang......................................................................................... 7

1.2 Definisi .................................................................................................... 7

1.3 Anatomi Traktus Respiratorius & Paru......................................................7

1.4 Etiologi......................................................................................................10

1.5 Gambaran klinis.........................................................................................11

1.6 Patofisiologi..............................................................................................13

1.7 Prosedur Diagnostik Pada Penyakit Pernapasan.......................................17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anamnesa ................................................................................................22

2.2 Pemeriksaan Fisik....................................................................................32

2.3 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................39

2.4 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................40

2.5 Diagnosa Kerja.........................................................................................41

2.6 Differensial Diagnosa (DD).....................................................................42

2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................45

2.8 Komplikasi ..............................................................................................46

2.9 Prognosa...................................................................................................47

BAB III DISKUSI /PEMBAHASAN......................................................................48

5

Page 6: KTI ami ;;)

BAB IV KESIMPULAN/SARAN

4.1 Kesimpulan ...............................................................................................50

4.2 Saran .........................................................................................................50

BAB V DAFTAR PUSTAKA..................................................................................51

6

Page 7: KTI ami ;;)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi

ke saluran nafas bawah yang dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.Seperti

makanan, minuman, bahan muntahan atau terhirupnya gas uap racun.Hisapan bahan-bahan

ini menyebabkan dua keadaan yang agak berbeda yaitu “ Aspirasi Pneumonia”.

Aspirasi pneumonia merupakan infeksi saluran atas yang terjadi secara kronis,benda

asing yang hirup jumahnya sedikit yang berasal dari orofaring.

Aspirasi Pneumonitis adalah kerusakan mukosa trakeo-bronkial, secara akut maupun

kronis akibat cairan atau bahan-bahan yang masuk kedalam saluran pernafasan

bawah.Secara akut bisa terjadi akibat muntahan cairan lambung yang masuk saluran

nafas.Penyakit ini sering terjadi pada penderita keracunan(overdosis pengbatan, trauma

kepala)dan pada tumor otak.Penurunan udara meningkat resiko aspirasi, juga meningkatkan

ciranlambung yang terhirup.

1.2Definisi

Pneumonia aspirasi merupakan kerusakan parenkim paru, distal dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius , dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat akibat proses terbawanya

bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi ke saluran nafas bawah .Kerusakan yang

terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan tubuh.(Sudoyo,

2009:2207)

1.2 Anatomi

Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru ke hidung, faring,

laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernapasan dari hidung ke bronkiolus

dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring,

dihangatkan,dan dilembabkan. Ketika proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa

respirasi yang terdiri dari epital toraks bertingkat,bersilia dan bersel goblet. Permukaan

7

Page 8: KTI ami ;;)

epitel diliputi oleh lapisan mukus yang di sekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa.

Partikel debu yang kasar di saring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung,

sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong

lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem

pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau di

batukkan keluar. Lapisan mukus memberiakan air untuk kelembaban, dan dibanyaknya

jaringan pembuluh darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara

inspirasi telah di sesuaikan sedemekian rupa sehingga udara yang mencapai faring hampir

bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembaban nya mencapai 100%.

(Sylvia&Lorraine, 2005:737)

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara.Laring terdiri dari

rangkaian tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita

suara.Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (yaitu glotis) bermuara ke dalam trakea

dan membenbentuk bagian antara pernapasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah

antara saluran pernafasab bagian atas dan bawah.meskipun laring terutama dianggap

berhubungan dengan fonasi,tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting.

Pada waktu menelan,gerakan laring ke atas,penutupan glotis,dan fungsi seperti pintu dari

epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,berperan untuk mengarahkan

makanan dan cairan masuk kedalam esofagus. Jika benda asing masih mampu masuk

melalui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan membantu menghalau benda dan

secret ke luar dari saluran pernapasan bagian bawah.(Sylvia&Lorraine, 2005:737)

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang

panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci).struktur trakea dan bronkus di analogkan dengan

sebuah pohon,dan karena itu dinamakan pohon trakeobronkial.permukaan posterior trakea

agak pipih dibandingkan sekelilingnya karena cincin tulang rawan di daerah itu tidak

sempurna, dan letaknya tepat didepan esofagus. Akibatnya jika suatu pipa endotrakea bulat

yang kaku dengan balon yang digembungkan dimasukkan selama ventilasi mekanik, dapat

timbul erosi di posterior membrane tersebut, dan membentuk fistula trakeoesofageal.Erosi

bagian anterior menembus cincin tulang rawan dapat juga timbul tapi tidak

sering.Pembengkakan dan kerusakan pita suara juga merupakan komplikasi dari pemakaian

8

Page 9: KTI ami ;;)

pipa ET.Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan di kenal sebagai

karina.Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk

berat jika dirangsang. (Sylvia&Lorraine, 2005:737)

Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.Bronkus utama kanan lebih pendek

dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari

trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya,bronkus utama kiri lebih panjang dan

lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.

(Sylvia&Lorraine, 2005:738)

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan

kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang

ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis,yaitu saluran

udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus termalis memiliki garis tengah

kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan,tetapi dikelilingi

oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai

tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya

adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru. (Sylvia&Lorraine,

2005:738)

Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional

paru,yaitu tepat pertukaran gas. Asinus terdiri dari 3 bagian, yang pertama yaitu bronkiolus

respiratoruis,kedua ductus alveolaris dan yang ketiga sakus alveolaris terminalis. Asinus ini

memiliki garis tengah kira-kira 0,5-1,0 cm. Terdapat 23 kali percabangan mulai dari trakea

sampai sakus alveolaris terminalis. Alveolus (dalam kelompok sakus alveolaris menyerupai

anggur, yang membentuk sakus terminalis) dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh

dinding tipis(septum). Lubang kecil pada dinding ini dinamakan pori-pori khon yang

fungsinya untuk menghubungkan aliran udara antara sakus alveolaris terminalis .Alveolus

hanya mempunyai satu lapis sel yang diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel

darah merah.Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan

seluas sebuah lapangan tenis.(Sylvia&Lorraine, 2005:738)

Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar; pneumosit tipe 1 merupakan lapisan tipis yang

menyebar menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II yang

9

Page 10: KTI ami ;;)

bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu

gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara kapiler dan gas

membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah kolaps alveolus pada waktu

ekspirasi.Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (disebut surfaktan) yang

dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan

pada waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pembentukan

dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (sel tipe II) bergantung pada beberapa

factor, yaitu kematangan sel-sel alveolus dan system enzim biosintetik, kecepatan

pergantian surfaktan yang normal, ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding

alveolus. Surfaktan relative lambat terbentuk pada kehidupan fetal; sehingga bayi yang

lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit (biasanya pada kelahiran premature) dapat

berkembang menjadi sindrom gawat napas pada bayi.Surfaktan disintesis secara cepat dari

asam lemak yang diekstraksi dari darah, dengan kecepatan pergantiannya yang cepat.

Sehingga bila aliran darah ke daerah paru terganggu maka jumlah surfaktan ke daerah

tersebut akan berkurang. Produksi surfaktan dirangsang oleh ventilasi aktif, volume tidal

yang memadai, dan hiperventilasi periodic (cepat dan dalam) yang dicegah oleh

konsentrasi O2 tinggi pada udara yang diinspirasi. Sehingga pemberian O2 konsentrasi

tinggi dalam jangka waktu yang lama atau kegagalan untuk bernapas cepat dan dalam pada

seorang pasien yang menggunakan ventilasi mekanik akan menurunkan produksi surfaktan

dan menyebabkan kolaps alveolar (ateletaksis). (Sylvia&Lorraine, 2005:738)

1.4 Etiologi

Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi

yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda. Dapat berupa pneumonia asprasi oleh

infeksi kuman, pneumonitis kimia yang diakibatkan oleh aspirasi bahan toksik, akibat

aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, obstruksi

mekanik simple oleh bahan padat dan terinhalasinya cairan amnion oleh janin.Pada

pneumonia aspirasi (PA), ludah orofaring yang mengandung kuman terisap hingga

menimbulkan infeksi bakteri pada paru. Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulang

kali adalah adanya (Arjatmo, 2001:811) :

10

Page 11: KTI ami ;;)

1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, refleks batuk

(kejang,stroke, pembiusan )

2. Disfagia sekunder akibat esophagus atau saraf (kanker nasofaring, scleroderma)

3. Kerusakan sfingter esophagus oleh slang nasogastric. Juga berperan jumlah bahan

aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas.

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial

namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di

Rumah Sakit. Pada PAK, kuman pathogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-

46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus

yang juga dapat disertai Klebsiella pneumonia dan stafilokokus, atau Fusobacterium

nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS

kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif , batang Gram negative,

pseudomonas, proteus, serratia, dan S.aureus di samping bisa juga di sertai oleh kuman

anaerob obligat di atas. Pada pasien yang berasal dari rumah perawatan (nursing home)

dapat terinfeksi pathogen seperti halnya pada infeksi nosocomial.(Zul Dahlan, 2009:2207)

1.5 Gambaran Klinis

Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada sifat benda asing, lokasi, ukuran, dan

derajat sumbatan yang ditimbulkan. Berdasarkan perjalanan atau urutannya, gejala klinis

yang timbul dapat menjadi tiga tahapan, yaitu (Putu Suwendra, 2008:424) :

Gejala awal

Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba,

sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan dan

dikerongkongan. Gejala awal seringkali ringan dan berlangsung singkat, sehingga gejala ini

tidak diperhatikan. (Putu Suwendra, 2008:424)

Periode laten atau tanpa gejala

Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten. Masa

laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini dapat dijumpai gejala

11

Page 12: KTI ami ;;)

sakit menelan karena terjadinya pembengkakan di daerah laring. (Putu Suwendra,

2008:424)

Gejala susulan atau lanjutan

Gejala susulan tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau patologis yang

ditimbulkan benda asing.Gejala susulan ini sangat bergantung pada lokasi dan bentuk

kelainan yang ditimbulkannya. (Putu Suwendra, 2008:424)

Benda asing di dalam hidung

Gejala yang ditimbulkan oleh benda asing di dalam hidung umumnya unilateral, seperti

hidung tersumbat, beringus kental dan berbau.

