konstruksi perempuan dalam film bidadari- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · seperti yang...

29
KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- BIDADARI SURGA (Analisis Semiotik Perempuan dalam Film Bidadari-Bidadari Surga) SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh : ADITYA YANUAR 2010 053 0039 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014

Upload: vodan

Post on 22-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI-

BIDADARI SURGA

(Analisis Semiotik Perempuan dalam Film Bidadari-Bidadari Surga)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1

(S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ADITYA YANUAR

2010 053 0039

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

PENGESAHAN

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada :

Hari / Tanggal : Kamis, 21 Agustus 2014

Waktu : 09.30-11.00

Tempat : Ruang Multimedia

SUSUNAN TIM PENGUJI

Ketua Tim Penguji

Firly Annisa, S.IP., MA

Penguji I Penguji II

Ayu Amalia,S.Sos., M.Si Wulan Widyasari, S.Sos., MA

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S-1)

Tanggal : 21 Agustus 2014

Ketua Jurusan

Haryadi Arief, S.IP., M.Sc

Page 3: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Aditya Yanuar

NIM : 20100530039

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Menyatakan dengan ini sebenar-benarnya bahwa penelitian yang penulis

tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggu manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka

di bagian akhir karya tulis ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan penelitian ini hasil

jiplakan, maka penulis bersedia menerima saksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 21 Agustrus 2014

Yang Membuat Pernyataan

Aditya Yanuar

Page 4: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

ABSTRACT

Department / Department of Communication Studies

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Aditya Yanuar (20100530039)

Construction of Women in Bidadari-Bidadari Surga Film

Thesis Year : 2014 + 120 Pages + 10 Tables + 22 Pictures + 31 Books Of

References

This study analyzed the construction of women in film Bidadari-Bidadari

Surga as one of Indonesian film produced in 2012. This film tells the life of a

family consisting of a mother and three sons and two daughters, they live their

lives in the mountains of North Sumatra province Lahambay valley. The

interesting thing about this movie is the construction of different roles in five

womens characters that are in this film, in which one of the characters his named

Laisa differently constructed from the other four. Laisa is constructed with

masculine nature, and the role that can be performed in parallel with men. So the

purpose of this study was to determine how the roles of women constructed with

different construction roles. This study used semiotic analysis methods to analyze

how construction happens to women in this film. From the analysis it was found

that apparently women with masculine traits related with brave nature, can appear

in the public domain and dominating men, are deemed to be negative, because in

the end Laisa required to return to his role as an ideal woman should look

beautiful, to be married, and heavily involved the domestic territory. On the other

hand it looks positive for the four other womens characters who serve as the ideal

woman with their feminine nature. With the construction of such authors conclude

that construction of women in BBS is pseudo-constructed. In this film where

womens are still constructed with the feminine nature of which remain in a weak

condition, and tend to be harmed by his role positions are always under male

superiority. Because of the filmmakers and crew are still influenced by men with a

strong patriarchal ideology.

Keywords: Construction, Women, Film

Page 5: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

A. PENDAHULUAN

Media film merupakan salah satu media yang sangat populer dan dapat

membentuk konstruksi masyarakat akan suatu hal, selain itu film juga merupakan

rekaman realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang kemudian

memproyeksikannya ke atas layar. Graeme Turner juga mengungkapkan bahwa

film tidak hanya sekedar refleksi dari realitas. Sebaliknya ”Film lebih merupakan

konstruksi atau gambaran dari realitas, film membentuk dan menghadirkan

kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari

kebudayaannya” (Sobur, 2006:127). Pendekatan film sebagai konstruksi

berhubungan yang mengacu pada bagaimana makna atau pesan digunakan untuk

membenarkan kekuasaan kelompok berkuasa yang mencakup banyak kelas, juga

kelompok sosial yang didasarkan pada ras, gender, umur. Seringkali dalam

representasi tersebut banyak terkandung ideologi-ideologi dan kepentingan dari

kelompok-kelompok yang berkuasa.

