konvensi ekonomi sosial dan budaya -...

26
Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005 Materi : Konvensi Ecosob KONVENSI EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA Syahrial M.W, SH Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejatien Barat, Jakarta 12510 Telp (021) 7972662, 79192564 Fax : (021) 79192519 Website : www.elsam.or.id Email : [email protected]

Upload: dodien

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005

Materi : Konvensi Ecosob

KONVENSI EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA

Syahrial M.W, SH

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat

Jl Siaga II No 31 Pejatien Barat, Jakarta 12510 Telp (021) 7972662, 79192564 Fax : (021) 79192519

Website : www.elsam.or.id Email : [email protected]

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 1

1. TERBENTUKNYA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA

Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia (selanjutnya disebut DUHAM) telah diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, dengan pemungutan suara 48 menyetujui, 0 menolak, dan 8 abstain. DUHAM memuat pokok-pokok hak azasi dan kebebasan fundamental manusia sebagai standart acuan pencapaian bersama bagi semua rakyat dan bangsa. Dokumen tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merujuk sebagai Magna Charta International dalam hak-hak azasi manusia. Di sana ada dua bagian yang termaktub dalam DUHAM. Bagian pertama adalah persetujuan berkaitan dengan hak azasi dan kebebasan fundamental mengenai hak-hak sipil dan politik. Bagian kedua persetujuan adalah mengenai hak azasi dan kebebasan fundamental hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Karena DUHAM bukan sebuah instrumen yuridis yang memiliki kekuatan mengikat, maka pokok-pokok hak azasi manusia dan kebebasan fundamental tersebut harus dituangkan dalam instrumen-instrumen yang mengikat secara hukum. Komisi Hak Azasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sebelumnya telah mempersiapkan rancangan DUHAM 1948 meminta kepada Majelis Umum PBB untuk menyusun rancangan kovenan tentang HAM beserta rancangan tindakan pelaksanaannya. Tahun 1949 Majelis Umum PBB menerima sebuah resolusi yang

menyatakan bahwa penikmatan kebebasan sipil dan politik serta kebebasan ekonomi, sosial dan budaya bersifat saling berkaitan dan saling tergantung. Pada tahun 1951 Komisi HAM menyusun rancangan pasal-pasal tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya serta rancangan pasal-pasal mengenai pelaksanaan bidang tersebut. Dalam sidangnya di tahun 1951 Majelis Umum PBB meminta Komisi HAM untuk merancang dua kovenan tentang HAM, satu kovenan mengenai hak sipil dan politik dan satu kovenan memuat hak ekonomi, sosial dan budaya. Secara khusus dalam sidang tersebut Majelis Umum menyatakan bahwa kedua kovenan tersebut harus sebanyak mungkin memuat ketentuan yang sama dan harus memuat pasal yang menetapkan bahwa “semua rakyat mempunya hak atas penentuan nasib sendiri”. Pada tahun 1953 dan 1954 , Komisi HAM menyelesaikan dua rancangan kovenan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Majelis Umum PBB. Kedua kovenan tersebut mulai dipublikasikan pada tahun 1954 agar masing-masing pemerintah pada setiap negara anggota dapat mempelajarinya secara mendalam serta membuka opini publik untuk memberikan masukan secara bebas. Pada tahun 1955 Majelis Umum PBB merekomendasikan agar Komisi Ketiga Majelis Umum PBB membahas rancangan naskah kedua kovenan tersebut pasal demi pasal.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 2

Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun 1966, rancangan naskah kedua tersebut dapat terselesaikan, yakni Rancangan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Rancangan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. Disamping kedua kovenan tersebut telah diselesaikan pula Rancangan Protokol Opsional pada Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. Pada 16 Desember 1966 dengan Resolusi 2200 A (XXI), Majelis Umum PBB menerima ketiga instrumen sebagai dokumen internasional di bidang azasi manusia. Ketiga dokumen tersebut (DUHAM, Kovenan Internasional Hak Sipil dan

Politik, dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) dikenal sebagai the International Bill of Human Rights. Tanpa memperhatikan apakah suatu negara telah secara formal mengadopsi secara khusus dokumen-dokumen tersebut, hak-hak yang termaktub di dalam dokumen-dokumen tersebut telah mencapai status sebagai hukum kebiasaan internasional (customary international law). Ketiga dokumen tersebut telah diakui sebagai standart acuan bersama untuk setiap negara di dunia. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1976, sesuai dengan pasal 27 kovenan tersebut.

1.2. KATEGORI HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

YANG DIATUR DALAM KOVENAN A. Hak-Hak Ekonomi

1. Hak atas pekerjaan a. hak atas upah yang layak (pasal 6). b. hak untuk memilih secara bebas atau menerima suatu pekerjaan

(pasal 6).

2. Hak-hak buruh a. hak untuk menikmati kondisi kerja

yang adil dan baik (pasal 7). b. hak atas pemberian upah yang

layak untuk hidup (pasal 7a). c. hak untuk membentuk dan

bergabung dengan serikat pekerja (pasal 8).

d. hak untuk melakukan pemogokan (pasal 8 ayat 1d).

B. Hak-Hak Sosial 1. Hak untuk mendapatkan standart

kehidupan yang layak a. hak atas standart kehidupan yang

layak (pasal 11 ayat 1). b. hak atas kecukupan pangan (pasal

11 ayat 1). c. hak atas pemukiman (pasal 11

ayat 1). d. hak untuk terbebas dari kelaparan

(pasal 11 ayat 2). e. hak atas jaminan sosial (pasal 9).

2. Hak atas keluarga, ibu dan anak

a. hak atas keluarga, ibu dan anak-anak (pasal 10).

b. hak atas perlindungan terhadap keluarga (pasal 9).

3. Hak atas kesehatan fisik dan mental

(pasal 12).

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 3

C. Hak-Hak Budaya 1. Hak atas pendidikan

a. hak atas pendidikan (pasal 13). b. hak untuk mendapatkan wajib

belajar tingkat dasar (pasal 14).

2. Hak atas kehidupan budaya dan ilmu pengetahuan

a. terhadap kemajuan pengetahuan (pasal 15).

b. hak untuk menjadi bagian dalam kehidupan budaya (pasal 15).

c. hak atas kebebasan.

1.3. KANDUNGAN KEWAJIBAN HUKUM KOVENAN Sebelum menjelajah pasal-pasal yang terkandung di dalam kovenan maka perlu dikemukakan kata kunci-kata kunci yang memiliki konsekuensi kewajiban secara hukum. Penjelasan ini diperlukan untuk mengenali kandungan kewajiban hukum dalam rangka melaksanakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya hukum. Berikut ini adalah kata kunci yang digunakan dalam definisi kewajiban dalam kovenan :

1. to take steps (mengambil langkah-langkah);

2. to guarantee (menjamin); 3. to ensure (meyakini); 4. to recognize (mengakui); 5. to respect or to have respect for

(menghormati atau memberikan penghormatan);

6. to undertake (berusaha); 7. to promote (meningkatkan).

1.3.1. Pengertian harafiah yang bisa membantu pemahaman dari makna kata kunci-kata kunci tersebut adalah : 1. Mengambil langkah-langkah adalah suatu

cara yang diambil, terutama sebagai

titik berangkat memulai suatu rentetan tindakan.

2. Menjamin adalah menanggapi pemenuhan yang sepantasnya dari sesuatu, untuk mengemukakan bahwa sesuatu telah terjadi atau akan terjadi.

3. Meyakini adalah memastikan bahwa sesuatu akan terjadi, memberikan sesuatu bagi atau untuk orang-orang.

4. Mengakui artinya mengakui keabsahan atau kemurnian watak, atau klaim, atau eksistensi, dari memberikan perhatian dan pertimbangan, menemukan atau menyadari watak dari, memperlakukan sebagai, mengakui, menyadari, atau mengakui bahwa.

