koran merah kampus fis uny

7
SELASA 15 April 2014 Edisi III Rp. 3000,- YOGYAKARTA, MERAH- Pemilu legislatif telah dilaksana- kan pada 9 April 2014. Banyak mahasiswa Universitas Negeri Yog- yakarta (UNY), yang sebagian besar pemilih pemula, mengaku kebin- gungan dalam menentukan pili- han.Menurut Setiawan, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu sosial (FIS) jurusan Pendidikan Kewar- ganegaraan dan Hukum (PKNH), kebingungan ini dikarenakan minimnya sosialisasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang track record para calon yang akan dipilih. “Saya mengalami kebi- ngungan karena tidak mengenal calon anggota legislatif. Apalagi bagi mahasiswa rantau yang ada di DIY, jelas tidak mengenal calon- calon legislatif yang ada,” ungkap- nya. Nada berbeda disampaikan oleh Izzah, mahasiswa FIS semes- ter 6 jurusan Pendidikan Geografi. Wanita asal Madiun yang juga melakukan mutasi hak pilih ini mengaku tidak terlalu kesulitan dalam menentukan pilihan. Jauh- jauh hari dia sudah mencari tahu calon yang akan maju menjadi wakil rakyat. Sehingga sedikit banyak sudah tahu latar belakang calon yang akan dipilih. “Kita cari tahu aja sih, lewat browsing inter- net dan diskusi,” ungkapnya. Galau Tentukan Pilihan PEMILIH PEMULA Kolaborasi FIS dan Kompas PELATIHAN JURNALISTIK ADVANCE Staff Hubungan Masyarakat (Humas) Fakultas Ilmu Sosial Uni- versitas Negeri Yogyakarta (FIS- UNY) kembali mengadakan pelati- han jurnalistik bagi mahasiswa dan dosen. Bekerja sama dengan media harian Kompas, acara serupa per- nah diadakan awal Desember tahun 2013. Pelatihan kali ini mengambil tema “Pelatihan Jurnalistik Ad- vance.” Tema ini sengaja diambil karena merupakan lanjutan dari pelatihan sebelumnya. Pesertaznya pun terbatas, hanya 21 orang yang mendapatkan kesempatan mengi- kutinya. Acara ini diadakan un- tuk memberikan pengetahuan ►► H. 2 • Suasana pelatihan jurnalistik bersama wartawan senior KOMPAS, Tony D. Widiyanto Ilustrasi: RUHAMAHANI Dok. MERAH Dunia ini Panggung Pencitraan Oleh : Saifuddin Alif Pimpinan Redaksi Koran Merah Pemilihan umum 2014 telah digelar. Hiruk pikuk suasana pesta demokrasi menjadi hal yang paling dinanti di usia Republik yang me- masuki tahun ke 69. Dalam pemilu kali ini, jumlah masyarakat yang akan menggunakan hak pilihnya ada sekitar 185 juta orang, 3,1 juta diantaranya tercatat sebagai pemi- lih pemula. Setidaknya begitulah catatan yang diberikan oleh Ke- menterian Dalam Negeri. Pemilih pemula memang menjadi sasaran empuk bagi partai peserta pemilu untuk mendulang perolehan suara. Kepribadian yang cenderung masih polos dan idea- lis, belum mencapai tahap fanatik, menjadi pertimbangan tersendiri. Sedikit saja diberi shock teraphy, isu tentang kebobrokan suatu par- tai misalnya, sebagian besar dari mereka akan dengan mudah mem- percayainya, bahkan membesar- besarkannya, terutama di media sosial. Padahal isu tersebut belum tentu kebenarannya. Inilah Indonesia. Bukan ke- baikan, track record, atau prestasi yang dilihat. Namun apa yang di- lihat di media, itulah yang men- jadi rujukan. Pernyataan “Siapa yang menguasai media, dialah yang menguasai politik Indonesia” sedikit banyak ada benarnya. Ten- gok saja, tokoh yang dulu dipuja dan dipuji di berbagai media, sekarang menjadi bulan-bulanan masyarakat. Kenapa? Tanyakanlah kepada media. There is no permanent friends or enemy, but there is permanent interest, that’s politic. Politik In- donesia saat ini bukanlah politik hati nurani, melainkan politik pen- citraan belaka. Tidak hanya politik dalam pemilu, tetapi juga politik dalam tatanan masyarakat. Penci- traan seseorang memang penting, selama kinerjanya sesuai dengan apa yang dicitrakan. Sampai kapan kita terbelenggu dalam fatamorga- na politik ini? Waktulah yang akan menjawabnya.

Upload: komunitas-mera

Post on 22-Mar-2016

240 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Berani Mencerdaskan! Berita terkini seputar Kampus UNY dan terkait isu isu terhangat

TRANSCRIPT

Page 1: Koran Merah Kampus FIS UNY

SELASA 15 April 2014Edisi III

Rp. 3000,-

YOGYAKARTA, MERAH- Pemilu legislatif telah dilaksana-kan pada 9 April 2014. Banyak mahasiswa Universitas Negeri Yog-yakarta (UNY), yang sebagian besar pemilih pemula, mengaku kebin-gungan dalam menentukan pili-han.Menurut Setiawan, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu sosial (FIS) jurusan Pendidikan Kewar-ganegaraan dan Hukum (PKNH), kebingungan ini dikarenakan minimnya sosialisasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang track record para calon yang akan dipilih. “Saya mengalami kebi-ngungan karena tidak mengenal calon anggota legislatif. Apalagi bagi mahasiswa rantau yang ada di DIY, jelas tidak mengenal calon-calon legislatif yang ada,” ungkap-nya.

Nada berbeda disampaikan oleh Izzah, mahasiswa FIS semes-

ter 6 jurusan Pendidikan Geografi. Wanita asal Madiun yang juga melakukan mutasi hak pilih ini mengaku tidak terlalu kesulitan dalam menentukan pilihan. Jauh-jauh hari dia sudah mencari tahu

calon yang akan maju menjadi wakil rakyat. Sehingga sedikit banyak sudah tahu latar belakang calon yang akan dipilih. “Kita cari tahu aja sih, lewat browsing inter-net dan diskusi,” ungkapnya.

Galau Tentukan PilihanPEMILIH PEMULA

Kolaborasi FIS dan Kompas PELATIHAN JURNALISTIK ADVANCE

Staff Hubungan Masyarakat (Humas) Fakultas Ilmu Sosial Uni-versitas Negeri Yogyakarta (FIS-UNY) kembali mengadakan pelati-han jurnalistik bagi mahasiswa dan dosen. Bekerja sama dengan media harian Kompas, acara serupa per-nah diadakan awal Desember tahun 2013. Pelatihan kali ini mengambil tema “Pelatihan Jurnalistik Ad-vance.” Tema ini sengaja diambil karena merupakan lanjutan dari pelatihan sebelumnya. Pesertaznya pun terbatas, hanya 21 orang yang mendapatkan kesempatan mengi-kutinya.

Acara ini diadakan un-tuk memberikan pengetahuan

►► H. 2• Suasana pelatihan jurnalistik bersama wartawan senior KOMPAS, Tony D. Widiyanto

Ilust

rasi

: RU

HA

MA

HA

NI

Dok

. MER

AH

Dunia ini Panggung Pencitraan

Oleh : Saifuddin AlifPimpinan Redaksi Koran Merah

Pemilihan umum 2014 telah digelar. Hiruk pikuk suasana pesta demokrasi menjadi hal yang paling dinanti di usia Republik yang me-masuki tahun ke 69. Dalam pemilu kali ini, jumlah masyarakat yang akan menggunakan hak pilihnya ada sekitar 185 juta orang, 3,1 juta diantaranya tercatat sebagai pemi-lih pemula. Setidaknya begitulah catatan yang diberikan oleh Ke-menterian Dalam Negeri.

Pemilih pemula memang menjadi sasaran empuk bagi partai peserta pemilu untuk mendulang perolehan suara. Kepribadian yang cenderung masih polos dan idea-lis, belum mencapai tahap fanatik, menjadi pertimbangan tersendiri. Sedikit saja diberi shock teraphy, isu tentang kebobrokan suatu par-tai misalnya, sebagian besar dari mereka akan dengan mudah mem-percayainya, bahkan membesar-besarkannya, terutama di media sosial. Padahal isu tersebut belum tentu kebenarannya.

Inilah Indonesia. Bukan ke-baikan, track record, atau prestasi yang dilihat. Namun apa yang di-lihat di media, itulah yang men-jadi rujukan. Pernyataan “Siapa yang menguasai media, dialah yang menguasai politik Indonesia” sedikit banyak ada benarnya. Ten-gok saja, tokoh yang dulu dipuja dan dipuji di berbagai media, sekarang menjadi bulan-bulanan masyarakat. Kenapa? Tanyakanlah kepada media.

There is no permanent friends or enemy, but there is permanent interest, that’s politic. Politik In-donesia saat ini bukanlah politik hati nurani, melainkan politik pen-citraan belaka. Tidak hanya politik dalam pemilu, tetapi juga politik dalam tatanan masyarakat. Penci-traan seseorang memang penting, selama kinerjanya sesuai dengan apa yang dicitrakan. Sampai kapan kita terbelenggu dalam fatamorga-na politik ini? Waktulah yang akan menjawabnya.

