kota tebu dari masa lalu

2
DARI dalam pesawat, Pu- lau Negros tidak terlihat hi- tam seperti arti katanya. Pulau itu bahkan tampak diselimuti karpet hijau. Bu- kan hutan atau sabana, me- lainkan perkebunan tebu yang siap panen. Terbesar kelima, Pulau Negros ter- golong unik dibanding pu- lau-pulau lain di Filipina. lay dengan membangun berbagai gedung dan ru- mah megah sehingga diju- luki Paris of Negros. Kini jejak bangunan kuno itu masih terasa di kota berpenduduk sekitar 120 ribu jiwa ini. Lebih dari 30 bangunan tergolong ba- ngunan bersejarah yang dilindungi. Silay pun ber- julukan kota museum. Sa- lah satu bangunan itu ada- lah gereja berkubah keper- akan yang menjulang di de- pan sebuah taman. San Di- ego Pro-Cathedral ini dide- sain oleh arsitek Italia, Lu- cio Bernasconi, dan dires- mikan pada 1925, dengan sebagian besar biaya ber- asal dari Jose R. Ledesma, salah seorang bangsawan gula. Yang lainnya adalah se- buah bangunan megah ber- cat putih berlantai dua yang berdiri di tepi jalan utama. Berdiri pada 1908, Muse- um Bernardino Jalandoni merupakan museum per- tama di Silay dan dulunya menjadi tempat tinggal ke- luarga Jalandoni, salah se- orang bangsawan gula juga. Bak rumah panggung, ruangan utama rumah ini berada di lantai atas, se- mentara lantai bawah digu- nakan untuk garasi. Warna hijau telur asin mendomi- nasi dinding yang terbuat dari kayu yang didatang- kan dari pulau tetangga, Mindoro. Ruang keluarga leng- kap dengan sebuah har- pa terletak di tengah-ten- gah menghadap ke jalan raya. Di kedua sisinya ter- letak kamar tidur. Di bela- Hampir seluruh tanahnya dipakai untuk perkebunan tebu. Gula juga mendatang- kan banyak buruh berkulit hitam. Itulah mengapa pu- lau ini dinamai Negros. Perkebunan tebu mengepung jalan raya dari Bandara Internasional Ba- colod menuju Kota Silay. Sejak perkebunan tebu per- tama dibuka pada perte- ngahan abad ke-19 hingga masa jaya saat harga gula melambung tinggi sehingga dijuluki emas putih, Silay menjadi rumah bagi para pengusaha gula yang sa- ngat kaya. Mereka dijuluki sugar baron atau bang- sawan gula. Para bang- sawan gula inilah yang ke- mudian mempercantik Si- Kota Tebu dari Masa Lalu Asal-muasal Kota Silay adalah Desa Carobcob. Desa yang berdiri sejak 1565 ini berlokasi di pinggir pantai dan dihuni penduduk lokal yang bermata pencarian sebagai petani. Mereka hidup makmur hingga datanglah para pemberontak Moro mengobrak-abrik desa. Warga desa pun kabur. Silay kemudian menjadi kota kecil pada 1760 dan resmi menjadi kota besar pada 1957. Keberadaan Silay mulai diperhitungkan pada 1896 sebagai daerah produsen gula. DARI SEBUAH DESA PERJALANAN /// KOTA 94 JULI 2011

Upload: fajar-rizaldin

Post on 22-Mar-2016

237 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

My article on Silay, as published in U-Magz magazine of July 2011.

TRANSCRIPT

DARI dalam pesawat, Pu-

lau Negros tidak terlihat hi-

tam seperti arti katanya.

Pulau itu bahkan tampak

diselimuti karpet hijau. Bu-

kan hutan atau sabana, me-

lainkan perkebunan tebu

yang siap panen. Terbesar

kelima, Pulau Negros ter-

golong unik dibanding pu-

lau-pulau lain di Filipina.

lay dengan membangun

berbagai gedung dan ru-

mah megah sehingga diju-

luki Paris of Negros.

Kini jejak bangunan

kuno itu masih terasa di

kota berpenduduk sekitar

120 ribu jiwa ini. Lebih dari

30 bangunan tergolong ba-

ngunan bersejarah yang

dilindungi. Silay pun ber-

julukan kota museum. Sa-

lah satu bangunan itu ada-

lah gereja berkubah keper-

akan yang menjulang di de-

pan sebuah taman. San Di-

ego Pro-Cathedral ini dide-

sain oleh arsitek Italia, Lu-

cio Bernasconi, dan dires-

mikan pada 1925, dengan

sebagian besar biaya ber-

asal dari Jose R. Ledesma,

salah seorang bangsawan

gula.

Yang lainnya adalah se-

buah bangunan megah ber-

cat putih berlantai dua yang

berdiri di tepi jalan utama.

Berdiri pada 1908, Muse-

um Bernardino Jalandoni

merupakan museum per-

tama di Silay dan dulunya

menjadi tempat tinggal ke-

luarga Jalandoni, salah se-

orang bangsawan gula

juga.

Bak rumah panggung,

ruangan utama rumah ini

berada di lantai atas, se-

mentara lantai bawah digu-

nakan untuk garasi. Warna

hijau telur asin mendomi-

nasi dinding yang terbuat

dari kayu yang didatang-

kan dari pulau tetangga,

Mindoro.

Ruang keluarga leng-

kap dengan sebuah har-

pa terletak di tengah-ten-

gah menghadap ke jalan

raya. Di kedua sisinya ter-

letak kamar tidur. Di bela-

Hampir seluruh tanahnya

dipakai untuk perkebunan

tebu. Gula juga mendatang-

kan banyak buruh berkulit

hitam. Itulah mengapa pu-

lau ini dinamai Negros.

