konverter dc ac.pdf

24
Elektronika Daya BAB V KONVERTER DC-AC Tujuan Instruksional: a. Memahami bentuk gelombang daya konverter DC-AC b. Memahami metode pengontrolan Konverter DC-DC c. Memahami bentuk gelombang sinyal control d. Memahami bentuk gelombang di sisi masukan, luaran, dan berbagai titik. e. Memahami bentuk gelombang yang benar, yang cacat, dan yang salah. f. Memahami proses penstabilan tegangan g. Mengetahui, memahami, cara meningkatkan frekwensi h. Mengetahui dan memahami aplikasi Konverter DC-AC 5.1. Pendahuluan Konverter DC-AC juga disebut di inverter. Fungsi inverter untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC simetris dengan amplitudu dan frekwensi yang diinginkan. Tegangan luaran dapat tertentu atau variasi pada frekwensi ter- tentu atau variasi. Variasi Tegangan luaran dapat diperoleh dengan mengubah te- gangan masukan DC dan mempertahankan ’Gain of the inverter constan’. Dengan perkataan lain, jika tegangan masukan DC tetap dan tidak dapat dikontrol, tega- ngan luaran yang variasi dapat diperoleh dengan mengubah ’Gain of the inverter constan’ [GIC]. GIC diperoleh dari pengontrolan PWM. Definisi dari GIC adalah rasio Tegangan Luaran AC terhadap Tegangan Masukan DC. Bentuk Gelombang Tegangan Luaran inverter yang ideal adalah sinusoidal. Tetapi bentuk gelombang inverter pada prakteknya adalah ”nonsinusoidal” dan mengandung harmonisa-harmonisa. Untuk aplikasi daya rendah dan medium ge- lombang tegangan berbentuk kotak atau hampir kotak bisa diterima. Untuk aplika- si daya yang tinggi, bentuk gelombang yang sinusoidal dengan distorsi yang ren- dah dibutuhkan. Dengan tersedianya komponen power-semikonduktor yang ber-

Upload: joshevha-malmsteen

Post on 19-Nov-2015

97 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • Elektronika Daya

    BAB V

    KONVERTER DC-AC

    Tujuan Instruksional:

    a. Memahami bentuk gelombang daya konverter DC-AC

    b. Memahami metode pengontrolan Konverter DC-DC

    c. Memahami bentuk gelombang sinyal control

    d. Memahami bentuk gelombang di sisi masukan, luaran, dan berbagai titik.

    e. Memahami bentuk gelombang yang benar, yang cacat, dan yang salah.

    f. Memahami proses penstabilan tegangan

    g. Mengetahui, memahami, cara meningkatkan frekwensi

    h. Mengetahui dan memahami aplikasi Konverter DC-AC

    5.1. Pendahuluan

    Konverter DC-AC juga disebut di inverter. Fungsi inverter untuk mengubah

    tegangan DC menjadi tegangan AC simetris dengan amplitudu dan frekwensi

    yang diinginkan. Tegangan luaran dapat tertentu atau variasi pada frekwensi ter-

    tentu atau variasi. Variasi Tegangan luaran dapat diperoleh dengan mengubah te-

    gangan masukan DC dan mempertahankan Gain of the inverter constan. Dengan

    perkataan lain, jika tegangan masukan DC tetap dan tidak dapat dikontrol, tega-

    ngan luaran yang variasi dapat diperoleh dengan mengubah Gain of the inverter

    constan [GIC]. GIC diperoleh dari pengontrolan PWM. Definisi dari GIC adalah rasio

    Tegangan Luaran AC terhadap Tegangan Masukan DC.

    Bentuk Gelombang Tegangan Luaran inverter yang ideal adalah sinusoidal.

