kontribusi pemikiran kh. abdul wahab jombang...

83
KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh : ACHMAD ISTIKHORY YAHYA NIM : 108011000002 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Upload: truongkhue

Post on 02-Apr-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB

CHASBULLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS

JOMBANG JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

ACHMAD ISTIKHORY YAHYA

NIM : 108011000002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti
Page 3: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti
Page 4: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti
Page 5: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

i

ABSTRAK

Nama : Achmad Istikhory Yahya

NIM : 108011000002

Judul : Kontribusi Pemikiran KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Pengembangan

Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa

Timur.

Sumbangsih atau kontribusi dalam pengembangan pendidikan itu sangat penting.

Apalagi pendidikan untuk pondok pesantren. Saat ini pendidikan pesantren adalah warisan

yang sangat berharga untuk anak bangsa. Apa mereka dibelakali dengan ilmu maka hidup

mereka akan sejahtera. Semua orang juga berhak menerima pendidikan pesantren, oleh

karena itu pada saat ini banyak bermunculan berbagai pondok pesantren di Indonesia.

Kontribusi adalah sumbangsi yang dilakukan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah

dalam pengembangan pendidikan pondok pesantren dengan meneruskan ayahnya KH.

Chasbullah di Tambakberas Jombang Jawa Timur. Kontribusinya baik dibidang

kelembagaan, ide dan gagasan.

Dari penelitian yang dilakukan, penulis mencoba menganalisa mengenai kontribusi

KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam pengembangan pendidikan di Pondok Pesantren Bahrul

Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur.

Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah

mengalisa data. Proses analisa data dimulai menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, atau

dokumentasi lainnya. Kemudian, data tersebut dibaca, dipelajari secara cermat. Dan

dideskripsikan memberikan gambaran, penafsiran dan uraian.

Hasil penelitian yang penulis lakukan adalah kontribusi yang dilakukan oleh KH.

Abdul Wahab Chasbullah diantaranya: 1. Dibidang Kelembagaan, dibidang kelembagaan ini

KH. Abdul Wahab Chasbullah dengan memperbaharui system yang dulunya system salafi

yang komponen pendidikannya hanya antara pengajar dan pendidik (Kyai dan Santri)

menjadi system modern atau system madrasah yang beliau adopsi dari system pendidikan

luar/ barat dan system pendidikannya selalu mengikuti perkembngan zaman. 2. Ide dan

Gagasan KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah ide-ide yang lahir hanya sekedar teori,

melainkan diwujudkan dengan praktek. Sebagai bukti nyata kebenaran ide tersebut adalah

kebesaran pesantren Bahrul „Ulum serta kebesaran Jam‟iyyah Nahdlatul Ulama.

Dari hasil kontribusi KH. Abdul Wahab Chasbullah tidak ada lagi rasa khawatir untuk

masyarakat untuk bisa meraih mimpi menjadi Kyai atau Ulama Besar yang bisa mendirikan

Pondok Pesantren.

Page 6: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Penyayang dan Maha Kuasa karena dengan izin dan kekuatan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Kontribusi Pemikiran KH. Abdul Wahab Chasbullah

dalam Pengembangan Pendidikan pondok pesantren Bahrul Ulum”, yang merupakan

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu kepada Nabi Muhammad SAW

sehingga selama pemyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi penulis, baik

menyangkut waktu, pengumpulan data, maupun biaya yang tidak sedikit dan sebagainya.

Namun dengan niat, tekad dan kesungguhan hati serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan meskipun disadari masih banyak kekurangan.

Oleh sebab itu dengan rasa syukur serta hormat penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam hal menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu

dengan kerendahan hati, ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta Pembantu Dekan, Bagian

Akademik, Administrasi dan Keuangan.

2. Bahrissalim, MA selaku Ketua Jurusan. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku Sekretaris

Jurusan dan Faza Amri, S.Th.I selaku Staf Jurusan.

3. Abdul Ghofur, MA selaku Penasehat Akademik

4. Drs. Abdul Haris, M.Ag sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya

guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Hj. Hizbiyah Rochim, MA dan Ir. H. Edi Labib Patriaddin yang telah mengizinkan

penulis melakukan penelitian dan telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua Orangtuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Yahya dan Ibunda Suherni, yang

selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, doa, dan dukungan moril, spiritual

maupun material yang tiada henti. Terima kasih semua atas jasamu, semoga apa yang

Ayahanda dan Ibunda berikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Amin.

7. Untuk Adik-adikku tersayang (Achmad Siyamul Hakiki & Qayatullah Farhan) yang

telah mendoakan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga kalian

bisa melebihi pencapaian Aa. Amin.

Page 7: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

iii

8. Kawan-kawan seperperjuangan untuk kelas PAI A 08, terima kasih untuk kalian yang

menemani hari-hari penulis selama kuliah.

9. Kawan-kawan Langkar Hijau Hitam HMI Cabang Ciputat dan Inada Ciputat.

10. Teruntuk My Honey Sarah Zein yang menginspirasi dan juga memotivasi penulis, terima

kasih sudah membantu dan menemani penulis dari kejauhan sampai skripsi ini selesai dan

selalu ada untuk penulis baik suka maupun duka.

11. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas

segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah dilakukan.

Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan

mendapatkan keridhaan dan kecintaan-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 21 Desember 2012

Penulis

Achmad Istikhory Yahya

Page 8: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ........... ............................................................................ ii

DAFTAR ISI …………………………………………………...……………… iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………. 6

C. Pembatasan Masalah ………………………………………… 6

D. Rumusan Masalah …………………………………………… 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pondok Pesantren

1. Pengertian Pesantren ………………………………..…….. 8

2. Sejarah Perkembangan Pesantren ……………….....…...…. 9

3. Unsure-unsur Pondok Pesantren ………………….….….. 14

a. Kiai …………………………………….….….………. 14

b. Santri ………………………………………..…….….. 14

c. Masjid ………………………………………..…..…… 15

d. Pondok …………………………………...…..…....….. 15

e. Kitab Kuning ……………………………...…..………. 15

f. Sistem Pendidikan Pesantren ………………...…....….. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ……...…………………………….. 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….…… 27

C. Metode Penelitian ……………………………………….…….. 27

D. Analisis …………..…………………………………….……… 29

E. Teknik Penulisan …………………………………….…...…… 29

Page 9: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

v

BAB IV PERAN KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN

BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG JAWA TIMUR

A. Deskripsi Pondok Pesantren …………………………..…….. 30

1. Lokasi …………………………………………………………. 31

2. Sejarah singkat pendok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jawa Timur

a. Periode Rintisan Pertama …………………….……..… 31

b. Periode Rintisan Kedua …………………….…..…….. 32

c. Periode Pengembangan Pertama …………….……..…. 32

3. Visi dan Misi …………………………………….………….... 33

4. Sejarah dan Lambang Pesantren…………….…………….….. 35

5. Struktur Organisasi ……………………….………….….....… 38

6. Sistem Pendidikan …………………….………………….….. 38

7. Daftar Unit Asrama ………………………….………….….... 40

8. Daftar Unit Pendidikan Formal ……………….…….…....….. 41

9. Pengasuh dan Tenaga Pengajar …………………..……..…… 42

10. Alumni ………………………………………….……...…….. 42

11. Susunan Pengurus Yayasan Pesatren …………….……..…… 43

B. Biografi KH. Abdul Wahab Chasbullah

1. Latar Belakang Keluarga ……………………………………. 47

2. Masa Pendidikan dan Pengalaman ……………….………….. 49

3. Latar Belakang Sosial Politik …………………..……………. 52

4. Karya-karyanya ………………………………….….………... 58

5. Guru-gurunya …………………………………..…………….. 58

C. Kontribusi Pengembangan KH. Abdul Wahab Chasbullah

1. Periode Pengembangan Pertama ………………....…....….... 58

2. Periode Pengembangan Kedua …………..........….………… 59

3. Periode Pengembangan Tahun 2012 ………………...…..….. 63

4. Bidang Kelembagaan ………………………………..……… 64

5. Ide dan Gagasan ……………………………………………. 69

Page 10: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………… 71

B. Saran ………………...……………………………………… 72

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Indonesia merdeka pendidikan Islam sebagai lembaga telah

dimasukkan ke dalam sistem pendidikan nasional. Dalam setiap perundang-

undangan yang muncul, pendidikan Islam selalu saja dimasukkan di dalam

undang-undang tersebut, setidaknya dalam peraturan pemerintah yang

berkenaan dengan pendidikan, seperti halnya Undang-undang Nomor 4 tahun

1950 dan undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, begitu juga pada Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1989 terakhir Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003.

Di dalam mengaplikasikan pendidikan Islam tersebut, pemerintah

memberi wewenang kepada Kementerian Agama untuk mengelola, mengatur

agar lebih dapat dilaksanakan peranannya sebagai lembaga pendidikan yang

mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkenaan dengan itu dilakukan berbagai

hal untuk merevitalisasi pendidikan Islam, baik sebagai mata pelajaran

maupun sebagai lembaga.1

Revitalisasi juga terjadi pada berbagai pondok pesantren. Dengan kata

lain pondok pesantren juga mengalami pergeseran yang sangat signifikan

terutama dalam pendidikan Islam.

1 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan

bangsa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet. I. hal. 1

Page 12: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

2

Pondok pesatren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang

merupakan produk budaya Indonesia. Pesatren di Indonesia mengadopsi

sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang

sebelum datangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama ada di

negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap

perjalanan sejarah bangsa. Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh

nasional yang berpengaruh di negeri ini, tetapi juga diakui telah berhasil

membentuk watak bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Asal asul pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh

walisongo abad XV-XVI di Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan

yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya

di Jawa selama berabad-abad.2Dengan mendasarkan pada latar belakang

kesejarahan itu, seperangkat teori pendidikan harus diajukan dalam

pengembangan pondok pesantren. Kepemimpinan kyai-ulama di pondok

adalah sangat unik, karena mereka memakai sistem kepemimpinan pra

modern. Relasi sosial antara kya-ulama-santri dibangun atas landasan

kepercayaan, bukan karena patron klien sebagaimana dilakukan masyarakat

pada umumnya. Ketaatan santri kepada kiai-ulama lebih diutamakan karena

mengharapkan barakah.

Hubungan yang kurang harmonis antara pemerintahan colonial disatu

sisi dengan pesantren disisi lain berlanjut hingga memasuki era kemerdekaan

Republik ini. Hal ini tercermin dalam berbagai dokumen sejarah, misalnya

hasil rapat BPKNIP tanggal 12 Desember 1945 yang diantaranya menyebutkan

bahwa madrasah dan pesantren hendaklah mendapatkan perhatian dan

bantuan. Artinya, pesantren tidak diperlukan sebagai bagian internal dari

sistem pendidikan nasional ketika itu seperti halnya sekolah. Keadaan

semacam ini disatu sisi dapat mempertegas kemandirian pesantren, tetapi disisi

lain membuat pesantren semakin tertinggalkan. Akibatnya, ada semacam

2 Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain Ke Nusantara jejak Intelektual Arsitek

Pesantren, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. 1, hal. 56

Page 13: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

3

kendala ketika pemerintah Orde Baru bermaksud menggelindingkan roda

medernisasi, termasuk dalam wilayah pesantren.

Belakangan ini, seiring dengan gencarnya program-program

pemberdataan pesantren, baik yang diprakarsai Pemerintah maupun LSM

(Lembaga Swadaya Masyarakat), lambat laun asumsi itu semakin kabur. Kini,

label “tradisional” yang diidentikan dengan dunia pesantren tampaknya mulai

diabaikan. Hingga saat ini, dunia pesantren terus mengalami perubahan atas

sistem pendidikan yang sering dilabelkan tradisional itu.

Dalam pengamatan Zamakhsyari Dhofier, banyak pendidikan formal

model madrasah-madrasah tentunya termasuk yang berada dalam lingkungan

pesntren berubah status menjadi sekolah umum berciri khas Islam, mulai dari

Madrasah Ibtidaiyyah (MI) yang ditransformasikan menjadi Sekolah Dasar

(SD) yang berciri khas Islam, Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang

ditransformasikan menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berciri

khas Islam, sampai Madrasah Aliyah (MA) yang ditransformasikan juga

menjadi Sekolah Menengah Ats (SMA) yang berciri khas Islam pula. Meski

tidak semua pesantren mengalami perubahan dengan seperti itu, tetapi seiring

perkembangan dunia pendidikan umumnya dan kebutuhan tenaga kerja

terampil, tampaknya gejala transformasi dunia pesantren tidak bisa dielakan.

Selain perubahan status kelembagaan, metode pembelajaran, dan sistem

pengelolaan, perubahan-perubahan yang menandai transformasi pesantren juga

terjadi pada pergeseran spectrum keilmuan yang dikembangkan di pesantren

itu sendiri.3

Perubahan juga terjadi pada pesantren-pesantren NU sebuah organisasi

besar yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. (31 Januari 1926) di

Surabaya. Pendiri NU adalah alim ulama dari tiap-tiap daerah di Jawa Timur.

Secara Etimologi Nahdhatul Ulama terdiri dari dua bahasa Arab, Nahdlatul

artinya bangkit dan Ulama adalah komunitas cendikiawan yang mampu

menerima, melestarikan dan meneruskan tradisi dan budaya generasi

3 Amin Haedar, Transformasi Pesantren, (Jakarta: LekDis dan Media Nusantara

2006), hal. 3-5

Page 14: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

4

bermanfaat. NU adalah organisasi berhaluan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah

dengan berpegang teguh pada salah satu dari 4 madzhab yaitu: Syafi’I, Maliki,

Hambali, dan Hanafi.4

Sebenarnya keinginan mendirikan organisasi ini telah lama muncul

sejak 1924. Waktu itu KH. Abdul Wahab Hasbullah telah menyampaikan

kepada KH. Hasyim Asy’ari masih belum berkenan. KH. Abdul Wahab

Hasbullah menyadari arti pentingnya organisasi untuk memperkokoh kesatuan

diantaranya para ulama. KH. Hasyim Asy’ari baru merestui berdirinya

organisasi para ulama setelah adanya desakan-desakan perlunya mendirikan

organisasi oleh situasi ketika itu dan setelah memperoleh restu dari KH. Khalil

Madura.

NU berasasakan Islam dan bertujuan diantaranya: menegakkan Syari’at

Islam dengan berhaluan salah satu pada empat madzhab yaitu: Syafi’I, Hanafi,

Maliki, dan Hambali, serta melaksanakan berlakunya hukum-hukum Islam

dalam masyarakat.

Diawal masa berdirinya, NU menitik beratkan perjuangan dibidang

pendidikan, sosial, dan perkembangan. Sedangkan dibidang pendidikan

Nahdlatul Ulama berupaya memperbanyak lembaga-lembaga pendidikan

berbasiskan Islam. Sistem Madrasah atau Sekolah diperkenalkan dengan tetap

melestarikan sistem pendidikan ala pesantren.

Dibidang pendidikan dan pengajaran formal, Nahdlatul Ulama

membentuk satu bagian khusus mengelola kegiatan bidang ini dengan nama

Al-Ma’rifah yang bertugas untuk membuat dan perundangan dan program

pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah yang berada di

bawah naungan NU. Dalam salah satu keputusan dari suatu konferensi besar

Al-Ma’rifah NU seluruh Indonesia yang berlangsung pada tanggal 23-26

Februari 1954, ditetapkan susunan sekolah atau madrasah Nahdlatul Ulama

sebagai berikut: Raudhatul Athfal, SR (Sekolah Rakyar) atau SD, SMP NU,

4 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV

Pustaka Setia 1999). Hal. 94

Page 15: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

5

MMP NU (Madrasah Menengah Pertama), MMA NU (Madrasah Menengah

Atas), Mualimin atau NU.5

Dengan demikian, tampak organisasi NU bermaksud mempertahankan

praktek keagamaan yang sudah mentradisi di Nusantara untuk mengimbangi

gencarnya ekspansi pembaharuan Islam. Para ulama yang tergabung dalam

organisasi ini khawatir bila pembaharuan atau modernisasi Islam akan

melenyapkan paham keagamaan yang selama ini mereka jalani.

Pembaharuan pendidikan yang diterapkan di pesantren Tebuireng

merupakan awal yang bagus bagi kemajuan, khususnya di pulau Jawa dan

Madura, pada perkembangan berikutnya, mdernisasi tersebut merupakan

contoh bagi pesatren di Jawa untuk lebih terbuka lagi terhadap sistem

pendidikan modern.

Berbarengan dengan itu Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU)

didirikan oleh KH. Abdus Salam seorang keturunan Raja Majapahit, pada

tahun 1838 M di desa Tambakberas, 5 km arah utara kota Jombang Jawa

Timur. Cerita yang mengisahkan kenapa KH. Abdus Salam seorang keturunan

ningrat, bisa sampai ke desa kecil yang kala itu masih berupa hutan belantara

penuh dengan binatang buas dan dikenal sebagai daerah angker. KH. Abdus

Salam meninggalkan kampung halamannya menuju Tambakberas untuk

bersembunyi menghindari kerajaan tentara Belanda. Bersama pengikutnya

kemudian beliau membangun perkampungan santri dengan mendirikan sebuah

langgar (Musholla) dan tempat pondokkan sementara untuk 25 orang

pengikutnya. Karena itu, pondok pesantren itu juga dikenal dengan pondok

selawe (dua Puluh Lima). Perkembangan pondok pesantren ini menonjol saat

kepemimpinan pesantren dipegang oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, dan

pada tahun 1967 beliau memberikan nama dengan Bahrul Ulum yaitu lautan

ilmu.6 Beliau adalah cicit KH. Abdus Salam. Setelah kembali dari belajar di

Mekkah, ia segera melakukan revitalisasi pondok pesatren. Ia yang pertama

kali mendirikan madrasah Mubdil Fan. Ia juga membentuk kelompok diskusi

5 Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 10, hal. 181-182

6 Jejak Pesantren, tvOne Hari Minggu, 25 Agustus 2012 Jam: 16.00

Page 16: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

6

Taswirul Afkar dan mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Deklarasi

itu ia lakukan bersama dengan KH. Hasyim Asy’ari dan ulama lainnya pada

tahun 1926.

Nama Bahrul Ulum itu tidak muncul saat KH. Abdus Salam megasuh

pesantren tersebut. Nama itu justru berasal dari KH. Abdul Wahab Hasbullah.

