korelasi efikasi transfusi packed red cell (prc) … · hasil dan pembahasan: diperoleh data 70...
TRANSCRIPT
Dr. dr. Sianny Herawati, Sp.PKDesak Gde Diah Dharma Santhi, S.Si, Apt. M.Kes
KORELASI EFIKASI TRANSFUSI PACKED RED CELL (PRC) DENGAN KEJADIAN ALOIMUNISASI ERITROSIT PADA PASIEN ANEMIA KRONIK
Skema PenelitianHibah Penelitian Post Doktoral
Latar Belakang
Transfusi PRC berulang → anemia kronik
ALOIMUNISASI ERITROSIT
Penggunaan komponen darah semakinberkembang
Packed Red Cell (PRC) → komponendarah penting → pengelolaan anemia
Reaksi transfusihemolitik akut danlambat
Mempengaruhi efikasitransfusi PRC → risikomorbiditas danmortalitas
Latar Belakang
Dampak aloimunisasi eritrosit
o Kesulitan memperoleh PRC yang kompatibel
o Efek samping transfusi meningkat
Efikasi: diharapkan terjadi peningkatan kadarhemoglobin 1 g / dl pada setiap unit PRC yang ditransfusikan
Latar Belakang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
Efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronikdengan menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum transfusi dan 24 jam pasca transfusi PRC
Menganalisis korelasi efikasi transfusi PRC dengankejadian aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik
Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronik dengan aloantibodipositif dan aloantibodi negatif
Apakah terdapat korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit pada pasienanemia kronik yang memperoleh transfusi PRC
Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Mengetahui kejadian aloimunisasi eritrosit pada pasienanemia kronik dan korelasi efikasi transfusi PRC dengankejadian aloimunisasi eritrosit
Tujuan khusus:
Mengetahui perbedaan efikasi transfusi PRC pada pasienanemia kronik dengan aloantibodi positif dan aloantibodinegatif
Mengetahui korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadianaloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC
Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan efikasi transfusi PRC padapasien anemia kronik dengan aloantibodi positifdan aloantibodi negatif
Terdapat korelasi efikasi transfusi PRC dengankejadian aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC
Metode Penelitian
Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
Sampel: pasien anemia kronik yang memperolehtransfusi PRC di RSUP Sanglah, kriteria inklusi:
Pasien dewasa > 18 tahun
Riwayat transfusi PRC lebih dari 3 kali
Pemeriksaan pretransfusi (crossmatch mayor, minor), skrining dan identifikasi antibodi dengan metode gel agglutination), pemeriksaan Darah Lengkap
Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
Besar sampel: 70
Metode Penelitian
Bahan penelitian:
Sampel serum: pemeriksaan skrining dan identifikasiantibodi
Sampel darah EDTA: pemeriksaan hemoglobin sebelum dan 24 jam pasca transfusi PRC
Analisis data:
Statistik deskriptif
Uji komparasi
Uji korelasi
Hasil Penelitian
Karakteristik dasar penelitian:Karakteristik Subyek Penelitian n (%)
Jumlah total resipien transfusi PRC 70Umur18 – 45 tahun46 – 65 tahun> 65 tahun
30 (43%)33 (47%)7 (10%)
Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan
26 (37%)44 (63%)
DiagnosisKelainan onkologiKelainan hematologiKasus bedahPenyakit Ginjal Kronik
33 (47%)25 (36%)8 (11%)4 (6%)
Golongan DarahO Rhesus D positifA Rhesus D positifB Rhesus D positifAB Rhesus D positif
36 (51%)12 (17%)20 (29%)2 (3%)
Hasil Penelitian
Efikasi Transfusi PRC:
Subyek penelitian Kadar hemoglobin (g/dl)(mean±SD)
Efikasi transfusi
PRCSebelum
transfusi PRC24 jam sesudah
transfusi PRCSeluruh subyek(n = 70)
7,16±1,80 9,37±2,12 0,86±1,03
Subyek denganaloantibodinegatif (n = 62)
7,31±1,66 9,78±1,57 0,94±1,06
Subyek denganaloantibodi positif(n = 8)
5,96±2,45 6,24±3,15 0,27±0,35
Hasil Penelitian
Perbedaan efikasi transfusi PRC:
o uji normalitas → p < 0,05 (data tidak berdistribusi normal) → uji beda dengan uji Mann Whitney, diperoleh nilai p = 0,003 (p< 0,05): terdapat perbedaan bermakna efikasitransfusi PRC antara kelompok subyek dengan aloantibodieritrosit positif dan kelompok subyek dengan aloantibodieritrosit negatif.
