kontrol akhir
DESCRIPTION
kontrol akhirTRANSCRIPT
BAB I : KONTROL AKHIR
Tujuan Instruksional
Dalam bab ini, diberikan teknik-teknik umum yang dipergunakan untuk
mengimplementasikan fungsi elemen kontrol akhir. Setelah membaca bab ini, saudara
diharapkan mampu untuk :
1. Mendefinisikan tiga bagian dari operasi kontrol akhir
2. Memberikan dua contoh konversi sinyal listrik
3. Membuat diagram dan menguraikan prinsip kerja pneumatik nosel/flapper
4. Menguraikan prinsip kerja motor ac, motor dc, dan motor step
5. Menjelaskan fungsi dari penggerak posisi pneumatik dalam cara maju dan
cara kebalikannya
6. Membedakan katup-katup kontrol bukaan cepat, linier, dan persentase
sama dalam kaitannya dengan aliran versus posisi stem
7. Menjelaskan bagaimana teknik pengukuran katup kontrol memperoleh
ukuran yang tepat dari katup kontrol.
1.1. Pendahuluan
Pada suatu aplikasi proses kontrol tertentu, pengukuran dan evaluasi dari beberapa
variabel terkontrol dibawa oleh representasi analog berenergi rendah atau representasi digital
dari variabel. Sinyal kontrol yang membawa informasi umpan balik kembali ke proses untuk
melakukan aksi/tindakan korektif yang perlu juga dinyatakan oleh tingkat representasi yang
sama rendahnya. Secara umum, proses yang dikontrol itu sendiri dapat melibatkan kondisi
energi tinggi seperti aliran dari ribuan meter kubik cairan atau ratusan ribu newton gaya
hidrolik, seperti halnya yang terjadi di sebuah pabrik baja. Fungsi dari elemen kontrol akhir
adalah menterjemahkan sinyal-sinyal kontrol energi rendah ketingkat tindakan yang sesuai
dengan proses yang dikontrol. Hal ini dapat dipandang sebagai penguatan dari sinyal kontrol,
walaupun dalam banyak kasus, sinyal ini juga dikonversikan menjadi suatu bentuk yang sama
sekali lain.
Dalam bab ini, diberikan teknik-teknik umum yang dipergunakan untuk
mengimplementasikan fungsi elemen kontrol akhir bersama-sama dengan contoh-contoh
spesifik dibeberapa daerah proses kontrol. Sebuah transduser ideal dipergunakan untuk
1
mengukur sejumlah variabel dinamis di sebuah aplikasi proses kontrol, mempunyai efek yang
dapat abaikan terhadap kontrolnya itu sendiri. Biasanya, transduser ini berupa tranduksi fasip
berenergi rendah dari sejumlah variabel dinamis, yang bisa berupa sebuah parameter energi
tinggi Dengan demikian, seleksi tranduser pada dasarnya didasarkan pada spesifikasi
pengukuran tertentu dan proteksi-proteksi yang perlu (dari transduser) dari efek-efek tertentu
yang berasal dari lingkungan proses. Pada seleksi transduser, pada ahli teknologi. Proses
kontrol tidak perlu pengetahuan tentang mekanisme proses itu sendiri tetapi lebih memerlukan
efek-efeknya terhadap lingkungan.
Argumen-argumen ini tidak berlaku, jika kita memperhatikan elemen kontrol akhir. Elemen
kontrol akhir mempunyai efek pada proses, dan karenanya harus diseleksi setelah adanya
pertimbangan terinci dari mekanisme-mekanisme operasional proses. Oleh karena itu, seleksi
seperti ini bukan merupakan tanggung jawab para ahli teknologi proses kontrol saja.
Dalam kaitannya dengan hal ini, para ahli teknologi kontrol proses harus mampunyai latar
belakang yang cukup memadai tentang elemen kontrol akhir dan pengkondisian sinyalnya
guna mengetahui bagaimana peralatan ini melakukan interface dengan alat-alat kontrol proses
dan transduser-transdusernya. Para ahli teknologi juga harus mampu berkomunikasi dan
bekerja sama dengan baik dengan para engineer proses untuk masalah-masalah ini. Tujuan
bab ini dipilih guna memenuhi tanggung jawab ini.
1.2. Cara Kerja Kontrol Akhir
Cara kerja kontrol akhir melibatkan sejumlah langkah yang diperlukan untuk
mengkonversikan sinyal kontrol (yang dibangkitkan oleh alat kontrol proses) menjadi aksi
proporsional pada proses itu sendiri. Jadi, untuk menggunakan sinyal kontrol 4/20 mA untuk
memvariasikan suatu tingkat aliran yang besar, dari katakanlah 10,0 m3/menit sampai 50,0
m3/menit sudah tentu memerlukan beberapa operasi lanjutan. Operasi lanjutan tertentu
memvariasi berdasarkan disain kontrol proses akan tetapi generalisasi tertentu dapat dibuat
berdasarkan tahapan-tahapan dari sinyal kontrol sampai ke elemen kontrol akhir itu sendiri.
Untuk suatu aplikasi kontrol proses tertentu, konversi alat kontrol proses menjadi suatu fungsi
kontrol dapat dijelaskan secara bertahap seperti ditunjukkan pada gambar 1.1. Disini, sinyal
kontrol masukan boleh diambil dari berbagai bentuk, termasuk arus listrik, sinyal digital, atau
tekanan pneumatik.
2
Gambar 1.1: Elemen-elemen operasi kontrol akhir
1.2.1. Konversi Sinyal
Tahap ini mengacu pada modifikasi yang harus dibuat pada sinyal kontrol untuk
melakukan interfis dengan tahap kontrol berikutnya, yakni aktuator (penggerak). Jadi, jika
suatu elemen kontrol katup akan dioperasikan dengan aktuator motor listrik, maka sinyal
kontrol DC 4/2C mA harus dimodivikasi untuk mengoperasikan motor. Jika motor DC
digunakan mungkin dilakukan konversi dari arus ke tegangan dan amplifikasi.. Peralatan-
peralatan yang melakukan konversi sinyal seperti ini disebut transduser, karena mengkon-
versikan sinyal-sinyal kontrol dari bentuk yang satu kebentuk lainnya seperti dari arus
ketekanan, dari arus ketegangan, dan seterusnya.
1.2.2. Penggerak
Perhatikan gambar 1.1. Hasil konversinya memberikan sinyal yang telah diperkuat
dan/atau sinyal yang telah diubah yang dirancang untuk beroperasi (menggerakan) suatu
mekanisme guna mengubah variabel yang sedang di kontrol pada proses. Efek langsungnya
biasanya diimplementasikan oleh sesuatu di proses misalnya katup atau pemanas yang harus
dioperasikan oleh sejumlah perlengkapan. Aktuator adalah terjemahan dari sinyal kontrol
(terkonversi) menjadi tindakan pada elemen kontrol. Jadi, jika sebuah katup akan diope-
rasikan, maka aktuator adalah sebuah peralatan yang mengkonversikan sinyal kontrol menjadi
tindakan fisik berupa bukaan atau tutupan katup tersebut.
1.2.3. Elemen Kontrol
Akhirnya, kita memperoleh gambaran tentang elemen kontrol akhir. Peralatan ini
mempunyai pengaruh langsung pada variabel dinamis proses dan dirancang sebagai bagian
integral dari proses. Jadi, jika kita ingin mengontrol aliran, maka elemen kontrol yang berupa
sebuah katup, harus ada langsung di sistem aliran. Demikian juga, jika kita ingin mengontrol
3
Sinyal kontrol Actuator
Elemen kontrol akhir
Proses
Konversi sinyal
suhu, maka mekanisme atau elemen kontrol yang punya pengaruh langsung terhadap suhu
harus dilibatkan di proses. Ini bisa berupa kombinasi pemanasan/pendingin yang digerakan
secara listrik oleh relay atau katup pneumatik guna mengontrol fluks dari reaktan.