Beliau memberikan nama resmi pesantren pada tahun 1967. Beberapa tahun

kemudian pendiri NU itu pulang ke Rahmatullah.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan kontribusi pemikiran pendidikan yang diterapkan oleh pondok

pesantren Bahrul Ulum ke dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi

dengan judul “KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB

HASBULLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

PESANTREN BAHRUL TAMBAKBERAS JOMBANG JAWA TIMUR”

B. Identifikasi Masalah

1. Alasan yang melatarbelakangi KH. Abdul Wahab Hasbullah untuk

membentuk pendidikan pesantren Bahrul Ulum Jombang

2. Konsep pemikiran pendidikan pesantren Bahrul Ulum KH. Abdul Wahab

Hasbullah

3. Tantangan dan hambatan apa saja yang dihadapi KH. Abdul Wahab

Hasbullah untuk membentuk pendidikan pesantren Bahrul Ulum Jombang

4. Respon masyarakat terhadap gagasan KH. Abdul Wahab Hasbullah

tentang pendidikan pesantren Bahrul Ulum Jombang

5. Landasan filosofis pemikiran KH. Abdul Wahab Hasbullah dan

membentuk pendidikan pesantren Bahrul Ulum Jombang

C. Pembatasan Masalah

Ranah pemikiran pendidikan KH. Abdul Wahab Hasbullah yang

sangat luas. Maka penulis membatasi penelitian mengenai:

1. Bagaimana landasan filosofis KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam

membentuk pendidikan pesantren Bahrul Ulum Jombang

Page 17: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

7

2. Pemikiran KH. Abdul Wahab Chasbullah tentang kelembagaan pondok

pesantren Bahrul Ulum

3. Bagaimana Ide-ide KH Abdul Wahab Chasbullah

D. Rumusan Masalah

1. Pemikiran KH. Abdul Wahab Hasbullah tentang kelembagaan pendidikan

pesantren Bahrul Ulum Jombang

2. Ide-ide KH Abdul Wahab Chasbullah

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Memberikan informasi mangenai pengembangan pendidikan pesantren

Bahrul Ulum Jombang yang ditawarkan oleh KH. Abdul Wahab

Hasbullah

b. Memberikan sebuah wacana dalam pengembangan pendidikan

pesantren Bahrul Ulum Jombang

c. Memberikan wacana tentang pentingnya pengembangan pendidikan

pesantren Bahrul Ulum Jombang

2. Kegunaan Penelitian

a. Menambah wacana kajian sejarah pengembangan pendidikan

pesantren Bahrul Ulum Jombang

b. Meningkatkan kualitas pengembangan pendidikan pesantren Bahrul

Ulum Jombang

c. Memberikan kontribusi pemikiran pengembangan pendidikan

pesantren Bahrul Ulum Jombang

Page 18: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu; “pondok” dan

“pesantren”. Kata pondok berasal dari bahasa Arab “fundug” yang berate

hotel atau asrama. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian

asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang

dibuat dari bambu (karena pondok memang merupakan tempat

penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat

tinggalnya).1 Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata pondok mempunyai

dua arti, yaitu bangunan untuk tempat sementara seperti yang didirikan di

ladang, hutan dan lain sebagainya dan diartikan juga dengan tempat

mengaji dan belajar ilmu agama Islam.2

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dengan bentuk khas

sebagai tempat dimana proses pengembangan keilmuan, moral dan

ketrampilan para santri menjadi tujuan utamanya. Istilah pesantren berasal

dari kata santri dengan awalan “Pe” dan akhiran “An” yang berarti tempat

tinggal santri. Kata santri sendiri John berasal dari Bahasa Tamil yang

berarti guru mengaji. Sedangkan Berg berasal dari kata Shantri yang dalam

1 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), Cet,1, hal. 18

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 695

Page 19: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

9

Bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau

sarjana ahli kitab Hindu. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren

memilki lima elemen penting yaitu pondok tempat penginapan santri,

masjid, pengajaran kitab-kitab kalsik, dan Kiai.

Sedangkan dalam pandangan KH Abdurrahman Wahid, terdapat

tiga elemen dasar yang membentuk pondok pesantren sebagai subkultur

(1). Pola kepemimpinan pondok pesantren yang madiri tidak terkooptasi

oleh Negara, (2). Kitab-kitab rujukan umum yang selalu digunakan dari

berbagai abad, (3). Sistem nilai (value sistem) yang digunakan adalah

bagian dari masyarakat luas. Kepemimpinan Kiai di pondok menggunakan

sistem kepemimpinan pra-modern dengan mendasarkan pada asas saling

percaya. Ketaatan santri pada Kiainya lebih didasarkan pada sebuah

pengharapan yaitu dapat limpahan barakah (grace).

Pengertian pondok pesantren versi KH. Imam Zarkasyi:

a. Pesantren harus berbentuk asrama (full residential Islamic Boarding

School)

b. Funngsi kyai sebagai central figure (Uswah Hasanah) yang berperan

sebagai guru (mu‟allim), pendidik (murabbi), dan pembimbing

(mursyid)

c. Masjid sebagai pusat kegiatan

d. Materi yang diajarkan tidak terbatas kepada kitab kuning saja.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pondok merupakan

tempat tinggal sementara bagi para pelajar yang mengaji dan belajar ilmu

agama Islam yang jauh dari rumahnya.

2. Sejarah Perkembangan Pesantren

Tumbuh pesantren berawal dari keberadaan seorang alim yang

tinggal di suatu daerah tertentu yang kemudian berdatangan santri-santri

untuk belajar padanya. Lama kelamaan kediaman alim tersebut tidak

mencukupi sehingga santri bersama-sama membangun pemodokkan

sehingga banyak didirikan bangunan-bangunan baru di sekitar rumah kyai.

Page 20: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

10

Lembaga seperti pesantren dikenal di Jawa, di Sumatera disebut

dengan surau, meunasah, dayah, rangkang. Dalam lembaga-lembaga seperti

itula tradisi perkumpulan atau halaqah diperkenalkan. Delam perkumpulan itu,

secara tradisonal dikenal istilah „kaji‟ atau „ngaji‟, di mana murid (santri)

menyimak, sementara guru (kyai) menerangkan. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa salah satu alasan pokok munculnya pesantren adalah untuk

menyampaikan ajaran Islam sebagimana yang terdapat dalam kitab-kitab

klasik atau kitab kuning.3

Diketahui secara persis pada pesantren pertama Wakullah yaitu yang

dipimpin oleh Sunan Ampel muncul sebagai pusat pendidikan agama di

Indonesia. Namun kita bisa melihat arah perkembangan dari masa awal

kedatangan agama Islam ke Indonesia. Sejarah membuktikan bahawa Islam

masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M/I H/ tetapi baru meluas pada abad ke-13

M. perluasan Islam ditandai berdirinya kerajaan Islam tertua di Indonesia,

seperti Perlak dan Samudra Pasai di Aceh pada tahun 1292 dan tahun 1297.

Melalui pusat-pusat perdagangan di daerah pantai Sumatra Utara dan melalui

urat nadi perdagangan di Malaka, agama Islam kemudian menyebar ke pulau

Jawa dan seterusnya ke Indonesia bagian Timur. Walaupun di sana ada

peperangan, tetapi Islam masuk ke Indonesia, dan peralihan dari agama Hindu

ke Islam secara umum berlangsung dengan damai.4

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan

wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi

historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga

mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, lembaga yang serupa

pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-

Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga

pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan

Islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia.

3 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 2 4 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan

adan Perkembangannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), Cet-1, hal. 17

Page 21: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

11

Seandainya negeri ini tidak mengalami penjajahan, mungkin

pertumbuhan sistem pendidikannya akan mengikuti jalur-jalur yang ditempuh

pesantren-pesatren itu. Sehingga perguruan-perguruan tinggi yang ada

sekarang ini tidak akan berupa UI, ITB, IPB, UGM, Unair, atau pun yang lain,

tetapi mungkin namanya “Universitas” Tremas, Krapyak, Tebuireng,

Bangkalan, Lasem, dan seterusnya. Kemungkinan ini bisa kita tarik setelah

melihat dan membandingkan secara kasar dengan pertumbuhan sistem

pendidikan di negeri-negeri Barat sendiri, dimana hampir semua universitas

terkenal cikal-bakalnya adalah perguruan-perguruan yang semula berorientasi

keagamaan. Mungkin juga, seandainya kita tidak pernah dijajah, pesantren-

pesantren itu tidaklah begitu jauh terpencil di daerah pedesaan seperti

kebanyakan pesantren sekarang ini, melainkan akan berada di kota-kota pusat

kekuasaan atau ekonomi, atau sekurang-kurangnya tidak terlalu jauh dari sana,

sebagaimana halnya sekolah-sekolah keagamaan di Barat yang kemudian

tumbuh menjadi universitas-universitas tersebut.5

Pondok Pesantren merupakan salah satu cikal bakal dan pilar

pendidikan di Indonesia, selain pendidikan umum dan madrasah. Pesatren

merupakan suatu lembaga yang telah terbukti berpern penting dalam

melakukan transmisi ilmu-ilmu keagamaan di masyarakat. Jumlah pesantren di

Indonesia pada tahun 2003-2004 terdapat 14.656 pesantren. Sebanyak 4.692

buah (32%) merupakan pesantren salafiyah (jalur luat persekolahan yang

hanya memfokuskan pada bentuk pengkajian kitab dengan metode tradisional,

halaqah), sebanyak 3.368 buah (23%) merupakan pesantren ashriyah-

khalafiyah (jalur sekolah), dan 6.596 buah (45%) sebagai pesantren kombinasi,

yaitu pesantren yang memadukan sistem salafiyah dan ashriyah-khalafiyah.

Jumlah santri seluruhnya sebanyak 3.369.193 orang, terdiri dari 1.699.474

(50.4%) sebagai santri mukim dan sisanya sebagai santri kalong (tidak

menetap). Dari besarnya jumlah santri ini, belum lagi alumni, tentunya tidak

dapat diabaikan peranannya dalam berpartisipasi dan mendorong pencapaian

tujuan pendidikan nasional.

5 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: PT

Temprint, 1997), hal. 3-4

Page 22: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

12

3. Unsur-unsur Pondok Pesantren

a. Kyai

Kyai adalah tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok

pesantre. Sebutan kyai sangat popular digunakan di kalangan kominitas

santri. Kyai merupakan elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak

saja Karen kyai yang menjadi penyangga utama kelangsungan sistem

pendidikan di pesantren, tetapi juga karena sosok kyai merupakan

cerminan dari nilai yang hidup di lingkungan komunitas asntri.

Kyai juga mempunyai pengaruh yang sangat besar di lingkungan

komunitas santri. Kedudukan dan pengaruh kterletak pada keutamaan yang

dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu agama;

kesalehan yang tercermin dalam sikap danperilakunya sehari-hari yang

sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup di lingkungan komunitas

santri. Nilai-nilai yang hidup dan menjadi cirri dari pesantren seperti

ikhlas, tawadhu‟, dan orientasi kepada kehidupan ukhrowi untuk mencapai

riyadhah. 6

b. Santri

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata santri berarti orang

yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat dengan sunguh-

sungguh, orang yang saleh.7 Santri merupakan sebutan bagi seorang yang

mendalami ilmu agama Islam di suatu tempat atau di pedesaan, dalam hal

ini santri terbagi menjadi dua, yaitu santri mukin dan santri kalong (setelah

mengaji pulang ke rumah). Santri mukim adalah santri yang bertempat

tinggal di pondokkan yang sudah ditetapkan oleh kyainya dan harus

mentaati peraturan yang sudah ditetapkan oleh pesantren itu sendiri, ini

sering kita temui pada Boarding School yang berada di Indonesia.

Sedangkan santri kalong adalah santri yang kerjanya cuma mengaji saja di

pondok tersebut setelah selesai mengaji langsung pulang ke rumah dan

6 Nurhayati Djmas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia PascaKemerdekaan,

(Jakarta: Rajawali Pres, 2009), hal. 55 7 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed. 3, cet. 4, hal. 997

Page 23: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

13

tidak terikat dengan peraturan pondok, biasanya santri kalong ini berada di

pondok-pondok salafiyah.

c. Masjid atau Mushalla

Pada zaman Rasulullah masjid sudah digunakan untuk

bermusyawarah oleh para sahabat-sahabat, kemudian pada zaman

walisongo pun sama, kedudukan masjid sangat signifikan terutama pada

pondok pesantren karena masjid digunakan untuk pengajian kitab-kitab

kuning yang dipimpin langsung oleh kyai dan merupakan pusat pendidikan

Islam.

d. Pondok

Pada dasarnya pondok adalah tempat tinggal seorang santri-santri

yang dibimbing langsung oleh kyai, pondokkan ada yang berupa asrama

atau komplek-komlpek yang di dalam terdapat rumah pada Ustad atau

Ustdzah yang mengajar para santru-santri dan rumah kyai itu sendiri yang

masih satu lingkungan dengan para santri-santri. Karena untuk

memudahkan pengawasan santri-santri maka para Ustad, Ustadzah, dan

Kyai tinggal di tempat yang sama.

e. Kitab Kuning

Kitab kuning adalah sebutan untuk literature yang digunakan

sebagai rujukan umum dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan

Islam tradisional pesantren. Kitab kuning digunakan secara luas di

lingkungan pesantren, terutama pesantren yang masih menggunakan

metode pengajaran dalam bentuk halaqah. Penggunaan kitab kuning

merupakan tradisi keilmuan yang melekat dalam sistem pendidikan di

pesantren. Sebagai elemen utama dalam sistem pendidikan Islam di

pesantren.

4. Sistem Pendidikan Pesantren

Perubahan pola sistem pendidikan di pesantren merupakan respons

terhadap modernisasi pendidikan Islam dan perubahan sosial ekonomi pada

masyarakat. Seperti dikemukakan Azyumardi Azra yang menyebutkan empat

bentuk respons pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam yaitu:

Page 24: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

14

Pertama, pembaharuan substansi atau isi pendidikan pesantren dengan

memasukan subjek-subjek umum dan vocational.

Kedua, pembaharuan metodologi, seperti sistem klasikal dan

penjenjangan.

Ketiga, pembaharuan kelembagaan, seperti perubahan kepemimpinan

pesantren dan diversifikasi lembaga pendidikan.

Keempat, pembaharuan fungsi sosial ekonomi. Di anatara bentuk

perubahan yang terjadi dalam sistem pendidikan di pesantren adalah

penyelenggaraan pendidikan umum, madrasah regular, madrasah diniyah di

samping pesantren salafiyah secara bersamaan, dan pelaksanaan pesantren

kilat secara terporer.8

Terdapat dua macam pengajian di pesantren, yaitu weton dan sorogan.

Weton adalah pengajian yang ini siatifnya berasal dari kyai sendiri, baik

dalam menetukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih lagi kitabnya.

Sedangkan sorongan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari

seorang atau beberapa orabf santri kepada kyainya untuk diajari kitab tertentu.

Pengajian sorongan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup

maju, khususnya yang berminat untuk menjadi kyai.9

Pada lembaga pendidikan pesantren tradisional (salaf) kurikulum

(materi pengajaran) sangatlah bervariasi, karena kurikulum pada model

pesantren ini sangat ditentukan oleh pengelola lembaganya (kyai). Tapi secara

umum pengajaran pada lembaga pendidikan pesantren salaf adalah kitab-kitab

kalsik, terutama karangan para ulama yang menganut faham Syafi;iyah yang

merupakan satu-satunya materi pengajaran yang diberikan dalam lingkungan

lembaga pesantren pada saat itu. Pada perkembangan selanjutnya, banyak

lembaga pesantren yang telah member pengajaran ilmu-ilmu umum yang

dianggap tidak menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu mendidik para calon

ulama yang tetap konsisten pada ajaran agama Islam.

8 Nurhayati Djmas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia PascaKemerdekaan,

(Jakarta: Rajawali Pres, 2009), hal.19-20 9 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:

Paramadina, 1997), cet-1, hal. 28

Page 25: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

15

Pada saat ini kita-kitab yang idjarakan pada beberapa lembaga

pendidikan pesantren sifatnya mulai beragam, meskipun lembaga pesantren

tersebut tidak atau belum menggunakan bentuk klasikal atau menggunakan

kurikulum nasional. Namun, pada hakikatnya lembaga-lembaga tersebut mulai

berusaha melakukan perubahan kurikulum berdasarkan pada tenaga

pendidikan yang tersedia pada lembaga tersebut. Maka tidaklah heran yang

terjadi kemudian adalah adanya variasi yang unik yang muncul pada lembaga

ini mulai berusaha memunculkan cirri khasnya masing-masing. Dengan

demikian tampaklah lembaga pendidikan pesantren yang lebih dikenal dengan

spesialisasi jenis keahliyannya, meski keahlian tersebut masih sebatas pada

keahlian di bidang keagamaan.

Dari gambaran di atas, maka sudah barang tentu setiap lembaga

pendidikan pesantren menetapkan sendiri kurikulumnya (bila tidak

menggunakan kurikulum nasional terutama pada bentuk lembaga terpada

dengan madrasah). Karen itu lembaga pendidikan pesantren bebas menetapkan

secara mandiri kitab-kitab yang harus diajarakan kepada para santrinya.

Sebagai gambaran, pada umumnya kitab-kitab yang diajarkan oleh

kebanyakan lembaga pendidikan pesantren dari tingkat yang dianggap

terendah sampai pada kitab yang dianggap tertinggi adalah:

a. Nahwa Sharaf, terdiri dari Matan „Awamil, Matan Jurumiyah,

Mutammimah, Imriti, dan Alfiyah ibn Malik, Matan Bina, Al-Kailani,

Matan Izi, Yaqulu, dan sebagainya.

b. Fiqih, terdiri dari Durus al-fiqh, Matan Taqrib, Al-Bajuri, Fath al-Mu‟in

atau I‟anat al-Talibin.10

Sistem pendidikan pesantren juga terjadi pada semua pesantren yang

berada di Indonesia diantaranya:

a. Pondok Salafiyah

Berbicara Pesantren Salafiyah tidak terlepas dengan Kitab Kuning.

Istilah Kitab Kuning pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan pesantren

10

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 83-85

Page 26: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

16

sekitar dua dasawarsa yang silam. Dalam pandangan mereka dianggap

sebagai kitab berkadar keilmuan rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi

salah satu penyebab terjadi stagnasi berpikir umat.

Ada dua metode yang dikembangkan di lingkungan pesantren

untuk mempelajari Kitab Kuning: Metode sorogan dan metode bandungan.

Pada cara pertama santri membaca Kitab Kuning di hadapan Kyai Ulama

yang langsung menyaksikan keabsahan para santri, baik dalam konteks

makna maupun bahasa (nahwu dan sharaf). Sementara itu, pada cara

kedua, santri secara kolektif mendengarkan bacaan dan penjelasan sang

Kyai Ulama sambil masing-masing memberikan catatan pada kitabnya.

Catatan itu bias berupa syakl atau makna mufradat atau penjelasan

(keterangan tambahan). Penting ditegaskna bahwa kalangan pesantren,

terutama yang klasik (Salafi), memiliki cara membaca sendiri,yang dikenal

dengan cara utawi-iki-uki, sebuah cara membaca dengan pendekatan

grammar (nahwu dan sharaf) yang ketat.

