konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id wor… · menurut supari 2005, tujuan sistem keselamatan...

30
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keselamatan Pasien 2.1.1 Pengertian Keselamatan Pasien Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/ VIII/2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan risiko. Sistem keselamtan pasien mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006). 2.1.2 Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat c. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD.

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keselamatan Pasien

2.1.1 Pengertian Keselamatan Pasien

Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/ VIII/2011, keselamatan pasien

rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih

aman. Hal ini meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan risiko. Sistem keselamtan pasien mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

2.1.2 Tujuan Sistem Keselamatan Pasien

Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah:

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

penanggulangan KTD.

Page 2: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

12

2.1.3 Sasaran Keselamatan Pasien

Menurut Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011, sasaran keselamatan

pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir

semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi

pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius atau tersedasi,

mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi

di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran

ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: (1) untuk identifikasi

pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan (2) untuk

kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan

prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses

identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika

pemberian obat, darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan

klinis atau pemberian pengobatan serta tindakan lain. Kebijakan prosedur

memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti

nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan

barcode dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk

identifikasi. Kebijakan prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas

berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan,

unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma

tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan

Page 3: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

13

kebijakan atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk

dapat diidentifikasi.

b. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami

oleh pasien, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan

keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan atau tertulis.

Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah

diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi

kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti

melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.

c. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen

harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan

yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering

menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi

menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat

yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip

atau NORUM). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien

adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium

klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat

dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa

terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan

Page 4: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

14

pasien atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum

ditugaskan atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk

mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan

proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan

elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara

kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan prosedur untuk membuat daftar

obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.

Kebijakan prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan

elektrolit konsentrat, seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar operasi,

serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana

penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah

pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati.

d. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi

Salah lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi adalah sesuatu yang

mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah

akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota

tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site

marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu,

assesment pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak

adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim

bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca

(illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi

yang sering terjadi.

Page 5: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

15

e. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat

inap. Dalam konteks populasi atau masyarakat yang dilayani, pelayanan yang

disediakan dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh

dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol,

gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh

pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.

f. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam

tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi

pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai

dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi

pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali

dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun

infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman cuci

tanganbisa dibaca kepustakaan WHO dan berbagai organisasi nasional dan

internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan

kebijakan prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk cuci tangan

yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Page 6: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

16

2.2 Cuci Tangan

2.2.1 Definisi Cuci Tangan

Menurut Depkes RI (2007), mencuci tangan adalah proses secara mekanik

melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun atau

larutan sabun baik non antimikroba maupun anti mikroba. Sedangkan menurut

Suparmi (2008), cuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran dengan

sabun atau antiseptik.

2.2.2 Tujuan Cuci Tangan

Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk:

a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan

b. Mencegah infeksi silang (cros infection)

c. Menjaga kondisi steril

d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi

e. Memberikan perasaan segar dan bersih

2.2.3 Keuntungan Mencuci Tangan

Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan

sebagai berikut:

a. Dapat mengurangi infeksi nosokomial

b. Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih

dibandingkan dengan tidak mencuci tangan

c. Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan

sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

Page 7: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

17

2.2.4 Persiapan Cuci Tangan

Persiapan membersihkan tangan menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2007):

a. Air mengalir

Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan pembuangan atau bak

penampungan yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut maka

mikroorganisne yang terlepas karena gesekan mekanis atau kimiawi saat mencuci

tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan kulit. Air mengalir

tersebut dapat berupa air kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung,

namun cara mengguyur dengan gayung memiliki resiko cukup besar untuk

terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas

cucian kembali ke bak penampungan air bersih. Air kran bukan berarti harus dari

PAM (Perusahaan Air Minum). Namun dapat diupayakan secara sederhana

dengan tangki berkran di ruang pelayanan atau perawatan kesehatan agar mudah

dijangkau oleh para petugas kesehatan yang memerlukan.