Pada gambar 1.2, diperlihatkan sebuah sistem kontrol yang dipaksa untuk mengontrol suhu
pembakaran kue yang ditentukan oleh warna kue tersebut. Sistem pengukuran optik
menghasilkan sinyal 4-20 mA yang merupakan reperentasi analog dari warna kue (dan
dengan demikian menunjukan pembakaran yang tepat).
Alat kontrol membandingkan pengukuran dengan set point dan mengeluarkan sinyal 4-20 mA
yang meregulasi kecepatan motor pengumpan sabuk ban berjalan guna mengatur waktu
pembakaran di oven
Gambar 1.2: Sistem proses kontrol yang memperlihatkan cara kerja kontrol akhir
4
Cara kerja kontrol akhir digambarkan oleh konversi sinyal yang
mentranformasikan sinyal 4-20 mA menjadi sinyal 50-100 V yang dibutuhkan
oleh kontrol kecepatan motor. Motor itu sendiri adalah penggerak, sedangkan
rakitan sabuk ban berjalan adalah elemen kontrol.
Karena aplikasi teknik proses kontrol di industri bervariasi seperti jenis industri
itu sendiri, dalam hal ini tidak praktis jika kita ingin membahas teknik kontrol
akhir secara keseluruhan. Dengan mempelajari sejumlah contoh saja, pembaca
diharapkan siap untuk menganalisis dan memahami teknik-teknik lainnya yang
ada di industri.
1.3. Konversi Sinyal
Tujuan utama dari konversi sinyal adalah mengkonversikan sinyal kontrol
energi rendah menjadi sinyal energi tinggi untuk mengendalikan penggerak.
Sinyal-sinyal keluran alat kontrol biasanya ada dalam salah satu dari ketiga bentuk
berikut ini :
1. Sinyal arus listrik, biasanya 4 sampai 20 mA.
2. Sinyal tekanan pnemetik, biasanya 3 sampai 15 psi (0,2 - 1 Bar)
3. Sinyal-sinyal digital, biasanya tegangan-tegangan level TTL dalam format
seri atau paralel.
Ada sejumlah skema yang berbeda untuk konversi sinyal-sinyal ini kebentuk-
bentuk lain tergantung pada bentuk akhir yang diinginkan dan pada teknologi
yang dipakai yang dipakai untuk menghasilkan konversi ini. Di sub bab berikut ini
diberikan sejumlah skema konversi yang lebih umum. Dalam hal ini diharapkan
bahwa saudara selalu tanggap terhadap kemajuan teknologi dan metoda-metoda
baru tentang pengkondisian sinyal dan korversi sinyal.
1.3.1. Sinyal Listrik Analog
Banyak metoda pengkondisian sinyal analog yang didiskusikan pada bab 2
dipakai pada konversi-konversi yang dibutuhkan untuk kontrol akhir. Paragraf
berikut ini merangkumkan beberapa pendapat yang lebih umum.
5
Relay
Konversi yang umum adalah untuk menggunakan sinyal alat kontrol guna
mengaktifkan sebuah relay apabila kontrol on-off atau kontrol dua posisi sudah
mencukupi. Dalam beberapa kasus, sinyal arus rendah tidak cukup kuat untuk
mengendalikan sebuah relay industri yang berat, dan sebuah amplifier harus
dipakai untuk memperbesar sinyal kontrol pada suatu tingkat yang memadai untuk
melakukan pekerjaan ini.
Amplifier
Amplifier DC atau AC berdaya tinggi seringkali dapat memberikan konversi dari
sinyal kontrol energi rendah menjadi energi tinggi. Amplifier seperti ini dapat
berfungsi sebagai kontrol motor, kontrol panas, kontrol tingkat cahaya, dan
kebutuhan-kebutuhan industri lainnya.
Contoh 1.1 : Sebuah amplifier maknetis membutuhkan sinyal masukan 5-10 V
dari sinyal kontrol 4-20 mA. Rancang sebuah sistem konversi
sinyal yang dapat memberikan hubungan dia atas.
Penyelesaian : Pertama-tama kita harus mengkonversikan arus ke tegangan dan
selanjutnya memberikan penguatan serta bias yang dikehendaki.
Kita dapat memperoleh tegangan dengan memakai sebuah resistor
di jalur arus, katakanlah resistansinya adalah 100 ohm. Maka, 4-
20 mA menjadi 0,4 - 2,0 V. Sekarang sistem amplifier harus
memberikan keluaran :
Vout = KVin + Vs
Dimana K adalah penguatan dan Vs adalah tegangan bias. Kita
tahu bahwa masukan 0,4 V harus memberikan keluaran 5 V dan
masukan 2 V harus memberikan keluran 10 V. Dengan memakai
persamaan-persamaan simultan berikut kita bisa mencari K dan
Vs :
5 = 0,4 K + Va
10 = 2 K + Va
Dari sini kita peroleh :
6
5 = 1,6 K
K = 3,125
Dengan demikian : Va = 3,75
Jadi :
Vout = 3,125 Vin + 3,75.
Rangkaian pada gambar 7.3 berikut memperlihatkan bagaimana
hal ini dapat diimplementasikan memakai konvigurasi Op Amp.
Gambar 1.3: Rangkaian Op Amp yang dipakai untuk memberikan kebutuhan- kebutuhan pengkondisian sinyal contoh 1.1
Kontrol Motor
Banyak rangkaian kontrol motor yang dirancang sebagai unit paket yang
menerima sinyal DC tingkat rendah untuk mengontrol kecepatan motor secara
langsung. Jika sistem seperti ini tidak tersedia, dapat dibuat rangkaian-rangkaian
dengan memakai amplifier dan SCR atau TRIAC guna melakukan kontrol ini.
Rincian dari sistem kontrol seperti ini di luar lingkup teks. Elemen-elemen dasar
dari motor listrik dan kontrol tersebut dibicarakan lebih lanjut pada bab ini.
7
1.3.2. Sinyal Listrik Digital
Konversi sinyal digital menjadi bentuk yang diinginkan oleh operasi kontrol akhir
biasanya biasanya dilakukan memakai sistem yang telah dibicarakan pada bab 3.
Disini kita singgung sekali lagi elemen-elemen dasar dari keluaran yang
melakukan interface antara komputer dan kontrol akhir.
Kontrol On/Off
Ada sejumlah kasus dalam kontrol proses dimana algoritma kontrol dicapai
dengan komando-komando sederhana bagi perlengkapan luar guna mengubah
kecepatan, menyalakan (atau mematikan), menggerakan ke atas, dan seterusnya.
Dalam kasus-kasus seperti ini komputer dapat membebani jalur keluaran dengan 1
atau nol (0). Dengan demikian kita dapat memakai sinyal sederhana ini untuk
menutup sebuah relay atau mengaktifkan beberapa rangakain luar.
DAC
Pada waktu keluaran digital harus memberikan kontrol yang halus sebagaimana
halnya pada pengaturan posisi katup, komputer harus memberikan keluaran pada
DAC yang selanjutnya menentukan keluaran anolog yang tepat. Pada waktu
sebuah komputer harus memberikan keluaran-keluaran bagi sejumlah elemen
kontrol akhir, sebuah sistem atau modul keluaran data seperti yang diuraikan pada
bab 3 dapat dipergunakan. Modul-modul terpadu ini mengandung channel
addresing, DAC, dan elemen-elemen lain yang dibutuhkan dari sebuah sistem
interface keluaran.
