kredit islam
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 Kredit Islam
1/23
BAB III
PEMBAHASAN
A. PANDANGAN (PERSPEKTIF) ISLAM TENTANG PERKREDITAN
Dalam pelaksanaannya sistem perkreditan yang dianut oleh dunia internasional saat
ini mengacu pada sistem bunga dalam prose pembayarannya. Maka perspektif islam terhadap
perkreditan yang dilakukan masyarakat luas saat ini, islam memandangnya menjadi 2
pendapat: pendapat pertama mengatakan boleh, pendapat kedua mengharamkan, hal itu
bergantung pada beberapa faktor seperti dalam penjelesan berikut:
Dalam bukunya yang berjudul Hukum Islam dan Transformasi Pemikiran karangan
Prof. Dr. H. Umar Shihab dijelaskan bahwa bunga bank yang dipungut dan diberikan kepada
nasabah jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah bunga atau riba yang diperlakukan
pada masa jahiliyyah. Sementara pemungut riba waktu itu selalu mendapat keuntungan besar
karena melipat gandakan pembayaran. Sekarang ini pemungutan bunga bank tidak akan
membuat bank dan nasabah itu sendiri memperoleh keuntungan besar dan sebaliknya bank
dan nasabah sama-sama tidak dirugikan atas adanya bunga tersebut. Oleh sebab itu tidak
sepantasnya bunga bank diharamkan. Sebab meskipun diidentikkan dengan riba, namun
tujuan dan metode pelaksanaannya sama sekali jauh dari yang pernah dipraktekkan di
jahiliyyah yang diharamkan dalam al-Quran itu, dan bunga bank lebih tepat dianalogikan
dengan jual beli yang didasari atas suka sama suka.
Dalam lokakarya MUI (Majelis Ulama Indonesia)19 22 Agustus 1990 di Cisarua
Bogor tentang Bunga Bank dan Perbankan dapat ditarik kesimpulan bahwa kehadiran
lembaga-lembaga perbankan telah dimanfaatkan oleh umat Islam untuk mengembangkan
usaha, baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun pendidikan. Hanya saja masyarakat masih
diliputi keragaman pandangan mengenai bunga bank yang dihubungkan dengan larangan riba
-
8/11/2019 Kredit Islam
2/23
menurut ajaran Islam, di mana terdapat dua pandangan yang saling bertolak belakang.
Pendapat pertama menyatakan bahwa bunga bank adalah haram, pendapat lainnya
menyatakan bahwa bunga bank adalah halal. Dalam hubungan ini, dengan melihat kenyatan
hidup yang ada dan untuk menghindari kesulitan (musyaqqah)karena sebagian umat Islam
terlibat dalam bunga bank, maka dapat dimungkinkan adanya rukhshah (penyimpangan) dari
ketentuan baku, sepanjang dapat dipastikan adanya kebutuhan (qiyamu hajatin) umum demi
kelanjutan pembangunan nasional ataupun secara khusus untuk mempertahankan kehidupan
pribadi pada tingkat kecukupan (kifayah).
Jika dilihat secara cermat kesimpulan MUI di atas, maka dapat ditarik suatu
ketetapan bahwa bunga bank sepanjang dipergunakan dalam kondisi darurat dan kepentingan
umum, maka status hukumnya adalah mubah, tetapi jika syarat yang diajukan tersebut tidak
terpenuhi, maka bunga bank secara otomatis berstatus hukum haram.
Terlepas dari pro kontra pandangan umat islam terhadap kredit serta suku bunga
didalamnya, maka penulis berpendapat bahwa sistem kredit yang dilakukan oleh perbankan
dan lembaga keungan lainnya diperbolehkan, namun dalam pelaksanaanya kredit yang
diharamkan apabila kredit yang didalamnya terdapat suku bunga/riba maka haram hukumnya.
Hal ini diperkuat dengan adanya penjelasan dalam Al-Quran dan Hadist yang dikemukakan
oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata [dalam Fatawa Mu'ashirah, hal. 52-
53, dari Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin] : Menjual dengan kredit artinya bahwa seseorang
menjual sesuatu (barang) dengan harga tangguh yang dilunasi secara berjangka. Hukum
asalnya adalah dibolehkan berdasarkan firman Allah swt: Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya [Al-Baqarah : 282]. Demikian pula, karena Nabi Muhammad SAW
membolehkan jual beli As-Salam, yaitu membeli secara kredit terhadap barang yang dijual.
-
8/11/2019 Kredit Islam
3/23
Dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang menjelaskan bahwa riba haram hukumnya
dalam perspektif islam seperti dijelaskan dalam ayat-ayat berikut ini:
Surat ar-Rum ayat 39, yang berbunyi Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah
Surat an-Nisa yang mengisyaratkan keharamannya, yang berbunyi Dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya dan karena mereka
memakan harta orang lain secara batil
Surat Ali Imran ayat 130, yang berbunyi Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan
Pada tahap terakhir, riba diharamkan secara total dalam berbagai bentuknya. Allah swt.
berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 278, yang berbunyi Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman
Inilah ayat paling klimaks tentang pengharaman riba dalam berbagai bentuknya. Yang
jelas adalah bahwa bunga bank dalam pandangan penulis merupakan salah satu bentuk riba,
sehingga baik sedikit maupun banyak tetap berhukum haram.
