koordinasi berbasis media sosial antara orang tua dan guru ......telepon dan sms. kendala yang...

30
KOORDINASI BERBASIS MEDIA SOSIAL ANTARA ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGAWASAN PEMBELAJARAN SISWA (Studi Kasus: SMP Kristen Satya Wacana Salatiga) Artikel Ilmiah Oleh: Andry Septarani Siolemba 702011048 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KOORDINASI BERBASIS MEDIA SOSIAL ANTARA

    ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGAWASAN PEMBELAJARAN SISWA

    (Studi Kasus: SMP Kristen Satya Wacana Salatiga)

    Artikel Ilmiah

    Oleh:

    Andry Septarani Siolemba

    702011048

    Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2016

  • i

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

  • 1

    KOORDINASI BERBASIS MEDIA SOSIAL ANTARA

    ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGAWASAN PEMBELAJARAN SISWA

    (Studi Kasus: SMP Kristen Satya Wacana Salatiga) 1) Andry Septarani Siolemba, 2) Widya Damayanti, 3) Angela Atik Setiyanti,

    Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

    E-mail: 1)

    [email protected], 2)

    [email protected], 3)

    [email protected]

    Abstract

    The benefits of social media technology by teachers and parents as a media

    of communication and cooperate in Satya Wacana Christian Junior High School are

    not maximized because there are some teachers and parents of students, who are still

    not using social media in communicating, just telephone and SMS. The obstacles that

    faced by the school in the cooperation is the lack of participation of parents to get

    involved in school activities. The cooperation based on social media teachers and

    parents used to be more practical and efficient. This study used descriptive qualitative method. The results showed the used of social media in cooperation are

    not important in the cooperate of teachers and parents, also the cooperate of parents

    and teachers are not influenced by social media.

    Keywords : Cooperate, Communication, Parents, Teachers, Social Media

    Abstrak

    Pemanfaatan teknologi media sosial oleh guru dan orang tua sebagai media

    komunikasi dan bekerjasama di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga belum maksi mal

    dilakukan karena masih ada beberapa guru dan orang tua siswa, yang belum

    menggunakan media sosial dalam berkomunikasi, hanya telepon dan SMS. Kendala

    yang dihadapi sekolah dalam kerjasama adalah kurangnya partisipasi orang tua untuk

    terlibat dalam kegiatan sekolah. Kerjasama berbasis media sosial guru dan orang tua

    digunakan agar lebih praktis dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode

    deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media sosial tidak

    berperan penting dalam kerjasama guru dan orang tua, juga kerjasama orang tua dan

    guru tidak dipengaruhi oleh media sosial.

    Kata Kunci: Kerjasama, Komunikasi, Orang tua, Guru, Media Sosial

  • 2

    1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,

    Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 3) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

  • 3

    1. Pendahuluan

    Hubungan kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru dalam proses

    pendidikan sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Untuk berprestasi

    di sekolah, siswa membutuhkan dukungan dari guru dan orang tua yang dapat tercipta

    apabila ada relasi yang baik di antara keduanya. Hubungan dan kerjasama antara

    orang tua dan guru dapat membantu meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga

    tujuan pembelajaran bisa tercapai. Fenomena komunikasi antarpribadi antara guru

    dan orang tua saat ini pada umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan

    formal yang diadakan pihak sekolah saat rapat penentuan uang komite sekolah dan

    penerimaan hasil belajar siswa (raport) yang terjadi hanya 4 kali dalam setahun. Guru

    dan orang tua jarang membicarakan hal-hal pribadi yang berkaitan langsung dengan

    siswa, seperti minat belajar, sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat,

    kemajuan belajar, prestasi, bahkan masalah pribadi siswa.

    Selama masa observasi antara bulan Januari sampai April 2015, hanya

    sekali saja diadakan pertemuan atau rapat yang dilaksanakan oleh guru dan orang tua

    tentang persiapan siswa kelas IX untuk mengikuti Ujian Nasional 2015. Selain itu

    pemanggilan orang tua ke sekolah, pemberian informasi melalui surat dan kegiatan

    kunjungan guru ke rumah siswa hanya dilakukan ketika siswa membuat masalah dan

    melakukan tindakan-tindakan pelanggaran di sekolah. Karena kurangnya komunikasi

    antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini, maka guru dan orang tua kurang

    mengetahui perkembangan siswa setiap hari, memenuhi segala kebutuhan siswa,

    kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada siswa, kurang mengetahui segala

    permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar, kurangnya tingkat kedisiplinan

    pada siswa bahkan bisa terjadi kesalahpahaman antara guru dan orang tua dalam

    mendidik siswa.

    Saat ini, perkembangan TIK mempermudah membangun komunikasi

    dengan media sosial, seperti facebook, twitter, blackberry messenger, line, whatsapp

    dan lain-lain. Media ini populer dan digunakan oleh hampir semua kalangan,

    sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang baik, praktis dan efisien

    dalam proses kerjasama dan koordinasi antara guru dengan orang tua siswa dalam

    pengawasan pembelajaran siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya

    Wacana Salatiga untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar peranan dan

    keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak, seberapa besar kerjasama /

    komunikasi antara orang tua dan guru serta pola komuni kasi orang tua dan guru

    dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu media

    sosial sebagai media/alat (tools) dalam proses kerjasama dan komunikasi guru dan

    orang tua siswa. Dengan pemanfaatan media sosial, maka hubungan kerjasama dan

    komunikasi antara guru dan orang tua siswa menjadi lebih mudah, praktis dan efisien.

  • 4

    2. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wardiah, Muniarti, Djailani,

    mahasiswa-mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana

    Universitas Syiah Kuala Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2015, dengan judul

    “Strategi Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri 1

    Lhoknga”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

    menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan

    dalam penelitian ini yaitu melalui pedoman observasi (pengamatan), pedoman

    wawancara dan studi dokumentasi. Adapun hasil yang diperoleh adalah program

    yang dilakukan oleh komite sekolah dengan seluruh komponen yang melibatkan

    pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan orang tua siswa, serta lembaga-

    lembaga luar sekolah maupun masyarakat lainnya belum sempurna, meskipun

    dilibatkan dalam rapat rutin komite sekolah setiap akhir semester. Selain itu,

    kendala yang dihadapi komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan

    adalah kurangnya komunikasi antara komite sekolah dengan kepala sekolah

    karena kurangnya waktu yang dimiliki oleh komite sekolah, sehingga program

    komite sekolah menjadi kurang efektif [1].