5. Menghormati atau memberikan penghormatan adalah memberikan perhatian kepada sesuatu.

6. Berusaha artinya komitmen diri sendiri untuk melakukan, menjadikan diri seorang yang bertanggungjawab atas, terlibat dalam, masuk ke dalam menerima sebagai kewajiban, berjanji untuk melakukan.

7. Meningkatkan berarti memajukan, menolong memajukan, menggalakkan, mendukung dengan aktif.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 4

2. POKOK-POKOK DAN STRUKTUR KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

2.1. MUKADIMAH Terdiri atas lima alinea, yang memuat maksud dan pertimbangan dibuatnya kovenan tersebut. Kutipan lengkapnya adalah sebagai berikut : Menimbang bahwa sesuai dengan asas-asas yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan terhadap martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak terpisahkan dari semua anggota keluarga manusia merupakan landasan dari kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia. Mengakui bahwa hak-hak ini berasal dari martabat yang melekat pada manusia. Mengakui bahwa sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, keadaan ideal dari manusia yang bebas dari penikmatan kebebasan dari ketakutan dan kemelaratan, hanya dapat dicapai apabila diciptakan kondisi dimana semua orang dapat menikmati hak-hak ekonomi, sosial dan budayanya, juga hak-hak sipil dan politiknya. Menimbang kewajiban Negara-Negara dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memajukan penghormatan dan pentaatan secara universal pada hak-hak asasi manusia dan kebebasan. Menyadari bahwa individu, yang mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan pada masyarakat dimana ia berada, berkewajiban untuk mengupayakan

kemajuan dan pentaatan dari hak-hak yang diakui dalam kovenan ini.

Mukadimah yang terdiri dari lima paragraph hampir secara keseluruhan sama dengan yang termuat dalam kovenan hak sipil politik. Memuat :

a. Mengingatkan bahwa pengakuan atas martabat yang inheren dan atas hak yang sama dan tidak dapat dipisahkan dari semua umat manusia merupakan landasan kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia.

b. Pengakuan bahwa hak-hak tersebut berasal dari martabat manusia yang melekat padanya.

c. Pengakuan bahwa penikmatan kebebasan dari rasa takut dan kekurangan hanya dapat tercapai apabila tercipta kondisi yang didalamnya setiap orang dapat menikmati hak ekonomi, sosial, dan budaya serta hak sipil dan politiknya.

d. Mengingatkan kewajiban negara-negara menurut piagam PBB untuk memajukan dan pematuhan hak azasi dan kebebasan manusia.

e. Pernyataan kesadaran bahwa individu, yang mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan komunitasnya, bertanggung jawab untuk bekerja bagi pemajuan dan pentaatan hak-hak yang diakui dalam kovenan.

Paragraf ketiga mukadimah tersebut mengukuhkan konsep berpikir yang sudah hidup di Majelis Umum PBB pada 1949 tentang berkaitannya hak ekonomi, sosial, dan budaya dan hak sipil dan politik dalam

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 5

upaya umat manusia guna menikmati kebebasan dari rasa takut dan kekurangan. Penegasan yang sama tercantum dalam

Mukadimah Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

2.2. BATANG TUBUH Batang tubuh kovenan ini antara lain memuat :

1) Prinsip-prinsip umum (pasal 1). 2) Kewajiban umum negara-negara

pihak (pasal 2, 3, 4, 5). 3) Kewajiban negara-negara pihak untuk

mengakui dan menjamin hak-hak azasi yang dimuat dalam kovenan (pasal 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15).

4) Ketentuan yang mengatur masalah pelaporan pelaksanaan instrumen yang harus dilakukan oleh negara-negara pihak serta tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial (pasal 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22).

5) Ketentuan tentang berbagai bentuk aksi internasional bagi pencapaian

hak-hak yang dimuat dalam kovenan (pasal 23).

6) Penegasan bahwa ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam instrumen tersebut tidak mengurangi tanggung jawab organ-organ PBB dan badan-badan khusus mengenai masalah-masalah yang disebut dalam kovenan sebagaimana yang ditetapkan oleh Piagam PBB serta akta konstitutif badan khusus masing-masing (pasal 24).

7) Penegasan hak inheren semua rakyat untuk menikmati kekayaan dan sumber alamnya (pasal 25).

8) Ketentuan Penutup yang mengatur masalah-masalah prosedural (pasal 26, 27, 28, 29, 20, 31).

1. Prinsip-Prinsip Umum Pasal 1 Bagian I yang terdiri hanya dari satu pasal, menetapkan prinsip-prinsip tentang hak semua rakyat dan kewajiban negara-negara yang bertanggung jawab atas administrasi wilayah yang belum berpemerintahan sendiri.

a. Hak semua rakyat atas penentuan nasib sendiri dan atas dasar hak ini, hak untuk memilih secara bebas status politik dan secara bebas menjalankan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya.

b. Hak semua rakyat untuk secara bebas menggunakan kekayaan dan sumber daya alamnya.

c. Kewajiban negara-negara pihak yang bertanggung jawab atas administrasi

wilayah yang belum berpemerintahan sendiri untuk memajukan realisasi hak penentuan nasib sendiri dan harus menghormati hak ini.

Ketentuan sebagaimana tersebut di atas, termaktub pula dalam pasal 1 kovenan internasional tentang hak sipil dan politik.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 6

2. Kewajiban Umum Negara Pihak Pasal 2-5 yang termasuk Bagian II dan yang menetapkan kewajiban negara-negara pihak dalam kovenan ini memuat pokok-pokok : Pasal 2 :

1. Kewajiban negara pihak untuk mengambil langkah–langkah untuk secara bertahap merealisasikan secara penuh hak-hak yang diakui dalam kovenan dengan segala cara yang tepat, termasuk terutama melalui tindakan-tindakan legislatif.

2. Kewajiban negara pihak untuk menjamin bahwa hak-hak sebagaimana disebut dalam kovenan akan dilaksanakan tanpa diskriminasi jenis apapun yang berkenaan dengan ras, warna kulit, kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan lainnya, kelompok kebangsaan atau kelompok sosial, hak milik, kelahiran, atau status sosial lainnya.

3. Kelonggaran bagi negara-negara berkembang untuk menentukan sejauh mana negara-negara tersebut untuk menjamin hak-hak ekonomi yang diakui dalam kovenan ini bagi orang asing.

Catatan : Tentang Kewajiban Negara Pasal 2 (1) menyangkut kewajiban Negara Peserta Kovenan mengandung kepentingan khusus untuk mencapai pemahaman seutuhnya atas Kovenan dan harus dilihat sebagai mempunyai hubungan yang dinamis dengan semua ketentuan Kovenan lainnya. Pasal ini menjelaskan sifat dari

kewajiban legal umum yang ditempuh oleh Negara Peserta Kovenan. Kewajiban Negara Peserta diekspresikan melalui penggunaan istilah-istilah “berupaya mengambil langkah-langkah”, to the maximum available resources, achieving progressively the full realization, dan by all appropriate means including particularly adoption of legislative measures. Kewajiban Melakukan (Obligation of Conduct) dan Kewajiban Hasil (Obligation of Result) Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya telah menjelaskan bahwa kewajiban Negara Peserta meliputi baik kewajiban melakukan maupun kewajiban hasil. Komisi Hukum Internasional (International Law Commission) merumuskan kedua kategori kewajiban tersebut dan Komite menggunakannya sebagai rujukan untuk mengelaborasi kewajiban Negara Peserta Kovenan (ESCR). Kewajiban melakukan berarti bahwa Negara harus mengambil langkah spesifik (aksi atau pencegahan). Kewajiban hasil berarti kewajiban untuk mencapai hasil tertentu melalui implementasi aktif kebijakan dan program. Namun, harus diingat bahwa melakukan dan hasil tidaklah bisa dipisahkan. Konsep kewajiban melakukan dan hasil memberikan perangkat efektif bagi pemantauan implementasi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Konsep ini juga menunjukkan bahwa realisasi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan baik intervensi jangka pendek maupun jangka panjang.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 7