Selain kedua metode di atas, sejalan dengan usaha kontekstualsasi

kajian Kitab Kuning, di lingkungan pesantren dewasa ini telah

berkembang metode jalasah (diskusi kelompok) dan halaqah (seminar).

Kedua metode ini lebih sering digunakan di tingkat Kyai Ulama atau

pengasuh pesantren untuk, antara lain, membahas isu-isu kontemporer

dengan bahan-bahan pemikiran yang bersumber dari Kitab Kuning.11

Dan ada juga Halaqah metode yang Unik dalam sistem pendidikan

Islam. Melalui halaqah pembelajaran di masjid terjadi secara intrnsif dan

massif. Pelayanan individual oleh seorang syaikh dapat dilakukan karena

lingkaran murid atau mahasiswa yang belajar jumlahnya tidak banyak.

Dengan pengertian lain, rasio guu murid cukup ideal sehingga proses

belajara mengajar dapat berjalan dengan baik.12

11

KH. Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung, Pustaka Hidayah), Cet,

1, hal, 223-224 12

KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,

(Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 52-53

Page 27: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

17

Waktu mengajar biasanya diberikan pada malam hari agar tidak

mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Tempat-tempat pendidikan

Islam nin-formal seperti inilah yang menjadi embirio terbentuknya sistem

pendidikan pondok pesantren. Ini berarti bahwa sistem pendidikan pada

pondok pesantren masih hamper sama seperti sistem pendidikan di langgar

atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.

Dapat ditarik kesimpulan Pondok Salafiyah adalah Pondok yang

mengajarkan para santri-santrinya mengaji kitab-kitab saja selama santri

tersebut masih mempunyai niat belajar yang kuat dan tinggi, tidak ada

batasan sampai berapa tahun untuk belajar di Pondok Salafiyah, biasanya

santri-santri yang mengaji di Pondok Salafiyah tidak terikat dengan

peraturan yang ada, bahkan tidak ada peraturan yang terpenting ketika

mengaji ada, dan yang paling ditekankan adalah kesadaran dari santri-

santri untuk menuntut ilmu Allah SWT.

b. Pondok Salafiyah dan Bersekolah di luar

Dalam Pondok Salafiyah dan bersekolah di luar itu ada sedikit

perbedaan yang mana para santrinya datang ke Pondok Salafiyah hanya

untuk mengaji kitab-kitab saja, sedang mereka melakukan kegiatan

sekolah di luar Pondok Salafiyah yang mana para santrinya tidak

mengikuti disiplin yang ada dan tidak terikat asalkan ketika mengaji

mereka datang.

Biasanya setelah selesai sekolah para santrinya tidak langsung

pulang ke Pondok melaikan ada yang bermain dengan teman-temannya,

dan ketika adzan maghrib tiba barulah para santri-santrinya pulang ke

pondok untuk mengikuti pengajian yang akan dipimpin oleh Kyai, setelah

shalat subuh juga biasa ada pengajian lagi tapi biasanya berbeda kitabnya

dengan setelah shalat maghrib.

Banyak yang menyebut santri ini dengan sebutan santri kalong

yang mana mengajinya hanya di malam hari saja.

Page 28: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

18

c. Pesantren Klasikal Berjenjang atau Boarding School Kurikulum

Sesuai Pemerintah.

Sistem pendidikan yang diterapkan di Pesantren ini terbagi pada

dua wilayah: wilayah pengasuhan dan wilayah pengajaran. Seluruh

kegiatan belajar formal di dalam kelas termasuk daalam wilayah

pengajaran. Sementara kegiatan di luar belajar formal di dalam kelas

tersebut, yakni soal asrama, soal makan di dapur, soal ibadah di masjid,

soalh berbahsa Arab-Inggris sehari-hari, soal berlatih pidato dalam tiga

bahasa (Arab, Inggris, dan Indonesia), soal berolah-raga dan lainnya,

masuk dalam wilayah penagsuhan. Tampaknya wilayah pengasuhan inilah

yang mampu membentuk dan mengembangkan kemampuan dan sikap

pribadi sehingga secara emosional dan spiritual para santri mampu

melakukan berbagai tindakan secara mudah dalam segala kondisi.

Aspek pendidikan model pesantren (Boarding School) ini, yang

meliputi aspek pengajaran dan pengasuhan sekaligus, memiliki beberapa

keunggulan yang umumnya tidak dimilki oleh sekolah-sekolah yang

siswanya pilang ke rumah alias tidakn mukim. Dengan pola pengasuhan

yang penuh disiplin, menjadikan para santri memiliki pribadi-pribadi

terdidik dan terpelajar (Being Educated) dengan tingkatan kemandirian

dan kewirausahaan (Entrepreneurship) yang tangguh dan karakter yang

kuat. Aspek-aspek itulah yang kini oleh para sarjana luar dan dalam negeri

disebut dengan personality development dan character building. Dan

dalam hidup ini, berdasarkan survey dan penelitian mutakhir yang

dilakukan oleh banyak ahli, justru aspek-aspek yang terakhir disebutkan

itulah yang lebih menentukan sukses tidaknya seseorang di kemudian

hari.13

Menarik kesimpulan di atas bahwasannya pesantren boarding

school itu adalah suatu yayasan atau lembaga yang di dalamnya ada

peraturan yang harus ditaati oleh para santri-santrinya, dan bagi santri

13

Muhamad Wahyuni nafis, Pesantren Daar El-Qolam Menjawab Tantangan Zaman,

(Tangeran, daar el-qolam press, 2008), Cet, I. hal: 62-63

Page 29: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

19

yang melanggar akan dikenakan hukuman atau ikob. Dan setiap harinya

harus menggunakan dua bahasa Arab dan Inggris yang harinya ditentukan

oleh para pengurusa santri (santri kelas akhir Niha‟i).

Jenjang pada bording school berpariasi ada yang 6 tahun MTs

sampai Aliyah dan ada yang 3 atau 4 tahun Aliyah saja, kebanyakan

lulusan dari boarding school biasanya diarahkan oleh kyainya untuk

mengabdi selama 1 tahun dan tempatnya sudah ditentukan oleh kyai itu

sendiri, agar mempunyai bekal dikehidupan yang mendatang.

d. Boarding School Kurikulum Sendiri.

1) Tujuan Pendidikan

Peran Imam Zarkasyi di Pondok Modern baru dimulai pada

tahun 1936, pada kesempatan hari terjadinya yang ke-10. Pada waktu

itu ia sedang menjalankan tugas dari gurunya, Mahmud Yunus untuk

mengepalai sekolah Muhammadiyah di Padang Sidempuan. Di

panggial kakaknya, Ahmad Sahal, untuk kembali ke Gontor guna

menetukan masa depan Tarbiyatul Atfal (Pendidikan Kanak-kanak).

Dalam musyawarah Trimurti (Ahmad Sahal, Zainudin Fanani, dan

Imam Zarkasyi) muncul beberapa program usulan. Imam Zarkasyi

mengusulkan program Kulliyatul Mu‟alimin al-Islamiyah (KMI).

Usaha tersebut diterima. Maka dia sendiri kemudian disepakati untuk

memimpinnya karena dipandang lebih menguasai tentang program

tersebut.

Mulai sejak itu, terjadi pembagian tugas di antara tiga tokoh

tersebut. KH Ahmad Sahal bertugas sebagai pengasuh yang

bertanggung jawab atas pendidikan para santri (urusan kesantrian),

Zainuddin Fanani menjadi penasihat yang bertindak sebagai konsultan

dan penyeimbang di antara dua pimpinan, dan Imam Zarkasyi menjadi

direktur KMI yang bertanggung jawab atas pendidikan siswa (urusan

sekolah).

Page 30: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

20

Pembaharuan pondok pesantren yang dilakukan Imam Zarkasyi

juga didasarkan pada hasil penelitian para ahli yang melihat sejumlah

kelemahan pondok pesantren tradisional yang perlu dan diatasi sebagai

berikut.

Pertama, dalam bidang kurikulum pesantren tradisional hanya

mengajarkan pengetahuan agama, sehingga lulusannya tidak dapat

memasuki lapangan kerja yang mensyarakat memiliki pengetahuan

umum, penguasaan teknologi dan keterampilan.

Kedua, dalam bidang metodologi pengajaran, pesantren

tradisional kurang dapat memperdayakan lulusannya. Para pelajar

pesantren tradisional (santri) diajari berbagai ilmu bahasa Arab dengan

susah payah dan menjelimet, tapi mereka tidak dapat berbicara dan

menulis bahasa Arab dengan baik. Mereka terlihat minder dan kurang

memiliki rasa percaya diri.

Ketiga, dalam bidang manajemen, pesantren tradisional

menerapkan sistem manajemen yang sentralistik, tertutup, emosional,

dan tidak demokrastis. Semua hal yang berkaitan dengan pengaturan

pesantren sepenuhnya di tangan kyai yang memiliki otorits penuh

sampai ia merasa tidak sanggup lagi, atau meninggal dunia.

Imam Zarkasyi terpanggil untuk mengatasi berbagai kelemahan

pendidikan pondok pesantren tersebut, dengan menekankan pada

tujuan pendidikan yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik

agar siap dan mampu hidup bermasyarakat sesuai dengan bidang

keahliannya.

Dasar pemikiran lainnya yang mendasari pengembangan

Pesantren Gontor Ponorogo tersebut adalah ide-ide yang berkembang

dalam Kongres Umat Islam yang berlangsung di Surabaya dan

dilaksanakan pada pertengahan tahun 1926.

2) Kurikulum Pendidikan

Kesan-kesan yang diperoleh dari hasil kunjungan ke

mancanegara dan catatatn dalam kongres tersebut telah mendorong

Page 31: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

21

Imam Zarkasyi untuk menjadikan Pesantren Gontor Darussalm selain

sebagai lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan lulusannya yang

mahir dalam bahasa Arab dan Inggris. Hal ini mendorong Imam

Zarkasyi untuk melakukan pembaharuan terhadap kurikulum

pendidikan yang ada di pondok pesantren modern Gontor Ponorogo.

Kurikulum yang diterapkan Imam Zarkasyi di Pondok Pesantren

Modern Gontor adalah 100% umum dan 100% agama. Di samping

pelajaran tafsir, hados fiqih, ushul fiqih yang biasa diajarakan di

pesantren tradisional, Imam Zarkasyi menambahkan ke dalam

kurikulum lembaga pendidikan yang diasuhnya itu ilmu pengetahuan

umum, sperti ilmu alam, ilmu hayat, ilmu pasti (berhitung, aljabar, dan

ilmu ukur), sejarah, tata Negara, ilmu bumi, ilmu pendidikan, ilmu

jiwa, dan sebagainya. Selain itu ada pula mata pelajaran yang amat

ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga pendidikannya itu,

yaitu pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pelajaran bahasa Arab

lebih ditekankan pada penguasaan kosa kata, sehingga para santri kelas

satu sudah diajarkan mengarang dalam bahasa Arab dengan

perbendaharaan kosa kata yang dimilikinya. Pelajaran ilmu alat, yaitu

nahwu dan sharaf diberikan kepada santri saat menginjak kelas II,

yaitu ketika mereka sudah lancer berbicara dan memahami struktur

kalimat. Bahakan pelajaran Balaghah dan Adabullaghah baru diajarkan

pada saat santri menginjak kelas V. Demikian halnya dengan bahasa

Inggris, Grammar baru diajarkan ketika para santri menginjak kelas III,

sedangkan materi bahasanya sudah diajarkan dari kelas 1.

3) Metode Pengajaran Bahasa

Ide Imam Zarkasyi untuk memperbaiki metode pengajaran

bahasa didasarkan atas ketidakpuasannya melihat metode pengajaran

bahasa yang diterapkan di pesantren. Untuk mengatasi hal yang

demikian, khususnya untuk pengajaran bahsa Arab ditempuh dengan

metode (direct method) yang diarahkan kepada penguasaan bahasa

secara aktif dengan cara memperbanyak latihan (drill), baik lisan

Page 32: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

22

maupun tulisan, Imam Zarkasyi juga menerapkan semboyan al-

karimah al-wahidah fi alf jumlatin khairun min alf kalimah fi jumlatin

wahidah (kemampuan menggunakan satu kalimat dalam seribu

susunan kalimat lebih baik daripada penguasaan seribu kata secara

hafalan dalam satu kalimat saja).14

4) Pembaharuan Manajemen Pesantren

Demi kepentingan dan pengajaran Islam yang tetap sesuai

dengan perkembangan zaman, Imam Zarkasyi dan dua saudaranya

telah mewakafkan Pondok Pesantren Gontor kepada sebuah lembaga

yang disebut Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor. Ikrar pewakafan

ini telah dinyatakan di muka umum oleh tiga pendiri pondok tersebut.

Dengan ditandatanganinya Piagama Penyerahan Wakaf itu, maka

Pondok Modern Gontor tidak lagi menjadi milik pribadi atau

perorangan sebagimana yang umumnya dijumpai dalam lembaga

pendidikan tradisional. Dengan cara demikian, secara kelembagaan

Pondok Modern Gontor menjadi milik umat Islam, dan semua umat

Islam bertanggung jawab atasnya.

5) Independensi Pesantren

Keberadaan lembaga pendidikan pesantren di Indonesia pada

umumnya berada di bawah organisasi keagamaan tertentu, khususnya

Nahdlatul Ulama. Jika organisasi tersebut memihak pada salah satu

pertain tertentu maka lembaga pendidikan yang ada di bawahnya

menjadi bagian dari kepentingan partai politik tertentu.

Gagasan independensi Imam Zarkasyi tersebut direalisasikan

dengan menciptakan Pondok Modern Gontor yang benar-benar steril

dari kepentingan politik dan golongan apa pun. Hal ini diperkuat

dengan semboyan: Gontor di atas dan untuk semua golongan.

Selanjutnya untuk mewujudkan kebeasan dan kemadirian

tersebut, di Gontor para santri diberi kebebasan memilih pilihan-

14

Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta PT

Raja Grafindo Persada,2005), cet. 1, hal. 210

Page 33: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

23

pilihan mata pelajaran yang ada. Dalam pelajaran hukum Islam

misalnya, kitab yang diajarkan adalah Kitab Bidayah al-Mujtahid,

karya Ulama Besar Ibn Rusyd yang hidup pada abad ke-12 M. ulama

yang dikenal sebagai komentator Aristoteles ini menulis bukunya

dengan pendekatan komparatif (perbandingan mazhab). Hal ini

merupakan salah satu bukti, di mana paham keagamaan para santri

berada di atas semua aliran politik, mazhab dan golongan. Dengan

demikian, semua mazhab diajarkan kepada para santri, tinggal terserah

mereka mau meilih mazhab mana yang lebih cocok.

Jiwa indenpensi juga terlihat pada adanya kebebasan para

lulusannya dalam menetukan jalan hidupnya kelak. Menurut Imam

Zarkasyi bahwa Pondok Pesantren Ponorogo tidak mencetak pegawai,

tetapi mencetak majikan untuk dirinya sendiri.15

Pondok Pesantren Gontor merupakan satu dari sekian banyak

pesantren yang berada di Indonesia, tapi Pondok Pesantren Gontor

sangat unik yang mana tidak mengikuti peraturan pemerintah, mereka

membuat kalender sendiri yang akui oleh pemerintah.

15

Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia….. hal. 214-

216

Page 34: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih pondok pesantren bahrul

Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur secara keseluruhan sebagai objek

penelitian dengan menekankan dan focus terhadap pemikiran pendidikan yang

dilaksanakan di pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa

Timur.

Penetapan objek tersebut di atas, berdasarkan atas pemangatan penulis

bahwa pondok pesantren Bahrul Ulum cukup menarik dan dianggap tepat

dijadikan objek penelitian karena pemikiran pengembangan pendidikan yang

dilaksanakannya adalah mengembangkan pendidikan yang modern yaitu

mencampurkan antara kurikulum pesantren dengan kurikulum Diknas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari tanggal 28 November 2012 sampai 1

Desember 2012. Sedangkan tempat dijadikan penelitian adalah pondok

pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis, yaitu pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek

Page 35: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

25

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta dan data yang penulis peroleh

sebagaimana adanya, kemudian dianalisa, diinterprestasikan untuk mengambil

sebuah kesimpilan. Dalam melakukan penelitian lapangan ini, digunakan

beberapa teknik mengumpulkan data-data yang sesuai dengan permasalahan

yang diteliti, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Receach)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari

berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada

hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (field research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendatangkan langsung ke

objek penelitian yaitu pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas,

Jombang, Jawa Timur. Untuk mendapatkan data di lapangan ini, penulis

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebgai berikut:

a. Observasi

Observasi dapat disebut dengan pengamatan yang meliputi

pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan

seluruh panca indra.

Dengan menggunakan teknik obsevasi ini, peneliti

mengobservasi antara lain:

1) Lokasi penelitian

2) Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas

3) Kegiatan santri sehari-hari di pondok pesantren

b. Interview

Istilah interview atau wawancara mempunya arti sebagai

sesuatu percakapan atau Tanya jawab secara lisan antara dua orang

atau lebih, yang duduk berhadapan secara fisik, dan diarahkan pada

masalah tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai Ketua Badan

Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Bahrul dan Wakapes Kurikulum.

Page 36: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

26

Penulis menggunakan metode interview untuk mendapatkan informasi,

keterangan atau pernyataan yang berkaitan dengan personal yang

diteliti. Adapun interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah interview bebas terpimpin, yaitu wawancara dilakukan dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya

tetpi tidak mengikat atau bebas disesuaikan dengan situasi dan kondisi

yang ada pada saat wawancara tengah berlangsung. Dengan kata lain,

di dalam menyampaikan pertanya-pertanyan kepada informasi, penulis

tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara (interview

guide) yang telah penulis susun sebelumnya.

c. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan teknik mengumpulkan data

yang dilakukan dengan cara menganalisis data-data tertulis dalam

dokumentasi-dokumentasi yang relevan dengan tujuan penelitian:

1) Nama dan Latar Belakang berdirinya pondok pesantren Bahrul

Ulum

2) Kurikulum pendidikan pondok pesantren Bahrul Ulum termasuk

pengajaran umum dan kepesantrenan beserta tujuan pembelajaran

pesantren

3) Program unggulan dan kegiatan pengembangan diri santri pondok

pesantren Bahrul Ulum

4) Dokumentasi sarana dan prsarana yang dimiliki pondok pesantren

Bahrul Ulum

5) Struktur kepengurusan pondok pesantren Bahrul Ulum

6) Profil guru dan staf pesantren Bahrul Ulum beserta daftar nama-

namanya

7) Profil santri, latar belakang ekonomi santri

8) Buku panduan pesantren dan tata tertib santri.

