kroma

29
LAPORAN MINGGUAN KIMIA ANALITIK KROMATOGRAFI Oleh : Nama : Fahrunnisa NRP : 063020078 Meja : 4 (empat) Kelompok : III (Tiga) Asisten : Devita Indriani Tgl. Percobaan : 6 November 2007

Upload: kendis-nandya-salim

Post on 28-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kiman

TRANSCRIPT

LAPORAN MINGGUAN

LAPORAN MINGGUANKIMIA ANALITIK

KROMATOGRAFIOleh :

Nama

: Fahrunnisa

NRP

: 063020078

Meja

: 4 (empat)

Kelompok: III (Tiga)

Asisten

: Devita Indriani

Tgl. Percobaan: 6 November 2007

LABORATORIUM KIMIA ANIALITIK

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2007I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.

1.1. Latar Belakang

Pemisahan campuran menjadi komponen komponennya adalah penting dalam semua cabang ilmu kimia, untuk memecahkan berbagai macam permasalahan yang luas. Maka pengaruh yang menimbulkan perubahan dari teknik pemisahan yang berkemampuan tinggi dan berganda guna akan dirasakan sepenuhnya dalam ilmu pengetahuan modern (Underwood, 1988).

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusi antara dua fase, satu dari fase-fase ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat atau melalui lapisan yang stasioner (Underwood, 1988)

Metodemetode kromatografi tidak dapat dikelompokkan dengan hanya meninjau satu macam sifat saja, artinya kita dapat menyatakan teknik teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi, penukar ion atau metode pemisahan lainnya. Dibandingkan dengan metode pemisahan secara keseluruhan, klasifikasi metode kromatografi, relatif lebih sederhana. Fase gerak dapat berupa zat cair atau padat (Khopkar, 1990).

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk memisahkan campuran menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan serapan pada fase tertentu, dan untuk menentukan Rf dari masing-masing komponen yang terpartisi.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan pada perbedaan kecepatan gerak komponen yang terpartisi kedua fase pada adsorben kertas dibawah pengaruh pelarut pelarutnya yang bergerak pula.

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Definisi Kromatografi, (2) Klasifikasi Metode Kromatografi, (3) Kromatografi Kertas, dan (4) Kromatografi Lapis Tipis.

2.1. Definisi Kromatografi

Tahun 1903, Tswett menemukan teknik kromatografi. Teknik ini bermanfaat sebagai cara untuk menguraikan suatu campuran. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase (Khopkar, 1990).

Meskipun istilah kromatografi diturunkan dari bahasa Yunani, yang berarti warna dan tulis namun, senyawa-senyawa adalah jelas termasuk proses pemisahan. Para ahli kimiawan, memberi suatu batasan yang baik mengenai istilah kromatografi. Suatu batasan harus menitikberatkan unsur -unsur contoh terdistribusikan antara dua fase, tetapi hal ini tidak mencukupi. Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fase, satu dari fase-fase ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat lapisan yang stsioner (Underwood, 1988).

Dasar pemisahan kromatografi ini adalah berdasarkan pada perbedaan daya serap satu zat dengan zat lainnya. Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut eluen atau fasa bergerak. Sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorban atau fase diam. Syarat eluen harus bisa melarutkan semua komponen dan dapat dilihat dari perbeedaan warna (Sudjadi, 1986).

2.2. Klasifikasi Metode Kromatografi

Metodemetode kromatografi tidak dapat dikelompokkan dengan hanya meninjau satu macam sifat. Pemisahan berbagai komponen campuran yang bermigrasi pada berbagai medium tergantung pada karakteristik laju individual komponenkomponennya, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam klasifikasi sesungguhnya terjadi tidak hanya satu sifat yang ditinjau tetapi gabungangabungan yang digunakan dalam teknik pemisahan (khopkar, 1990).

Dibandingkan dengan metode-metode pemisahan secara keseluruhan, klasifikasi metode kromatografi, relatif lebih sederhana (Khopkar, 1990).

Fase stsioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan, dan fase yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. Maka semua jenis kromatografi yang dikenal dibagi menjadi empat golongan yang ditunjukkan dalam cair-padat, cair-cair, dan gas-cair (Underwood, 1988).

Jika pemisahan terutama meliputi suatu partisi sederhana antara fase diam-cair dan fase gerak-cair juga, maka proses ini dikenal sebagai kromatografi partisi. Untuk senyawa yang mudah menguap, kromatografi gas merupakan cara yang menawarkan resolusi tinggi, waktu analisa pendek dan kepekaan ppm. Metode kromatografi cair memanfaatkan fase gerak cair untuk menggeser sampel sepanjang kolom partisi yang diisi oleh pengadsorpsi padat atau zat padat yang diselimuti cairan seperti HPLC (Khopkar, 1990).