Berupaya Mengambil Langkah-langkah Pemakaian istilah setiap negara peserta berupaya mengambil langkah-langkah, sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 (1) biasanya ditafsirkan sebagai mengandung arti implementasi kovenan secara bertahap. Meskipun realisasi sepenuhnya atas hak-hak yang relevan bisa dicapai secara bertahap, namun langkah-langkah ke arah itu harus diambil dalam waktu yang tidak lama setelah kovenan berlaku bagi negara peserta bersangkutan. Langkah-langkah tersebut haruslah dilakukan secara terencana, konkrit dan diarahkan kepada sasaran-sasaran yang dirumuskan sejelas mungkin dalam rangka memenuhi kewajiban-kewajiban kovenan. Dengan Segala Cara yang Tepat, Termasuk Khususnya Pengambilan Langkah-langkah Legislatif Istilah all appropriate measures berkaitan baik dengan melakukan (conduct) maupun hasil. Negara peserta tidak bisa menghindar dari kewajibannya dengan hanya mengatakan bahwa kebijakan-kebijakannya bertujuan untuk pembangunan ekonomi sehingga kemiskinan dan buta huruf akan serta merta terhapuskan. Mengenai istilah adoption of legislative measures, bahwa hal itu sama sekali tidak menyelesaikan kewajiban Negara Peserta. Keberadaan hukum semata tidaklah cukup membuktikan negara peserta telah menjalankan kewajibannya sesuai kovenan. Selain dari undang-undang, dibutuhkan sebuah penyediaan judicial remedies sehubungan dengan hak yang mungkin, sesuai dengan perundangan nasional, dianggap tidak bisa diajukan ke pengadilan.

Mencapai Secara Bertahap Mencapai Realisasi Sepenuhnya Kewajiban untuk mencapai secara bertahap mengharuskan negara pihak untuk bergerak secepat mungkin ke arah terwujudnya hak-

hak tersebut. Dalam keadaan apapun hal ini tidak dapat ditafsirkan dengan mengandung arti bahwa negara berhak untuk mengulur usaha secara tidak terbatas dalam memastikan realisasi sepenuhnya. Interpretasi demikian memberikan perspektif konseptual yang penting guna menolak gradualisme dalam kebijakan ekonomi, yang berarti bahwa untuk menjamin kesejahteraan sosial adalah merupakan suatu proses jangka panjang yang bertahap dimana pertumbuhan ekonomi akan menetes kepada semua orang. Pasal 3 Kewajiban negara pihak untuk menjamin persamaan laki-laki dan perempuan dalam penikmatan hak ekonomi, sosial, dan budaya sebagaimana ditetapkan dalam kovenan ini. Catatan : Non Diskriminatif Pasal 2 (2) dan Pasal 3 menyangkut aspek non-diskriminasi. Pasal 2 (2) serupa dengan instrumen-instrumen lainnya dalam mengatur agar hak-hak yang terkandung dalam Kovenan harus direalisasikan tanpa diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atas pandangan lainnya, kewarganegaraan atau asal-usul sosial, kepemilikan, status kelahiran atau status lainnya. Pasal 3, di pihak lain lebih spesifik. Pasal ini mengatur persamaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati hak-hak yang ditetapkan dalam Kovenan. Hingga Batas Maksimum dari Sumber Daya yang Ada Negara pihak berkewajiban, tanpa memandang tingkat pembangunan ekonominya untuk memastikan penghormatan terhadap hak-hak subsistensi minimum semua orang. Setiap negara mempunyai kewajiban minimum untuk

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 8

memenuhi tingkat pemenuhan minimum dari setiap hak yang terdapat dalam kovenan. Hal ini berkaitan dengan “sumber daya yang tersedia”, maka penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia, prioritas akan diberikan bagi terwujudnya hak-hak yang diakui dalam kovenan dengan memastikan bahwa setiap orang terpuaskan kebutuhan subsistensinya maupun tersedianya pelayanan-pelayanan terpenting. Pasal 4 Pengakuan oleh negara pihak bahwa pembatasan terhadap hak-hak sebagaimana tercantum dalam kovenan ini hanya dapat ditentukan melalui undang-undang, sepanjang pembatasan itu sesuai dengan sifat-sifat hak-hak tersebut dan semata-mata dengan maksud untuk memajukan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis. Catatan : Ketentuan Pembatasan Kovenan ini tidak mengenal adanya hak tertentu yang tidak bisa ditangguhkan seperti halnya dalam ICCPR. Namun begitu, Pasal 4 menyatakan bahwa pembatasan yang dikenakan terhadap realisasi hak haruslah ‘diatur dengan undang-undang’ dan harus dilakukan semata-mata demi tujuan untuk mendahulukan (promoting) kesejahteraan umum dalam masyarakat yang demokratis.

Pasal 5 Pasal ini menetapkan dua larangan pokok berikut :

1. Tidak satupun ketentuan dalam kovenan ini dapat ditafsirkan sebagai secara tidak langsung memberikan kepada negara, kelompok, atau perseorangan suatu hak untuk melakukan kegiatan atau tindak apapun yang bertujuan menghancurkan hak atau kebebasan yang diakui dalam kovenan ini atau untuk membatasi hak atau kebebasan tersebut lebih besar daripada yang ditentukan oleh kovenan ini.

2. Pembatasan atau penyimpangan dari

hak azasi manusia yang fundamental manapun yang diakui atau terdapat dalam suatu negara berdasarkan undang-undang, kovensi, peraturan, atau kebiasaan, tidak diperkenankan dengan dalih bahwa kovenan ini tidak mengakui hak tersebut atau mengakuinya secara lebih sempit.

3. Kewajiban Spesifik Negara Pihak Pasal 6 – 15 yang termaktub dalam Bagian III merupakan pasal-pasal normatif, merupakan inti dari kovenan ini. Muatannya adalah sebagai berikut :

Pasal 6 Pasal ini menetapkan kewajiban negara pihak untuk mengakui hak setiap orang atas pekerjaan dan untuk mengambil langkah yang tepat guna melindungi hak ini.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 9

Pasal 7 Pasal ini menetapkan kewajiban negara pihak untuk mengakui hak setiap orang untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan baik serta menentukan secara garis besar pokok-pokok yang dapat menjamin kondisi kerja demikian. Pasal 8 Pasal ini, yang terdiri dari tiga ayat, menetapkan pokok-pokok berikut : i. Hak setiap orang untuk membentuk

serikat buruh dan hak untuk bergabung dengan serikat buruh pilihannya. Pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dan yang perlu dalam suatu masyarakat yang demokratis demi kepentingan keamanan nasional atau,

ii. Ketertiban umum atau bagi perlindungan hak dan kebebasan orang lain.

iii. Hak serikat buruh untuk membentuk federasi atau konfederasi nasional dan hak federasi atau konfederasi nasional untuk membentuk atau bergabung pada organisasi serikat buruh internasional.

iv. Hak serikat buruh untuk bekerja secara bebas tanpa pembatasan, selain pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dan yang perlu dalam suatu masyarakat demokratis demi kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum atau bagi perlindungan hak dan kebebasan orang lain.

v. Hak untuk melakukan pemogokan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan hukum negara yang bersangkutan.

vi. Pembatasan hak-hak sebagaimana tersebut dalam ayat 1 dapat diterapkan pada anggota angkatan bersenjata, kepolisian atau pemerintahan negara.

vii. Larangan pengambilan tindakan legislatif yang akan mengurangi atau menerapkan hukum sedemikian rupa yang akan mengurangi jaminan yang

ditetapkan dalam konvensi organisasi Perburuhan Internasional mengenai kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi tahun 1948.

