kontrol speedtronik mark v srv gcv
DESCRIPTION
indonesia power up semarangTRANSCRIPT
62
BAB V
SISTEM KONTROL PRESSURE GAS MENGGUNAKAN SPEEDTRONICTM
MARK V PADA STOP SPEED/RATIO VALVE (SRV) DAN GAS CONTROL
VALVE (GCV) PLTGU BLOK 1
5.1 Sistem Suplai Bahan Bakar Gas
Dalam Pembangkitan listrik di PLTGU. Turbin tidak dapat langsung
menghasilkan tenaga putaran dari 0 (zero speed) sampai dengan yang kita inginkan
(3000 RPM) hanya dengan menggunakan bahan bakar. Oleh sebab itu dibutuhkan
sebuah Motor Starter dan dibantu dengan Torque Converter yang berfungsi sebuah
kopling penyambung dengan accessory gear untuk melakukan starting Gas
Turbine. Awalnya Motor stater mengambil daya listrik dari luar pembangkit untuk
memutar turbin. Kemudian bahan bakar disuplai masuk ke ruang pembakaran pada
saat kecepatan putaran 300 RPM sampai Gas Turbine terus berputar dan berakselerasi
sendiri menuju ke kecepatan putaran nominalnya yaitu 3000 RPM.[4]
Gas bumi (Natural Gas) adalah jenis bahan bakar gas yang digunakan
sebagai bahan bakar dalam menggerakkan turbin gas. Dalam pengoperasiannya,
Sistem Bahan Bakar Gas didesain untuk mensuplai bahan bakar gas keruang
pembakaran (Combustion Chambers) berdasarkan tekanan dan aliran gas.
Pengendalian operasi turbin gas dikendalikan dalam dua tingkatan, yaitu
pengendalian tekanan gas sebelum masuk kedalam ruang bakar yang dikendalikan
sebanding dengan laju putaran poros dan pengendalian laju aliran suplai gas
berdasarkan daya turbin yang diinginkan (apabila unit sudah berbeban), Hal tersebut
dilakukan dengan dua katub kendali SRV dan GCV.
63
5.2 Diskripsi Umum Stop Ratio Valve (SRV) dan Gas Control Valve (GCV)
5.2.1 Pengertian SRV GCV
Stop Speed/Ratio Valve (SRV) dan Gas Control Valve (GCV) adalah
katup pengatur keluaran bahan bakar gas. SRV GCV merupakan bagian
dari Sistem Bahan Bakar Gas Turbin Generator (GTG). Secara umum
kedua valve ini SRV dan GCV dikemas menjadi satu alat.[10]
Pada SRV
dan GCV, indikator fisis yang di ukur dan dikendalikan adalah Pressure
(Tekanan) gas. Mulanya gas masuk melalui SRV, kemudian diatur
tekanannya sehingga dapat dialirkan keluar oleh GCV sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan sistem. Sehingga didapat hasil pembakaran
yang sesuai dengan kecepatan turbin, karena putaran turbin merupakan
fungsi dari tekanan gas.[7]
Gambar 5.1 Foto SRV dan GCV
64
5.2.2 Bagian penyusun SRV GCV
Gambar 5.2 Skema Bagian utama SRV dan GCV
Selain 2 Valve yang dijadikan satu, GCV dan SRV memiliki komponen-
komponen utama penunjang kerja dari GCV dan SRV[7]
. Komponen -
komponen utama pada sistem pembakaran gas adalah :
1. Strainer
Berfungsi untuk menyaring gas yang masuk kedalam sistem pembakaran agar
bebas dari polutan yang dapat menggangu kerja dari sistem pembakaran.
Biasanya Strainer rutin dibersihkan agar kualitas gas yang masuk ke SRV
menjadi bersih.