Contoh 1.2 : Sebuah kata digital 4 bit akan dipakai untuk mengontrol
penyetelan pemanas resistif 2 ohm. Keluaran panas bervariasi
sebagai masukan 0 - 24 V bagi pemanas. Dengan memakai DAC
10 V dan sebuah amplifier serta amplifier arus tinggi
berpenguatan 1, hitunglah :
(a). Penyetelan dari disipasi panas minimum sampai
maksimum.
(b). Bagaimana daya bervariasi dengan perubahan LSB.
8
Penyelesaian : (a). Sebuah kata digital 4 bit mempunyai 16 keadaan. Jadi, DAC
mengeluarkan tegangan dari 0 V untuk sebuah 00002 masukan
sampai 9,375 V untuk masukan 11112. Jika kita memakai
penguatan sebesar 2,56; maka masukan pemanas menjadi 0 - 24
V dalam tahapan 1,5 V.
Dissipasi panas dapat dicari dari :
P = (1-1)
Selanjutnya, untuk minimum P = 0 karena V = 0 dan untuk
maksimum :
Pout =
Pmaks = 288 W
(b). Variasi dalam pemanasan dengan tegangan tidaklah linier
karena daya bervariasi sebagai kuadrat tegangan kita dapat
mencari kenaikan daya untuk suatu perubahan tak hingga di
tegangan dengan menurunkan persamaan 1.1
Untuk langkah digital terhingga, diperoleh :
=
yang merupakan perubahan dalam pemanasan per langkah
perubahan di tegangan yang berkaitan dengan sebuah perubahan
bit.
Karena ΔV = 1,5 V, maka :
Δ P = W/LSB R
Ini berarti bahwa perubahan bit pertama menghasilkan
perubahan daya sebesar 1,125 W dan bit terakhir sebesar 34,875
W.
Aksi Langsung
9
Sebagaimana pemakaian teknik digital dan teknik komputer pada kontrol
proses menjadi lebih meluas, banyak metoda-metoda baru tentang kontrol akhir
yang dikembangkan sehingga dapat langsung digerakakan oleh komputer. Jadi,
sebuah motor step (tangga) dapat berinterface dengan amat mudah dengan sinyal-
sinyal digital yang dikeluarkan sebuah komputer. Pada pengembangan lain, dibuat
IC-IC khusus untuk mengenyampingkan elemen-elemen akhir dan membolehkan
sinyal digital untuk dihubungkan secara langsung.
1.3.3. Sinyal Pneumatik
Pneumatik mempunyai spektrum yang lebar bagi aplikasi-aplikasi tentang
tekanan fluida bagi kebutuhan industri. Yang paling umum adalah untuk
memberikan suatu gaya dengan tekanan fluida yang bekerja pada sebuah torak
atau diafragma. Selanjutnya, kita akan berbicara lebih lanjut tentang aplikasinya
di kontrol proses. Pada bab ini, kita tertarik pada pneumatik sebagai sarana
penjalaran informasi, yaitu sebagai pembawa sinyal, dan bagaimana sinyal
tersebut dapat dikonversikan menjadi bentuk-bentuk lain.
Prinsip
Pada suatu sistem pneumatik, informasi dibawa oleh sebuah tekanan gas di
dalam pipa. Jika kita mempunyai pipa dengan panjang tertentu dan menaikkan
tekanan gas disalah satu ujungnya, kenaikan tekanan ini akan menjalar
disepanjang pipa samapai tekanan naik mencapai suatu harga baru. Sinyal tekanan
bergerak sepanjang pipa dengan kecepatan dalam daerah kecepatan suara dalam
gas (udara), yaitu sekitar 330 m/s (1082 ft/s). Jadi, jika sebuah transduser
mengubahubah tekanan gas pada salah satu ujung pipa yang panjangnya 330 m
(sekitar 360 yard) untuk menanggapi beberapa variabel terkontrol, maka tekanan
yang sama itu akan muncul pada ujung pipa yang lain setelah penundaan sekitar
satu detik. Untuk instalasi-instalasi proses kontrol, waktu tunda ini tanpa
konsekuensi, walaupun sangat lambat dibandingkan dengan sinyal listrik. Tipe
penjalaran sinyal ini dipakai bertahun-tahun lamanya dalam kontrol proses
sebelum teknologi listrik/elektronik maju sampai pada suatu tingkat keandalan
10
dan keamanan yang dapat dipakai dengan penuh kepercayaan. Pneumatik masih
tetap dipakai pada sejumlah instalasi karena adanya bahaya yang berasal dari
perlengkapan listrik, atau sebagai sisa-sisa pemakaian sebelumnya, dimana
konversi menjadi metoda listrik akan menimbulkan masalah biaya. Secara umum,
sinyal pneumatik dibawa bersama-sama udara kering yang bertindak sebagai gas
di mana informasi sinyal telah disetel untuk daerah 3 sampai 15 psi. Pada sistem
metrik dipakai daerah 20 sampai 100 kpa. Ada 3 tipe konversi sinyal yang paling
utama yang akan dibicarakan di bawah ini.
Penguatan
Sebuah amplifier pnematik, juga disebut relay atau booster, menaikan
tekan dan/atau volume aliran udara dengan jumlah yang proposional linier
terhadap sinyal masukan. Jadi, jika booster mempunyai penguatan tekanan sebesar
10, keluarannya akan sebesar 30 - 150 psi untuk masukan sebesar 3 - 15 psi. Hal
ini dilakukan melalui sebuah regulator yang diaktifkan oleh sinyal kontrol.
Diagram skematik dari salah satu tipe booster tekanan ini diperlihatkan pada
gambar 1.4.
Perlu dicatat bahwa pada waktu tekanan sinyal berubah-ubah; gerakan diafragma
akan memindahkan plug di badan booster. Jika gerakannya kebawah, kebocoran
gas dikurangi, dan tekanan di jalur keluaran ditingkatkan. Peralatan yang
diperlihatkan disini adalah peralatan kerja balik karena tekanan sinyal tinggi akan
mengakibatkan tekanan keluaran menjadi berkurang. Masih banyak rancang
bangun lain yang dapat dipergunakan untuk keperluan penguatan.
11
Gambar 1.4 : Sebuah amplifier pneumatik atau booster mengkonversikan sinyal tekanan menjadi tekanan yang lebih tinggi atau menjadi tekanan
yang sama besarnya dengan volume udara yang lebih banyak.
Sistem Nosel/Flapper
Konversi sinyal yang sangat penting adalah dari tekanan menjadi gerakan
mekanis dan sebaliknya. Hal ini bisa diberikan oleh sistem Nosel/Flapper
(seringkali disebut juga sebagai sistem Nosel/baffle). Diagram parlatan ini
diperlihatkan pada gambar 1.5a. Sebuah suplai tekanan teregulasi biasanya diatas
20 psig memberikan sumber udara melalui hambatan (restriksi). Nosel ini terbuka
pada ujungnya dimana ada kesenjangan antara nosel dan flapper, dan udara keluar
di daerah ini. Jika flapper bergerak ke bawah dan menutup bukaan nosel sehingga
tidak ada udara yang bocor, tekanan sinyal akan naik mencapai tekanan suplai.
Pada waktu flapper bergerak menjauhi, tekanan sinyal akan turun karena adanya
kebocoran gas. Akhirnya, pada waktu flapper ini jauh, tekanan akan stabil pada
suatu harga yang ditentukan oleh kebocoran maksimum melalui nosel. Gambar
1.5b memperlihatkan hubungan antara tekanan sinyal dan jarak kesenjangan.