B. HUKUM PERKREDITAN MENURUT EKONOMI ISLAM
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam uraian sebelumnya mengenai pandangan
(perspektif) islam terhadap perkreditan, maka dalam pembahasan kali ini penulis ingin
menegaskan hukum perkreditan menurut ekonomi islam sebagai berikut :
Bunga adalah hal yang telah disepakati keharamannya oleh semua lapis umat Islam.
Sebab bunga itu dengan mudah bisa dibedakan dengan jual beli yang halal. Betapapun kecil
bunga yang dikenakan, tetaplah Allah SWT telah mengharamkannya. Sebab keberadaan
-
8/11/2019 Kredit Islam
4/23
bunga itu memang wujud dari riba itu sendiri, yang didalam Al-Quran telah disebutkan harus
ditinggalkan sekecil-kecilnya. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman.(QS.Al-Baqarah : 278).
Sedangkan fasilitas kredit itu sendiri hukumnya tergantung dari bagaimana anatomi
sistemnya. Bila masih terdapat unsur bunga ribawi, maka menjadi haram. Sedangkan bila
murni akad kredit yang syari, maka hukumnya halal.
Kredit dibolehkan dalam hukum jual beli secara Islami. Kredit adalah membeli barang
dengan harga yang berbeda antara pembayaran dalam bentuk tunai tunai dengan bila dengan
tenggang waktu. Ini dikenal dengan istilah : bai` bit taqshid atau bai` bits-tsaman `ajil.
Gambaran umumnya adalah penjual dan pembeli sepakat bertransaksi atas suatu barang (x)
dengan harga yang sudah dipastikan nilainya (y) dengan masa pembayaran (pelunasan) (z)
bulan. Harga harus disepakati di awal transaksi meskipun pelunasannya dilakukan kemudian.
Ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa bila si penjual itu menaikkan harga karena
temponya, sebagaimana yang kini biasa dilakukan oleh para pedagang yang menjual A.
Pendahuluan
Salah satu kegiatan bisnis yang terjadi di zaman modern ini adalah jual beli barang secara
kredit dengan harga yang labih tinggi dari pada biasanya. Prakteknya adakalanya si tukang kredit
memasang dua harga, jika beli secara kredit harganya sekian dan kalau tunai harganya sekian. Tetapi
adakalanya memang si tukang kredit hanya menjual barang secara kredit saja. Tentu harga jual
barang secara kredit lebih mahal dari pada jual kontan. Bagaimana status hukum dari transaksi
seperti ini?
Jual beli sistem kredit semacam ini datang menyeruak diantara segala sistem bisnis yang
ada. Sistem ini mulai diminati banyak kalangan, karena rata-rata manusia itu kalangan menengah ke
bawah, yang mana kadang-kadang mereka terdesak untuk membeli barang tertentu yang tidak bisa
dia beli dengan kontan, maka kredit adalah pilihan yang mungkin dirasa tepat.
http://www.koperasisyariah.com/hukum-kredit-dalam-pandangan-ekonomi-islam/http://www.koperasisyariah.com/hukum-kredit-dalam-pandangan-ekonomi-islam/http://www.koperasisyariah.com/hukum-kredit-dalam-pandangan-ekonomi-islam/http://www.koperasisyariah.com/hukum-kredit-dalam-pandangan-ekonomi-islam/ -
8/11/2019 Kredit Islam
5/23
Belakangan praktek jual beli ini tidak hanya mencakup kebutuhan-kebutuhan dasar/primer
manusia dan masyarakat namun sudah merambah pada kebutuhan-kebutuhan mewah/lux. Lalu
yang menjadi masalah kemudian adalah bagaimana status hukum jual beli kredit secara Islam,
halalkah atau haram? kalau halal lalu bagaimana aturannya dan kode etiknya baik bagi penjual
maupun bagi pembeli? Pertanyaan-pertanyaan tersebutlah selanjutnya yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini, dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam bidang hukum Islam.
B. Pengertian Jual Beli Secara Kredit
Pengertian jual beli menurut bahasa adalah menerima dan memberikan sesuatu. Sedangkan
menurut istilah adalah pertukaran harta dengan harta untuk tujuan memiliki dengan ucapan
ataupun perbuatan.1[1]
Adapun kredit yang dalam bahasa arab disebut
merupakan istilah yang lazim dalam
bahasa sehari-hari yang diartikan sebagai pinjaman sejumlah uang. Selain itu kredit diartikan pula
sebagai pembayaran secara cicilan dalam perjanjian jual beli.