65
Gambar 5.3 Foto Strainer dari luar (kiri), Penyaring didalam Strainer (kanan)
2. Pressure Switch
Pressure Switch 63HG-1,2,3 dipasang di bagian awal pipa gas SRV
dan GCV. Alarm pelindung akan aktif dan akan terjadi trip saat
tekanan dari oil kurang dari 20 psi. Kondisi trip ini sebagai sistem
proteksi dalam melindungi SRV GCV. Saat tekanan oil bertambah
dan melebihi 24 psi, maka sistem akan kembali ready dan kembali siap
untuk membuka SRV.
Gambar 5.4 Foto Pressure Switch 63FG-3
66
Low Gas Pressure Switch 63 FG-3 akan secara otomatis mengubah
bahan bakar masukan dari bahan bakar gas menjadi bahan bakar cair
(HSD) saat tekanan dari bahan bakar gas turun hingga dibawah 265
psi. Hal ini bertujuan agar proses penyaluran bahan bakar ke ruang
pembakaran dapat terus berlangsung tanpa terganggu saat tekanan gas
kurang dari 265 psi.
3. Pressure Gauge
Berfungsi untuk mengukur tekanan dari gas yang masuk melalui SRV (P1),
mengukur tekanan antar valve (P2), tekanan saat gas keluar dari GCV (P3),
serta tekanan dari trip oil secara lokal atau langsung di lapanagan.
Gambar 5.5 Foto Presure Gauge
P1
P2
P3
Trip oil
67
Secara fisis Pressure (P) merupakan gaya (F) per satuan luas (A) dengan
satuan Pascal atau Bar. Ada beberapa tipe sensor yang digunakan untuk
mengukur Pressure gas, salah satu yang digunakan yaitu: Tabung Bourdon.
Tabung Bourdon. Adalah jenis sensor pressure yang melewatkan fluida
melalui pangkal tabung berbentuk lingkaran dan ujungnya diberi bahan
elastik. Saat fluida melewati lapisan elastik, maka akan merubah ukuran dari
bahan sehingga jarum penunjuk yang dikopel dengan bahan elastik akan
berubah geraknya sesuai dengan pressure yang mengenai lapisan elastik.
Gambar 5.6 Sensor Pressure Jenis Tabung Bourdon
4. Piping Line to Combustion Chambers
Adalah pipa yang menghubungkan antara gas keluaran dari GCV menuju ke
ruang pembakaran.
Gambar 5.7 Pipa menuju ruang pembakaran
68
5. Solenoid Valve
Pada SRV dan GCV terdapat 2 Solenoid valve. Yang pertama adalah 20 VG-1
yang berfungsi membuang gas yang ada pada interstate valve (P2) ke udara
bebas melalui pipa yang terpasang di SRV dan GCV Saat kecepatan turbin
turun hingga 30 RPM dan turbin GTG Show Roll Down atau saat turbin akan
dimatikan.
Yang kedua adalah Solenoid valve 20 FG-1 yang berfungsi sebagai solenoid
trip oil dalam membuka jalur aliran oli hidrolik untuk bukaan SRV.
6. Elektrohidrolik Servovalve
Adalah hidrolik yang bekerja berdasarkan sinyal elektrik dari motor servo.
Tenaga putaran motor diperbesar didalam ruang udara dari magnet lentur.
Magnet lentur ini juga memberikan kekuatan diantara elektromagnetik dan
hidrolik dari valve. Keduanya dihubungkan satu sama lain pada sisi lain dari
pipa.
Gambar 5.8 Bagian Elektrohidrolik Servovalve
Sinyal input akan menginduksi magnet didalam armature dan menyebabkan
pembelokan pada armature dan flapper, maka pasak yang ada pada alat akan
69
bertambah atau berkurang ukurannya. Hal ini menyebabkan perbedaan
tekanan antara satu spool dngan spool yang lainnya, Perbedaan inilah
menyebabkan spool berpindah. Perpindahan belokan sinyal feedback
melawan torsi ke inputan asli sinyal torsi.