Test Statisticsa
Efikasi TransfusiMann-Whitney U 85.500
Wilcoxon W 121.500
Z -2.971
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Grouping Variable: Penapisan Antibodi
Hasil Penelitian
Korelasi Efikasi Transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit:
o korelasi cukup antara efikasi transfusi PRC dengan kejadianaloimunisasi eritrosit (r = ‐0,391, p =0,001).
o Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadianaloimunisasi eritrosit dengan efikasi transfusi PRC, dimanakejadian aloimunisasi eritrosit yang meningkat / aloantibodieritrosit positif berhubungan signifikan dengan penurunanefikasi transfusi.
o Koefisien determinasi: 15,29% → sebesar 15,29% efikasitransfusi PRC dapat dijelaskan oleh kejadian aloimunisasieritrosit pada pasien anemia kronik
Hasil Penelitian
o Wiesen et al (1994): transfusi 1 unit PRC pada pasien tanpaperdarahan aktif dapat meningkatkan kadar hemoglobin 1 g/dl
o Elizalde, et al (1997): kadar hemoglobin dengan cepatmencapai keseimbangan dalam tubuh, dimana pengukurankadar hemoglobin 15 menit setelah transfusi PRC tidakberbeda dengan kadar hemoglobin 24 jam setelah transfusi
Simpulan
o Terdapat perbedaan yang bermakna efikasi transfusi PRC antara kelompok subyek dengan aloantibodi eritrosit positifdan kelompok subyek dengan aloantibodi eritrosit negatif.
o Terdapat korelasi yang signifikan antara efikasi transfusiPRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit.
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
SKEMA PENELITIAN HIBAH PENELITIAN POST DOKTORAL
KORELASI EFIKASI TRANSFUSI PACKED RED CELL (PRC)
DENGAN KEJADIAN ALOIMUNISASI ERITROSIT PADA PASIEN ANEMIA KRONIK
Tim Peneliti:
Dr. dr. Sianny Herawati, Sp.PK Desak Gde Diah Dharma Santhi, S.Si,Apt.,M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
NOVEMBER 2018
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… i
ABSTRAK……………………………………………………............................... iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….................. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………... 2
1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………..................
1.2.1 Tujuan umum ……………………………………..........................
1.2.2 Tujuan khusus ………………………………………….................
2
2
2
1.3 Manfaat Penelitian……………..………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………........................... 3
2.1 Transfusi Darah …………………………………………………………... 3
2.2 Komponen darah…………………………………………………………. 3
2.3 Efikasi Transfusi PRC……………………………………………………... 4
2.4 Klasifikasi antibodi………………………………………………………... 4
2.5 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………….. 6
2.6 Hipotesis Penelitian……………………………………………………….. 7
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………………….. 8
3.1 Rancangan Penelitian …………………………………………………… 8
3.2 Penentuan Sumber Data ………………………………………………… 8
3.2.1 Populasi dan sampel …...………………………………………….. 8
3.2.2 Kriteria eligibilitas …………………………………………………... 8
3.2.3 Besar sampel ……………………………………………………….. 8
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………… 9
3.4 Variabel Penelitian ……………………………………………………….. 9
3.4.1 Klasifikasi variabel …………………………………………………. 9
3.4.2 Definisi operasional variabel ……………………………………… 9
3.5 Bahan Penelitian ………………………………………………………… 9
3.6 Prosedur Penelitian ……………………………………………………… 10
3.6.1 Pengambilan sampel ……………………………………………… 10
3.6.2 Pemeriksaan sampel darah ……………………………………… 10
3.7 Analisis Data ……………………………………………………………… 10
ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………… 11
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian…………………………….................. 11
4.2. Efikasi Transfusi PRC..………………………………………………… 11
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 16
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………….. 17
iii
KORELASI EFIKASI TRANSFUSI PACKED RED CELL (PRC) DENGAN KEJADIAN ALOIMUNISASI ERITROSIT PADA PASIEN ANEMIA KRONIK
Sianny Herawati1), Desak Gde Diah Dharma Santhi1)
1Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan Diponegoro, Denpasar, Bali, Indonesia
ABSTRAK
Pendahuluan: Pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi Packed Red Cell (PRC) berulang berisiko mengalami aloimunisasi eritrosit yang mungkin dapat mempengaruhi efikasi transfusi PRC. Pemantauan efikasi transfusi PRC terutama dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin pasca transfusi. Diharapkan adanya peningkatan kadar hemoglobin pasca transfusi PRC sebesar 1 g/dL pada setiap unit PRC yang ditransfusikan. Tujuan: mengetahui perbedaan efikasi transfusi PRC dan korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC minimal 3 kali, dilakukan pemeriksaan pretransfusi, darah lengkap dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Hasil dan Pembahasan: Diperoleh data 70 resipien dan terdeteksi 8 subyek (11,4%) dengan aloantibodi positif dan 62 subyek (88,6%) aloantibodi negatif. Terdapat perbedaan bermakna efikasi transfusi PRC antara kelompok subyek dengan aloantibodi eritrosit positif dan aloantibodi eritrosit negatif (p=0,003). Terdapat korelasi yang signifikan antara kejadian aloimunisasi eritrosit dengan efikasi transfusi PRC, dimana kejadian aloimunisasi eritrosit yang meningkat / aloantibodi eritrosit positif berhubungan signifikan dengan penurunan efikasi transfusi ((r = -0,391, p =0,001) dengan koefisien determinasi sebesar 15,29%. Kesimpulan: Terdapat korelasi cukup yang signifikan antara efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit Kata Kunci: aloantibodi eritrosit, efikasi transfusi PRC
iv
CORRELATION OF PACKED RED CELL (PRC) TRANSFUSION EFFICACY WITH
RED BLOOD CELL ALLOIMMUNIZATION IN CHRONIC ANEMIA PATIENTS
Sianny Herawati1), Desak Gde Diah Dharma Santhi1)