Page 37: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

27

D. Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content

analysis), dan dengan menggunakan bentuk deskriptif yaitu berupa catatan

informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan

mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi

yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis

menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi

yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga

dihasilkan suatu kesimpulan.

E. Teknik Penulisan

Secara teknik, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini

merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

Page 38: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

28

BAB IV

YAYASAN PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM

TAMBAKBERAS JOMBANG JAWA TIMUR

A. Deskripsi Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, merupakan

salah satu pondok pesantren tertua dan terbesar di Jawa Timur yang hingga

hari ini masih survive di tengah kecenderungan kuat sistem pendidikan formal.

Dengan kultur dan kesederhanaan yang mandiri serta dekat dengan

masyarakat, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang terus

melakukan pengembangan dan perubahan seiring dengan dinamika

perkembangan dan tuntutan global, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai

luhur kepesantrenan dan prinsip-prinsip Aqidah Ahlussunnah Wal-Jama‟ah.

Salah satu upaya yang telah dilakukan di tengah kecenderungan kuat

sistem pendidikan formal, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas

Jombang hingga saat ini telah mendirikan 18 unit pendidikan formal mulai

dari tingkat Pra Sekolah sampai dengan Perguruan Tinggi. Disamping itu

Pondok Pesantren Bahrul Ulum juga menjalin kerjasama dalam bidang

pendidikan dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri diantaranya adalah

Makkah, Syiria, Lebanon dan Al-Azhar Kairo.

Secara struktural Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas

Jombang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

Page 39: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

29

Yayasan ini berdiri sejak tahun 1966 melalui Akte Notaris No. 03 Tanggal 06

September 1966 dihadapan Notaris Soembono Tjiptowidjojo dahulu wakil

notaris di Mojokerto.

B. Lokasi dan Sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum

1. Lokasi

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, terletak di

Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, Kabupaten

Jombang, Propinsi Jawa Timur, tepatnya ± 3 Km sebelah utara kota

Jombang. Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, secara

keseluruhan menempati areal tanah ± 10 Ha, dengan sosio kultur religious

agraris.

2. Sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum

a. Periode Rintisan Pertama

(Pondok Selawe / Pondok Telu 1825 M)

Sekitar tahun 1825 di sebuah Desa yang jauh dengan

keramaian kota Jombang, tepatnya di sebelah utara kota Jombang

yakni di Dusun Gedang kelurahan Tambakrejo, datanglah seorang

yang „alim, pendekar ulama atau ulama pendekar bernama Abdus

Salam, yang lebih dikenal dengan panggilan Mbah Shoichah (artinya:

bentakan yang membuat orang gemetar). Kedatangannya di dusun ini

membawa misi untuk menyebarkan agama dan ilmu yang dimilikinya.

Menurut silsilah beliau termasuk keturunan Raja Brawijaya (kerajaan

Majapahit) dan merupakan salah seorang pengikut Pangeran

Diponegoro.

Abdus Salam adalah putra Abdul Jabbar (Mbah Jabbar ) putra

Abdul Halim (Pangeran Benowo) putra Abdurrohman (Jaka Tingkir).

Selengkapnya Baca Silsilah Kyai Abdussalam halaman 19.

Page 40: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

30

Sebelum kedatangan Abdus Salam, Desa ini (sekarang Desa

Tambakrejo) masih merupakan hutan belantara. Selama kurang lebih 13

tahun beliau bergelut dengan semak belukar dan kemudian menjadikan

Desa ini sebagai perkampungan yang dihuni oleh komunitas manusia.

Setelah berhasil merubah hutan menjadi perkampungan, pada tahun 1838

beliau mendirikan gubuk tempat beliau berdakwah yaitu sebuah pesantren

kecil yang terdiri dari sebuah langgar (musholla), bilik kecil untuk santri

dan tempat tinggal yang sederhana. Pesantren ini terletak disebalah timur

sungai gedang. Pesantren tersebut dikenal oleh masyarakat dengan sebutan

Pondok Selawe dikarenakan jumlah santri yang berjumlah 25 orang.

Disebut juga dengan Pondok Telu karena bidang atau materi keilmuan

yang diajarkan meliputi tiga bidang ilmu yaitu Syari‟at, Hakikat dan

Kanuragan. Dari sisi lain dinamakan Pondok Telu karena jumlah

bangunannya terdiri dari 3 lokal. Pesantren inilah yang menjadi embrio

Pondok Pesantren Bahrul Ulum sekarang ini.

b. Periode Rintisan Kedua

Setelah Kyai Shoichah (Abdussalam) berusia lanjut (sepuh: bahasa

jawa) tampuk pimpinan Pondok Selawe atau Pondok Telu diserahkan

kepada dua menantunya yang tidak lain adalah santrinya sendiri, yaitu

Kyai Ustman (Mbah Ustman) dan Kyai Sa‟id (Mbah Sa‟id). Pada tahap

selanjutnya, atas restu dari Mbah Shoichah keduanya melakukan

pengembangan pondok pesantren. Kyai Ustman memegang Pondok

Selawe sementara Kyai Sa‟id mendirikan pesantren disebelah barat sungai

yang tidak jauh dari Pondok Selawe. Kyai Ustman lebih menitikberatkan

pada ajaran-ajaran Thoriqoh pada santrinya, sementara Kyai Sa‟id lebih

fokus pada kajian-kajian yang bersifat Syari‟at. Karena itulah Pondok

Pesantren Mbah Sai‟d yang berada di sebelah barat sungai dikenal dengan

sebutan Pondok Syari‟at, dan pondok yang dikembangkan oleh Mbah

Ustman dikenal dengan sebutan Pondok Thoriqot.

Page 41: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

31

c. Periode Pengembangan Pertama

Setelah Kyai Ustman dan Kyai Sa‟id wafat, pesantren Kyai

Ustman tidak ada yang meneruskan karena beliau tidak memiliki putra

laki-laki. Sedangkan pesantren Kyai Sa‟id diteruskan oleh putra beliau

yang bernama Kyai Hasbulloh. Karena Pesantren Kyai Ustman tidak ada

penerusnya maka sebagian santri Kyai Ustman diboyong oleh menantunya

yang bernama Kyai Asy‟ari ke Desa Keras yang akhirnya berkembang

menjadi PONDOK Pesantren Tebuireng sekarang. Sedangkan sebagian

yang lain diboyong ke pesantren sebelah barat sungai dijadikan satu

dibawah pimpinan Kyai Hasbulloh. Adapun untuk pusat jama‟ah thoriqoh

akhirnya dipindah ke Desa Kapas dan diteruskan oleh menantunya yang

bernama Abdulloh.

Kyai Hasbulloh adalah seorang yang kaya raya dan dermawan,

beliau memiliki tanah pertanian yang sangat luas. Dari hasil pertanian ini

beliau banyak memiliki gudang-gudang beras yang menyebar dimana-

mana bagaikan tambak. Konon karena hal itu daerah ini disebut Dusun

Tambakberas dan pondok pesantren beliau dikenal dengan sebutan

Pondok Tambakberas.

Dibawah pimpinan Kyai Hasbulloh pondok pesantren berkembang

sangat pesat. Guna kelanjutan pondok pesantren yang diasuhnya, Kyai

Hasbulloh mengirimkan putra-putranya untuk belajar di pesantren bahkan

hingga ke Makkah untuk belajar di tanah kelahiran Nabi Muhammad

SAW tersebut.

3. Visi, Misi, Landasan dan Tujuan

1. Visi

“Menjadikan Tambakberas sebagai pusat peradaban Islam yang

berfungsi sebagai penyeimbang segala peri kehidupan umat manusia,

hingga mampu membentuk masyarakat aman, damai, sejahtera”.

Page 42: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

32

2. Misi

a. Menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

serta memiliki rasa tanggung jawab mengembangkan dan

menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama‟ah.

b. Melahirkan manusia yang berakhlaq mulia, dan memiliki rasa

tanggung jawab sosial terhadap kemashlahatan umat.

c. Melahirkan manusia yang cakap, trampil, mandiri, memiliki

kemampuan keilmuan dan mampu menerapkan serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang ada

pada dirinya dan lingkungannya.

3. Landasan

a. Islam ahlussunnah wal jama‟ah „ala thoriqoti jam‟iyyati Nahdlatul

Ulama

b. Nilai-nilai Dasar Falsafah Bangsa

c. Pancasila, UUD 1945, dan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

d. Nilai-nilai Dasar Kepesantrenan

e. AD/ART Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Sunnah-sunnah

kepesantrenan yang positif, dan tradisi belajar dan bekerja untuk

ibadah

4. Tujuan

Dalam perkembangannya ke depan, Pondok Pesantren Bahrul

Ulum Tambakberas Jombang diharapkan bisa menjadi lembaga

Pendidikan, agama dan sosial sekaligus menjadi sentra katalisator

pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang :

a. Potensial dan terpercaya

b. Produktif dan bermanfaat

c. Mandiri dan konsisten

d. Bertahan dengan nilai-nilai lama, akomodatif terhadap unsur-unsur

baru.

Page 43: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

33

e. Mampu menyumbangkan konsep-konsep pemikiran yang Islami dalam

berbagai aspek, kepada negara, lembaga atau perorangan yang

membutuhkannya.

Dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum diharapkan lahir sumber daya

manusia yang berupa :

a. Individu-individu yang tangguh, ulet dan amanah.

b. Individu yang berkualitas, mandiri dan berakhlaqul karimah.

c. Pemimpin atau profesional yang menguasai teknologi dan memahami

agama secara mendalam (mutafaqqih fid-dien) jujur, amanah, cerdas

dan komunikatif.

5. Sejarah Nama dan Lambang Pondok Pesantren Bahrul Ulum

Sejarah panjang pondok pesantren ini, sejak awal rintisannya oleh Kyai

Shoichah, dikenal dengan nama Pondok Selawe atau Pondok Telu. Dan pada

masa KH. Hasbulloh pondok pesantren ini dikenal dengan sebutan Pondok

Tambakberas. Hingga pada masa KH. Abdul Wahab, pada tahun 1965 empat

orang santri beliau dipanggil menghadap (sowan), keempat santri beliau

tersebut adalah Ahmad Junaidi (Bangil), M. Masrur Dimyati (Dawar

Blandong Mojokerto), Abdulloh Yazid Sulaiman (Keboan Kudu Jombang),

dan Moh. Syamsul Huda As. (Denanyar Jombang). Waktu itu yang menjabat

sebagai sekretaris pondok adalah Ahmad Taufiq dari Pulo Gedang. Keempat

santri beliau ini ditugasi mengajukan alternatif nama pondok pesantren.

Walhasil keempat santri ini mengajukan 3 nama alternatif yaitu, Bahrul

Ulum, Darul Hikmah, dan Mamba‟ul Ulum. Dari ketiga nama yang diajukan,

Kyai Abdul Wahab memilih nama Bahrul Ulum yang artinya “Lautan Ilmu”

yang kelak diharapkan Tambakberas benar-benar menjadi lautan ilmu.

Setelah itu beliau mengadakan sayembara pembuatan logo/lambang pondok

pesantren. Setelah didapatkan pemenang pembuatan logo Kyai abdul Wahab

meminta pada logo/lambang pondok pesantren (Hasil Pemenang Sayembara)

disisipkan ayat Al-qur‟an surat Al-Kahfi ayat 109, bahkan untuk prosesi

ritualnya Kyai Abdul Wahab memerintahkan salah seorang santri bernama

Djamaluddin Ahmad (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhibbin sekarang),

Page 44: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

34

asal Gondang Legi Nganjuk untuk membacakan manaqib. Hingga saat ini

nama dan lambang tersebut abadi menjadi identitas resmi, eksistensi Pondok

Pesantren Bahrul Ulum.

Lambang Pondok Pesantren Bahrul Ulum

6. Struktur Organisasi

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, diurus dan

dikelola dibawah manajemen Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

sedangkan untuk pengelolaan perguruan tinggi dibentuk Yayasan Pendidikan

Tinggi Bahrul Ulum. Secara hierarki organisatoris kepengurusan tersebut bisa

uraikan sebagai berikut :

1. Majelis Pengasuh/Dewan Pembina

Majelis Pengasuh adalah badan tertinggi di lingkungan Pondok

Pesantren Bahrul Ulum yang memiliki kewenangan tak terbatas.

Kewengan tersebut diantaranya adalah Mengangkat dan memberhentikan

Ketua Umum Yayasan, menentukan arah kebijakan pondok pesantren ke

dalam dan ke luar, memberikan legalisasi terhadap semua kebijakan-

kebijakan yang diambil oleh pengurus harian.

2. Dewan Pengawas

Page 45: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

35

Dewan Pengawas adalah sebuah badan pengurus yang berfungsi

sebagai pendamping Majelis Pengasuh dalam hal memberikan masukan

dan melakukan pengawasan terhadap kebijakan, kinerja dan pelaksanaan

program-program Yayasan.

3. Pengurus Harian

Pengurus harian adalah pelaksana harian seluruh program-program

yayasan yang telah digariskan sekaligus penanggungjawab seluruh

kebijakan-kebijakan yang diambil. Pada periode 2009 – 2013 ini

pengurusnya terdiri dari 9 orang dengan struktur sebagai berikut : Ketua

Umum, Ketua I dan Ketua II, Sekretaris Umum, Sekretaris I Sekretaris II,

Bendahara Umum, Bendahara I dan Bendahara II. Dalam tatanan

operasionalnya Ketua Umum dengan dibantu oleh Sekretaris Umum

berfungsi sebagai Top Leader, yang bertanggungjawab terhadap seluruh

kebijakan-kebijakan umum yayasan. Ketua I dengan dibantu oleh

Sekretaris I, bertanggungjawab terhadap semua kebijakan dan program

Departemen Pendidikan, Departemen HUMASY, Departemen KAMTIB,

dan Departemen Infokom. Sedangkan Ketua II dengan dibantu oleh

Sekretaris II bertanggungjawab terhadap kebijakan dan program

Departemen Wirausaha, Departemen Sarana Prasarana dan Departemen

Pelayanan Kesehatan dan Olahraga, Departemen Pengelola Asset,

Departemen Ekonomi dan Koperasi.

4. Pengurus Bidang/Departemen

Pengurus Departemen adalah ujung tombak bagi perkembangan

yayasan. Selain sebagai pelaksana program yang telah digariskan,

Pengurus Departemen juga dituntut berkreatifitas dengan daya inovasi

yang tinggi guna menentukan berbagai program dan kebijakan yang

diharapkan mampu melahirkan terobosan baru bagi pengembangan dan

kemajuan masing-masing bidang. Ada 9 departemen dalam struktur

kepengurusan yayasan yaitu : Departemen Pendidikan dan

Page 46: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

36

Kepesantrenan, Departemen HUMASY, Departemen KAMTIB,

Departemen Wirausaha, Departemen Sarana Prasarana dan Departemen

Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Hidup, Departemen Infokom,

Departemen Ekonomi dan Koperasi, dan Departemen Pengelola Asset.

Organisasi

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang

Keterangan : : Garis Komando

: Garis Koordinasi

7. Sistem Pendidikan

Pendidikan (Kegiatan Belajar Mengajar) di Pondok Pesantren Bahrul

Ulum Tambakberas Jombang, dilaksanakan melalui dua jalur yaitu:

UNIT ASRAMA/RIBATH PONDOK PESAN(14 Unit

TREN (34 UNIT)

DEWAN PEMBINA / MAJELIS PENGASUH

DEWAN PENGAWAS YAYASAN PENDIDIKAN TINGGI

BAHRUL ULUM

PENGURUS YAYASAN PONDOK PESANTREN

BAHRUL ULUM

DEWAN PENGAWAS YAYASAN PONDOK PESANTREN

BAHRUL ULUM

PENGURUS YAYASAN PENDIDIKAN TINGGI

BAHRUL ULUM

UNIT SEKOLAH/MADRASAH Sekolah/Madrasah)

UNIT PERGURUAN TINGGI

Page 47: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

37

Pendidikan Formal (Pendidikan di Sekolah/Madrasah), dan Pendidikan Non

Formal (Pendidikan di Pesantren/Diniyyah). Pendidikan di Pesantren

menggunakan kitab-kitab kuning sebagai kajian.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan secara klasikal di sekolah/madrasah dengan menggunakan

kurikulum tertentu (Kurikulum Kementerian Agama dan Kurikulum

Kementerian Pendidikan Nasional) ditambah dengan kurikulum pesantren

sebagai muatan lokal. Hingga saat ini terdapat 18 unit pendidikan formal

mulai dari jenjang Pra Sekolah sampai dengan Perguruan Tinggi. Secara

struktural unit pendidikan formal di bawah naungan Yayasan Pondok

Pesantren Bahrul Ulum, dimana unit-unit pendidikan formal bertanggung

jawab untuk menjalankan segala kebijakan yang telah ditetapkan bersama

oleh Pengurus Yayasan.

Namun demikian, sekolah/madrasah tetap memiliki hak otonom

yang segala administrasinya dilakukan tersendiri. Untuk memimpin tiap-

tiap jenjang pendidikan sekolah/madrasah ini pengurus Yayasan

mengangkat seorang kepala dan beberapa orang wakil kepala untuk tiap-

tiap tingkatan, kecuali untuk sekolah/madrasah yang telah berstatus Negeri

mengikuti ketetapan dari instansi terkait.

2. Pendidikan Non Formal (Pendidikan Pesantren/Diniyyah)

Selain pendidikan formal di sekolah/madrasah, Pondok Pesantren

Bahrul Ulum juga memiliki sistem pendidikan non formal pada masing-

masing unit asrama pondok pesantren. Pendidikan non formal ini

pelaksanaannya ditangani langsung oleh pengasuh masing-masing

asrama/ribath pondok pesantren atau orang yang telah mendapat mandat

dari pengasuh (biasanya santri senior).

Page 48: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

38

Ada dua sistem pendidikan ini yaitu : Pendidikan Diniyyah dengan

sistem Klasikal dengan kurikulum yang telah ditetapkan, dan Pengajian

Kitab-kitab kuning oleh pengasuh. Dalam pengajian kitab kuning ini

menggunakan dua metode yaitu metode WETON dan SOROGAN. Metode

WETON adalah pengasuh membacakan kitab dan menerangkannya

sementara santri mendengarkan, memahami dan memaknai kitabnya

masing-masing. Sedangkan metode SOROGAN adalah santri yang

membaca kitab dan menjelaskannya dihadapan pengasuh untuk diuji.

Pengajian kitab oleh pengasuh asrama dilaksanakan tiap-tiap selesai shalat

wajib di ndalem, mushalla atau di masjid, dan kitab yang dibaca masing-

masing pengasuh sangat variatif.