Benda asing di dalam nasofaring

Benda asing yang masuk ke dalam nasofaring akan menimbulkan gejala seperti yang

disebutkan pada gejala awal di atas. Lintah yang dapat masuk ke dalam hidung atau

nasofaring dapat menimbulkan perdarahan berulang dari hidung.

Benda asing di dalam laring

Laring merupakan daerah yang sempit dan peka, sehingga mudah mengalami

peradangan, edema, spasme, dan lain-lain. Oleh karena itu, benda asing yang masuk ke

dalam laring dapat menimbulkan gejala yang beragam, seperti sesak napas, stridor,

mengi, nyeri pada saat menelan, berbicara atau bernapas dalam, serak atau parau hingga

afoni, batuk serak disertai stridor, hemoptysis, reaksi intercostal, epigastrial, dan

supraklavikular, serta detak jantung yang meningkat. Bila terjadi sumbatan total dapat

terjadi sianosis dan kematian.

Benda asing di dalam trakea

Benda asing di dalam trakea akan dikeluarkan melalui batuk dan eskalasi mukosiliar.

Apabila gagal benda asing tersebut akan menetap di dalam trakea atau masuk ke dalam

bronkus. Di dalam trakea benda asing dapat menimbulkan berbagai akibat yang dapat

berubah-ubah karena masih dapat berpindah tempat (mobile). Akibat yang ditimbulkan

dapat berupa obstruksi, reaksi peradangan, atau konstriksi. Gejala patognomonik terdiri

dari batuk, sesak, dan suara mengi yang terdengar sangat mirip dengan asma, sehingga

disebut sebagai asmatoid.

12

Page 13: KTI ami ;;)

Apabila benda asing masih dapat berpindah tempat (mobile) pada saat batuk atau

ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi di daerah tiroid, dapat didengar suara hentakan

benda asing ke pita suara atau daerah subglotis.Tanda ini disebut audible slap.Dengan

palpasi tanda ini kadang-kadang dapat dirasakan dan disebut sebagai palpatory thud.

Benda asing di dalam bronkus

Bentuk ini merupakan bentuk tersering, dan dapat mencapai 83-90% kasus.Gejala yang

terjadi merupakan akibat langsung dari benda asing yang teraspirasi, seperti obstruksi

atau konstriksi (sesak napas, suara napas yang melemah atau berkurang, mengi yang

kadang-kadang bilateral dan sulit sembuh), peradangan (bronchitis, bronkiektasis,

pneumonia lobaris yang sering berulang, abses, empyema), atau merupakan akibat yang

tidak langsung seperti atelectasis dan empisema.Gejala mengi dapat timbul segera

setelah aspirasi terjadi, atau dapat berjalan kronis.Apabila obstruksi terjadi pada kedua

bronkus utama, dapat terjadi sesak yang berat hingga anoksia.Kadang-kadang dapat

terjadi hemoptysis setelah beberapa bulan atau tahun.Apabila benda asing tersebut

berasal dari tumbuhan disebut sebagai bronchitis arakiditis atau vegetalis, dengan gejala

batuk, demam septik, dan sesak.

1.6 Patofisiologi

Patofisologi pneumonia aspirasi sesuai dengan jenis dan jumlah bahan yang

teraspirasi.Respon yang ditimbulkan juga tergantung pada agen yang menginfeksi. Tiga

sindrom asprasi yaitu (Lorraine, 2005:808) :

13

Page 14: KTI ami ;;)

a. Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi

saluran pernafasan bagian bawah yang tersering dan menyebabkan pneumonia bakteri.

Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri dari

mikroorganisme anaerobik seperti Bacteroides, fusobacterium, Peptococcus,

Pneumococcus dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang sering ditemukan

diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Pneumonia anaerobik paling

sering mengenai pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dan orang dengan

alkoholisme kronik dengan infeksi pada gusi dan predisposisi mengalami aspirasi.

Akhir-akhir ini semua kasus pneumonia yang didapat di rumah sakit disebabkan oleh

campuran mikroorganisme anaerobic dan aerobic ( missal, basil gram negative,

S.aureus ). Awitan gejala biasanya perlahan terjadi secara perlahan-lahan selama 1

sampai 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis,

dyspnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru yang

terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empyema dapat timbul seperti mikroba-

mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut

terbentuk pada paru kanan bagian posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat

gaya gravitasi karena banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama

kanan. Sering timbul jari tabuh bila abses menjadi kronik. (Lorraine, 2005:808)

Diantara semua pneumonia bakteri, pneumonia pneumococcus yang sering

diselidiki.Kuman ini umumnya mencapai alveoli lewat percikan mucus atau

saliva.Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena efek garvitasi. Setelah

mencapai alveoli maka pneumokokus menimbulkan respon khas yang terdiri dari 4

tahap berurutan (Lorraine, 2005:806) :

1. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama ) : eksudat serosa masuk ke dalam alveoli

melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.

2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya ) : paru tampak merah dan bergranular

(hepatisasi=seperti hepar) karena adanya konsolidasi yaitu serbukan sel-sel darah

merah, fibrin, cairan edem, leukosit PMN dan ditemukannya kuman yang mengisi

alveoli.

14

Page 15: KTI ami ;;)

3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena deposisi fibrin

semakin bertambah, terdapat fibrin dan lekosit PMN di alveoli dan terjadi proses

fagositosis yang cepat.

4. Resolusi (7 sampai 11 hari) :jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan

mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.

b. Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan

regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung . Bertolak belakang dengan pneumonia

anaerobik yang berawitan lambat, pneumonitis akibat kimia atau pneumonitis akibat

aspirasi dapat berkembang dalam waktu beberapa jam dan sangat parah. Inhalasi massif

isi gaster dapat menyebabkan kematian mendadak akibat obstruksi , sedangkan aspirasi

sedikit isi gaster dapat menyebabkan edema yang meluas, takipnea, dyspnea,

takikardia, demam, leukositosis, dan gagal nafas. Berat ringannya respon peradangan

lebih banyak bergantung pada pH cairan yang diaspirasi dibandingkan dengan factor-

faktor lain. Pneumonitis akibat aspirasi selalu terjadi apabilaa pH dari zat yang

diaspirasi 2,5 atau kurang. Pneumonitis akibat aspirasi memiliki 3 bentuk tersering ,

yaitu (Lorraine, 2005:809) :

1. Kesembuhannya cepat (biasanya bila jumlah zat yang diaspirasi sedikit atau bersifat

basa)

2. Berkembang cepat menjadi sindrom distress pernafasan akut.

3. Superinfeksi oleh bakteri

Pneumonia bakterial yang berkembang sebagian oleh bahan kimia akibat reaksi

caairan gaster dan sebagian lagi akibat superinfeksi bacterial yang timbul stelah

beberapa hari dari organisme yang mungkin hidup di mulut atau di lambung. Aspirasi

isi gaster paling sering terjadi selama dianestesi atau setelah dianestesi (khususnya pada

pasien obsetri dan setelah bedah darurat karena gangguan pada saat persiapan operasi) ,

pada bayi, dan pada beberapa pasien dengan depresi refleks muntah dan batuk. Paling

penting, pasien-pasien ini harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret

orofaring dapat keluar dari mulut. (Lorraine, 2005:809)

15

Page 16: KTI ami ;;)

Bahan kimia lain yang memicu pneumonia aspirasi yaitu hidrokarbon seperti polis

peralatan rumah, minyak tanah, cairan arang yang lebih ringan, dan bensin kadang-

kadang tidak sengaja tertelan oleh anak kecil. Bensin dapat teraspirasi oleh anak kecil

belasan tahun yang beupaya menyedot bensin. Makin encer senyawa hidrokarbon

makin tinggi penguapannya ,makin besar toksisitasnya terhadap paru. Hidrokarbon

mungkin teraspirasi saat penelanan, muntah, atau sonde lambung.hidrokarbon

berviskositas rendah memungkinkannya mengalir dari hipofaring ke dalam

laring.Hidrokarbon berinteraksi dengan surfaktan paru, mengakibatkan kolaps

alveolus.Makrofag alveolus dapat juga terkena jejas.Pasca penelanan segera terjadi batu

dan muntah. Dalam beberapa jam mungkin terjadi kenaikan suhu (38-40 0C). Tanda-

tanda paru bisa berupa dyspnea, resonansi pada perkusi berkurang, suara pernapasan

melemah atau bronkial dan krepitasi.Hipoksemia dan sianosis yang disebabkan oleh

radang dan edema.Pasien mengantuk, kejang-kejang dan koma dapat terjadi dan

kadang-kadang mendominasi perjalanannya. (David, 1998: 1489)

Bahan lain yang menimbulkan pneumonia aspirasi ialah lipoid. Pemberian lipoid

atau bahan makanan minyak dengan cara dan posisi tubuh yang salah. Misalnya saat

memaksa anak memakan minyak ikan, lemak binatng yang dicairkan dan lain-lain.Susu

yang teraspirasi pada bayi, pengkilap bibir yang digunakan berlebihan bisa

menimbulkan pneumonitis.Reaksinya mulai sebagai radang proliferative interstisial,

dan mungkin ada pneumonia eksudatif.Pada stadium kedua ada fibrosis proliferative,

kronis, difus, dan kadang-kadang ditumpangi oleh bronkopneumoni infeksius akut.Pada

stadium ketiga ada banyak nodulus yang terlokalisasi. (David, 1998: 1490)

Inhalasi nitrogen oksida juga menyebakan pneumonitis terutama pada pekerja

pengisi gudang dimana terdapat gas nitrogen oksida dalam gudang yang baru saja diisi

terutama pada gudang jagung. Asam nitrit dan nitrat terbentuk bila gas-gas ini larut ,

dapat menimbulkan luka bakar berat diseluruh epitel pernapasan. (David, 1998: 1492)

c. Sindrom aspirasi berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau

cairan bukan asam (misalnya, karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan)

yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila yang diaspirasi adalah bahan padat, maka

gejala yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya di

16

Page 17: KTI ami ;;)

dalam saluran pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut dalam bagian atas trakea,

akan menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat.