1Departement of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, Udayana University, Bali Indonesia
ABSTRACT
Background. Chronic anemia patients who have recurrent PRC transfusions are at risk developing erythrocytes aloimmunization which might affect PRC transfusion efficacy. Monitoring the efficacy is done by measuring hemoglobin levels after transfusion. It is expected that there is an increement of hemoglobin levels 1 g/dL in each PRC unit transfused. Aim: To determine differences of PRC transfusion efficacy and correlation of PRC transfusion efficacy and erythrocyte aloimmunization. Method. This study is an observational analytical study with crosssectional design among chronic anemia patients who received PRC transfusions at least 3 times, performed pretransfusion testing and complete blood count and willing to participate in this study. Results and Discussion. A total of 70 recipients were subjected in this study and detected 8 subjects (11.4%) with positive alloantibodies and 62 subjects (88.6%) with negative alloantibodies. There were significant differences of PRC transfusion efficacy between positive alloantibodies subjects and negative alloantibodies (p=0.003). There was a significant correlation between erythrocyte alloimmunization and PRC transfusion efficacy, which the increement of erythrocyte aloimmunization was significantly associated with decrease in PRC transfusion efficacy ((r=-0,391, p=0.001) with coefficient of determination 15.29%. Conclusion. There is significant correlation between PRC transfusion efficacy and erythrocyte aloimmunization Keywords: erythrocyte alloantibodies, PRC transfusion efficacy
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini penggunaan komponen darah semakin berkembang sebagai salah satu
manajemen pengelolaan pasien anemia. Salah satu komponen darah yang penting
peranannya adalah Packed Red Cell (PRC) yang sering diberikan pada penderita dengan
anemia yang disebabkan oleh berbagai hal. 1
Pasien yang memperoleh transfusi PRC berulang seperti pada pasien anemia
kronik yang disebabkan berbagai penyebab, dapat membentuk antibodi terhadap
aloantigen yang diekspresikan oleh eritrosit yang dikenal sebagai aloimunisasi eritrosit.
Aloimunisasi eritrosit dapat menyebabkan reaksi transfusi hemolitik akut dan lambat, yang
dapat pula mempengaruhi efikasi transfusi PRC serta dapat memberikan risiko morbiditas
dan mortalitas.2-4
Aloimunisasi akibat transfusi darah secara teori dapat dicegah dengan melakukan
uji silang serasi darah donor dengan fenotip darah resipien, namun hal tersebut sulit
diimplementasikan karena memerlukan tenaga dan biaya yang besar dan waktu
pemeriksaan yang lama. Terdapat banyak kesulitan untuk mempersiapkan PRC yang
sesuai tersebut seperti pada keadaan perdarahan masif, sehingga pasien mendapatkan
transfusi PRC dengan antigen positif. Peningkatan paparan terhadap antigen eritrosit
memiliki kemungkinan lebih besar untuk risiko aloimunisasi, disamping beberapa faktor lain
seperti status imun resipien, imunogenisitas antigen eritrosit, riwayat pasien yang telah
mengalami pembentukan antibodi sebelumnya atau pasien yang memperoleh transfusi
masif dengan indikasi tertentu. Dampak aloimunisasi eritrosit akan menyulitkan pasien
untuk memperoleh PRC yang kompatibel serta dapat menyebabkan reaksi transfusi
hemolitik yang berat.5,6
Pedoman transfusi darah menjelaskan spesifisitas, metode pemeriksaan, makna
klinik, frekuensi reaksi transfusi dan indikasi pemberian PRC. Pada umumnya diharapkan
terjadi peningkatan kadar hemoglobin 1 g/dL pada setiap unit PRC yang ditransfusikan.1,4
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC dengan
menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum transfusi dan 24 jam pasca transfusi
PRC serta korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit pada
pasien anemia kronik.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronik
dengan aloantibodi positif dan aloantibodi negatif?
2. Apakah terdapat korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi
eritrosit pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui kejadian aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik dan
korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit pada pasien
anemia kronik.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui perbedaan efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronik
dengan aloantibodi positif dan aloantibodi negatif
2. Mengetahui korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi
eritrosit pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Keilmuan
Hasil dari penelitian ini memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang kejadian
aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC dan
kaitannya dengan efikasi transfusi PRC.
1.4.2 Praktis
Karakteristik aloantibodi yang ditemukan pada pasien anemia kronik yang
memperoleh transfusi PRC dan efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronik dapat
digunakan sebagai dasar untuk membuat suatu sistem investigasi dan alur untuk
pelayanan darah yang mengutamakan patient safety.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transfusi Darah
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah dari seorang
donor kepada resipien. Transfusi darah digunakan terutama untuk mengatasi keadaan
dimana kapasitas membawa oksigen tidak adekuat dan keadaan dimana protein koagulasi
tidak cukup untuk memberikan proses hemostasis yang baik. Transfusi darah harus
diberikan sesuai dengan indikasi klinik dan komponen darah yang tepat untuk kebutuhan
pasien karena transfusi darah dapat pula menyebabkan komplikasi akut atau lambat serta
membawa risiko infeksi penyakit yang ditularkan melalui transfusi 1,7,8.