b. Sabun

Sabun merupakan produk pembersih (batang, cair, lembar atau bubuk) yang

mengurangi tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari

permukaaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Sabun biasa memerlukan gosokan

untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sedangkan sabun antiseptik

(antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari

hampir sebagian besar mikroorganisme (Komite Pencegahan Dan Pengendalian

Infeksi RSUP Sanglah Denpasar, 2014). Jumlah mikroorganisme semakin

Page 8: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

18

berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dipihak lain

dengan seringnya menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit

akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah (Puruhito, 2005).

c. Larutan antiseptik

Larutan antiseptik atau disebut mikroba topikal, dipakai pada kulit atau jaringan

hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada

kulit (Depkes, 2007). Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan

untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa. Tujuan yang ingin dicapai adalah

penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman

transien. Kriteria memilih antiseptik antara lain:

1) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara

luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, basillus dan tuberculosis,

fungi endospora).

2) Efektivitas

3) Kecepatan aktivitas awal

4) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan

5) Tidak mengakibatkan iritasi kulit

6) Tidak menyebabkan alergi

7) Efektif sekali pakai, tidak perlu di ulang-ulang

8) Dapat diterima secara visual maupun estetik

9) Lapisan tangan yang bersih dan kering.

Page 9: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

19

2.2.5 Prosedur Mencuci Tangan Yang baik dan benar

Menurut Pedoman Implementasi Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

RSUP Sanglah Denpasar, cuci tangan yang baik dan benar adalah dengan

melaksanakan langkah prosedur yang benar dan pada waktu yang tepat. Enam

langkah kebersihan tangan yaitu:

1. Ratakan sabun/handrub dengan menggosok kedua telapak tangan

2. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri dengan jari-jari

saling menjalin dan lakukan sebaliknya

3. Gosok kedua telapak tangan dengan jari-jari saling menjalin

4. Gosok punggung jari-jari bagian atas dengan telapak tangan, posisi jari

seperti menyambung

5. Gosok ibu jari kiri dengan telapak tangan kanan dengan cara diputar dan

dilakukan sebaliknya

6. Gosok ujung jari tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan cara diputar

dan dilakukan sebaliknya

Gambar 1. Enam Langkah Cuci Tangan

Page 10: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

20

Berdasarkan Pedoman Kebersihan Tangan di Perawatan Kesehatan WHO (WHO

Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 2009) telah dikembangkan momen

untuk kebersihan tangan yaitu five moments for hand hygeine yang telah

diidentifikasi sebagai waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu:

1. Momen Satu: Sebelum kontak dengan pasien

a. Kapan

Sebelum bersentuhan dengan pasien di setiap kegiatan. Indikasi ini

ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir dengan lingkungan sekitarnya

dan kontak selanjutnya dengan pasien

b. Mengapa

Hal ini untuk mencegah penularan kuman dari daerah perawatan kesehatan

ke pasien dan pada akhirnya untuk melindungi pasien terhadap kolonisasi

infeksi eksogen oleh kuman berbahaya yang ada pada tangan pekerja

kesehatan.

c. Catatan

Pelaksanaan sebelum kontak dengan pasien, aksi kebersihan tangan dapat

dilakukan baik sambil memasuki ruang pasien, ketika mendekati pasien,

atau langsung sebelum menyentuh pasien. Kontak dengan permukaan di

lingkungan pasien dapat terjadi dengan item menyentuh antara waktu

memasuki ruang pasien dan kontak dengan pasien, kebersihan tangan tidak

diperlukan sebelum menyentuh permukaan-permukaan tetapi sebelum

kontak dengan pasien. Jika kebersihan tangan sebelum kontak dengan

Page 11: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

21

pasien atau dengan lingkungan pasien terjadi, maka kebersihan tangan tidak

perlu diulang.

d. Situasi yang menggambarkan kontak langsung

(1) Sebelum berjabat tangan dengan pasien

(2) Sebelum membantu pasien dalam aktivitas perawatan pribadi

(bergerak, mengambil makan, mandi, berpakaian dan lain-lain).