Bila bahan tersebut tidak bisa dikeluarkan dengan jari maka lakukan trakeotomi

( krikotirotomi ). Jika bahan (misalnya kacang) tersangkut pada bagian saluran

pernapasan yang kecil, tanda dan gejala yang timbul dapat berupa batuk kronik dan

infeksi berulang. Pengobatan mengeluarkan bahan yang tersangkut biasanya dengan

bronkoskopi. (Lorraine, 2005:809)

Pneumonia aspirasi bisa terjadi pada bayi yang terinhalasi cairan amnion yang

mengandung meconium pada kandungan yang menderita gawat janin, pada bayi

dismaturitas ( kecil untuk masa kehamilan ), serta neonates lebih bulan. Biasanya bayi

lahir dengan afiksia disertai riwayat resusitasi aktif. Tanda sindrom gangguan

pernapasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. Kadang-kadang

terdengar ronki pada kedua paru.Bergantung pada jumlah meconium yang terinhalasi,

mungkin terlihat emfisema.Kejadian ini merupakan 10-20% dari seluruh kehamilan.

(IKA UI, 1985:1088)

1.7 Prosedur Diagnostik Pada Penyakit Pernapasan

Teknik Radiologi

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya

sinar-X, karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat bersinar-sinar.Jaringan

lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, serta diafragma lebih

sukar ditembus sinar-X dibandingkan parenkim paru sehingga bagian-bagian tubuh ini

tampak lebih padat pada radiogram. (Lorraine, 2005:756)

Radiografi Dada Rutin

Pemeriksaan radiograf dada rutin dilkaukan pada satu jarak standar setelah inspirasi

maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diafragma. Radiograf diambil dengan

sudut pandang posteroanterior dan kadang juga diambil dari sudut pandang lateral dan

melintang. Radiograf yang dihasilkan memberikan informasi berikut (Lorraine, 2005:756) :

17

Page 18: KTI ami ;;)

1. Status rangka toraks termasuk iga-iga, pleura dan kontur diafragma dan saluran napas

atas pada waktu memasuki dada

2. Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta,

kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus.

3. Tekstur dan derajat aaerasi parenkim paru.

4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis dan

daerah konsolidasi.

Tomografi Komputer (CT scan)

Tomografi computer (CT scan) merupakan satu teknik radiologic yang serangkaian

radiografnya, masing-masing merupakan gambaran dari suatu “irisan paru” yang diambil

sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu gambaran yang cukup rinci. CT scan

berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama

bronkus, menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus, tumor, struktur vascular)

dan secara umum untuk mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang

terdapat pada paru dan jaringan toraks lain. (Lorraine, 2005:757)

Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) menggunakan resonansi magnetic sebagai

sumber energy untuk mengambil gambaran potongan melintang tubuh.MRI khususnya

digunakan dalam mengevaluasi penyaakit pada hilus dan mediastinum. (Lorraine,

2005:757)

Ultrasound

Ultrasound tidak berguna dalam mengevaluasi penyakit parenkim paru. Namun,

ultrasound dapat membbantu mendeteksi cairan pleura yang akan timbul dan sering

digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada

torakosentris. (Lorraine, 2005:757)

Angiografi Pembuluh Paru

18

Page 19: KTI ami ;;)

Pola dan aliran arteria pulmonalis dapat didemonstrasikan dengan menyuntikkan cairan

radioopak melalui kateter yang dimasukkan lewat vena lengan ke dalam atrium kanan,

ventrikel kanan, lalu ke dalam arteria pulmonalis utama. Teknik ini untuk menentukan

lokasi emboli massif atau untuk menentukan derajat infark paru.Resiko utama yang dapat

terjadi pada angiografi adalah timbulnya aritmia jantung saat kateter dimasukkan ke dalam

bilik jantung. (Lorraine, 2005:757)

Pemindaian Paru

Pemindaian paru dengan memakai isotope dan teknik ini lebih aman dibandingkan

dengan angiografi.Pemindaian perfusi dilakukan dengan penyuntikan mikrositer albumin.

Gambarannya hampir selalu abnormal pada embolisme (daerah yang tidak mengandung

radioaktif), tetapi tidak spesifik karena kelainan ini juga ditemukan pada keadaan lain

seperti emfisema dan pneumonia. Pemindaian ventilasi memanfaatkan inhalasi bolus gas

radioaktif, biasanya memakai xenon-133.Pemindaian ventilasi paru biasanya tampak

normal pada embolisme, tetapi tampak abnormal pada infark, peneumonia, dan emfisema.

(Lorraine, 2005:757)

Bronkoskopi

Bronkoskopi merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea

dan cabang-cabang utamanya.Cara inu sering digunakan untuk memastikan diagnostic

karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk mengangkat benda

asing.Bronkoskopi konvensional berupa suatu pipa logam berlubang dengan system lensa

cermin berlampu.Pipa ini dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam percabangan

trakeobronkial sesudah pasien diberi anestesi local.Sesudah menjalani bronkoskopi, pasien

yang bersangkutan tidak boleh makan atau minum selama paling tidak 2-3 jam, yaitu

sampai refleks muntah timbul lagi. (Lorraine, 2005:758)

Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari saluran pernapan bagian

atas atau bawah dengan menggunakan teknik endoskopi yang memakai laringoskop atau

bronkoskop.(Lorraine, 2005:758)

19

Page 20: KTI ami ;;)

Pemeriksaan Sputum

Warna, sputum, dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.Waktu terbaik

pengumpulan sputum adalah segera sesudah bangun karena sekresi bronkus yang abnormal

cenderung tertimbun saat tidur.(Lorraine, 2005:759)

Pemeriksaan Uji Fungsi Paru

Dengan menggunakan spirometri.Spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur

volume paru statik dan dinamik seseorang dengan alat spirometri. (Lorraine, 2005:759)

Volume paru statik adalah volume udara di dalam paru yang bersifat statis

pemeriksaannya tanpa dibatasi waktu.(Lorraine, 2005:759)

I. Volume Paru

1. Volume alun napas VAN (volume tidal=VT), yaitu junlah udara yang masuk ke

dalam dan keluar dari paru pada pernapasan biasa. Seorang normal dengan berat 70

kg dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai isi alun napas sebesar 500 ml.

2. Volume cadangan inspirasi (VCI)/ inspirasi reseve volume (IRV), yaitu jumlah udara

yang masih dapat masuk ke paru pasca inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.

Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 2500 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) / expiratory reserve volume/ERV, yaitu volume

udara yang masih bisa dikeluarkan setelah inspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan

berat badan 70 kg besarnya sekitar 1500 ml.

4. Volume residu(VR)/residual volume(RV) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru

setelah ekspirasi maksimal. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya

sekitar 1500 ml.

II. Kapasitas Paru

1. Kapasitas Vital

Jumlah udara yang dapat dikeluarkan maksimal setelah inspirasi maksimal

(VCI+VAN+VCE) besarnya 4600 cc.

Ada 2 macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya:

20

Page 21: KTI ami ;;)

Kapasitas Vital (KV) : udara yang dikeluarkan maksimal sesudah inspirasi

maksimal. Aktifitas pernapasannya tanpa kekuatan .

Kapasitas Vital Paksa (KVP) : pemeriksaan dilakukan dengan aktifitas

pernapasan maksimal, aktifitas pernapasannya dengan kekuatan penuh.

2. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang dapat dihirup maksimal setelah

inspirasi biasa (VAN+VCI) besarnya 3500 cc

3. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) udara yang ada dalam paru setelah ekspirasi

biasa (VCE+VR) besarnya 2300 cc

4. Kapasitas Paru Total (KPT) jumlah udara yang ada di paru pada akhir inspirasi

maksimal (VCI+VAN+VCE+VR) besarnya 5800 cc

Volume paru dinamik pemeriksaannya mempunyai batas waktu yaitu:

1. Volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 yaitu jumlah udara yang bisa dikeluarkan

sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah

inspirasi maksimal.

2. Maximal voluntary ventilation (MVV) Jumlah udara yang bisa dikeluarkan sebanyak-

banyaknya dalam 1 menit dengan bernapas cepat dan dalam secara maksimal.

Analisis Gas Darah

Biasanya digunakan contoh darah arteri untuk analisis gas darah. Arteri radialis (atau

brakialis) sering dipilih karena arteri ini mudah dicapai.Pergelangan tangan diekstensikan

dengan menempatkannya di atas gulungan handuk. Setelah kulit disterilkan, lalu arteri

distabilkan dengan dua jari dari satu tangan sedangkan tangan yang lain menusuk arteria

tersebut dengan alat suntik yang sudah diisi heparin. Setelah 5 ml darah terhisap ke dalam

alat suntik, udara dikeluarkan, dan darah disimpan di atas es dan langsung dibawa ke

laboratorium untuk dianalisis.Hiperventilasi menyebabkan alkalosis respiratorik dan

kenaikan pH darah.Hiperventilasi sering timbul pada asma dan pneumonia dan

menggambarkan usaha tubuh untuk meningkatkan PaO2 dengan usaha membuang CO2

yang berlebihan dari paru. (Lorraine, 2005:766)

21

Page 22: KTI ami ;;)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anamnesa

Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar

yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap

penyakitnya.Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.Prinsip

utama dalam anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan riwayat penyakitnya

dalam kata-katanya sendiri. Dalam karya tulis ini akan dipaparkan bentuk-bentuk

anamnesa yang berkaitan dengan penyakit system pernapasan terutama pneumonia

aspirasi.Informasi yang diperoleh pewawancara disusun menjadi suatu pernyataan

komprehensif mengenai kesehatan pasien. Format penyusunan riwayat penyakit

meliputi (Swartz, 1995:3) :

a. Sumber informasi

Sumber informasi biasanya pasien.Jika pasien memerlukan penerjemah,

sumbernya adalah pasien dan penerjemah.Jika anggota keluarga membantu dalam

dalam wawancara ini, namanya harus dicantumkan dalam satu kalimat.Dalam kasus

pneumonia aspirasi misalnya, sumber informasi bisa dari pasien itu sendiri atau

anggota keluarga. (Swartz, 1995:13)

b. Keluhan utama

Keluhan utama adalah pernyataan singkat pasien yang menjelaskan mengapa ia

mencari bantuan medis. Pewawancara bisa menanyakan “Apa problem yang

membawa anda datang ke rumah sakit?”.Jawaban dari pertanyaan ini merupakan

keluhan utama.(Swartz, 1995:13)

Pada kasus pneumonia aspirasi keluhan utama bisa berupa:

“ sesak napas secara tiba-tiba disertai panas sejak tiga hari yang lalu”

“ sesak napas sejak dua hari yang lalu disertai nyeri menelan”

“ sesak napas sejak dua hari yang lalu disertai batuk dan ingus”

c. Riwayat Penyakit Sekarang

22

Page 23: KTI ami ;;)

Riwayat penyakit sekarang menunjukkan perubahan dalam kesehatan akhir-

akhir ini yang membuat pasien mencari bantuan medis sekarang.Pewawancara

harus bisa mengarahkan pertanyaan pada narasumber terkait dengan keluhan utama

dan gejala spesifik yang ditimbulkan dari penyakit.(Swartz, 1995:13)

Terkait dengan pneumonia aspirasi berarti pasien mengalami masalah dengan

system pernapasan. Beberapa gejala terkait tentang gejala utama penyakit paru

yaitu:

BATUK

Gejala penyakit paru yang paling sering ditemukan.Refleks batuk merupakan

mekanisme pertahanan normal paru-paru yang berfungsi melindungi paru-paru dari

benda asing dan sekresi berlebihan.Batuk adalah suatu ekspirasi paksa yang

terkoordinasi, diselingi dengan penutupan glotis secara berulang-ulang.Otot

ekspirasi berkontraksi melawan glotis yang tertutup sebagian, sehingga

menimbulkan tekanan tinggi di dalam paru-paru.Kalau glotis tiba-tiba membuka,

ada arus udara eksplosif yang membersihkan saluran pernapasan. Bila pasien

mengeluh batuk, penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:

“berapa lama anda menderita batuk?”

“apakah batuknya timbul secara tiba-tiba?”

“apakah batuk Anda berlendir? Jika ya, “Dapatkah Anda memperkirakan jumlah

dahak yang Anda keluarkan?Apa warna dahak tersebut? Apakah dahak Anda

berbau busuk?”

“apakah batuk itu berlangsung untuk waktu yang lama?”

“apakah yang meringankan batuk Anda?”

“apakah batuk itu terjadi setelah makan?”

“apakah batuk itu memburuk dengan posisi tertentu?”

“apakah ada gejala-gejala lain yang berkaitan dengan batuk?....demam?....sakit

kepala?...keringat malam?...nyeri dada?....hidung berair?...sesak napas?....berat

badan turun?....serak?...hilang kesadaran?”

“apakah anda memelihara burung sebagai binatang kesayangan?”

23

Page 24: KTI ami ;;)

Batuk dapat volunteer atau involunter, produktif atau tidak produktif. Batuk

produktif adalah batuk yang mengeluarkan lender atau bahan lain. Pada pneumonia

aspirasi yang teraspirasi mikroorganisme patologik seperti bakteri maka batuknya

produktif kronis. (Swartz, 1995:158)

PRODUKSI SPUTUM

Sputum atau dahak adalah bahan yang dikeluarkan dengan batuk. Ada 4 jenis

sputum yang mempunyai karakteristik yang berbeda (Amirmuslim, 2012:39):

1. Serous : - jernih dan encer, pada edem paru akut

- Berbus, kemerahan, pada alveolar sel kanker

2. Mukoid : - jernih keabu-abuan, pada bronchitis kronik

- Putih kental, pada asma

3. Purulen : - kuning, pada pneumonia

- Kehijauan, pada bronkiektasis, abses paru

4. Rusty (blood-stained) : kuning tua/coklat/merah-kecoklatan seperti warna karat,

pada pneumococcal pneumonia dan edema paru.

Hal yang perlu ditanyakan lebih lanjut mengenai sputum adalah :

Sputum harus dilukiskan berdasarkan warnanya, konsistensinya, jumlah, waktu

terjadinya (pagi,siang,malam), dan ada atau tidaknya darah. Peningkatan produksi

sputum merupakan manifestasi bronchitis yang paling dini.Sputum dapat

mengandung debris sel, mucus, darah, pus, atau mikroorganisme.Sputum yang tidak

terinfeksi tidak berbau, transparan, dan berwarna abu keputihan menyerupai mucus,

disebut mukoid.Sputum terinfeksi mengandung pus dan disebut purulent,

sputumnya mungkin kuning, kehijauan, atau merah. (Swartz, 1995:159)

Tampilan sputum pada pneumonia aspirasi bisa berupa mukopurulen, purulent

berkarat (pneumokokus), atau merah mudan berdarah (Streptokokus atau

Stafilokokus). (Swartz, 1995:160)

HEMOPTISIS

24

Page 25: KTI ami ;;)

Hemoptisis adalah batuk darah.Batuk yang mengeluarkan bekuan darah adalah

gejala yang sangat penting karena sering menunjukkan penyakit berat.Bekuan darah

biasanya berkaitan dengan lesi kavitasi pada paru, tumor paru, atau emboli.Sputum

yang mengandung darah biasanya berkaitan dengan merokok atau infeksi ringan

tetapi dapat pula dijumpai pada tumor atau penyakit yang lebih berat. Bila pasien

mengeluh hemoptisis penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut

(Swartz, 1995:159):

“apakah anda merokok?

“Apakah batuk darah terjadi tiba-tiba ?”

“Apakah batuk darah tersebut terjadi berulang-ulang?”

“Apakah dahaknya mengandung darah, atau memang benar-benar ada bekuan

darah?”

“sudah berapa lama anda melihat darah tersebut?”

“Apa yang menyebabkan batuk darah tersebut?...muntah?...batuk?...nausea?”

“Apakah Anda pernah menderita tuberculosis?”

“Apakah ada riwayat keluarga batuk darah?”

“Apakah baru-baru ini Anda menjalani tindakan pembedahan?”

“Apakah Anda menelan obat ‘pengencer darah’?”

“Apakah Anda mudah mengalami perdarahan?”

“Apakah Anda berkeringat di malam hari?...menderita sesak

napas?....palpitasi?...denyut jantung tidak teratur?....parau?...berat badan

turun?....bengkak atau nyeri di tungkai?”

“Apakah Anda mengalami rasa tidak biasa di dada Anda setelah batuk darah?” jika

ya,”Dimana?”

Untuk wanita yang batuk darah,”Apakah Anda minum pil KB?”

Hemoptysis disebabkan oleh invasi mukosa, nekrosis tumor atau pneumonia di

sebelah distal obstruksi bronkus oleh tumor.Bronchitis mungkin menyebabkan

penyebab tersering hemoptysis.Pneumonia yang disebabkan oleh Pneumococcus

khas menghasilkan sputum yang berwarna seperti karat. (Swartz, 1995:159)

25

Page 26: KTI ami ;;)

SESAK NAPAS

Sesak napas (dyspnea) merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada

perasaan yang tidak nyaman maupun gangguan/kesulitan lainnya saat bernapas

yang tidak sebanding dengan tingkat aktifitas. Rasa sesak napas ini biasanya

diutarakan pasien sebagai kesulitan untuk memperoleh udara segar, rasa terengah-

engah atau kelelahan. (Swartz, 1995:161)

Suatu anmnesis mengenai sesak napas ini harus ditanyakan mengenai awal mula

keluhan, lamanya, progresifitas, variabilitas, derajat beratnya, factor-faktor yang

memperberat/memperingan dan keluhan yang berkaitan lainnya. Tentukan apakah

sesak napas terjadi secara mendadak dan semakin berat dalam waktu beberapa

menit (misalnya akibat pneumotoraks, ventil, emboli paru massif, asma, aspirasi

benda asing) atau terjadi secara bertahap dan semakin memberat secara progresif

dalam waktu beberapa jam atau hari ( akibat pneumonia, asma, PPOK eksaserbasi

akut) atau bahkan memberat dalam waktu beberapa minggu, bulan, atau tahun

(akibat efusi pleura, PPOK, TB Paru, anemia, gangguan otot pernapasan). (Swartz,

1995:161)

Keadaan atau aktifitas apa yang dapat menimbulkan sesak perlu diketahui,

karena dapat memberi petunjuk akan kemungkinan penyebabnya. Pada kasus

pneumonia aspirasi ini sesak yang timbul secara tiba-tiba setelah teraspirasi benda

asing.Kualitas sesak tergantung jenis dan sifat bahan yang teraspirasi.

Kepada semua pasien yang mengeluh sesak napas perlu ditanyakan pertanyaan-

pertanyaan berikut ini (Swartz, 1995:161):

“Sudah berapa lama Anda menderita sesak napas?”

“Apakah sesak napas itu terjadi secara tiba-tiba?”

“Apakah sesak napasnya terjadi secara terus menerus?”

“Apakah sesak napasnya terjadi saat berolahraga?...waktu istirahat?....berbaring

lurus?....duduk?”

“Apa yang membuat sesak napasnya memburuk?Apa yang meredakannya?”

“Apakah sesak napasnya disertai dengan wheezing?...demam?...batuk?....batuk

darah?...nyeri dada?...palpitasi?...parau?”

“Apakah Anda merokok?” jika ya, “Berapa banyak?Sudah berapa lama?”

26

Page 27: KTI ami ;;)

“Apakah Anda pernah terpapar dengan asbes?....semburan pasir?....memelihara

burung merpati?”

SAKIT DADA

Nyeri dada harus diuraikan secara rinci yang mencakup lokasi nyeri serta

penyebarannya, awal mula keluhan, derajat nyeri, factor yang

memperberat/meringankan misalnya efek terhadap pernapasan dan pergerakan.