Abu Abdurrahman Al-Bassam menjelaskan bahwa pengertian kredit menurut bahasa adalah
bagian, jatah atau membagi-bagi.2[2]
Noah Websten, sebagaimana dikutip Munir Fuady mengartikan kata kredit berasal dari
bahasa Latin creditus yang berarti to trust. Kata trust itu sendiri berarti kepercayaan.3[3]
Dengan demikian, walaupun kata kredit telah berkembang, tetapi dalam tahap apapun dan
-
8/11/2019 Kredit Islam
6/23
kemanapun arah perkembangannya, kata kredit tetap mengandung usaha kepercayaan
walaupun sebenarnya kredit tidak hanya sekedar kepercayaan.
Dalam dunia bisnis kata kredit diartikan sebagai Kesanggupan dalam meminjam uang
atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang, atau
jasa dengan perjanjian akan membayarkannya kelak.4[4]
Secara umum pengertian jual beli kredit menurut istilah adalah menjual sesuatu dengan
pembayaran tertunda, dengan cara memberikan cicilan dalam jumlah-jumlah tertentu dalam
beberapa waktu secara tertentu, lebih mahal dari harga kontan.5[5]
Dengan pengertian lain dapat dikatakan bahwa jual beli kredit adalah:
pembayaran secara tertunda dan dalam bentuk cicilan dan dalam waktu-waktu yang ditentukan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli kredit adalah pembayaran
yang tertunda dengan cara cicilan, bisa dengan adanya tambahan harga ataupun tidak. Namun
biasanya jual beli secara kredit itu memang dengan adanya tambahan harga dari yang kontan.
C. Hukum Jual Beli Secara Kredit
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum jual beli secara kredit yang ada pada masa
ini. Perbedaan pendapat tersebut secara garis besar bermuara pada status hukumnya. Sebagaian
ada yang berpendapat mubah sesuai dengan hukum asal jual beli dan sebagian yang lain
berpendapat haramkarena disana ada unsur riba.
-
8/11/2019 Kredit Islam
7/23
a) Haram/Dilarang
Diantara ulam yang berpendapat bahwa hukum jual beli secara kredit adalah haram
terdapat ulama kontemporer yaitu Imam Al-Albani yang beliau cantumkan dalam banyak kitabnya,
diantaranya Al-Silsilah al-Sohihah. Demikian juga murid beliau Syaikh Salim Al-Hilali dalam
Mausuah al-Manahi al-Syariyah dan juga lainnya. Yang menjadi dasar penetapan hukum bagi
kedua ulama ini adalah hadis Rasulullah Saw dari Abu Hurairah berikut:
-
-
.
6[6]
Dari Abu Hurairah dia berkata, telah melarang Rasulullah Saw melakukan dua transaksi
jual beli dalam satu transaksi jual beli.(HR. Turmuzi)
Imam At-Turmuzi menjelaskan bahwa hadis ini adalah hadis hasan sahihdan para ahli ilmu
menafsirkan adalah bahwa penjual mengatakan aku menjual pakaian ini kepada
dengan harga sepuluh dan harga dua puluh. Sedangkan menurut Imam Syafii, jual beli yang
dilarang dalam hadis tersebut adalah bahwa seseorang mengatakan aku jual rumahku ini
kepadamu sekian, dengan dasar engkau jual anakmu kepadaku sekian. Dan apabila aku
mendapatkan anakmu, maka engkau mendapatkan rumahku.7[7]
Dalam riwayat Abu Dawud ditemukan dengan lafaz:
-
8/11/2019 Kredit Islam
8/23
--
.8[8]
Barang siapa yang melakukan dua transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli, maka dia harus
mengambil harga yang paling rendah, kalau tidak akan terjerumus pada riba.
Tafsir dari larangan Rasulullah Dua transaksi jual beli dalam satu transaksiadalah ucapan
seorang penjual atau pembeli: Barang ini kalau tunai harganya segini sedangkan kalau kredit maka
harganya segitu.
Penafsiran ini datang dari banyak ulama, yaitu: Sammak bin Harb, salah seorang perawi hadis ini,
Abdul Wahhab bin Atho, Ibnu Sirin, Thowus, Sufyan Al-Tsauri, Al Auzai, Ibnu Qutaibah, Nasai, Ibnu
Hibban.9[9]
Syaikh Salim Al-Hilali mengatakan bahwa penafsiran ini adalah yang paling shahih
disebabkan beberapa alasan sebagai berikut:
Bahwasanya tafsir seorang perwi hadits itu lebih didahulukan daripada lainnya
Ini adalah yang difahami oleh kebanyakan ulama dari kalangan ahli hadits
Ini juga yang difahami oleh para uilama bahasa dan ulama tabiin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ucapan seseorang:Saya jual barang ini
padamu kalau kontan harganya sekian dan kalau ditunda pembayarannya harganya sekian adalah
-
8/11/2019 Kredit Islam
9/23
sistem jual beli yang saat ini dikenal dengan nama jual beli secara kredit dan hukumnya adalah
haram karena dilarang oleh Rasulullah Saw.10[10]
2. Mubah/Boleh
Adapun pendapat yang kedua mengatakan bahwa jual beli kredit adalah mubah atau
diperbolehkan. Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
Imam Ibnu Qoyyim, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, Syaikh Al
Jibrin dan lainnya. Namun kebolehan jual beli ini menurut para ulama yang memperbolehkannya
harus memenuhi beberapa syarat tertentu.