Servo valve digunakan untuk mengendalikan arah dan besar pergerakan dari
aktuator hidrolik. Servo valve berfungsi sebagai interface antara sistem
mekanis dan elektris dengan cara mengubah sinyal elektris menjadi
pergerakan hidrolik. Berdasarkan sinyal input elektris ini, servo valve
mengatur cairan hidrolik bertekanan tinggi ke aktuator. Kontrol TMR
SPEEDTRONICTM
Mark V menggunakan tiga koil elektrik yang terisolasi
pada torsi motor. Pada SRV dan GCV, terdapat 2 elektrohidrolik servovalve :
90 SR-1 untuk Servohidrolik pada SRV.
65 GC-1 untuk Servohidrolik pada GCV.
Gambar 5.9 Cara Kerja Elektrohidrolik Servovalve
70
7. LVDT
Pada SRV GCV, masing-masing terdiri dari sepasang LVDT, yaitu 96-SR-1,2
untuk SRV dan 96 GC-1,2 untuk GCV. Linier Variable Differential
Transformers atau yang lebih sering disingkat LVDT adalah jenis sensor
perpindahan yang berfungsi mendeteksi posisi secara linier dari pergeseran
core/inti magnet didalam kumparan. Secara umum LVDT terdiri dari :
Inti besi yang bergerak
Kumparan primer
Sepasang kumparan sekunder
Gambar 5.10 Skematik LVDT (Kiri), Prinsip kerja LVDT (Kanan)
Inti bergerak ke arah S1 maka :
– Flux S1 > S2
– tegangan induksi E1 > E2,
– Enetto = E1 - E2
Inti bergerak ke arah S2 maka :
– Flux S1 < S2
– Tegangan induksi E1 < E2
– Enetto = E2 – E1
Gambar 5.11 Prinsip kerja LVDT dalam menghasilkan tegangan induksi
71
8. Flow Transmiter
Flow Transmitter adalah sensor yang berfungsi untuk mengukur laju aliran
gas yang yang masuk ke SRV. Dalam mengukur laju aliran gas, Flow meter
menghitung perbedaan (difference) nilai dari 2 sensor :
96 FF-1 untuk aliran downstream (Low Range)
96 FF-2 untuk aliran upstream (High Range).
9. Gas Inlet Temperature (FTG)
Gas inlet temperature adalah sensor temperature yang berbentuk Termokopel
dan berfungsi untuk mengukur temperature gas yang akan masuk ke
SRV.Terdapat 3 sensor temeratur yang terpasang pada sisi pipa supply gas
yaitu FTG-1,2,3
10. Pressure Transmitter
Secara umum Pressure Transmitter dan Pressure Gauge memiliki fungsi yang
sama, yaitu mengukur tekanan/pressure dari fluida. Yang membedakan adalah
Pressure Transmitter berfungsi sebagai transduser yaitu mengubah besaran
fisis menjadi sinyal listrik (4 – 20 Ma). Perubahan bentuk diafragma yang ada
didalam Pressure transmitter disebabkan regangan/tekanan yang diakibatkan
gas akan mengubah nilai sinyal listrik yang dihasilkan.
Gambar 5.12 Skema kerja sensor pressure jenis Diafragm
72
Gambar 5.13 Foto Presure Transmiter
Transmitter Tekanan, 96FG-2A, -2B dan -2C yang terpasang pada
SRV dan GCV berfungsi untuk mengirimkan nilai dari pembacaan
tekanan untuk di tampilkan melalui SPEEDTRONICTM
Mark V.
Untuk Pressure Transducer, digunakan Transmitter merk
ROSEMOUNT.
Selain itu terdapat Presure transmitter FPG-3 yang berfungsi
mengukur pressure suplai gas yang akan masuk ke SRV dan GCV.