Sakit dada dapat berasal dari nyeri dinding dada, nyeri pleura, dan nyeri

mediastinum. (Amirmuslim, 2012:40)

NYERI PLEURA.Karakteristik nyeri pleura yaitu bersifat tajam, menusuk, dan

semakin berat bila menarik napas/batuk.Iritasi pleura parietal pada daerah 6 iga

bagian atas dirasakan sebagai nyeri yang terlokalisir, sedangkan iritasi pada pleura

parietal yang meliputi diafragma yang dipersarafi oleh nervus prenikus dirasakan

sebagai nyeri yang menjalar ke leher atau puncak bahu.Enam nervus interkostalis

bagian bawah mempersarafi pleura parietal bagian bawah dan lapisan luar

diafragma sehingga nyeri pada daerah ini dapat menjalar ke abdomen bagian atas.

(Amirmuslim, 2012:40)

NYERI DINDING DADA. Nyeri dinding dada dapat terjadi akibat adanya

gangguan pada saluran napas maupun kelainan musculoskeletal.Nyeri yang timbul

mendadak dan terlokalisir setelah mengalami batuk-batuk yang hebat atau trauma

langsung menunjukkan adanya injury pada otot-otot intercostal ataupun fraktur

iga.Nyeri dada sering terjadi pada pasien herpes zoozter dan kompresi pada radiks

nervus interkostalis (nyeri terlokalisir), asma dan PPOK. (Amirmuslim, 2012:40)

NYERI MEDIASTINUM.Nyeri mediastinum mempunyai ciri-ciri yaitu bersifat

sentral/retrosternal serta tidak berkaitan dengan pernapasan ataupun batuk.Namun

demikian nyeri yang berasal dari trakea dan bronkus akibat infeksi maupun iritasi

oleh debu-debu iritan dapat dirasakan sebagai rasa panas pada daerah retrosternal,

27

Page 28: KTI ami ;;)

yang semakin berat bila pasien batuk.Pada pneumonia aspirasi bisa saja

kemungkinan pasien mengalami nyeri mediastinum. (Amirmuslim, 2012:40)

NAPAS BERBUNYI (WHEEZING)

Wheezing adalah bunyi siulan bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara

yang melalui saluran napas yang sempit.Umumnya terjadi saat ekspirasi, namun

pada keadaan yang berat dapat terdengar baik pada ekspirasi maupun

inspirasi.Pasien sering menggambarkan wheezing sebagai bunyi yang mendesir

akibat adanya secret pada saluran napas atas.Wheezing sering didapatkan pada

pasien asma dan PPOK. (Amirmuslim, 2012:40)

SIANOSIS

Sianosis biasanya ditemukan oleh anggota keluarga.Sianosis sentral terjadi

karena tidak memadainya pertukaran gas di dalam paru-paru yang menyebabkan

penurunan oksigenasi arterial secara bermakna.Perubahan warna menjadi kebiruan

paling baik dilihat pada membrane mukosa mulut (misalnya frenulum) dan

bibir.Sianosis perifer disebabkan oleh ekstraksi oksigen yang berlebihan di bagian

perifer.Keadaan ini terbatas pada sianosis ekstremitas (misalnya jari tangan, jari

kaki, hidung).(Swartz, 1995:162)

Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut (Swartz, 1995:162):

“Dimana letak sianosis tersebut?”

“Sudah berapa lama Anda mengalami sianosis tersebut?”

“Apakah Anda mengetahui bahwa Anda menderita penyakit paru?...penyakit

jantung?...penyakit darah?”

”Apa yang membuat sianosisnya menjadi lebih berat?”

“Apakah ada keluhan lain yang berkaitan seperti sesak

napas?...batuk?....perdarahan?”

“Jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan?”

“Apakah ada anggota keluarga lain yang menderita sianosis tersebut?”

28

Page 29: KTI ami ;;)

Pada kasus pneumonia aspirasi misalnya beberapa pekerja seperti tukang las

listrik, menghirup kadar toksik gas nitrogen yang dapat menimbulkan sianosis

dengan methemoglobinemia. (Swartz, 1995:163)

GEJALA-GEJALA LAIN

Disamping gejala utama penyakit paru yang disebut di atas, ada gejala-gejala

lain yang jarang ditemukan, mencakup:

Stridor (pernapasan yang bising)

Perubahan suara

Pembengkakan mata kaki (edema tergantung)

Stridor merupakan jenis kasar dari pernapasan yang berisik dan biasanya

berkaitan dengan obstruksi bronkus utama yang terjadi karena aspirasi.Perubahan

suara dapat terjadi karena peradangan pita suara atau gangguan pada nervus

recurrent laringeus.Pembengkakan mata kaki adalah suatu manifestasi edema

tergantung, yang berkaitan dengan gagal jantung kanan, penyakit ginjal, penyakit

hati, atau sumbatan aliran vena.Bila keadaanya memburuk, akumulasi cairan

abnormal menimbulkan edema umum, yang dikenal sebagai anasarka.(Swartz,

1995:163)

d. Riwayat Medis Yang Lalu

Riwayat penyakit yang lalu adalah penilaian kesehatan pasien secara

keseluruhan sebelum penyakit sekarang ini. Riwayat ini mencakup (Amirmuslim,

2012:13) :

Keadaan kesehatan umum

Penyakit yang lalu

Cedera

Perawatan di rumah sakit

Pembedahan

Alergi

Imunisasi

29

Page 30: KTI ami ;;)

Penyalahgunaan zat

Diet

Pola tidur

Obat-obat yang sedang digunakan

Sebagai pengantar riwayat medis yang lalu pewawancara dapat

menanyakan ,”Bagaimana keadaan kesehatan Anda di masa lalu?” Jika pasien tidak

memberikan jawaban yang spesifik tetapi hanya mengatakan, misalnya “Sangat

baik” atau “cukup baik” , pewawancara dapat menanyakan “Apa arti sangat (atau

cukup) baik bagi Anda?” (Amirmuslim, 2012:13)

Riwayat penyakit yang lalu seharusnya mencakup pernyataan mengenai

penyakit pada masa anak-anak dan dewasa.Pada kasus pneumonia aspirasi bisa saja

pasien sebelumnya melakukan operasi dan secara tidak sadar terjadi aspirasi isi

lambung.Atau bisa saja pasien teraspirasi mikroorganisme seperti Streptokokus atau

Pneumokokus selama perawatan di rumah sakit dan lain-lain. (Amirmuslim,

2012:13)

e. Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan

Riwayat pekerjaan dan lingkungan mempertimbangkan pemaparan dengan zat-

zat atau lingkungan yang secara potensial dapat menimbulkan penyakit. Lama

bekerja dan aktifitas yang tepat harus ditanyakan. Pemakaian alat pelindung dan

praktek-praktek kebersihan dan juga pekerjaan di daerah yang berdekatan harus

ditanyakan.Perlu juga ditanyakan apakah pasien pernah bermukim di daerah

pertambangan, peternakan, pabrik, atau galangan kapal.(Amirmuslim, 2012:16)

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengenai pemaparan di tempat kerja dan di

lingkungan harus ditanyakan pada semua pasien:

“Jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan?”

“Anda melakukan pekerjaan ini sudah berapa lama?”

“Ceritakanlah tentang pekerjaan Anda.”

30

Page 31: KTI ami ;;)

“Apakah Anda terpapar dengan bahan berbahaya?”Apakah Anda pernah memakai

alat pelindung?”

“jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan sebelum pekerjaan sekarang ini?”

“Dimana Anda tinggal?...Sudah berapa lama?”

“Apakah Anda pernah tinggal di dekat pabrik, galangan kapal, atau fasilitas lain

yang potensial berbahaya?”

“Apakah ada salah seorang anggota keluarga Anda yang pernah bekerja dengan

bahan-bahan berbahaya yang dapat dibawanya ke rumah?”

“Apa jenis hobi Anda? Hobi ini menyebabkan Anda terpapar dengan zat apa?”

Pada kasus pneumonia aspirasi, riwayat pekerjaan dan lingkungan sangat

penting ditanyakan untuk memperkuat penegakan diagnose pasien karena aspirasi

berkaitan erat dengan pemaparan zat-zat asing dari lingkungan luar.

f. Informasi Biografis

Informasi biografis adalah pernyataan mengenai tanggal, tempat lahir, jenis

kelamin, ras, dan latar belakang etnis. (Amirmuslim, 2012:17)

g. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga memberi informasi mengenai kesehatan seluruh keluarga,

hidup atau mati.Harus diberikan perhatian khusus terhadap kemungkinan aspek

genetic dan lingkungan dari penyakit yang mungkin berdampak terhadap

pasien.Umur dan kesehatan semua anggota keluarga dekat harus dicatat.

(Amirmuslim, 2012:17)

h. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial memberikan informasi pendidikan, pengalaman hidup, dan

hubungan pribadi pasien.Pernyataan mengenai pengetahuan pasien tentang gejala-

31

Page 32: KTI ami ;;)

gejala dan penyakitnya mengganggu waktu kerja pasien?Apa pengertian pasien

mengenai gejala-gejala penyakitnya? Apakah ia memikirkan masa depan?

(Amirmuslim, 2012:17)

i. Tinjauan Sistem

Tinjauan system meringkas semua gejala dalam bentuk system-sistem tubuh

yang mungkin terlupakan dalam riwayat penyakit-penyakit sekarang atau riwayat

medis yang lalu. Pasien diberitahukan bahwa mereka akan ditanya apakah pernah

mempunyai gejala tertentu, dan mereka hanya menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’. Jika

jawabannya ‘ya’, sebaiknya diajukan pertanyaan langsung selanjutnya.

Pewawancara dapat menyatakan dalam riwayat penyakit tertulis atau presentasi

verbalnya bahwa “ Pasien mempunyai jawaban positif terhadap tinjauan system”.