Diantara beberapa syarat itu adalah menyangkut adab/etika bagi kedua belah pihak yang
melakukan transaksi, seperti:
a) Bagi Penjual
Tidak memanfaatkan kebutuhan masyarakat terhadap kredit dan sejenisnya dengan melipat
gandakan keuntungan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang seseorang yang
memiliki seekor kuda yang dibelinya dengan harga seratus delapan puluh dirham, lalu datang orang
lain hendak membeli darinya seharga tiga ratus dirham dengan pembayaran tertunda selama tiga
bulan, apakah ini halal ? Beliau menjawab: Alhamdulilah, kalau kuda yang dibelinya itu untuk
digunakan sendiri atau untuk diperjual belikan, boleh boleh saja ia menjualnya kembali dengan
pembayaran tertunda. Akan tetapi yang dituntut disini adalah agar dia hanya mengambil untung
sewajarnya, tidak boleh melebihkan keuntungan karena kondisi pembeli yang sangat
membutuhkan.11[11]
-
8/11/2019 Kredit Islam
10/23
Dalam kesepatan lain beliau juga berkata: Jangan mengambil keuntungan dari pembeli yang
lugu (pembeli yang tidak pandai tawar menawar) lebih banyak dari pada pembeli lainnya. Demikin
juga dari orang yang terpepet yang hanya mendapatkan kebutuhannya pada diri penjual tertentu. Si
penjual tidak boleh mengambil keuntungan lebih banyak dari biasanya. Hendaknya dia mengambil
harga standar yang bukan merupakan harga buatannya sendiri. Abu Tholib menceritakan : Ada
seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad: Apakah mengambil keuntungan lima puluh persen,
misalnya dari harga sepuluh diambil keuntungan lima. Itu termasuk dilarang? Beliau menjawab :
Kalau penundaan pembayaran itu dilakukan selama satu tahun atau kurang sedikit sesuai dengan
kadar keuntungan, tidak menjadi masalah. Jafar bin Muhammad pernah menceritakan: Aku
pernah mendengar Abu Abdilah menyatakan: Jual beli dengan pembayaran tertunda kalau
harganya tidak terpaut jauh tidak apa-apa.12[12]
Bisa memahami keadaan pembeli secara kredit
Terkadang seseorang membeli secara kredit karena memang dalam kedaaan kepepet, sangat
membutuhkan barang tersebut padahal dia tidak memiliki harga tunai. Maka dalam kondisi saat ini si
penjual harus bisa memahaminya. Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 280: Dan jika
(orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang memberikan penangguhan hutang kepada
orang yang kesulitan membayarnya, atau memutihkan hutangnya tersebut, pasti akan diberikan
naungan oleh Allah di bawah naungan-Nya nanti.(HR. Muslim 3014)
b) Bagi Pembeli
-
8/11/2019 Kredit Islam
11/23
Tidak nekad melakukan pembelian secara kredit kecuali bila bertekad kuat menyelesaikan cicilanya
karena memiliki kelebihan penghasilan dari kebutuhan primernya. Karena hukum orang yang
membeli kredit adalah hukum orang yang berhutang, yang mana jangan sampai melakukannya
kecuali kalau terpaksa.
Dari Abu Hurairah dar Rasulullah bersabda: Barang siapa yang mengambil harta orang lan
namun dia bertekad untuk membayarnya, maka Allah akan memudahkan pembayarannya, namun
barang siapa yag mengambil harta orang lain untuk menghanguskannya, maka Allah akan
menghanguskannya.13[13]
Dari Shuhaib Al Khair dari Rasulullah bersabda: Siapa saja orang yang berhutang dengan niat
tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu dengan Allah sebagai pencuri. 14[14]
Tidak menggampangkan urusan jual beli kredit. Fenomena yang berkembang bahwasannya ada
sebagian orang yang membeli secara kredit barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dia
butuhkan. Misalnya alat-alat masak modern, baju, almari dan lainnya, padahal dia sudah memiliki
yang mencukupi di rumahnya meskipun mungkin lebih jelek. Jangan sampai membeli dengan sistem
kredit ini kecuali kalau benar-benar mendesak untuk melakukannya. Hendaklah diingat bahwa kredit
adalah hutang.
Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah bersabda : Barang siapa yang meninggal dunia
dalam keadaan masih menanggung hutang, maka akan diambil kebaikannya, karena di akhirat nanti
tidak ada lagi dinar dan dirham.15[15]
-
8/11/2019 Kredit Islam
12/23
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: Jiwa seorang muslim itu tergantung pada
hutangnya sampai dia melunasinya.16[16]
Dan mungkin masih ingat hadis masyhur tentang seorang mujahid yang mati syahid di medan
juang harus terhalangi masuk surga karena hutangnya.17[17]
Dari Jabir bin Abdillah berkata: Ada seseorang yang meningal, maka kami mandikan, kafani,
beri minyak wangi lalu kami bawa kepada Rasulullah, lalu kami beritahu beliau agar
menshalatkannya. Maka beliupun datang berjalan bersama kami. Namun beliau berkata: Barang
kali saudara kalian ini mempunyai tanggungan hutang? maka mereka menjawab: Ya, dua dinar (5)
Maka Rasulullah pun tidak menshalatkannya. Hanya saja ada seseorang yang bernama Abu Qotadah
berkata: Wahai Rasulullah, Dua dinar itu tanggunganku. Maka Rasulullah berkata: Hutang itu
menjadi tanggunganmu dengan hartamu sendiri dan si mayit terbebas darinya? Dia menjawab: Ya
Maka akhirnya Rasulullah pun menshalatkannya. Dan setiap kali beliau bertemu dengan Abu
Qotadah selalu bertanya: Bagaimana urusan dua dinar itu? sampai akhirnya Abu Qotadah berkata:
Sudah saya lunasi Wahai Rasulullah. maka beliua bersabda: Sekarang barulah mayit itu merasa
dingin kulitnya.18[18]
Mencatat kredit dan ada saksi. Sebagaiman firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 282: Wahai
orang-orang yang beriman, apabila kalian berhutang sampai waktu tertentu, maka tulislah.
-
8/11/2019 Kredit Islam
13/23
Melunasi angsuran kreedit dengan baik serta tidak mengulur-ulurnya. Rasulullah bersabda:
Orang yang terbaik adalah orang yang terbaik cara melunasi
hutangnya.19[19]
Orang yang mampu membayar hutang namun mengulur-ulur waktu pembayarannya adalah
sebuah kezaliman. Dari Abu Hurairah berkarta: Rasulullah bersabda: Orang kaya yang menunda-
nunda waktu pembayaran adalah kezaliman.20[20]
Adapun dalil yang menjadi hujjah bagi pendapat yang memperbolehkan jual beli secara
kredit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
a) Dalil-dalil yang memperbolehkan jual beli dengan pembayaran tertunda
Firman Allah Swt dalam Surah Al Baqarah ayat 282:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menulisnya
Ibnu Abbas menjelaskan ayat ini diturunkan berkaitan dengan jual beli Salam21[21] saja.
Dan Imam Al Qurthubi menerangkan bahwa kebiasaan masyarakat Madinah melakukan jual beli
-
8/11/2019 Kredit Islam
14/23
salam adalah penyebab turunnya ayat ini, namun kemudian ayat ini berlaku untuk segala bentuk
pinjam meminjam berdasarkan ijma ulama.22[22]
Hadits Rasulullah Saw:
:
23[23]
Dari Aisyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah Saw membeli makanan dari seorang yahudi
dengan pembayaran tertunda. Beliau memberikan baju besi beliau kepada orang tersebut sebagai
gadai. (HR. Bukhori Muslim)
Dalam hadis ini jelas diketahui bahwa Rasulullah Saw pernah melakukan transaksi dan
mendapatkan barangnya secara kontan namun pembayarannya tertunda dengan memberikan
jaminan.
b) Dalil-dalil yang menunjukkan dibolehkannya memberikan tambahan harga karena penundaan
pembayaran atau karena penyicilan
Firman Allah Swt dalam Surah An-Nisa ayat 29:
..
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu..
-
8/11/2019 Kredit Islam
15/23
Kemumuman ayat ini mencakup jual beli kontan dan kredit, maka selagi jual beli kredit
dilakukan dengan suka sama suka maka masuk dalam kategori perniagaan yang diperbolehkan.
Hadits Rasulullah Saw:
:
(
) 24[24]
Dari Ibnu Abbas Ra berkata: Rasulullah Saw datang ke kota Madinah, dan saat itu
penduduk Madinah melakukan jual beli buah-buahan dengan cara salam dalam jangka satu atau
dua tahun, maka beliau bersabda: Barang siapa yang jual beli salam maka hendaklah dalam
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas. (HR. Bukhori Muslim)
Pengambilan dalil dari hadits ini, bahwa Rasulullah membolehkan jual beli salam asalkan
takaran dan timbangan serta waktu pembayarannya jelas, padahal biasanya dalam jual beli salam
uang untuk membeli itu lebih sedikit daripada kalau beli langsung ada barangnya. Maka begitu pula
dengan jual beli kredit yang merupakan kebalikannya yaitu barang dahulu dan uang belakangan
meskipun lebih banyak dari harga kontan.