    Tetapi bentuk gelombang inverter pada prakteknya adalah nonsinusoidal dan

    mengandung harmonisa-harmonisa. Untuk aplikasi daya rendah dan medium ge-

    lombang tegangan berbentuk kotak atau hampir kotak bisa diterima. Untuk aplika-

    si daya yang tinggi, bentuk gelombang yang sinusoidal dengan distorsi yang ren-

    dah dibutuhkan. Dengan tersedianya komponen power-semikonduktor yang ber-

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 166

    kecepatan tinggi, harmonisa yang terkandung di tegangan luaran dapat dikurangi

    secara siknifikan dengan Teknik Switching.

    Inverter secara luas digunakan pada aplikasi industri (penggerak motor dengan

    variasi kecepatan, pemanasan secara induksi, Power Suply siap pakai, UPS). Stan-

    dard luaran inverter fasa tunggal adalah: 120 V 60 Hz, 220 V 50 Hz, 115 V -

    400 Hz. Untuk sistem 3 fasa daya tinggi, standard luarannya adalah: 220/380

    50 Hz, 120/208 V 60 Hz, dan 115/200 V 400 Hz.

    Inverter secara luas diklasifikasikan menjadi 2 (dua) tipe: (1) Inverter fasa

    tunggal. (2) Inverter 3-fasa. Masing-masing tipe dapat digunakan mengatur turn-

    on dan turn-off komponen-komponen switching yakni: BJTS, MOSFETS,

    IGBTS, MCTS, SITS, GTOS dan SCR. Inverter umumnya menggunakan sinyal

    kontrol PWM untuk menghasilkan tegangan luaran AC. Sebuah Inverter disebut

    sebuah voltage fed inverter (VFI) jika tegangan masukan tetap konstan. Disebut

    sebuah current-fed inverter (CFI) jika arus masukan dipertahankan konstan, dan

    sebuah variable dc linked inverter jika tegangan masukan dapat dikendalikan.

    5.2. Prinsip kerja inverter fasa tunggal jembatan

    Prinsip kerja dari inverter fasa tunggal dapat dilihat di Gambar 5.1. Pada saat 0

    t t1 PWM-1 positip maka Switch S1 menutup, S2 membuka. Arus i1 (warna

    merah) mengalir dengan arah tertentu (perhatikan arah arus i1 di Gambar 5.1). Ini

    mengakibatkan Tegangan Vao menjadi 2VS , positip karena arus masuk dati titik a

    ke titik O. Saat t1 t t2, PWM-1 maupun PWM-2 NOL, maka Switch S1 dan S2

    membuka. Namun Magnit di L yang berasal dari arus i1, berubah menjadi arus i2

    (warna hijau) saat t1 t t2. Jadi mengalirlah arus i2 (perhatikan arah bergeraknya

    arusnya). Saat t1 t t2 tegangan Vao berpolaritas negatip. Tepat saat t = t2, maka

    arus beban sama dengan 0. Kemudian pada t2 t t3 Saat ini PWM-2 mulai posi-

    tip, mengakibatkan S1 membuka dan S2 menutup. Karena itu mengalirlah arus i3.

    Perhatikan arahnya (warna coklat). Polaritas arus i2 positip, dan polaritas arus i3

    negatip dan tegangan Vao tetap berpolaritas negatip. Pada t3 t t4 kedua PWM

    berkondisi NOL, ini mengakibatkan ke dua S1 dan S2 membuka. Sisa magnit di

    induktor (beban) akan berganti menjadi arus dan mengalirlah arus i4. Sampai di

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 167

    sini tegangan Vao telah positip kembali. Pada t4 t t5 maka sinyal akan berulang

    seperti pada 0 t t1.