Perhatikan semua hal spesifik yang terkaitdengan penyakit pasien. (Amirmuslim,

2012:17)

Menurut perjanjian kalau pemeriksaan system disebutkan atau dituliskan, semua

gejala yang dialami pasien dituliskan pada kesempatan pertama.Gejala positif

terkait adalah gejala-gejala yang mungkin mempunyai relevansi dengan penyakit

sekarang.Gejala negative terkait adalah gejala-gejala yang tidak ada tetapi mungkin

sering berkaitan dengan penyakit sekarang. (Amirmuslim, 2012:20)

Jika informasi pada tinjauan system telah diuraikan sebelumnya di riwayat

penyakit sekarang, dibawah tinjauan system gejala itu tuliskanlah, “Lihat riwayat

penyakit sekarang.” (Amirmuslim, 2012:20)

2.2 Pemeriksaan Fisik

Untuk dapat melakukan pemeriksaan fisis paru dengan baik perlu dipelajari

mengenai dinding dada dan paru. (Amirmuslim, 2012:40)

Menentukan Lokasi Pada Dinidng Dada

32

Page 33: KTI ami ;;)

Lokasi kelainan pada dinding dada dapat ditentukan dalam 2 dimensi yaitu

sepanjang aksis vertical dan sepanjang lingkar dada. (Amirmuslim, 2012:40)

Penentuan lokasi berdasarkan aksis vertical dilakukan dengan menghitung sela

iga.Angulus sternalis Ludovici dapat dijadikan pedoman dalam menghitung sela

iga.Untuk mengidentikfikasi angulus sterni ini pertama-tama letakkan jari pada

suprasternal notch, kemudian gerakkan jari ke caudal kira-kira 5 cm untuk

mendapatkan angulus sterni tersebut yang merupakan penonjolan (sudut) yang

dibentuk oleh manubrium sterni dan corpus sterni. Dengan menggerakkan jari kea

rah lateral akan didapatkan perlengketan iga ke dua pada sternum. Selanjutnya

dengan menggunakan dua jari dapat dihitung sela iga satu persatu dengan arah

oblique.Pada perempuan untuk menghitung sela iga maka payudaraa harus

disingkirkan ke arah lateral. Tujuh rawan iga pertama melekat pada sternum

sedangkan rawan iga ke 8,9 dan 10 melekat pada rawan iga yang berada di atasnya.

Iga ke 11 dan 12 yang merupakan iga melayang bagian anteriornya tidak

mengadakan perlekatan.Ujung rawan iga 11 biasanya dapat diraba pada daerah

lateral, sedangkan ujung iga ke 12 pada daerah posterior. (Amirmuslim, 2012:40)

Untuk menentukan lokasi kelainan pada dada bagian posterior dapat dilakukan

beberapa cara yaitu: 1) Cara yang umum dilakukan yaitu dengan menggunakan

pedoman Processus vertebrae prominens (penonjolan Processus spinosus vertebrae

cervical 7). Dengan melakukan palpasi dapat dihitung processus yang ada

dibawahnya khususnya pada tulang belakang yang lentur; 2) Untuk menentukan

lokasi pada bagian posterior yaitu dengan menggunakan pedoman iga ke 12 sebagai

titik awal penghitungan.Letakkan jari salah satu tangan pada tepi bawah iga ke 12,

kemudian kea rah kranial dihitung sela iga. Cara ini khususnya dapat membantu

menentukan lokasi kelainan pada daerah dada posterior bagian bawah; 3) Cara lain

yaitu dengan menggunakan angulus inferior scapula (yang biasanya terletak pada

iga/sela iga 7) sebagai pedoman penghitungan. (Amirmuslim, 2012:41)

Untuk menentukan lokasi disekitar lingkar dada digunakan beberapa garis

vertical yaitu (Amirmuslim, 2012:41):

Garis midsternal : garis vertical yang melalui pertengahan sternum

Garis midklavikula : garis vertical yang melalui pertengahan klavikula

33

Page 34: KTI ami ;;)

Garis aksilaris anterior : garis vertical yang melalui lipat aksila anterior

Garis midaksilaris : garis vertical yang melalui puncak aksila

Garis aksilaris posterior : garis vertical yang melalui lipat aksila posterior

Garis skapularis : garis vertical yang melalui angulus inferior scapula

Garis vertebralis (midspinalis) : garis vertical yang melalui processus spinalis

vertebrae

Teknik Pemeriksaan

Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dada adalah stetoskop.Pemeriksaan

dada dan paru dapat dilakukan pada pasien dengan posisi berbaring terlentang,

sedangkan pemeriksaan dada dan paru belakang pada pasien dengan posisi duduk.

Pada saat pasien duduk kedua lengannya menyilang pada dada sehingga kedua

tangan dapat diletakkan pada masing-masing bahu kontralateral. (Amirmuslim,

2012:42)

a. Inspeksi

Pada pasien dengan aspirasi pneumonia, hasil inspeksi didapat berupa:

Pucat atau sianosis perifer (pada kuku jari tangan atau pada bibir)

menunjukkan hipoksemia

Retraksi otot-otot intercostal

Kelainan dinding dada mungkin bisa ditemukan parut bekas operasi

Frekuensi napas meningkat sehingga pasien terlihat sesak napas. Frekuensi

pernapasan normal 14-20 kali permenit.

Pola pernapasan cepat dan dangkal (takipnea) serta teratur

Jenis pernapasan bisa berupa pernapasan cuping hidung

Stridor, suara napas yang mendengkur secara teratur. Terjadi karena ada

penyumbatan daerah laring. Suara ini bisa didengar tanpa menggunakan alat

bantu. Yang terbanyak adalah stridor inspiratory.

b. Palpasi

34

Page 35: KTI ami ;;)

Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil palpasi didapat berupa:

Suhu tubuh meningkat

Takikardi

Tactile fremitus meningkat.

Fremitus merupakan hantaran suara dari paru ke telapak tangan.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan

pada permukaan dinding dada, kemudian pasien diminta menyebutkan

angka 77 atau 99, sehingga getaran suara yang ditimbulkan akan lebih jelas.

Bandingkan tactile fremitus secara bertahap dari atas ke tengah dan

seterusnya ke bawah baik pada paru bagian depan maupun belakang. Pada

saat pemeriksaan kedua telapak tangan harus selalu disilang secara

bergantian.

Dapat juga dipalpasi apakah terjadi pembesaran kelenjar getah bening di

supraklavikula, submandibular dan kedua aksila atau tidak.

c. Perkusi

Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding dada

dengan jari-jari sedikit meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut ditekan ke

dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi. Bagian tengah

falang medial tangan kiri tersebut kemudian diketuk dengan menggunakan ujung

jari tengah tangan kanan, dengan sendi pergelangan tangan sebagai penggerak.

Jagan menggunakan poros siku karena akan memberikan ketokan yang tidak

seragam. Sifat-sifat ketokan selain didengar, juga harus dirasakan dengan jari-jari.

(Amirmuslim, 2012:44)

Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil perkusi didapati redup (dull) karena

adanya konsolidasi/infiltrate pada parenkim paru atau pada rongga alveolus. Pada

paru bagian depan dilakukan pemeriksaan perkusi perbandingan secara bergantian

kiri dan kanan (zigzag). Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi yang sonor

pada kedua paru. (Amirmuslim, 2012:44)

35

Page 36: KTI ami ;;)

Pemeriksaan lain yang penting dilakukan pada paru adalah perkusi untuk

menentukan batas paru hati dan paru lambung. Untuk menentukan batas paru hati

dilakukan perkusi sepanjang garis midklavikula kanan sampai didapatkan adanya

perubahan bunyi dari sonor menjadi redup.Perubahan ini menunjukkan batas antara

paru dan hati.Tentukan batas tersebut dengan menghitung mulai dari sela iga ke 2

kanan, dan umumnya didapatkan setinggi sela iga ke 6.Setelah batas paru hati

diketahui selanjutnya dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi.

Pertama-tama pasien dijelaskan mengenai apayang akan dilakukan, kemudian

letakkan 2 jari tangan kiri tepat dibawah batas tersebut. Pasien diminta untuk

menarik napas dalam dan kemudian ditahan, sementara itu dilakukan perkusi pada

ke2 jari tersebut. Dalam keadaan normal akan terjadi perubahan bunyi yaitu dari

yang tadinya redup kemudian menjadi sonor kembali. Dalam keadaan normal

didapatkan peranjakan sebesar 2 jari.(Amirmuslim, 2012:45)

Untuk menentukan batas paru dan lambung dilakukan perkusi sepanjang garis

aksilaris anterior kiri sampai didapatkan perubahan bunyi dari sonor ke

timpani.Biasanya didapatkan setinggi sela iga ke 8.Batas ini sangat dipengaruhi

oleh isi lambung.(Amirmuslim, 2012:45)

Pada paru belakang dilakukan juga pemeriksaan perkusi perbandingan secara

zigzag.Selanjutnya untuk menentukan batas paru belakang bawah kanan dan kiri

dilakukan dengan pemeriksaan perkusi sepanjang garis skapularis kanan dan

kiri.Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi yang sonor pada kedua paru.

Scapula sebaiknya dikesampingkan dulu dengan cara meminta pasien menyilang

kedua lengannya di dada. Biasanya batasnya adalah setinggi vertebrae torakalis 10

untuk paru kiri sedangkan paru kanan 1 jari lebih tinggi.(Amirmuslim, 2012:45)

Daerah aksila dapat diperkusi dengan cara meminta pasien mengangkat

tangannya ke atas kepala. Pemeriksa menaruh jari-jari tangan setinggi mungkin di

aksilla pasien untuk diperkusi.Perkusi pada daerah kronig yaitu daerah supraskapula

seluas 3 sampai 4 jari di pundak.Perkusi di daerah ini sonor.Hilangnya bunyi sonor

36

Page 37: KTI ami ;;)

di daerah ini menunjukkan adanya kelainan pada apeks paru.(Amirmuslim,

2012:45)

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran

udara melalui system trakeobronkial.Pemeriksaan auskultasi ini meliputi

pemeriksaan suara napas pokok, pemeriksaan suara napas tambahan dan jika

didapatkan adanya kelainan dilakukan pemeriksaan untuk mendengarkan suara

ucapan atau bisikan pasien yang dihantarkan melalui dinding dada.Pola suara napas

diuaraikan berdasarkan intensitas, frekuensi serta lamanya fase inspirasi dan

ekspirasi. Auskultasi dilakukan secara berurutan dan selang seling baik paru bagian

depan maupun bagian belakang. (Amirmuslim, 2012:45)

Suara pokok yang normal terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):

Vesicular : suara napas pokok yang lembut dengan frekuensi rendah dimana

fase inspirasi langsung diikuti dengan fase ekspirasi tanpa diselingi jeda,

dengan perbandingan 3:1. Dapat didengarkan pada hampir kedua lapangan

paru.