Catatan : Hak atas pekerjaan memiliki dua ranah yang signifikan. Pertama, akses terhadap kesempatan kerja dan hak untuk tidak disingkirkan dari pekerjaan secara semena-mena. Akses ke kesempatan kerja meliputi kesamaan kesempatan termasuk non-diskriminasi, latihan dan pendidikan. Hak untuk tidak disingkirkan dari pekerjaan meliputi perlindungan dari pemecatan semena-mena. Pasal 7 merupakan suplemen dari hak bekerja yang diakui dalam Pasal 6. Pasal 7 menjamin hak atas upah yang layak, upah yang sama untuk pekerjaan yang sama, non-diskriminasi dalam persyaratan rekrutmen serta kondisi kerja yang aman dan sehat. Hak untuk membentuk dan bergabung dengan serikat buruh ini diakui dalam Pasal 22 ICCPR dan juga dalam Konvensi ILO No. 87 dan 98. Pasal 8 kovenan ini berbeda dari berbagai instrumen tersebut karena di sini diakui hak mogok yang tidak diatur dalam berbagai instrumen lain di atas. Pasal 9 Pasal ini menetapkan kewajiban negara pihak untuk mengakui hak setiap orang atas jaminan sosial termasuk asuransi sosial. Catatan : Skema yang dapat menjadi rujukan (merupakan identifikasi dari Komite Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) adalah :

• Pelayanan kesehatan; • Jaminan bagi orang cacat (invalidity

benefits); • Jaminan hari-tua; • Jaminan kecelakaan kerja (employment

injury benefits);

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 10

• Asuransi kesehatan (cash sickness benefits);

• Jaminan pengangguran; • Jaminan bagi yang selamat dari

kecelakaan (survivors’ benefits); • Jaminan keluarga; • Jaminan melahirkan (maternity benefits).

Pasal 10 Pasal ini yang terdiri dari tiga ayat, mewajibkan negara pihak untuk mengakui bahwa :

i. Perlindungan dan bantuan seluas mungkin harus diberikan kepada keluarga;

ii. Perhatian khusus harus diberikan kepada para ibu selama periode sebelum dan sesudah melahirkan;

iii. Tindakan perlindungan dan bantuan khusus harus diambil bagi anak dan remaja tanpa diskriminasi.

Pasal 11 Pasal ini mewajibkan negara pihak untuk mengakui dua hak sebagai berikut : i. Hak setiap orang atas standart

kehidupan yang memadai baginya sendiri dan bagi keluarganya, termasuk pangan, sandang, dan perumahan yang memadai;

ii. Hak fundamental setiap orang untuk bebas dari kelaparan.

Catatan : Pasal 11 mencakup hak yang sangat luas. Pasal ini memberikan hak atas standar kehidupan yang layak, hak atas peningkatan kondisi hidup yang berkesinambungan, serta hak atas pangan, sandang dan papan yang memadai.

Hak atas pangan Cakupannya hingga sejauh mana hak untuk memperoleh cukup pangan telah terpenuhi serta sumber-sumber informasi yang ada mengenai hal ini. Informasi tersebut berkenaan dengan :

(a) Informasi rinci (termasuk data statistik yang dijabarkan menurut area geografis yang berbeda-beda) mengenai cakupan hingga sejauh mana kelaparan dan/atau kurang gizi terjadi. Terutama yang menyangkut secara khusus kelompok-kelompok yang rentan atau kurang diuntungkan seperti buruh tani, petani kecil, pengangguran desa, pengangguran kota, kaum miskin perkotaan, buruh migran, masyarakat terasing (indigenous peoples), anak-anak, kalangan lanjut usia, serta kelompok-kelompok rawan lainnya. Juga setiap perbedaan yang signifikan diantara

situasi kaum lelaki dan perempuan dalam setiap kelompok;

(b) Informasi mengenai perubahan-perubahan, jika memang terjadi selama periode pelaporan menyangkut kebijakan nasional, perundang-undangan serta praktek yang berpengaruh negatif pada akses terhadap kecukupan pangan oleh kelompok-kelompok ini maupun sektor-sektor lainnya.

(c) Informasi mengenai langkah-langkah reforma agraria yang ditempuh guna menjamin agar sistem agraria dimanfaatkan secara efisien dalam rangka untuk meningkatkan keterjaminan pangan (food security) di tingkat rumah tangga tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap martabat kemanusiaan baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 11

Hak atas pemukiman yang layak Cakupan hak atas pemukiman tidak boleh ditafsirkan secara sempit, apa ia harus dilihat sebagai suatu hak untuk tinggal di suatu tempat dengan rasa aman, damai dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan setidaknya dua alasan. Pertama, hak atas pemukiman secara integral terkait dengan hak asasi manusia lainnya serta dengan prinsip-prinsip dasar dimana Kovenan ini dilandaskan. Maka dari itu, “martabat yang melekat pada diri manusia” dimana hak-hak dalam Kovenan ini konon berasal mensyaratkan agar istilah “pemukiman” ditafsirkan dengan cara yang memperhitungkan berbagai pertimbangan lainnya, diantaranya yang paling penting ialah bahwa hak atas pemukiman harus dijamin bagi semua orang tanpa memandang pendapatan atau aksesnya terhadap sumber daya ekonomi. Kedua, rujukan dalam pasal 11 (1) harus dipahami sebagai merujuk tidak hanya kepada pemukiman namun kepada pemukiman yang layak. Pemukiman yang layak menyangkut aspek aspek aspek legal atas penguasaan, ketersediaan pelayanan (bahan fasilitas dan infrastruktur), keterjangkauan, aksesibilitas, kelayakan huni, aksesibilitas, lokasi, kelayakan budaya, sembari mengakui bahwa faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, iklim, ekologi serta faktor-faktor lain turut berperan dalam menentukan apa yang disebut sebagai layak. Pasal 12 Pasal ini mewajibkan negara untuk :

i. Mengakui hak setiap orang untuk menikmati standart kehidupan tertinggi yang mungkin dicapai dalam kesehatan fisik dan mentalnya;

ii. Akan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Catatan : Cakupan hak atas kesehatan adalah berkenaan dengan kesehatan jasmani dan mental penduduk. Menyangkut seberapa besar akses kepada perawatan kesehatan tersedia bagi penduduk, serta kelompok mana yang kesehatannya lebih buruk dibanding mayoritas penduduk sehingga memberikan konsekuensi perlindungan yang lain dalam segi-segi aksional implementasi hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan meliputi hak atas lingkungan yang aman dan sehat. Pasal 13 Pasal ini menyangkut hak atas pendidikan , merupakan pasal terpanjang dari pasal-pasal normatif kovenan ini. Pasal ini menetapkan pokok-pokok berikut dalam bidang pendidikan :

i. Negara wajib mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Pendidikan harus diarahkan pada perkembangan kepribadian manusia seutuhnya dan kesadaran akan harga dirinya, dan memperkuat penghormatan atas hak-hak asasi dan kebebasan manusia yang mendasar. Pendidikan harus memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif dalan suatu masyarakat yang bebas, meningkatkan rasa pengertian, toleransi serta persahabatan antar semua bangsa dan semua kelompok, ras, etnis atau agama, dan lebih memajukan kegiatan-kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 12

ii. Negara wajib mengakui dan mengupayakan hak tersebut secara penuh, melalui :

a. Pendidikan dasar harus

diwajibkan dan tersedia secara cuma-cuma bagi semua orang;

b. Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya, termasuk pendidikan teknik dan kejuruan tingkat lanjutan pada umumnya, harus tersedia dan terbuka bagi semua orang dengan segala cara yang layak, dan khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap;

c. Pendidikan tinggi juga harus tersedia bagi semua orang secara merata atas dasar kemampuan, dengan segala cara yang layak, khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap;

d. Pendidikan mendasar harus sedapat mungkin didorong atau ditingkatkan bagi orang-orang yang belum mendapatkan atau menyelesaikan pendidikan dasar mereka;

e. Pengembangan suatu sistem sekolah pada semua tingkatan harus secara aktif diupayakan, suatu sistem beasiswa yang memadai harus dibentuk dan kondisi-kondisi materiil staf pengajar harus terus menerus diperbaiki.

iii. Negara pihak diharuskan untuk

menghormati kebebasan orangtua dan wali yang sah untuk memilih sekolah bagi anak-anak mereka dan

memastikan bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka.

iv. Tidak satupun ketentuan dalam pasal ini yang dapat ditafsirkan sebagai pembenaran untuk mencampuri kebebasan individu dan badan-badan untuk mendirikan dan mengurus lembaga-lembaga pendidikan sepanjang prinsip-prinsip yang dikemukakan ayat 1 Pasal ini selalu diindahkan.