8. Daftar Unit Asrama/Ribath Pondok Pesantren Bahrul Ulum

No Nama Unit

Asrama/Ribat Nama Pengasuh Nomor Telepon

1 PONDOK INDUK KH. Abd. Nashir Fattah 865281

2 AL-LATHIFIYYAH I Nyai. Hj. Machfudloh Aly Ubaid 874180

3 AL-FATHIMIYYAH Nyai. Hj. Salma Nashir 861832

4 AS-SA‟IDIYYAH 1 Nyai. Hj. Zubaidah Nasrulloh 862435

5 AL-MUHAJIRIN 1 Nyai. Hj. Fathimah Sholeh 862017 / 868124

6 AL-MUHAJIRIN 2 Nyai. Hj. Chafshoh Yahya 876015

7 AL-MUHAJIRIN 3 Nyai. Hj. Churun Ain Malik 862024 / 876097

8 AL-LATHIFIYYAH 2 /

AL-WAHABIYYAH 1 Nyai. Hj. Mundjidah Wahab 861355

9 AL-HAMIDIYYAH KH. M. Irfan Sholeh 865257

10 AL-GHOZALI Nyai. Hj. Muhtaroh Al-Fatich 862197 / 876062

11 AL-AMANAH KH. Abd. Kholiq Hasan, M.HI 862401

12 AL-MUHIBBIN KH. M. Idris Djamaluddin 865309

13 AL-HIKMAH KH. M. Sulthon Abd. Hadi 863329

14 AN-NAJIYYAH Nyai. Hj. Nurfiatin Amanulloh 862377

15 AL-ROUDLOH Nyai. Hj. Ummu Hanifah 863490

16 AL-MARDLIYAH KH. M. Yahya Chusnan 867604

17 AL-LATHIFIYYAH 3 /

AL-WAHABIYYAH 2 H. Shilahuddin Asy‟ari, S.Ip. 876013

18 AL-MASLAKUL HUDA KH. Abd. Nashir Fattah 861832

19 AL-HIDAYAH K. Abdul Jabbar Hubbi -

20 AL-MALIKI KH. M. Fadlulloh Malik, M.HI 873426

21 AL-USTMANY Drs.KH.M.Fatkhulloh Abd. Malik 876180

22 AL-WARDIYYAH / AS- Drs. KH. Abd. Choliq, SH.,M.Si. 872066

Page 49: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

39

SA‟IDIYYAH 3

23 AL-FATTAH TIMUR KH. M. Hasyim Yusuf 876054

24 PONDOK TERPADU

CHASBULLOH KH. Moh. Hasib Wahab 876019

25 AS-SA‟IDIYYAH 2 Drs. KH. Ach. Hasan, M.Pd.I 878161

26 AN-NAJIYAH PUTRA KH. Salman Al-Fariesi, Lc.M.HI 876041

27 Al-MUHAJIRIN 3

PUTRA KH. M. Imron Rosyadi 876097

28 PP. AS-SALMA Drs. KH. Abd. Kholid, M.Ag. 876039

29 PP. AL-ASY‟ARI KH. Rofi‟uddin Asy‟ari, S.Ag -

30 PP. AL-MUBTADIEN Drs. KH. Asrori Alfa, M.Ag -

31 PP. AL-MALIKI 2 KH. M. Syifa‟ Malik, M.Pd.I. 3868277

32 PP. DARUL QUR‟AN KH. Wahyudin, Lc. -

33 AL-GHOZALI PUTRA Hj. Imadul Ummah, M.Pd.I -

34 AL-FATICH KH. Muhyiddin Zainul A, MM. -

9. Unit Pendidikan Formal Dan Keadaan Peserta Didik Tahun Pelajaran

2011/2012

Di bawah manajemen Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum dan

Pendidikan Tinggi Bahrul Ulum, berdiri lembaga pendidikan formal yang

meliputi :

No Unit Pendidikan Jumlah Pes. Didik

Jumlah Lk Pr

1 Play Group 12 20 32

2 TK Bahrul Ulum 64 48 112

3 MI Bahrul Ulum 194 156 350

4 MTs. Mu‟allimin Mua‟allimat Bu 80 48 128

5 MTs. Bahrul Ulum 34 39 73

6 Mts.N Tambakberas 568 691 1.259

7 SMP Bahrul Ulum 25 14 39

8 SMA Bahrul Ulum 44 37 81

9 SMK Bahrul Ulum 31 - 31

10 MA Bahrul Ulum 62 89 151

11 MA Al-I‟dadiyyah 58 35 93

12 MAWH Bahrul Ulum 40 75 115

13 MA Mu‟allimin Mu‟allimat Bu 550 447 997

14 MAN Tambakberas 550 1.069 1.619

15 SMKTI Bahrul Ulum 53 13 66

Page 50: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

40

16 MTs. Fattah Hasyim Bahrul Ulum 116 74 190

17 STAI Bahrul Ulum - - -

18 STMIK Bahrul Ulum - - -

19 STIKES Bahrul Ulum - - -

20 STIBAFA Bahrul Ulum - - -

J u m l a h 2.365 2.781 5.546

Keterangan : Data jumlah peserta didik/mahasiswa Perguruan Tinggi

(STAI, STIMIK, STIKES, STIBAFA) belum tercantum.

10. Pengasuh dan Tenaga Pengajar

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, sejak awal

berdirinya (1825)¸ telah berkembang pesat dan menjadi salah satu Pusat Studi

Islam yang representatif di negeri ini. Kolaborasi antara menajemen klasik dan

modern dalam sistem manajemen pesantren ini mampu melahirkan produk-

produk yang handal bahkan tidak jarang menjadi tokoh terkemuka. Seperti

misalnya KH. Abdurrahman Wahid yang pernah menjabat sebagai Presiden

RI. Hal ini tentunya bukan karena faktor kebetulan, tetapi karena Pondok

Pesantren Bahrul Ulum selalu mengembangkan desain kreativitas dan inovasi

sistem pendidikannya dengan dukungan tenaga pengajar yang berkualitas.

Sampai saat ini telah tersedia tidak kurang dari 500 orang tenaga

pengajar unit pendidikan formal dengan dikawal ketat oleh 76 pengasuh yang

mendampingi selama 24 jam. Kesemuanya mempunyai kemampuan dan

capabilitas yang tinggi sesuai denganbidangnya. Sebagian besar adalah

lulusan perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri. Namun demikian

komitmen, wawasan dan kompetensi mereka terus dikembangkan secara

sistematis dan konsisten dari waktu ke waktu, baik dengan cara inservice

training ataupun outservice training, secara formal, non formal ataupun

informal. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan solusi yang efektif bagi

perkembangan Pondok Pesantren Bahrul Ulum sesuai dengan dinamika

perkembangan dan tuntutan global.

11. Alumni

Untuk memberi wadah bagi para alumni Pondok Pesantren Bahrul

Ulum, maka dibentuklah suatu organisasi yang bernama Ikatan Keluarga

Alumni Bahrul Ulum (IKABU). Organisasi ini berfungsi :

Page 51: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

41

1. Menjadi kekuatan penggerak silaturrahim dan ukhuwah diantara alumni

beserta keluarga dengan keluarga Pondok Pesantren Bahrul Ulum

sehingga mampu meningkatkan peran dan tanggungjawabnya secara

optimal dengan membina dan meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga,

masyarakat, nusa, bangsa dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang

adil dan makmur serta diridhoi oleh Allah SWT.

2. Menjadi kekuatan penggerak peran serta alumni terhadap pengembangan

Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

Sedangkan tujuannya adalah :

a. Membina silaturrahim dan ukhuwah diantara alumni beserta keluarga

dengan keluarga Pondok Pesantren Bahrul Ulum sehingga mampu

meningkatkan peran dan tanggungjawabnya dalam mewujudkan

masyarakat madani dengan membina dan meningkatkan kesejahteraan

diri , keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa dalam negara kesatuan

Republik Indonesia, yang adil dan makmur serta diridhoi Allah SWT.

b. Meningkatkan peran serta alumni terhadap pengembangan Pondok

Pesantren Bahrul Ulum.

12. Susunan Personalia Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

Tambakberas Jombang

1. Majelis Pengasuh/Dewan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Bahrul

Ulum

No Nama Jabatan

1 Drs. KH. Hasib Wahab Ketua

2 KH. Abd. Nashir Fattah Wakil Ketua

3 Drs. KH. M. Fadlulloh Malik, M.HI Wakil Ketua

4 H. M. Sholachul Am NB, SE. Katib

5 KH. Djamaluddin Ahmad Anggota

6 KH. M. Sulthon Abd. Hadi Anggota

7 Nyai. Hj. Machfudloh Anggota

8 Nyai. Hj. Mundjidah Wahab Anggota

9 Nyai. Hj. Churun „Ain Anggota

10 Nyai. Hj. Chafshoh Yahya Anggota

11 Nyai. Hj. Hj. Muchtaroh Anggota

12 Nyai. Hj. Zubaidah Nasrulloh Anggota

Page 52: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

42

2. Dewan Pengawas Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

No Nama Jabatan

1 KH. Roqib Wahab Koordinator

2 Ainur Rofiq AlAmin, M.Ag. Anggota

3 Nyai. Hj. Salma Nashir Anggota

4 Hj. Sa‟adatul Athiyah, S.Pd. Anggota

3. Pengurus Harian Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

No Nama Jabatan

1 KH. M. Irfan Sholeh, M.MPd. Ketua Umum

2 H. Wafiyul Ahdi, SH. Ketua I

3 Ema Umiyyatul Chusnah, M.MPd. Ketua II

4 Ir. Edi Labib Patriadin Sekretaris Umum

5 Hj. Zumrotus Sholihah, S.Pd. Sekretaris I

6 Moch. Syifa‟ Malik, M.Pd.I. Sekretaris II

7 Hj. Bashirotul Hidayah, S.Ag. Bendahara Umum

8 Hj. Emi Tahmidah, M.Ag. Bendahara I

9 H. M. Khusnurrofiq, S.KH. Bendahara II

4. Pengurus Bidang / Departemen, Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

No Nama Jabatan

1. Departemen Pendidikan & Kepesantrenan

a. H. M. Idris Jamaluddin Koordinator

b. H. Abdurrozaq Sholeh Anggota

c. Adatul Istiqomah, M.Pd.I Anggota

d. Hj. Nidaus Sa‟adah, S.Ag. Anggota

2. Departemen Humasy

a. Maslahatul Ammah, M.Pd.I Koordinator

b. H. Abdul Latif Malik, Lc. Anggota

c. Lailatun Ni‟mah, SH. Anggota

d. Fatin Fadhilah, M.Si. Anggota

e. Agus Chumaidi Abdillah Anggota

3. Departemen Kamtib

a. Abdul Jabbar Hubbi Koordinator

b. H. AR. Jauharuddin, S.Hum. Anggota

4. Departemen Pengelola Asset

a. Iid Wahiduddin Najib Koordinator

b. H. M. Salman Al Faris, Lc.,M.HI Anggota

5. Departemen Wirausaha

a. H. Abd. Wahab Yahya, S.Pd.I Koordinator

Page 53: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

43

b. Hj. Sunniah Wibawati, S.Ag. Anggota

c. Chimayatulloh, SE. Anggota

6. Departemen Kesehatan Dan Lingkungan Hidup

a. H. M. Chusnurrofiq, S.KH Koordinator

b. H. Shilahuddin Asy‟ari, S.Ip. Anggota

c. Novi Nurlaily, S.Keb. Anggota

7. Departemen Sarana Dan Prasarana

a. H. M. Imron Rosyadi Malik Koordinator

b. H. Hasyim Yusuf Anggota

c. H. Moh. Chabiburrohman, S.Ip. Anggota

d. H. Ahmad Amin Yahya Anggota

8. Departemen Infokom

a. Azam Khoiruman Koordinator

b. Hj. Imadul Ummah Anggota

c. Mumtazul Azizi Anggota

9. Departemen Ekonomi Dan Koperasi

a. H. Abd. Wahab Rochim, SE. Koordinator

b. M. Afifuddin Sholeh Anggota

c. Farid Al Farisi Anggota

d. H. Abd. Hannan Majdy, S.Kom Anggota

e. M. Fathoni Syaifuddin, M.Si. Anggota

f. H. Nuril Hida Anggota

Page 54: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

44

Silsilah KH. Abdus Salam (Kyai Shoichah)

Perintis Pondok Pesantren Bahrul Ulum

NABI MUHAMMAD, SAW

SAYYIDAH FATHIMAH

AZ-ZAHRO’

SAYYIDINA HUSSEIN

BIN ALI

SAYYIDINA ALI ZAINAL

ABIDIN

SAYYIDINA MUHAMMAD AL-BAKHON

SAYYIDINA JA’FAR

SHODIQ

SAYYIDINA ALI AL-

RIDLI

SAYYIDINA

MUHAMMAD AN-NAQIB

SAYYIDINA ISA AL-

BASHORI

SAYYIDINA AHMAD

MUHAJIR

SAYYIDINA ABDULLOH

SAYYIDINA ALWI

SAYYIDINA

MUHAMMAD

SAYYIDINA ALI ALWI

SAYYIDINA AMIR

ABDUL MALIK

SAYYIDINA ABDULLOH

KHON

SYEIKH JAMALUDDIN HUSSEIN (Makam di

Baqi’ Madinah)

SYEIKH MAULANA ISHAK

(Orang tua Sunan GIRI)

SAYYID ABDULLOH FAQIH SYIHABUDDIN

(Pangeran Pandan Arum)

SYEIKH ABDURROHMAN

(Joko Tingkir)

SYEIKH ABDUL HALIM

(Pangeran Benowo)

SYEIKH ABDUL JABBAR (Makam di Jojogan

Tuban)

SYEIKH ABDUSSALAM

(Kyai Shoichah)

Page 55: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

45

J. Profil KH. Abdul Wahab Chasbullah

1. Latar Belakang Keluarga

KH. Abdul Wahab Chasbullah lahir di Jombang pada bulan maret

tahun 1888.1 Beliau adalah putra tertua dari pasangan KH. Chasbullah dan

Nyai Hj. Lathifah. Dari rahim Nyai Hj. Lathifah, lahir pula KH. Abdul

Hamid, KH. Abdurrahim, Nyai Hj. Fatimah, Nyai Hj. Khadijah yang

merupakan saudara kandung KH. Abdul Wahab Chasbullah.

Kakek beliau KH. Sa‟id adalah salah seorang santri terbaik

sekaligus menantu dari pendiri pesantren Tambakberas, KH.Abdussalam

(Mbah Shihah). KH. Sa‟id beristrikan Nyai Hj. Fatimah.

KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah keturunan darah biru

(ningrat). Dalam buku yang ditulis oleh Hamdan Rasyid, Ali Zawawi,

Mubtadi Faisal, menerangkan :

Menurut cerita, Sa‟id masih keturunan dari Sunan Pandan Arang

Semarang yang apabila silsilahnya diurut ke atas bersambung

kepada Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Begitupun Istri KH.

Chasbullah, Nyai Lathifah, ibu kandung Kiai Wahab, masih

keturunan Sunan Ampel. Dengan demikian dalam diri Kiai Wahab

mengalir darah ningrat dari banyak jalur. Itulah sebabnya kenapa di

depan nama Kiai Wahab sering dicantumkan gelar „Raden‟ yang

merupakan tanda bahwa yang bersangkutan masih tergolong dari

kalangan bangsawan atau aristokrat masyarakat Jawa.2

Dari runtutan silsilah keturunan, KH. Wahab Chasbullah juga

masih kerabat dekat dengan KH. Hasyim Asy‟ari, pendiri Pesantren Tebu

Ireng dan Ra‟is Akbar Nahdlatul Ulama. Nasab Wahab dengan Hasyim

bertemu pada datuk yang bernama KH. Abdussalam.

KH. Abdul Wahab Chasbullah mempunyai banyak istri, namun

bukan berarti beliau sosok Kyai yang suka berpoligami, karena beliau

menikah berkali-kali dengan suatu alasan yang jelas, misalnya lantaran

istrinya meninggal dunia, tidak mempunyai keturunan, dan istri beliau

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Wahab_Hasbullah, diakses 04 September 2012

2 Hamdan Rasyid, Ali Zawawi, Mubtadi Faisal, KH. Abdul Wahab Chasbullah, Perintis,

Pendiri, dan Penggerak NU, ed. Saifullah Ma‟sum (Jakarta : Panitia Penulisan Buku Sejarah

Perjuangan KH.Abdul Wahab Chasbullah, 1999), hlm 29

Page 56: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

46

juga rata-rata adalah seorang janda. Istri-istri dan anak KH.Wahab

Chasbullah diantaranya adalah :

a. Maemunah binti Musa, dikaruniai putra bernama KH. Wahib Wahab

(Menteri Agama pada zaman orde lama)

b. Alwiyah binti Alwi Tamim dari pondok pesantren Kertopaten,

pernikahan ini berlangsung setelah istri pertama beliau meninggal, dari

Nyai Alwiyah juga dikaruniai satu putri yaitu Khodijah.

c. Asna binti Sa‟id dari Surabaya, memiliki satu putra bernama KH.

Najib.

d. Fathimah binti Burhan, dari pernikahan ini tidak dikaruniai putra

namun Nyai Fathimah mempunyai putra dari pernikahannya

sebelumnya yaitu Achmad Sjaichu (salah satu tokoh NU).

e. Fathimah binti Ali asal Mojokerto, tidak berputra.

f. Askanah binti Idris dari Sidoarjo, tidak berputra.

g. Masmah asal Surabaya, sepupu Asna binti Sa‟id, berputra KH.

Mohammad Adib.

h. Aslihah binti Abdul Majid asal Bangil, Pasuruan, mempunyai dua

putri, yaitu Djumi‟atin dan Mu‟tamaroh.

i. Sa‟diyyah (Nyai Hj. Rohmah) binti Abdul Majid asal Bangil,

Pasuruan, merupakan kakak dari Aslihah, mempunyai lima putra,

yaitu: Machfudhoh, Hizbiyyah, Munjidah, Muhammad Hasib dan

Muhammad Roqib.3

Hampir lima tahun KH. Abdul Wahab Chasbullah menderita sakit

mata yang menyebabkan kebutaan. Awal dari sakitnya tersebut adalah

ketika suatu hari beliau melakukan perjalanan ke salah satu daerah, dalam

kereta api tanpa beliau sadari sebuah handbag seorang penumpang

menimpa kepalanya. Hal tersebut tidak begitu dihiraukan oleh beliau

hingga pada kemudian hari baru beliau merasakan ada kelainan pada

penglihatannya. Pengobatan sudah dilakukan, namun Allah menentukan

lain. Sakit matanya tidak tertolong dan menyebabkan kebutaan, disertai

3 Ibid., hlm 29-30

Page 57: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

47

dengan komplikasi sakit yang lain. Hingga akhirnya tepat empat hari

pasca mu‟tamar NU ke-25 di Surabaya pada tanggal 20-25 Desember

1971.4 KH. Abdul Wahab Chasbullah menutup usia pada tanggal 29

Desember 1971 dalam rumah beliau di komplek Pesantren Tambakberas.5

2. Latar Belakang Pendidikan

Sejak kecil hingga usia 13 tahun KH. Abdul Wahab Chasbullah

mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya, KH. Chasbullah di

pesantren Tambakberas, terutama pendidikan al-Qur‟an dan tasawuf.6

Sejak kecil beliau memang memperoleh pendidikan yang bernafaskan

keislaman secara langsung dari pondok pesantren dengan menjalani hidup

sebagai seorang santri, karena ayahandanya adalah seorang pengasuh

pondok pesantren Tambakberas Jombang pada masa itu.7

Setelah menjadi santri di pondok ayahnya sendiri, untuk

memperdalam keilmuannya selama kurang lebih 15 tahun, Wahab menjadi

santri kelana yang belajar dari satu pesantren ke pesantren lain. Dengan

menjadi santri kelana beliau mendalami berbagai ilmu agama dengan

spesifikasi berbeda.8 Karena berbagai pesantren mempunyai kelebihan dan

keistimewaan masing-masing.