Bronkovesikular : suara napas pokok dengan intensitas dan frekuensi yang

sedang, dimana fase ekspirasi menjadi lebih panjang sehingga hampir

menyamai fase inspirasi dan diantaranya kadang-kadang dapat diselingi

jeda. Dalam keadaan normal bisa didapatkan pada dinding anterior setinggi

sela iga 1 dan 2 serta daerah interskapula.

Bronkial : suara napas pokok yang keras dan berfrekuensi tinggi, dimana

fase ekspirasi menjadi lebih panjang dari fase inspirasi dan diantaranya

diselingi jeda. Terjadi perubahan kualitas suara sehingga terdengar seperti

tiupan dalam tabung. Dalam keadaan normal dapat didengar pada daerah

manubrium sterni.

Trakeal : suara napas yang sangat keras dan kasar, dapat didengarkan pada

daerah trakea.

37

Page 38: KTI ami ;;)

Amforik : suara napas yang didapatkan bila terdapat kavitas besar yang

letaknya perifer dan berhubungan dengan bronkus, terdengar seperti tiupan

dalam botol kosong.

Dalam keadaan normal suara napas vesicular yang berasal dari alveoli dapat

didengar pada hampir seluruh lapangan paru. Sebaliknya suara napas bronkial tidak

akan terdengar karena getaran suara yang berasal dari bronkus tersebut tidak dapat

dihantarkan ke dinding dada karena dihambat oleh udara yang terdapat di dalam

alveoli. Dalam keadaan abnormal mislanya pada pneumonia dimana alveoli terisi

infiltrate maka udara didalamnya akan berkurang atau menghilang. Infiltrate yang

merupakan penghantar getaran suara yang baik akan menghantarkan suara bronkial

sampai ke dinding dada sehingga dapat terdengar sebagai suara napas

bronkovesikuler (bila hanya sebagian alveoli yang terisi infiltrate) atau bronkial

(bila semua alveoli yang terisi infiltrate). (Amirmuslim, 2012:46)

Suara napas tambahan terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):

Ronki basah (crackles atau rales) : suara napas yang terputus-putus, bersifat

nonmusical, dan biasanya terdengar pada saat inspirasi akibat udara yang

melewati cairan dalam saluran napas. Ronki basah lebih lanjut dibagi

menjadi ronki basah halus dan kasar tergantung besarnya bronkus yang

terkena. Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus,

sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut

krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi terutama

dapat didengar pada fibrosis paru. Sifat ronki basah ini dapat bersifat

nyaring (bila ada infiltrate mislanya pada pneumonia) ataupun tidak nyaring

(pada edema paru)

Ronki kering : suara napas kontinu, yang bersifat musical, dengan frekuensi

yang relative rendah, terjadi karena udara mengalir melalui saluran napas

yang menyempit, misalnya akibat adanya secret yang kental. Wheezing

adalah ronki yang kering yang frekuensinya tinggi dan panjang biasanya

terdengar pada serangan asma.

38

Page 39: KTI ami ;;)

Bunyi gesekan pleura (pleura friction rub) : terjadi karena pleura parietal

dan visceral yang meradang saling bergesekan bergesekan satu dengan yang

lainnya. Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.

Hippocrates succession : suara cairan pada rongga dada yang terdengar bila

pasien digoyang-goyangkan. Biasanya didapatkan pada pasien

hidropneumotoraks.

Pneuomothorax click : bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan saat

kontraksi jantung, terjadi bila didapatkan adanya udara diantara kedua

lapisan pleura yang meliputi jantung.

Bunyi Hantaran Suara

Bila pada pemeriksaan auskultasi didapatkan adanya bising napas

bronkovesikuler atau bronkial, maka pemeriksaan dilanjutkan untuk menilai

hantaran bunyi suara.Stetoskop diletakkan pada dinding dada secara simetris,

kemudian pasien diminta untuk mengucapkan 99. Dalam keadaan normal suara

yang dihantarkan ke dinding dada tersebut akan menjadi tidak jelas. Bila suara

yang terdengar menjadi lebih jelas dankeras disebut bronkoponi. Pemeriksaan

dengan cara ini disebut pemeriksaan auditory fremitus.(Amirmuslim, 2012:46)

Pasien diminta juga untuk mengucapkan “ee” dimana dalam keadaan normal

akan terdengar suara E panjang yang halus. Bila suara “ee” terdengar sebagai “ay”

maka perubahan “E” menjadi “A” ini disebut egofoni, misalnya pada pneumonia.

Pasien kemudian diminta untuk berbisik dengan mengucapkan kata 99.Dalam

keadaan normal suara berbisik itu terdengar halus dan tidak jelas. Bila suara

berbisik tersebut semakin jelas dan keras disebut whispered pectoriloquy.

(Amirmuslim, 2012:46)

2.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sputum ditemukannya kuman saluran napas normal, pewarnaan

gram yang menunjukkan adanya banyak neutrophil dan kuman campuran.Selain

39

Page 40: KTI ami ;;)

pemeriksaan sputum, pemeriksaan darah perifer lengkap.Jika pneumonia teraspirasi

mikroorganisme seperti virus dan mikoplasma umumnya ditemukan lekosit dalam batas

normal atau sedikit meningkat.Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan

leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan

PMN.Leukopenia (<5000/ mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.Leukositosis

hebat hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada

keadaan bakteremi, dan resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.Terkadang juga

ditemukan eosinophilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel PMN

berkisar antara 300-100.000/mm3, protein >2,5 g/dl, dan glukosa relative lebih rendah

daripada glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah

yang meningkat.Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak

dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti. (Mardjanis,

2010:358)

2.4 Pemeriksaan Penunjang Rontgen Toraks

Pada pasien aspirasi makanan dan vomitus didapati hasil rontgenogram dada

menunjukkan adanya infiltrate alveolar, dan kadang-kadang, infiltrate retikuler yang

dapat bersifat setempat namun seringkali lebih luas dan bilateral. Pada pneumonia

lipoid rontgenogram menunjukkan kenaikan densitas hilus yang menyebar ke semua

arah, terutama lobus kanan atas.Pada sindrom aspirasi meconium pemeriksaan foto

rontgen toraks yang menunjukkan gambaran infiltrasi kasar dikedua paru dan disertai

dengan bagian yang mengalami emfisema. (David, 1998:1489-1490)

Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari (Mardjanis, 2010:360) :

Infiltrate interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler,

peribronchial cuffing, dan hiperaerasi

Infiltrate alveolar , merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.

Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau

terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,

40

Page 41: KTI ami ;;)

berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal

sebagai round pneumonia.

Bronkopneumonia , ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,

berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,

disertai dengan penigkatan corakan peribronkial.

Gambaran Anteroposterior dan lateral radiologis menunjukkan gambaran radio

opak sebuah benda asing dari larink sampai karina.

Gambar A. Gambar anteroposterior seorang anak laki laki usia 2 tahun yang

mengalami gejala batuk tiba tiba, dijumpai air trapping pada dada kanan dan

pergeseran mediastinum ke kiri. B. Dengan Rigid bronkoskopi dijumpai kacang

pada cabang bronkus kanan

2.5 Diagnosa Kerja

Diagnose kerja didapat setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik ,

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien. Pada kasus ini

41

Page 42: KTI ami ;;)

pasien di diagnose menderita gangguan jaringan parenkim paru akibat teraspirasinya

benda asing yang dikenal dengan istilah Pneumonia Aspirasi.Diagnosis ini ditegakkan

berdasarkan gambaran klinis yang menyokong adanya pneumonia aspirasi, dijumpainya

kuman saluran napas normal pada sputum, pewarnaan Gram yang menunjukkan adanya

bahan neutrophil dan kuman campuran.Umumnya pasien datang 1-2 minggu sesudah

aspirasi, dengan keluhan demam menggigil, nyeri pleuritik, batuk dan dahak purulent

berbau (pada 50% kasus). Terdapat leukositosis, LED meningkat, foto dada

menunjukkan gambaran infiltrate pada segmen paru unilateral yang dependen serta

mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura. Secara umum predictor yang paling kuat

adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori berikut

: takipnea, batuk, napas cuping hidung, ronki , retraksi, dan suara napas melemah. (Zul

Dahlan, 2009:2208)

2.6 Differential Diagnosa (DD)

1. Asthma Bronchiale

Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di atas usia 2

tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang menderita bronchiolitis setelah

agak besar menjadi penderita asthma.

Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :

-          Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik

-          Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic

-          Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi saluran

pernapasan bagian atas.

-          Ekspirasi yang sangat memanjang

-          Ronchi lebih terbatas

-          Pulmonary inflation lebih ringan

-          Laboratoris ditemukan eosinophilia

-          Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.

2. Bronchiolitis akut

-          inflamasi di bronkiolus

42

Page 43: KTI ami ;;)

-          menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun

-          karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing

-          ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru

-          Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar, penekanan

diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada

fotolateral.

3.      Bronchitis Acuta

-          Terjadi di bronchus

-          Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronchi : basah,

kasar.

-          Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.

4. Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada

umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejala–gejala obstruksi bronkiolus.

Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi,

dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto dada.

5. Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke

paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.

Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau

penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.Penyebab bronkitis

infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri

(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).

Gejalanya berupa:

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)

bengek

lelah

pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

43

Page 44: KTI ami ;;)

pipi tampak kemerahan

sakit kepala

gangguan penglihatan.