2.2 Komponen Darah
Darah adalah materi biologis yang bersifat multiantigenik dan terdiri dari komponen
sel darah dan cairan darah. Komponen darah adalah bagian darah yang dipisahkan dari
darah lengkap, untuk kepentingan pelayanan kesehatan 2,4.
Komponen Darah dapat dibedakan menjadi:
1. Whole Blood (WB)
WB merupakan darah yang tidak dipisahkan dan dikumpulkan dalam sebuah
wadah berisi cairan antikoagulan, pengenceran ini dengan proporsi delapan
bagian darah dengan satu bagian antikoagulan. Penggunaan WB terbatas hanya
pada beberapa kondisi klinik, sebaiknya untuk mengganti kehilangan eritrosit dan
plasma 1,4.
2. Konsentrat sel darah merah (Packed Red Cell/PRC)
Komponen darah yang diperoleh dengan menghilangkan kurang lebih 200 – 250
ml plasma dari WB. PRC memiliki kadar hematokrit sekitar 70 – 80% dan memiliki
kemampuan untuk mengantarkan oksigen serupa dengan WB 9.
3. Washed eritrosit
Washed eritrosit diperoleh dengan menghilangkan plasma protein yang sering
menyebabkan reaksi transfusi (alergi). Masa kadaluarsa washed eritrosit yang
pendek yaitu hanya 24 jam menyebabkan keterbatasan penggunaannya, namun
efek peningkatan hematokrit setelah transfusi sama dengan komponen konsentrat
eritrosit biasa 1,4.
4. Konsentrat trombosit
Konsentrat trombosit diberikan pada pasien perdarahan karena trombositopenia
atau gangguan fungsi trombosit. Setiap unit konsentrat trombosit harus
mengandung minimal 5,5 x 1010 trombosit. Gabungan 3 – 4 unit konsentrat
4
trombosit akan mengandung 3 x 1011 trombosit. Setiap unit konsentrat trombosit
mampu meningkatkan jumlah trombosit sebesar 5.000 – 10.000/µl pada pasien
dewasa 1,4.
5. Buffy coat /granulocytapheresis.
Komponen granulosit harus ditransfusikan sesegera mungkin dalam 24 jam
setelah pengambilan darah. Komponen granulosit harus dilakukan uji silang serasi
sebelum diberikan kepada resipien 9.
6. Fresh frozen plasma/FFP
FFP mengandung semua faktor koagulasi yang dapat diberikan pada pasien
dengan defisiensi faktor koagulasi akibat kelainan kongenital, penyakit hati,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), defisiensi vitamin K, toksisitas
warfarin atau transfusi masif. Pemberian FFP harus dengan kompatibilitas ABO
dengan eritrosit resipien 1,4.
7. Liquid plasma
Liquid plasma mengandung sejumlah kecil faktor koagulasi labil faktor V dan faktor
VIII 9.
8. Cryoprecipitated Antihemophilic Factor/AHF
AHF disebut juga faktor VIII, yang juga mengandung fibrinogen, von Willebrand’s
factor (vWF) dan faktor XIII. Setiap unit kriopresipitat mengandung 80 – 120 U
faktor VIII, 150 – 250 mg fibrinogen, 40 – 70% vWF dari FFP awal dan 20 – 30%
faktor XIII dari FFP awal 1,4.
9. Produk plasma. Protein plasma manusia yang diolah secara farmakologi, seperti
:
Albumin
Konsentrat faktor koagulasi
Imunoglobulin 10-13.
2.3 Efikasi Transfusi PRC
Penggunaan komponen darah terutama PRC semakin berkembang sebagai salah
satu manajemen pengelolaan pasien anemia. Pemantauan efikasi transfusi PRC terutama
dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin pasca transfusi. Diharapkan adanya
peningkatan kadar hemoglobin pasca transfusi PRC sebesar 1 g/dL pada setiap unit PRC
yang ditransfusikan.4,7
5
2.4 Klasifikasi Antibodi Golongan Darah
Antibodi golongan darah adalah antibodi yang bereaksi dengan antigen pada
permukaan eritrosit. Kebanyakan berupa IgG dan IgM, namun kadang-kadang dapat
berupa IgA. Antibodi golongan darah dapat dibedakan sebagai:
1. Natural occuring antibody: antibodi yang ditemukan pada serum individu yang
belum pernah terpapar dengan antigen eritrosit baik melalui transfusi atau
kehamilan. Antibodi diproduksi sebagai respons terhadap substansi yang ada di
lingkungan yang secara antigenik identik atau mirip dengan antigen eritrosit.
Antigen ini banyak ditemukan di alam, pada binatang, bakteri dan pollen.
2. Immune antibody: antibodi yang ditemukan pada serum individu yang telah
terpapar oleh antigen eritrosit melalui transfusi, injeksi atau kehamilan. Antibodi ini
tidak ditemukan di alam dan secara molekuler sangat unik terhadap eritrosit
manusia. Kebanyakan berupa IgG yang bereaksi pada suhu 37°C dan
memerlukan anti human globulin untuk deteksinya. Immune antibody yang banyak
ditemukan adalah antibodi yang bereaksi terhadap Rh, Kell, Duffy, Kidd dan Ss.14-
16
Antibodi golongan darah juga dapat dibedakan sebagai:
1. Expected antibody: antibodi yang umum ditemukan pada eritrosit, pada keadaan
normal, pada individu sehat, anti-A dan anti-B adalah antibodi yang umum
ditemukan.