    Gambar 5.1. Prinsip kerja inverter jembatan fasa tunggal

    5.3. Pemodelan Tegangan dan arus inverter fasa tunggal jembatan

    Bentuk Gelombang Tegangan Luaran Vao dapat dilihat di Gambar 5.1. Jika

    amplitudu puncak 2VS dan amplitudu lembah 2VS . Maka tegangan RMS da-

    pat ditentukan:

    Perhatikan lagi Gambar tegangan Vao, seperti di Gambar 5.2,

    Gambar 5.2. Gelombang Tegangan inverter jembatan fasa tunggal

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 168

    T

    0

    T

    T

    T

    T

    2S

    2S

    2S

    ao

    41

    43

    41

    43

    dt2

    Vdt

    2V

    dt2

    VT1

    V~ 191

    TV

    161TV

    81TV

    161

    T1V~ 2S

    2S

    2Sao

    2V

    V41

    V~ S2Sao 192

    Jika Gambar 5.2 ditransformasikan ke fourir. Lebih dahulu kondisi bentuk ge-

    lombang dapat diuraikan sebagai berikut. Batas-batas dapat dilihat juga di persa-

    maan 191.

    2VtV Sao , Tt0 41

    2VtV Sao , Tt 21

    41

    2VtV Sao , Tt 43

    21

    2VtV Sao , Tt43

    Langkah I menentukan nilai a0,

    Nilai a0, saat Tt0 41 ,

    T

    0

    S21

    1y

    41

    dtVa TV81

    a S1y

    Nilai a0, saat Tt 43

    41

    T

    T

    S21

    2y

    43

    41

    dtVa TVa S41

    2y

    Nilai a0, saat Tt43

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 169

    T

    T

    S21

    3y

    43

    dtVa TV81a S1y

    Nilai a0 dapat ditentukan sebagai berikut:

    dt)tF(a

    T

    0

    T2

    o

    TV81

    41

    81

    a ST2

    o

    0ao 193

    Langkah II menentukan nilai an,

    Nilai an saat Tt0 41

    ,.....3,2,1n,dttncosVT2a 0S

    T

    0

    21

    1_ny

    41

    ,...3,2,1n,

    Tn

    TnsinVa

    0

    041

    S1_ny

    Nilai an, saat Tt 43

    41

    dttncosVT2

    21a 0

    T

    T

    S2_ny

    43

    41

    0

    00S

    2_ny Tn

    Tn41sinTn

    43sinV

    a

    Nilai an, saat Tt43

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 170

    dttncosVT2

    21a 0S

    T

    T

    3_ny

    43

    0

    00S

    3_ny Tn

    Tn43sinTnsinV

    a

    Menentukan an dengan menjumlah any_1 + any_2 + any_3, hasilnya

    0

    0043

    041

    Sn Tn

    TnsinTnsin2Tnsin2Va

    194

    Langkah III menentukan nilai bn,

    Nilai bn saat Tt0 41

    dttnsinV21

    T2b

    T

    0

    0S1_y

    41

    0

    0S

    1_y Tn

    1Tn41cosV

    b

    Nilai bn, saat Tt 43

    41

    T

    T

    0S21

    T2

    2_y

    43

    41

    dttnsinVb

    0

    041

    043

    S2y Tn

    TncosTncosVb

    Nilai bn, saat Tt43

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 171

    dttnsinVb 0

    T

    T

    S21

    T2

    3y

    43

    0

    043

    0S3y Tn

    TncosTncosVb

    Menentukan bn dengan menjumlah by_1 + by_2 + by_3, hasilnya

    Tn

    TncosTncos21Tncos2Vb

    0

    0043

    041

    Sn

    1951

    Sekarang nilai a0, an, dan bn sudah dapat ditentukan, selanjutya,

    1n

    0n0n0

    ao tnsinbtncosa2a

    tV 197

    Dengan memasukan nilai a0, an, bn maka diperoleh persamaan 198

    n0

    00043

    041

    S

    0

    00043

    041

    S

    ao

    Tn

    tnsinTncosTncos21Tncos2V

    TntncosTnsinTnsin2Tnsin2V

    tV 198

    Persamaan 198 disebut tegangan luaran sesaat (instantaneous), dan ini dieks-

    presikan dengan deret fourier. Persamaan 198 perlu dibuktikan dengan MATLAB,

    programnya sebagai berikut:

    Tabel 14. Susunan Program-142 t1=1e-3; sum1=0.0; Vs=220; f=50; T=1/f; omega=2*pi*f; t=0:t1:3*T; %for j=1:1:500; for j=1;