    Penelitian yang dilakukan oleh I Made Dwi Andreana, Nyoman

    Sugihartini, Dessy Seri Wahyuni, dan Made Windu Antara Kesiman, mahasiswa-

    mahasiswa Fakultas Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan

    Ganesha Singaraja, Bali yang berjudul “Korelasi Perhatian Orang Tua Siswa dan

    Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Teknologi

    Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Negeri Se-Kota Tabanan pada

    Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013” (Studi Kasus : SMA Negeri Se-Kota

    Tabanan). Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    dengan teknik korelasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan angket. Data yang terkumpul

    dianalisis dengan menggunakan statistik parametric dengan uji prasyarat

    normalitas, homogenitas, linieritas dan keberartian arah regresi, serta

    multikolinieritas dan uji hipotesis dengan uji Korelasi Product Moment dan

    analisis regresi berganda. Berdasarkan data hasil penelitian perhatian orang tua

    siswa, skor maksimum yang diperoleh adalah 200 sedangkan skor minimum 127.

    Rata-rata perhatian orang tua siswa di SMA Negeri se-kota Tabanan adalah

    161,44. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat perhatian orang tua siswa di

    SMA Negeri se-kota Tabanan berada pada kategori sangat tinggi [2].

    Perbedaan penelitian “Koordinasi Berbasis Media Sosial Antara

    Orang Tua dan Guru Dalam Pengawasan Pembelajaran Siswa pada SMP

    Kristen Satya Wacana Salatiga” dengan kedua penelitian yang lain adalah

    penelitian ini adalah lebih berfokus pada orang tua, guru, dan media sosial

    sebagai objek penelitian untuk kerjasama dan koordinasi guru dengan orang tua

    dengan metode deskriptif kualitatif. Terdapat hal-hal dari penelitian-penelitian

    tersebut yang dapat digunakan dalam membantu penelitian ini, yaitu dengan

  • 5

    menggunakan metode dan pendekatan deskriptif kualitatif untuk

    mengungkapkan dan menyajikan apa adanya tentang kerjasama guru dan orang

    tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Teknik pengumpulan data

    dalam penelitian tersebut menggunakan teknik-teknik yang cocok digunakan

    dalam penelitian kualitatif yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi

    sehingga data-data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara

    langsung di lapangan dari semua subjek dan objek penelitiannya. Selain itu juga

    menggunakan teknik korelasi, sehingga dapat dibuktikan ada tidaknya hubungan

    yang mendukung antara variabel satu dengan yang lainnya yang diteliti dengan

    penentuan pupulasi, sampel, variabel, teknik pengumpulan data, proses analisis

    data yang cukup jelas, relevan dan sesuai dengan topik penelitian, sehingga dapat

    ditarik kesimpulan yang akurat sesuai dengan hasil analisisnya.

    Peran Guru Dalam Pembelajaran Anak

    Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan

    pembelajaran bersama siswa. Syatra mengatakan bahwa tuntutan pencapaian

    tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat melaksanakan

    tugasnya dengan baik [3]. Slameto (dalam Syatra 2013) menegaskan bahwa

    dalam proses belajar mengajar, peran guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu

    pengetahuan, namun juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan

    perkembangan kepribadian anak didik. Uno menyatakan bahwa guru adalah

    orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar,

    dan membimbing peserta didik [4]. Dalam Wahyudi terdapat beberapa peran

    guru yaitu: guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pelatih,

    guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu, guru sebagai model dan

    teladan, dan guru sebagai peneliti [5]. Menurut Zen fungsi guru adalah sebagai

    informator, organisator, motivator, pengarah/ direktor, inisiator, transmiter,

    fasilitator, mediator, dan evaluator [6].

    Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak

    Ahmadi mengatakan peran orang tua merupakan suatu kompleks

    pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap terkait tanggung jawab

    dalam keluarga, dalam hal ini khususnya peran orang tua terhadap anaknya,

    dalam hal pendidikan, keteladanan, serta kreatif sehingga timbul dalam diri anak

    semangat hidup dalam pencapaian keselarasan hidup di dunia ini [7]. Coleman

    mencatat peran orangtua adalah sebagai pendukung, guru, siswa, penasihat,

    pelindung, dan sebagai duta besar [8].

    Menurut Nursito mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena peran

    serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan

    sangatlah minim [9]. Hal ini dipertegas oleh Suharsono yang berpendapat bahwa

    tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orang tua [10]. Slameto

  • 6

    mengungkapkan bahwa meskipun sekolah telah menyediakan serangkaian materi

    untuk mendidik seorang anak hingga dewasa, namun tanggung jawab pendidikan

    bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan

    yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang tua yang penuh

    perhatian. Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di

    sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat [11]. Proses pembelajaran

    akan sempurna dan mencapai hasil yang optimal, jika orang tua dan dan para

    pendidik biasa memberikan cintanya yang tulus. Sebab cinta yang tulus dari

    orang tua itulah sumber energi yang melimpah bagi anaknya [12].

    Komunikasi Orang Tua Dengan Guru

    Istilah komunikasi dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan

    communication, berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang

    berarti “sama” atau “sama maknanya” dengan maksud untuk mengubah pikiran,

    sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh

    komunikator . Selanjutnya Widjaja menjelaskan adanya sejumlah komponen dan

    unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, yaitu:

    source (sumber), communicator (komunikator = penyampai pesan), message

    (pesan), channel (saluran), communican (komunikan = penerima pesan), effect

    (hasil) [13].

    Menurut Effendy terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu:

    menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to

    entertaintment), dan mempengaruhi (to influence) [14]. Glueck (dalam Widjaja

    2008) menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama,

    yakni: interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses

    pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di

    dalam suatu kelompok kecil manusia dan organizational communications, yaitu

    dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan me mindahkan

    pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi

    dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan.

    Rogers (dalam Cangara 2006) menjelaskan komunikasi adalah proses

    dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan

    maksud mengubah perilaku. Definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi

    ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide, gagasan, lambang dan di dalam

    proses itu melibatkan orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan

    paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun,

    selama manusia masih mempunyai emosi [15].