2. Unexpected antibody: antibodi selain anti-A dan anti-B yang bereaksi terhadap
antigen eritrosit. Reaktivitas unexpected antibody tidak dapat diperkirakan, dapat
menimbulkan hemolisis, aglutinasi atau sensitisasi eritrosit.14
Penggolongan antibodi juga dapat dibedakan sebagai:
1. Alloantibody: antibodi yang diproduksi setelah paparan antigen yang secara
genetik berbeda, nonself, tetapi berasal dari spesies yang sama
2. Autoantibody: antibodi yang diproduksi sebagai respon terhadap self antigen.14
6
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep
Aloimunisasi eritrosit
Skrining dan Identifikasi antibodi
Faktor dari donor: ‐ Imunogenisitas
antigen ‐ Dosis dan jumlah
transfusi sebelumnya
Transfusi darah (PRC) dengan antigen positif
Faktor dari resipien ‐ Genetik ‐ Status imun
Aloantibodi positif
Aloantibodi negatif
Efikasi transfusi PRC (peningkatan
hemoglobin sebelum dan 24 jam sesudah
transfusi PRC)
Efikasi transfusi PRC (peningkatan
hemoglobin sebelum dan 24 jam sesudah
transfusi PRC)
7
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perbedaan efikasi transfusi PRC pada pasien anemia kronik dengan
aloantibodi positif dan aloantibodi negatif
2. Terdapat korelasi efikasi transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit
pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode
penelitian pendekatan cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui korelasi efikasi
transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik
3.2 Penentuan Sumber Data
3.2.1 Populasi dan sampel
Populasi target penelitian adalah pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi
PRC di Bali. Populasi terjangkau adalah pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi
PRC di RSUP Sanglah Denpasar.
Sampel penelitian adalah pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC
di RSUP Sanglah yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan sampel.
3.2.2 Kriteria eligibilitas
3.2.2.1 Kriteria penerimaan sampel
(1) Pasien dewasa berusia diatas 18 tahun
(2) Memiliki riwayat transfusi PRC lebih dari 3 kali
(3) Pemeriksaan pretransfusi meliputi crossmatch mayor dan minor dikerjakan
dengan gel agglutination technique dan dilanjutkan dengan skrining antibodi
dan identifikasi antibodi
(4) Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
3.2.3 Besar sampel
Besar sampel mengacu pada rumus berikut:
Keterangan :
n = jumlah sampel α = tingkat kesalahan 1 (α = 0,05) zα = 1,960 P = proporsi standar = 0,76 d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,10 Q = 1 – P = 0,24
zα2PQ n = d2
9
Nilai α ditetapkan sebesar 0,05 ehingga zα adalah 1,960. Dari penelitian Yousuf,et al, 2013,
diperoleh proporsi skrining antibodi positif sebesar 0,76% dengan tingkat ketepatan absolut
0,10 maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh N = 70,07 dibulatkan 70.
Sehingga besar sampel minimal adalah 70.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di seluruh ruang rawat inap RSUP Sanglah Denpasar dan
Bank Darah RSUP Sanglah Denpasar. Waktu pengumpulan sampel penelitian dilakukan
mulai bulan April 2018 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Klasifikasi variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah:
(1) Variabel bebas : Efikasi transfusi PRC
(2) Variabel tergantung : Kejadian aloimunisasi eritrosit
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
(1) Transfusi PRC adalah: seluruh pasien yang mendapatkan transfusi PRC di ruang
rawat inap RSUP Sanglah Denpasar
(2) Pasien anemia kronik: pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUP Sanglah
dengan diagnosis anemia dengan onset lebih dari 6 bulan yang disebabkan oleh
berbagai sebab.
(3) Efikasi transfusi PRC adalah: peningkatan kadar hemoglobin setelah transfusi
PRC 1 g/dl per kantong PRC
(4) Kejadian aloimunisasi eritrosit adalah: kejadian terbentuknya aloantibodi eritrosit
pada pasien anemia kronik yang memperoleh transfusi PRC
(5) Skrining antibodi adalah: pemeriksaan untuk mendeteksi adanya antibodi pada
serum pasien dengan menggunakan 2 panel sel skrining
(6) Identifikasi antibodi adalah: pemeriksaan lanjutan dari hasil skrining antibodi positif
yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis antibodi pada serum pasien dengan
menggunakan 10 sel panel
3.5 Bahan Penelitian
Pada penelitian ini memakai bahan penelitian sebagai berikut:
(1) Sampel serum untuk pemeriksaan skrining antibodi dan identifikasi antibodi
(2) Sampel darah EDTA untuk pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum transfusi dan
24 jam pasca transfusi
10
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pengambilan sampel
Pasien anemia kronik yang dirawat di ruang rawat inap RSUP Sanglah yang
mengajukan permintaan PRC di Bank Darah RSUP Sanglah dengan riwayat transfusi PRC
lebih dari 3 kali dilakukan pengambilan darah sebanyak 7 ml (5 ml untuk pemeriksaan
skrining dan identifikasi antibodi dan 2 ml untuk pemeriksaan kadar hemoglobin).