73
5.2.3 Prinsip Kerja SRV GCV
Gambar 5.14 Sistem Kerja Komponen-Komponen SRV GCV
Sistem Laju Gas pada Stop Ratio Valve (SRV)
Bahan bakar Gas yang akan masuk ke SRV terlebih dahulu disaring oleh
Strainer. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan polutan-polutan yang
terbawa oleh bahan bakar gas. Selain proteksi terhadap polutan, SRV GCV
74
juga memiliki sistem proteksi lain yaitu sistem proteksi Trip Oil Sistem. Saat
tekanan Trip Oil turun kurang dari 20 psi. Pressure Switch 63-HG 1, 2 dan 3
akan mengirim sinyal ke SPEEDTRONICTM
Mark V untuk memerintahkan
penghentian secara paksa segala proses atau biasa disebut dengan trip. Hal ini
dimaksudkan agar sistem menjadi aman saat tekanan trip oil kurang karena
hal ini akan menghambat kerja dari elektrohidrolik servovalve dalam
mengatur keluaran bahan bakar. Saat tekanan trip oil naik dan melebihi 24 psi,
sistem kembali ready dan siap untuk menggerakan proses selanjutnya.
Tekanan gas yang akan masuk ke SRV di ukur tekanannya terlebih dahulu
sebagai P1 oleh Gas Low Pressure Switch 63 FG-3. Pressure Switch 63 FG-3
memiliki sepesifikasi SET 265 psi dan RESET 275 psi. Artinya 63 FG-3 akan
mengubah bahan bakar dari bahan bakar gas ke bahan bakar liquid saat
tekanan gas turun kurang dari 265 psi. 63 FG-3 akan kembali menggunakan
bahan bakar gas saat tekanan bahan bakar gas naik menjadi 275 psi.
Setelah semua keadaan proteksi terpenuhi, Card TCQC
SPEEDTRONICTM
Mark V akan memerintahkan servo hidrolik SRV (90-SR)
untuk bekerja mendorong aktuator melawan pegas pada katup SRV dengan
tekanan 1500 psi. Sehingga gas melewati SRV.
Karena Aktuator SRV dikopel dengan LVDT, maka LVDT SRV (96 SR-
1,2) akan membaca posisi dari Aktuator untuk di kirim sebagai sinyal
Feedback ke SPEEDTRONICTM
Mark V. Kemudian SPEEDTRONICTM
Mark
V akan mengkoreksi posisi sesuai set point. maka akan terjadi gerakan terus
menerus pada aktuator hingga mencapai keadaan steady state.
75
Gambar 5.15 Sistem Kendali SRV dengan Card SPEEDTRONICTM
Mark V
Keterangan :
FPRG : Gas Ratio Valve Pressure Reference.
TNH : Kecepatan Putaran Turbin
FSRSR : Fuel Stroke Reference
FPGX : Tekanan pada interstate valve
L3GFLT : Gas Fuel Control Fault.
TCQA , TCAC, TBQA : card pengendali pada SPEEDTRONIKTM
Mark V
FSROUT : FSR Output
96FG-2A,B,C : Pressure Transmiter
76
Sistem Laju Gas pada Gas Control Valve (GCV)
Setelah gas melewati SRV, kemudian gas terukur sebagai P2 oleh
sensor pressure 96FG. Pada sensor 96FG terdapat 3 buah pressure
transmitter , yaitu 96FG-2A, 96FG-2B, 96FG-2C. Dari ketiga sensor
pressure tersebut, hasil pengukran ditransmisikan melalui card TBQB
dengan metode voting Avarage, yaitu metode dengan mengambil nilai
rata-rata dari ketiga pengukuran 96FG-2A, 96FG-2B, 96FG-2C dan sinyal
yang ditransmsikan ke SPEEDTRONICTM
Mark V diterima Card TCQA
dan dari card TCQA memerintahkan card DCCA menampilkan hasil
pengukuran P2 sebagai FPG2 melalui HMI SPEEDTRONICTM
Mark V.
Gambar 5.16 Skematik Pengendalian P2 dengan menggunakan SPEEDTRONICTM Mark V
Saat GTG Shutdown, Solenoid 20 VG-1 Vent akan membuang bahan
bakar yang masih tersisa pada P2 ke Atmosfir. Hal ini bertujuan agar P2
bernilai Nol. Karena jika masih ada bahan bakar, sistem pembakaran
masih akan terus beroprasi.