    Proses komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut

    seharusnya mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm

    (dalam Mulyana 2002), yang menggambarkan hubungan yang dinamis antara

    komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding

    dan decoding, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

  • 7

    Gambar 1: Model Komunikasi Sirkuler Osgood dan Schramm

    Sumber : Mulyana, 2002, hal. 141

    Keterangan gambar:

    Hubungan antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses

    komunikasi yang dinamis, seperti yang diperlihatkan dan disesuaikan dengan teori

    Sirkuler Osgood dan Schramm di atas. Dalam keterangan gambar 1, kedua variabel

    manusiawi dalam proses komunikasi interpersonal ini saling berkaitan membentuk

    suatu hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikannya yang

    ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding dengan menggunakan media

    sosial sebagai saluran komunikasi interpersonal.

    Pada proses komunikasi yang berlangsung secara dinamis tersebut, terdapat

    respon dalam umpan balik (feedback) diantara komunikator dan komunikannya,

    sehingga hubungan komunikasi interpersonal terjalin secara baik dan dinamis.

    Hubungan antara guru dan orang tua siswa lebih ditekankan dalam hubungan

    kerjasama, baik tentang penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh kedua belah

    pihak, pengawasan, dan lain-lain dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

    siswa [16].

    Kerjasama Orang Tua Dengan Guru

    Menurut Suyanto, kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan bersama

    yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai tujuan

    bersama. Jika sekolah menghendaki hasil yang baik dari pendidikan anak didiknya,

    perlu adanya kerjasama atau hubungan yang erat antara sekolah (guru) dan keluarga

    (orang tua) [17]. Keterangan-keterangan orang tua sangat besar bagi guru dalam

    memberi pelajaran bagi anak didiknya dan guru dapat mengerti lingkungan anak

    didiknya. Demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi anak

    anak-anaknya di sekolah.

    (Media Sosial)

    Message

    (Guru/Sekolah) Encoder,Interpreter, Decoder

    (Orang Tua Siswa)

    Decoder,

    Interpreter,

    Encoder

    feedback

  • 8

    Tidak semua orang tua dapat secara otomatis terlibat di sekolah, oleh

    karena itu pihak sekolah harus mengambil langkah atau inisiatif. Adapun cara

    mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua)

    menurut Purwanto antara lain: mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari

    penerimaan murid baru, mengadakan surat-menyurat antara sekolah (guru) dengan

    keluarga (orang tua), adanya daftar nilai (raport), mengadakan perayaan, pesta

    sekolah, atau pertemuan hasil karya anak-anak, mendirikan perkumpulan orang tua

    murid dan guru. Di sisi lain, pihak sekolah dapat melibatkan secara aktif orang tua

    dalam meningkatkan mutu proses pendidikan. Pelibatan orang tua secara aktif bagi

    sekolah dapat dimulai dengan melakukan pemberdayaan sekolah melalui kerjasama

    yang terjalin di antara keduanya [18].

    Briggs & Potter (dalam Suyanto 2005) menjelaskan bahwa kerjasama antara

    sekolah dan orang tua dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterlibatan (parent

    involvement) dan partisipasi (partisipation). Keterlibatan merupakan tingkat

    kerjasama yang minimum, misalnya orang tua datang dan membantu sekolah jika

    diundang dalam bentuk rapat wali murid. Partisipasi merupakan tingkat kerjasama

    yang lebih luas dan tinggi tingkatannya. Orang tua dan sekolah duduk bersama

    membicarakan berbagai berbagai program dan kegiatan anak.

    Menurut Epstein (dalam Coleman 2013) terdapat enam tipe kerjasama

    dengan orang tua, yaitu: parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua

    pada pembelajaran anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan

    kelompok masyarakat. Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan

    lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak. Komunikasi merupakan

    bentuk yang efektif dari sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah untuk

    memberitahukan tentang program sekolah dan kemajuan perkembangan anak.

    Komunikasi dilakukan guna bertukar informasi antara sekolah dan orang tua.

    Terdapat dua teknik komunikasi antara sekolah dan orang tua yaitu teknik

    komunikasi tidak resmi/ nonformal dan teknik komunikasi resmi/ formal.

    Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan mengorganisasikan orang tua

    dengan tujuan membantu dan mendukung program sekolah di mana anaknya belajar.

    Keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah. Dalam bentuk kerjasama

    ini, sekolah dapat menyediakan berbagai informasi dan ide-ide untuk orang tua

    tentang bagaimana membantu anak belajar di rumah sesuai dengan materi yang

    dipelajari di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses belajar dari sekolah ke rumah.

    Orang tua dapat mendampingi, memantau dan membimbing anak di rumah yang

    berhubungan dengan tugas di sekolah. Pengambilan keputusan, menunjuk pada orang

    tua yang ikut terlibat dalam pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat

    sekolah, komite orang tua, dan ketua wali murid [19].

  • 9

    Media Sosial Dalam Komunikasi / Kerjasama Guru Dengan Orang Tua

    Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa

    dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring

    sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Saat teknologi internet dan mobile phone makin

    maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media sosial memberikan

    kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan teman atau relasi, dapat menjadi

    media untuk membentuk komunitas online (group). Sosial media memberikan

    peluang masuk komunitas yang telah ada sebelumnya dan memberikan kesempatan

    mendapatkan feedback secara langsung. Media sosial memiliki kelebihan untuk

    bookmarking, content dan sharing, dan creating opinion [20].

    Selain itu, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, seperti pada

    berbagai media sosial, dengan biaya yang lebih murah dapat berinteraksi online

    dibandingkan menggunakan telepon. Media jejaring sosial berbasis komputer seperti

    facebook, twitter, line, whatsapp, blackberry messenger dan lain-lain, merupakan

    sebuah media komunikasi yang menghubungkan satu orang dengan yang lainnya,

    sehingga memberi kesempatan untuk saling berkenalan. Menurut Erlina, jejaring

    sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau

    organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena

    kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan

    keluarga [21]. Nurudin menjelaskan secara substansional media jejaring sosial

    mengubah cara komunikasi antar organisasi, masyarakat, serta individu [22]. Fungsi

    sebenarnya dari media sosial adalah untuk berbagi dengan sekelompok teman

    terpercaya dan keluarga, hal-hal yang ingin dibagikan akan jauh lebih pribadi, orang

    akan membuka lebih banyak tentang diri mereka ketika dikelilingi oleh orang-orang

    yang lebih dipercaya dari pada orang lain.