Hadits Bariroh :
:
(
. ) 25[25]
-
8/11/2019 Kredit Islam
16/23
Dari Aisyah berkata : Telah datang Bariroh kepadaku dia berkata: keluargaku mewajibkanku
dengan membayar 9 uqiyah, setiap tahun saya membayar satu uqiyah, maka tolonglah aku. Maka
Aisyah berkata padanya : Kalau mereka ingin agar saya bayar tebusanmu namun walamu menjadi
milikku maka akan saya lakukan. Maka Bariroh pergi ke keluarganya dan menyebutkan hal ini pada
mereka, namun mereka enggan melakukannya, maka Bariroh kembali datang dan saat itu
Rasulullah sedang duduk, Bariroh berkata: aku telah menyampaikan hal itu kepada mereka dan
mereka enggan kecuali kalau wala tetap bagi mereka. Setelah hal itu disampaika pada Rasulullah
Saw maka beliau bersabda: (Ambillah ia dan penuhilah persyaratan mereka, karena wala itu
kepunyaan yang memerdekakan). (HR. Bukhori Muslim)
Segi pengambilan dalil: Dalam hadis ini jelas bahwa Bariroh membayarnya dengan
mengkredit karena dia membayar sembilan uqiyah yang dibayar selama sembilan tahun, satu
tahunnya sebanyak satu uqiyah.
c) Dalil Ijma
Sebagian ulama mengklaim bahwa dibolehkannya jual beli dengan kredit dengan perbedaan
harga adalah kesepakatan/ijma para ulama. Di antara mereka adalah :
1) Syaikh Bin Baz saat menjawab pertanyaan tentang hukum menjual karung gula dan sejenisnya
seharga 150 real secara kredit, yang nilainya sama dengan 100 real tunai. Maka beliau menjawab :
Transaksi seperti ini boleh-boleh saja, karena jual beli kontan tidak sama dengan jual beli berjangka.
Kaum muslimin sudah terbiasa melakukannya sehingga menjadi ijma dari mereka atas
diperbolehkannya jual beli seperti itu. Sebagian ulama memang berpendapat aneh dengan melarang
pemanmbahan harga karena pembayaran berjangka, mereka mengira bahwa itu termasuk riba.
Pendapat ini tidak ada dasarnya, karena transaksi seperti itu tidak mengandung riba sedikitpun.
2) Syaikh Muhammad Sholih Al Utsaimin, beliau berkata dalam Al Mudayanah hal. 4: Macam-macam
hutang piutang:
seseorang membutuhkan untuk membeli barang namun dia tidak mempunyai uang kontan, maka dia
membelinya dengan pembayaran tertunda dalam tempo tertentu namun dengan adanya tambahan
harga dari harga kontan. Ini diperbolehkan. Misalnya : Seseorang membeli rumah untuk ditempati
atau untuk disewakan seharga 10.000 real sampai tahun depan, yang mana seandainya dijual kontan
-
8/11/2019 Kredit Islam
17/23
akan seharga 9.000 real, atau seseorang membeli mobil baik untuk dipakai sendiri atau disewakan
seharga 10.000 real sampai tahun depan, yang mana harga kontannya adalah 9.000 real. Masalah ini
tercakup dalam firman Allah Swt: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian berhutang
piutang sampai waktu tertentu, maka catatlah.(QS. Al Baqarah: 282)
Seseorang membeli barang dengan pembayaran tertunda sampai waktu tertentu dengan tujuan untuk
memperdagangkannya. Misal seseorang membeli gandum dengan pembayaran tertunda dan lebih
banyak dari harga kontan untuk menjualnya lagi ke luar negeri atau untuk menunggu naiknya harga
atau lainnya, maka ini diperbolehkan karena juga tercakup dalam ayat terdahulu. Dan telah berkata
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah tentang dua bentuk ini adalah diperbolehkan berdasarkan Al-Quran,
Al- Sunnah dan kesepakatan/ijma ulama.
3) Syaikh Utsaiminberkata selanjutnya: Tidak dibedakan apakah pembayaran tertunda ini dilakukan
sekaligus ataukah dengan cara menyicil atau mengangsur. Sebagai contoh penjual berkata : Saya
jual barang ini kepadamu dan engkau bayar setiap bulan sekian .
d) Dalil Qiyas
Sebagaimana yang telah lewat bahwasannya jual beli kredit ini dikiaskan dengan jual beli
salam yang dengan tegas diperbolehkan Rasulullah, karena ada persamaan, yaitu sama-sama
tertunda. hanya saja jual beli salam barangnya yang tertunda, sedangkan kredit uangnya yang
tertunda. Juga dalam jual beli salam tidak sama dengan harga kontan seperti kredit juga hanya
bedanya salamlebih murah sedangkan kredit lebih mahal.
e) Dalil Maslahat
Jual beli kedit ini mengandung maslahat baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Karena
pembeli bisa mengambil keuntungan dengan ringannya pembayaran karena bisa diangsur dalam
jangka waktu tertentu dan penjual bisa mengambil keuntungan dengan naiknya harga, dan ini tidak
bertentangan dengan tujuan syariat yang memang didasarkan pada kemaslahatan ummat. Berkata
-
8/11/2019 Kredit Islam
18/23
Syaikh Bin Bazdisela-sela jawaban beliau mengenai jual beli kredit : Karena seorang pedagang yang
menjual barangnya secara berjangka pembayarannya setuju dengan cara tersebut sebab ia akan
mendapatkan tambahan harga dengan penundaan tersebut. Sementara pembeli senang karena
pembayarannya diperlambat dan karena ia tidak mampu mambayar kontan, sehingga keduanya
mendapatkan keuntungan.