Page 2: Koran Merah Kampus FIS UNY

OPINIMERAH2

Pelindung: Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. | Pengarah: Cholisin, M.Si., dan Saliman, M.Pd. | Penanggun Jawab: Terry Irenewaty, M.Hum. | Penasehat: Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M.Pd. | Pimpinan Redaksi : Saifuddin Alif | Redaksi Pelaksana : Thomas Danar Sulistyo | Sekretaris Redaksi: Wahyu Ida P | Editor: Puji Nu-ryati dan Anggita Nilam Sari | Layouter: Ade Rachma Y | Reporter: Hardian Wahyu Widianto, Winna, Setiawan, Annisa P.Siregar, Selly Widya Ayu R, Monica Krisna A, Rikaz Prabowo, Tri Mulyani, Hanif R | Fotografer: Rustyafuri dan Noor Gitya Wahyu Putra | Ilustrator: Ruhamahani F R | Sirkulasi: Andi Wijianto dan SaraswatiAlamat Redaksi : Gedung PKM FIS UNY, Kampus Merah, Mrican, Yogyakarta | Email: [email protected] | Facebook: Komunitas MerahTwitter: @komunitasmerah

MERAH 11SELASA, 15 April 2014 SELASA, 15 April 2014

Tahun 2014 merupa-kan tahun politik, karena pada tahun inilah pemilihan umum anggota legistatif, presiden, dan wakil presiden dilaksanakan.

Pada tahun ini pula kita akan menentukan kebijakan-kebijakan apa yang akan

dikeluarkan pemimpin kita 5 tahun yang akan datang. Setiap Pemili-han Umum (Pemilu) selalu diiringi dengan kampanye. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, kampanye merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan di parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemi-lih di suatu pemungutan suara.

Apakah kampanye sudah sesuai dengan pengertiannya? Pengertian kampanye saat ini se-pertinya berubah menjadi kegiatan konvoi sepeda motor dan membu-

nyikan knalpot sepeda motor de-ngan keras. Saya sudah sering me-lihat kampanye dengan tipe seperti itu, kemudian saya bertanya-tanya, apa motifnya melakukan kampa-nye seperti itu? Apa iya masyarakat akan tergoda untuk memilih caleg atau parpol tersebut apabila suara motornya keras seperti itu?

Kampanye dengan cara de-mikian lebih banyak kerugian daripada manfaatnya. Kerugian-nya tentu dialami oleh masyarakat sendiri. Kerugian pertama, adalah kerugian waktu, kampanye dengan konvoi sepeda motor hamper se-lalu membawa massa yang banyak. Macet. Masyarakat lain yang meng-gunakan jalan tersebut akan ter-sita waktunya hanya untuk mende-ngarkan suara-suara knalpot yang sangat bising.

Bunyi knalpot motor yang digunakan untuk kampanye sangat bising dan bahkan bisa membuat telinga sakit. Hal ini jelas meng-ganggu kenyamanan masyarakat

yang tinggal di jalur yang dilalui kampanye motor tersebut.

Meskipun tidak berlangsung dalam waktu yang lama, tapi kam-panye tersebut dapat merusak mood dan membuat kita tidak nyaman. Apa lagi kerugiannya? Kita pasti tahu, knalpot motor yang dibunyi-kan keras itu mengeluarkan asap yang banyak. Apa saja kandungan dari asap knalpot tersebut? Dikutip dari jurnal Tri Tugaswati mengenai Emisi Gas Buang Kendaraan Ber-motor dan Dampaknya terhadap Kesehatan, gas buang kendaraan mengandung karbonmonoksida, berbagai senyawa hidrokarbon, berbagai oksida nitrogen dan sul-

Tidak hanya kerugian waktu,

masyarakat juga mengalami kerugian dari sisi

kenyamanan.

Dipicu oleh permasalahan akibat arus globalisasi neoliberal sampai memun-

culkan persoalan yang berkaitan dengan hak-hak warga. Begitu juga dengan politik identitas dan multi-kulturalisme yang mana pada saat itu terdapat kemudahan arus imi-grasi yang menyebabkan kompo-sisi etnis masyarakat suatu negara semakin beragam. Buku ini hadir dengan membawa pemikiran me-ngenai kewarganegaraan, seperti Marx dan Weber. Terkait masalah sosial ada T. H. Marshall, dan untuk kewarganegaraan dalam republi-kanisme dan pembentukan subjek warga negara melalui politik tubuh terdapat dalam pemikiran Foucault. Dalam konsep Agamben tentang homo sacer untuk melihat warga yang dihilangkan hak-haknya.

Masalah kewarganegaraan tidak melulu dalam pemikiran Karl Marx dan kaum kiri pada umumnya. Terdapat penjabaran pemikiran Marx mengenai komu-nisme. Itu merupakan penjelasan mengapa banyak terjadi masalah

kewarganegaraan yang dipicu oleh kaum minoritas sehingga memun-culkan gerakan yang menuntut agama dan etnis. Bagi Marx, ma-nusia dikonsepkan sebagai suatu masyarakat komunis yang human-is. Ide-ide itu ia munculkan dalam rangka pemberian solusi terhadap permasalahan yang berkembang di Eropa, terutama bagi kaum Yahudi.

Terdapat juga pandangan Max Weber terhadap persoalan kewarganegaraan yang berkaitan erat dengan sejarah perkembangan ekonomi. Perekonomian zaman pertengahan dan zaman modern dianggapnya sebagai belenggu. Lain persoalan dengan anggapan-nya terhadap politik, yang meru-pakan suatu seni untuk melampaui ketidakmungkinan, maka setiap warga berbagai kondisi yang mem-belenggu kehidupan mereka mela-lui aktivitas politik yang bisa me-nentang otoritas yang tak memihak mereka. Kesetaraan dalam hak pilih, misalnya, merupakan solusi Weber untuk memberikan kepada warga ruang dan sarana untuk

mengkritisi sistem yang ada.Dibahas juga mengenai pe-

mikiran Michael Foucault, salah satu filsuf Perancis era kontem-porer. Ia memulai gagasannya dengan menggunakan tradisi kiri dengan cara menentang berbagai bentuk modus kehidupan dan bu-daya borjuasi. Juga ia memberikan simpatinya kepada mereka yang terpinggirkan oleh kultur domi-nan masyarakat borjuis pada masa itu seperti para tahanan dan kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Dia membantu kita memahami bahwa warga negara merupakan hasil dari objektifikasi yang kompleks, yang mentrans-formasi dan membentuk individu menjadi objek hukum dan politik tertentu.

Kemudian konsep kewar-ganegaraan menurut Giorgio Agamben ialah homo sacer, yaitu manusia direduksi menjadi nihil sedemikian rupa tanpa hak dan perlindungan apapun. Namun uniknya, justru karena sedemikian tak berharganya, maka ia kemudian

disakralkan hingga terlarang untuk dikorbankan dalam ritual apapun. Dia menegaskan bahwa ketelan-jangan martabat manusia dalam tragedi, kesengsaraan dan pen-deritaan mereka sebagai homo sacer modern, bukanlah suatu ciptaan sejarah dan nasib yang asing, melainkan produk dari suatu mesin hukum dan politik kewar-ganegaraan yang bisa dihindarkan.

Namun ada jalan terbaik un-tuk bisa mengartikan dalam politik kewarganegaraan ini. Yaitu de-ngan kembali ke dasar pemikiran yang diwariskan Aristoteles, Ma-chiavelli, Hannah Arendt, hingga Mohammad Hatta. Kurang lebih begitu, sekilas isi yang membahas mengenai kewarganegaraan mulai dari Marx sampai Agamben. Buku ini merupakan pengantar bagi sia-papun yang ingin mengerti teori kewarganageraan. Pembahasan ini dulu sempat mati dalam kajian akademik maupun isu politik. Ke-mudian kembali bangkit di tahun 90-an akibat kemajuan pengeta-huan. Selamat membaca!

Judul : Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marx sampai AgambenPenulis : Robertus Robert dan Hendrik Boli TobiPenerbit : Marjin KiriTerbit : April 2014Tebal : 216 halaman

RAGAM PEMIKIRAN, RAGAM PEMECAHANOleh: Winna Wijaya

RESENSI

►► H. 11Menurut Tomi, Ketua BEM

KM UNY, ada beberapa kriteria yang harus dilihat dalam memilih calon legeslatif (caleg, yaitu latar bela-kang pendidikan, organisasi, dan pekerjaan. Apabila calon legislatif pernah menjabat menjadi anggota legislatif sebelumnya, maka rekam jejak selama menjadi anggota le-gislatif harus baik.

GolputTujuan diadakannya mutasi

hak pilih oleh KPU adalah untuk menekan angka golput, terutama untuk warga luar daerah. Di Yogya-karta sendiri, mutasi ini lebih ba-

nyak ditujukan kepada mahasiswa. Sebelumnya, KPU Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Maha-siswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) UNY mengadakan mutasi hak pilih bagi mahasiswa yang berasal dari luar DIY sebagai solusi menga-tasi golput.

Berhubung sosialisasi ten-tang mutasi hak pilih ini terkesan mendadak, maka banyak dari ma-hasiswa yang tidak tahu tentang kebijakan tersebut. Untuk me-ngatasinya, KPU memperbolehkan mahasiswa untuk menggunakan hak pilih dengan hanya membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau

Kartu Keluarga (KK), tetapi dengan syarat setelah pukul 12.00.

Namun lagi-lagi kebijakan ini belum tersosialisasi dengan baik. Banyak petugas TPS yang tidak mengetahui peraturan tersebut, sehingga banyak mahasiswa yang ingin mencoblos terpaksa gigit jari karena ditolak. “Saya golput mas, mau gimana lagi, saya ditolak di TPS. Tidak semua petugas tahu peraturan itu,” ungkap salah se-orang mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya.