Pasal 14 Pasal ini memberikan kelonggaran kepada negara pihak yang pada waktu menjadi pihak dalam kovenan ini belum mampu menerapkan pendidikan dasar wajib dan cuma-cuma untuk, dalam waktu dua tahun, menyusun dan menerima rencana aksi yang terperinci bagi pelaksanaan bertahap prinsip wajib belajar cuma-cuma bagi semua orang. Pasal 15 Pasal ini berkenaan dengan hak-hak di bidang budaya dan ilmu pengetahuan :

i. Negara wajib mengakui hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya. Untuk menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya; untuk memperoleh manfaat dari perlindungan atas kepentingan moral dan material yang timbul dari karya ilmiah, sastra atau seni yang telah diciptakannya.

ii. Langkah-langkah yang harus diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan sepenuhnya dari hak ini, harus meliputi pula langkah-langkah yang

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 13

diperlukan guna melestarikan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

iii. Negara wajib menghormati kebebasan yang mutlak diperlukan untuk penelitian ilmiah dan kegiatan yang kreatif.

iv. Mengharuskan negara untuk mengakui manfaat yang akan diperoleh dari pemajuan dan pengembangan hubungan dan kerjasama internasional di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Catatan : Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Undang-undang Nomor Tahun 1999 tentang HAM yang diundangkan pada 23 September 1999 dibuat untuk mentransformasikan pokok-pokok yang tercantum dalam ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/ 1998 tentang HAM, undang-undang ini mencakup hak-hak sipil dan politik dan hak ekonomi, sosial, dan

ekonomi disamping ketentuan lain yang berkaitan dengan kewajiban dasar manusia, kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, pembatasan dan pelarangan, Komisi Nasional HAM, pengadilan HAM. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang terdapat dalam undang-undang ini meliputi :

a. Hak atas pekerjaan (pasal 6); b. Hak untuk mendirikan serikat pekerja

(pasal 38); c. Hak atas jaminan sosial (pasal 41

ayat 1); d. Hak atas tempat tinggal dan

kehidupan yang layak (pasal40); e. Hak atas pendidikan (pasal 12); f. Hak atas pengembangan dan

perolehan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya (pasal 13).

Hak-hak yang tercantum dalam undang-undang ini adalah bersifat pokok, detail dan rinciannya harus dicari pada peraturan perundang-undangan yang relevan.

4. Pelaporan Bagian IV dalam kovenan ini mengatur mengenai segi-segi pelaporan, yang terbagi dalam dua hal :

i. Pasal-pasal yang menetapkan tanggung jawab dan kewenangan negara pihak (pasal 16, 17, dan 20).

ii. Pasal-pasal yang menetapkan tanggung jawab dan wewenang ECOSOC (pasal 18, 19, 21, dan 22).

5. Tanggung Jawab dan Kewenangan Negara Pihak Pasal 16 Mewajibkan negara pihak, sesuai dengan bagian dari Kovenan ini, untuk menyampaikan laporan mengenai langkah-langkah yang telah diambil, dan kemajuan yang telah dicapai dalam pematuhan hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.

a. Semua laporan harus disampaikan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan menyampaikan salinan kepada Dewan Ekonomi dan Sosial, untuk dipertimbangkan sesuai ketentuan Kovenan ini;

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 14

b. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa juga harus menyampaikan salinan laporan atau bagian laporan yang relevan dari negara-negara Pihak kovenan ini yang juga adalah anggota dari badan khusus, kepada Badan-Badan Khusus tersebut sepanjang laporan-laporan tersebut atau bagian darinya berhubungan dengan masalah-masalah yang menjadi kewenangan dari Badan Khusus tersebut sesuai dengan instrumen konstitusinya.

Pasal 17

1. Laporan negara pihak disampaikan secara bertahap, sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial dalam jangka waktu satu tahun sejak Kovenan ini mulai berlaku, setelah berkonsultasi dengan Negara Pihak dan Badan Khusus yang bersangkutan.

2. Laporan tersebut menunjukkan faktor-faktor dan kesulitan-kesulitan yang mempengaruhi tingkat pemenuhan kewajiban-kewajiban dalam kovenan ini.

3. Apabila sebelumnya telah diberikan informasi yang relevan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atau pada suatu Badan Khusus oleh Negara Pihak pada Kovenan ini, maka informasi tersebut tidak lagi perlu diberikan, tetapi cukup dengan merujuk secara jelas pada informasi yang pernah diberikannya tersebut.

Pasal 20 Negara Pihak pada Kovenan ini dan Badan-badan Khusus yang terkait, dapat menyampaikan tanggapan-tanggapan kepada Dewan Ekonomi dan Sosial tentang rekomendasi sesuai dengan pasal 19, atau mengenai rujukan terhadap rekomendasi umum tersebut, dalam setiap laporan Komisi Hak Asasi Manusia atau dokumen yang dirujuk di dalamnya.

6. Tanggung Jawab dan Kewenangan ECOSOC Pasal 18 Sesuai dengan tanggung jawabnya menurut Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa di bidang hak-hak asasi dan kebebasan manusia yang mendasar, Dewan Ekonomi dan Sosial bersama-sama dengan Badan-badan Khusus dapat menyusun laporan tentang kemajuan yang dicapai dalam mematuhi ketentuan-ketentuan dalam Kovenan ini dalam hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup kegiatan mereka. Laporan-laporan ini dapat mencakup hal-hal khusus dari

keputusan dan rekomendasi terhadap penerapan tersebut yang telah disetujui oleh organ-organ yang berwenang. Pasal 19 Dewan Ekonomi dan Sosial dapat menyampaikan pada Komisi Hak Asasi Manusia, laporan-laporan mengenai hak asasi manusia yang disampaikan oleh Negara-negara Pihak sesuai dengan pasal 16 dan 17, dan laporan-laporan mengenai hak

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 15

asasi manusia yang disampaikan oleh Badan-badan Khusus sesuai dengan pasal 18, untuk dipelajari dan diberikan rekomendasi umum, atau sekedar untuk informasi belaka. Pasal 21 Dewan Ekonomi dan Sosial dari waktu ke waktu dapat menyampaikan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, dan ringkasan dari informasi yang diterima dari Negara Pihak pada Kovenan ini dan Badan-badan Khusus, tentang langkah-langkah yang telah diambil dan kemajuan yang dibuat yang telah dicapai dalam mematuhi hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.

Pasal 22 Dewan Ekonomi dan Sosial dapat meminta perhatian badan-badan Perserikatan Bangsa Bangsa lainnya, Badan Perlengkapan dan Badan-badan Khusus yang bersangkutan untuk memberikan bantuan teknis, tentang hal-hal yang timbul dari laporan-laporan yang diatur dalam bagian ini, yang dapat membantu badan-badan tersebut dalam memutuskan kelayakan langkah-langkah internasional yang dapat mendukung penerapan Kovenan ini secara bertahap dan efektif, sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

7. Aksi Internasional Pasal 23 Negara Pihak pada Kovenan ini setuju bahwa tindakan internasional untuk pemenuhan hak-hak yang diakui dalam kovenan ini mencakup metode-metode seperti penandatanganan konvensi, penetapan rekomendasi, pemberian bantuan teknis serta penyelenggaraan pertemuan-pertemuan regional dan pertemuan teknis untuk keperluan konsultasi dan pengkajian, yang dilakukan bersama dengan pemerintah-pemerintah yang bersangkutan.