Resin penukar ion digunakan dalam kromatografi penukar ion yaitu merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, sistem ini khusus digunakan untuk spesies ion. Resin penukar ion adalah suatu proses pemisahan suatu larutan dari ion-ion larutan (Sudjadi, 1986).

2.3. Kromatografi Kertas

Pada tahun 1944, Martin bersama Cosden dan Gordon memperkenalkan teknik pemisahan dengan menggunakan kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang terserap diantara struktur pori kertas. Sampel sebanyak lebih kurang 1 (m didepositkan pada kertas saring dan akan mengalir bersama-sama dengan sistem pelarut.

Dalam teknik ini sejumlah volume kecil larutan contoh dituangkan dekat satu ujung pita kertas saring dan noda dibiarkan mengering. Pada teknik kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas pelat sehingga tercelup ke dalam solven didasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas, setelah bagian muka solvenselesai bergerak hampir sebatas kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Beberapa senywa berfluoresens yang dalam hal demikian noda-noda yang membawa dapat dilihat apabila kertas ditempatkan di bawah lampu ultra ungu (Underwood, 1988).

Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertndak sebagai tempat untuk mengalirnya fase bergerak. Berbagai macam kertas yang secara komersil tersedia adalah whatman 1,2, 31 dan 3 mm, untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusifitas pembentukkan spot, efek tailing, dan pembentukkan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik discending (Khopkar, 1990).

Semula dianggap bahwa kromatografi kertas tidak lain merupakan suatu bentuk partisi cair-cair. Maka meskipun partisi cair-cair mungkin memang memainkan peranan dalam beberapa keadaan, mekanisme kromatografi kertas saring lebih rumit daripada itu (Underwood, 1988).

2.4. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis atau KLT, seperti halnya kromatografi kertas tidak mahal dan sederhana melakukannya. Kromatografi ini mempunyai keuntungan kecepatan atas kromatografi kertas. prosesnya mungkin memerlukan hanya kira-kira setengah jam, sedangkan suatu pemisahan atas kerta khusus memerlukan beberapa jam. KLT sangat terkenal dan digunakan secara rutin dalam banyak laboratorium (Underwood, 1988).

Teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailaff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase gerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini juga dikenal sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini singkat, sederhana, dan cepat dalam pemisahan yang sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh senyawa-senyawa yang terpisahkan (Khopkar,1990).

Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah satu bagian tepi plat kromatografi, pelarut harus nonpolar dan mudah menguap. Kololm kolom dalam plat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan partikel searah gerakan pelarut. Teknik ini yaitu ascending digunakan untuk melaksanakan pemisahan yang dilakuakn pada temperatur kamar sampai permukaan pelarut mencapai tinggi 15 - 18 cm. Waktu yang diperlukan antara 20-40 menit (Khopkar, 1990).

Aplikasi KLT sangat luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan KLT. Dapat pula digunakan untuk memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut (Khopkar, 1990). III ALAT, BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Alat yang digunakan, (2) Bahan yang digunakan, (3) Prosedur Percobaan.

3.1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah eluen, penggaris, pensil, pipet, toples, kaca berukuran 10 x 20 cm.

3.2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah angkak ( pink ), rhodamin B ( ungu ), tartrazin ( kuning ).

3.3. Metode percobaan

Prosedur percobaan ini adalah tandai dengan pensil, 1 cm pada bagian atas kaca, dan 3 cm pada bagian bawah kaca. Pada garis bagian bawah, buat tiga tetesan masing-masing dengan rodamin, tetrazin, dan angkak. Lalu masukkan ke dalam toples yang berisi eluen, lalu diamkan selama satu jam. Angkat, keringkan, lalu ukur atau hitung jaraknya.

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan

4.1. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan kromatografi, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Rhodamin = 4,5; Rf Rhodamin = 0,282. Angkak = 4,1; Rf Angkak = 0,2563. Thartazin = 3,1; Rf Tartazin = 0,194.2. Pembahasan

Materi pelapisnya atau bahan penyerap yang biasa digunakan adalah silika gel, tetapi kadang kala bubuk selulosa dan tanah diatome, Kieselguhr juga dapat digunakan untuk fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen paris, kanji, dispersi koloid, plastik, atau silika terhidrasi. Kadar iar dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprosibel (Khopkar, 1990).