Harapan untuk Caleg terpilih.Pasca pemilihan umum ang-

gota legislatif, beberapa mahasiswa mengungkapkan harapan mereka kepada siapapun caleg yang akan terpilih nantinya, untuk memper-juangkan pendidikan di Indonesia. Setiawan mengatakan, sosialisasi untuk anak yang enggan berseko-lah harus ditingkatkan, agar anak Indonesia menjadi cerdas. Tak lupa, biaya pendidikan harus diperjuang-kan sehingga anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dapat menikmati dunia pendidi-kan. “Semoga para anggota dewan yang terpilih tidak menyeleweng-kan kekuasaan dan dapat menjaga kepercayaan rakyat,” imbuhnya. [Hrd/al]

Pemilih pemula bingung ►►► ►► Sambungan hal. 1

fur, dan partikulat debu termasuk timbel. Gas-gas tersebut tentunya dapat mencemari lingkungan. Asap sepeda motor yang normal saja sudah menyumbang pencemaran lingkungan, apalagi asap sepeda motor yang sudah tidak normal seperti yang dipakai di kampanye.

Mungkin masih banyak lagi kerugian yang dialami masyarakat yang diakibatkan oleh kampa-nye dengan tipe konvoi tersebut. Apa manfaatnya? Bagi saya tidak ada manfaatnya. Tujuan awal dari kampanye kan untuk memperke-nalkan diri caleg dan parpol pada masyarakat, bukan untuk melaku-kan konvoi seperti itu. Tugas kita sebagai mahasiswa adalah mem-perbaiki tradisi ini pada kemudian hari. Jangan sampai kelak kita malah ikut berpartisipasi dalam kampanye konvoi tersebut. Se-moga Indonesia akan memiliki pemimpin-pemimpin yang tegas dan berani mengubah tradisi buruk di masyarakat.

Kampanye atau Konvoi?Oleh Deni Rizki Wibawa

bagaimana jurnalis profesional bekerja, sebagai persiapan pener-bitan buletin SMART NEWS Mei mendatang. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memberi-kan pengalaman dan pengetahuan jurnalistik kepada para peserta pelatihan.

Berlangsung selama tiga hari, terhitung sejak 10/4, pelatihan jur-nalistik lanjutan ini terbagi menjadi dua bagian, pelatihan untuk editor dan layouter. Para calon reporter SMART NEWS ini digembleng oleh

Tony D. Widiyanto, reporter senior Kompas. Sedangkan untuk calon layouter mendapatkan pelatihan dari Lim Bun Cai, layouter senior Kompas.

Sistem gugur berlaku untuk pelatihan ini. Artinya, siapapun yang dinilai kurang berkomitmen dalam pelatihan, langsung dicoret dari daftar peserta. Terbukti dari dari 11 mahasiswa peserta pelati-han, hanya 9 yang mampu ber-tahan sampai hari terakhir. “sistem gugur digunakan untuk melatih

profesionalitas dalam bekerja,” te-gas Sari, salah satu panitia sekali-gus staff Humas FIS UNY.

Ketika ditanya tentang hara-pan dari pelatihan jurnalistik ini, Pratiwi Widirti, M.Pd., Kepala Hu-mas FIS UNY, mengatakan,”Semoga buletin SMART NEWS bisa lebih berkualitas serta bisa mewadahi kreatifitas dari mahasiswa. Bu Tiwi, begitu dia biasa dipanggil, menam-bahkan, jika suatu saat nanti dosen yang mengikuti pelatihan ini su-

dah keluar, tetap masih ada yang melanjutkan. Yaitu peserta yang sekarang mengikuti pelatihan ini, yang nantinya akan jadi senior supaya bisa mengajarkan kepada penerusnya. [Furi/Monic]

Jurnalistik Advance ►►► ►► Sambungan hal. 1

Page 3: Koran Merah Kampus FIS UNY

Redaksi menerima tulisan berupa Opini dan Esai dengan pan-jang minimal 500 kata.Tulisan dikirim ke email [email protected] biodata, foto pribadi, no HP, dan no Rekening Bank.Bagi yang tulisannya dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya.

TIPS & TRICKMERAHESAI

MERAH 310 SELASA, 15 April 2014 SELASA, 15 April 2014

Baru saja kita melewati eufo-ria pesta demokrasi pada 9 April 2014 lalu. Orang-orang

yang akan duduk dikursi legislatif (DPR, DPD, DPRD) yang telah dipi-lih akan menjadi perwakilan rakyat selama lima tahun kedepan. Segala permasalahan yang siap menanti akan menjadi tanggung jawab pe-merintah. Apakah kita sudah siap menerima konsekuensinya ketika pemerintah tidak mampu menga-tasi permasalahan yang ada? Atau justru ketika pemerintah gagal maka kita akan menyalahkan pe-merintah begitu saja.

Jika diruntut lebih jauh lagi pemilu yang terselenggara baru saja masih meninggalkan banyak permasalahan. Pesta demokrasi yang baru saja terlaksana menyi-sakan beberapa pekerjaan rumah yang benar-benar harus diperbaiki, khususnya para pemilih pemula. Dari data yang dirilis KPU, jum-lah pemilih yang terdaftar untuk pemilihan umum tahun ini 20-30 %nya adalah pemilih pemula. Para pemilih pemula berusia 17-21 ta-hun kebanyakan masih sebagai pelajar. Namun, ada juga kalangan yang menyebutkan bahwa TNI/Polri yang baru saja pensiun dan kembali menjadi warga sipil juga memilki hak memilih yang dika-tegorikan sebagai pemilih pemula juga. Dapat disimpulkan bahwa penyelenggara pemilu dan partai politik tidak sungguh-sungguh menjadikan para pemilih pemula sebagai sasaran pendidikan politik. Hal ini berlawanan dengan komit-men dari penyelenggara pemilu untuk meminimalisir jumlah angka golput pada tahun 2014.

Pemilih pemula yang jum-lahnya begitu banyak ini dapat ber-pengaruh besar pada hasil pemilu. Permasalahannya sebagai pemilih pemula mereka sudah benar-benar siap atau belum untuk terlibat da-

lam proses demokrasi ini. Delapan dari sepuluh orang pemilih pemula yang menggunakan hak suaranya mereka mengaku tidak benar-benar mengetahui siapa yang ada pada daftar surat suara. Pada um-umnya mereka mengetahui para calon legislatif karena si calon ada-lah artis, teman, saudara, keluarga, atau tetangganya. Berbagai alasan pemilih pemula tidak mengeta-hui siapa yang akan mereka pilih, mulai dari tidak mengetahui infor-masinya sampai tidak ada waktu untuk mencari informasinya. Jika kita tidak peduli, apa mereka akan mempedulikan kita setelah terpilih nanti ?

Sebagai seorang maha-siswa, sebagai seorang generasi muda yang selalu meneriakkan pe-rubahan, keadilan, dan kesejahter-aan. Memiliki jargon-jargon ma-hasiswa sebagai agen perubahan dan pelurus bangsa. Apakah benar kita telah terlibat dalam perubahan dan pelurusan bangsa jika seba-gai pemilih pemula saja kita tidak mempedulikannya? Meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, dan berbagai polemik lainnya dipengaruhi langsung oleh kebijakan politik. Bulan Juli nanti kita akan kembali menggunakan hak suaranya untuk memilih presi-den dan wakil presiden untuk lima tahun kedepan. Apa kita tetap akan memilih diam dan mendiamkan-nya? Atau memilih untuk melihat, mengamati, dan menjadi komenta-tor saja?

Septian Teguh WijiyantoKetua Hima Pendidikan Sejarah ‘14

Saya yakin, semua orang tidak menyukai keterlambatan. Tidak hanya karena rugi

waktu, tetapi juga tenaga. Sebab di dalam terlambat itu ada dua pihak yang sudah bersepakat un-tuk melakukan sesuatu. Kemudian ada pihak yang menunggu, dan saling tunggu-menunggu. Itu dua hal yang terus berkaitan. Mungkin masalah ini terdengar monoton, sebab di mana-mana keterlam-batan selalu ada. Tetapi apa pernah kita mencoba menelaah, mengapa keterlambatan yang merugikan itu terus dibudidayakan? Katanya time is money? Katanya juga waktu ada-lah ilmu? Tapi saya tidak berharap waktu hanya sebuah kata.

Sudah banyak dari kita yang berkomentar soal sarana prasara-na, akademik, kegiatan, dan kiner-ja birokrat sehari-hari. Tidak ada di sana yang tidak terlambat. Kita pun juga, mahasiswa yang gemar terlambat dengan berbagai alasan, masih saja mencari pembelaan diri. Sepertinya pemahaman waktu bu-tuh pelatihan khusus. Bagaimana kalau sejenak kita lupakan pelati-han yang sifatnya kasat mata itu. Maksudnya, coba kita mengada-kan pelatihan “memahami, men-jalani dan memanfaatkan waktu dengan baik dan benar.” Ah, dalam

pengadaan acara itu pun panitia dan peserta yang datang terlam-bat, juga si pembica/trainernya. Jadi sebenarnya, siapa yang salah? Tidak ada. Di sini tidak untuk tud-ing-menuding terkait hal-hal yang terlambat itu. Hanya saja, terlam-bat itu.. ahh.. menyakitkan sekali. Baik yang menunggu, maupun yang ditunggu. Baik yang membuat janji maupun yang menyepakati.

Sangat tidak menyenang-kan ketika sudah berangkat kuliah pagi-pagi, tetapi dosennya telat sampai satu jam. Begitu juga ke-tika dosen sudah masuk kelas te-pat waktu, tetapi mahasiswanya terlambat. Jelas itu sangat meng-ganggu proses kuliah. Khawat-irnya, bila kadar malu sudah pu-nah. Akan tetapi yang merugikan ini malah terintegrasi di setiap kegiatan Ormawa. Ya, kita sama-sama hidup di zaman serba ter-lambat. Sesuatu yang memalukan itu telah dikemas dengan berbagai macam alasan. Bahkan dengan sa-dar dan tertawa kita mengatakan: “Biasa, jam Indonesia ‘kan jam karet.” Kemudian hari berganti, dan saya mengamini salah seorang kawan yang berpesan: “Satu hal yang pasti, waktu takkan kembali.”