Melalui film sang sutradara yang berperan sebagai komunikator dapat

menyampaikan pesan kepada komunikan atau penonton melalui cerita maupun

setiap adegan dalam sebuah film. Namun disisi lain film merupakan perpanjangan

dari pemikiran sang sutradara untuk menyampaikan suatu ide-ide, gagasan atau

propaganda yang mempunyai kepentingan kekuasaan. Dalam beberapa genre film

Indonesia, tak jarang tema-tema tentang perempuan juga sering diangkat untuk

penggarapan sebuah film. Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta

dan Berbagi Suami dimana secara jelas bahwa perempuan masih menjadi

komoditas utama dari sebuah cerita film untuk dijual kepada masyarakat.

Page 6: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Budaya patriarki laki-laki tetap menjadi yang dominan diatas feminitas

perempuan, dan stereotip yang dibangun terhadap perempuan dalam kedua

contoh film tersebut tetap negatif yakni menjadi objek bukan subjek dari sebuah

film. Hal tersebut tentunya sangat berbeda dalam film Indonesia yang berjudul

“Bidadari-bidadari Surga” yang selanjutnya peneliti menyingkatnya BBS. Film

ini menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga yang ada di lembah

Lahambay yang ada di Provinsi Sumatra. Keluarga tersebut beranggotakan

seorang Mamak atau Ibu yang diperankan oleh Henidar Amroe dan kelima

anaknya yakni Laisa (Nirina Zubir), Dalimunte (Nino Fernandez), Yashinta

(Nadine Candrawinata), Ikanuri dan Wibisana. Diceritakan Laisa membantu sang

ibu dalam mendidik keempat adiknya, dan mencari nafkah untuk kelangsungan

hidup keluarganya.

Hal yang menarik dari film “BBS” ialah melalui karakter tokoh Laisa

seolah-olah ingin menunjukkan keberdayaan atau kekuatan perempuan, akan

tetapi sebenarnya film tersebut ingin memunculkan stereotip baru yang berbeda

dengan stereotip masyarakat, yakni bahwa seolah-olah perempuan yang ideal dan

positif itu seperti halnya laki-laki dengan sifat maskulinnya yaitu seperti yang

diperankan oleh tokoh Laisa. Realitanya dalam masyarakat seorang perempuan

yang ideal itu tidak harus seperti laki-laki yang kental dengan sifat maskulinnya,

justru terkadang stereotip yang sudah berkembang dalam masyarakat, perempuan

yang ideal ialah perempuan yang identik dengan sifat-sifat femininnya. Hal

tersebut juga terlihat dalam film BBS, dimana ada empat tokoh perempuan selain

Laisa, yakni Mamak, Yashinta, Cihuy dan Andini. Keempat perempuan tersebut

Page 7: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

justru menjadi positif karena dia berperan sebagaimana layaknya seorang

perempuan ideal dengan sifat femininnya, Mamak yang hanya beraktifitas di

wilayah domestik dalam rumah tangga, dan bersifat lemah lembut, pasrah.

Sedangkan Yashinta, Cihuy, dan juga Andini secara fisik saja sudah positif yakni

memiliki wajah yang cantik, tubuh yang tinggi, seksi dan berkulit putih, serta

berpenampilan sebagai perempuan karir.

Fokus penelitian dari film ini ialah bahwa ada lima karakter perempuan

yang ditampilkan dengan konstruksi yang berbeda-beda, kemudian apa yang

terjadi dari konstruksi yang dibangun tersebut dengan pergulatan posisi-posisi dari

kelima perempuan, maka dari itu peneliti ingin menganalisa lebih lanjut tentang

persoalan bagaimana konstruksi perempuan dalam film Bidadari-Bidadari Surga.

Dengan tujuan ialah untuk mengetahui bagaimana peran perempuan dikonstruksi

dalam film Bidadari-bidadari surge dan mengetahui perbedaan peran perempuan

dalam film Bidadari-Bidadari Surga.

Dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis

semiotika Roland Barthes. Analisis semiotik Roland Barthes dalam praktik

analisisnya akan bersinggungan dengan sebuah mitos yang berhubungan dengan

ideologi yang terdapat dalam teks film. “Ada dua level makna yang berbeda, yaitu

Penandaan tingkat pertama (first-order signification) disebut denotasi yang pada

level ini tanda disebutkan terdiri dari signifier dan signified, menunjukkan makna

atau tanda yang nyata. Konotasi pada penandaan tingkat kedua (second-order

signification) menggunakan tanda denotasi (signifier dan signified) sebagai

signifier-nya” (Budiman, 2000:6).