    1 Pers ini ditinjau ulang, mungkin salah menghitung 2 E:\dari lama\Program Studi TE\ElecIndustri\Inverter\inv_30

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 172

    i=j*2-1; vo=(Vs*(2*sin((1/4)*i*omega*T)-2*sin((3/4)*i*omega*T)+sin(i*omega*T))*(cos(i*omega*t))/(T*i*omega))+(-Vs*(2*cos((1/4)*i*omega*T)-1-2*cos((3/4)*i*omega*T)+cos(i*omega*T))*sin(i*omega*t)/(i*omega*T));

    sum1=sum1+vo; end plot(t,sum1,'b') hndl=plot(t,sum1,'b-');set(hndl,'linewidth',1) hold on

    Gambar 5.3. Hasil Ploting Program-11

    Di dalam buku Powe elektronik karangan Muhammad H Rashid, persamaan

    198 sangat sederhana yakni:

    tnsinnV2V

    ....,5,3,1n

    Sao

    199

    Persamaan 199 lihat nilai n hanya bernilai ganjil, karena n dengan nilai genap

    samadengan NOL.

    Tabel 15. Susunan Program-15 t1=1e-3; sum1=0.0; Vs=220; f=50; T=1/f; Omega=2*pi*f;

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 173

    t=0:t1:3*T; for j=1:1:500; %for j=99; i=j*2-1; vo=((2*Vs*sin(i*Omega.*t))/(i*pi)); sum1=sum1+vo; end plot(t,sum1,'c') hndl=plot(t,sum1,'c-');set(hndl,'linewidth',1) hold on

    Gambar 5.4. Hasil Ploting Program-12

    Gambar 5.4 dianalisis dengan versi kami menghasilkan. Gambar 5.4 perlu di

    Gambar kembali menjadi Gambar 5.5,

    Vao

    Waktu1/4T 1/2T 3/4T T

    VS/2

    -VS/2

    Gambar 5.5. Gelombang luaran Vao

    Langkah I menentukan nilai a0,

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 174

    Nilai a0 saat Tt0 21

    T

    0

    S21

    1y

    21

    dtVa

    TV41a S1y

    Nilai a0, saat Tt21

    T

    T

    S21

    2y

    21

    dtVa

    TVa S41

    2y

    Menentukan a0 dengan menjumlah ay1 + ay2 persamaan di atas, hasilnya

    0a0 200

    Langkah II menentukan nilai an,

    Nilai an saat Tt0 21

    ,.....3,2,1n,dttncosVa 0S

    T

    0

    21

    T2

    1_ny

    21

    Tn

    Tn21sinV

    a0

    0S

    1_ny

    Nilai an saat Tt21

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 175

    dttncosV21a 0

    T

    T

    ST2

    2_ny

    21

    Tn

    Tn21sinTnsinV

    a0

    00S

    2_ny

    Menentukan an dengan menjumlah any-1 + any-2 persamaan di atas, hasilnya

    Tn

    TnsinTn21sin2V

    a0

    00S

    n

    201

    Langkah III menentukan nilai bn,

    Nilai bn saat Tt0 21

    dttnsinV21b 0S

    T

    0

    T2

    1_y

    21

    0

    OS

    1_y n

    1Tn21cosV

    21b

    Nilai bn saat Tt21

    T

    T

    0S21

    T2

    2_y

    21

    dttnsinVb

    Tn

    Tn21cosTncosV

    b0

    OOS

    2_y

    Menentukan bn dengan menjumlah bny-1 + bny-2 persamaan di atas, hasilnya

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 176

    Tn

    Tncos1Tn21cos2V

    bO

    OOS

    n

    202

    Dengan memasukan persamaan 200, 201, dan 203 ke dalam persamaan 197,

    maka diperoleh,

    Tn

    tnsinTncos1

    Tn21cos2

    V

    Tn

    tncosTnsin

    Tn21sin2

    V

    tVO

    0

    O

    OS

    1n0

    0

    0

    0S

    ao

    204

    Persamaan 204 disebut tegangan luaran sesaat (instantaneous), dan ini

    diekspresikan dengan deret fourier. Persamaan 198 perlu dibuktikan dengan

    MATLAB, programnya sebagai berikut:

    Tabel 16. Susunan Program-16 t1=1e-3; sum1=0.0; Vs=220; f=50; T=1/f; omega=2*pi*f; t=0:t1:3*T; for j=1:1:1011; %for j=1; i=j*2-1; vo=Vs*(2*sin(1/2*i*omega*T)-sin(i*omega*T))*cos(i*omega*t)/(i*omega*T)-Vs*(2*cos(1/2*i*omega*T)-1-cos(i*omega*T))*sin(i*omega*t)/(i*omega*T); sum1=sum1+vo; end plot(t,sum1,'b') hndl=plot(t,sum1,'b-');set(hndl,'linewidth',2) hold on xlabel('waktu') ylabel('tegangan')

    Di Gambar 5.6 ditunjukkan hasil ploting program-13. Bandingkan Gambar

    5.4, 5.5 dan 5.6. Apa perbedaannya dengan Gambar 5.2 dan 5.3. Dan sebutkan

    juga hal-hal yang sama. Langkah selanjutnya adalah memunculkan persamaan a-

    rusnya. Seperti diketahui untuk arus bolak-balik model persamaan arus ditunjuk-

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 177

    kan di persamaan 205 dan Gambar 5.8. Sebelumnya akan diulang lagi rumus-ru-

    mus goneometri.

    ZVI aoao ,

    205

    Gambar 5.6. Hasil ploting persamaan 204

    Pemodelan sudut fasa atau fasor

    ca

    Gambar 5.7. Segitiga untuk menentukan rumus goneometri

    c/asin 206

    c/bcos 207

    b/atan 208

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 178

    V RV L

    V C

    Gambar 5.8. Rangkaian seri RLC dan diagram fasor

    Analisis hubungan seri RLC3

    Arus pada rangkaian seri yang mengandung reaktansi induktif, dan kapasitif,

    dapat ditentukan nilai impedansinya. Arus IT sama di dalam R, XL, dan XC, karena

    mereka dihubung seri. Tegangan yang terjadi pada masing-masing komponen,

    menurut hukum OHM adalah:

    IRVR 209

    LL IXV 210

    CC IXV 211

    2CL2RT VVVV 212

    R

    CLV

    VVarctan

    213

    Gambar 5.9. Arus Lagging

    3 Milton gussow

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 179

    Lihat Gambar 5.9. Lihat posisi gelombang arus IT (warna biru) dengan Ge-

    lombang tegangan VT (warna hijau). Beda fasa antara gelombang hijau dan biru

    adalah (tulisan warna merah). Dilihat dari posisinya, arus IT dinyatakan lagging

    (ketinggalan) terhadap tegangan VT. Arus IT akan lagging jika beban L lebih besar

    dari pada beban lainnya (Resistansi dan kapasitansi). Jika Beban kapasitansi lebih

    besar dari induktansi, dapat dilihat di Gambar 5.10.

    Gambar 5.10. Diagram fasor

    Gambar 5.11. Arus leading

    Beban kapasitansi yang besar menyebabkan arus leading terhadap tegangan-

    nya. Hal ini ditunjukkan di Gambar 5.10 dan 5.11. Setelah mengamati dapat dibe-

    dakan antara Gambar 5.10, 5.11 dan Gambar 5.8, 5.9.