(3) Sebelum memberikan perawatan dan pengobatan non-invasif

(mengukur nadi, tekanan darah, auskultasi dada, rekaman EKG dan

lain-lain).

2. Momen Dua: Sebelum melakukan prosedur atau tindakan asepsis

a. Waktu

Waktu cuci tangan ini segera sebelum mengakses area kritis dengan resiko

infeksi untuk pasien. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir

dengan bidang perawatan kesehatan dan dalam zona pasien (termasuk

pasien dan sekitarnya).

b. Mengapa

Hal ini untuk mencegah penularan kuman kepada pasien dari satu area

tubuh ke tubuh lainnya pada pasien yang sama.

c. Catatan

Jika sarung tangan digunakan untuk melakukan prosedur, kebersihan tangan

harus dilakukan sebelum mereka menggunakan sarung tangan

Page 12: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

22

d. Situasi yang menggambarkan prosedur aseptik

(1) Sebelum menyikat gigi pasien, memberikan obat tetes mata, melakukan

pemeriksaan vagina atau dubur, memeriksa mulut, hidung, telinga

dengan atau tanpa alat, memasukkan suppositoria atau alat pencegah

kehamilan, penyedotan lendir dan lain-lain.

(2) Sebelum membalut luka dengan atau tanpa alat, mengoleskan obat

salep pada luka, melakukan injeksi, mengambil darah dan lain-lain.

(3) Sebelum memasukkan perangkat medis invasif (Nasogastrik tube, OTT,

ETT, kateter dan lain-lain)

(4) Sebelum memberikan makanan, obat-obatan, produk farmasi dan bahan

steril melalui nasogastrik tube.

3. Momen Tiga : Setelah terpapar atau kontak dengan cairan tubuh pasien

a. Waktu

Dilakukan segera setelah tugas yang melibatkan resiko paparan cairan tubuh

telah berakhir. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya kontak dengan darah

atau cairan tubuh lain dan kontak berikutnya dengan permukaan apapun,

termasuk pasien atau lingkungan area kesehatan.

b. Mengapa

Hal ini untuk melindungi pekerja kesehatan dari kolonisasi atau infeksi

dengan kuman pasien dan untuk melindungi lingkungan kesehatan dari

kontaminasi kuman dan potensial terjadinya penyebaran.

Page 13: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

23

c. Catatan

Jika pekerja perawatan kesehatan mengenakan sarung tangan pada saat

paparan cairan tubuh, mereka harus segera melepas sarung tangan dan

segera melakukan kebersihan tangan. Tindakan ini dapat ditunda sampai

petugas kesehatan telah meninggalkan ruangan pasien jika pekerja

kesehatan harus melepas alat (misalnya drain) pada ruangan tersebut dan

maka ia hanya menyentuh peralatan ini sebelum melakukan kebersihan

tangan.

d. Situasi yang menggambarkan prosedur

(1) Jika kontak dengan selaput lendir dan kondisi kulit yang tidak utuh

(2) Setelah injeksi perkutan atau berakhir tusukan, setelah memasukkan

suatu perangkat medis invasif (akses vaskuler, kateter daln lain-lain)

(3) Setelah melepas perangkat media invasif (drain)

(4) Setelah mencabut perlindungan (serbet, pakaian, kain kasa dan lain-

lain)

(5) Setelah membersihkan semua permukaan yang terkontaminasi dan

bahan-bahan kotor (tempat tidur atau linen kotor, instrumen, urinor,

pispot dan lain-lain).