Perlu dicatat bahwa sensitivitas yang besar dari sistem ini ada di bagian tengah.
Nosel/flapper dirancang untuk beroperasi di daerah bagian tengah dimana
kemiringan garis adalah paling besar. Di bagian ini, tanggapanya akan sedemikian
12
rupa bahwa gerakan yang sangat kecil dari flapper akan mengubah tekanan
dengan suatu harga tertentu.
Gambar 1.5 : Prinsip dari sistem nosel/flapper
Konverter Arus ke Tekanan
Konverter arus ke tekanan (Konverter IP) adalah elemen yang sangat
penting dalam kontrol proses. Seringkali, pada waktu kita ingin memakai sinyal
arus listrik tingkat rendah untuk mengerjakan suatu pekerjaan, adalah lebih mudah
13
untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan sinyal pnematik.
Konventer IP memberikan linieritas untuk menterjemahkan arus 4 sampai 20 mA
menjadi sinyal 3 sampai dengan 15 psig. Ada banyak rancangan bagi konventer
ini, tetapi prinsip dasar hampir selalu melibatkan pemakaian sistem nosel/flapper.
Gambar 1.6 mengilustrasikan cara yang mudah dan sederhana dalam
membuat/mengkonstruksikan konventer seperti ini.
Gambar 1.6. Prinsip konverter arus ke tekanan (IP)
Perhatikan bahwa arus yang dilewatkan sebuah kumparan menghasilkan sebuah
gaya yang cenderung untuk menarik flapper ke bawah dan menutup kesenjangan.
Ini berarti bahwa arus yang tinggi menghasilkan tekanan yang besar sehingga
peralatan ini merupakan peralatan kerja langsung. Penyetelan pegas dan posisi
relatif terhadap pivot memungkinkan unit ini dikalibrasi sehingga 4 mA menunjuk
pada 3 psig dan 20 mA menunj.uk pada 15 psig.
1.4. Aktuator (Penggerak)
Jika sebuah katup dipakai untuk mengontrol aliran fluida sejumlah
mekanisme harus membuka atau menutup katup secara fisik. Jika sebuah pemanas
dipakai untuk memanaskan sebuah sistem, sejumlah peralatan harus mematikan
atau menyalakan pemanas atau mengubah-ubah eksitasinya. Ini merupakan
contoh-contoh akan kebutuhan sebuah penggerak di loop kontrol proses.
Perhatikan adanya perbedaan dari peralatan ini baik dari sinyal kontrol
masukannya maupun dari elemen kontrol itu sendiri (katup, pemanas dan
14
selanjutnya sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1.1). Aktuator ini bisa
mempunyai sejumlah bentuk yang berbeda-beda guna memenuhi kebutuhan-
kebutuhan khusus dari lop-lop kontrol proses. Kita akan memperhatikan sejumlah
tipe aktuator listrik dan pnematik.
1.4.1. Penggerak Listrik
Pada paragraf berikut ini diberikan uraian singkat dari beberapa tipe
aktuator listrik yang umum dipakai.
Tujuannya adalah memberikan gambaran esensial dari peralatan tersebut dan
bukannya studi yang mendalam tentang prinsip kerja dan karakteristiknya. Untuk
keperluan aplikasi yang spesifik, saudara diharapkan untuk berkonsultasi dengan
spesifikasi-spesifikasi produk secara terinci dan buku-buku yang berkaitan dengan
masing-masing tipe aktuator.
Yang umum digunakan :
Selenoid
Motor listrik
Motor DC
Motor Tangga
Motor AC
1.4.2. Aktuator (Pengerak) Pneumatik
Aktuator (penggerak) sering kali menerjemahkan suatu sinyal kontrol
menjadi gaya atau torsi yang besar yang dibutuhkan untuk memanipulasi beberapa
elemen kontrol.
Aktuator pneumatik ini paling berguna untuk transali seperti ini. Prinsip-
prinsipnya didasarkan pada konsep tekanan sebagai gaya per satuan luas. Jika kita
bayangkan bahwa ada suatu selisih tekanan netto yang diaplikasikan ke sebuah
diafragma dengan luas pernetto yang diaplikasikan ke sebuah diafragma dengan
luas permukaan A, maka gaya netto yang bekerja pada diafragma adalah :
F = (p1 - p2) A (1-2)
15
dimana : p1 - p2 = selisih tekanan (Pa)
A = luas diafragma (m2)
F = gaya (N)
Jika kita ingin melipatduakan gaya yang tersedia bagi suatu tekanan, maka kita
cukup melipatduakan luas diafragma. Gaya-gaya yang sangat besar dapat dibuat
dengan daerah tekanan sinyal standar dari 3 - 15 psi (20 - 100 kPa). Cukup banyak
tipe penggerak pneumatik yang tersedia, tetapi yang paling adalah yang
dihubungkan dengan katup kontrol.
Kita akan membicarakan hal ini untuk memberikan prinsip-prinsinya secara
umum. Gerakan sebuah aktuator pneumatik langsung diperlihatkan pada gambar
1.7. Gambar 1.7a memperlihatkan kondisi pada keadaan tekanan sinyal rendah di
mana pegas S mempertahankan diafragma dan poros kontrol yang dihubungkan
untuk pada posisi seperti pada gambar. Tekanan pada posisi yang berlawanan dari
diafragma dijaga pada tekanan atmosfir dengan cara membuka lubang H.
Peningkatan tekanan kontrol (tekanan ukur) mengaplikasikan gaya pada
diafragma yang memaksa diafragma dan poros yang terhubung untuk bergerak ke
bawah melawan gaya pegas.
Gambar 1.7 : Aktuator pneumatik langsung untuk mengkonversikan sinyal tekanan menjadi gerakan mekanis sebuah poros
Gambar 1.7 b memperlihatkan aktuator pada tekanan kontrol maksimum dan
perjalanan maksimum dari poros. Perlu dicatat bahwa tekanan dan gaya
mempunyai hubungan yang linier, seperti ditunjukan oleh persamaan 1-2,
sedangkan seperti sudah kita ketahui pada bab 5, kompresi sebuah pegas
16
mempunyai hubungan linier dengan gaya. Kita lihat bahwa posisi linier jika
dikaitkan dengan tekanan kontrol yang diaplikasikan :
Δ x = Δ p (1-3)
di mana : Δ x = perjalanan poros (m)
Δ p = tekanan ukur yang diaplikasikan (Pa)
A = luas diafragma (m2)
k = konstanta pegas (N/m).
Sebuah aktuator balik, seperti diperlihatkan pada gambar 1.7 menggerakan proses
dengan arah yang berlawanan dari aktuator langsung, akan tetap mempunyai
prinsip kerja yang sa.ma. Jadi, poros ditarik ke dalam oleh aplikasi dari tekanan
kontrol.
Gambar 1.8. : Aktuator pnematik balik yang dipakai untuk mengkonversikan sinyal tekanan menjadi gerakan poros mekanis
Contoh 1.3 : Andaikan ada gaya sebesar 400 N yang harus diaplikasikan untuk
membuka sebuah katup. Carilah luas diafragma jika untuk gaya
ini harus diberikan tekanan ukur kontrol sebesar 70 kPa (kurang
lebih 10 psi).
Penyelesaian : Di sini kita harus menghitung luas dari :
F = A (p1 - p2)
dimana tekanan aplikasi p1 - p2 karena tekanan ukur telah
ditentukan.
Jadi,
17
A = = = 5,75 x 10-3 m2.
atau kurang lebih mempunyai diameter sebesar 8,5 cm.