Page 8: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

B. PEMBAHASAN

1. Feminitas dan Maskulinitas pada Perempuan

Konstruksi maskulinitas dan feminitas merupakan salah satu bentuk

konstruksi sosial mengenai sebuah identitas gender yang melekat pada diri

manusia. Oleh karena itu sebenarnya dua istilah tersebut bukan disebabkan

karena perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, melainkan

sebuah produk suatu konstruksi sosial kultural yang ada sudah berkembang

dalam masyarakat ataupun hasil bentukan dari media massa.

Pada umumnya sifat, atau karakter perempuan yang ideal yang telah

berkembang dalam masyarakat selalu identik dengan kefeminimannya. Namun

dalam film ini, peneliti melihat ada sebuah pembentukkan realitas baru lewat

salah satu tokoh perempuan, yakni Laisa dalam kesehariannya ditampilkan

sebagai perempuan yang identik dengan sifat maskulinnya, yakni agresif, kuat,

pemberani, memimpin atau mendominasi. Kebiasaan Laisa dalam kehidupan

sehari-harinya.

Gb 3.1 & 3.2 Laisa selesai memotong kayu bakar

Pada penggalan scene gambar 3.1 & 3.2 di atas secara denotatif

menceritakan tentang rutinitas Laisa pada pagi hari sebelum dia pergi untuk

mengantarkan ke empat adiknya berangkat sekolah. Dalam scene diatas terlihat

Laisa dengan memakai stelan baju dan rok berwarna putih selutut sedang

Page 9: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

berada di halaman rumahnya sambil mengerjakan aktivitasnya yakni

memotong batang pohon menjadi bagian yang lebih kecil dengan

menggunakan kapak, potongan-potongan batang pohon itu akan dijadikan kayu

bakar untuk keperluan memasak mamaknya ataupun dijual untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya.

Penggalan scene di atas secara konotatif dapat diidentifikasi pada scene

diatas ingin menunjukkan bahwa Laisa mempunyai sifat yang berbeda dari

sosok perempuan pada umumnya yakni sifat feminin, akan tetapi sifat Laisa

dikonstruksi secara berbeda yakni dengan sifat maskulin seperti layaknya laki-

laki, hal itu didukung dengan kapak yang digunakan Laisa untuk memotong

batang pohon. Alat tersebut pada umumnya biasanya identik dengan pekerjaan

dari sosok laki-laki. Sosok Laisa menunjukkan bahwa ternyata perempuan juga

bisa tampil dengan sifat maskulin, kuat secara fisik seperti halnya laki-laki,

dengan mengerjakkan pekerjaan yang seharusnya menjadi pekerjaan dari

seorang laki-laki atau menjadi tugas dari laki-laki. Terlebih dengan teknik

pengambilan gambar longshot dapat diartikan bahwa ada hubungan antara

karakter dan setting, disitu terlihat Laisa sedang memotong batang pohon di

luar rumah atau halaman dari rumahnya, itu berarti bahwa Laisa sebagai

perempuan selain memiliki sifat maskulin yang kuat seperti laki-laki, dia juga

bisa tampil untuk mengerjakan tugas laki-laki di ruang publik atau di luar

rumah.

Pada dasarnya sifat agresif dan kuat secara fisik ataupun batin yang

melekat pada diri Laisa tersebut termasuk ke dalam kriteria maskulin yang

Page 10: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

diidentikkan dengan laki-laki. Adapun kriteria sifat maskulin menurut

Handayani dan Novianto dalam Bem Sex-Role Inventory (BSRI) ialah

Mempertahankan pendapat/keyakinan sendiri, berjiwa bebas/tidak terganggu

dengan pendapat orang, berkepribadian kuat, penuh kekuatan (fisik), mampu

memimpin atau punya jiwa kepimpinan, berani mengambil resiko, suka

mendominasi atau menguasai, punya pendirian atau berani bersikap, agresif,

percaya diri, berpikir analitis atau melihat hubungan sebab akibat, mudah

membuat keputusan, mandiri, egois atau mementingkan diri sendiri, bersifat

kelaki-lakian, berani bersaing atau kompetisi, dan bersikap/bertindak sebagai

pemimpin (Handayani dan Novianto, 2004:161).