Lempangan gelas (pelat kaca) yang biasa digunakan untuk kromatografi lapis tipis biasanya disiapkan sendiri dengan melapisi kaca dan suspensidalam air dari suatu padatan yang biasanya mengandung bahan pengikat seperti plster paris, dan kemudian mengeringkannya dulu lempengan dalam tanur. Lempengan kaca yang sudah terlapisi sebelumnya dan lembaran plastik dan kertas alumunium (Underwood, 1988)

Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan untuk meloloskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu mikro-syring (penyuntik berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah satu bagian tepi pelat kromatografi. Pelarut harus nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan vertikal searah gerakan pelarut (Khopkar, 1990).

Zat-zat yang berwarna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagen penyemprot untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk zat organik. demikian juga penandaan secara radio kimia juga dapat digunakan. Untuk menetapkan suatu zat, reagen dapat juga disemprotkan pada bagian tepi saja. Bagian yang lainnya dapat diperoleh kembali tanpa pengotoran dari reagen dengan pengerokan setelah pemisahan selesai. Untuk analisis kuantitatif dapat digunakan plot fotodensitometer, analisisnya dapat dilakukan dengan spektrofotometer UV, sinar tampak, IR, ataiu fluoresens atau dengan reaksi kalorimeter dengan reagen kromatik (Khopkar, 1990).

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam percobaan kromatografi dapat disimpulkan bahwa kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan daya serap satu zat dengan zat lainnya. Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak tersebutdisebut eluen atau fase bergerak. Sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorben atau fase tetap.

Hasil percobaan kromatografi adalah Rf rhodamin = 0,28, Rf angkak = 0,256, dan Rf tartazin 0,19.

5.2. Saran

Pemberian batas pada pelat kaca harus tepat, dan kecermatan pada saat perhitungn hasil sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, SM. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press; Jakarta.

Sudjadi. (1986) Metode Pemisahan. Universitas Gadjah Mada. PenerbitKanisinus; Jakarta.

Underwood, AL. (1988). Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga; Jakarta.

LAMPIRAN

Tabel pengamatan sampel

Angkak 7,5cm

Rhodamin6,75cm

Tartazin 6 cm

B = 8,4 cm

Rf1 =

= 7,5 = 0,89

8,4

Rf2 =

= 6,75 = 0,80

8,4

Rf3 =

= 6 = 0,71

8,4

Angkak Bisa Meningkatkan Trombosit?Oleh H. SOEHARMONO TJITROSOEWARNOMenurut sumber di http:\\www.dikti.org\p3m\phb.htm yang dikutip ke dalam maillist rotaryd3400 Prof. Dr. Ir. Srikandi Fardiaz dkk. dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB, dalam usaha mencari pewarna alami untuk menggantikan pewarna sintetis untuk makanan, telah melakukan penelitian mengenai "Produksi pigmen mikroba menggunakan substrat limbah industri pangan". Seleksi mikroba penghasil pigmen menghasilkan dua spesies mikroba yang potensial, yaitu (1) Monascus purpureus yang memproduksi pigmen angkak merah dan stabil terhadap berbagai proses pengolahan, dan (2) Neurospora sitophila yang memproduksi pigmen jingga (orange) yang kurang stabil terhadap proses pengolahan. Limbah terbaik untuk memproduksi kedua pigmen tersebut adalah limbah cair tapioka untuk Monascus purpureus, dan limbah padat tapioka untuk Neurospora sitophila, masing-masing dengan penambahan berbagai sumber karbon dan mineral. Hasil uji toksisitas menunjukkan pigmen angkak cukup aman untuk digunakan dalam makanan, dapat mengurangi penggunaan nitrit dalam memperbaiki warna merah daging olahan seperti sosis dan ham daging sapi, serta menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan perusak berspora seperti Bacillus cereus dan Bacillus stearothermophilus.***