3. Pendapat yang rajih
Dari pemaparan kedua pendapat diatas dapat ditarik garis kesimpulan bahwa letak
permasalah hukum jual beli kredit ini terletak pada apakah hal ini masuk dalam larangan dua
transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli, ataukah tidak. Dengan pertanyaan lain apakah ada
penambahan harga sebagai konsekuensi dari ditundanya pembayaran ataukah tidak.
Oleh karena itu kalau ada sebuah kredit yang tidak adanya perubahan harga dari kontannya
maka keluar dari pembahasan ini, dan hukumnya jelas kehalalannya.
Yang Jadi perbincangan dikalangan ulama adalah kredit yang berbeda harga dengan
seandainya dibayar kontan. Dengan mempertimbangkan kedua pendapat tersebut, bahwasannya
yang rajihadalah pendapat yang kedua yang mengatakan bahwa jual beli kredit dibolehkan, namun
tetap dengan berbagai syarat dan ketentuan. Hal ini karena hadis diatas bukan merupakan nash
tentang diharamkannya jual beli kredit, karena para ulama masih berbeda faham mengenai arti dari
lafaz dua transaksi dalam satu transaksi.Padahal sudah maklum dalam kaedah hukum muamalah
bahwa pada dasarnya semua bentuk muamalah halal kecuali kalau ada yang
mengharamkannya.26[26]
4. Sanggahan Terhadap Para Ulama yang Mengharamkannya
-
8/11/2019 Kredit Islam
19/23
Hadis tentang larangan dua transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli sama sekali tidak
bisa dibawa dalam masalah ini, karena seorang penjual kalau mengatakan: Saya menjual barang ini
kalau tunai dengan harga Rp 100.000,- misalnya sedangkan kalau dibayar sampai tahun depan
dengan harga Rp 120.000,-.
Maka ini ada dua kemungkinan :
Saat masih tawar menawar, maksudnya saat pembeli masih menimbang-nimbang apakah dia memilih
yang tunai ataukah yang tahun depan, maka ini adalah proses tawar menawar. Dan sudah maklum
bahwa proses tawar menawar bukan jual beli.
Kalau kemudian pembeli mengatakan: Saya membelinya dengan Rp 120.000,- sampai tahun depan,
setiap bulannya insya Allah akan saya bayar 10.000,-, maka ini adalah satu transaksi jual beli bukan
dua.
Lalu yang jadi pertanyaan, bahwa mana dari proses ini yang bisa disebut dua transaksi dalam
satu transaksi ?
Berkata Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah: Sungguh amat jauh sekali bila hadis tersebut
ditafsirkan telah mengindikasikan jual beli secara kredit seratus dan secara tunai lima puluh dinar
misalkan, karena jual beli seperti ini tidak mengandung riba, tidak ada unsur manipulasi, tidak ada
unsur perjudian dan tidak mengandung unsur-unsur yang merusak. Penjual bisa memberi pilihan
harga yang mana saja yang dia kehendaki. Itu tidak lebih mustahil daripada memberikan pilihan
selama tiga hari untuk menyepakati atau tidak menyepakati jual beli tersebut.27[27]
-
8/11/2019 Kredit Islam
20/23
Adapun penafsiran Sammak bin Harb, dikomentari oleh Imam Ibnul Qoyyim: Penafsiran ini
lemah, karena tidak ada riba dalam bentuk semacam ini, dan transaksi itu tidak mengandung dua
transaksi, tetapi hanya satu transaksi saja dengan salah satu dari dua harga.