Laisa yang mempunyai sifat yang maskulin yakni kuat dan agresif, tidak

hanya identik dengan femininnya saja, dari sifat yang muncul pada Laisa

tentunya seolah ingin mematahkan mitos yang selama ini berkembang dalam

masyarakat, yakni yang menganggap bahwa perempuan itu hanya bisa

melakukan pekerjaan hanya pada lingkup dalam rumah dan bukan pekerjaan

yang berat, selalu menganggap bahwa perempuan identik dengan

kelemahannya fisiknya dan kefeminimannya.

Akan tetapi sebenarnya jika dilihat lebih dalam lagi, apa yang

dikonstruksi pada diri Laisa dengan sifatnya yang maskulin merupakan sebuah

konstruksi semu, seolah apa yang ditampilkan dalam potongan scene di atas

merupakan wujud perlawanan mitos berupa ketidakadilan gender pada

perempuan, namun pada akhirnya sebenarnya Laisa tetap ditampilkan tetap

dalam lingkup femininnya sebagai seorang perempuan.

Page 11: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Potongan scene di atas walaupun Laisa tampil di ruang publik yakni di

luar rumahnya dengan mengerjakan pekerjaan yang semestinya dikerjakan oleh

laki-laki, jika dilihat dari segi pakaiannya Laisa dalam kedua scene tetap

berpenampilan feminin yakni dengan memakai stelan baju dan rok berwarna

putih selutut. Hal itu menandakan bahwa Laisa kodratnya ialah sebagai seorang

perempuan, yang secara kultural dan budaya dalam masyarakat meyakini

bahwa sudah sewajarnya perempuan ialah harus identik dengan penampilannya

yang feminin, bukan maskulin. Sifat maskulin pada diri dilemahkan kembali

dengan kefeminiman Laisa. Hal itu disebabkan karena adanya ideologi gender

yang dianut oleh pembuat film, dimana sang dibalik pembuat film ini ialah

para laki-laki, jadi ideologi gender yang dianut tetap berada dalam kacamata

dari laki-laki. Sehingga bisa dikatakan bahwa perempuan yang feminin tetap

menjadi ukuran ideal untuk seorang perempuan dimata para laki-laki,

perempuan tetap berada pada titik lemahnya yakni menjadi subjek pandangan

dari seorang laki-laki, dan tersubordinasi oleh kekuatan laki-laki.

Selain fisik yang kuat dan sifat yang agresif pada scene berikutnya Laisa

juga dikonstruksi dengan kemampuan dirinya yang bisa tampil mendominasi

terhadap sosok para laki-laki yang dihadapinya, hal itu terlihat dalam scene

atau gambar 3.5 & 3.6 berikut ini :

Page 12: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Gb 3.5 & 3.6 Laisa dan Warga sedang membuat Kincir Air