3.6.2 Pemeriksaan sampel darah
Pemeriksaan skrining antibodi menggunakan metode gel agglutination technique
dengan 2 panel sel skrining. Pemeriksaan identifikasi antibodi dilakukan dengan metode
gel agglutination technique menggunakan 10 sel panel.
Pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum transfusi dan 24 jam pasca transfusi
dilakukan menggunakan metode flowcytometry dengan alat hematology analyzer.
3.7 Analisis Data
Setelah data terkumpul, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data, kemudian
dianalisis sebagai berikut:
(1) Uji statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik subyek penelitian.
(2) Uji komparasi untuk melihat perbedaan efikasi transfusi PRC pada pasien anemia
kronik dengan aloantibodi positif dan negatif menggunakan uji komparasi non
parametrik Mann Whitney U test bila data berdistribusi tidak normal dan uji
parametrik Independent t-test bila data berdistribusi normal.
(3) Uji korelasi untuk melihat hubungan efikasi transfusi PRC dengan kejadian
aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik menggunakan pengujian korelasi
Pearson
(4) Analisis statistik diatas menggunakan nilai kepercayaan 95% (CI = 95%) dengan
nilai p lebih kecil atau sama dengan 0,05.
11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian diperoleh dari 70 subyek yang memperoleh
transfusi PRC di ruang rawat inap RSUP Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria
inklusi, seperti tercantum pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian
Karakteristik Subyek Penelitian n (%) Jumlah total resipien transfusi PRC 70 Umur 18 – 45 tahun 46 – 65 tahun > 65 tahun
30 (43%) 33 (47%) 7 (10%)
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
26 (37%)
44 (63%) Diagnosis Kelainan onkologi Kelainan hematologi Kasus bedah Penyakit Ginjal Kronik
33 (47%) 25 (36%) 8 (11%) 4 (6%)
Golongan Darah O Rhesus D positif A Rhesus D positif B Rhesus D positif AB Rhesus D positif
36 (51%) 12 (17%) 20 (29%)
2 (3%)
4.2. Efikasi Transfusi PRC
Pada penelitian ini diperoleh data 70 subyek yang memperoleh transfusi PRC di
ruang rawat inap RSUP Sanglah Denpasar, dan dilakukan pengukuran kadar hemoglobin
sebelum transfusi PRC dan 24 jam sesudah transfusi PRC. Berbagai penelitian
menyatakan bahwa efikasi transfusi PRC dinilai dari peningkatan kadar hemoglobin 1 g/dl
setiap transfusi 1 unit PRC (Wiesen, et al, 1994; Elizalde et al, 1997; Hoque et al, 2014).
Pada penelitian ini ditemukan 8 subyek (11,4%) dengan aloantibodi positif dan 62
subyek (88,6%) aloantibodi negatif. Rerata permintaan komponen PRC untuk setiap
episode permintaan darah sebesar 3,03±1,86 unit. Kadar hemoglobin sebelum transfusi
PRC pada seluruh subyek sebesar 7,16±1,80 g/dl, pada subyek dengan aloantibodi negatif
sebesar 7,31±1,66 g/dl dan pada subyek dengan aloantibodi positif/autoantibodi sebesar
5,96±2,45 g/dl. Rerata kadar hemoglobin 24 jam sesudah transfusi PRC pada seluruh
subyek sebesar 9,37±2,12 g/dl, pada subyek dengan aloantibodi negatif sebesar
9,78±1,57 g/dl dan pada subyek dengan aloantibodi positif sebesar 6,24±3,15 g/dl. Rerata
12
efikasi transfusi PRC pada seluruh subyek penelitian sebesar 0,86±1,03 g/dl, pada subyek
dengan aloantibodi eritrosit negatif sebesar 0,94±1,06, sedangkan rerata efikasi transfusi
PRC pada subyek dengan aloantibodi positif sebesar 0,27±0,35 yang ditampilkan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Efikasi Transfusi PRC pada Subyek Penelitian
Subyek penelitian Kadar hemoglobin (g/dl) (mean±SD)
Efikasi transfusi PRC
Sebelum transfusi PRC
24 jam sesudah transfusi PRC
Seluruh subyek (n = 70) 7,16±1,80 9,37±2,12 0,86±1,03 Subyek dengan aloantibodi negatif (n = 62)
7,31±1,66 9,78±1,57 0,94±1,06
Subyek dengan aloantibodi positif (n = 8)
5,96±2,45 6,24±3,15 0,27±0,35
4.2.1 Perbedaan efikasi transfusi PRC
Untuk melihat perbedaan efikasi transfusi PRC pada kedua kelompok (kelompok
subyek dengan aloantibodi negatif dan kelompok subyek dengan aloantibodi positif)
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Tabel 4.3. Uji normalitas
Tests of Normality
Penapisan
Antibodi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Efikasi
Transfusi
Negatif .125 62 .017 .952 62 .017
Positif .284 8 .056 .812 8 .038
a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai p < 0,05, berarti data tidak
berdistribusi normal.