1.4.3. Aktuator Hidrolik
Untuk beberapa kasus yang membutuhkan gaya-gaya yang sangat besar, luas
diafragma pnematik yang dibutuhkan untuk sinyal-sinyal kontrol standar mungkin
akan menjadi terlalu besar dilihat dari pertimbangan-pertimbangan praktis. Dalam
kasus seperti ini, dipergunakan aktuator hidrolik. Prinsip kerjanya diperlihatkan
pads gambar 1.9.
Gambar 1.9 : Penggerak hidrolik mengkonversikan sebuah gaya kecil F1 menjadi gaya yang sudah diperkuat F2
Gagasan dasarnya sama dengan gagasan dari pnematik kecuali bahwa fluida yang
dipakai untuk memberikan tekanan adalah fluida non kompresibel. Tekanan ini
dapat dibuat menjadi sangat besar dengan cara menyetel luas torak Ai. Tekanan
hidroliknya adalah :
pH = (1-4)
di mana
pH = tekanan hidrolik (Pa).
F1 = gaya torak yang diterapkan (N).
A1 = luas torak penekan (m2)
Gaya yang dihasilkan pada piston (torak) kerja adalah :
Fw = pH A2 (1-5)
18
di mana : Fw = gaya torak kerja (N).
A2 = luas torak kerja (m2).
Jadi, gaya kerja dalam bentuk gaya terapan adalah.:
Fw = F1 (1-6)
Contoh 1.4 : Cari gaya kerja yang dihasilkan dari gaya sebesar 200 N yang
diaplikasikan pada torak penekan dengan jari-jari sebesar 1 cm,
jika :
(a). Jari-jari torak kerja sebesar 6 cm.
(b). tekanan hidrolik.
Penyelesaian : (a). Kita dapat mencari gaya kerja dari.:
Fw = F1 (1-6)
atau,
Fw = (R2/R1)2. F
= (6cm / lcm)2 . (200 N) = 7200 N
(b). Jadi, gaya 200 N memberikan gaya sebesar 7200 N. Tekanan
hidroliknya adalah :
pH = = = 6,4 x 105 Pa
= 92 psi.
1.5. Elemen Kontrol
Elemen kontrol aktual (yang merupakan bagian dari proses itu sendiri)
biasa berupa sejumlah peralatan yang berlainan. Tujuan teks ini bukanlah untuk
menyajikan peralatan-peralatan tersebut, akan tetapi memberikan survai umum
dari'peralatan-peralatan standar yang berguna dalam memberikan gambaran yang
lengkap tentang kontrol proses. Sejumlah contoh dari elemen kontrol itu sendiri
akan diuraikan berikut ini dalam bentuk masalah-masalah kontrol yang berbeda.
1.5.1. Mekanik
19
Elemen-lemen kontrol yang menyelenggarakan sejumlah tindakan mekanis dalam
sebuah proses disebut elemen-elemen kontrol mekanis. Contoh-contoh dari tipe-
tipe tersebut adalah :
Katup Curah Bahan Padat
Perhatikan gambar kontak suplai biji-bijian pada gambar 1.1. Di sini,
sistem kontrol menjaga aliran biji-bijian dari tempat penyimpanan guna
memberikan laju aliran yang konstan pada ban berjalan. Aliran ini tergantung
pada tinggi biji-bijian di tempat penyimpanan dan karena itu katup curah harus
membuka atau menutup untuk mengkonpensasi variasi ini. Dalam hal ini aktuator
mengoperasikan sebuah katup tipe baling-baling guna mengontrol laju aliran biji-
bijian. Aktuator juga bisa berupa sebuah motor untuk menyetel posisi poros,
sebuah silinder hidrolik, atau lainnya yang dicakup diatas.
Gambar 1.10: Sebuah contoh dari elemen kontrol mekanis dalam bentuk katup cerah
Ketebalan Kertas
Pada gambar 1.11 berikut ini disajikan gambaran esensial sebuah sistem yang
dipergunakan untuk mengontrol ketebalan kertas.-Di sini, kertas diletakan pada
sebuah suspensi serat yang basah dan dilewatkan di antara roller-roller. Ketebalan
kertas diregulasi, dengan cara mengubah-ubah separasi roller.
Elemen kontrol mekanik yang diperlihatkan di sini adalah roller yang dapat
20
dipindahkan (movable roller). Penggeraknya dapat elektronik, pneumatik atau
hidrolik, dan menyetel separasi (pemisahan) roller berdasarkan pada pengukuran
ketebalan.
Gambar 1.11 : Sebuah sistem kontrol ketebalan kertas yang bekerja secara kontinyu dengan mempergunakan elemen-elemen kontrol akhir mekanis.
1.5.2. Listrik
Ada sejumlah kasus di mana dalam beberapa situasi proses kontrol, kita
tertarik pada efek kelistrikan langsung. Contoh-contoh berikut mengilustrasikan
sejumlah kasus dari elemen-elemen kontrol listrik.
Kontrol Kecepatan Motor
Kecepatan motor-motor listrik yang besar tergantung pada sejumlah
faktor, termasuk tingkat tegangan suplai, beban, dan sebagainya. Sebuah lup
proses kontrol meregulasj kecepatan ini melalui perubahan langsung dari tegangan
kerja, atau arus, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1.12 untuk sebuah motor
dc.
21
Di sini, pengukuran-pengukuran tegangan dari kecepatan mesin yang berasal dari
sebuah tachometer yang dipergunakan di sebuah lup proses kontrol guna
menentukan daya yang diaplikasikan pada sikatsikat motor.
Gambar 1.12 : Kontrol akhir kelistrikan yang ditemukan pada kontrol dari kecepatan sebuah motor dc.
Dalam beberapa kasus, kontrol kecepatan motor merupakan suatu tindakan
menengah pada suatu aplikasi proses kontrol. Jadi, pada operasi sebuah kiln untuk
reaksi bahan kimia padat, laju rotasi (umpan) dapat diubah-ubah dengan kontrol
kecepatan motor yang berdasarkan, sebagai contoh, pada suhu reaksi,
sebagaimana diperlihatkan pada gambar1.13.
1.5.3. Katup Fluids
Industri-industri kimia dan perminyakan mempunyai cukup banyak
aplikasi yang membutuhkan kontrol terhadap proses-proses fluida. Banyak
industri lain yang juga tergantung pada bagian-bagian operasi yang melibatkan
fluida dan regulasi parameter-parameter fluida. Kata fluida di sini
merepresentasikan gas, cairan, atau uap. Banyak prinsip-prinsip kontrol yang bisa
diaplikasikan pada setiap keadaan Benda dengan hanya memerlukan sedikit
koreksi.
Banyak operasi-operasi fluida yang membutuhkan besaran-besaran seperti
22
densitas (massa jenis) dan komposisi, tetapi sejauh ini parameter kontrol yang
penting adalah laju aliran. Regulasi aliran akan keluar sebagai parameter regulasi
bagi laju reaksi, suhu, komposisi, atau sifat-sifat fluida lainnya. Berdasarkan
alasan ini, kita akan memperhatikan secara agak terinci tentang elemen proses
kontrol yang sering berhubungan dengan aliran, yaitu katup kontrol.
Gambar 1.13: Sebuah sistem kontrol listrik dengan sebuah elemen kontrol akhir listrik yang mengontrol laju rotasi sebuah kiln reaksi
Prinsip Katup Kontrol
Laju aliran di kontrol proses biasanya dinyatakan sebagai volume per
satuan waktu. Jika diinginkan laju aliran massa, maka dapat dihitung dari densitas
fluida. Jika ada suatu fluida yang dialirkan melalui sebuah pipa, maka laju aliran
volumenya adalah :
Q = Av (1-7)
di mana : Q = laju aliran (m3/s)
A = luas pipa (m2)
v = kecepatan aliran (m/s).