Penggalan scene gambar 3.5 dan 3.6 diatas secara denotatif

menceritakan adik Laisa yakni Dalimunte mengembangkan hasil penemuannya

kincir tenaga air. Dalam scene tersebut dengan teknik pengambilan gambar

longshot tampak para warga khususnya laki-laki dan Dalimunte bersama-sama

bekerja gotong royong membuat kincir dengan ukuran yang lebih besar. Hal itu

dapat diartikan bahwa adanya hubungan setting dan karakter dimana pekerjaan

tersebut dilakukan di alam luar, adanya penyatuan karakter antar warga untuk

saling membantu bergotong royong satu sama lain membuat kincir air tersebut,

kemudian dalam scene di atas juga terlihat Laisa dengan memakai sweater,

dan baju stelan rok selutut yang sedang berdiri di pinggir sungai dengan

dataran tanah yang lebih tinggi dari permukaan sungai dimana tempat laki-laki

sedang bekerja sambil membawa nampan untuk membawa makanan untuk

keperluan para warga yang sedang bekerja

Secara konotatif dalam scene di atas dapat diidentifikasi bahwa Laisa

mempunyai sifat maskulin dengan mampu tampil mendominasi atas para laki-

laki yang sedang bekerja, dengan cara memotivasi para laki-laki untuk pantang

menyerah gotong-royong mengerjakan kincir air. Hal tersebut didukung

dengan aspek visualnya yakni berupa posisi angle kamera dengan posisi low

Page 13: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

angle yang berarti seolah ada kekuasaan atau kewenangan yang lebih tinggi

pada diri Laisa terhadap para laki-laki yang berada pada posisi kontur tanah

yang lebih rendah daripada kontur tanah tempat Laisa berdiri. Selain didukung

dari aspek visual, untuk mempertegas dominasi Laisa juga didukung dengan

penggalan aspek audio dialog yang terucap dari Laisa, yang bisa diartikan

bahwa Laisa dengan penuh keyakinan, optimis dan penuh ambisius, percaya

diri akan keberhasilan dari penemuan Dalimunte tersebut berusaha meyakinkan

kepada para laki-laki yang sedang bergotong-royong untuk jangan mudah

pantang menyerah mengerjakan kincir air tersebut.

Pada dasarnya sifat yang muncul dari Laisa seperti mendominasi,

optimis, ambisius dan percaya diri masuk ke dalam kriteria stereotip sifat

maskulin yang identik dengan laki-laki, karena pada umumnya seorang

perempuan selalu diidentikkan dengan sifat yang lemah lembut, kurang

percaya diri, tidak ambisius, tidak banyak ide dan pasif. Konstruksi sifat

maskulin Laisa seolah telah berhasil mematahkan mitos tentang stereotip

lemah yang menempel pada pribadi dari perempuan. Akan tetapi jika dilihat

lebih dalam sifat yang dikonstruksi pada Laisa ialah sebuah konstruksi semu,

karena pada kenyataannya Laisa kodratnya ialah seorang perempuan dimana

mitos yang sudah berkembang dalam budaya masyarakat bahwa seorang

perempuan tetap harus feminin dan tetap berada di dalam ranah domestiknya.

Dari segi pakaiannya Laisa tetap ditampilkan sebagaimana kodratnya

perempuan yakni dengan memakai pakaian yang feminin, kemudian pada saat

yang bersamaan sebenarnya juga dikonstruksi kembali sebagai perempuan

Page 14: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

yang identik dengan domesifikasinya dimana Laisa terlihat membawa sebuah

nampan yang digunakan untuk membawa bekal makanan untuk para laki-laki

yang sedang bekerja bergotong-royong. Hal itu disebabkan adanya budaya

yang berkembang dalam masyarakat memang masih kental dengan budaya

patriarki yang memandang sebelah mata bagaimana hubungan antara

perempuan dan laki-laki, dimana perempuan hanya dilihat dari sisi lemahnya

dan menganggap laki-laki itu superioritas.

Selain Laisa bisa tampil dengan sifatnya yang tampil mendominasi atau

menguasai atas laki-laki, Laisa juga dikonstruksi dengan pribadinya yang

pemberani, dan berani mengambil resiko dalam menghadapi sesuatu, serta rela

berkorban.

Gb 3.7 & 3.8 Laisa masuk ke hutan mencari Ikanuri dan Wibisana

Potongan gambar 3.7 & 3.8 diatas secara denotatif menceritakan yakni

berawal ketika Ikanuri dan Wibisana hilang tersesat di tengah hutan. Warga

laki-laki memutuskan untuk berbagi tugas pencarian, kemudian dalam scene

diatas terlihat Laisa yang berdiri di depan rumahnya bersiap untuk segera

menyusul para warga laki-laki masuk ke dalam hutan, Laisa dengan memakai

pakaian yang sama yakni baju stelan rok putih dengan tambahan swetter,

membekali dirinya dengan membawa sebilah parang, dalam scene tersebut juga

terlihat Dalimunte yang berdiri dibelakang Laisa dengan memegang Obor.