    BlackBerry Messenger atau BBM ternyata masih menjadi aplikasi pesan

    instan utama bagi sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia. Hal itu

    diungkap lewat temuan survei On Device Meter edisi Februari 2014 dari lembaga

    riset pasar Nielsen. BBM dipakai oleh 79 persen pengguna smartphone Tanah Air

    untuk chatting. Angka tersebut merupakan yang terbesar di antara aplikasi-aplikasi

    lain yang sejenis. Urutan kedua ditempati oleh WhatsApp yang dipakai oleh 57 persen

    pengguna, disusul oleh Line dengan catatan angka 30 persen. Pengguna BBM rata-

    rata menghabiskan waktu 23,3 menit per hari untuk mengobrol lewat aplikasi i tu.

    Sementara WhatsApp dan Line rata-rata dipakai pengguna selama 6,2 menit dan 5,1

    menit setiap harinya [23].

    3. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel itu

    pada sampel lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain [24].

    Variabel yang dideskripsikan adalah kerjasama guru dengan orang tua dan media

    sosial. Adapun yang menjadi subyek dan obyek dalam penelitian ini adalah: Kepala

  • 10

    Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya Wacana, Salatiga, 9 guru wali

    kelas, 1 guru Bimbingan Konseling, serta 10 orang tua siswa untuk memperoleh data

    yang diinginkan (Purposive Sampling) dan juga aplikasi media sosial yang digunakan

    orang tua dan guru dalam berkomunikasi sebagai obyek utama pada penelitian ini.

    Tempat penelitian berada di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya

    Wacana Salatiga, yang berlokasi di Jl. Diponegoro, No. 52 – 60, Kecamatan Sidorejo,

    Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, pengambilan penelitian juga

    dilakukan di 10 rumah dari beberapa orang tua siswa yang berada di dalam Kota

    Salatiga. Pengambilan data penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai

    dengan Februari 2016 menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,

    dokumentasi dan observasi. Wawancara dilakukan mulai dari Kepala Sekolah, orang

    tua, kemudian ke guru. Dokumentasi dan observasi dilakukan setelah wawancara

    selesai.

    4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara

    dan observasi. Selain itu juga digunakan teknik dokumentasi guna memperkuat hasil

    perolehan data. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang upaya

    sekolah (guru) dalam menjalin kerjasama dengan orang tua, pola komunikasi antara

    guru dan orang tua, bentuk kerjasama yang telah dilakukan, hambatan dalam

    bekerjasama, dan upaya sekolah mengatasi hambatan tersebut. Wawancara dilakukan

    kepada kepala sekolah, guru (wali kelas) dan orang tua siswa. Metode observasi

    adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamatan atau pencatatan secara

    sistematis, tentang fenomena yang diselidiki [25]. Metode observasi dilakukan untuk

    mengamati kondisi fisik sekolah, lingkungan sekolah, kondisi siswa, proses

    pembelajaran, interaksi sosial siswa dengan guru, aktivitas guru dalam proses belajar

    mengajar, serta interaksi siswa dengan teman dan orang tuanya. Metode dokumentasi

    digunakan untuk memberikan gambaran dan mendapatkan data mengenai media

    sosial sebagai alat komunikasi antara guru dengan orang tua, catatan guru, dan arsip

    kegiatan bersama orang tua yang dimiliki sekolah.

    Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, seperti panduan

    wawancara, buku catatan, kamera dan alat perekam suara yang digunakan untuk

    mencatat hal-hal dan informasi-informasi penting dalam penelitian, serta memotret

    dan merekan pembicara dan informan selama proses wawancara berlangsung. Teknik

    analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga hal, yaitu reduksi

    data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (conlusion

    drawing/verification). Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

    interakif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

    sudah jenuh [26].

    Menurut Sugiyono, triangulasi sumber adalah cara mendapatkan data

    dengan sumber yang berbeda-beda namun menggunakan teknik yang sama [27].

    Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dengan

    menanyakan hal yang sama kepada sumber yang berbeda, yaitu kepala sekolah, guru

  • 11

    dan orang tua siswa, kemudian membandingkan informasi yang diperoleh dari satu

    sumber ke sumber yang lain untuk mendapatkan jaminan kepercayaan data dan

    menghindari adanya subjektifitas. Kemudian untuk me-recheck temuannya dengan

    jalan membandingkan hasil wawancara sumber data satu dengan sumber data lainnya.

    Setelah dilakukan cross check sumber data yang satu dengan yang lain maka ditarik

    kesimpulan untuk mencari dan memahami makna dari hasil penelitian yang

    diperoleh.

    5. Hasil Dan Pembahasan

    Upaya Sekolah Menjalin Kerjasama dengan Orangtua

    Berdasarkan hasil penelitian di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga telah

    berupaya menjalin kerjasama dengan orang tua dengan cara, yaitu:

    a. Membangun hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua, karena sekolah menganggap bahwa orang tua memang merupakan mitra kerja bersama atau klien

    untuk menciptakan tujuan bersama, yaitu agar supaya tujuan pendidikan anak

    dapat tercapai dengan baik dan berhasil. Oleh karena itu, dalam hal ini sekolah

    telah berusaha untuk membangun hubungan kerjasama yang baik diantara kedua

    belah pihak, karena kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan bersama yang

    dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama

    [3]. Seperti yang diungkapkan Kepala Sekolah berikut ini:

    “Kalau diantara guru ya hubungan profesional, artinya selama ini kita

    kerjasama karena guru sebagai mitra kerja, sedangkan kepada orang tua kita

    bangun ya relasi hubungan baik antara sekolah dengan orang tua karena orang

    tua itu kan artinya merupakan nasabah atau klien itu kan kita harus bangun

    hubungan baik.”

    b. Menjalin kedekatan, memanggil dan mengajak mengobrol dengan orang tua, karena dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua akan merasa

    nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga orang tua

    akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah, karena pihak sekolah

    harus secara aktif melakukan pendekatan kepada orang tua agar mereka dapat

    terlibat di sekolah [8]. Dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua

    akan merasa nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga

    orang tua akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah. Seperti yang

    diungkapkan Kepala Sekolah berikut ini:

    “Dalam membangun kerjasama itu ketika ada sesuatu ketegangan, ya kita

    upayakan diskusi, kita panggil, kita ajak ngomong, begitu.”

    c. Menyediakan kesempatan bagi orang tua untuk terlibat dan berpartisipasi, hal ini dilakukan dengan mengikutsertakan orang tua dalam berbagai kegiatan-kegiatan di

    sekolah, seperti kegiatan parent seminar, pembentukan komite sekolah, dan

    pengambilan raport di sekolah untuk mempererat hubungan kerjasama diantara

  • 12

    kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam hal melibatkan orang tua dalam

    membangun kerjasama antara sekolah dan orang tua maka dikelompokkan

    menjadi dua, yaitu keterlibatan (parent involvement) dan partisipasi (partisipation)

    dimana partisipasi merupakan tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi

    tingkatannya karena orang tua dan sekolah duduk bersama membicarakan berbagai

    berbagai program dan kegiatan anak [18] untuk mempererat hubungan dan

    kerjasama antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua) karena keterlibatan orang

    tua juga akan memperlancar kegiatan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh

    orang tua OT1 berikut ini:

    “Iya tadi dalam bentuk misalnya parent seminar. Sering sih tidak ya, satu

    semester sekali juga belum tentu tapi pernah sekolah mengadakan itu.