Contoh 1.5 : Alkohol dipompakan melewati sebuah pipa berdiameter 10 cm
pada kecepatan aliran 2 m/s. Carilah laju aliran volumenya.
23
Penyelesaian : Pipa berdiameter 10 cm akan mempunyai luas penampang
sebesar :
Jadi, laju aliran adalah:
Q = Av = (7,85 x 10-3 m2) (2 m/s)
= 0,0157 m3/s. (1-7)
Gambar 1.14 : Kontrol panas ke sebuah bejana reaksi biasa disediakan oleh sarana listrik
Sebuah katup kontrol meregulasi sebuah aliran di sebuah sistem pensuplaian
fluida. Secara umum, ada hubungan yang erat antara tekanan di sepanjang pipa
dan laju aliran, sehingga jika tekanannya berubah maka laju aliran juga akan
berubah. Sebuah katup kontrol mengubah laju aliran denan cara mengubah
tekanan disebuah sistem aliran akibat adanya konstriksi (penyempitan) di sistem
pensuplaian.
Pada gambar 1.15, kita lihat bahwa penempatan konstriksi di sebuah pipa
menimbulkan adanya selisih tekanan di pipa tersebut. Kita juga dapat melihat
bahwa laju aliran melewati konstriksi diberikan oleh :
Q = (1-8)
di mana : K = konstanta proposionalitas (m3 /s/Pal/2)
24
Δ p = p2 - p1 = selisih tekanan (Pa).
Gambar 1.15 : Laju aliran melewati sebuah restriksi (hambatan) di sebuah pipa
merupakan fungsi dari penurunan tekanan melewati restriksi
Contoh 1.6 : Selisih tekanan sebesar 1,1 psi terjadi di sebuah konstriksi pada
sebuah pipa berdiameter 5 cm.
Konstanta konstriksi adalah 0,009 m2/s per kPa1/2.
Carilah :
(a). Laju aliran dalam meter kubik per detik.
(b). Kecepatan aliran dalam meter per detik.
Penyelesaian : Pertama kita lihat bahwa selisih tekanan adalah :
Δ p = (1,1 psi) (6,895 kPa/psi) = 7,5845 kPa
(a). Laju aliran adalah :
Q = = (0,009) (7,5845)1/2 = 0,025 m3/s
(b). Kecepatan aliran adalah :
Q = Av
Konstanta K tergantung pada ukuran katup, struktur geometri dari sistem
pensuplaian, dan pada derajat tertentu tergantung juga pada material yang
mengalir melewati katup.
Tekanan aktual seluruh sistem pensuplaian (dan pembuangan) fluida di mana
katup dipakai (dan dengan demikian laju aliran) bukanlah hanya fungsi yang dapat
diprediksikan dari bukaan katup. Tetapi karena bukaan katup mengubah laju
aliran, maka hal ini memberikan mekanisme kontrol aliran.
25
Tipe-tipe Katup Kontrol
Bermacam-macam katup kontrol diklasifikasikan oleh suatu hubungan
antara posisi tangkai (stem) katup dan laju aliran yang melewati katup.
Karakteristik katup kontrol ini dibuat dengan anggapan bahwa posisi tangkai
menunjukkan derajat bukaan katup dan bahwa selisih tekanan ditentukan hanya
oleh katup. Faktor koreksi membolehkan seseorang untuk menghitung selisih
tekanan sistem keseluruhan. Gambar 1.16 memperlihatkan sebuah katup kontrol
memakai penggerak pneumatik yang dilekatkan untuk mengendalikan tangkai
yang akan membuka dan menutup katup.
Gambar 1.16 : Gambaran esensial dari sebuah katup kontrol. Ada sejumlah variasi dalam konstruksi badan katup
Ada tiga tipe dasar katup kontrol yang hubungan antara posisi tangkai (sebagai
persentase daerah pengukuran penuh) dan laju aliran (sebagai persentase
maksimum), diperlihatkan di gambar 1.17.
26
Gambar 1.7 . Berbagai tanggapan yang berbeda dari tiga buah tipe
utama katup kontrol terhadap posisi tangkai
Ketiga tipe dasar tersebut adalah :
1. Bukaan Cepat, Tipe katup ini dipakai pada apiikasi kontrol on penuh atau off
penuh. Karakteristik katup pada gambar 1.7 memperlihatkan bahwa ada
gerakan yang relatip kecil dari tangkai katup yang menghasilkan laju aliran
maksimum yang mungkin melewati katup. Katup seperti ini memungkinkan
memberikan 90 % dari laju aliran maksimum hanya dengan 30 % dari daerah
gerak tangkainya.
2. Linter, Tipe katup ini, sebagaimana diperlihatakan pada gambar 1.7
mempunyai laju aliran yang berubah secara linter terhadap; posisi tangkai. Ini
merepresentasikan situasi ideal dimana, katup tersebut menentukan besarnya
penurunan tekanan.
Hubungannya dinyatakan sebagai :
dimana : Q = laju aliran (m3/s)
Qmax = laju aliran maksimum (m3/s)
S = posisi tangkai (m)
Smax = posisi tangkai maksimum (m)
3. Persentase Sama
27
Ini merupakan tipe katup yang sangat panting yang dipergunakan pada
kontrol aliran. Karakteristiknya adalah bahwa perubahan persentase pada
posisi tangkai menghasilkan perubahan aliran yang ekivalen, yaitu
mempunyai persentase yang sama.
Umumnya, tipe katup ini tidak menutup seluruh aliran pada batas
perpindahan tangkainya. Jadi, Qmin merepresentasikan aliran minimum pada
waktu tangkai ada pada daerah batas, dari perjalanannya. Pada ekstrim
lainnya, katup membolehkan aliran Qmax sebagai aliran maksimumnya, yaitu
katup dalam keadaan membuka. Untuk tipe ini, kita tetapkan rangeability R
sebagai :
R = (1-10)
Kurva pada gambar 1.7 memperlihatkan kurva persentase lama yang
tergantung pada rangeability untuk bentuk eksaknya. Kurva menunjukan
bahwa kenaikan laju aliran untuk suatu perubahan pada bukaan katup
tergantung pada derajat di mana katup siap untuk membuka. Kurva ini
merupakan kurva yang eksponensial dan direpresentasikan oleh :
Q = Qmin Rs/smax (1-11)
dengan semua suku telah didefinisikan sebelumnya.
Contoh 1.7 : Sebuah katup persentase sama mempunyai aliran
maksimum sebesar 50 m3/s dan minimum sebesar 2 m3/s. Jika perjalanan
penuh adalah 3 cm, carilah aliran pada bukaan sebesar 1 cm.
Penyelesaian : Rangeability adalah :
R = = = 25
Aliran pada bukaan sebesar 1 cm adalah :
Q = Qmin Rs/smax = (2 m3/s) (25)1 cm/3 cm = 5,85 m3/s
1.6. Katup sebagai Elemen control Akhir
28
Pada kebanyakan kasus, peralatan koreksi akhir, suatu sistem loop
tertutup adalah sebuah katup atau suatu peralatan yang menyerupai katup, yang
menganekaragamkan aliran fluida ke proses.