Winna Wijaya

Bagaimana kualitas para perwakilan kita dikursi legislatif, apa kita benar-benar tahu kualitas mereka? Apakah mereka akan memperjuangkan kesejahteraan rakyat? Pertanyaan-pertanyaan ini yang terbesit oleh banyak rakyat Indonesia.

Pemudadalam Arus Politik

Terlambat

Sebagian besar dari kita memiliki sepeda motor. Kita sebagai mahasiswa menggu-

nakan sepeda motor untuk kegia-tan kampus maupun di luar kam-pus. Sepeda motor merupakan alat transportasi yang efisien dan mu-dah untuk digunakan.

Namun terkadang kita juga jarang memperhatikan kondisi kendaraan. Setelah digunakan bi-asanya sepeda motor hanya dibiar-kan begitu saja dan tidak memper-hatikan kebersihannya.

Hal tersebut terjadi karena banyak diantara kita yang tidak mengetahui tentang mesin. Beri-kut beberapa cara praktis yang dapat digunakan untuk perawatan kendaraan bermotor.1. Cek kondisi Aki

Aki merupakan komponen penting dalam kendaraan bermo-tor. Jangan sampai air aki menjadi kering karena akan mempercepat kerusakan sel-sel yang terdapat dalam aki. Air aki yang melebihi masa pakai akan menyebabkan korosi dan berbahaya karena akan menjalar ke kabel-kabel arus listrik kendaraan.2. Cek kondisi Oli

Ganti oli secara berkala 2-3 bulan sekali agar kondisi mesin selalu prima. Segera ganti oli apabila oli habis atau sudah berwarna keh-itaman dan daya licinnya sudah berkurang. 3.Cek keadaan Rantai dan Gir

Gir dan rantai di-gunakan untuk men-transmisikan gerak dari mesin ke roda. Pastikan rantai selalu dalam kondisi yang baik, tidak terlalu kend-or dan tidak terlalu ken-cang. Rantai yang terlalu kencang dapat mengakibat-kan rantai putus, sedangkan apabila terlalu longgar akan mu-dah untuk lepas.

Ganti pula gir apabila sudah tajam, karena dapat berbahaya. 4.Panaskan mesin minimal 3-4 menit sebelum digunakan

Memanaskan mesin sangat penting sebab pemanasan mesin membuat mesin dilumasi oli sebe-lum digunakan.

Sedikit tips nih sebelum me-nyalakan motor, ada baiknya ayuh-kan slah motor dengan menggu-nakan kaki secara manual. Tetapi kunci masih dalam keadaan off, slah sekitar 5 kali. Hal ini diguna-kan sebagai perawatan mesin agar mesin tetap awet. Namun ingat, jangan panaskan motor terlalu lama karena dapat menyebabkan pipa knalpot menjadi kekuning-kuningan, dan membuang-buang bensin.5.Periksa selalu tekanan Angin dan kondisi Ban

Penting loh menjaga keawetan ban. Ban motor yang terlalu gembos membuat mu-dah bo-c o r .

Yang paling pen-ting adalah se-lalu cek keadaan ban apalagi saat bepergian jauh. Tentu anda tidak mau kan lelah karena persoalan ban yang bocor di jalan apalagi jalanan sepi.6. Selalu pakai Sparepart asli

Sparepart asli perlu diguna-kan pada kendaraan bermotor. Hal tersebut dikarenakan beberapa fak-tor yaitu: lebih aman, lebih tahan lama, dan tidak merusak komponen kendaraan yang lain bila dipakai. 7.Service rutin kendaraan

Service sangat penting un-tuk perawatan mesin. Saat mesin di service mesin akan dibersihkan dari kotoran dan debu yang men-

empel yang da- pat

mengganggu kenda-raan bermo-tor. Minimal 2 bulan sekali mesin motor harus di service agar selalu bersih dan makin nyaman saat di-gunakan.8.Membersihkan motor

Eits, yang terakhir ini tak kalah pentingnya loh. Motor yang baik digunakan adalah yang terjaga kebersihannya. Paling tidak sem-patkanlah untuk mengelap sepeda motor sehari sekali sebelum di-pakai agar anda selalu trendy dan percaya diri dalam mengoprasion-alkan si Kuda Besi.

Sebenarnya gampang untuk merawat motor kesayangan jika kita sedikit meluangkan waktu untuk teman yang selalu meng-

antarkan kita ke berbagai tem-pat ini. So selalu jaga kondisi kendaraan dan ja-ngan per-nah abaikan kondisi motor karena dia adalah salah satu sahabat dalam hidupmu. [aw]

Tips Mudah Merawat Sepeda Motor

Ilustrasi: RUHAMAHANI

Page 4: Koran Merah Kampus FIS UNY

SEPUTAR FISSELASA, 15 April 2014MERAH4 EKSTRA SELASA, 15 April 2014MERAH 9

Pembangunan Gedung PKM FIS memakan waktu hampir dua ta-hun lamanya. Bangunan ini sendiri merupakan Gedung PKM keempat yang dibangun di kampus UNY. Sebelumnya Fakultas Ilmu Keolah-ragaan (FIP), Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) juga membangun gedung serupa.

Peresmian dilakukan oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wa-

hab, dengan menandatangani pra-sasti secara simbolik. Prof. Rochmat menegaskan, mahasiswa FIS harus kritis dan berprestasi. “Kekukuhan FIS masih terasa dari dulu sampai sekarang. Jadi, jaga kekritisan dari fakultas ini,” tegasnya disela-sela sambutan.

Dekan FIS, Prof. Ajar Sudrajat, M.Ag., menuturkan bahwa peresmi-an yang dilakukan tanggal 1 April,

Indonesia adalah negara den-gan berjuta budaya. Begitu banyaknya budaya yang ada di

Indonesia menjadikan setiap ele-men masyarakat, termasuk maha-siswa, berkewajiban menjaga dan melestarikannya

Salah satu hasil budaya masyarakat Indonesia adalah batik. Sejak mendapat-kan pengakuan internasional pada 2 Oktober 2009, batik resmi menjadi warisan budaya bukan benda milik In-donesia. Euforia masyarakat un-tuk memakai ba-tik pun semakin m e n i n g k a t .

Kesadaran dan keinginan untuk menjaga k e b u d a y a a n khas Indonesia, Badan Ekse-kutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (BEM-FIS) menyeleng-garakan suatu gerakan untuk me-ngenakan baju batik di se-tiap hari Selasa, yang dinamakan GELATIK (Gerakan Selasa Batik). Ide dan penamaan GELATIK ini berawal dari obrolan ringan sehabis maghrib antara Kepala Departemen Pelayan-an Publik (Wisnu Ardhana) dengan Ketua BEM FIS 2014 (Jaya Hardika).

diharapkan mampu mengantarkan FIS menjadi nomor 1. “Angka 1 ada-lah angka keramat. Setiap agama mempercayai adanya Tuhan (satu). Begitu juga prestasi FIS ini, semoga FIS mendatang bisa menjadi nomor 1,” katanya.

Sementara itu, Wakil Dekan II FIS UNY, Saliman, M.Pd., berharap,

dengan dibangunnya gedung ini prestasi mahasiswa FIS semakin banyak lagi. Dia yakin Gedung PKM ini akan menjadi saksi sejarah la-hirnya tokoh-tokoh bangsa di masa depan. “Lahirnya tokoh-tokoh masa depan pastilah melalui Gedung PKM ini,” ujarnya mantap. [oz]

Yogyakarta-Berita menge-nai adanya Program Studi (Prodi) baru di Fakultas Ilmu

Sosial (FIS) UNY sudah berkem-bang di kalangan mahasiswa. Ke-tika dikonfirmasi terkait berita tersebut, Dekan FIS, Ajat Sudrajat, membenarkan bahwa dalam waktu dekat prodi Ilmu Komunikasi akan segera dibuka.

Prodi Ilmu Komunikasi direncanakan akan masuk dalam Jurusan Ilmu Administrasi Negara (IAN). Prodi Ilmu Komunikasi diaju-kan oleh pihak FIS bersama dengan 7 prodi lain. Adapun komposisi yang diajukan adalah 3 prodi S2, 4 prodi di S1, dan 1 prodi D3. “Kurang lebih sekitar tanggal 16 Agustus 2012, setelah rapat fakultas, kami sepa-kat untuk mengajukan 8 prodi. Ke-delapan prodi tersebut diantaranya S2 PKN, S2 Pendidikan Geografi, S2 Pendidikan Sejarah, S1 Ilmu Politik, S1 Ilmu Hukum, S1 Mitigasi Ben-cana, S1 Ilmu Komunikasi, dan D3 Sekretaris,” ujarnya.

Ajat mengatakan, prodi Ilmu Komunikasi merupakan dalah satu tuntutan pasar. Usulan mengenai prodi ini merupakan hasil dari rapat fakultas sebelum diberlakukannya moratorium. Pihak fakultas awal-nya sudah menutup harapan untuk Prodi Ilmu Komunikasi, dikarena-kan kurangnya sumber daya penga-jar di FIS yang memiliki basic Ilmu Komunikasi, selain karena fakultas lebih konsen pada prodi di program pascasarjana.

“Pada waktu itu, kita kan menunggu informasi mengenai kelanjutannya, dan untuk Ilmu Ko-

munikasi sendiri kita dalam tanda kutip sudah tidak ada harapan. Ilmu Administrasi Negara belum ada dosen yang memiliki latar bela-kang keilmuan komunikasi, karena orang-orang yang punya basic Ilmu Komunikasi sudah pindah ke Fakul-tas Ekonomi. Jadi kita ngopeni yang S2 saja,” imbuhnya.