    Kemudian untuk pengambilan raport ya, sekolah memberikan informasi-

    informasi dan orang tua berusaha hadir ya.

    Bentuk Kegiatan Kerjasama Antara Guru dan Orang Tua Siswa di SMP

    Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Dari hasil penelitian, ada empat bentuk kerjasama yang dilakukan oleh

    guru dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga adalah sebagai

    berikut:

    a. Bentuk kerjasama yang pertama adalah pembentukan Komite sekolah yang dilakukan guna untuk menyalurkan berbagai aspirasi dan pendapat antara

    sekolah, guru-guru dan orang tua siswa melalui kegiatan komite tersebut.

    Dalam kegiatan tersebut, orang tua juga diberikan kesempatan untuk bertanya,

    berdiskusi dan sharing tentang permasalahan anak. Dengan adanya kegiatan

    tersebut maka orang tua terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan,

    menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan ketua wali murid

    karena orang tua sebagai aktivis kelompok yang bebas untuk memantau sekolah

    dan bekerja untuk peningkatan kualitas sekolah dan untuk saling bertukar

    informasi antara pihak sekolah (guru) dan orang tua [8]. Sebagaimana

    pernyataan orang tua OT2 berikut ini: “Ya itu tadi, paling setiap semester orang tua dipanggil untuk ada sharing atau

    kalau yang ikut pertemuan komite lebih sering. Tapi kalau untuk yang ikut

    komite, paling setiap terima raport.”

    b. Bentuk kerjasama yang kedua, yaitu kegiatan penerimaan Raport siswa, yang diadakan pihak sekolah setiap akhir semester yang mempertemukan guru/wali

    kelas dengan orang tua/wali murid di sekolah untuk menyampaikan berbagai

    informasi dari sekolah ke orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan

    pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua, karena Raport merupakan salah

    satu media komunikasi utama bagi sekolah untuk menyampaikan

    perkembangan anak selama satu semester pada orang tua. Kegiatan ini, bahwa

  • 13

    kegiatan ini salah satu bentuk komunikasi yang efektif dari sekolah ke orang

    tua dan orang tua ke sekolah untuk memberitahukan tentang kemajuan

    perkembangan anak [8]. Sebagaimana pernyataan guru WK2 berikut ini: “Ya, kalau yang rutin, komunikasi dengan orang tua siswa ketika anak itu

    masuk pertama kelas VII baru masuk itu ada komunikasi, kemudian setiap

    penerimaan raport yang menerima adalah orang tuanya, sehingga itu juga

    bentuk komunikasi yang rutin, baik raport tengah semester maupun raport

    akhir semester. Itu orang tua yang mengambil sehingga komunikasi dengan

    orang tua yang secara langsung itu rutin.”

    c. Bentuk kerjasama yang ketiga adalah kegiatan Parent Seminar, yaitu untuk menyampaikan dan menginformasikan bagaimana minat belajar anak,

    perubahan sikap, dan kondisi anak di sekolah baik yang positif maupun

    negatif, serta beberapa cara-cara dan kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh guru

    dan orang tua dalam mendidik anak-anak, berbagai informasi dari sekolah ke

    orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah

    ke orang tua, dengan mengundang narasumber, ketua komite dan pengurus

    komite, serta pengurus yayasan sekolah. Kegiatan ini dilakukan setiap satu atau

    dua kali dalam setahun. Kegiatan Parenting ini memang merupakan kegiatan

    yang melibatkan keluarga (orang tua) dengan tujuan untuk meningkatkan

    pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan lingkungan

    rumah yang mendukung perkembangan anak [8]. Sebagaimana yang

    diungkapkan oleh guru WK3 berikut ini: “Umumnya pernah ya.. minimal pada saat orang tua mengambil raport atau

    ada seminar dengan orang tua itu istilahnya parent seminar itu ya, untuk

    saling bertukar informasi tentang keadaan siswa dan anak dengan orang tua,

    kondisi anak itu bagaimana di sekolah, perkembangan belajarnya juga,

    kekurangannya di sekolah, dan juga diajarkan cara-cara atau kiat-kiat khusus

    dalam mendidik anak. Ya.. itu semua sih.”

    d. Bentuk kerjasama yang keempat adalah komunikasi dengan orang tua, untuk memantau dan mengawasi anaknya di sekolah, seperti menanyakan tentang

    pembelajarannya di sekolah, bagaimana perkembangan belajarnya di sekolah,

    kemudian menanyakan sikap dan tingkah lakunya di sekolah dengan

    menggunakan media komunikasi seperti telepon, SMS, dan media sosial.

    Dengan adanya komunikasi, maka orang tua dan guru saling bertukar informasi

    khusus tentang anak, seperti penyakit anaknya, phobia anaknya, dan makanan

    yang tidak boleh dimakan oleh anaknya di sekolah, karena salah satu fungsi

    komunikasi adalah menyampaikan informasi (to inform) maka, dengan

    komunikasi, orang tua dapat menyampaikan informasi kepada guru mengenai

    kondisi anaknya dan sebaliknya guru memberitahukan tentang prestasi siswa

    kepada orang tuanya. Maka terjadi pertukaran informasi antara guru dan orang

    tua [14]. Seperti yang diungkapkan oleh orang tua OT7 berikut ini:

  • 14

    “Saya komunikasi lewat sms, dalam hal misalnya anak saya itu sensitif dalam

    hal makanan, sehingga saya sering sakit pencernaan. Nah, saya menyampaikan

    kepada ibunya bahwa: Bu, anak saya ini selain izin, saya juga minta ibu beri

    perhatian khusus dan semangat supaya dia lebih perhatikan makanan. Yang

    kedua, dia takut pada satu pelajaran, yaitu musik. Karena dia tidak bakat maka

    saya bicara dengan gurunya via sms saja karena saya jarang bertemu, mohon

    dibimbing anaknya ini. Tapi secara sms aja saya lakukan.”