Ada beberapa pesantren yang pernah jadi tempat menuntut ilmu

KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah sebagai berikut:

a. Pesantren Langitan Tuban,

b. Pesantren Mojosari Nganjuk, beliau belajar selama empat tahun dan

mempelajari serta mendalami kitab-kitab fiqih.

c. Pesantren Cempaka, Nganjuk

d. Pesantren Tawangsari Sepanjang

4 Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah Kyai Nasionali Pendiri NU (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2010), hlm 154. 5 Ma‟sum (ed), KH. Abdul Wahab Chasbullah, hlm 50

6 Ibid, hlm 31.

7 Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah, hlm 137.

8 Ma‟sum (ed), KH. Abdul Wahab Chasbullah, hlm 31.

Page 58: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

48

e. Pesantren Kademangan Bangkalan, beliau belajar tata bahasa arab

kepada Syaikhona Kholil selama kurun waktu tiga tahun. Pada saat

belajar di sini Wahab dinasihati oleh Kyai Kholil untuk belajar kepada

KH. Hasyim Asy‟ari. Oleh Kyai Kholil, Wahab muda juga di anggap

macan, yang pada kemudian hari anggapan Kyai Kholil tersebut benar

adanya, KH. Abdul Wahab Chasbullah dikenal sebagai macan oleh

kawan maupun lawan.9

f. Pesantren Branggahan Kediri

g. Pesantren Tebu Ireng, selama empat tahun dan diangkat sebagai lurah

pondok oleh KH. Hasyim asy‟ari

h. Di Makkah Mukarromah, beliau belajar kurang lebih lima tahun. Dan

selama di Makkah, beliau belajar kepada beberapa Ulama, antara lain:

1) Syekh Mahfudz termas

2) Syekh Muchtarom banyu Mas

3) Syekh Baqir Yogyakarta

4) Syekh Abdul Khamid Kudus

5) Syekh Achmad Chatib Minangkabau

6) Syekh Said Alyamaning

7) Syekh Asy‟ari Bawean

8) Syekh Said Achmad Bakri Sjath

9) Syekh Abdul karim al-Daghestany

10) Syekh Umar Badjened10

Melihat dari riwayat pendidikan beliau tersebut, KH. Abdul Wahab

Chasbullah memang tampak paling menonjol pemikiran dan keilmuannya

dikalangan Ulama dan pejuang sebayanya waktu itu. Bukan hanya itu,

dalam memberikan pengajian di pesantrennya, keilmuan dan pemikiran

beliau juga tidak diragukan lagi. Seperti yang di jelaskan oleh Syamsul

Huda, salah seorang santri beliau;

9 Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008), Cet

III, hlm 199 10

Buletin Kresan Al Lathifiyyah I, edisi XXXIX Maret-Agustus 2006, hlm 5

Page 59: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

49

Saya mengaji kepada KH. Abdul Wahab Chasbullah pada waktu

beliau sudah dalam keadaan buta, saya yang membaca (Minhajul

Qowim), beliau yang mengartikan. KH. Abdul Wahab Chasbullah

ilmunya sangat mumpuni, jadi mengaji itu bukan hanya sekedar

mengartikan, melainkan dengan penjelasannya yang sangat luas,

penjelasan tersebut kepermasalahan lain namun fokusnya tetap ke

permasalahan yang di ngajikan.11

KH. Abdul Wahab Chasbullah memang seorang Ulama yang

menguasai berbagai cabang ilmu agama, seperti Tafsir, Hadits, Fiqh,

„Aqaid, Tasawwuf, Nahwu, Sharaf, Ma‟ani, Mantiq, Arudl, hingga Ilmu

Munadzarah dari cabang ilmu diskusi dan retorika.12

Selain itu beliau juga

seorang organisator ulung yang mampu mengorganisir para ulama dalam

sebuah organisasi dengan segala sumberdayanya.13

KH. Abdul Wahab Chasbullah terkenal dalam kemampuan dan

keampuhannya dalam retorika, hal ini karena beliau menguasai betul ilmu

Ushul Fiqh dan Mantiq.14

Banyak tulisan dalam buku yang menceritakan

tentang keampuhan retorika beliau, baik itu dengan Kyai, dewan

parlement, dan beberapa tokoh lainnya.

Kecerdasan dan bakat kepemimpinan yang dimiliki KH. Abdul

Wahab Chasbullah sesungguhnya sudah tampak sejak di bangku

pesantren. Beliau mudah bersosialisasi dengan santri-santri lain. Beliau

juga memimpin kelompok belajar dan diskusi santri yang dibuatnya.

Dalam diskusi tersebut disamping pembahasan tentang pelajaran agama,

permasalahan sosial kemasyarakatan juga dibahas. Dengan kebiasaan-

kebiasaan yang dilakukan tersebut, maka sepulangnya dari pesantren KH.

Abdul Wahab Chasbullah sama sekali tidak canggung untuk berinteraksi

dengan segenap lapisan masyarakat.15

Dengan segenap kecerdasan

11

Hasil wawancara dengan Drs. KH.Edi. pada tanggal 29 November 2012 di Pondok

Pesatren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang Jawa Timur 12

Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah, hlm 138 13

Ma‟sum (ed), KH. Abdul Wahab Chasbullah, hlm 33 14

Hasil wawancara dengan Drs. KH.Edi. pada tanggal 29 November 2012 di Pondok

Pesatren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang Jawa Timur 15

Buletin Kresan, hlm 5

Page 60: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

50

intelektual dan skill yang dimiliki, KH. Abdul Wahab Chasbullah mulai

berjuang dan mengabdikan dirinya untuk umat.

3. Latar Belakang Sosial Politik

KH. Abdul Wahab Chasbullah memang seorang ulama besar yang

hidup dan berjuang di tiga zaman, yaitu; zaman pergerakan dan perjuangan

merebut kemerdekaan, setelah Indonesia merdeka, dan awal masa Orde

Baru. Beliau memang pernah merasakan pahit getirnya dunia politik16

Pada zaman pergerakan dan perjuangan merebut kemerdekaan,

Sepulangnya KH. Abdul Wahab Chasbullah dari tempat menimba ilmu di

kota suci Makkah, beliau tidak langsung kembali ke Tambakberas untuk

membantu dan mengajar di pesantren asuhan ayahnya, hal ini tak berarti

beliau tak mampu untuk menjalankan tugas itu, namun ada hal lain yang

menggerakkan minat dari jiwanya yang energik dan penuh ambisi, seperti

halnya berjuang di tengah-tengah kota besar yang penuh tantangan.

Ambisinya tergugah akibat penjajahan yang dilakukan Belanda, beliau

sangat bisa merasakan sakitnya menjadi negeri jajahan, dimana banyak

rakyat yang menderita, kemiskinan, hancurnya tatanan adat dan budaya,

serta kekayaan alam yang terkuras. Yang lebih parah adalah kobodohan

yang merajalela akibat sistem atau kebijakan penjajah yang tidak memihak

pada peningkatan kecerdasan bangsa Indonesia.17

Oleh karena itu, beliau

memilih kota Surabaya menjadi tempat memulainya untuk berjuang,

dimana kota Surabaya pada waktu itu adalah kota terbesar kedua sesudah

Jakarta yang menjadi pusat perdagangan yang sedang berkembang. Lebih

dari itu, pada tahun 1910-an Surabaya juga menjadi pusat politik berbagai

organisasi, salah satu diantaranya adalah SI (Sarekat Islam), KH. Abdul

16

Muhammad Rifa‟i, KH. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-1971, (Jogjakarta:

Garasi House of Book, 2010), hlm 121 17

Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah Pendiri dan

Penggerak NU, Cetakan Pertama (Tuban: GP Anshor dan Yogyakarta : Aura Pustaka, 2012), hlm

151

Page 61: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

51

Wahab Chasbullah pernah mendirikan cabang Sarekat Islam ini di

Makkah.

Perjuangan dimulai, akibat kesadaran persatuan dan kesatuan

dalam diri para anak bangsa belum seutuhnya menjadi satu sehingga

banyak perjuangan perlawanan yang mudah dipatahkan oleh penjajah,

maka KH. Abdul Wahab Chasbullah mulai berjuang dengan menekankan

penciptaan kesadaran kolektif untuk berjuang bersama-sama dalam

melakukan perlawanan. Hal itu diwujudkan dengan menggagas pendirian

sebuah wadah organisasi, dan konsep awal yang ditawakan KH. Abdul

Wahab Chasbullah adalah dalam bidang pendidikan dan sosial. Pada

waktu itu beliau mengajar di Madrasah Qur‟an milik mertuanya KH.

Musa, dan dengan dibantu Mas Mansur, KH. Abdul Wahab Chasbullah

mendirikan Tashwirul Afkar (Potret Pemikiran); semacam grup diskusi

atau forum tukar informasi yang membahas berbagai permasalahan umat,

baik masalah hukum agama, perkembangan dunia internasional maupun

aspirasi masyarakat Indonesia yang berkembang akibat penjajahan

Belanda. Selain itu Tashwirul Afkar juga sebagai jembatan komunikasi

antara generasi muda dengan generasi tua, dan sebagai forum pengkaderan

kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Dalam forum Tashwirul Afkar terdapat unsur-unsur kekuatan politik untuk

menantang penjajah, hal ini yang menyebabkan forum tersebut dengan

cepat menyebar luas bukan hanya di daerah Surabaya, melainkan berbagai

daerah di Jawa Timur.

Lembaga lain yang didirikan KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah

Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air); sebuah lembaga pendidikan

Islam (Madrasah) yang dikelola dengan sistem klasikal, kurikulum modern

dengan fasilitas gedung yang besar dan bertingkat yang bertujuan untuk

menggembleng para calon pemimpin muda dalam bidang dakwah, di

samping itu Nahdlatul Wathan juga merupakan sebuah perhimpunan atau

organisasi yang mempunyai tujuan politis. Nahdlatul Wathan pertama kali

didirikan di Surabaya pada tahun 1916. Sama halnya dengan Tashwirul

Page 62: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

52

Afkar, perkembangan Nahdlatul Wathan juga cukup melejit hingga

lembaga tersebut memiliki cabang pada beberapa daerah di Jawa Timur;

Malang, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, dan juga di daerah Semarang Jawa

Tengah. Melalui Nahdlatul Wathan, KH. Abdul Wahab Chasbullah mulai

memimpin dan menggerakkan perjuangan pemikiran berdasarkan

keagamaan dan nasionalisme. Untuk menghimpun kalangan muda selaku

kader-kader pemimpin masa depan, KH. Abdul Wahab Chasbullah

membentuk wadah Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Beliau

menunjuk KH. Abdullah Ubaid, seorang aktifis muda untuk menjadi

pemimpin Syubbanul Wathan.

Dari dua lembaga tersebut lahirlah generasi-generasi nasionalis dan

berwawasan luas. Pendirian sekolah atau madrasah diberbagai daerah di

tanah air telah menjadikan penjajah gentar terhadapnya. Dari sini dapat

disimpulkan, bahwa perjuangan KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam

memederkakan bangsa lebih menekankan ranah kesadaran kebangsaan

agar masyarakat terbebas dari kebodohan, kemiskinan, dan perselisihan.

Dalam keadaan bangsa yang terjajah, untuk menghidupi keluarga

dan membiayai pendidikan serta pergerakan nasional memang bukan suatu

hal yang mudah, KH. Abdul Wahab Chasbullah berprofesi sebagai agen

perjalanan haji dan pedagang; beras, gula dan batu mulia untuk bekal

materi dalam perjuangannya. Beliau memang selalu punya ide-ide

cemerlang, maka di tahun yang sama beliau ikut mendirikan Nahdlatul

Tujjar (Kebangkitan Kaum Pedagang); badan kerjasama perdagangan

berbentuk koperasi antara orang-orang Islam dari Jombang dan Surabaya.

Yang diketuai oleh KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Abdul Wahab

Chasbullah sebagai bendahara.

Perjuangan KH. Abdul Wahab Chasbullah yang penuh kegigihan

adalah saat membela kaum tradisionalis, yang pada waktu itu timbul

pertentangan dari kaum modernis (Muhammadiyyah dan Al Irsyad)

terhadap kaum tradisionalis. Paham Muhammadiyyah; Bahwa umat Islam

harus kembali kepada al-Qur‟an dan Hadits Nabi, kebenaran fatwa dan

Page 63: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

53

kitab para ulama dan amalan-amalan umat Islam harus ditinjau kembali

dengan Ijtihad. Umat Islam harus melepaskan diri dari sikap taqlid kepada

pendapat dan fatwa ulama tersebut, selain itu umat Islam harus

meninggalkan tradisi-tradisi dan praktek keagamaan yang tidak murni dari

Islam; selametan (Kenduri), ziarah kubur para ulama dan wali. Paham

tersebut sangat bertentangan dengan sendi-sendi keislaman yang dianut

kaum tradisionalis. Menurut kaum tradisionalis, ulama adalah pewaris

Nabi dan penjaga hukum Islam, mereka sangat teliti dalam ber ijtihad dan

menggali hukum Islam. Tidak sembarang orang bisa ber ijtihad, karna

syarat seorang mujtahid adalah harus mengetahui nash al-Qur‟an dan

Hadits, memahami betul Ijma‟ ulama terdahulu, mengetahui bahasa Arab,

asbabun nuzul, asbabul wurud. Hubungan kaum tradisionalis dan

modernis semakin buruk karena timbulnya perpecahan rancangan untuk

Kongres Dunia Islam.

Kaum muslim tradisionalis khawatir Ibnu Saud akan melakukan

reaksi terhadap pendidikan dan ritual beraliran syafi‟i di Hijaz, sedangkan

kaum modernis justru senang dengan tampilnya penguasa Wahabi di

panggung kekuasaan. Dan hasil konferensi yang di pimpin oleh kaum

modernis tentang pengiriman delegasi ke Makkah hanya dari kaum

modernis yang mengirim utusan dan tidak mengundang kaum tradisional

untuk ikut serta. Karena rentetan peristiwa tersebut maka KH. Abdul

Wahab Chasbullah atas restu KH. Hasyim Asy‟ari mengumpulkan para

ulama tradisional terkemuka se- Jawa dan Madura untuk membicarakan

serta mendukung pembentukan komite hijaz. Pada tanggal 31 Januari 1926

pertemuan antar Kyai dan Ulama berlangsung, yang dihadiri oleh KH.

Abdul Wahab Chasbullah sebagai tuan rumah, KH. Hasyim Asy‟ari, KH.

Bisri Syansuri (Jombang), KH. Ridwan (Semarang), KH. Asnawi (Kudus),

KH. Nawawi (Pasuruan), KH. Nahrawi (Malang), KH. Alwi Abdul Aziz

(Surabaya) serta ulama-ulama lainnya tersebut menghasilkan dua

keputusan penting, yaitu: peresmian serta pengukuhan Komite Hijaz

sebagai delegasi ke Kongres Dunia Islam di Makkah untuk

Page 64: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

54

memperjuangkan perlindungan dan kebebasan hukum-hukum Islam

menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali) dalam

wilayah kekuasaannya pada Raja Ibnu Saud, dan membentuk suatu

Jam‟iyyah bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan para ulama) sebagai

wadah persatuan para ulama dalam tugasnya memimpin umat serta

bertujuan menegakkan berlakunya syari‟at Islam yang berhaluan pada

empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hambali.18

Sungguh pun KH.

Abdul Wahab Chasbullah adalah pencetus ide sekaligus perintis dan

penggerak utama pembentukan Nahdlatul Ulama, beliau tidak bersedia

menduduki jabatan Ra‟is Akbar, jabatan tertinggi dalam NU, beliau

menyerahkan jabatan itu kepada KH. Hasyim Asy‟ari, sebagai wujud rasa

tawadlu‟nya kepada sang guru. Dan KH. Abdul Wahab Chasbullah

menduduki jabatan sebagai Katib „Am (Sekretaris Umum).

Perjuangan KH. Abdul Wahab Chasbullah untuk membesarkan

Nahdlatul Ulama benar-benar penuh totalitas. Perjuangan tetap berlanjut,

Jepang yang berhasil menghancurkan bangunan-bangunan, serta politik

ekonomi sosial yang didirikan Hindia-Belanda, maka berhasil menggeser

kedudukan Belanda menjajah Indonesia. Dalam penjajahan Jepang,

suasana sangat tidak menentu, ditambah pula penangkapan KH. Hasyim

Asy‟ari oleh tentara Jepang karena menolak melakukan saikeirei; suatu

ritual berupa membungkukkan badan kearah kaisar Jepang yang

menyerupai gerakan ruku‟ dalam shalat, sehingga dinilai bertentangan

dengan ajaran Islam. Disinilah perjuangan KH. Abdul Wahab Chasbullah

tampak tidak hanya dalam gerakan pendidikan dan sosial, melainkan juga

berjuang secara fisik. Bahkan beliau sendiri yang turun tangan langsung

dalam pembebasan KH. Hasyim Asy‟ari. Keberhasilan pembebasan

tersebut juga dibantu oleh KH. Abdul Wahid Hasyim, mereka berusaha

melakukan diplomasi serta melakukan kunjungan ke saikoo sikikan

(panglima tertinggi tentara Jepang), shuutyokan (Residen Jepang di

Surabaya), dan para petinggi Jepang dalam rangka melakukan negosiasi

18

Ma‟sum (ed), KH. Abdul Wahab Chasbullah, hlm 75

Page 65: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

55

pembebasan KH. Hasyim Asy‟ari. Belum selesai sampai disitu,

perjuangan KH. Abdul Wahab Chasbullah berlanjut dalam pembebasan 12

tokoh Nahdlatul Ulama yang merupakan tulang punggung NU di Jawa

Tengah.19

KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam gerakannya melakukan

perjuangan melawan penjajah selalu menggunakan cara dan taktik yang

cerdas. Beliau melakukan gerakan perlawanan melalui negosiasi dan

pembentukan kekuatan militer. Beliau membentuk Laskar Hizbullah,

Laskar Sabilillah dan barisan Kyai. Dengan adanya pasukan militer

tersebut beliau terus melakukan gemblengan atau memberikan semangat

dan motivasi kepada para kyai dan pemuda akan pentingnya perjuangan

untuk memperoleh kemerdekaan.20

Totalitas yang dilakukannya menunjukkan bahwa beliau

merupakan sosok pejuang yang memiliki nasionalisme yang kuat dengan

mencurahkan seluruh potensinya dalam upaya melakukan perjuangan

dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah demi tercapainya

kemerdekaan Indonesia.