Akan tetapi ternyata, UNY diberi mandat untuk membuka prodi baru sebanyak 13 prodi, termasuk di dalamnya Prodi Ilmu Komunikasi. Hal ini menjawab keraguan pihak fakultas yang semula merasa sudah tidak punya harapan. Saat ini FIS harus serius dalam mengurus segala bentuk administrasi yang bersang-kutan dengan prodi tersebut.

Merupakan suatu keuntungan bagi Fakultas Ilmu Sosial karena prosesnya pun lebih sederhana dan berbeda dari proses secara prose-dural yang biasanya. Meskipun tidak dipungkiri bahwa terdapat kendala-kendala dalam pelaksanakannya. Salah satunya adalah kurangnya lu-lusan S2 Komunikasi di FIS.

Saat ini proses mengenai prodi Ilmu Komunikasi ini masih dalam tahap perumusan dan pembicaraan di prodi IAN. Ajat menambahkan, permasalahan dalam mendirikan prodi ini syarat minimal harus ada 6 dosen lulusan S2 yang memiliki basic ilmu komunikasi. Sebagai tindak lanjut dari proses yang ber-jalan pihak fakultas sudah ngobrol dengan Kepala Jurusan IAN supaya menindak lanjuti proposal Ilmu Komunikasi tersebut, dan mengun-dang dosen-dosen yang mempunyai basic dari Ilmu Komunikasi.”Sampai sekarang prosesnya sedang dalam pembicaraan dengan teman-teman di IAN,” tuturnya. [stw]

Yogyakarta-Peresmian Gedung Pusat Kegiatan Maha-siswa Fakultas Ilmu Sosial (PKM-FIS), Selasa (1/4), berjalan lancar. Acara ini dihadiri oleh jajaran rektorat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan dekan-dekan dari tujuh fakul-tas yang ada di UNY. Mahasiswa FIS juga diundang dalam peresmian tersebut, dengan mengirimkan 2 orang perwaki-lan dari masing-masing jurusan.

Rektor UNY Pimpin Peresmian Gedung PKM FIS

FIS DIRIKAN PRODI ILMU KOMUNIKASI

Menciptakan kultur yang sederhana tapi dapat rutin di-jalan-kan merupakan tujuan awal diselenggarakannya kegiatan ini. Harapannya, GELATIK da-pat membangkitkan rasa nasion-alisme, menghargai, serta men-jaga warisan budaya Indonesia, dimulai dengan hal yang seder-hana yaitu memakai batik.

Awalnya GELATIK hanya disosialisasi-kan kepada p e n g u r u s BEM FIS 2014 saja. Seiring berjalannya waktu, GELA-TIK kemudian disosialisasi-kan kepada seluruh war-ga FIS UNY. S o s i a l i s a s i GELATIK di-lakukan de-ngan person to person, jejaring so-sial, maupun melalui pesan singkat SMS.

G E L A-TIK merupa-kan langkah s e d e r h a n a m a h a s i s w a untuk meles-

tarikan budaya Indonesia. “Jangan sampai ketika negara lain sudah mengklaim dan mematenkan kita baru ribut dan merasa memiliki,” kata Wisnu. Semoga GELATIK dapat membatik semangat dan kecintaan kita terhadap budaya bangsa. [ANS]

GELATIK(Gerakan Selasa Batik)

Komunitas tari FIS UNY berdiri pada tahun 2011. Berawal dari keprihatinan

akan kurangnya wadah untuk menampung minat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) terhadap dunia seni, Departement Pengem-bangan Potensi Mahasiswa (PPM) BEM FIS UNY berinisiatif untuk membentuk sebuah komunitas yang bergerak di bidang seni. Dan pilihan jatuh pada seni tari.

Sosialisasipun mulai dilakukan guna menjaring para mahasiswa pecinta dunia seni tari. Pucuk dicinta ulampun tiba. Ide ini mendapatkan respon positif dari para mahasiswa. Meskipun

dengan fasilitas yang boleh dibilang kurang memadai, mereka tetap bertekad untuk masuk dalam komunitas ini, demi menyalurkan hobi dan minat di bidang tari.

Awalnya, komunitas tari FIS dilatih oleh mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran (PAdP), sekarang Fakultas Ekonomi (FE), Sari. Berhubung sang pelatih berasal dari Kalimantan, maka tari yang dipelajaripun masih terbatas pada tarian Borneo. Ang-gota komunitas ini mendapatkan banyak pelajaran ketika ditangani oleh pelatih berpengalaman dari Yogyakarta, Yunita. Mereka mulai mendapatkan pelajaran baru

semacam tari puji astuti dan be-berapa tari kontemporer lainnya.

Komunitas tari juga tidak lepas dari masalah. Gonta-ganti pelatih menjadi salah satu kendala komunitas ini untuk mengmbangkan sayapnya. Selain masalah pelatih, kendala lain komunitas tari adalah masalah biaya. Belum ada dana yang pasti untuk menghidupi komunitas seni yang satu ini. Departemen PPM, yang notabenya adalah orang tua komunitas tari, pun mengatakan kesulitan dalam hal pendanaan.

Tidak berhenti di sini, tempat latihanpun menjadi salah satu kendala yang harus dih-

Kecintaan terhadap alam membuat beberapa maha-siswa di Jurusan Pendidikan

Geografi, Pendidikan Sosiologi, Ilmu Sejarah, Manajemen, Akun-tasi, dan Pendidikan Ekonomi berkumpul untuk membentuk komunitas pecinta alam. Saat itu Fakultas Ilmu Sosial (FIS) masih bergabung bersama Fakultas Ekonomi (FE), akan tetapi ketika kedua fakultas berpisah komunitas ini berada di FIS. Komunitas ini bernama Mahameru. Mahameru merupakan akronim dari Maha-siswa Mersudhi Buwana, yang artinya mahasiswa yang peduli terhadap alam. Mahameru sendiri merupakan simbol supermasi gu-

nung tertinggi di pulau Jawa, sehingga harapannya organisasi ini juga dapat menggapai prestasi tertinggi.

Mahameru resmi berdiri pada tanggal 27 Juli 2005. Komuni-tas ini memiliki konsep yang beda dari mapala (mahasiswa pecinta alam) lain. Mahameru memiliki fokus utama pada konservasi dan akademik. Divisi akademik (keg-iatan ilmiah) mengurus kegiatan observasi, penelitian, dan ekspe-disi. Kegiatan akademik diadakan karena apa yang dikerjakan di lapangan pasti ada ilmunya, bah-kan kegiatan ini sudah menghasil-kan puluhan buletin.

Sampai sekarang Mahameru masih merupakan komunitas. Saat ditanya kenapa tidak menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF), Gangsar, ketua Mahameru, men-jelaskan bahwa cita-cita itu ada. “Dari waktu ke waktu dekanat belum bisa mengijinkan karena jika menjadi UKMF harus memiliki pembimbing, tempat, dan ang-garan. Dan dari dekanat belum ada anggaran,” ujarnya.

Walaupun belum men-jadi salah satu UKMF, komunitas Mahameru tetap eksis melakukan kegiatan yang bermanfaat. Ma-hameru juga tidak seret prestasi,

• Rektor UNY dalam peresmian Gedung PKM FIS

Mahameru: Komunitas Mandiri Berprestasi

adapi. Untuk latihan, mereka harus berpindah-pindah, dari satu tem-pat ke tempat yang lain. Mulai dari asrama mahasiswa Kalimantan Selatan, Sleman, Taman Pancasila FIS UNY, sampai yang terakhir di Pendopo Tedjokusumo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY.

Banyaknya kendala yang harus dihadapi, tidak menyurut-kan minat para mahasiswa pecinta tari untuk berekspresi. Mereka selalu siap diundang dalam acara apapun, semisal OSPEK, lese-han budaya, ataupun yang lain, meskipun dengan imbalan yang seadanya. Suatu tekad yang pantas terus didukung dan diapresiasi. [al]

terbukti berbagai prestasi telah diperoleh Mahameru. Antara lain juara lomba karya tulis ilmiah dan beberapa waktu lalu Maha-meru menjadi salah satu dari 30 komunitas yang lolos mengikuti International Leadership Festi-val dalam bidang lingkungan di Jogja Nasional Museum.

“Ya semoga antar anggota Mahameru lebih kompak dan lebih kreatif dalam mengadakan kegiatan. Tak perlu minta legali-tas dari fakultas, kita harus tetap maju dengan mandiri,” ungkap Gangsar. [Firta]

Komunitas Tari FIS

Dok. M

ERA

H

Page 5: Koran Merah Kampus FIS UNY

INSPIRASISELASA, 15 April 2014MERAH8 SEPUTAR ORMAWA SELASA, 15 April 2014MERAH 5

Sejak tahun 2011, Janu mulai menjadi mahasiswa Jurusan Pen-didikan Geografi Fakultas Ilmu So-sial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS-UNY). Sejak awal masuk, dia mempunyai mimpi menjadi mahasiswa aktif dan prestatif. Janu mengaku, dorongan ini muncul ketika melihat sosok-sosok inspi-ratif yang mengisi acara OSPEK ketika itu.

Mengenal organisasi sejak semester 2, pria berpostur tinggi ini memutuskan untuk bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Screen dan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi. Beberapa bulan kemu-dian, Janu mulai belajar tentang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), penelitian SUG, penelitian FIS, hingga LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah).