Catatan : Berdasarkan Pasal 23, negara-negara pihak menyepakati bahwa aksi internasional bagi pencapaian hak-hak yang diakui dalam kovenan ini mencakup metode sebagai berikut :

a. Pembuatan konvensi; b. Penerimaan rekomendasi; c. Pemberian bantuan teknis; d. Penyelenggaraan pertemuan regional

dan pertemuan teknis dengan maksud untuk dapat mengadakan konsultasi dan studi yang diorganisasikan bersama dengan negara-negara pihak yang bersangkutan.

8. Organ-organ PBB dan Badan Khusus Pasal 24 Tidak ada satu hal pun ketentuan dalam Kovenan ini dapat ditafsirkan sedemikian

rupa sehingga mengurangi ketentuan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konstitusi dari Badan-badan Khusus yang menetapkan atas tanggung jawab masing-

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 16

masing badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Badan Khususnya, berkenaan dengan

masalah-masalah yang diatur dalam Kovenan ini.

9. Hak Inherent Rakyat atas Kekayaan dan Sumber Daya Alam Pasal 25 Pasal 25 menandaskan bahwa tidak ada satu hal pun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sehingga mengurangi hak-hak

yang melekat dari semua bangsa untuk menikmati dan memanfaatkan kekayaan dan sumber daya alam mereka secara bebas dan penuh.

10. Ketentuan Penutup Ketentuan penutup mengatur masalah-masalah prosedural yang memuat hal pokok-pokok sebagai berikut : Pasal 26

i. Menyatakan bahwa kovenan ini terbuka untuk ditandatangani oleh setiap Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa atau anggota dari Badan-badan Khususnya, oleh Negara Pihak pada Statuta Mahkamah Internasional dan oleh Negara lainnya yang telah diundang oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadi Pihak pada Kovenan ini.

ii. Harus diratifikasinya Kovenan, bahwa semua instrumen ratifikasi harus diserahkan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan.

iii. Terbukanya kovenan ini terbuka untuk diaksesi oleh Negara dengan merujuk pada ayat 1 pasal ini.

iv. Aksesi akan berlaku dengan diserahkannya instrumen aksesi pada Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan.

v. Kewajiban Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberitahukan kepada semua Negara yang telah menandatangani Kovenan ini atau yang telah melakukan aksesi, mengenai penyimpanan setiap instrumen ratifikasi atau aksesi.

Pasal 27

Pasal ini mengatur mulai berlakunya kovenan, menetapkan :

i. Bahwa kovenan akan mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal diserahkannya instrumen ratifikasi atau instrumen aksesi yang ketiga puluh lima untuk disimpan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

ii. Setiap negara yang meratifikasi atau melakukan aksesi atas Kovenan ini setelah disimpannya instrumen ratifikasi atau aksesi yang ketiga puluh lima, Kovenan ini akan mulai berlaku tiga bulan setelah

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 17

tanggal disimpannya instrumen ratifikasi atau aksesi tersebut.

Pasal 28 Pasal ini, berlaku bagi negara-negara pihak yang berbentuk federal, menetapkan bahwa kovenan ini berlaku di semua bagian negara federal yang bersangkutan, tanpa pembatasan atau pengecualian apapun. Pasal 29 Pasal ini mengatur mengenai kemungkinan proses perubahan kovenan, memuat pokok-pokok hal sebagai berikut :

i. Negara Pihak dalam kovenan ini dapat mengusulkan perubahan dan menyampaikannya pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal harus memberitahukan setiap usulan perubahan tersebut kepada semua Negara Pihak, dengan permintaan untuk memberitahukan padanya apakah mereka setuju diadakan Konferensi negara-negara Pihak untuk membahas dan melakukan pemungutan suara terhadap usulan tersebut. Dalam hal sekurang-kurangnya sepertiga dari Negara Pihak menyetujui diadakannya konferensi, Sekretaris Jenderal akan mengadakan konferensi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perubahan yang ditetapkan oleh mayoritas Negara Pihak yang hadir dan yang memberikan suara pada konferensi harus disampaikan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendapat persetujuan.

ii. Perubahan-perubahan mulai berlaku apabila disetujui oleh Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan diterima oleh duapertiga mayoritas Negara-negara Pihak Kovenan ini sesuai prosedur konstitusi masing-masing.

iii. Apabila perubahan-perubahan telah berlaku, maka perubahan-perubahan tersebut akan mengikat Negara-negara Pihak yang telah menerimanya, sedang negara Pihak lainnya masih tetap terikat pada ketentuan-ketentuan Kovenan ini dan perubahan-perubahan terdahulu yang telah mereka terima.

Pasal 30 Tanpa mengindahkan pemberitahuan yang dibuat menurut pasal 26 ayat 5, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menyampaikan kepada semua Negara yang dimaksud dalam ayat 1 dari pasal tersebut hal-hal sebagai berikut :

a. Penandatanganan, ratifikasi dan aksesi sesuai dengan pasal 26;

b. Tanggal mulai berlakunya Kovenan ini sesuai dengan pasal 27 dan tanggal mulai berlakunya perubahan-perubahan sesuai dengan pasal 29.

Pasal ini menetapkan tugas Sekretaris Jendral PBB untuk memberitahukan semua negara yang telah menandatangani atau mengaksesi kovenan ini, untuk menyimpan setiap piagam ratifikasi atau aksesi dan memberitahukan negara-negara yang dapat menandatangani atau menjadi pihak dalam kovenan ini.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 18

Pasal 31 Pasal terakhir ini menetapkan pokok-pokok yang berkenaan dengan penyimpanan naskah asli, salinan naskah asli, serta bahasa-bahasa yang dipergunakan oleh kovenan.

i. Teks Kovenan ini yang dibuat dalam bahasa Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol,

mempunyai kekuataan yang sama, akan disimpan pada arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

ii. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menyampaikan salinan resmi dari Kovenan ini pada semua Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.

3. PEMANTAUAN Sistem Pemantauan diatur dalam pasal 16-22 kovenan Internasional tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya :

a. negara-negara pihak menyampaikan laporan kepada Sekretaris Jendral PBB;

b. Sekretaris Jendral PBB menyampaikan salinan laporan negara pihak yang bersangkutan kepada ECOSOC untuk dipelajari;

c. Selanjutnya, apabila dianggap perlu, ECOSOC dapat menyampaikan laporan termaksud kepada Komisi HAM untuk dipelajari, diberi rekomendasi umum, atau diketahui;

d. Negara pihak yang bersangkutan dapat menyampaikan tanggapannya atas rekomendasi umum yang dibuat oleh Komisi HAM tersebut kepada ECOSOC;

e. ECOSOC dari waktu ke waktu dapat menyampaikan laporan beserta rekomendasi umum serta ringkasan informasi yang diterimanya dari negara-negara pihak dan dari badan-badan khusus yang bersangkutan kepada Majelis umum PBB;

f. ECOSOC dapat meminta perhatian organ-organ PBB lainnya, badan-badan bawahannya dan badan-badan khusus pemberi bantuan teknis, masalah yang timbul dari laporan yang disampaikan oleh negara–negara pihak atau badan-badan khusus, yang mungkin dapat membantu organ-organ atau badan-badan khusus tersebut dalam memutuskan, sesuai dengan kompetensinya masing-masing, kemungkinan diambilnya tindakan internasional yang diperkirakan akan menyumbang implementasi progresif kovenan;

g. Disepakatinya oleh negara-negara pihak jenis-jenis tindakan internasional pembuatan konvensi, penerimaan rekomendasi, pemberian bantuan teknis dan penyelenggaraan pertemuan regional dan pertemuan teknis dengan maksud untuk dapat mengadakan konsultasi dan studi yang diorganisasikan bersama dengan negara-negara yang bersangkutan.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 19

Kovenan ini tidak memuat ketentuan tentang badan pemantauan pelaksanaan instrumen tersebut, padahal badan demikian dianggap perlu, maka pada tahun 1985 dengan Resolusi 1985/ 17 ECOSOC menyepakati pembentukan Committee on

Economic, Social, and Cultural Rights (Komite tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) yang beranggotakan delapan belas orang.