    Bentuk/Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua Siswa

    Dari hasil penelitian, ada dua bentuk/ pola komunikasi yang dilakukan oleh

    guru dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga adalah sebagai

    berikut:

    a. Yang pertama adalah bentuk komunikasi formal dilakukan dengan surat-menyurat, pemberian raport, pertemuan dengan orang tua dan komite di

    sekolah, dan kegiatan parent seminar. Karena, komunikasi yang resmi bersifat

    formal guru dan orang tua mempunyai tujuan apa yang akan disampaikan telah

    direncanakan serta memiliki tema yang khusus dalam bentuk kegiatan

    konferensi dengan orang tua, pertemuan dengan orang tua secara pribadi,

    kunjungan rumah, dan laporan berkala yang merupakan bentuk komunikasi

    yang resmi guru dengan orang tua [8]. Komunikasi formal antara guru dan

    orang tua ini bertujuan untuk saling bertukar informasi, memberikan ide,

    gagasan, kritik dan saran yang berguna bagi sekolah dan oranng tua dalam

    meningkatkan prestasi siswa [15].

    b. Yang kedua adalah bentuk komunikasi nonformal dilakukan melalui kegiatan kunjungan ke rumah (home visit), melalui alat komunikasi SMS, telepon, atau

    media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Oleh karena itu

    komunikasi non formal antara guru dan orang tua termasuk dalam bentuk

    Interpersonal communications yang bertujuan untuk saling bertukar informasi

    guru dan orang tua tentang siswa, apa yang terjadi selama jam sekolah, kondisi

    siswa, sikap dan tingkah laku siswa dengan cara dan media yang

    sederhana [13].

    Selain itu, pola komunikasi yang terjadi antara guru dengan orang tua

    bersifat dua arah dimana sang komunikator menyampaikan suatu pesan dan pesan

    tersebut diterima oleh komunikan dan selanjutnya dikembalikan lagi berupa

    respon dalam bentuk umpan balik yang diberikan komunikan kepada komunikator.

    Dalam hal ini guru sebagai komunikator yang menyampaikan pesan (encoding)

    dalam bentuk verbal maupun non verbal dan orang tua sebagai komunikan yang

    menerima pesan (decoding) kemudian pesan tersebut dikembalikan berupa respon

    atau umpan balik (feedback). Proses pola komunikasi interpersonal antara guru

    dan orang tua siswa tersebut mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood

    dan Schramm (dalam Mulyana 2002), menggambarkan hubungan yang dinamis

  • 15

    antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses

    encoding dan decoding.

    Gambar 1. Model Komunikasi Sirkuler Osgood dan Schramm

    Sumber : Mulyana, 2002, hal. 141

    Penjelasan Gambar:

    Pola komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dengan orang

    tua bersifat dua arah dimana guru sebagai komunikator yang menyampaikan pesan

    atau informasi (encoding) melalui media sosial (Blackberry Messenger dan

    Whatsapp) kepada orang tua sebagai komunikan yang menerima pesan dan

    informasi (decoding) kemudian pesan tersebut dikembalikan berupa respon atau

    umpan balik (feedback). Pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru

    (komunikator) berupa informasi mengenai siswa di sekolah, jadwal pelajaran,

    jadwal kegiatan dan program bersama orang tua, serta menyampaikan hasil belajar

    siswa. Pesan dan informasi tersebut dikirim melalui aplikasi media sosial

    Blackberry Messenger dan Whatsapp. Kemudian orang tua sebagai komunikan

    menerima pesan dan informasi tersebut, kemudian memberikan umpan balik

    (feedback) berupa tanggapan, menyampaikan keluh kesah, pertanyaan,

    memberikan ide, saran dan kritik yang berguna bagi guru dan sekolah,

    menanyakan keadaan anaknya di sekolah, menanyakan jadwal pelajaran, dan

    meminta izin absen kepada guru. Dengan demikian, maka hubungan komunikasi

    interpersonal antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses komunikasi

    Media Sosial (Blackberry Messenger

    dan Whatsapp)

    Message

    (Guru, Wali Kelas, Kepala Sekolah)

    Komunikator

    feedback

    (Orang Tua Siswa)

    Komunikan

  • 16

    yang dinamis membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling bertukar

    informasi antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui

    proses encoding dan decoding dengan menggunakan media sosial sebagai saluran

    komunikasi interpersonal dalam rangka kerjasama guru dan orang tua untuk

    mengawasi dan meningkatkan prestasi siswa.

    Faktor Penghambat Kerjasama Guru dan Orang Tua

    Faktor yang menghambat kerjasama guru dan orang tua yaitu karena

    pekerjaan dengan kesibukan yang padat orang tua, sehingga akan menjauhkan

    orang tua dari kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. Orang

    tua tidak bisa hadir dalam undangan pertemuan dengan guru-guru di sekolah,

    sehingga yang hadir hanya perwakilan atau utusan dari orang tuanya untuk datang

    mewakili orang tua wali murid di sekolah. Orang tua tidak dapat terlibat langsung

    dalam kegiatan sekolah untuk membahas tentang prestasi siswa, program-program

    sekolah, dan lain-lain. Orang tua tidak tau tentang bagaimana kondisi anaknya

    selama belajar di sekolah dan prestasi belajarnya, dan juga hal-hal atau informasi

    penting dari sekolah, sehingga dengan demikian seringkali terjadi kesalahpahaman

    antara orang tua dan guru-guru karena tidak adanya kesempatan untuk bertemu

    dan berkomunikasi secara langsung untuk membahas tentang prestasi belajar

    anaknya selama ini.

    Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan dalam bekerjasama dengan

    orang tua siswa adalah dengan mencarikan waktu yang tepat bagi orang tua untuk

    bisa terlibat dalam kegiatan sekolah. Sekolah mengupayakan agar orang tua selalu

    bisa hadir dalam pertemuan rutin di sekolah, agar kerjasama sekolah dengan orang

    tua dapat terjalin dengan baik, sehingga orang tua dapat mengetahui

    perkembangan anaknya selama di sekolah, serta dapat menyampaikan keluh kesah

    mereka kepada guru-guru. Pertemuan bisa dilakukan ketika hari libur agar orang

    tua wali murid bisa hadir atau pertemuan dilaksanakan di hari biasa tetapi pada

    siang hari setelah jam satu atau dua ketika orang tua sudah pulang bekerja [8].