Perkebunan tebu

mengepung jalan raya dari

Bandara Internasional Ba-

colod menuju Kota Silay.

Sejak perkebunan tebu per-

tama dibuka pada perte-

ngahan abad ke-19 hingga

masa jaya saat harga gula

melambung tinggi sehingga

dijuluki emas putih, Silay

menjadi rumah bagi para

pengusaha gula yang sa-

ngat kaya. Mereka dijuluki

sugar baron atau bang-

sawan gula. Para bang-

sawan gula inilah yang ke-

mudian mempercantik Si-

kota Tebu dari Masa lalu

Asal-muasal Kota Silay adalah Desa

Carobcob. Desa yang berdiri sejak 1565 ini berlokasi di pinggir

pantai dan dihuni penduduk lokal yang

bermata pencarian sebagai petani.

Mereka hidup makmur hingga datanglah para

pemberontak Moro mengobrak-abrik desa. Warga desa pun kabur.

Silay kemudian menjadi kota kecil pada 1760

dan resmi menjadi kota besar pada 1957.

Keberadaan Silay mulai diperhitungkan pada 1896 sebagai daerah

produsen gula.

Dari Sebuah

DeSa

perjalanan /// kota

94 juLi 2011

kota /// perjalanan

kang, ruang makan tertata

rapi, lengkap dengan per-

lengkapan makan di atas

meja, seolah menunggu ke-

luarga Jalandoni berkum-

pul untuk makan bersama.

Yang unik dari museum ini

adalah lubang angin di ba-

gian atas dinding, yang di-

sebut calado, mengikuti de-

sain bangunan yang cantik

dan dinamis.

Menyusuri jalan-jalan

Kota Silay membuat saya

serasa menapak tilas se-

jarah kota. Di setiap ba-

ngunan yang dianggap ber-

sejarah dipasang plakat

yang menceritakan seja-

rah bangunan tersebut. Sa-

yang, setelah masa kee-

masan Silay berakhir–seir-

ing dengan jatuhnya harga

gula–banyak bangunan an-

tik yang dibiarkan hancur.

Hanya beberapa bangunan

masih bertahan.

Salah satu yang masih

berdiri kokoh adalah Balay

Negrense. Rumah megah

berlantai dua ini adalah ru-

mah Victor F. Gaston, putra

pengusaha kelahiran Pran-

cis, Yves Leopold Germain

Gaston. Dia adalah tokoh

yang memulai industri gula

di Pulau Negros pada perte-

ngahan abad ke-19.

Berdiri pada 1897, ru-

mah itu kini berfungsi se-

bagai museum. Pengun-

jung pun dapat melihat-li-

hat beberapa ruangan, se-

perti ruang keluarga, ruang

makan, dan kamar tidur.

Seperti museum sebelum-

nya, warna hijau telur asin

tampak mendominasi din-

ding lantai atas.

Tujuan saya berikut-

nya adalah Rumah Hofile-

ña Ancestral. Rumah ber-

lantai dua ini tidak terlalu

besar dan didirikan pada

1937. Meski buku panduan

saya menyarankan agar

membuat reservasi dulu

sebelum berkunjung, be-

gitu melihat pagar dan pin-

tu yang terbuka, saya ma-

suk saja. Seorang laki-la-

ki separuh baya segera me-

nyambut.

Ramon Hofileña, atau

akrab dipanggil Mon, ada-

lah ahli waris rumah ke-

luarga Hofileña dari ayah-

nya, Manuel Severino, sa-

lah satu bangsawan gula di

Silay. Begitu melihat saya,

“You look like a Filipino!”

kata Mon terkejut saat me-

ngetahui saya berasal dari

Indonesia.

Diajaklah saya berkeli-

ling rumah keluarga Hofile-

ña. Bagian yang menurut

saya paling berkesan ada-

lah lantai atasnya. Dinding

luar kamar yang mengha-

dap ke tangga tampak pe-

nuh lukisan. Mon menye-

butkan beberapa nama pe-

lukis yang sebenarnya agak

asing bagi saya, tapi menu-

rut dia merupakan pelukis

yang mendapat gelar na-

tional artist di Filipina.

Perhatian saya tertuju

kepada sebuah sketsa be-

berapa obyek dalam ba-

hasa Spanyol seperti car-

reza, panoplia, dan vitri-

na. Di bawahnya sang artis

membubuhkan tanda ta-

ngannya: Jose Rizal. Wow,

bapak bangsa Filipina itu

ternyata juga mahir meng-

gambar.

Saya lalu dipersilakan

melihat lebih banyak lagi

lukisan di dalam kamar ti-

dur Mon, yang dijulukinya

“kamar tidur yang paling

terbuka untuk dikunjungi

di dunia”. Dua buah lukisan

di bagian dalam pintu tam-

pak sengaja ditutupi kertas

tempel. “Itu sketsa gambar

saat saya diminta menjadi

model telanjang,” kata Mon

sambil tersenyum. Setelah

didesak, akhirnya dia pun

mencopot kertas tempelan

tersebut. Ingin tahu gam-

barnya seperti apa? Silakan

datang ke Silay. l

kota Silay terletak di Pulau Negros, pulau terbesar keempat di Filipina. pulau ini berlokasi di antara dua pulau terbesar negeri itu: Luzon dan mindanao. pulau Negros terbagi atas dua provinsi, yakni Negros occidental, di sebelah barat, dengan ibu kota Bacolod City, dan Negros oriental, di sebelah timur, yang menghadap ke Cebu.

Lokasi

juLi 2011 95