4. Momen Empat: Setelah kontak dengan pasien

a. Waktu

Ketika meninggalkan sisi pasien, setelah menyentuh pasien. Indikasi ini

ditentukan oleh terjadinya kontak terakhir dengan kulit utuh atau pakaian

Page 14: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

24

pasien atau permukaan dalam ruangan pasien dan kontak berikutnya dengan

permukaan area perawatan.

b. Mengapa

Untuk melindungi pekerja kesehatan dari potensi infeksi oleh kuman pasien

dan untuk melindungi lingkungan dalam kesehatan yang dari kontaminasi

kuman dan potensi menyebar.

c. Catatan

Tindakan dapat ditunda sampai petugas kesehatan telah meninggalkan

ruangan pasien, jika pekerja kesehatan harus melepas peralatan tempat

tersebut, dengan ketentuan bahwa dia menyentuh hanya peralatan tersebut

sebelum melakukan kebersihan tangan. Indikasi empat tidak dapat

dipisahkan dari indikasi satu. Ketika pekerja kesehatan menyentuh pasien

secara langsung dan kemudian menyentuh objek lain di sekitarnya pasien

sebelum meninggalkan ruangan, indikasi empat dan bukan indikasi 5,

berlaku.

d. Situasi yang menggambarkan prosedur

(1) Setelah berjabat tangan dengan pasien

(2) Setelah membantu pasien dalam aktivitas perawatan pribadi untuk

bergerak, untuk mengambil makan, mandi, berpakaian dan lain-lain

(3) Setelah melakukan pemeriksaan non-invasif fisik : mengukur nadi,

tekanan darah, auskultasi dada, rekaman EKG dan lain-lain

Page 15: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

25

(4) Setelah menerapkan perawatan dan non-invasif pengobatan :

mengubah posisi tidur pasien, memberi masker atau kanule oksigen,

memberikan fisiotherapi.

5. Momen Lima: Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien

a. Waktu

Setelah menyentuh benda atau furnitur ketika meninggalkan ruangan pasien,

tanpa harus menyentuh pasien. Indikasi ini ditentukan oleh terjadinya

kontak terakhir dengan benda atau permukaan di sekitar pasien (tanpa harus

menyentuh pasien) dan kontak berikutnya dengan permukaan di bidang

kesehatan perawatan.

b. Mengapa

Untuk melindungi pekerja kesehatan terhadap kolonisasi oleh kuman pasien

yang mungkin hadir pada permukaan atau benda-benda di lingkungan

perawatan kesehatan terhadap kontaminasi kuman dan potensi menyebar.

c. Catatan

Indikadi empat “setelah menyentuh pasien” dan indikasi lima “setelah

menyentuh sekitar pasien” tidak dapat digabungkan, karena indikasi lima

tidak termasuk kontak dengan pasien dan indikasiempat hanya berlaku

setelah kontak dengan pasien.

d. Situasi yang menggambarkan prosedur

(1) Setelah aktivitas pemeliharaan: mengganti sprei tanpa pasien di tempat

tidur, memegang rel tempat tidur, membersihkan meja samping tempat

tidur.

Page 16: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

26

(2) Setelah aktivitas perawatan: pengaturan tetesan infus, pemantauan

keliling.

(3) Setelah kontak lainnya dengan permukaan atau benda mati: bersandar

pada tempat tidur, meja makan pasien.

Urutan tindakan kesehatan pada satu pasien atau untuk beberapa pasien dapat

menyebabkan sejumlah indikasi kebersihan tangan terjadi secara bersaman. Ini

tidak berarti bahwa setiap indikasi membutuhkan tindakan kebersihan tangan

terpisah. Satu tindakan kebersihan tangan dibenarkan untuk indikasi bahwa segera

mendahului atau mengikuti urutan dua atau lebih kontak, sebuahtinakan

kebersihan tangan tunggal cukup untuk mencegah semua resiko penularan

mikroba (WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care).