Sistem GCV hampir sama seperti SRV yakni servohidrolik GCV
(65GC-1) mendapat perintah dari card TCQC Mark V untuk mendorong
aktuator dengan tekanan 1500 PSIg melawan Pegas yang terdapat pada
GCV. Sehingga GCV membuka. Bukaan dari GCV akan dikoreksi oleh
LVDT sebagai fungsi Posisi. Kemudian LVDT 96GC akan mengirim
sinyal balik melalui card TCQA untuk dikoreksi SPEEDTRONICTM
Mark
V.
77
Gambar 5.17 Sistem Kendali GCV dengan Card SPEEDTRONICTM
Mark V
Nilai tekanan dari GCV dikendalikan melalui berapa besar nilai
keluaran tekanan SRV dengan persamaan sebagai berikut[3]
:
FPRG = FPKGNG * TNH + FPKGNO
P2 Pressure = Speed Ratio * SPEED + PRESET
Keterangan :
FPRG (Gas Ratio Valve Presure Reference) adalah nilai referensi dari
pressure keluaran SRV.
SPEED adalah nilai kecepatan dari turbin
78
FPKGNO (Fuel Gas Pressure Ratio Control Offset) memiliki nilai
konstanta : 20,10 psi
FPKGNG (Fuel Gas Pressure Ratio Control Gain) memiliki nilai konstanta
2,734 psi/%
Gambar 5.18 Grafik Gas Ratio Valve intervolume Pressure Reference
Tekanan P2 merupakan perkalian dari nilai SPEED RATIO dikalikan
dengan kecepatan putaran turbin ditambah preset. Sehingga didapat
hubungan bahwa tekanan gas P2 sesuai dengan seberapa besar bukaan dari
SRV.
Nilai Pressure keluaran dari GCV disebut dengan P3 dan sangat
dipengarihi nilai P2. Nilai inilah yang akan masuk ke ruang pembakaran.
Pengukuran Pressure dapat dianalogikan sebagai volume gas yang masuk
ke ruang pembakaran, karena akan sangat sulit mengukur volume gas
yang mengalir.maka dari itu digunakan pengukuran pressure gas dalam
menentukan seberapa banyak volume gas yang diinjeksikan ke ruang
pembakaran.
79
5.3 Sistem Kontrol SRV dan GCV Menggunakan SPEEDTRONICTM
Mark V
Pada PLTGU Blok 1 Indonesia Power UP Semarang. Sistem pembakaran
dengan bahan bakar gas dikendalikan dengan controller bawaan dari General
Elektrik, yaitu SPEEDTRONICTM
Mark V. Human Machine Interface (HMI)
ditampilkan dalam Sistem Operasi DOS. Tetapi ada beberapa Komputer yang
sudah terinstal dalam Sistem Operasi Windows. HMI SPEEDTRONICTM
Mark V
dapat diakses secara lokal, yaitu langsung didalam ruang control compartment
ataupun dapat dikontrol terpusat melalui Control Center Room (CCR).
Gambar 5.19 Tampilan HMI Kontrol Gas Turbine Generator
80
Diagram blok pengendalian Servovalve GCV dan SRV dapat dilihat dibawah
ini :
Gambar 5.20 Diagram Blok Pengendalian Servovalve dengan menggunakan Mark V
Setpoint diinput melalui SPEEDTORNICTM
Mark V menggunakan tiga buah
core yaitu <R>, <S>, dan <T> yang identik untuk menjalankan keseluruhan
algoritma kendali pada servohidrolik. Sebelumnya Transfer Function mengolah
nilai dari set point dari yang di input. Kemudian sinyal digital tersebut diolah
menjadi sinyal Digital melalui Digital to Analog Converter dan dikuatkan melalui
penguat operasional (op-amp). Nilai penguat ini akan menggerakan 3 koil
servovalve untuk mendorong actuator.[2]
Seperti yang telah digambarkan pada gambar diatas, tiga buah koil servo valve
yang berada pada bagian penggerak aktuator kontrol valve uap secara terpisah
dijalankan oleh masing-masing kontroler. Konfigurasi inilah yang disebut TMR
(Triple Modular Redundant). Yaitu proses back up apabila salah satu core
81
mengalami masalah, kedua core yang lain masih dapat menggantikan core yang
bermasalah. Sehingga proses masih dapat berjalan terus tanpa harus terhenti
dikarenakan kerusakan salah satu core.[8]
Gambar 5.21 Typical Servovalve Control Loop pada GCV
Sinyal Balik berupa posisi LVDT dikirim kembali setelah sebelumnya
dirubah menjadi sinyal Digital oleh Analog to Digital Converter. Sinyal digital ini
akan dikoreksi dan diolah kembali oleh SPEEDTRONICTM
Mark V.