Semangatnya untuk men-coba hal baru tersalurkan melalui berbagai hal, semisal kegiatan ma-hasiswa tingkat nasional seperti Young Engineers and Scientist Summit di ITS dan beberapa forum ilmiah nasional. Tahun 2013 dia juga turut aktif sebagai koordina-tor student volunteer di Kantor Urusan Internasional dan Kemi-traan UNY, sebagai liaison officer mahasiswa dari luar negeri serta panitia The 27th International Congress of School Efectiveness and Improvement di Yogyakarta.

Ketika ditanya tentang ak-tivitasnya saat ini, pria ramah ini menjelaskan, saat ini dirinya aktif di kegiatan pelayanan masyarakat sebagai pustakawan muda di Omah Baca Karung Goni (OBKG) yang berdiri sejak 19 Januari 2014. Melalui OBKG ini dia dapat belajar hakikat bersyukur dan berbagi, dengan selalu memberikan mo-tivasi agar bermimpi setinggi-tingginya.

Beberapa prestasi yang pernah diraih, antara lain terpilih sebagai Peringkat 2 Mahasiswa Berprestasi FIS UNY tahun 2014, Peraih Anugerah Prestasi Ma-hasiswa (PRESMA) UNY tahun 2013, dan peserta Pemuka Pemuda

Terpilih dalam kegiatan Youth Ad-venture and Youth Leader Forum tahun 2014 yang diadakan oleh Gerakan Mari Berbagi, didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia serta alumni Pertukaran Pemuda Antar Negara. Selain itu, dia juga pernah menjadi wakil Indonesia pada pro-gram Geosciences Summer School di Utrecht yang diselenggarakan oleh Utrecht University, Belanda.

Melalui kegemarannya da-lam bidang penelitian dan kepenu-lisan inilah Janu berhasil mem-presentasikan hasil penelitiannya di National Education Conference UPI Bandung, National Student Conference UGM, International

Student Conference of Petrogas-days UI, dan beberapa LKTI lain.

“Saya bersyukur menjadi mahasiswa UNY. Kampus ini mem-berikan kesempatan saya untuk belajar bersyukur dan berbagi, melalui pergerakan organisasi mahasiswa dan penelitian,” tegas-nya. Janu mengingatkan tentang pentingnya manajemen waktu. Menyeimbangkan kegiatan akade-mik dan nonakademik, sehingga bisa lulus tepat waktu meskipun dengan berbagai macam kegiatan di luat kampus.

Dengan berbagai catatan prestasi yang telah diraihnya, Janu mengungkapkan mimpi yang ingin dia capai. “Saat ini saya bermimpi untuk menjadi mahasiswa master dan doktor di Utrecht University Belanda dan ingin menjadi dosen geografi,” katanya.

Tulisan-tulisan seputar di-rinya dirangkum dalam blog prib-adinya dengan alamat www.mu-hammadjanu.blogspot.com. Pesan yang ingin ia sampaikan kepada teman-teman mahasiswa adalah, berani bermimpi, bersyukur, dan terus berbagi. “Melalui semangat Man Jadda Wajada saya akan terus bermimpi dan berusaha memberi manfaat kepada lingkungan seki-tar, insyaAllah,” tegasnya. Untuk diskusi atau sekedar sharing, Janu Muhammad bisa dihubungi via email : [email protected] . Salam menginspirasi!

Bersyukur Menjadi Mahasiswa UNY

Dalam rangka meningkat-kan iman dan takwa (imtak), pen-gurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (BEM-FIS) UNY mengadakan pengajian rutin setiap malam Jumat. Acara ini di-maksudkan untuk memberikan bekal spiritual kepada para maha-siswa, di samping ilmu-ilmu umum yang memang sudah dipelajari se-tiap hari.

Ide untuk mengadakan pe-ngajian muncul dari Muhammad Bramasto, salah satu staf Depar-temen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) BEM FIS UNY. Berawal dari obrolan ringan untuk membuat kegiatan berman-faat di malam hari, Bram, sapaan akrabnya, mengajak pengurus

BEM FIS untuk mengadakan kajian keagamaan. Ide tersebut menda-patkan sambutan yang baik dari ketua BEM FIS, Jaya Hardika. “Saya mengapresiasi ide ini, agar maha-siswa mempunyai bekal spiritual dan tidak melupakan agamanya,” ujarnya tersenyum.

Pengajian diadakan di sek-retariat BEM FIS. Diawali dengan dzikir, kemudian shalawatan, ta-darus al-Quran, dan ditutup de-ngan diskusi keagamaan. Kegiatan ini terbuka untuk umum, tidak ter-batas pada pengurus BEM FIS saja. “Dengan pengajian ini diharapkan muncul ulama-ulama yang intelek, bukan intelektual-intelektual yang sekedar tahu agama,” kata Bram. [al]

Yogyakarta-(05/04). Him-punan Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraam dan Hukum (HIMA PKnH) Fakultas Ilmu So-sial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS-UNY) mengadakan Civic Ad-venture. Acara yang dimotori oleh divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) ini mengambil tema “Capture Your Future Back to Nature with Civic Adventure.” Acara tersebut dilaksanakan di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.

Kegiatan ini diikuti oleh 60 mahasiswa PKnH lintas angkatan, baik dari kalangan pengurus mau-pun non-pengurus HIMA. Kegiatan yang bertujuan untuk meningkat-kan kapasitas dan motivasi keor-ganisasian serta sebagai sarana refresing bersama keluarga PKnH sebelum menghadapi Ulangan Tengah Semester (UTS) ini ber-jalan sukses.

Dengan penuh semangat,

para peserta berkumpul di halaman depan kampus FIS UNY pukul 07.00 WIB. Rombongan Civic Adventure berangkat menuju Gunung Api Purba dengan mengendarai sepeda motor. Jalan menuju Gunung Api Purba tergolong mulus dan mudah. Hanya memakan waktu sekitar 45 hingga 60 menit dari kampus un-tuk dapat sampai di tempat tujuan.

Antusiasme peserta terlihat saat rombongan tiba di lokasi. Ba-nyak dari peserta yang tidak ingin kehilangan kesempatan untuk ber-foto dengan pemandangan yang menawan di Gunung Api Purba tersebut. Medan yang sulit tidak mematahkan semangat para pe-serta untuk sampai di puncak.

“Kerekatan dan kekompa-kan HIMA sangat butuhkan sebab sebuah organisasi akan baik apa-bila kerja sama dalam organisasi itu baik,” kata pembicara Edy Dar-mawan.

[bae/sod/aw]

Yogyakarta,- Dalam rangka mempererat hubungan silaturah-mi antar unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di ranah penelitian, Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas [UKMF] Penelitian SCREEN me-ngadakan program kerja berupa kunjungan. Kunjungan dilakukan pada UKMF yang ada di seluruh Fakultas dan UKMF Penelitian yang ada di Universitas Negeri Yogyakar-ta (UNY). Program kerja ini meru-pakan program dari divisi Jaringan, yang bertujuan untuk membentuk relasi, baik di dalam Fakultas Ilmu Sosial (FIS) sendiri, kampus UNY, maupun di luar UNY. Kunjungan ke berbagai UKMF Penelitan yang ada di UNY dilaksanakan satu bu-lan sekali.

Agenda pertama adalah mengunjungi UKMF Penelitian KRISTAL dari Fakultas Ekonomi (FE) UNY, 27/3. Seluruh Pengurus Harian dan Pengurus Inti (PHPI) dan sebagian pengurus UKMF Pe-nelitian SCREEN periode 2014 ikut dalam acara silaturahmi tersebut.

Kedatangan pengurus UKMF SCREEN disambut baik oleh pe-ngurus UKMF KRISTAL yang dike-tuai oleh Arin Pranesti. Arin du-lunya juga pernah menjadi anggota UKMF Penelitian SREEN, saat FIS dan FE masih berada dalam satu fakultas (FISE).

Dalam forum tersebut di-adakan diskusi mengenai kondisi internal dan eksternal organisasi, serta program kerja apa saja yang akan dilaksanakan selama masa kepengurusan. Sehingga mem-pererat lagi kerja sama antar UKMF yang tadinya sempat terputus. Kendala-kendala yang dialami oleh kedua UKMF, didiskusikan untuk dicari jalan keluarnya.

Dengan kunjungan tersebut, diharapkan dapat saling berbagi pengalaman yang nantinya akan muncul sebuah pemikiran baru yang bermanfaat untuk kelang-sungan UKMF SCREEN dan UKMF KRISTAL. “Semoga dengan kunjun-gan ini akan menjalin silaturahmi yang semakin baik. Dan semoga ini adalah awal yang baik dalam me-niti sebuah karya,” ujar Janu, Ketua UKMF SCREEN. [saras]

BEM FIS Ngaji

CIVIC ADVENTURE

Menantang BumiNglanggeran

Screen Goesto Kristal

• Foto bersama anggota SCREEN dan KRISTAL

Yogyakarta-Minggu (13/4), Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi (HMPG) Fakultas Ilmu So-sial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS-UNY) sukses menyelenggara-kan acara bersepeda keliling Jogja. Acara yang dimotori oleh bidang MIBA (minat-bakat) ini bertujuan sebagai sarana menampung hobi bersepeda yang menyehatkan, juga untuk melestarikan budaya ber-sepeda yang kini mungkin mulai ditinggalkan.

Kegiatan ini diikuti sekitar 56 peserta. Tidak hanya berasal mahasiswa UNY, mahasiswa dari kampus-kampus tetanggapun tu-rut ambil bagian, seperti Universi-tas Gadjah mada (UGM), Universi-tas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, dan beberapa Universitas lain, serta masyarakat umum.

Start dimulai usai sambu-tan oleh ketua panitia sekaligus ketua HMPG, Deni. Kegiatan yang dinamakan Geongepit ini dimulai

dari depan gerbang rektorat UNY menuju ke arah barat mengelilingi Kota Yogyakarta, sampai akhirnya finish di Taman Pancasila FIS UNY. Berkat kesiapsiagaan panitia, acara berjalan dengan lancar, meskipun sempat terjadi beberapa kendala seperti bocornya ban beberapa pe-serta.