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 180

    Impedansi dalam RLC seri

    Impedansi Z sama dengan jumlah phasor dari R, XL, dan XC. Ada beberapa kon-

    disi, yakni XL XC dan XL XC. Dari rangkaian di Gambar 5.8 dapat dibuat diagram

    phasornya, sebagai berikut:

    Gambar 5.12. Phasor impedansi

    Gambar 5.12 jika dianalisis akan menghasilkan persamaan-persamaan,

    2CL21 XXRZ 214

    RXX

    arctan CL

    215

    2CL22 XXRZ 216

    RXXarctan CL 217

    Analisis hubungan RLC paralel

    3 (tiga) cabang paralel angkaian AC (di Gambar 5.13). Tegangan adalah sama

    pada masing-masing komponen across R, L dan C. Tegangan VT digunakan se-

    bagai sumbu referensi. Fasa tegangan VT sama dengan arus IR. Karena arus IL le-

    bih besar maka menghasilkan arus IT yang lagging terhadap tegangannya. Lihat

    Gambar 5.13

    2CL2RT IIIV 218

    R

    CLI

    IIarctan

    219

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 181

    Gambar 5.13. Rangkaian RLC paralel dan diagram fasor

    Pemodelan persamaan tegangan dan arus dengan variabel sudut fasa

    Analisis pada sub bab ini untuk RLC yang terhubung seri. Dengan melihat

    kembali persamaan 199. Bedakan persamaan arus untuk Gambar 5.9 dan 5.11. Pa-

    da Gambar 5.9, arus IT ketinggalan terhadap tegangannya VT. Maka persama-

    an tegangan dan arus nya dapat ditentukan sbb:

    tf2sinPPVV TT 220

    Atau tsinPPVV TT

    Ttf2sinPPII TT 221

    Atau tsinPPII TT

    Gambar 5.14. Penggambaran persamaan 216 dan 217

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 182

    Pada Gambar 5.11, arus IT mendahului terhadap tegangannya VT. Maka

    persamaan tegangan dan arus nya dapat ditentukan sbb:

    tf2sinPPVV TT 222

    Atau tsinPPVV TT

    Ttf2sinPPII TT 223

    Atau tsinPPII TT

    Gambar 5.14. Penggambaran persamaan 218 dan 219

    Dari persamaan 214 sampai dengan 223, maka dapat disimpulkan persamaan

    arus ditinjau dari impedansinya,

    tsinZ

    VI TT 224

    Atau

    tsinZ

    VI TT 225

    Persamaan 224, untuk arus yang mendahului. Persamaan 225, untuk arus yang ke-

    tinggalan.

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 183

    Pemodelan tegangan dan arus inverter

    Kembali ke persamaan 199, salah satu model tegangan sesaat untuk inverter

    fasa tunggal jembatan. Untuk n = 1. memberikan nilai tegangan efektif sebesar

    SS

    1 V45,02V2V

    226

    Untuk beban RL, arus beban sesaat Iao diketemukan,

    n....,5,3,1n

    22S

    ao tnsinZRn

    V2I

    227

    Dimana LnZ , RZarctann . Jika Iao adalah arus beban funda mental e-

    fektif, daya output fundamental (n = 1) adalah,

    RIcosIVP 21ao11ao1ao1o 217

    RZR2

    V2P

    2

    22S

    1o

    218

    Pada kebanyakan aplikasi, (misalnya drive motor listrik), daya luaran menye-

    babkan arus fundamental adalah daya yang betul-betul digunakan (useful power).

    Dan daya itu menyebabkan arus harmonisa yang disipasi sebagai panas dan me-

    ningkatnya temperatur beban.

    Luaran inverter pada prakteknya mengandung harmonisa dan qualitas inverter

    normalnya dievaluasi dari segi kinerja parameternya.

    Faktor harmonisa dari harmonisa ke n, HFn. Faktor harmonisa (dari harmo-

    nisa ke n), yang mana diukur dari kontribusi masing-masing harmonisa, didefini-

    sikan sebagai berikut:

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 184

    1

    nn V

    VHF 219

    Dimana V1 adalah nilai efektif dari komponen fundamental dan Vn adalah nilai

    efektif dari komonen harmonisa ke n.

    Total distorsi harmonisa THD. Jumlah distorsi harmonisa, diukur dari kede-

    katan bentuk gelombang dan komponen fundamentalnya, persamaannya ......