5.3.1 Kontrol SRV dan GCV secara Automatis
Pengendalian GCV dan SRV secara otomatis sangat dipengaruhi oleh siklus
start-up GTG. Kontrol start-up beroperasi menggunakan sinyal perintah FSR
yang sudah diatur dengan level “ZERO”, “FIRE”, “WARM-UP”,
82
“ACCELERATE” dan “MAX”. Spesifikasi kontrol menyediakan setting
perhitungan bahan bakar yang tepat dibutuhkan di setiap levelnya. Level FSR
diset/ditentukan sebagai control yang tetap pada start-up control
SPEEDTRONICTM
Mark V. Sinyal control FSR start-up dioperasikan melalui
penghubung nilai minimum (minimum value gate) untuk memastikan fungsi
kontrol lain dapat membatasi FSR sesuai dengan yang dibutuhkan. Sinyal
perintah untuk bahan bakar digerakkan oleh software Mark V start-up control.
Gambar 5.22 Kurva Start-up GTG
Tahapan start–up sequence pada GTG sebagai berikut :
1. Off Cooldown
2. On Cooldown
3. Starting
4. Firing
5. Warming-Up
83
6. Accelerate
7. Full Speed No Load
Gambar 5.23 Diagram Alir sitem kerjaStart-up GTG
84
Pada penyalaan awal / cold-start GTG, sistem dalam posisi Off cooldown (0
rpm). Turbin dikopel dengan sebuah motor induksi yakni motor cranking. Motor
tersebut berfungsi untuk penggerak putaran awal pada poros turbin. Pada saat
operator menghendaki unit start , langkah pertama adalah memposisikan GTG
pada fase On cooldown terlebih dahulu.
Operator memberikan sinyal on cool down. Tegangan 150 KV akan
menyuplai motor cranking untuk berputar sesaat. Bersamaan dengan itu motor
torque pada torque converter juga beroperasi. Torque converter tersebut adalah
peralatan untuk meng-kopel motor cranking dengan poros turbin menggunakan
tenaga minyak hidrolik. Setelah motor cranking beroperasi sesaat, torque
converter akan membuang seluruh minyal hidrolik tersebut. Fase ini disebut
dengan fase Start-Up On Cooldown. Pada fase On cooldown, putaran akan dijaga
30 rpm oleh 88QA Auxiliary Lube Oil pump (AOP) sebelum lanjut ke tahapan
berikutnya. Pada fase ini yang perlu diperhatikan adalah temperatur pada lube oil.
Setelah temperatur lube oil cukup, operator akan memberikan sinyal start pada
HMI. Motor cranking dan torque converter akan kembali beroperasi. Fase ini
adalah fase Starting. Putaran akan naik hingga 700 rpm sebelum kopel torque
converter kembali terlepas. GTG memasuki fase Purging. Dalam fase ini udara
yang telah terkompresi oleh kompresor turbin akan mengalir melewati ruang
bakar, turbin, hingga ke ruang exhaust. Dengan mengalirnya udara bertekanan
supaya saluran sistem pembakaran kembali dalam keadaan yang bersih. Hal ini
bertujuan saat ruang pembakaran mulai dimasuki gas, gas tidak terakumulasi
dengan sisa bahan bakar yang masuk kedalam ruang pembakaran sebelumnya.
Karena saat gas terjadi akumulasi, dapat menyebabkan sesuatu yang tidak kita
inginkan.