Usai bersepeda ria, pe-serta sarapan bersama di Taman Pancasila sembari menyaksikan pembagian doorprize. Suasana

akrab tampak dari para peserta, meskipun sebelumnya mereka tidak mengenal satu sama lain. Ac-ara ditutup dengan foto bersama peserta Geongepit 2014. “Semoga dengan acara ini, kita bisa menjadi akrab untuk selanjutnya bekerja sama dalam berbagai kegiatan,” ujar Deni. [htc]

SEPUTAR ORMAWA++

Geongepit, Ajang Mempererat Persaudaraan

Page 6: Koran Merah Kampus FIS UNY

SASTRASELASA, 15 April 2014MERAH6 SASTRA SELASA, 15 April 2014MERAH 7

“Haaah…selesai”, tarikan nafas lega Dina manakala jam din ding menunjukkan pukul 11.30 pm. Pandangannya beralih ke sobekan-sobekan kertas yang berserakan dimana-mana. Bagi Dina, semacam phobia akut untuk menulis, entah karena malas atau tidak punya ide atau, atau, atau terlalu banyak opsi untuk memikirkannya. Yang jelas, Dina sangat benci jika sudah diberi tugas menulis artikel, cerpen, puisi dan kawan-kawannya.

Yap, seperti biasa, grasak-grusuk. Dina Fabian Sanusi, siswi kelas XI.1 jurusan IPA ini selalu mendapat masalah setiap pagi hen-dak berangkat sekolah.

“Sarapan dulu neng, tali sepa-tunya diikat yang kencang.” Teria-kan mbak Rina yang memecahkan gendang telinga pun tak pernah di-hiraukan setiap paginya. Kebiasaan buruknya ini sudah berlangsung sejak ia masuk SMAN 1 Batang-hari. Hanya Endita yang sedari dulu masih setia ngomel-ngomel meng-gantikan Ibunya untuk mengubah kebiasaan Dina. Orang tua Dina su-dah bercerai sejak ia duduk di kelas 4 SD karena papa nya ketahuan main serong dengan perempuan lain. Ia tinggal bersama mamanya. Tapi karena tuntutan pekerjaan se-bagai pengusaha sukses mamanya lebih banyak waktu di luar kota ketimbang meghabiskan waktu ber-samanya.

Dina sadar akan itu, dia me-maklumi karena kini mamanya yang membiayai kehidupannya semenjak ayahnya memilih untuk menikah dengan wanita selingkuhannya. Bisa dipastikan 6 bulan sekali mamanya baru pulang ke istana mereka. Tak heran Dina yang diasuh mbak Rina jadi kurang perhatian dan kurang disiplin.

Dina sebenarnya anak yang pandai, hanya saja banyak malas-nya. Beruntung ada Endita, tetang-ganya sekaligus teman dekatnya, mereka sering dijuluki sebagai kem-bar siam. Dimana ada Dina pasti ada Endita, di kelas, di kantin, di perpus-takaan, di toilet, di cafe, dimana aja juga boleh. Kecuali kegiatan menu-lis yang diikuti Dita. Hihi

***“Artikel udah selesai beb?”

tanya Dita sambil duduk di depan Dina dan mengeluarkan buku-buku

untuk mata pelajaran pagi ini. Dita membalikkan badannya pada Dina yang masih mengatur nafas, me-mang setiap pagi seperti itu, jangan heran. Dina duduk di bangkunya, menyilang dari tempat duduk Dita. “Mana? Sini biar gue koreksi dulu,” mengadahkan tangan kanannya yang biasa ia gunakan untuk me-ngoreksi setiap artikel yang patut mampang dan ngeksis di mading sekolah. Memang kerjaan Dita, wa-jar saja ia santai untuk tugas mem-buat artikel, berbanding terbalik dengan ‘kembar siamnya’. Dina ter-paksa menambah kerutan di wajah untuk memikirkan ide, kata-kata, kalimat yang mesti ia rangkai lagi menjadi paragraf sehingga jadilah artikel. Dengan lemah gemulai Dina memberi artikel pada masternya ar-tikel.

“Nih bos, gue pasrah terserah mau lo apain,” merebahkan kepa-lanya dimeja, sedang tangannya sibuk mencoret-coret permukaan meja, bak diary pribadi. Benci, bo- ring, gak suka, males ah, gue mau pulaaang, begitu kalau ada yang nggak sesuai dengan dirinya.

“hmm, ini gak perlu, kenapa pake kata-kata ambigu gini. Tapi udah ada kemajuan beb.” Dita de-ngan santai mengoreksi, dicoret tipis dengan pensil pada kata atau kalimat yang menurutnya tidak se-suai, ada yang kata-katanya diling-kari. Stay cool di sana, Dina tetap tidak tertarik.

Anak-anak masuk kelas dan menempati tempat duduknya, pertanda Bu Mega sudah mendekati ruang kelas. Dina mulai malas, ia justru makin menempelkan wajah di meja kesayangannya, tempat ia mengadu keadaan batin. Gagang pintu berputar, derap langkah Bu Mega terdengar keras, efek dari se-patu hitam 7 cm, tunggu. Diandra Gumira Wijaya, siswa pindahan dari

SMA Titian Teras, hobi membaca, menulis, dan basket. Begitu perke-nalan singkat darinya, dengan suara lembut dan wajah tenang Diandra berjalan menuju kursi kosong di samping Dina yang sudah diarah-kan Bu Mega untuk ia tempati.

“Hai,” sapa singkat cowok yang akan jadi idola baru di sekolah pada Dina.

“Iya,” jawaban tak kalah sing-kat Dina untuk rekan semejanya yang mulai detik ini akan mene-maninya mengisi hari-hari di seko-lah sambil mendengarkan kicauan para guru.

***Siswa-siswi sibuk memasuk-

kan buku dalam tas, Dita membalik-kan badannya pada Diandra.

“Kamu suka baca, nulis?” Dita mengakrabkan diri pada si ganteng

“Ya hobi lumrah aja sih, mm,” bingung mau memanggil apa, ka-rena memang belum kenalan.

“Endita, panggil aja Dita,” Dita memperkenalkan diri.

“Pengurus mading sekolah yang kerjaannya nyorat-nyoret karya orang,” sambung Dina, yang sudah tahu maksud Dita dengan pertanyaan awal, “kamu suka baca, nulis,” alamat mau di rekrut jadi anggota pengurus mading. Dina memonyongkan bibirnya dan berdi-ri dari kursinya berjalan keluar dari ruang kelas. “Gue mau ke kantin,” isyarat agar Dita mengikutinya.

“Apaan sih tu orang,” mem-perhatikan langkah kembarannya hingga tak terlihat, “maaf ya, Dina memang agak sensi kalo udah ber-hubungan sama membaca dan menulis, dulunya enggak sih, tapi semenjak masuk SMA jadi kayak gitu.” Dita menyengir.

“Oh, iya nggak apa Dit, nyan-tai aja. Kamu pengurus mading? Aku boleh join nggak? Untuk nyalu-rin hobi juga sih.”

Dita memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman, “kamu tertarik? Tentu. Kamu bisa join ka-pan aja, nanti aku bawain formulir keanggotaanya. Siapin pas foto 3x4 2 lembar ya,” wajah Dita puas, ber-hasil merekrut si ganteng.

Perbincangan mereka terlihat menarik, ya karena kesamaan hobi. Mulai dari nanya-nanya buku yang sudah dibaca, tema apa saja yang pernah ditulis, pengarang idola, dan

sebagainya. Nyambung, nggak ka-yak Dina, pikir nakal Dita. “Eh, aku nyusul si Dina dulu ya, ntar dia nga-muk-ngamuk lagi, bahaya. Kamu mau bareng ke kantin? Sekalian ntar aku tunjukin seputar sekolah. Biar nggak nyasar-nyasar hehe.”

“Boleh juga tu Dit,” me-nerima tawaran Dita. Mereka ber-jalan berdampingan keluar kelas menuju kantin, seperti jari telunjuk dan ibu jari mereka makin menjadi pusat perhatian seisi sekolah. Dita membaca raut muka setiap yang memperhatikan mereka, “siapa co-wok itu? anak pindahan? ganteng banget, nggak mungkin pacarnya, jelas terlihat di kening mereka. Dita mulai risih dan mempercepat lang-kahnya diikuti Diandra sampai juga di kantin. Mendapati Dina menyan-tap mie ayam yang hampir habis. Mereka duduk bersamaan dengan menu yang sama, mie ayam dan es jeruk. Semua mata memperha-tikan mereka, bukan mereka, tapi Diandra. “Ganteng banget, manis ya, lucu, keren, siapa sih, mau jadi ceweknya, kayaknya pinter, kelas berapa sih,” masih banyak lagi per-tanyaan dan pujian yang ditujukan untuk Diandra.

***Mereka jadi sering bersama,

terpisah jika pada aktifitas menulis. Dina memilih untuk pulang, non-ton, atau tidur ketimbang nulis. “Ni info lengkap lomba artikel minggu depan, Ndra. Ikutan yuk,” meletak-kan selebaran di meja Diandra.

“Waaw, keren. Hadiahnya lu-mayan buat nambah uang saku ni Dit. Kalo menang ya,” canda Dian-dra. “Dina mau ikut nggak ya, Dit,” suara Diandra melemah terlihat se-suatu yang beda di mata dan wajah-nya jika tersebut nama Dina.