Gambar 2. Five Moments for Hand Hygiene (Sumber : WHO, 2009)

Page 17: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

27

2.2.6 Jenis-Jenis Kebersihan Tangan

Adapun jenis-jenis kebersihan tangan menurut Panduan Kebersihan tangan RSUP

Sanglah Denpasar 2014:

1. Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir

Kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir dilakukan bila tangan

secara kasat mata tampak kotor, setelah terpapar cairan tubuh/bahan infeksius,

sebelum dan setelah memakai sarung tangan. Praktek kebersihan tangan dilakukan

dengan enam langkah dalam waktu 40-60 detik. Kebersihan tangan dengan sabun

di bawah air mengalir dilakukan bila sarana cuci tangan seperti wastafel, sabun

dan tisu/kain pengering tersedia. Langkah-langkah sebagai berikut :

a. Lepaskan semua perhiasan yang melekat pada tangan seperti jam tangan,

cincin, gelang dan lain-lain

b. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih

c. Tuangkan sabun secukupnya, ±3-5 ml

d. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan dengan posisi tangan atas bawah

e. Gosokkan punggung tangan, sela-sela jari dan punggung jari tangan kiri

tangan dengan tangan kanan dan lakukan sebaliknya

f. Gosokkan sela-seka jari saling menyilang

g. Gosokkan punggung jari bagian atas dengan cara jari-jari sisi dalam dari

kedua tangan saling mengunci, kemudian gosokkan

h. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

Page 18: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

28

i. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri ke

arah ibu jari dan lakukan sebaliknya

j. Bilas kedua tangan dengan air besih mengalir dan pada saat membilas tangan

di bawah air bersih, ulangi 6 langkah kebersihan tangan di atas

k. Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel (gunakan tissue

cukup satu lembar saja)

l. Bila kran dengan handle pendek, tutup kran dengan menggunakan tissue atau

handuk sekali pakai yang digunakan untuk mengeringkan tangan di atas. Bila

handle panjang, tutup kran dengan siku lengan.

m. Buang tissue habis pakai ke dalam sampah domestik warna hitam

2. Kebersihan tangan dengan menggunakan larutan berbasis alkohol 60-90%

(Handrub)

Kebersihan tangan dengan larutan berbasis alkohol/handrub dilakukan bila tangan

secara kasat mata tidak tampak kotor dan tidak terpapar cairan tubuh/bahan

infeksius. Praktek kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dengan

durasi waktu 20-30 detik. Tidak diperlukan melakukan pengeringan dengan

tissue/kain sekali pakai. Setiap 5-10 kali kebersihan tangan engan larutan berbasis

alkohol, harus dilakukan kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir.

Cairan handrub yang pertama kali dibuka dari kemasan pabrik (original) dapat

digunakan sampai dengan 1 tahun dan tidak direkomendasikan pengisian ulang.

Pasang stiker tanggal pertama kali di buka di bagian luar kemasan.

Page 19: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

29

3. Kebersihan tangan dengan larutan desinfektan/antiseptik

Kebersihan tangan dengan larutan desinfektan/antiseptik dilakukan sebelum dan

setelah melakukan prosedur/tindakan invasif seperti pemasangan kateter vena

sentral, kateter lumbal, kateter vena perifer, kateter saluran kemih, vena sectie,

tindakan HD atau tindakan lainnya yang berhubungan dengan tindakan invasif

dan asepsis. Praktek kebersihan tangan dilakukan dengan enam langkah dengan

durasi waktu 40-60 detik. Larutan desinfektan yang ditetapkan untuk kebersihan

tangan adalah chlorhexidine 2%. Langkah-langkah untuk melakukan kebersihan

tangan dengan lautan desinfektan/antiseptik sama dengan langkah-langkah

melakukan kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir.