Saat putaran turun sekitar 285 rpm, masuk dalam fase firing dan SRV dan
GCV akan terbuka dan gas masuk ke ruang pembakaran. Pemantik (spark plug)
akan menyalakan api sehingga terjadi pembakaran. Setelah terjadi pembakaran,
GCV dan SRV bekerja mengatur laju bahan bakar yang masuk ke Ruang
85
Pembakaran. Jika tidak ada nyala api sampai dengan waktu firing (timer L2F)
selesai, selama 60 detik (HSD) dan 10 detik (Gas), flow bahan bakar akan
dihentikan. Unit dapat trip dengan alarm “failure to ignite”. Namun apabila flame
detector mendateksi munculnya api, maka sequence berlanjut ke fase Warming-
up
Setelah 5 menit fase warming-up, fase berlanjut ke accelerate. Fase ini akan
membuat putaran turbin naik hingga putaran sikronnya yaitu 3000 rpm dan masuk
ke fase Full Speed No Load. Dalam fase ini unit siap di sinkron dengan jaringan
150KV. [5]
Gambar 5.24 Diagram Alir pengendalian SRV GCV secara automatis menggunakan
SPEEDTRONICTM
Mark V
86
Sistem Kontrol GCV dan SRV Automatis ditunjukan oleh diagram Alir
diatas. Kontrol GCV dan SRV secara automatis dikendalikan oleh sistem
SPEEDTRONICTM
Mark V, dimana saat kita masukan set point pada
pembebanan turbin (MW), otomatis SPEEDTRONICTM
Mark V
mengkalkulasikan jumlah Kebutuhan bahan bakar gas. Saat Putaran Turbin
berkurang, secara otomatis GCV akan memberikan suplai bahan bakar menuju
ruang pembakaran. Hal ini untuk menjaga agar putaran dari turbin sesuai dengan
regulasi Kelistrikan di Indonesia yaitu 50 Hz. Saat frekuensi putaran turun
kurang dari 50 Hz, maka GCV akan mensuplai bahan bakar secara otomatis dan
menjaga putaran turbin agar stabil di 50 Hz.
Saat operator memasukan set point pembebanan, maka Mark V akan
mengirimkan sinyal ke Servo untuk mendorong actuator melawan pegas didalam
SRV sehingga akan terbuka jalur masuk gas sesuai berapa jauh dorongan aktuator
tersebut. Karena Aktuator dikopel bersama dengan LVDT, maka LVDT akan
mengirimkan sinyal feedback ke SPEEDTRONICTM
Mark V. Kemudian Mark V
akan mengkoreksi error antara setpoint dari beban yang diinput dengan
pengukuran yang dilakukan oleh LVDT (process variable).
5.3.2 Individual Test Pada SRV GCV
Kontrol individual test atau kontrol secara manual harus dilakukan saat sistem
pembangkitan dalam posisi Shutdown atau mati (< 84 RPM). Dalam control
manual, operator mengatur pergerakan posisi servo secara manual. Saat posisi
tertutup, servo menunjukan angka 0 %, maka seharusnya LVDT juga menunjukan
0%
87
Gambar 5.25 Tampilan HMI pada OS DOS
88
Gambar 5.26 Tampilan HMI pada OS Windows
Keterangan gambar :
a. Auto calibrate
b. Verify Current
c. Verify Position
d. Enable Manual
e. Input Set Point
f. Push Button Idle/abort
g. LVDT Voltage
h. Actual Current Servo Potition (%)
i. Status Core (R,S,T)
Pertama kita buka menu Auto Calibration pada HMI Mark V, Kemudian kita pilih
enable manual. Saat status sudah berubah menjadi manual control, lalu kita klik
89
Manual Setpoint. Maka akan muncul form tempat kita mengisi berapa setpoint
yang akan diinput, lalu akan klik push button execute command. Maka HMI Mark
V Akan memerintahkan Servohidrolik mendorong actuator untuk bergerak sejauh
yang di inputkan. LVDT akan mengirimkan feedback ke Mark V. Feedback ini
akan ditampilkan di HMI Mark V pada panel Actuator Current Servo Potition.