“Haaahh, mustahil Ndra. Tu-gas aja dia kepaksa banting tulang..haha,” canda Dita. “Ntar aku coba bicarain deh ke dia. Ciee, mulai sim-pati nih,” goda Dita sembari ber-jalan keluar ruang pengurus mading meninggalkan Diandra yang masih bingung dengan perasaannya pada Dina. Dina memang wanita yang cantik, dibanding teman-temannya. Hanya saja ia sedikit jutek dan lebih memilih menyimpan senyum ma-nisnya jika tak terlalu di perlukan. Dina pribadi yang jujur, blak-blakan. Bahasanya frontal jika tidak me-

nyukai sesuatu. Itu yang membuat Diandra makin tertarik padanya. Ia tak cukup nyali untuk memastikan perasaanya sekedar mengajak jalan berdua saja dengan Dina. Sebagai lelaki ia tahu banyak gerak-gerik kaum sesamanya yang memperha-tikan atau menaruh rasa lebih pada Dina. Tapi pribadi Dina yang tertu-tup pada lelaki akibat trauma dari ayahnya lalu membuat Dina sulit untuk didekati. Selesai menggalau ria, Diandra beranjak dari kursinya menyusul Dita dan Dina di kelas.

***“Dit, ntar sore barengan ya

ngirim file nya, ribet prosedurnya mentang-mentang hadiahnya gede,” Diandra duduk mengambil artikel untuk dicorat-coret.

“Siap bos, selesai ini aja, Ndra. Biar gak bolak-balik. Dina gak mau ikutan. Katanya mau cari hobi baru tuh.” Dita menggigit pena dan menggerakkan kaki kanannya se-perti orang menjahit.

“Siip Dita nan baik hatinya. Dina punya hobi baru? Apaan Dit?” keponya Diandra kumat kalo ada sesuatu yang berbau Dina.

“Kagak tau juga, Ndra. Dia gak cerita. Cuma bilang gitu aja terus pulang. Ihiir keponya si ganteng bikin tambah ganteng,” Goda Dita sambil melempar Diandra dengan senyuman.

“Kalo gue menang ini lomba, bantuin gue ya Dit. Gue mau jujur

sama perasaan gue ke Dina,” Pinta Diandra.

“Iya, Ndra. Gue bakal bantuin apapun buat sahabat gue, buat ka-lian. Walaupun lo gak pernah cerita, gue tau kok apa yang lo sembunyiin buat Dina, hee, lo capek kan men-dem nya. Mending juga mendem duren semangkok dari pada men-dem perasaan. Jerawat bermuncu-lan bok,” Dina menggoda centil.

“Thanks ya Dit,” senyum su-per manis Diandra mnghiasi wajah-nya. Siapa yang gak klepek-klepek gitu.

***“Hari ini pengumuman peme-

nang kan ya?” tanya Dita, memasti-kan kebenaran ia membaca seleba-ran lomba artikel.

“semangat banget beb, kalian pasti menang kok. Hihi.” Dina me-nenangkan kembar siamnya sambil makan mie ayam.

“Wajar dong, hadiahnya 3 jeti, kalo gue menang lo gue trak-tir mie ayam sepuas lo, gerobaknya juga gue beli beb. Everything for you muacch.” Dita semangat sam-bil menghidupkan laptop biru nya mengetikkan alamat “tik tik tik tik” diklik kolo pengumuman, dibaca dengan perlahan.Mulai dari bawah.Ada 15 nomor terpampang, mata nya berhenti pada no 5 dan no 1.

“Juara lima, Endita Kirana dengan judul Aquamerine, juara satu Diandra Gumira Wijaya de-

ngan judul Diannomia. Waaah , gue gak juara satu. 3 jeti gue harus gue ikhlasin ke sobat gue itu rasanya be-raaat banget.Sungguh.” Dita men-gusap-usap dahinya sambil minum es teh. Sementara diseberang meja, Dina dan Diandra saling bertata-pan. Tatapan penuh makna, lebih dari biasanya.Sama-sama ada yang ingin di luapkan dari keduanya.

“Selamat ya, Ndra,” Dina mengakhiri tatapan teromantis itu. Dita memang sahabat yang peka keadaan. Dia meminta izin untuk ke kelas duluan meninggalkan kedua sahabatnya yang sadar akan pera-saan mereka. Ia hanya berharap keduanya saling jujur.

“Lo nggak keberatan gue pake nama lo di artikel gue?” Tan-ya Diandra serius, ia memperbaiki duduknya agar bisa bertatapan de-ngan Dina.

“Nyantai aja, Ndra.Bagi komisi aja.Heheh,” canda Dina yang men-coba menyantaikan suasana. Dia sadar pembicaraan akan serius pada perasaan mereka, tapi dia mencoba menutupi geroginya.

“Gampang Din. Lo udah baca artikel gue? Judul itu bukan sekedar judul Din. Lo bakal tau kenapa gue pake istilah itu kalo lo udah baca.” Diandra memberi hard copy dari artikel yang ia ketik, ia susun kata, kalimat, paragraph dengan indah. Semua hanya menceritakan seorang gadis yang ia sayangi, kagumi, dan

ia harapkan tau perasaannya set-elah membaca artikel nya.

Dinanomia, syndrome yang merebak pada orang yang sangat menyukai dan mengidolakan ga-dis bernama Dina. Apapun yang berhubungan dengan Dina, selalu ingin diketahui. Gue terjangkit syn-drome Dinanomia. Dina menangis membacanya, ia terlalu senang atas apa yang tertulis di artikel karya Diandra. Dina membalas artikel itu dengan judul Diandranomia dan meminta bantuan pada Dita untuk mengoreksi artikelnya. Dita kaget, kemampuan menulisnya kini meng-alami kemajuan, hampir sempurna. “Gue gak sia-sia dong pulang du-luan demi hobi baru gue? Gue hobi nulis sekarang Dit. Gue ketularan lo sama Diandra,” tawa lepas Dina.

“Dina,” mereka berpelukan. Ntah lah, terlalu lebay, teralalu dra-matis. Hanya bawaan perasaan yang dialami sahabat yang mendapati sahabatnya mengalami perubahan yang positif.

***“Dinanomia, Diandrano-

mia. So sweet banget.” Siswa-siswi membaca artikel yang mampang di mading. Diandra dan Dina melihat dari belakang sambil sesekali ber-tatapan dan melempar senyum. Se-dang Dita masih sibuk mengoreksi artikel lainnya.

Mendatar 1. Gunung di Jawa Tengah2. Program Lima Tahun3. Ikatan Tali4. Tanggal 2 Mei6. Tipe Kepemimpinan8. Kabinet tahun 2001 – 20049. Himpunan Mahasiswa12. Pesta Demokrasi 13. BundarMenurun 1. Komunitas Pencinta Alam di FIS3. Kota di Jawa Tengah5. Bapak Sosiologi Dunia7. Bentuk Pemerintahan Negara10. Jajanan Khas Jawa Tengah11. Wakil Dekan II FIS UNY

Dinanomia vs DiandranomiaOleh Deka Lesthari

Kali ini

Bu Mega tidak sendirian.Ada

seseorang yang mengikutinya dari belakang, tinggi, kurus, berkacamata,

putih, dan ganteng.

Bukan TTS Biasa

Page 7: Koran Merah Kampus FIS UNY

CURHAT DOSENMERAH12 SELASA, 15 April 2014

Profesi untuk sebagian orang juga merupakan hobi. Tak terke-cuali bagi Benni Setiawan. M.S.I., atau yang sering dikenal dengan Pak Ben.

Pria yang mulai menjadi dosen sejak 2012 ini terkenal se-bagai sosok yang ramah dan akrab pada setiap mahasiswa. Walau-pun ia seorang dosen Pendidikan Agama Islam, tetapi ia mempunyai wawasan yang sangat luas. Sebagai seseorang dosen ia selalu berusaha menjadi yang terbaik bagi setiap mahasiswanya.

Baginya, setiap tahun ajaran baru adalah momen dimana ia harus mengenal berbagai karak-ter dari mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda. Meskipun

ia mengajar di berbagai fakultas, tetap tidak mengurungkan niatnya untuk dapat memahami karakter setiap mahasiswa.

Menurut Pak Ben, menjadi seorang dosen merupakan hal yang menyenangkan. Setiap tahun ia akan bertemu dengan wajah baru, perspektif baru, gaya baru, yang akan memperkaya ilmu dan pengetahuannya. “Menjadi dosen tuh very-very happy,” ungkap-nya. Pak Ben menambahkan, dari seorang mahasiswa dosen dapat bertukar informasi yang banyak, apalagi jika ada ribuan mahasiswa, tentu ilmu yang kita dapatkan sangatlah melimpah.

Menurutnya, sistem perku-liahan di UNY sudah cocok dan

sudah bagus. Kekurangannya ada-lah pada presensi mahasiswa. Ia menginginkan sistem presensi di UNY diperbaiki. Pasalnya presensi mahasiwa di UNY itu berbeda dengan presensi di universitas-universitas lain. Pakben mengung-kapkan, sistem presensi di UNY itu dilakukan setelah mata kuliah selesai diajarkan, dan presensinya tidak langsung diinput pada sistem. Sehingga memungkinkan untuk disalahgunakan. “Apabila presensi langsung diinput, maka mahasiswa yang presensinya kurang dari 75% otomatis akan langsung di drop dari sistem dan akan ada pemberitahuan saat itu juga,” ujarnya.

Saat ditanya tentang maha-

siswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Pak Ben mengatakan, maha-siswanya medium. Maksudnya kadang bisa di ajak lari, kadang santai, kadang hanya itu-itu saja yang ikut aktif dalam sebuah dis-kusi. Tetapi menurutnya itu adalah sebuah bumbu dalam perkuliahan, agar Pak Ben merasa senang me-ngajar di FIS. [Lae]

Tak Ada Dukanya?