Hal ini biasanya merupakan kasus pada proses-proses kontrol suhu, dimana
masukan panas ke proses diubah-ubah dengan cara menyetel suatu katup yang
mengontrol aliran udara pembakaran atau yang berupa cairan atau bahan bakar
yang berbentuk gas. Pada proses kontrol tekanan, tekanan tersebut biasanya
dikoreksi oleh perubahan bukaan katup baik pada sisi keluaran ataupun pada sisi
masukan dari proses. Sebagai contoh, untuk menaikan tekanan pada suatu kamar
proses, katup meregulasi aliran masukan yang .bisa dibuka lebih lama atau katup
meregulasi aliran keluaran yang bisa ditutup lebih lama. Secara umum, katup-
katup dan peralatan yang menyerupai katup seperti damper, loover, pintu geser,
dlsb merupakan peralatan koreksi akhir yang paling umum dipakai pada - proses-
proses industri.
1.6.1 Katup yang dikendalikan oleh posisi motor listrik
Seperti telah kita lihat, bagi proportional control harus ada suatu metoda untuk
mengatur posisi sebuah katup kontrol pada setiap posisi antara (intermediate
potition) metoda yang biasa dipakai untuk menghubungkan katup ke motor
induknya adalah kecepatan rendah yang revertibel.
Gambar 1-18 (a) melukiskan pengaturan pada suatu damper posisi variabel.
29
Gambar. 1-18 Damper kontrol posisi seimbang yang dikendalikan oleh
sebuah motor fasa terpisah.
(a) Pengaturan mekanis dari damper, sambungan damper
dan motor Perlu dicatat bahwa motornya adalah
reversibel, kontras terhadap motor pada gambar 2.-17
(b) Rangkaian Listrik.
Alat kontrol mengaplikasikan daya ke terminal A atau
B, tergantung pada apakah alat kontrol yang
diinginkan damper di atur posisinya agar lebih
membuka atau lebih menutup.Potensiometer
menyediakan informasi umpan balik ke arah kontrol
memberitahukan alat kontrol tersebut mengenai posisi
damper pada saat itu.
1.6.2 Katup Elektro Pneumatik
Untuk katup-katup yang masif, pengend.lian oleh suatu motor listrik
memang tidak prak tis. Inersia dan gesekan dari rakitan katup bisa menghalangi
penggunaan motor listrik sebagai peralatan pengatur posisi. Pada situasi-situasi
30
seperti ini katup digerakan oleh tekanan pneuma.tik atau hidrolik.
Gambar 1-19 merupakan suatu illustrasi skematik dari sebuah operator katup
elektro pneumatik.
Gambar. 1-19 Operator katup elektromagnetik.
Posisi stem katup sebanding dengan sinyal masukan listik
disebelah kanan gambar.
Posisi akhir dari katup ditentukan oleh besarnya arus listrik yang masuk. Berikut
ini diuraikan cara kerjanya.
Batang kesetimbangan adalah batang logam yang babas gesekan, ringan, kecil dan
panjangnya beberapa inci. Batang ini di pivotkan pada sebuah titik tumpu yang
terletak di dekat ujung kanan batang. Ketika suatu arus masukan diumpankan
masuk melalui terminal-terminal masukan, kumparan magnit membuat suatu
medan magnit yang berinteraksi dengan medan magnit permanen. Gaya yang
dihasilkan dari interaksi ini menarik batang keatas dan cenderung untuk
memutarnya searah jarum jam. Besar gaya yang cenderung untuk memu tarkan
batang searah jarum jam ini sebanding dengan besarnya arus yang mengalir
melalui kumparan magnit.
31
Jika batang berputar searah jarum jam, ujung kiri batang akan bergerak ke atas
dan menghalangi keluarnya udara dari nozzle. Makin dekat ujung kiri batang
(disebut baff1e) ke nozzle, makin sedikit udara yang keluar dari nozzle. Ketika
udara yang keluar ini dihentikan, tekanan udara pada tabung tekanan variabel naik
mencapai nozzle.
Hal ini terjadi karena gerakan udara melalui penghambat tetap dikurangi,
menghasilkan penurunan tekanan yang lebih kecil yang melewati penghambat dan
sebagai konsekwensinya mengakibatkan tekanan yang lebih tinggi melewati
penghambat ke arah bawah.
Tekanan yang lebih tinggi pada tabung tekanan variabel diaplikasikan ke kamar
diafragma yang terletak diatas diafragma katup. Hal ini mengluarkan suatu gaya
tarik yang arahnya ke bawah pada stem katup, dan oleh karenanya membuka
katup. Ketika stem katup bergerak ke bawah, pegas umpan balik Mengeluarkan
suatu gaya balik terhadap batang penyeimbang, dan oleh karena itu cenderung
untuk mengakibatkan batang ini berputar berlawanan jarum jam. Pada saat torsi
balik yang dikeluarkan oleh pegas umpan balik benar-benar tepat
menyeimbangkan torsi orisinil yang dikeluarkan oleh elektro magnit, batang akan
seimbang pada posisi tersebut. Oleh karenanya, posisi akhir dari stem katup dan
juga bukaan katup itu sendiri ditentukan oleh sinyal masukkan listrik (arus) ke
magnit listrik.
Jika peralatan ini dipergunakan terhadap suatu alat kontrol dari tipe yang
diperlihatkan pada gambar 1.19 sinyal masukan listriknya bisa diambil dari
penghapus dari potensiometer posisi katup di sebelah kiri. Tegangan antara
penghapus dan.bumi diaplikasikan kemagnit listrik pada gambar 1-19.
Magnit listrik harus dirancang untuk menarik arus yang diabaikan (negligible
current) Sari potensiometer agar tidak menggangu pembagian tegangan
disepanjang-panjang dari potensiometer. Motor yang diperlihatkan pada gambar
tidak dapat mengatur posisi katup kontrol secara langsung tetapi hanya bertugas
32
memutarkan poros potensiometer.Peralatan yang diperlihatkan pada gambar 1-19
akan mengatur posisi katup kontrol.
1.6.3. Katup elektro hidrolik
Untuk situasi-situasi kontrol dimana katup atau damper amatlah fasif, atau
jika amat sulit untuk memegang katup pada suatu posisi yang mantap karena
adanya gaya-gaya non regular yang besar yang dikeluarkan oleh fluida yang
bergerak, maka suatu pengatur posisi hidrolik merupakan penggerak yang terbaik.
Demikian juga, jika sebuah katup jarang sekali bergerak, katup ini bisa terhenti
pada suatu posisi tertentu. Hal ini bisa terjadi karena kotoran dan debu bisa
terbentuk pada sambungan-sambungan yang bergerak ataupun pada poros-poros,
sehingga membuatnya sulit untuk bergerak dengan bebas ketika katup diatur
kembali posisinya. Untuk itu suatu pengatur posisi hidrolik, dengan kemampuan
gaya yang mengagumkan, bisa diperlukan untuk menangani masalah ini.
Suatu pengatur posisi katup elektro hidrolik yang popular, yang sudah di
adaptasikan terhadap suatu alat kontrol potensional, diperlihatkan pada gambar
1.20.
33
Gambar. 1.20: Pengatur posisi katup elektro hidrolik, yang menggunakan sebuah pipa jet. Posisi katup sebanding dengan sinyal masukan listrik.
Sekali lagi, sinyal masukannya berupa arus yang melewati sebuah kumparan magnit listrik.