Pasca proklamasi kemerdekaan, presiden Soekarno mengangkat

KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai anggota DPA (Dewan

Pertimbangan Agung) bersama Dr. Douwes Dekker dan Dr. Rajiman

wedyodiningrat yang bertugas memberikan nasihat baik diminta maupun

tidak kepada presiden.21

Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, KH. Adul Wahab

Chasbullah bergabung dalam gerilya menentang kembalinya kekuasaan

Belanda dengan menyumbangkan hartanya untuk perlengkapan militer,

19

Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah Pendiri dan Penggerak

NU, Cetakan Pertama (Tuban: GP Anshor dan Yogyakarta : Aura Pustaka, 2012), hlm 152 20

Ma‟sum (ed), KH. Abdul Wahab Chasbullah, hlm 98 21

Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah, hlm 59

Page 66: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

56

bekerjasama dengan unit-unit gerilya, dan membantu mengkoordinasi

rekrutmen-rekrutmen dsn pelatihan santri di Jawa Timur.22

Perjuangan KH. Abdul Wahab Chasbullah habis-habisan untuk

membesarkan Jam‟iyyah Nahdlatul Ulama baik itu jauh sebelum Indonesia

merdeka hingga Indonesia merdeka. Dengan segenap jiwa, raga, harta, dan

tenaga beliau curahkan untuk mewujudkan cita-cita Islam melalui

Nahdlatul Ulama,23

oleh karena itu hingga beliau sudah udzur pun masih

terpilih menjadi Ra‟is Aam Nahdlatul Ulama. Jika kita melihat perjuangan

dan pengabdian beliau, memang tidak ada yang lebih pantas untuk

menggeser jabatan itu. Hingga akhirnya beliau wafat, jabatan itu

digantikan oleh adik iparnya sekaligus teman berjuangnya, KH. Bisri

Syansuri.

1. Karya-karya

KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah sosok orang besar yang tak

menuliskan karyanya di atas kertas, melainkan menuliskan karyanya di atas

bumi, dengan segala perjuangan yang beliau persembahkan untuk umat, baik

itu dalam dunia pesantren dan bangsa Indonesia. Dengan hasil karya

perjuangannya, kita bisa menikmati dan merasakannya hingga saat ini. Maka

dari karya-karya KH. Abdul Wahab Chasbullah melalui perjuangan yang

terbingkai dalam ucapan dan perbuatannya, kita bisa menyimpulkan

pemikiran-pemikiran KH. Abdul Wahab Chasbullah walaupun beliau tidak

pernah menggoreskan tinta tentang pemikiran ataupun pandangan hidupnya

pada selembar kertas.24

2. Guru-guru KH. Abdul Wahab Hasbullah

a. Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy‟ari

b. KH. Faqihuddin

22

Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah Pendiri dan

Penggerak NU, Cetakan Pertama (Tuban: GP Anshor dan Yogyakarta : Aura Pustaka, 2012), hlm

153 23

Rifa‟i, KH. Wahab Hasbullah, hlm 121 24

Wawancara KH. Edi Desember 2012

Page 67: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

57

c. Syaikhona Cholil Bangkalan

d. Syaikh Muhtarom Banyumas

e. Syaikh Baqir Yogjakarta

f. Ahmad Khatib Minangkabau.25

c. Kontribusi KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Pengembangan

Pendidikan Pesantren Bahrul Ulum

Kontribusi adalah sumbangan atau masukan yang dapat diberikan baik

berupa materi atau non materi. Adapun kontribusi yang dilakukan oleh KH.

Abdul Wahab Chasbullah dalam pengembangan pendidikan pesantren Bahrul

Ulum antara lain:

1. Dibidang Kelembagaan

KH. Abdul Wahab Chasbullah senang akan perkembangan

pendidikan.26

Melihat akan perkembangan yang cukup pesat di kedua

lembaga yang beliau dirikan tersebut, maka KH. Abdul Wahab Chasbullah

mencoba menerapkan sistem belajar di Tashwirul Afkar dan Nahdlatul

Wathan pada sistem pendidikan di pesantren Tambakberas.

Sistem pendidikan yang ditawarkan beliau yaitu dengan

memperbarui sistem yang dulunya sistem salafi yang komponen

pendidikannya hanya antara pengajar dan pendidik (Kyai dan Santri)

dengan metode pengajaran yang sangat sederhana; kyai ceramah, santri

mencatat. Beliau menerapkan sistem modern atau sistem madrasah yang

beliau adopsi dari sistem pendidikan luar/barat dengan cara menambah

komponen sistem pendidikan lainnya yang bisa menunjang minat santri

untuk belajar, komponen tersebut berupa fasilitas; ruangan untuk kelas serta

papan tulis sebagai media pembelajaran.

Menurut Gus Edi, kelas yang digunakan KH. Abdul Wahab

Chasbullah pada masa itu adalah wustho dan kurikulumnya pada

penguasaan ilmu alat; Nahwu dan Shorof, Fiqih, Tauhid, al-Qur‟an dan

25

Majalah Nahdlatul Ulama AULA hal. 15 26

Wawancara di kediaman Hj. Hizbiyah Rochim (Putri ke 2 KH. Abdul Wahab

Chasbulloh, pada 20 Desember 2012.

Page 68: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

58

Hadits. Tujuan KH. Abdul Wahab Chasbullah menambahkan komponen

sistem pendidikan pesantren tersebut agar para santri lebih terarah dalam

penguasaan ilmu agama. Seperti yang dituturkan oleh Gus Edi, menurut

KH. Abdul Wahab Chasbullah, bahwa dasar pendidikan agama yang

meliputi al-Qur‟an; Tajwid dan Tafsir, Fiqih, Tauhid, serta Hadits harus

dikuatkan pada pribadi anak didik, karena dasar pendidikan agama tersebut

sebagai modal utama masa depan, agar anak didik kuat prinsip dan

pendirian dalam langkah kehidupannya.27

Tentang kenapa banyaknya santri yang suka dan mengikuti

pengajian KH. Abdul Wahab Chasbullah, Nyai Hizbiyah menuturkan hal

itu dikarenakan ketika mengkaji satu ayat penjelasan yang diberikan oleh

beliau begitu luas. Beliau lebih banyak bercerita tentang sejarah Rasulullah

dan sahabat-sahabatnya, memberikan contoh nyata ucapan dan perbuatan

Rasulullah.28

Menurut Nyai Hizbiyah, KH. Abdul Wahab Chasbullah memang

terkenal akan penguasaan ilmu Tafsir, fiqh dan mantiq.29

dan oleh karena itu

beliau lebih menekankan penguasaan ke ilmu-ilmu tersebut.

Dalam kurikulun pendidikan pesantren Tambakberas juga terdapat

ilmu-ilmu yang berkaitan tentang Ahlussunah wal jama‟ah (ASWAJA).

Pengertian Ahlussunah wal jama‟ah sendiri adalah golongan mengikuti

sunnah dan ajaran-ajaran Rasulullah diatas garis yang dipraktekan oleh

sahabat-sahabat Nabi.30

Dalam ASWAJA terdapat istilah manhajul fikr dan

manhaj taghayyur al-ijtima‟i, bahwasanya Ahlussunah wal jama‟ah sebagai

manhajul fikr merupakan metode berpikir yang digariskan oleh para sahabat

Nabi dan tabi‟in yang sangat erat kaitannya dengan situasi politik dan sosial

yang meliputi masyarakat muslim waktu itu. Dari manhajul fikr inilah lahir

27

Wawancara di kediaman Hj. Hizbiyah Rochim (Putri ke 2 KH. Abdul Wahab

Chasbulloh, pada 20 Desember 2012 28

Wawancara di kediaman Hj. Hizbiyah Rochim (Putri ke 2 KH. Abdul Wahab

Chasbulloh, pada 20 Desember 2012 29

Wawancara di kediaman Hj. Hizbiyah Rochim (Putri ke 2 KH. Abdul Wahab

Chasbulloh, pada 20 Desember 2012 30

Jamal Ghofir, Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah Pendiri dan Penggerak

NU, Cetakan Pertama (Tuban: GP Anshor dan Yogyakarta : Aura Pustaka, 2012), hlm 6.

Page 69: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

59

pemikiran-pemikiran keislaman, baik di bidang aqidah, syari‟ah, maupun

akhlak/tasawuf. Begitu juga dengan Ahlussunah wal jama‟ah sebagai

manhaj taghayyur al-ijtima‟i, yaitu pola perubahan sosial-kemasyarakatan

yang sesuai dengan nafas perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya. Inti

dari keduanya adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah ma ana

„alaihi wa ashabi (segala sesuatu yang datang dari rasulullah dan

sahabatnya). Inti Ahlussunah wal jama‟ah kemudian diwujudkan dengan

empat nilai: Tawassuth (moderat), Tasamuh (toleran), Tawazun

(keseimbangan), dan Ta‟adul (keadilan). Dapat disimpulkan bahwa

keberadaan ilmu ASWAJA di pesantren Tambakberas dimaksudkan oleh

KH. Abdul Wahab Chasbullah agar santri mampu memahami dan

mengilhami serta mengamalkan metode berpikir serta perjuangan yang

digariskan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam perubahan sosial

masyarakat.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa secara tidak langsung KH. Abdul

Wahab Chasbullah menanamkan unsur ilmu politik dalam sistem

pendidikan pesantren Tambakberas. 31

Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya alumni yang terjun dalam dunia politik, salah satunya adalah

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjadi presiden RI ke-IV.

Berbicara tentang KH. Abdul Wahab Chasbullah, tidak akan pernah

lepas dari Pondok Pesantren Tambakberas, yang merupakan salah satu

pondok pesantren terbesar di Jawa Timur, tempat dimana beliau dilahirkan

dan berpulang. Selain pengabdian KH. Abdul Wahab Chasbullah untuk

umat yang terbungkus dalam organisasi masyarakat terbesar Nahdlatul

Ulama, beliau juga mengabdikan diri sepenuhnya dalam pesantren

Tambakberas, pesantren yang didirikan oleh kakeknya sendiri, KH.

Abdussalam (Mbah Shichah) yang merupakan Pembabat pertama dusun

Gedang, cikal bakal Pondok Pesantren Tambakberas. Kedatangannya di

dusun ini membawa misi untuk menyebarkan agama dan ilmu yang

31

Wawancara di kediaman Hj. Hizbiyah Rochim (Putri ke 2 KH. Abdul Wahab

Chasbulloh, pada 20 Desember 2012

Page 70: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

60

dimilikinya. Menurut silsilah, beliau termasuk keturunan Raja Brawijaya

(kerajaan Majapahit) dan merupakan salah seorang pengikut Pangeran

Diponegoro. Abdussalam adalah putra Abdul Jabbar (Mbah Jabbar ) putra

Abdul Halim (Pangeran Benowo) putra Abdurrohman (Jaka Tingkir/Mas

Karebet). Sebelum kedatangan Abdusaalam, desa itu masih merupakan

hutan belantara yang tidak dihuni. Selama kurang lebih 13 tahun beliau

bergelut dengan semak belukar dan kemudian menjadikan desa itu sebagai

perkampungan yang dihuni oleh komunitas manusia. Setelah berhasil

merubah hutan menjadi perkampungan, mulailah beliau membuat gubuk

tempat beliau berdakwah yaitu sebuah pesantren kecil yang terdiri dari

sebuah langgar, bilik kecil untuk santri dan tempat tinggal yang sederhana.

Pondok pesantren tersebut dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Pondok

Selawe dikarenakan jumlah santri yang berjumlah 25 orang. Disebut juga

dengan Pondok Telu karena bidang atau materi keilmuan yang dikaji

meliputi tiga ilmu yaitu syari‟at, hakikat dan kanuragan. Dari sisi lain

dinamakan Pondok Telu karena jumlah bangunannya terdiri dari 3 lokal.

Hal ini terjadi pada tahun 1825 Masehi.32

Setelah KH. Abdussalam berusia lanjut, tampuk kepemimpinan

Pondok Selawe atau Pondok Telu diserahkan kepada dua menantunya yang

tidak lain adalah santrinya sendiri, yaitu KH. Ustman dan KH. Sa‟id. Pada

tahap selanjutnya, atas restu dari Mbah Shoichah keduanya kemudian

melakukan pengembangan terhadap pondok pesantren. Jika KH. Usman

lebih menitikberatkan pesantrennya dalam ritual thoriqoh di timur sungai

Tambakberas, maka sebaliknya KH. Sa‟id lebih fokus pada pengembangan

pesantren dengan kajian-kajian yang bersifat syari‟at. Karena itulah maka

Pondok Pesantren KH. Sai‟d yang berada di sebelah barat sungai

Tambakberas ini dikenal dengan sebutan Pondok Syari‟at. Dan karena

pondok yang dikembangkan oleh KH. Ustman yang lebih fokus pada

thoriqot, maka pondok ini dinamakan Pondok Thoriqot.33

32

http://tambakberas.com/sejarah.html (online) diakses 04 April 2012 33

Ibid.

Page 71: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

61

Setelah KH. Ustman dan KH. Sa‟id wafat, yang meneruskan tampuk

pimpinan pesantren adalah KH. Chasbullah, putra KH. Sa‟id. Sedangkan

pesantren KH. Ustman tidak ada yang meneruskan karena beliau tidak

mempunyai putra laki-laki. Oleh sebab itu santrinya diboyong ke pesantren

sebelah barat sungai dijadikan satu dibawah pimpinan KH. Chasbullah.

Beliau adalah seorang yang kaya raya dan dermawan, beliau memiliki tanah

pertanian yang sangat luas. Dari hasil pertanian ini beliau banyak memiliki

gudang-gudang beras yang menyebar dimana-mana bagaikan tambak.

Konon karena hal itu daerah ini disebut Dusun Tambakberas dan pondok

pesantren beliau dikenal dengan sebutan Pondok Tambakberas. Dibawah

pimpinan KH. Chasbullah pondok pesantren berkembang sangat pesat.

Pada tahun 1914 KH. Abdul Wahab Chasbullah (Putra tertua KH.

Chasbullah) kembali dari tugas belajarnya di tanah suci Makkah. Namun

beliau tidak langsung kembali ke Tambakberas untuk membantu dan

mengajar di pesantren asuhan ayahnya, melainkan menggembara ke

Surabaya. Dan beliau berhasil berdakwah serta mendirikan dua lembaga

madrasah yaitu Tashwirul Afkar dan Nahdlatul Wathan, baru pada tahun

1918 beliau kembali ke Tambakberas. Sejak saat itu KH. Abdul Wahab

Chasbullah mulai melakukan pembaharuan pondok pesantren

Tambakberas.34

Untuk mengelola pesantren, KH. Abdul Wahab Chasbullah dibantu

oleh kedua adiknya, yaitu KH. Abdul Hamid yang berkonsentrasi terhadap

pengelolaan pondok sedangkan untuk Pengelolaan madrasah dibantu oleh

KH. Abdurrochim, dan ketika KH. Abdurrochim wafat, pengelolaan

dilimpahkan kepada keponakannya, KH. Abdul Fattah Hasyim. Karena

kesibukan KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam perjuangan NU dan

kenegaraan, beliau hanya memantau perkembangan madrasah, hal tersebut

yang menjadikan nama beliau tak sepopuler KH. Abdul Fattah Hasyim

dalam hal pengembangan pendidikan di Tambakberas.35

34

Ibid. 35

http://tambakberas.com 20 April 2012

Page 72: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

62

Karena perkembangan yang ada, maka dalam pengelolaan pesantren

KH. Abdul Wahab Chasbullah juga mengadakan perubahan, yaitu dengan

memberikan nama untuk pesantrennya, pada tahun 1965, Pondok Pesantren

Tambakberas berganti nama menjadi Pondok Pesantren Bahrul „Ulum.

Nama tersebut diambil dari bahasa Arab, Bahr berarti Laut dan „Ulum

adalah jama‟ dari isim mufrod Ilmu yang jika digabungkan menjadi Bahrul

„Ulum yang bermakna Lautan Ilmu. Bersamaan dengan itu juga diadakan

sayembara pembuatan simbol (logo) Pondok Pesantren Bahrul „Ulum, yang

berhasil memenangkan sayembara tersebut adalah Abdullah Yazid BA.

Hingga pada tanggal 6 September 1966, KH. Abdul Wahab Chasbullah

mendirikan yayasan Pondok Pesantren Bahrul „Ulum.36

KH. Abdul Wahab Chasbullah merupakan pilar dan kiblat utama

dalam kelanggengan wujudnya pesantren Tambakberas. Pemikiran-

pemikiran beliau yang menjadikan pesatnya perkembangan pesantren

Bahrul „Ulum, pemikiran melakukan pembaharuan selalu ada di benak KH.

Abdul Wahab Chasbullah. Salah satunya adalah adanya pembangunan Al-

Ma‟had Al-Aly, menurut cerita yang dituturkan Machfudhoh, bahwa KH.

Abdul Wahab Chasbullah membeli tanah milik orang cina yang dulunya

dipakai gudang susu, beliau membelinya untuk diberikan kepada KH. Najib

nanti setelah pulang dari Makkah. Dan membangun Al-Ma‟had Al-Aly di

tempat itu.37

2. Periode Pengembangan Kedua (1914)

Pada tahun 1914 KH. Abdul Wahab (Putra tertua Kyai Hasbulloh)

kembali dari tugas belajarnya di tanah suci Makkah. Sejak saat itu Kyai

Abdul Wahab mulai melakukan pembaharuan pondok pesantren

Tambakberas. Sistem pendidikan yang tadinya berbentuk halaqoh

kemudian diubah menjadi sistem pendidikan madrasah yang

penanganannya diserahkan kepada salah satu adiknya yaitu KH.

Abdurrochim. Dengan sistem pendidikan Madrasah yang dikembangkan,

36

http://tambakberas.com/ 37

Wawancara di kediaman Hj. Hizbiyah Rochim (Putri ke 2 KH. Abdul Wahab

Chasbulloh, pada 20 Desember 2012

Page 73: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

63

pondok pesantren Tambakberas berkembang semakin pesat, dan pada

tahun 1915 Kyai Abdul Wahab mendirikan Madrasah yang pertama

(terletak di sebelah barat masjid, sekarang dibangun gedung Yayasan

PPBU), Madrasah tersebut diberi nama Madrasah Mubdil Fan.