Tabel 4.4. Uji homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Efikasi Transfusi Based on Mean .296 1 68 .588
Based on Median .391 1 68 .534
Based on Median and with
adjusted df
.391 1 67.915 .534
Based on trimmed mean .320 1 68 .573
13
Kemudian hasil uji homogenitas menggunakan metode Levene’s test, diperoleh
nilai p = 0,296 > 0,05 yang berarti varian kedua kelompok sama / homogen.
Selanjutnya dilakukan uji beda dengan uji Mann Whitney, dan diperoleh nilai p =
0,003 (p< 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna efikasi transfusi PRC
antara kelompok subyek dengan aloantibodi eritrosit positif dan kelompok subyek dengan
aloantibodi eritrosit negatif.
Tabel 4.5 Uji Mann Whitney
Ranks Penapisan Antibodi N Mean Rank Sum of Ranks
Efikasi Transfusi Negatif 62 38.10 2362.50
Positif 8 15.31 122.50
Total 70
Test Statisticsa
Efikasi Transfusi
Mann-Whitney U 85.500
Wilcoxon W 121.500
Z -2.971
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Grouping Variable: Penapisan Antibodi
Pada penelitian ini tampak perbedaan efikasi transfusi PRC pada subyek dengan
aloantibodi eritrosit negatif dan subyek dengan aloantibodi eritrosit positif, dimana efikasi
transfusi PRC pada subyek dengan aloantibodi positif lebih rendah daripada subyek
dengan aloantibodi negatif. Subyek dengan aloantibodi eritrosit positif mengalami kesulitan
untuk memperoleh PRC yang kompatibel.
4.2.2. Korelasi Efikasi Transfusi PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit
Hasil analisis korelasi Pearson, didapatkan korelasi cukup antara efikasi transfusi
PRC dengan kejadian aloimunisasi eritrosit (r = -0,391, p =0,001). Terdapat hubungan yang
signifikan antara kejadian aloimunisasi eritrosit dengan efikasi transfusi PRC, dimana
kejadian aloimunisasi eritrosit yang meningkat / aloantibodi eritrosit positif berhubungan
signifikan dengan penurunan efikasi transfusi. Koefisien determinasi sebesar 15,29%,
artinya bahwa sebesar 15,29% efikasi transfusi PRC dapat dijelaskan oleh kejadian
aloimunisasi eritrosit pada pasien anemia kronik
14
Tabel 4.6 Uji Korelasi Pearson
Correlations
Efikasi Transfusi
Penapisan
Antibodi
Efikasi Transfusi Pearson Correlation 1 -.391**
Sig. (2-tailed) .001
N 70 70
Penapisan Antibodi Pearson Correlation -.391** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Efikasi transfusi PRC pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian Wiesen et al
(1994) yang menyatakan bahwa transfusi 1 unit PRC pada pasien tanpa perdarahan aktif
dapat meningkatkan kadar hemoglobin 1 g/dl dan dinyatakan pula tidak terdapat
perbedaan bermakna kadar hemoglobin yang diukur 15 menit setelah transfusi dengan
kadar hemoglobin yang diukur 24 jam setelah transfusi. Perbedaan efikasi transfusi PRC
ini kemungkinan berkaitan dengan subyek penelitian yang digunakan, dimana penelitian
Wiesen, et al (1994) menggunakan pasien dalam kondisi steady state tanpa perdarahan
aktif, sedangkan pada penelitian ini tidak disingkirkan berbagai faktor klinik yang
mempengaruhi hemoglobin equilibration seperti kelainan fungsi ginjal, riwayat penyakit
jantung kongestif, penggunaan diuretik, dan ada tidaknya demam selama transfusi PRC
(Wiesen, et al, 1994).
Penelitian Elizalde, et al (1997) mendukung hasil penelitian Wiesen et al (1994)
yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin dengan cepat mencapai keseimbangan dalam
tubuh, dimana pengukuran kadar hemoglobin 15 menit setelah transfusi PRC tidak
berbeda dengan kadar hemoglobin 24 jam setelah transfusi pada pasien anemia akut
tanpa perdarahan aktif (Elizalde, et al, 1997).
15
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
(1) Aloantibodi eritrosit terdeteksi pada 8 (11,4%) subyek yang memperoleh
transfusi PRC. Terdapat perbedaan yang bermakna efikasi transfusi PRC
antara kelompok subyek dengan aloantibodi eritrosit positif dan kelompok
subyek dengan aloantibodi eritrosit negatif.
(2) Terdapat korelasi yang signifikan antara efikasi transfusi PRC dengan kejadian
aloimunisasi eritrosit.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan sebagai berikut:
(1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pendataan fenotip antigen
eritrosit terutama sistem Kell pada subyek yang mengalami aloimunisasi
eritrosit maupun populasi di Bali
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Brecher,M.E. 2005. Technical Manual. Fifteenth Edition. USA : American Association of Blood Banks (AABB). p. 483-520.
2. Ness,P.M. 2000. Transfusion Medicine: An Overview and Update. Clinical Chemistry;46:1270-1276.
3. Vamvakas,E.C., Blajchman,M.A. 2001b. Deleterious clinical effects of transfusion-associated immunomodulation: fact or fiction? Blood;97:1180-1195.
4. Klein,H.G., Anstee,D.J. 2005. Mollison’s Blood Transfusion in Clinical Medicine. Eleventh Edition. USA : Blackwell Publishing. p.48 – 114.