    Keterlibatan Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak

    Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan orang tua siswa di SMP

    Kristen Satya Wacana Salatiga, maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang

    tua dalam pembelajaran anak di rumah adalah sebagai berikut:

    a. Sebagai Adviser (Penasihat) yang memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada anaknya agar anaknya terhindar dari hal-hal negatif dalam pergaulannya

    sehari-hari dan juga turut bertanggung jawab terhadap kebutuhan anaknya

    sehari-hari dan pendidikannya, memberikan perhatian, menjadi teladan serta

    mengajarkan tentang hal-hal atau nilai-nilai yang baik dalam kehidupan [7].

    b. Sebagai Motivator yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anaknya di rumah untuk rajin belajar, namun tidak hanya sekedar memberikan

  • 17

    dorongan dan motivasi saja, namun orang tua juga ikut memperhatikan aktifitas

    belajar anaknya di rumah, karena jika orang tua terlibat langsung dalam

    pembelajan anaknya, maka akan berdampak kepada semangat anaknya untuk

    meningkatkan prestasinya di sekolah [11].

    c. Memberikan Fasilitas Belajar (Fasilitator) yang bertanggung jawab dalam pembelajaran anak di rumah, orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan

    anak, baik fasilitas belajarnya, sarana dan prasarana yang digunakan anak

    dalam belajar antara lain: tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet,

    Laptop, dan buku-buku [10]. Beberapa fasilitas yang diberikan oleh orang tua

    antara lain, tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan

    buku-buku.

    d. Mendampingi dan Membantu Anak Saat Belajar di Rumah yaitu menemani anak saat belajar, memberi motivasi terhadap anak, perhatian terhadap nilai

    anak, memberikan fasilitas belajar yang mencukupi, mengontrol, mengoreksi,

    serta memberi petunjuk dalam bertingkah laku. Oleh karena itu, dengan

    keterlibatan orang tua tersebut maka akan berdampak positif dalam

    pembelajaran anak, karena anak merasa dicintai dan diperhatikan orang tuanya

    di rumah [12].

    Peran Guru Dalam Pembelajaran Siswa

    Dari hasil penelitian dan wawancara dengan guru (wali kelas), terdapat tiga

    jenis peran guru di sekolah SMP Kristen Satya Wacana Salatiga diantaranya

    adalah:

    a. Sebagai Motivator yang selalu membangkitkan motivasi para siswa agar mereka belajar lebih giat belajar, merangsang dan memberikan dorongan

    kepada siswa pada saat saat sebelum pelajaran dimulai, pada saat pelajaran

    disampaikan atau bisa juga setelah selesai menyampaikan pelajaran di kelas

    [6].

    b. Sebagai Fasilitator yang memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media, dan

    sumber belajar yang baik seperti buku-buku pelajaran, ruang belajar,

    laboratorium, perpustakaan, penambahan jam pelajaran, remidiasi, kegiatan

    ekstrakulikuler, mengikutsertakan siswa dalam berbagai perlombaan,

    kompetisi dan olimpiade baik yang akademik maupun non akademik dan

    metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk mengembangkan

    potensi siswa, memotivasi siswa dan menyalurkan bakat dan minat siswa demi

    mencapai prestasi yang baik. [6]

    c. Sebagai Pembimbing/Pengarah yang membimbing siswa dengan cara bertanya kepada siswa penyebab prestasinya menurun, kemudian memberikan solusi

    serta membimbing siswa untuk melakukan hal-hal yang dapat memperbaiki dan

    meningkatkan prestasinya kembali. Guru melakukan bimbingan dan

    pengarahan kepada siswa secara pribadi dan kemudian dikomunikasikan

  • 18

    dengan orang tuanya agar supaya guru dan orang tua bersama-sama

    membimbing anaknya di sekolah dan juga di rumah, sehingga dengan

    demikian, maka akan terjalin hubungan komunikasi dan kerjasama antara guru

    dan orang tua dalam meningkatkan prestasi siswa untuk mencapai tujuan dan

    cita-cita yang diinginkan. [6]

    Jenis Media Sosial Yang Sering Digunakan Guru dan Orang Tua.

    Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang

    mengunakan media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang

    tua menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi setiap harinya, yaitu BBM

    (Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Beberapa orang tua dan guru yang

    menggunakan jenis media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp

    karena berbagai alasan, yaitu karena lebih mudah, lebih praktis, dan lebih cepat

    dalam menyampaikan pesan. Karena dengan media sosial ini memudahkan guru

    dan orang tua untuk saling berinteraksi, berbagi informasi (sharing) konten, dan

    saling memberikan pendapat dan ide (creating opinion) secara langsung dengan

    mudah dengan biaya yang lebih murah dibandingkan menggunakan telepon [20].

    Namun, tidak semua guru dan orang tua yang menggunakan media sosial

    dalam berkomunikasi setiap hari. Sebagian guru dan orang tua masih

    menggunakan telepon dan SMS sebagai alat komunikasi sehari-hari. Berdasarkan

    data penelitian, dari sepuluh responden orang tua, hanya 5 orang saja yang

    menggunakan media sosial yaitu, pengguna BBM (Blackberry Messenger)

    sebanyak 5 orang, pengguna Whatsapp sebanyak 2 orang dan pengguna Facebook

    hanya 1 orang. Sementara dari kalangan guru-guru dari 11 responden, terdapat 8

    orang yang menggunakan media sosial, yaitu sebanyak 8 orang pengguna BBM

    (Blackberry Messenger), kemudian 6 pengguna Whatsapp dan 3 orang pengguna

    Facebook.

    Intensitas Penggunaan Media Sosial Oleh Guru dan Orang Tua.

    Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang

    mengunakan media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang

    tua lebih sering menggunakan media sosial BBM (BlackBerry Messenger) dan

    Whatsapp untuk media berkomunikasi dengan keluarga, anak, dan teman kerjanya

    setiap hari dibandingkan berkomunikasi dengan guru dengan media sosial tersebut

    [21]. Namun, untuk chating atau berkomunikasi dengan orang tua dan guru masih

    jarang dan kurang berkomunikasi, karena orang tua dan guru lebih suka

    berkomunikasi dengan orang-orang terdekat dan keluarga secara personal

    menggunakan media sosial [22]. Guru dengan orang tua berkomunikasi

    menggunakan media sosial jika ada sesuatu yang mendesak, ada hal-hal tertentu

    dan jika ada sesuai kebutuhan saja, seperti kalau orang tua bertanya tentang hari

    libur, jadwal pelajaran, meminta izin untuk anaknya, dan menanyakan tentang

    keadaan anaknya di sekolah. Sebaliknya juga, guru menggunakan media sosial

  • 19

    untuk berkomunikasi dengan orang tua ketika ada sesuatu yang mendesak dan

    penting seperti, memberikan informasi tentang jadwal pelajaran, jadwal pulang

    sekolah, jadwal kegiatan di sekolah, dan bertanya ketika siswa tidak masuk

    sekolah tanpa keterangan dari orang tua. Guru dan orang tua masih jarang untuk

    berkomunikasi setiap harinya menggunakan media sosial, karena menggunakan

    media sosial itu hanya dua sampai tiga kali salam waktu seminggu. Selain itu,

    tidak ada group di media sosial khusus orang tua dan guru, sehingga dalam

    menyampaikan informasi atau sharing informasi ke orang tua siswa hanya bersifat

    personal atau pribadi saja.

    Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial untuk

    koordinasi dan kerjasama antara guru dan orang tua belum cukup efektif dan

    bermanfaat karena sebagian orang tua dan guru yang masih belum menggunakan

    media sosial sebagai alat komunikasi, karena dari hasil wawancara 10 responden

    orang tua hanya 5 orang atau 50 persen yang menggunakan media sosial (BBM

    (Blackberry Messenger) dan Whatsapp) sedangkan dari 11 responden guru yang

    diwawancarai, hanya 8 orang atau 72 persen guru yang menggunakan media sosial

    sebagai alat komunikasi setiap hari. Selain itu, guru dan orang tua yang

    menggunakan media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp juga

    masih kurang memanfaatkannya dengan baik untuk bekerjasama karena intensitas

    komunikasi guru dengan orang tua juga rendah, yaitu hanya tiga kali dalam

    seminggu sesuai kebutuhan saja. Oleh karena itu, penggunaan media sosial tidak

    berperan penting dalam kerjasama guru dan orang tua, juga kerjasama orang tua

    dan guru tidak dipengaruhi oleh media sosial.

    Saran

    Guru dan orang tua sebaiknya lebih sering bertemu dan berkomunikasi

    antarpribadi, baik melalui pertemuan formal maupun non formal untuk

    membicarakan hal-hal yang berkaitan tentang siswa, seperti seperti minat belajar,

    sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat, kemajuan belajar, prestasi,

    bahkan masalah pribadi siswa. Guru dan orang tua sebaiknya lebih banyak

    memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dan bekerjasama rangka

    mengawasi pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

    Sebaiknya sekolah dan guru-guru membuat akun group obrolan dengan orang tua

    di media sosial di Facebook, BBM (Blackberry Messenger), dan Whatsapp agar

    supaya segala informasi-informasi dari sekolah, seperti jadwal pelajaran, acara

    atau kegiatan-kegiatan di sekolah, program-program sekolah dan lain-lain dapat

    dibagikan ke orang tua melalui media sosial sehingga lebih cepat, efisien dan

    praktis.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Wardiah, Sri, Murniati, & Djailani, 2015, Strategi Komite Sekolah Dalam

    Peningkatan Mutu Pendidikan Di SD Negeri 1 Lhoknga, Banda Aceh, Jurnal

    Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 03: 12-21.

    [2] Andreana, I Made D, Nyoman Sugihartini, Dessy Seri Wahyuni, dkk, 2013,

    Korelasi Perhatian Orang Tua Siswa dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi

    Belajar Siswa Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di

    SMA Negeri Se-Kota Tabanan pada Semester Genap Tahun Ajaran

    2012/2013, Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

    (KARMAPATI), 02: 697-702

    [3] Syatra, N.Yusvavera, 2013, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid,

    Yogyakarta: Bukubiru.

    [4] Uno, H.B, 2007, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

    Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

    [5] Wahyudi, Imam , 2012, Mengejar Profesionalisme Guru: Strategi Praktis

    Mewujudkan Citra Guru Profesional, Surabaya: PT. Prestasi Pustaka Raya.

    [6] Zen, Zulfikar, 2010, Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta:

    Gramedia.

    [7] Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.

    Rineka Cipta

    [8] Coleman, M, 2013, Empowering Family-Teacher Partnership Building

    Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication.

    [9] Nursito, 2002, Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah, Yogyakarta: Insan

    Cendekia.

    [10] Suharsono, 2004, Mencerdaskan Anak, Jakarta: Inisiasi Press

    [11] Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta:

    Rineka Cipta.

    [12] ` Suharsono, 2003, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, Jakarta: Inisiasi Press

    [13] Widjaja, H.A.W, 2008, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT.

    Bumi Aksara

    [14] Effendy, O. Uchjana, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:

    Rosdakarya.

    [15] Cangara, Hafied, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada.

    [16] Mulyana, Deddy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja

    Rosdakarya

    [17] Suyanto, Slamet, 2005, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,

    Yogyakarta: Hikayat Publishing.

    [18] Purwanto, Ngalim, 2000, Ilmu Pendidina Teoritis Dan Praktis, Bandung:

    Remaja Rosdakarya

  • 21

    [19] Coleman, M, 2013, Empowering Family-Teacher Partnership Building

    Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication.

    [20] Puntoadi, 2011, Jenis Media Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada

    [21] Nurudin, 2012, Media Sosial Baru Dan Munculnya Revolusi Komunikasi

    Baru, Yogyakarta: Buku Litera.

    [22] Erlina, Hasan, 2009, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung:

    PT. Remaja Rosdakarya

    [23] Yusuf, Oik, (12 Juni 2014), BlackBerry Messenger Masih Juara di Indonesia, diakses

    30 November

    2015,http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.J

    uara.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bp-

    kompas&utm_campaign=related&

    [24] Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

    [25] Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

    Bandung: Rineka Cipta

    [26] Miles, M. B. & Huberman, A. M, 2014, Analisis Data Kualitatif: Buku

    Sumber tentang Metode-metode Baru. (Alih bahasa: Tjetjep Rohendi Rohidi),

    Jakarta: UI Press.

    [27] Sugiyono, 2007, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”,

    Bandung: Alfabeta.

    http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juara.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related&http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juara.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related&http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juara.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related&http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juara.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related&