Page 15: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Konotatif dapat diidentifikasi bahwa Laisa mempunyai sifat yang maskulin

yakni ditandai dengan sifatnya yang pemberani / berani mengambil resiko,

agresif, bertanggung jawab terhadap permasalahan. Pada potongan scene ini

juga didukung dengan aspek audio “Kau dirumah saja Dali, jaga mamak dan

Yashinta”, dari dialog tersebut dapat dimaknai bahwa Laisa tanpa bantuan dari

seorang laki-laki pun bisa sendiri masuk ke hutan, hal ini merupakan wujud

pendobrakan terhadap kaum laki-laki bahwa perempuan juga bisa dengan

berani tampil di area publik, tidak hanya identik dengan area domestik.

Potongan scene berikutnya yang secara denotatif terlihat Laisa tengah

berlari masuk hutan sambil memotong-motong ranting pohon yang

menghalangi jalannnya dengan parang yang dibawa ditangan kanannya dan

tangan kirinya membawa obor untuk menerangi jalannya, disitu juga tampak

dibelakang Laisa Dalimunte yang ikut menemani Laisa masuk ke hutan dengan

membawa sebilah bambu.

Potongan scene gambar kedua di atas, secara konotatif dapat diidentifikasi

bahwa Laisa yang pada awalnya mempunyai keberanian untuk memutuskan

masuk ke dalam hutan mencari kedua adiknya, akan tetapi seberani apapun itu

Laisa, dia tetap merupakan sosok perempuan yang di belakang dari keberanian

Laisa harus ada ikut campur atau peran serta dari sosok laki-laki, Keputusan

dari Laisa untuk masuk ke hutan diragukan oleh Dalimunte hal itu di dukung

dengan adanya aspek audio “Dali ikut kak, kemanapun kak Lais pergi, Dali

harus ikut”. Dari aspek audio tersebut semakin memperkuat mitos bahwa

semaskulin apapun Laisa, Laisa kodratnya tetap seorang perempuan yang tetap

Page 16: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

harus berada dalam pantauan dan lindungan, serta harus bergantung pada sosok

laki-laki. Seperti yang dikatakan oleh Nunuk P Murniati dalam bukunya yang

berjudul Getar Gender, bahwa sangat sulit bagi perempuan untuk menjadi

pribadi yang mandiri, sebab masyarakat selalu menghubungkan perempuan

dengan pola ketergantungan (Murniati, 2004:111).

Jadi apa yang dikonstruksi dalam potongan scene di atas pada awalnya

merupakan wujud pendobrakan akan stereotip lemah yang selama ini melekat

pada diri perempuan, lewat tokoh Laisa membuktikan bahwa perempuan bisa

tampil sejajar dengan laki-laki, ingin mematahkan mitos berupa stereotip

lemah yang melekat pada diri seorang perempuan, akan tetapi ternyata

konstruksi tersebut ialah merupakan sebuah konstruksi semu yang pada

akhirnya mengatakan bahwa perempuan tetap berada dalam lingkup ideologi

patriarki.

2. Konstruksi Idealitas Perempuan

Konstruksi idealitas perempuan merupakan salah satu bentuk konstruksi

sosial maupun hasil konstruksi dari media massa mengenai bagaimana wujud

perempuan yang ideal yang semestinya.

a. Perempuan Ideal Ialah yang Tampil Cantik

Gb. 3.11, 3.12 Laisa sedang berdandan

Page 17: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Potongan gambar 3.11 & 3.12 secara denotatif menceritakan Laisa yang

sedang belajar berdandan setelah beberapa hari perkenalannya dengan Dharma.

Dengan memakai baju feminin berwarna putih dengan dibalut sweeter, Laisa

sedang berdiri di depan meja rias yang ada di dalam kamarnya, sambil

berusaha mengoleskan lipstik ke bibir, kemudian memakai ikat kepala yang

terbuat dari kain.