    21

    ,...3,2n

    2nV1V

    1THD

    220

    Distortion factor DF. THD memberikan keterkaitan harmonisa total., tetapi

    ini bukan menunjukan level masing-masing komponen harmonisa. Jika sebuah fil-

    ter digunakan pada luaran inverter, harmonisa berorder tinggi akan lebih menyu-

    sut secara efektif. Karena itu, pengetahuan tentang frekwensi dan besar harmonisa

    menjadi penting. Faktor distorsi menunjukan banyaknya distorsi harmonisa yang

    tetap pada bentuk gelombang yang sudah khasnya sesudah harmonisa yg terkait

    dengan bentuk gelombang sudah diperlakukan ke penyusutan order ke (2) dua (di-

    bagi dengan n2). Jadi DF adalah ukuran keefektifan dalam pengurangan harmoni-

    sa yang tidak diinginkan tanpa memiliki untuk menetapkan nilai filter beban or-

    der ke dua (filter khusus untuk harmonisa order ke dua). DF didefinisikan,

    21

    ,...3,2n

    2

    2n

    nV

    1V1DF

    221

    Faktor distorsi dari masing-masing komponen harmonisa didefinisikan sebagai

    21

    nn

    nVVDF 222

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 185

    Lowest-orde harmonic LOH. Harmonisa dengan order rendah adalah kom-

    ponen harmonisa yang frekwensinya terdekat dengan harmonisa fundamental, dan

    amplitudunya lebih besar atau sama dengan 3% dari komponen fundamental.

    Contoh soal

    Inverter jembatan fasa tunggal seperti pada Gambar 5.1. Jika rangkaian terse-

    but mempunyai R = 2,4 dan tegangan masukan DC VS = 48 Volt. Tentukan (a)

    Tegangan Luaran RMS pada frekwensi fundamental V1. (b) Daya PO (di sisi luar-

    an). (c) Arus puncak dan arus rata-rata transistor. (d) VBR masing-masing transis-

    tor. (e) THD. (f) DF. (g) Faktor harmonisa dan faktor distorsi pada harmonisa

    order rendah.

    Jawab

    (a) Dari persamaan 199 V6,214845,0V1

    (b) Dari persamaan 192 V242482VV Sao . Daya luaran,

    W2404,224RVPo 22ao

    (c) Arus transistor puncak A104,224IP . Karena setiap transistor ber-

    konduksi dengan dengan dutycucle 50%, arus rata-rata tiap transistor

    A5105,0ID

    (d) Puncak tegangan balik V48242VBR

    Gambar 5.15. Tegangan balik D1 adalah Vba

    Perhatikan Gambar 5.15 pada titik b, titik a dan loop arus i2. Titik b

    mendapat tegangan 2VS , titik c memperopeh tegangan 2VS . Arus i2

    menyebabkan tegangan VAC = 0, ini menunjukkan bahwa hubungan titik

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 186

    a dan c langsung (hubung singkat). Maka titik a memperoleh tegangan

    sebesar 2VS . Maka tegangan SSSab V2V2VV . Vab = VBR.

    (e) Dari persamaan 226 S1 V45,0V , dan tegangan Vh (rms)

    610.4613574VVVVV S212O21

    7,5,3n

    2nh

    21

    V48VS

    1,2179449470V

    VV

    S

    21

    2O

    Jadi:

    SS212O21

    7,5,3n

    2nh V2179449471,0VVVVV

    Dari persamaan 220, kita dapat menghitung nilai THD,

    %34,48V45,0

    VS2179449471,0THDS

    (f) Dari persamaan 199, kami dapat menghitung Vn dan kemudian

    menghitung,

    Persamaan yang dimaksud, tnsinnV2V

    ....,5,3,1n

    Sao

    tnsinnV2

    V

    ....,5,3,1n

    Sn

    tsinV2V S

    Hasil persamaan diatas dimasukan ke,

    S

    212

    27

    2

    25

    2

    23

    21

    ,...7,5,3n

    2

    2n V01712,0...