6.Payah Jantung

Suatu keadaan di mana jantung sudah tidak mampu lagi memberikan darah kaya oksigen ke

organ-organ tubuh yang membutuhkan. Gejalanya pada fase awal, penderita akan merasakan

mudah lelah dan sesak (tersengal-sengal) pada waktu melakukan aktivitas fisik yang berat.

Kadangkala penderita terbangun tengah malam karena sesak dan membaik setelah duduk

beberapa saat. Pada fase lebih lanjut keluhan tersebut lebih berat sehingga waktu istirahat pun

penderita merasa sesak nafas. Selain gejala diatas pada umumnya penderita juga mengalai

pembengkakan kaki yang akan berkurang bila kaki diletakkan paa posisi lebih tinggi.

7. Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat

dangkal.

8. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinis tuberkulosis

dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang

terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat

hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain akan sesuai dengan organ

yang terlibat ). Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa

juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis

antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan

berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai

tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada

kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya

terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up

44

Page 45: KTI ami ;;)

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia aspirasi tergantung jenis bahan yang teraspirasi

misalnya pada kasus :

Aspirasi bahan makanan dan vomitus

Tindakan profilaksis penting dilakukan.Harus hati-hati menhindari jumlah

makanan yang membuat lambung menjadi kembung, terutama pada bayi yang

diberi makan dengan sonde. (David, 1998:1488)

Penanganan dengan pengisapan segera jalan napas dan pemberian oksigen

terindikasi untuk aspirasi.Intubasi endotrakea dengan pengisapan dan ventilasi

mekanik sering dilakukan untuk kasus yang berat.(David, 1998:1489)

Aspirasi hidrokarbon

Gejala dan infiltrate radiologis dapat terlambat dan tidak ada penderita yang

boleh dipulangkan dalam waktu kurang dari 6 jam walaupun tidak ada

gejala.Jika kemungkinan besar hidrokarbon berada dalam lambung, isap dengan

nasogastric dengan hati-hati untuk meminimalisir resiko aspirasi paru.Untuk

dyspnea, sianosis, atau pneumonitis bahan kimia, cara-cara pendukung termasuk

oksigen, fisioterapi, dan jika perlu, tekanan jalan napas positif yang kontinu atau

bentuk-bentuk bantuan ventilasi lainnya, merupakan komponen terapi yang

penting.Kejadian infeksi sekunder paru-paru yang terkena biasanya dapat

dengan mudah terdeteksi dengan munculnya kembali demam pada hari ke 3

sampai ke-5 sesudah penelanan dan kemudian dapat dengan tepat diobati

dengan Penisilin G dan tobramisin. (David, 1998:1489)

Aspirasi meconium

Perawatan umum berupa :pengaturan secara adekuat suhu dan kelembaban

lingkungan, pembersihan jalan napas, seluruh cairan lambung harus segera

dibuang untuk menghindarkan kemungkinan aspirasi ulangan, pemberian

oksigen dan NaHCO3, dan pemberian antibiotic kombinasi Penisilin atau

ampisilin dengan gentamisin. (IKA UI,1985:1088)

Pneumonia aspirasi dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan penisilin

5-10 juta U/hr, atau klindamisin 600 mg iv/8 jam bila penisilin tidak mempan

45

Page 46: KTI ami ;;)

atau alergi terhadap penisilin. Bila aspirasi didapat dari rumah sakit diberikan

antibiotic spectrum luas terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya

aminiglikosida dikombinasikan dengan penisilin, sefalosporin generasi 3, atau

klindamisin. AB perlu diteruskan hingga kondisi pasien baik, gambaran

radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi 3-6

minggu. (Zul Dahlan, 2009:2208)

Pencegahan

Pencegahan pneumonia aspirasi yang sangat penting adalah menghindari

teraspirasinya bahan-bahan yang berbahaya secara kimia maupun fisis yang bisa

menghambat jalan napas.Letakkanlah bahan-bahan yang berbahaya tersebut

ditempat yang aman terutama aman dari jangkauan anak-anak.Selain itu sanitasi

lingkungan harus dijaga.

2.8 Komplikasi

Menurut Zul Dahlan, 1998:807 yaitu:

Efusi pleura dan empyema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada

infeksi bacterial akut berupa efusi parapneumonik Gram negative sebesar 60%,

Staphylococcus aureus 50%. S.pneumoniae 40-60%, kuman anerob 35%.

Sedangkan pada Mycoplasma pneumonia sebesar 20%. Cairannya transudate

dan steril. Terkadang pada infeksi bacterial terjadi empyema dengan cairan

eksudat.

Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi

kronik, peninggian ureum dan enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian

fosfatase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatic.

Hipoksemia akibat gangguan difusi.

Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6

minggu akibat kuman anaerob S.aureus, dan kuman Gram (-) seperti

Pseudomonasaeruginosa.

46

Page 47: KTI ami ;;)

Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anak-anak tetapi

dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis

atau hipogamaglobulinemia, tuberculosis, atau pneumonia nekrotikans.

2.9 Prognosa

Prognosis pneumonia aspirasi tergantung pada keparahan aspirasi dan sebagian lagi

pada penyakit yang mendasarinya.Kebanyakan penderita memperagakan pembersihan

infiltrate dalam 2 minggu; angka mortalitas untuk penderita dengan aspirasi massif

besarnya sekitar 25%. (David, 1998: 1489)

47

Page 48: KTI ami ;;)

BAB III

DISKUSI / PEMBAHASAN

Pneumonia aspirasi merupakan teraspirasinya benda asing ke dalam saluran

pernapasan dan dapat terjadi pada semua usia namun kejadian yang cukup sering

terjadi pada anak di bawah 3 tahun (80%) serta kejadian ini lebih sering terjadi pada

anak laki-laki daripada anak perempuan (3:1). Factor resiko terjadinya aspirasi pada

anak bisa ditinjau dari struktur saluran pernapasan anak yang belum sempurna sehingga

memudahkan benda asing masuk ke dalam saluran ini. Benda asing yang masuk ke

dalam saluran pernapasan akan menghambat aliran udara dari dan ke paru. Besar

kecilnya defek yang terlihat tergantung dari jenis dan bahan yang diaspirasikan serta

adaptasi tubuh terhadap agen tersebut.Benda asing yang masuk ke dalam saluran

pernapasan tersebut bisa dibedakan berdasarkan asal (eksogen dan endogen), jenis

(organic dan anorganik), dan sifatnya.Pada umumnya benda asing tersebut dapat

dikeluarkan secara refleks dengan batuk atau muntah. Namun jika tidak bisa

dikeluarkan dengan refleks tersebut, bahan yang teraspirasi masuk ke saluran

pernapasan bahkan sampai di jaringan parenkim paru sehingga terjadi konsolidasi

makrofag, eritrosit,fibrin dan lekosit PMN untuk melawan agen yang masuk. Sehingga

jika di rontgen toraks secara umum terlihat gambaran infiltrate pada lapang pandang

paru sebelah kanan atas atau keseluruhan lapang pandang paru. Paru sebelah kanan

cabang bronkusnya lebih curam sehingga benda asing lebih mudah masuk ke bagian

paru kanan.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil inspeksi berupa sianosis, pucat,

retraksi, takipnoe, napas cuping hidung ataupun stridor.Pada palpasi bisa ditemukan

suhu tubuh panas, takikardi, fremitus taktil meningkat.Pada perkusi dapat ditemukan

bunyi redup pada dinding dada daerah paru karena adanya konsolidasi di daerah

tersebut. Pada auskultasi dapat didengar ronki basah halus ataupun kasar, bronkofoni,

egofoni, maupun whispered pectoriloquy. Sangat penting menganamnesa dengan baik

karena sebagian besar informasi penyakit bisa didapat dari hasil anamnesa saja.Pada

kasus aspirasi sangat penting sekali menanyakan pekerjaan, lingkungan, serta kegiatan

pasien sebelum mengeluh sakit disamping menanyakan keluhan utama.Manajemen

48

Page 49: KTI ami ;;)

yang penting adalah mengeluarkan benda asing sesegera mungkin dari saluran

pernapasan dengan mengaktifkan refleks batuk atau muntah.Apabila tindakan tersebut

tidak berhasil bisa dilakukan dengan bronkoskopi atau torakotomi.

49

Page 50: KTI ami ;;)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumonia aspirasi merupakan variable penting, berkaitan dengan morbilitas,

mortilitas dan biaya perawatan pada penderita yang dirawat di rumah sakit terutama

perawatan penderita sakit kronis, antara lain stroke, tumor otak dan bila memungkinkan

dihindari factor resiko pada penderita-penderita tersebut.Langkah diagnostic tetap

memakai metode anamnesa diagnosa fisik.Pemakaian antibiotic dipilih secara empiric.

4.2 Saran

Diadakan pelatihan dan penyegaran tentang pneumonia aspirasi,antara lain

penanganan, pengobatan dan cara merujuknya bila terjadi Pneumonia Aspirasi.

50

Page 51: KTI ami ;;)

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo,aru.dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta; Interna Publishing

Rahajoe,Nastiti n,dkk.2010.Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta ;IDAI

A.Price,Sylvia,dkk.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume

2.Jakarta;EGC

Behrman,Richard,dkk.1997.Ilmu Kesehatan Anak NelsonVolume 2.Jakarta;EGC

Staf Pengajar IKA FKUI.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta;FKUI

Stein,jay H.1998.Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta;EGC

Bickley,lynn.2009.Buku Ajar Pemeriksaan Fisik& Riwayat Kesehatan Bates.Jakarta;EGC

Staf Pengajar IPD FKUI.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta;FKUI

Malik,amirmuslim.2012.Buku Rancangan Pengajaran Modul Diagnostik Fisik.Padang;FK

UNBRAH

Swartz,mark.1995.Buku Ajar Diagnostik Fisik.Jakarta;EGC

Burnside&McGlynn.1995.Adams Diagnostik Fisik Edisi 17.Jakarta;EGC

51