Scene di atas secara konotatif dapat diidentifikasi bahwa Laisa sebagai

layaknya perempuan yang wajar juga harus tampil cantik. Walaupun Laisa

dilekatkan dengan karakter sifatnya yang maskulin seperti layaknya laki-laki,

akan tetapi akhirnya dia mulai belajar memakai make up yang tujuannya tidak

lain ialah untuk tampil cantik, bersih dan menarik yang identik dengan

kefeminimannya ketika berhadapan dengan laki-laki. Hal tersebut tentunya

dapat diidentifikasi bahwa konstruksi maskulin yang melekat pada sosok Laisa

ialah hanya sebuah konstruksi semu semata, yang pada akhirnya dalam film ini

kembali lagi pada budaya atau mitos yang sama dengan budaya di dalam

masyarakat yakni bahwa ternyata perempuan yang ideal atau idaman di dalam

kacamata budaya masyarakat ialah perempuan yang feminin.“Mitos kecantikan

merupakan salah satu hasil belajar manusia untuk mengatur hubungan

manusia, yakni hubungan laki-laki dan perempuan, “Laki-laki melihat

perempuan. Perempuan harus menyadari bahwa ia menjadi objek yang dilihat

(laki-laki)” (Murniati,2004:184).

Selain harus berpenampilan cantik, Laisa sebagai layaknya sewajarnya

seorang perempuan yang secara kultural dan sosial harus dituntut mempunyai

Page 18: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

pendamping hidup dan menikah kemudian mempunyai suatu keluarga sendiri

yang utuh. Hal tersebut seperti yang terlihat dalam aspek visual dan audio

berikut ini :

b. Perempuan Ideal ialah yang Menikah dan Berkeluarga

Gb. 3.15 Laisa yang dituntut untuk menikah & berkeluarga

Potongan gambar 3.15 menceritakan ketika Dalimunte hendak menikah

dengan Cihuy, akan tetapi dari pribadi Dalimunte tidak ingin melangkahi

Laisa, sedangkan dari diri Laisa menginginkan Dalimunte untuk segera

menikah dengan cihuy. Pada pagi harinya dengan bertempat di pinggir

perkebunan strawberry milik Laisa, Dalimunte mencoba membujuk dan

berunding dengan Laisa untuk kembali memikirkan mengenai pernikahan

dirinya, sebelum Dalimunte menikah.

Scene di atas secara konotatif dapat diidentifikasi bahwa walaupun Laisa

mempunyai sifat yang maskulin yang bisa dikatakan bukan merupakan seorang

perempuan yang dikonstruksikan media selama ini, akan tetapi semaskulin

apapun Laisa, Laisa ialah tetap sebagai seorang perempuan normal yang pada

akhirnya dia harus untuk menjadi seorang perempuan yang ideal, yakni untuk

menikah dan mempunyai sebuah keluarga. Tuntutan Laisa untuk menikah juga

didukung pada aspek audio potongan gambar 3.15 yang terdengar dialog dari

Page 19: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Laisa “Tentu pernah kakak memikirkannya, tidak ada wanita yang tidak

pernah memikirkannya. Sekarang usia kakak sudah tidak muda lagi dali, tapi

apa yang harus kakak lakukan?”.

Menurut Sri Suhanjati Sukri dan Ridin sofwan (2001:6) bahwasanya tugas

utama seorang istri ialah macak (berhias untuk menyenangkan suami), masak

(memasak), dan manak (melahirkan). Laisa yang mempunyai sifat yang

maskulin pun pada akhirnya akibat dari adanya mitos yang berkembang dalam

masyarakat, Laisa dituntut untuk menjadi seorang perempuan yang ideal yakni

yang menikah, mempunyai suami, dan berkeluarga. Setelah menikah dan

mempunyai keluarga yang utuh, tahap selanjutnya seorang perempuan

mempunyai tugas yang harus dijalaninya yaitu sanggup menjalankan

kewajiban peran sebagai seorang istri dalam kehidupan sebuah keluarga yang

kental dengan domestiknya, seperti yang terlihat dari aspek visual maupun

audio dalam scene gambar 3.17 yang memperlihatkan cihuy sedang

membuatkan teh untuk dalimunte dan gambar 3.18 Laisa sedang memasak di

dapur :

Dalam potongan scene 3.17 terlihat dalimunte dan istrinya yakni cihuy

yang sedang berada di ruang keluarga yang lengkap dengan dengan

Page 20: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

perabotannya berupa meja makan yang lengkap dengan cangkir, piring, dan

teko untuk menyajikan minuman dan makanan yang tertata di atas meja makan,

kemudian sofa dan meja tempat Dalimunte duduk. Disitu nampak cihuy yang

berdandan cantik dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang hitam

panjang dan terurai dengan memakai pakaian yang rapih layaknya seorang ibu

rumah tangga yang modern, yakni dengan rok ¾ dibawah lutut dan baju

berwarna putih sedang membuatkan secangkir teh untuk Dalimunte yang

tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja dengan memakai kemeja dilengkapi

dengan dasi, memakai sepatu pantoefel dan celana kain.