Berkata Imam Turmudli: Itulah yang menjadi amalan para ulama. Sebagian para ulama
bahkan menafsirkan bahwa yang disebut sebagai dua jual beli dalam satu jual beli adalah seperti
yang mengatakan : Saya menjual baju ini kepada anda dengan harga sepuluh dinar tunai, atau dua
puluh dinar dengan pembayaran tertunda. Sementara hingga mereka berpisah, mereka tidak
mengambil salah satu dari dua transaksi tersebut. Kalau si pembeli mengambil salah satu transaksi
itu saja saat berpisah, maka hukumnya mubah, yakni bila transaksi hanya berlaku untuk salah satu
dari jual beli tersebut.28[28]
Imam Al- Tabary dalam Ikhtilaful Fuqoha menukil madzhab Abu Hanifah dan sahabat
beliau: Kalau seserang menjual sesuau kepada orang lain dua waktu pembayaran, lalu mereka
berpisah dengan transaksi tersebut, maka hukumnya tidak boleh. Karena penentuan dua waktu
pembayaran tersebut pasti menyebabkan adanya dua harga pembayaran. Namun kalau sekedar
dikatakan: Secara kontan sekian, dan dengan pembayaram tertunda sekian. Lalu transaksi
dilakukan dengan satu dari dua pilihan tersebut, hukumnya boleh. Dari Al Juzjani, dari Muhammad
dan ini juga pendapat Abu Tsaur.29[29]
Imam Al Khothobi berkata: Penafsiran tentang larangan dua jual beli dalam satu jual beli
memiliki dua sudut pandang:
-
8/11/2019 Kredit Islam
21/23
Pertama: Seseorang yang berkata: saya menjual pakaian ini kepada anda seharga sepuluh dinar
kontan dan lima belas dinar kredit. Bentuk semacam ini tidak diperbolehkan, karena tidak diketahui
mana harga yang dipilih oleh pembeli dan transaksi mana yang dilakukan. Kalau harga tidak
diketahui, jual beli otomatis batal.
Kedua: Orang yang berkata: saya menjual budak ini kepada anda seharga dua puluh dinar dengan
syarat anda menjual budak wanita anda kepada saya seharga sepuluh dinar. Jual beli seperti ini
jelas rusak.
Adapun apabila seseorang menjual dua barang dengan satu harga, seperti menjual sebuah
rumah plus sepotong pakaian, hukumnya mubah saja. Bukan termasuk dua jual beli dalam satu jual
beli.
Kemudian beliau menukil beberapa riwayat dari ulama lain lalu berkata: Tapi kalau
diselesaikan dengan satu transaksi saja, hukumnya sah, tidak ada perbedaan pendapat dalam hal
ini.
D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kredit adalah Pembayaran secara tertunda dan dalam bentuk cicilan dalam waktu-waktu yang
ditentukan.
Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini, ada yang mengharamkan dan ada yang
membolehkan.
Yang rajih wallahu alam- adalah dibolehkannya jual beli kredit dengan beberapa syarat dan
ketentuan.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri. Kalau ada dalam tulisan ini yang benar
maka itu hanyalah keutamaan Allah yang dicurahkan kepada siapa saja yang dikehendaki, namun jika
-
8/11/2019 Kredit Islam
22/23
ada yang kesalahan maka itu adalah dari pribadi penulis sendiri. Saran dan kritik sangat penulis
harapkan terutama bimbingan dan masukan dari Bapak Prof. Dr. H. Sudirman M. Johan, MA. selaku
dosen pengampu demi perbaikan tulisan ini.
Wallahu alam bi al-shawab
Diposkan olehRusli Batubara di08.05
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan:Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2012(3)
o Maret(3)
HUKUM JUAL BELI SECARA KREDIT
PENERARAPAN FARAID PADA HUKUM WARIS DI INDONESIA...
Mengenai Saya
Rusli Batubara
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan olehBlogger.
dengan kredit, maka haram hukumnya dengan dasar bahwa tambahan harga itu
berhubung masalah waktu dan itu sama dengan riba.
http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=emailhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=pinteresthttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=pinteresthttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/blog-post.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/feeds/5351257085010328614/comments/defaulthttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/feeds/5351257085010328614/comments/defaulthttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/feeds/5351257085010328614/comments/defaulthttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/penerarapan-faraid-pada-hukum-waris-di.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/penerarapan-faraid-pada-hukum-waris-di.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/penerarapan-faraid-pada-hukum-waris-di.htmlhttp://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://www.blogger.com/profile/17456585948375445231http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/penerarapan-faraid-pada-hukum-waris-di.htmlhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/feeds/5351257085010328614/comments/defaulthttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/http://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/blog-post.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=pinteresthttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=emailhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=6769588337579141754&postID=5351257085010328614&target=emailhttp://ruslibatubara-ruslibatubara.blogspot.com/2012/03/hukum-jual-beli-secara-kredit.htmlhttp://www.blogger.com/profile/17456585948375445231 -
8/11/2019 Kredit Islam
23/23
Tetapi jumhur (mayoritas) ulama membolehkan jual beli kredit ini, karena pada
asalnya boleh dan nash yang mengharamkannya tidak ada. Jual beli kredit tidak bisa
dipersamakan dengan riba dari segi manapun. Oleh karena itu seorang pedagang boleh
menaikkan harga menurut yang pantas, selama tidak sampai kepada batas pemerkosaan dan
kezaliman. Kalau sampai terjadi demikian, maka jelas hukumnya haram.
Imam Syaukani berkata: Ulama Syafiiyah, Hanafiyah, Zaid bin Ali, al-Muayyid
billah dan Jumhur berpendapat boleh berdasar umumnya dalil yang menetapkan boleh. Dan
inilah yang kiranya lebih tepat.