    7V

    5V

    3V

    nV

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 187

    Dari persamaan 221, %804,3V45,0

    V01712,0DFS

    S

    (g) Harmonisa order paling rendah adalah harmonisa yang ke tiga, dengan

    Melihat kembali persamaan 199 untuk menghitung harmonisa ke tiga,

    t3sin3V2V S3

    , dari persamaan 219, 13 VV3HF . Menghitung dulu

    T

    0

    2S

    3 dttf32sin3V2

    T1RMSV

    3ff3

    3T

    0

    2

    3S

    33 dttf2sin3

    V2T1RMSV

    86.18911930

    1cosV32)RMS(V 2

    2S

    3

    . Dari persamaan 226,

    60,21V45,0V S1 . Dari persamaan 219, 1

    nn V

    VHF

    %303,0287,06,21

    2,6VV

    HF1

    33 . Dari persamaan 222 2

    1

    nn

    nVVDF

    21

    33

    3VV

    DF = 12,031893004036.21

    2.62

    = %2,3 . Karena V3 (HF3) = 30%

    yang mana lebih besar 3%. LOH = V3. Lowest-orde harmonic LOH. Harmonisa dengan order rendah adalah komponen har-

    monisa yang frekwensinya terdekat dengan harmonisa fundamental, dan amplitudunya

    lebih besar atau sama dengan 3% dari komponen fundamental

    VS/2

    VS/2

    R LD3

    D2

    o aS1

    i2

    b

    D1

    D4 S2S4

    S3

    Gambar 5.16. Rangkaian Inverer 1 fasa jembatan penuh

  • Buku Ajar 2009 PSTE

    Konverter DC-AC 188

    5.4. Pemodelan Tegangan dan Arus Inverter Fasa Tunggal Jembatan

    Penuh

    Inverter 1 (satu) f asa dengan j. jembatan penuh ditunjukan di Gambar 5.16.

    Rangkaian ini terdiri dari 4 choper. Analisis selanjutnya adalah menentukan loop

    arusnya dan menggambar bentuk gelombang tegangannya.

    Gambar 5.17. Aliran arus saat 0-t1

    Saat 0-t1 detik VPWM -1 positip, VPWM-2 bertegangan Nol, mengakibatkan Switch S1 dan S2 menutup. Switch S3 dan S4, dioda D1, D2, D3, dan D4, membuka Mengalirlah arus i1 mengakibatkan tegangan Vab = VS.

    VS/2

    VS/2

    R LD3

    D2

    o aS1

    i2

    b

    D1

    D4 S2S4

    S3t1-t2

    Gambar 5.18. Aliran arus saat t1-t2

    Saat t1-t2 detik VPWM -1 dan VPWM -2 0 (NOL), ini mengakibatkan Switch S1, S2, Dioda D1, D2 mem-buka. Sedang Dioda D3 dan D4 menutup. Mengalirlah arus i2 mengakibatkan tegangan Vab = -VS.

    Gambar 5.19. Aliran arus saat t2-t3.

    Saat t2-t3 detik VPWM -1 bertegangan 0 (NOL) dan VPWM -2 Positip, ini mengakibatkan Switch S3, S4 me-nutup. Dioda D1, D2,D3, dan D4 membuka. Mengalirlah arus i3 mengakibatkan tegangan Vab = -VS

    Gambar 5.20. Aliran arus saat t3-t4.

    Saat t3-t4 detik VPWM -1 dan VPWM -2 bertegangan 0 (NOL), ini menga-kibatkan Switch S1, S2, S3, S4 membuka. Dioda D1, D2 menutup D3, dan D4 membuka. Mengalirlah arus i4 mengakibatkan tegangan Vab = +VS

    Bentuk gelombang sinyal-sinyal listrik di Gambar 5.17 5.20 itu ditunjukkan

    di Gambar 5.21. Gambar 5.21 ini sepintas mirip dengan Gambar 5.1. Jelaskan per-

    bedaan yang tampak oleh anda?