5. Yousuf,R., Aziz,S.A., Yusof,N., Leong,C.F. 2013. Incidence of Red Cell Alloantibody among the Transfusion Recipients of Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre. Indian J Hematol Blood Trnasfus;29(2):65-70.
6. Zalpuri,S., Zwaginga,J.J., Cessie,S.le., Elshuis,J., Schonewille,H., van der Bom,J.G. 2012. Red Blood Cell Alloimmunization and Number of Red Blood Cell Transfusions. Vox Sanguinis;102:144-149.
7. Hebert,P.C., Tinmouth,A., Carson,J.L. 2007. Red cell Transfusion in Perioperative and Critically Ill Patients. In: Hillyer,C.D., Silberstein,L.E., Ness,P.M., Anderson,K.C., Roback,J.D. editors. Blood Banking and Transfusion Medicine. Second Edition. Philadelphia : Elsevier Inc. p. 445 – 454.
8. Nester,T., AuBuchon,J.P. 2011. Hemotherapy Decisions and Their Outcomes. In: Roback,J.D., Grossman,B.J., Harris,T., Hillyer,C.D editors. Technical Manual. 17th Edition. USA : American Association of Blood Banks. p. 571-597.
9. Makroo,R.N. 2009. Compendium of Transfusion Medicine. Second Edition. New Delhi: Kongposh Publications Pvt.Ltd. p.163-169.
10. Price,T.H. 2007. Granulocytes. In: Hillyer,C.D., Silberstein,L.E., Ness,P.M., Anderson,K.C., Roback,J.D. editors. Blood Banking and Transfusion Medicine Basic Principles & Practice. Second Edition. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier Inc. p. 342-58.
11. Su,L.L., Logdberg,L.E. 2007. Cryoprecipitate and Related Products. In: Hillyer,C.D., Silberstein,L.E., Ness,P.M., Anderson,K.C., Roback,J.D. editors. Blood Banking and Transfusion Medicine Basic Principles & Practice. Second Edition. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier Inc. p. 270-7.
12. Kakaiya,R., Aronson,C.A., Julleis,J. 2011. Whole Blood Collection and Component Processing at Blood Collection Centers. In: Roback,J.D., Grossman,B.J., Harris,T., Hillyer,C.D editors. Technical Manual. 17th Edition. USA : American Association of Blood Banks. p. 571-597.
13. Lewis,VN., Martin,S. 1999. Fundamentals of Immunology for Blood Bankers. In: Harmening,DM. Modern Blood Banking and Transfusion Practices. Fourth Edition. Book Promotion and Service Co.Ltd. Thailand. P. 36-65.
14. Williamson,T.1993.Basic Immunology. In: Quinley,ED.Immunohematology Principles and Practice. JB Lippincott Company. Philadelphia. p.54-69.
15. Judd,WJ. Red Cell Immunology and Compatibility Testing In:Simon,TL., Snyder,EL., Solheim,BG., Stowell,CP., Strauss,RG., Petrides,M. 2009. Rossi’s Principles of Transfusion Medicine. Fourth Edition. Blackwell Publishing Ltd. UK. p. 69-88.
16. Daniels,G., Bromilow I. 2014. Essential Guide to Blood Groups. Third Edition. John Wiley & Sons Ltd. UK. p. 65-80.
17
Lampiran 1. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian
Sarana dan prasarana yang akan digunakan adalah:
1. Pengambilan sampel darah dikerjakan di seluruh ruang rawat inap RSUP Sanglah
Denpasar
2. Pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi dan pemeriksaan Darah Lengkap
(kadar hemoglobin) dikerjakan di Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah
Denpasar
18
Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
No. Nama Institusi Keahlian Alokasi Waktu (jam/
minggu/tahun)
Uraian Tugas
1. Sianny Herawati
FK UNUD
Patologi Klinik
4 - Koordinasi pelaksanaan penelitian
- Pengambilan sampel penelitian - Pemeriksaan skrining antibodi - Membuat laporan hasil
penelitian 2. Desak Gde
Diah Dharma Santhi
FK UNUD
Patologi Klinik
3 - Menganalisis statistik penelitian
19
Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik
Tests of Normality
Penapisan Antibodi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Efikasi Transfusi Negatif .125 62 .017 .952 62 .017
Positif .284 8 .056 .812 8 .038
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Efikasi Transfusi Based on Mean .296 1 68 .588
Based on Median .391 1 68 .534
Based on Median and with
adjusted df
.391 1 67.915 .534
Based on trimmed mean .320 1 68 .573
22
Ranks Penapisan Antibodi N Mean Rank Sum of Ranks
Efikasi Transfusi Negatif 62 38.10 2362.50
Positif 8 15.31 122.50
Total 70
23
Test Statisticsa
Efikasi Transfusi
Mann-Whitney U 86.500
Wilcoxon W 122.500
Z -2.982
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Grouping Variable: Penapisan Antibodi
Correlations
Efikasi Transfusi
Penapisan
Antibodi
Efikasi Transfusi Pearson Correlation 1 -.391**
Sig. (2-tailed) .001
N 70 70
Penapisan Antibodi Pearson Correlation -.391** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).