Tentunya kita mengharapkan posisi sebenarnya dari Aktuator merupakan nilai
yang ditampilkan pada HMI Mark V. Tapi ada kalanya Posisi yang ditunjukkan
tidak sesuai dan melebihi batas toleransi yang ditetapkan. Hal ini akan sangat
berpengaruh saat bahan bakar masuk dengan tidak terkendali diakibatkan ketidak
tepatan instrument pengendalinya. Untuk itu SRV GCV selalu dicek hingga
dikalibrasi ulang dalam jangka waktu tertentu.
Adapun cara kalibrasi manual SRV GCV yakni dengan mengatur posisi awal dari
Aktuator pada Posisi 0% dan harus terbaca pada HMI Mark V dengan LVDT
Voltage 0,700 Vrms. Apabila nilai belum mencapai 0,700 Vrms, maka kita atur
core pada LVDT agar menghasilkan nilai 0,700 Vrms. tersebut kita anggap
sebagai posisi close dari SRV GCV, artinya tidak ada Gas yang akan melewati
SRV GCV. Selanjutnya berikan setpoint full open, HMI Mark V akan
menunjukan Posisi 100% dan LVDT voltage akan bernilai ±3,8 Vrms. [11]
5.3.3 Simulasi Leak Test GCV dan SRV
Setelah SRV dan GCV berhasil dikalibrasi melalui proses individual test,
proses Simulasi Leak Test dilakukan untuk memeriksa performa GCV SRV
secara langsung saat dialiri Bahan Bakar Gas.Digunakan Gas Nitrogen (N2)
sebagai ganti dari bahan bakar gas. Hal ini demi keamanan dan efisiensi
penggunaan Bahan bakar gas.
Hal yang pertama harus disiapkan adalah tabung berisi N2. Tabung ini
terpisah dari compartment GTG. Pressure gauge dipasang pada saluran N2
90
tersebut untuk mengukur seberapa besar pressure gas yang masuk ke SRV. Pada
Tabung N2 terdapat manual valve. Dengan membuka manual valve pada tabung,
gas N2 akan mengalir melewati tubing pressure P1 (sebelum SRV).
Pada pressure gauge akan terjadi perubahan nilai pressure saat valve dibuka.
Hasil pengukuran Pressure Gauge P1 dibandingkan dengan pressure gauge yang
terpasang pada P2. Apabila pressure P2 naik dikarenakan Gas N2 masuk melalui
SRV maka kondisi ini SRV mengalami leak trough. Dalam buku manual tertera
bahwa maksimal leak trough SRV harus dibawah 0,8 psi per 10 menit. Apabila
pressure P2 tidak naik, dapat diasumsikan SRV tertutup rapat.
Apabila pressure P2 sesuai dengan kondisi diatas. maka pengecekan dapat
dilanjutkan. Berikan setpoint pada SRV 1-5 % open melalui Mark V. Hal tersebut
akan membuat Servovalve bekerja membuka valve SRV dan gas melewati SRV.
Gas masuk akan terukur oleh pressure gauge di P2. Kita tunggu hingga Nilai dari
P1 dan P2 sama. Apabila pressure P3 naik, berarit GCV dalam posisi leak trough.
Sama seperrti SRV, GCV memiliki nilai leak through dibawah 0,8 psi per 10
menit.
Pemeriksaan lebih akurat dilakukan dengan cara menutup kembali SRV.
Apabila SRV dan GCV dapat menjaga pressure P2 maka SRV (forward-flow dan
reverse-flow) dan GCV (forward-flow) dikatakan baik/normal.Apabila pressure
P3 tidak naik, berarti pengecekan berhasil dengan hasil memuaskan.
Langkah terakhir adalah logic solenoid 20VG1 pada P2 untuk membuang
pressure gas N2 didalam GCV dan SRV. Gas pada P2 dibuang melalui Gas Fuel
Vent. Karena apabila gas tersebut tidak dikeluarkan, maka akan menyebabkan
mengndapnya Kristal-kristal polutan pada komponen GCV SRV. [6]