Pada tahun 1920 Kyai Hasbulloh wafat. Maka pesantren ini

dilanjutkan oleh KH. Abdul Wahab, dengan dibantu oleh kedua adiknya

yaitu KH. Abdul Hamid dan KH. Abdurrochim yang juga baru kembali

dari studinya di tanah suci Makkah. Dalam penataan manajemen

pengelolaannya, KH. Abdul Hamid lebih berkonsentrasi terhadap

pengelolaan pondok, sedangkan KH. Abdurrohim bertanggungjawab

mengelola Madrasah. Sementara KH. Abdul Wahab banyak berkiprah di

kancah organisasi sosial kemasyarakatan. Salah satu organisasi yang

didirikannya adalah kelompok diskusi yang diberi nama Tashwirul Afkar

yang berpusat di Surabaya pada waktu itu. Dan pada tahun 1926 beliau

mendirikan organisasi yang diberi nama Nahdlatul Wathon dan pada

akhirnya berganti nama menjadi Nahdlatul Ulama yang berkembang

sampai sekarang.

Guna mengangkat derajad kaum perempuan dan memberikan

kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan, maka Pada tahun

1942 atas perintah Nyai Lathifah (Ibu kandungnya), Kyai Wahab

mendirikan pondok pesantren putri yang pertama yang diberi nama Al-

Lathifiyyah.

3. Periode Pengembangan Ketiga

Pada tahun 1942 Kyai Abdul Hamid dan Kyai Abdurrohim

memanggil keponakannya yang bernama KH. Abdul Fattah menantu KH.

Bisri Syamsuri Denanyar. KH. Bisri Syamsuri adalah juga adik Ipar KH.

Abdul Wahab. Pemanggilan ini dilakukan sebagai upaya regenerisasi

pengelolaan Madrasah.

Pada tahun 1943 Kyai Abdurrahim wafat, tugas-tugas beliau

diteruskan oleh KH. Abdul Fattah. Mengingat semakin banyak jumlah

santri semakin bertambah banyak, Kyai Abdul Fattah mendirikan gedung

Page 74: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

64

Madrasah di dekat rumahnya yang oleh KH. Abdul Wahab diberi nama

Madrasah Ibtida‟iyyah Islamiyyah (MII) dan kemudian berganti nama

Madrasah Ibtida‟iyyah (MI). Pada tahun 1944/1945 lahirlah Madrasah

putri yang pertama yang diprakarsai oleh Nyai. H.R. Mas Wardiyah (istri

Kyai Abdurrochim) dengan didampingi oleh Nyai. Chasbiyah (putri Kyai

Aqib Gedang ) dan Nyai Masyhuda binti Kyai Nur.

Pada tahun 1951 KH. Abdul Fattah dengan restu para sesepuh,

mendirikan pondok pesantren putri Al-Fathimiyyah, serta pada tahun 1956

mendirikan Madrasah Mu‟allimin Mu‟allimat 4 Tahun.

Pada tanggal 6 Juni 1956 KH. Abdul Hamid wafat, maka

pengelolaan pondok pesantren Tambakberas dilanjutkan oleh KH. Abdul

Fattah, sedangkan pengelolaan Madrasah diserahkan kepada KH.

Achmad Al fatich, putra sulung KH. Abdurrohim. Dibawah pimpinan

beliau Madrasah lebih berkembang, sehingga pada tahun 1964, Madrasah

Mu‟allimin Mu‟allimat 4 tahun ditambah masa studinya menjadi 6 tahun

dan berubah nama menjadi Madrasah Mu‟allimin Mu‟allimat Atas.

Sedangkan untuk teknis monitoringnya diserahkan kepada KH. Ahmad

Al-Fatih sekaligus sebagai direkturnya.

Pada tahun 1965 KH. Abdul Wahab memberi nama pondok

pesantren ini dengan nama Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Pada tanggal

29 Desember 1971/11 Dzulqo‟dah 1391 H. KH. Abdul Wahab pulang ke

rahmatulloh. Selanjutnya kepengasuhan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

diteruskan oleh KH. Abdul Fattah dibantu oleh para dzurriyah Bani

Chasbulloh yang lain.

Pada tahun 1974 KH. Abdul Fattah mulai merintis Perguruan

Tinggi yang diberi nama AL-Ma‟had Al-Aly. Setelah KH. Abdul Fattah

wafat pada tahun 1977, tampuk kepengasuhan Pondok Pesantren Bahrul

Ulum, dilanjutkan oleh KH. M. Najib Abd. Wahab, putra ketiga dari KH.

Abdul Wahab. KH. M. Najib Abd. Wahab, LML memiliki reputasi

cemerlang dalam membawa lembaga Pondok Pesantren Bahrul Ulum pada

pentas nasional. Selain pernah menjabat sebagai Ro‟is Syuriah PBNU,

Page 75: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

65

pada tahun 1985 beliau bersama pengasuh yang lain juga menghidupkan

Al-Ma‟had Al-Aly menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) dengan

menunjuk Drs. KH. Moh. Syamsul Huda As, SH.,M.HI sebagai ketua.

Dalam kapasitas sebagai ketua Robithotul Ma‟ahid (Asosiasi Pondok

Pesantren Nahdlatul Ulama), KH. M. Najib Abd. Wahab.L.ML

menyelenggarakan Usbu‟ul Ma‟ahid (Pekan Pesantren se-Jawa). Salah

satu hasilnya adalah lahirnya Kompilasi Hukum Islam, yang kemudian

dijadikan pedoman hakim agama Islam di Indonesia.

KH. M. Najib Abd. Wahab, LML menata manajemen pondok

putra dengan menyusun struktur kepengurusan. Sejak saat itu muncullah

istilah Rois Khos (ketua komplek). Beliau juga mengamanatkan

kepengurusan masjid kepada KH. Moh. Sholeh abd. Hamid sebagai ketua

ta‟mirnya, dan menyelenggarakan pengajian sentral tiap Senin malam

Selasa di masjid. Pada 20 November 1987, KH. M. Najib Abd. Wahab,

LML pulang rahmatulloh. Sepeninggal beliau, Pondok Pesantren Bahrul

Ulum diasuh dengan menggunakan sistem kepengasuhan kolektif.

4. Periode Pengembangan Ke-4 (Kepengasuhan Kolektif)

Seiring dengan perkembangan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

yang semakin pesat dari tahun ke tahun, baik jumlah santri maupun

lembaga-lembaga pendidikan formal dan non-formal yang ada di

dalamnya, maka untuk memaksimalkan potensi yang sudah ada

diperlukan suatu manajemen kepengasuhan Pondok Pesantren yang

konstruktif, jelas, terprogram dan terarah. Berangkat dari ide dasar itulah

maka kemudian lahir pemikiran untuk membagi Manajemen

kepengasuhan Pondok Pesantren menjadi;

1) Majelis Pengasuh, yang berfungsi sebagai lembaga legislatif yang

memiliki otoritas atau pemegang kebijakan tertinggi.

2) Pengurus Yayasan, yang berfungsi sebagai eksekutif yang

menjalankan semua program pengembangan dan pemberdayaan

pendidikan semua lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan

Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

Page 76: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

66

3) Dewan Pengawas, yang berfungsi sebagai yudikatif, yaitu mengawasi,

memberikan pertimbangan kepada pengurus yayasan dan memberikan

masukan kepada Majelis Pengasuh. Dibentuknya dewan pengawas

dalam struktur manajemen Pondok Pesantren Bahrul Ulum sejak tahun

2006, hal ini sebagai konsekuensi diberlakukannya Undang-undang RI

No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

Hingga saat ini, sejak kepemimpinan kolektif ini diterapkan, sudah

mengalami dua/tiga periode kepemimpinan Majelis Pengasuh;

1) Almaghfurlah KH. M. Sholeh Abdul Hamid (1987 – 2006)

Pada masa kepengasuhan beliau, jabatan Ketua Umum

Yayasan PPBU telah mengalami beberapa kali pergantian, yaitu KH.

Ahmad Alfatich Abdur Rohim (1990 – 1994), Drs. KH. M Hasib

Wahab (1994 – 1998), Drs. KH Fadhlulloh Abd. Malik (1998 – 2002),

KH Taufiqurrohman Fattah yang menjabat dua periode, 2002 – 2006

dan 2006 – 2009.

Pada saat Ketua Umum Yayasan dijabat oleh KH. Ach.

Taufiqurrohman Fattah, kemudian dimunculkan Peran Yudikatif

(Dewan Pengawas) sebagai konsekuensi diberlakukannya Undang-

Undang No 16 tahun 2001 tentang Yayasan.

2) Almaghfurlah Drs. KH. Amanulloh Abdur Rochim (2007-2008)

Ketika KH. M Sholeh Abd. Hamid wafat pada Senin malam

Selasa tanggal 16 Syawal 1427 / 7 November 2006 tampuk pimpinan

Majelis Pengasuh dipegang oleh Drs. KH Amanulloh AR. Sedangkan

Ketua Umum Yayasan masih dijabat oleh KH. Ach. Taufiqurrohman

Fattah. Beberapa kebijakan penting yang diambil pada saat KH.

Amanulloh AR menjadi Ketua Majelis adalah diselenggarakannya

pertemuan Alumni Bahrul Ulum tingkat nasional yang akhirnya

membentuk suatu ikatan wadah alumni yang berrnama Ikatan Alumni

Bahrul Ulum atau yang disingkat dengan nama IKABU.

Selain itu, untuk terus mengharumkan kembali nama Pondok

Pesantren Bahrul Ulum di bumi nusantara beliau juga mengadakan

Page 77: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

67

Pertemuan Ulama dan Umara se Jawa dan Madura. Satu program besar

lain yang digagas oleh beliau adalah pembangunan Gedung Serba

Guna yang direncanakan berfungsi sebagai balai pertemuan maupun

sarana olah raga santri Bahrul Ulum. Namun sebelum sempat

pembangunan itu terealisir, beliau dipanggil oleh Allah pada 13

November 2007 pada usia 65 tahun, satu tahun persis setelah wafatnya

KH. M. Sholeh Abd. Hamid.

Semenjak KH. Amanulloh wafat, jabatan Ketua Majelis

Pengasuh – sesuai dengan kebijakan yang diambil semua anggota

Majelis Pengasuh - dikosongkan untuk sementara waktu sampai

berakhirnya kepengurusan tahun 2009. Dan untuk menjalankan roda

organisasi di Majelis Pengasuh – sesuai dengan mekanisme dan job

yang telah ditetapkan - maka untuk pengambilan kebijakan yang

berkaitan dengan lembaga pondok pesantren dipegang oleh KH. Abd.

Nashir Abd. Fattah, sedangkan yang berkaitan dengan lembaga

pendidikan formal dan hubungan dengan lembaga di luar Pesantren

dipegang oleh Drs. KH. M. Hasib Wahab, dan sebagai Katibnya adalah

KH. M. Irfan Sholeh, S.Pd.

3) KH. Moh. Hasib Wahab (2009 – Sekarang).

Semenjak wafatnya KH. Moh. Sholeh Abd. Hamid jabatan

Majelis Pengasuh dikosongkan hingga berakhirnya masa bhakti

kepengurusan Yayasan. Pada tanggal 01 – 02 November 2009 melalui

forum Musyawarah Besar Bani KH. Hasbulloh Sa‟id di Taman Wisata

Selorejo Ngantang Malang, diputuskan untuk mengangkat KH. Moh.

Hasib Wahab (Putra KH. Abdul Wahab Chasbulloh) sebagai Ketua

Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum dan KH. Moh. Irfan

Sholeh, S.Pd. (Putra KH. Moh. Sholeh Abd. Hamid) sebagai Ketua

Umum Yayasan.

Tahun 2012

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, sampai

dengan tahun 2012 ini sudah berusia 186 tahun, sedangkan Madrasahnya

berusia 96 tahun. Di usianya yang jauh melebihi kemerdekaan bangsa ini

Page 78: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

68

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang telah berkembang

pesat dan memiliki beragam jenis dan jenjang pendidikan. Hingga saat ini

Pondok Pesantren Bahrul Ulum memiliki 34 unit asrama pondok pesantren

(putra-putri) dan 18 unit pendidikan formal mulai dari Pra Sekolah sampai

dengan Perguruan Tinggi.

5. Ide dan Gagasan

Kiai Wahab memulai karir atau jalan hidupnya sebagai pemimpin

masyarakat dari pondok pesantren. Dari pondok pesantren lahirlah ide-ide

yang hidup dan segar, ide-ide yang bukan cuma teoritis yang mati di tengah

cetusannya. Ide kebangkitan kaum ulama, ide pentingnya pengorganisasian

perjuangan, ide pendekatan-pendekatan golongan Islam-Nasionalis, ide

perlawanan terhadap penjajah, ide menetuskankemerdekaan dan

mempertahankannya, ide mengisi kemerdekaan, ide mempertemukan antara

cita-cita dan kenyataan, dan tentu saja ide pembangunan di segala bidang,

membangun karakter bangsa, membangun taraf hidup dan membangun

prestasi nasional untuk kepentingan seluruh warga negara Indonesia.38

Jadi, ide Kiai Wahab hanya dicetus dengan ucapan saja ke anak-

anaknya dan yang menjalakan ide-ide tersebut adalah anak-anaknya dan cucu-

cucunya.

Ide-ide yang lahir tersebut bukan hanya sekedar teori, melainkan

diwujudkan dengan praktek. Sebagai bukti nyata kebenaran ide tersebut

adalah kebesaran pesantren Bahrul „Ulum serta kebesaran Jam‟iyyah

Nahdlatul Ulama.

KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah reformer dunia pesantren.

Kiprahnya dalam dunia pesantren mampu merubah sistem pendidikan di

pesantren yang semula belajarnya memakai sistem halaqoh, maka mulai

dikenalkan dengan sistem madrasah yang pengelolaannya secara klasikal.

Pemikiran KH. Abdul Wahab Chasbullah tersebut bersifat terbuka, inovatif

dan progresif.

38

Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah Kyai Nasionali Pendiri NU (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2010), hlm 138-139

Page 79: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

69

Menurut Gus Edi, pendidikan di Tambakberas aspirasinya dari

Tashwirul Afkar yang merupakan cikal bakal penampilan sistem pendidikan

pesantren yang berbeda.39

Jadi latar belakang sistem pendidikan pesantren

yang ditawarkan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah merupakan aspirasi

beliau dari Tashwirul Afkar dan Nahdlatul Wathan. Kedua lembaga yang

beliau dirikan di Surabaya tersebut memang menyerupai model barat.

Sistem yang dipakai Tashwirul Afkar cukup unik pada masa itu, sesuai

dengan makna perkumpulan tersebut, potret pemikiran; metode yang

digunakan adalah bentuk diskusi

39

Wawancara KH. Edi Labib 29 November 2012.

Page 80: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dari penelitian yang penulis lakukan pada

obyek permasalahan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

Kontribusi KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Pengembangan

Pendidikan Pesantren Bahrul Ulum Jombang Jawa Timur yaitu:

a. Dibidang kelembagaan ini KH Abdul Wahab Chasbullah memperbaharui

system pengajaran yang awalnya hanya salafi menjadi sitem Madrasah

yang diadopsi sampai skarang dan berdiri juga perguruan tinggi KH Abdul

Wahab Chasbullah

b. Ide KH Abdul Wahab Chasbullah tidak dipraktekkan secara langsung oleh

beliau tetapi dipraktekkan oleh anak-anaknya dan cucu-cucunya hingga

saat ini.

Pondok pesantren Bahrul Ulum menjadi sentral pendidikan pesantren

yang sangat diperhatikan oleh pemerintah Jawa Timur dan masyarakat di

sekitar pondok pesantren Bahrul Ulum hidup berkecukupan dikarenakan

semua masyarakat sekitar bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial di

lingkungan pondok, saya melihat sendiri begitu rukunnya warga sekita

Page 81: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

71

pesantren dengan para pengurus pesantren semua berbaur tanpa ada pembatas

antara masyarakat sekitar, pengurus pesantren, dan santri-santrinya.

B. Saran

1. Pendidikan pesantren harus berkembang secara bebas tanpa adanya

tuntutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

2. Pendidikan pesantren jangan terkesan dikomersilkan, tetapi harus dengan

keikhlasan, megutamakan hak para santri.

3. Pondok pesantren sebaiknya tidak hanya mengutamakan kitab-kitab

klasikal, tetapi harus mengajarkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk

bekal para santri setelah mereka terjun ke masyarakat.

Page 82: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

DAFTAR PUSTAKA

Haidar Putra Daulay, MA dan Nurgaya Pasa, MA, Pendidikan Islam dalam

Mencerdaskan bangsa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012).

Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain Ke Nusantara jejak Intelektual Arsitek

Pesantren, (Jakarta: Kencana, 2006).

Amin Haedar, Transformasi Pesantren, (Jakarta: LekDis dan Media Nusantara

2006)

Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV

Pustaka Setia 1999).

Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005).

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah

Pertumbuhan adan Perkembangannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995)

Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: PT

Temprint, 1997)

Nurhayati Djmas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia PascaKemerdekaan,

(Jakarta: Rajawali Pres, 2009)

KH. Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung, Pustaka Hidayah)

Page 83: KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB JOMBANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24740/3/ACHMAD... · Revitalisasi juga terjadi pada ... Hasbullah menyadari arti

Muhamad Wahyuni Nafis, Pesantren Daar El-Qolam Menjawab Tantangan

Zaman, (Tangeran, daar el-qolam press, 2008)

Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta

PT Raja Grafindo Persada,2005)

Rasyid, Ali Zawawi, Mubtadi Faisal, KH. Abdul Wahab Chasbullah, Perintis,

Pendiri, dan Penggerak NU, ed. Saifullah Ma’sum (Jakarta : Panitia

Penulisan Buku Sejarah Perjuangan KH.Abdul Wahab Chasbullah, 1999).

Muhammad Rifa’i, KH. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-1971,

(Jogjakarta: Garasi House of Book, 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Wahab_Hasbullah, diakses 04 September

2012

Buletin Kresan Al Lathifiyyah I, edisi XXXIX Maret-Agustus 2006, hlm 5

http://tambakberas.com/sejarah.html (online) diakses 04 April 2012

Majalah Nahdlatul Ulama

Departemen Agama RI, Nama dan Data Potensi Pondok-pondok Pesantren

Seluruh Indonesia, (Jakata 1984-1985)

A. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan Pembangunan Perguruan

Agama, Dermaga (Jakarta 1982) hal. 18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Indonesia dari Zaman

ke zaman, Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta 1979)

hlm. 166

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju

DemokratisasiInstitusi (Jakarta, Gelora Aksara Pratama) hal. 7-9