4. KOMITE HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Meningkatnya penekanan akan pentingnya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya di dalam sistem PBB berikut tekanan dari beberapa pemerintahan serta NGO mengakibatkan ditinjaunya sistem pemantauan Kovenan. Dengan resolusi yang ditelurkan pada tahun 1985, ECOSOC memberi wewenang bagi pembentukan suatu komite independen yang terdiri atas delapan belas orang anggota guna memantau implementasi Kovenan. Komite tersebut diberi nama Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Komite ini selanjutnya menjadi suatu organ di bawah ECOSOC dan bukan merupakan perwakilan dari Negara Peserta Kovenan. Dengan demikian maka status Komite ini berbeda dari komite-komite lain yang dibentuk berdasarkan berbagai pakta hak asasi manusia lainnya. Anggota-anggota Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dipilih untuk masa bakti selama empat tahun. Lima belas anggota dipilih masing-masing dengan jumlah yang sama dari lima kelompok regional (Afrika, Asia, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Eropa Barat). Tiga kursi sisanya dibagi sesuai peningkatan jumlah Negara Peserta di masing-masing region. Komite bertemu selama tiga minggu setiap tahunnya. Namun begitu, Komite juga berhasil meningkatkan sidang-sidangnya dengan menyelenggarakan sidang-sidang istimewa pada tahun 1990, 1993 dan 1994.

Perumusan Protokol Opsional Selain meningkatkan kualitas proses pelaporan dan mengklarifikasikan isi ketentuan-ketentuan Kovenan, komite juga menaruh perhatian pada perlindungan efektif atas hak-hak yang terkandung dalam Kovenan. Untuk maksud ini, Komite telah membahas usulan bagi penyusunan rancangan suatu protokol opsional dari Kovenan. Usulan dimaksud menyangkut pelembagaan mekanisme pengaduan dengan mana individu bisa mengajukan pengaduan jika Negara melakukan pelanggaran terhadap hak-hak yang terkandung dalam Kovenan. Komite telah mengadopsi “naskah analitis” terpadu yang diajukannya pada Konferensi Dunia mengenai Hak Asasi Manusia (World Conrefense on Human Rights). Dalam naskah analitis, Komite menekankan aspek-aspek berikut :

a. Protokol apapun bagi Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya secara tegas akan bersifat opsional dan karenanya hanya akan berlaku bagi Negara Peserta yang secara spesifik menyetujuinya dengan cara ratifikasi atau menyatakan keikut-sertaannya;

b. Prinsip umum yang mengijinkan penyerahan pengaduan berdasar suatu prosedur internasional dalam hubungannya dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya sama

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 20

sekali bukanlah barang baru ataupun inovatif, mengingat preseden yang telah ada di lingkungan Organisasi Buruh Sedunia (ILO), Organisasi PBB untuk Pendidikan, Sains dan Budaya (UNESCO), Resolusi prosedur 1503 dari Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC), Protokol Tambahan pada Konvensi Amerika mengenai Hak Asasi Manusia di Bidang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Additional Protocol to the American Convention on Human Rights in the Area of Economic, Social and Cultural Rights) (Protokol San Salvador, 1988), serta berbagai usulan yang saat ini tengah dipertimbangkan oleh Council of Europe;

c. Pengalaman sejauh ini dengan banyaknya prosedur petisi internasional yang ada menunjukkan tidak adanya dasar bagi kekhawatiran bahwa suatu protokol opsional akan

melahirkan sejumlah besar pengaduan;

d. Dengan prosedur protokol opsional itu nanti, Negara Peserta tetap memegang keputusan akhir mengenai apa yang akan dilakukan sehubungan dengan setiap pandangan yang diadopsi oleh Komite; dan

e. Bahwa apabila prinsip tak terpisahkan, saling ketergantungan dan saling keterkaitan antara dua perangkat hak harus dipegang teguh dalam tata kerja PBB, adalah merupakan hal yang penting jika suatu prosedur pengaduan dikembangkan bagi Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, sehingga ketidak-seimbangan yang kini ada akan bisa diperbaiki.

5. PENUTUP

Deskripsi kasus yang dipaparkan di bawah ini dimaksudkan untuk mengurai kembali pemahaman peserta mengenai perspektif hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya dalam memandang sebuah permasalahan. Studi

kasus APBN 2003 ini menarik untuk dikaji baik dari segi hukum nasional maupun korelasinya dengan hukum HAM internasional.

5.1. SKETSA KASUS : MENUJU ANGGARAN NEGARA YANG BERBASIS

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA APBN 2003 tidak beda jauh dari profil APBN 2002, baik dari segi struktur maupun besaran alokasi bagi pos-pos anggaran ke masing-masing sektor tidak ada perubahan yang signifikan. Sifat historis yang melekat dalam APBN 2003 terhadap APBN-APBN sebelumnya masih pekat terlihat, artinya politik anggarannya sama sekali tidak berubah meskipun hingga tahun keempat pemerintahan pasca Soeharto performa APBN tidak menunjukkan progress yang

cukup baik. Dalam APBN 2003 terjadi penurunan dalam pembiayaan proyek yang berasal dari penerimaan luar negeri dalam pengeluaran pembangunan sebesar 6,93 T (dari 25,83 trilliun pada APBN 2002 menjadi 18,9 trilliun di APBN 2003), pola pembelanjaan dalam pos-pos alokasi per sektor (subsektor) menunjukkan kecenderungan yang kurang lebih sama dengan anggaran-anggaran sebelumnya. Pengeluaran pembangunan tahun 2003 yang

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 21

berkait langsung dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan tidak juga terlihat signifikan perubahannya (lihat table I). Dari segi nilai nominal memang ada peningkatan dari tahun sebelumnya, namun apakah sudah diperhitungkan kecenderungan semakin lemahnya kemampuan masyarakat untuk bertahan hidup secara layak. Sementara kebijakan di sektor ekonomi sangat tidak menstimulus perbaikan sektor riil ekonomi dan pengadaan lapangan kerja, sementara di sisi lain pengeluaran untuk pembayaran

bunga utang, totalnya Rp 81,98 trilliun (43,5 % dari pengeluaran rutin) hal ini mencerminkan bahwa politik anggaran pemerintah sangat menghamba pada kepentingan kreditor. Bahkan jika ditotal sektor pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan hanya 6,8 % dari total belanja negara, jika dibandingkan dengan pengeluaran negara untuk pembayaran bunga utang menyerap 22,14 % lebih dramatis lagi jika disandingkan dengan pengeluaran rutin pemerintah pusat sebesar 50,89 % dari total belanja negara.

Tabel I Pengeluaran Pembangunan Bidang yang Terkait dengan Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Masyarakat APBN 2003

Sektor/ Sub sektor

Jumlah % terhadap pengeluaran

pembangunan

% terhadap belanja negara

1. Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga

13,6 20,8 % 3,6 %

2. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan

5,4 8,3 % 1,4 %

3. Subsidi Pangan 4,8 7,4 % 1,3 % 4. Perumahan 1,5 2,3 % 0,4 % (dalam trilliun) Sumber : Pidato kenegaraan Presiden RUU APBN 2003. Anggaran pembangunan dalam APBN 2003 pada sektor pendidikan diprioritaskan untuk percepatan penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Kegiatan utamanya adalah rehabilitasi, revitalisasi dan pembangunan unit sekolah baru di SD dan madrasah ibtidaiyah dan SLTP serta madrasah tsanawiyah, pembangunan satuan pendidikan khusus seperti SD dan SLTP terbuka, pelaksanaan pendidikan luar sekolah dan pemberian beasiswa kepada siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Perubahan keempat UUD 1945, pasal 31 ayat (4) menyatakan :

“ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.”