Ketika arus ini makin besar, dikeluarkan suatu gaya yang lebih besar ke sebelah kiri batang
penyeimbang vertikal. Hal ini cenderung membuat batang menjadi berputar berlawanan arah
jarum jam. Pada sisi lain dari titik pivot, pada dasar dari gambar 1.20 ada sebuah relai pipa
jet.pelumas hidrolik bertekanan tinggi ini dipaksa melalui pipa jet, dan keluar dari nozzle jet
dengan kecepatan tinggi. Jika pipa jet ini vertikal sempurna, arus pelumas terbagi sama ke kiri
dan ke kanan orifice. Oleh karena itu, tidak ada ketidak.setimbangan tekanan antara kedua sisi
relai pipa jet, dan torak hidrolik ada dalam kesetimbangan. gaya. Bagaimanapun juga, jika
kumparan elektromagnit menggerakan pipa jet agak sedikit berlawanan arah jarum jam,
orifice kanan akan lebih merasakan oil impinging dari pada orifice kiri. Hal ini akan
menaikkan tekanan hidrolik pada puncak silinder hidrolik dan menurunkan tekanan pada
dasar silinder. Oleh karenanya, silinder hidrolik akan bergerak ke bawah.
Ketika batang silinder bergerak ke bawah, batang umpan balik melakukan putaran searah
jarum jam, ditarik oleh pegas A. Hubungan sebelah kiri batang umpan balik menaikkan
tegangan pada pegas umpan balik B, cenderung untuk memutar batang penyeimbang searah
jarum jam.
Akhirnya, torak hidrolik akan bergerak cukup jauh sehingga torsi yang dikeluarkan oleh
elektromagnit .
34
RANGKUMAN :
Operasi elemen kontrol akhir mempunyai tiga fungsi yang terpisah. Tujuannya adalah
menerjemahkan sinyal kontrol tingkat rendah ke proses berskala besar. Rincian-rincian
spesifik berikut perlu dipertimbangkan:
1. Fungsi kontrol akhir dapat diimplementasikan oleh pengkondisian sinyal, sebuah
aktuator, dan sebuah elemen kontrol akhir.
2. Pengkondisian sinyal melibatkan perubahan sebuah sinyal kontrol menjadi bentuk
sinyal dan daya yang diperlukan untuk memberikan energi kepada aktuator. Operasi-
operasi pengkondisian sinyal yang ada adalah penguatan elektronik sederhana, konversi
digital ke analog, konversi listrik ke pneumatik, dan konversi pneumatik ke hidrolik.
3. Konverter arus ke takanan seringkali dipakai pada sistem kontrol proses. Peralatan ini
berdasarkan sistem nosel/flapper (nosel baffle) yang mengkonversikan perpindahan
linier menjadi perubahan tekanan.
4. Aktuator adalah tahap antara, antara sinyal kontrol yang dikonversikan dan elemen
kontrol akhir. Aktuator listrik yang umum adalah solenoid, motor step digital, dan
motor ac serta dc.
5. Aktuator pneumatik dan hidrolik sering dipakai pada kontrol proses karena
memungkinkan dihasilkannya gaya-gaya yang sangat besar dari sistem takanan yang
sederhana. Sebuah pengerak pneumatik mengkonversikan sinyal tekanan menjadi
perpanjangan poros sesuai dengan
Δ X =
dimana : gaya yang menyebabkan perpanjangan ini diberikan oleh :
F = A (p1 – p2)
Elemen kontrol akhir aktual bervariasi sebagaimana apliaksinya di industri.
Contoh-contoh yang bisa disebut adalah motor pengendali sabuk ban berjalan,
rakitan roller ketebalan kertas, dan sistem pemanas.
6. Tipe paling umum dari elemen kontrol akhir adalah katup kontrol. Peralatan ini
dirancang untuk dipakai pada aplikasi kontrol proses yang melibatkan kontrol laju aliran
cairan, gas, atau uap. Tipe katup kontrol yang banyak dipakai ada 3 buah; yaitu tipe
bukaan cepat, tipe linier, dan tipe presentase sama.
35
Latihan 1 :
1 Sebuah sinyal kontrol 4-20 mA dibebani dengan sebuah resistor 100 ohm dan harus
menghasilkan keluaran pengendali motor sebesar 20-40 V. Carilah sebuah persamaan
yang menghubungkan arus masukkan pada tegangan keluran yang diinginkan.
2. Implementasikan persamaan dari soal diatas jika tersedia sebuah amplifier daya yang
bisa mengeluarkan 0-100 V dengan penguatan sebesar 10.
3 Sebuah motor dikendalikan oleh sebuah sinyal digital yang mempunyai variasi
kecepatan sebesar 200 rpm per volt dengan rpm minimum pada 5V dan maksimum
pada 10 V. Carilah kata kecepatan minimum, kata kecepatan maksimum. dan
perubahan kecepatan per perubahan LSB. Pakailah DAC 5 bit, 15 V.
4. Sebuah motor step mempunyai 130 langkah perputaran, carilah laju masukan digital
yang menghasilkan 10,5 putaran perdetik.
5. Berapakah gaya yang dibangkitkan oleh tekanan sebesar 90 kPa yang bekerja pada
diafragma seluas 30 cm2.
6. Sebuah sistem hidrolik mempergunakan torak-torak berdiameter 2xcm dan 40 cm.
Berapakah gaya yang bekerja pada torak yang kecil yang bisa menaikkan massa
sebesar 500 kg ?
7. Berapakah tekanan pneumatik yang dibutuhkan pada torak kecil dari soal di atas guna
menghasilkan gaya yang diperlukan ?
8. Rancang sebuah sistem dengan mana sinyal kontrol sebesar 10-50 mA dikonversikan
menjadi gaya sebesar 200 - 1000 N. Pakailah sebuah aktuator pneumatik dan
spesifikasikan luas diafragma yang dibutuhkan jika daerah tekanannya adalah 3-15 psi.
Tersedia sebuah konverter IP yang mengkonversikan 0-5 V menjadi 3-15 psi.
9 Carilah ukuran katup yang tepat dalam satuan inci dan sentimeter yang diperlukan
untuk memompa cairan dengan laju aliran sebesar 600 galon/menit dengan selisih
tekanan maksimum sebesar 55 psi. Gravitasi spesifik cairan adalah 1,3.
10. Sebuah katup kontrol tipe persentase sama mempunyai rangeability sebesar 32. Jika
aliran maksimum adalah 100 m3/jam, tentukan besarnya aliran untuk bukaan 2/3 dan
4/5.
11 Tinggi air di sebuah tangki akan dikontrol pada 20 in, dan keluarannya nominal
sebesar 65 m3/jam melalui sebuah katup seperti diperlihatkan pada gambar 7.28.
Berdasarkan kondisikondisi nominal, tentukan ukuran katup yang dibutuhkan dalam
inci dan cm.
36
12. Jika Aktuator katup pada soal 7.12 di atas mempunyai rangeability sebesar 30,
perjalanan tangkai maksimum sebesar 5 cm, dan membuka setengahnya pada kondisi
nominal, carilah aliran minimum, aliran maksimum, dan bukaan tangkai untuk aliran
sebesar 100 m3/jam.
13. Sebuah motor step mempunyai karakteristik 7,50 per step. Carilah rpm yang dihasilkan
oleh laju pulsa sebesar 2000 pps pada masukan.
14. Sebuah katup bukaan cepat dengan karakteristik yang diberikan pada gambar 7.26,
bergerak dari keadaan tertutup sampai maksimum memakai putaran sebuah poros.
Poros tersebut dikendalikan melalui sebuah reducer 10 : 1 dari sebuah motor step
dengan 3,60 per step.
Jika laju pulsa masukan maksimum untuk motor step adalah 250 step perdetik, carilah
waktu tercepat bagi katup untuk bergerak dari keadaan tertutup sampai keadaan 95 %
membuka.
15. Sebuah pengumpan curah membutuhkan gaya sebesar 30 lb untuk bisa membuka.
Carilah luas aktuator pneumatik yang bisa memberikan gaya ini dari tekanan sebesar 9
psi.
37