4. Cuci tangan bedah

Setiap petugas yang akan melakukan tindakan operasi di kamar operasi harus

melakukan cuci tangan bedah dengan benar dengan menggunakan cairan

antiseptik yang direkomendasikan RSUP Sanglah Denpasar. Sebelum cuci tangan

bedah dan setelah tindakan pembedahan selesai, petugas harus melakukan

kebersihan tangan dengan sabun di bawah air mengalir. Langkah-langkah cuci

tangan bedah:

a. Lepaskan semua perhiasan termasuk cincin atau jam tangan

b. Gulung lengan baju hingga 5-10 cm di atas siku

c. Hidupkan kran air sesuaikan dengan petunjuk (manual/sensor)

d. Basahi tangan hingga ke siku dengan air mengalir

e. Bubuhi salah satu tangan (kanan/kiri) dengan cairan antiseptik (± 5 ml)

dengan menekan dispenser menggunakan siku/sensor

Page 20: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

30

f. Gosokkan ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri yang sudah berisi

cairan antiseptik, atau sebaliknya, selama ± 5 detik.

g. Ratakan antiseptik di lengan bawah sampai 5 cm di atas siku tangan

(kanan/kiri) dengan gerakan melingkar. Pastikan seluruh permukaan terkena

cairan antiseptik (10-15 detik)

h. Lakukan hal yang sama pada tangan yang lainnya (kiri/kanan)

i. Gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah kuku pada

kedua belah tangan

j. Bersihkan kuku kedua tangan secara menyeluruh, selanjutnya jari-jari, sela-

sela jari, telapak tangan dan punggung tangan, cuci setiap jari seakan-akan

memiliki empat sisi selama 40-60 detik

k. Lakukan penyikatan pada telapak tangan dan pergelangan tangan kiri dan

kanan selama 5-10 detik

l. Bilas kedua tangan dan lengan bagian bawah secara menyeluruh dan

bergantian. Pastikan tangan ditahan lebih tinggi dari siku

m. Biarkan air menetes melalui siku, lalu keringkan dengan handuk steril.

2.2. Konsep Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan (compliance), juga dikenal sebagai ketaatan (adherencce) adalah

derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada (Kaplan and

Sadock, 2005). Menurut Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau

loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan

Page 21: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

31

prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Rusmani (2002), kepatuhan adalah

tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa

yang disarankan atau dibebankan kepadanya.

2.2.2 Tingkat Kepatuhan

Menurut Depkes RI (2004), tingkat kepatuhan seorang perawat dibagi menjadi

tiga bagian yaitu :

a. Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah ataupun aturan

dan semua aturan maupun perintah tersebut dilakukan dan semuanya benar.

b. Kurang patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan perintah dan aturan

hanya sebagian dari yang ditetapkan atau dengan sepenuhnya namun tidak

sempurna.

c. Tidak patuh adalah suatu tindakan mengabaikan atau tidak melaksanan

perintah dan aturan sama sekali.

Untuk mendapatkan nilai kepatuhan yang lebih terukur maka perlu ditentukan

angka atau nilai dari tingkat kepatuhan tersebut, sehingga bisa dibuatkan rangking

tingkat kepatuhan seseorang. Menurut Spiritia (2006) tingkat kepatuhan dapat

dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu :

a. Patuh : 76%-100%

b. Kurang patuh : 50%-75%

c. Tidak patuh : < 50%

Page 22: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

32

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat

Menurut Smet (2004), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal yang mempengaruhi kepatuhan

terdiri atas pola komunikasi, keyakinan atau nilai-nilai yang diterima perawat dan

dukungan sosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh

perawat akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan.

Beberapa aspek dalam komunikasi yang berpengaruh pada kepatuhan perawat

adalah ketidakpuasan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap

pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam

pelaksanaan program pegobatan (Arief, 2005).

Smet (2004) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau

perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat

dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Dukungan sosial juga berpengaruh

terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan

perawat. Dukungan sosial memainkan peran terutama yang berasal dari komunitas

internal perawat, petugas kesehatan lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan

atau manager pelayanan kesehatan serta keperawatan.

Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa karakteristik perawat

itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki

seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit

(Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam kamus Besar Bahasa

Indonesia). Karakteristik perawat meliputi variabel demografi (Umur, jenis

Page 23: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

33

kelamin, ras, suku bangsa, dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan

motivasi.