Amandemen pasal 31 UUD 1945 menjadikan alas hukum bagi bidang pendidikan dalam derajat pertama tata perundang-undangan, artinya perintah undang-undang dasar harus diterjemahkan dalam perundang-undangan di bawahnya. Dengan pernyataan konstitusi yang demikian maka mengisyaratkan secara eksplisit tentang kewajiban negara untuk

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 22

melakukan (obligation of conduct). Dengan landasan tersebut maka pemantauan terhadap kewajiban atas hasil (obligation of result ) dari negara menjadi lebih mudah. Keputusan untuk memberikan prosentase dalam standart nominal anggaran negara tersebut sangat masuk akal, survey dari Political and Economic Risk Consultancy tahun 2001 (PERC) menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia. Dari 12 negara yang disurvei, Indonesia menduduki urutan ke 12 setingkat di bawah Vietnam. Buruknya kondisi pendidikan di Indonesia, merupakan cerminan dari pengabaian negara atas pemenuhan pendidikan dasar. Estimasi bahwa saat ini lebih kurang 7,5 juta anak usia wajib belajar terancam tidak bisa menyelesaikan pendidikan dasarnya merupakan peringatan akan datangnya ancaman lost generation. Jadi, melalui perubahan keempat UUD 1945 pasal 31 ayat (4) tersebut negara harus mengambil langkah nyata dalam kapasitas sebagai kewajiban progresif untuk mencapai hasil yang maksimal dengan sumber daya yang dimilikinya. Dengan proporsi 3,6 % dari total belanja negara pemajuan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Hal serupa juga terjadi di sektor kesehatan, dimana pengeluaran negara untuk bidang kesehatan hanya berkisar 1,4 % dari total belanja negara, angka tersebut jauh dari standart minimum internasional dalam pengganggaran negara di bidang kesehatan yang 15 % dari total belanja negara.

Anggaran tahun 2003 pengalokasiannya akan dialokasikan untuk beberapa sektor tertentu yang dianggap prioritas. Sektor-sektor tersebut, adalah : masyarakat miskin/rentan melalui program Kartu Sehat, publik goods melalui penyediaan vaksin, obat, penyuluhan dan penerbitan dokumen acuan kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dasar dan rujukan di Puskesmas dan RS Umum, pemerataan untuk daerah terpencil dan Kawasan Timur Indonesia. Jadi bisa dipastikan Human Development Index Indonesia tahun-tahun ke depan dipastikan kondisinya tidak jauh dari prestasi HDI Indonesia tahun 2002 yang menempati rangking 110, setingkat di bawah Vietnam. Ketidakberpihakan pemerintah dalam pengalokasian anggaran bagi pengeluaran-pengeluaran yang berkait erat dengan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat nampak dari besaran-besaran pos pengeluaran belanja negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan. Pengeluaran rutin menyerap 50,89 % total belanja negara, pos pembayaran bunga hutang tahun APBN 2003 total 43,5% dari pengeluaran rutin. Kontras sekali dengan pengeluaran pembangunan yang berasal dari pembiayaan dalam negeri yang hanya dialokasikan 13,9 % dari total penerimaan dalam negeri.

Tabel II menunjukkan bahwa belanja publik untuk pendidikan, kesehatam, pangan, dan perumahan dalam tahun anggaran 2002 dan 2003 rata-rata hanya 6 % dari penerimaan dalam negeri.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 23

Tabel II

Persentase belanja publik (pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan) terhadap penerimaan dalam negeri

Penerimaan Dalam Negeri

Pembelanjaan publik (pengeluaran pembangunan)

% belanja publik terhadap

penerimaan dalam negeri

APBN 2002 301,87 1 Pendidikan 9,7 3,2 % 2 Kesehatan 3,5 1,2 % 3 Pangan 0,6 0,2 % 4 Perumahan 0,2 0,05 % RAPBN 2003

330,90 1 Pendidikan 13,6 4,1 %

2 Kesehatan 5,4 1,6 % 3 Pangan 4,8 1,4 % 4 Perumahan 1,5 0,5 % (dalam triliiun rupiah)

Dalam APBN 2002 anggaran belanja negara untuk pertahanan dan keamanan lebih besar dari pada pengeluaran negara untuk pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan (lihat table III).

Tabel III Belanja Negara (pengeluaran rutin dan pembangunan) APBN 2002

Sektor/ Sub sektor Jumlah % terhadap belanja negara

Sektor Jumlah % terhadap belanja negara

Pendidikan 14,6 4,2 % Pertahanan & Keamanan

16,8 4,9 %

Kesehatan & Kesejt. sosial

4,1 1,2 % Politik 2,6 0,8 %

Pangan 0,6 0,2 % Aparatur Negara 7,1 2,1 % Perumahan 0,2 0,1 % Pembayaran

bunga utang 88,50 25,7 %

Catatan : 1. Dalam Undang-undang Nomor 39

Tahun 1999 telah termuat hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, yakni :

• Hak atas pekerjaan (pasal 6);

• Hak untuk mendirikan serikat pekerja (pasal 38);

• Hak atas jaminan sossial (pasal 41 ayat 1);

• Hak atas tempat tinggal dan kehidupan yang layak (pasal 40);

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 24

• Hak atas pendidikan (pasal 12); • Hak atas pengembangan dan perolehan

manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya (pasal 13).

2. Dalam perubahan kedua UUD 1945,

BAB X A tentang Hak azasi Manusia dalam pasal 28 C dan 28 H yang berbunyi :

• Pasal 28 C ayat 1 dan 2

1) Setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

• Pasal 28 H ayat 1, 2, dan 3 :

1) Setiap berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembagan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

• Pasal 28 D UUD 1945 (3)

menyatakan :

“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”

3. Perubahan keempat UUD 1945, pasal 31

ayat (4) menyatakan :

“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.”

4. Ketetapan MPR Nomor VI/ TAP MPR/

02 yang merekomendasikan kepada Presiden :

“Mengupayakan peningkatan anggaran kesehatan secara bertahap sampai mencapai jumlah minimum sebesar 15 % sesuai dengan kondisi keuangan negara dari APBN/ APBD, sebagaimana ditetapkan WHO.“

5. Pasal 5 UU No 4 Tahun 1992

perumahan dan pemukiman pasal 5 ayat (1) menyatakan :

“Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.”

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005 Bahan Bacaan Materi : Konvensi Ecosob

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 25

Bahan Bacaan : www.universityofthepoor/ www.cesr.org, A Brief History Of The ICESCR. Andik Hardiyanto, Bahan Bacaan Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya untuk Pendidikan Guru Kader JARI Angkatan II (tidak untuk dipublikasikan), 2003. B.G. Ramcharan, Hak-hak Azasi Manusia dan Hukum, tanpa tahun. IHRIP- Forum Asia, Circle of Rights –Economic, Social, and Cultural Rights activism : A Training Resource, 2000. Elsam, Kompilasi dan Bahan-Bahan Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan V – 2001. Enny Soeprapto, Pokok-pokok Isi Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, 2001. Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya Esai-Esai Pilihan, Elsam, 2001. Maria Soccoro, A Rights-Based Approach Towards Budget Analysis, 1999. Scott Davinson, Hak Azasi Manusia, Pustaka Utama Grafiti, 1994. Syahrial MW dan Abdul Gofur, Neraca Pembangunan 2002 Audit Pembangunan versi Publik : Negara Masih Gagal dalam Pemenuhan Hak-hak Dasar Rakyat, JARI Indonesia 2003.