Bahaya Penggunaan Rhodamine B Sebagai Pewarna Makanan

Ditulis oleh didinkaem

Thursday, 25 January 2007

Halal Guide -- Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan tersebut, sehingga konsumen tergugah untuk membelinya. Namun celakanya sudah sejak lama pula terjadi penyalahgunaan dengan adanya pewarna buatan yang tidak diizinkan untuk digunakan sebagai zat aditif. Contoh yang sering ditemui di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamine B, yaitu zat pewarna yang lazim digunakan dalam industri tekstil, namun digunakan sebagai pewarna makanan. Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Pada uji terhadap mencit, diperoleh hasil ; terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik (sel yang melakukan pinositosis ) dan hiperkromatik (pewarnaan yang lebih kuat dari normal) dari nukleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan hati mencit. Secara statistik, terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dalam laju rata-rata pertambaan berat badan mencit. Sedangkan menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Hokoriku, Kanazawa, Jepang. Efek Rhodamine B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati pada kultur sistem. Rhodamine B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara signifikan menyebabkan pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml dalam rhodamine B menyebabkan berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga menyarankan bahwa zat warna rhodamine B menghambat proliferasi tanpa mengurangi penggabungan sel. Gabungan [3H] timidine dan [14C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml Rhodamine B. Rhodamine 6G menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamine B secara signifikan mengurangi jumlah sel. Rhodamine 123 tidak memiliki efek yang berarti, sedangkan. Lebih jauh lagi, rhodamine B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast pada manusia.Berikut ini adalah nama-nama lain dari Rhodamine B: Acid Bruliant Pink B, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine BH, Aizen Rhodamine BHC ,Akiriku Rhodamine B, Briliant Pink B, Calcozine Rhodamine BL, Calcozine Rhodamine BX , Calcozine Rhodamine BXP, Cerise Toner, [9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil ammonium klorida , Cerise Toner X127, Certiqual Rhodamine, Cogilor Red 321.10, Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc, Edicol Supra Rose B, Elcozine rhodamine B, Geranium Lake N, Hexacol Rhodamine B Extra,Rheonine B, Symulex Magenta, Takaoka Rhodmine B, Tetraetilrhodamine

Tartazine

Hasil penelitian yang dilakukan di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Jawa Timur, membuktikan zat pewarna yang terdapat pada krupuk, jeli, dan minuman ringan, khususnya makanan yang tak bermerek, dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati atau kanker hati dan tumor pada ginjal. Hal itu terungkap dalam publikasi hasil penelitian tentang Identifikasi zat pewarna sintetik pada makanan dan minuman yang beredar di pasaran di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Jawa Timur, Kamis.Penelitian yang dilakukan Jurusan Teknologi Pangan di Fakultas Teknologi Industri (FTI) UPN Veteran Jatim bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya (LPKS) itu mengambil sampel berupa 11 jenis kerupuk, 24 jenis jeli, dan delapan jenis minuman ringan.Kami tidak ingin membuat resah masyarakat dengan penelitian ini, namun kami ingin membagi ilmu untuk lebih memahami masalah pangan, baik bagi masyarakat konsumen maupun masyarakat produsen itu sendiri, kata peneliti UPN Ir Sri Winarti MP.Didampingi peneliti LPKS drh Djoko Legowo MKes, ia menjelaskan penelitian dilakukan dengan mengambil sampel krupuk dari pedagang di kota Sidoarjo, sampel jeli dari supermarket di Sidoarjo, dan sampel minuman ringan dari pedagang di kota dan pinggiran Kota Sidoarjo.Kami sengaja banyak mengambil sampel pada penggunaan zat pewarna dalam makanan dan minuman tanpa merek, karena makanan ringan itu banyak diproduksi secara industri rumahan dan masyarakat konsumen justru banyak dari kalangan masyarakat kecil, katanya.Menurut dia, zat pewarna merah dan kuning pada kerupuk terbukti mengandung zat tartazine dan rhodamin-B dalam dosis 5-9 mg/kg, sedangkan zat pewarna merah dan kuning pada jeli terbukti mengandung quinoline yellow, saffron, tartazine, carmine, erythrosine, dan ponceau 4R dalam dosis 8-13 mg/kg.Untuk minuman ringan berkarbonasi, zat pewarna merah dan kuning yang ada terbukti mengandung amarnth, carmoisine, tartazine, dan tartazine-sunset yellow dalam dosis 4-12 mg/kg, katanya. Ia mengatakan zat rhodamin-B menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati, zat tartazine menyebabkan tumor di ginjal dan adrenal, dan zat quinoline yellow menyebabkan anak menjadi hiperaktif.Untuk zat carmine, katanya, menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan menimbulkan reaksi alergik, erythrosine menyebabkan tumor thyroid, dan zat amaranth menyebabkan kanker dan keracunan yang mempercepat kematian. Dampak negatif itu sulit diketahui karena proses akumulasinya membutuhkan waktu yang lama, berulang-ulang, dan penggunaan secara berlebihan, karena itu meski dosis 4-13 mg/kg masih di bawah ambang batas tetap saja berbahaya jika bertahun-tahun menumpuk, katanya.Oleh karena itu, katanya, pihaknya menyarankan penggunaan zat pewarna alami seperti daun pandan untuk warna hijau, kunyit untuk warna kuning, ekstrak tomat untuk warna merah, dan sebagainya.Dengan temuan itu, kami berharap masyarakat konsumen berhati-hati dan masyarakat produsen melakukan produk yang sesuai standar dan legal, sedangkan pemerintah diharapkan tidak hanya mengawasi standar saat mereka mengurus izin pertama kali, tapi di hari berikutnya melakukan penyimpangan, katanya. (web)_1133578458.unknown

_1133578509.unknown

_1133578395.unknown