Menurut Smet (2004), variabel demografi berpengaruh terhadap kepatuhan.

Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung taat

mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Data demografi yang

mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang tua

dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang

pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan etos

kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam melaksanakan

aturan kerja akan semakin baik. Menurut teori Green dalam Notoatmojo (2003),

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor,

yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehaviour

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor

yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagiannya; fakor-

faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan

seperti fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing

faktors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas

dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan intelektual dan

kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai penentu dari

Page 24: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

34

kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran besar dalam pekerjaan yang

rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk melakukan tugas-

tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan (Azwar,

2005).

Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam hal

kemampuan kerja, sehingga ada perawat yang merasa mampu atau tidak mampu

dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan protap. Demikian juga dalam

pelaksanaan protap cuci tangan, perawat memiliki kemampuan melaksanakan,

akan cenderung patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan

dalam protap tersebut (Arief, 2005).

Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif, kemudian

diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh masing-

masing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yang berbeda tentang protap

tersebut, sehingga kepatuhan perawat di dalam pelaksanaan protap tersebut juga

akan berbeda (Arief, 2005).

Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang

dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan

bekerjasama secara optimal melaksanankan sesuatu yang telah direncanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 2005).

Page 25: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

35

2.3 Konsep Dasar Motivasi

2.3.1 Pengertian Motivasi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yaitu movere,

yang berarti menggerakkan. Motivasi merupakan daya pendorong yang

mengakibatkan seseorang untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk

keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktu yang dimiliki untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan (Siagian,

2004). Menurut Kort (1987), motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu

kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan yang dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan internal..

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan yang berasal dari dalam

setiap individu yang mendorong individu untuk bertindak dan berbuat (Uno,

2009). Motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan dan

mengarahkan perilaku dan sikap seseorang yang selalu dikaitkan dengan

pencapaian tujuan organisasi maupun pribadi masing-masing anggota yang

bersangkutan (Siagian, 2004).

Kebutuhan dan keinginan setiap anggota dalam suatu organisasi atau kelompok

berbeda satu sama lainnya mengakibatkan motivasi setiap orang berbeda. Itu

disebabkan karena setiap individu adalah unik secara biologis maupun psikologis

dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda (Uno, 2009). Oemar

(2011), menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)

Page 26: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

36

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan.

2.3.2 Unsur-Unsur Motivasi

Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang

mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan

mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan

adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan.

Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti daripada

motivasi (Nursalam, 2014).

2.3.3 Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi yaitu dapat membuat seseorang lebih mengarahkan tingkah

lakunya ke arah kegiatan yang paling utama dan bermanfaat sehingga tidak

berpengaruh untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang kurang bermanfaat

(Thursan, 2005). Bagi para perawat, motivasi dapat mengarahkannya untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang paling utama dan bermanfaat yaitu bekerja

sesuai dengan aturan yang ada.

2.3.4 Model Teori Motivasi

Ada beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :

a. Model Teori Motivasi berdasarkan Hikarki Kebutuhan dari Maslow

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuahan ini berjenjang atau

Page 27: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

37

bertingkat-tingkat apabila satu kebutuhan yang mendasar telah terpenuhi maka

akan meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi dan seterusnya. Kebutuhan

ini bagi setiap orang tidak sama dan perbedaannya sangat jauh. Dengan

keadaan tersebut maka akan menimbulkan persepsi terhadap suatu kebutuhan

dan akan mempengaruhi perubahan perilaku. Maslow dalam teori kebutuhan

dasar manusia dibagi menjadi lima jenjang yaitu:

1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan

fisik, bernafas, seksual, kebutuhan ini merupakan tingkat terendah atau

disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari

ancaman bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.

3) Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

kelompok, geratiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta

dicintai

4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai

oleh orang lain

5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan menggunakan

kemampuan , skill dan potensi.

b. Model Teori Motivasi Dua Faktor (Two Factor Motivation Teory)

Herzberg (1987) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya

perawat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

Page 28: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

38

1) Faktor internal (Faktor dari dalam) meliputi: dapat menikmati pekerjaan,

mempunyai keinginan untuk maju, kepuasan dalam bekerja, mendapat

penghargaan dan pekerjaan yang menantang.

2) Faktor eksternal (Faktor dari luar) meliputi: Kebijakan, kondisi kerja,

hubungan antara pribadi, status, jaminan kerja, kehidupan kerja sehari-

hari.

c. Model Teori Harapan (Expectancy Theory)

Secara sederhana dalam teori ini merupakan interaksi antara harapan setelah

dikurangi prestasi, dengan kontribusi penilaian yang dikaitkan dengan haparan

merupakan generalisai kenyataan kebutuhan orang tidak sama, maka dikenal

sebagai Expectancy Model.

Menurut Hinshaw (1877) yang dikutip oleh Sunaryo (2004) dalam buku

psikologi untuk keperawatan menyatakan bahwa faktor-faktor pendukung

motivasi seorang pegawai antara lain:

1) Pengurangan staf perawat dan peningkatan beban kerja

2) Status professional perawat dibandingkan profesi lain

3) Kesenangan pada posisi yang dimiliki perawat

4) Kemampuan memberikan aspek yang berkualitas dalam pelayanan

keperawatan

5) Kesempatan pertumbuhan professionalisme keperawatan

6) Perlindungan praktek keperawatan.

Page 29: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

39

2.3.5 Pengukuran Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi, yaitu:

a. Tes Proyektif

Perkataan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita. Dengan

demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang lain, maka kita beri

stimulus yang harus diinterpretasikan. Salah satu tehnik proyektif yang banyak

dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT).

b. Kuisioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuisioner adalah dengan

meminta klien untuk mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

dapat memancing motivasi klien. Sebagai contoh adalah EPPS (Edward’s

Personal Preference Schedule).

c. Observasi perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga klien

dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya

Kriteria motivasi dibedakan menjadi (Hidayat, 2009):

1) Motivasi tinggi : 67 – 100%

2) Motivasi sedang : 34 – 66%

3) Motivasi rendah : 0 – 33%

2.4. Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Cuci Tangan Enam Langkah

Lima Momen Perawat

Berbagai faktor dapat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan

cuci tangan yang baik dan benar. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku

Page 30: Konsul bab dua ok - sinta.unud.ac.id Wor… · Menurut Supari 2005, tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah: ... (high-alert medications ) adalah obat yang sering menyebabkan

40

individu yang bersangkutan untuk menaati atau mematuhi sesuatu, sehingga dapat

dinyatakan bahwa kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan

dipengaruhi prilaku individu perawat itu sendiri. Prilaku kepatuhan dapat

disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Smet (2004), mengatakan bahwa

kepatuhan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal

yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan/nilai-nilai

yang diterima perawat dan dukungan sosial. Faktor internal yang mempengaruhi

kepatuhan dapat berupa karakteristik perawat itu sendiri yang meliputi variabel

demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, dan tingkat pendidikan),

kemampuan, persepsi dan motivasi.

Siagian (2004) juga mengemukakan bahwa motivasi adalah gaya pendorong yang

mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan segenap

kemampuannya dalam bentuk tenaga, waktu keahlian dan keterampilannya untuk

melaksanakan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai teori tentang

faktor yang dapat mempengaruhi motivasi yang diungkapkan oleh Damayanti

(2005), apabila elemen minat, sikap positif dan kebutuhan akan pentingnya

melaksanakan cuci tangan enam langkah lima momen maka perawat akan merasa

terdorong untuk melakukan cuci tangan enam langkah lima momen karena sesuai

dengan minatnya, rela ikut serta dalam kegiatan pencegahan infeksi tersebut dan

akan berusaha sebisa mungkin berusaha untuk mematuhi standar yang telah

diberlakukan.