Pada gambar 3.18 secara denotatif terlihat bahwa Laisa dan mamak sedang

berada di dapur rumahnya tengah meracik bahan makanan untuk dimasak.

Secara konotatif dari potongan kedua scene di atas menandakan bahwa seorang

perempuan yang ideal ialah yang tidak jauh dari area domestik atau hanya

berkutat dalam area rumah tangga. teknik pengambilan gambar long shot dapat

diartikan bahwa ada hubungan setting dengan karakter. Scene diatas settingnya

berada di ruang keluarga Disitu terlihat cihuy yang sedang membuatkan

Dalimunte minuman berupa teh diatas meja makan. Hal tersebut menandakan

bahwa ada hubungan setting dengan karakter dimana Cihuy walaupun

berpenampilan sebagai layaknya wanita karir, akan tetapi cihuy sebagai

seorang perempuan setelah menikah melekat karakternya sebagai seorang istri

dan juga ibu rumah tangga yang harus juga menjalankan kewajiban

domestiknya seperti menyiapkan makanan atau minuman buat suaminya.

Page 21: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Hal tersebut didukung dengan aspek audionyanya ada dialog dari cihuy

“Kamu sarapan dulu ya” juga dapat diidentifikasi bahwa menyiapkan

makanan dan minuman buat suaminya ialah sebagai hal yang wajib dilakukan

oleh seorang istri tanpa harus suaminya yang memintanya. Pada scene

berikutnya juga dapat diidentifikasi bahwa ketika Laisa sudah mulai mengenal

seorang laki-laki, pada akhirnya dia dituntut untuk kembali lagi pada area

domestiknya, karena dia sadar bahwa kelak dia akan menjadi istri dari seorang

laki-laki dimana budaya yang telah berkembang di dalam masyarakat meyakini

bahwa istri yang ideal dan idaman bagi seorang laki-laki ialah yang pintar

memasak. Laisa seolah mewakili perempuan yang memiliki beban kerja ganda,

dimana disatu sisi Laisa seorang pemimpin atau owner perusahaan kebun

strawberry, disatu sisi Laisa juga dituntut untuk tetap menjalankan pekerjaan

domestiknya.

Dalam lingkup hukum di Indonesia juga sudah diatur mengenai kewajiban

seorang istri yakni dalam pasal 31 ayat 3 UU No 1 tentang Perkawinan yang

mengatakan bahwa “Suami adalah kepala keluarga dan Istri ibu rumah

tangga”, kemudian dalam pasal 34 ayat 2 juga dijelaskan bahwa “Istri wajib

mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya”.

3. Konstruksi Tubuh Perempuan

Konstruksi tubuh perempuan oleh media massa berupa eksploitasi

kecantikan dari fisik perempuan yakni seperti kulitnya yang putih, rambutnya

yang lurus panjang, tubuhnya yang langsing dan tinggi adapula yang berupa

konstruksi tubuh perempuan dari sisi erotisme tubuh perempuan dengan tujuan

Page 22: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

hanya seksualitas semata, dengan tujuan hanya untuk kenikmatan para

konsumen atau penonton laki-laki.

Gb. 3.21 Kecantikan adik perempuan Laisa yang bernama Yashinta.

Potongan scene gambar 3.21 bercerita ketika pada akhirnya wak Burhan

membawa kabar gembira untuk Laisa bahwa ada seorang duda tua yang

bernama Harun yang bersedia untuk menikah dengan Laisa. Kemudian hari

perjodohan Laisa dengan duda tersebut tiba, akan tetapi sedikit terjadi miss

komunikasi antara wak Burhan dengan Cak Harun, cak Harun mengira bahwa

yang akan dinikahkan dengan dirinya ialah Yashinta. Disitu terlihat Yashinta

yang keluar dari dalam rumah dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang

terurai panjang sedikit pirang memakai kebaya berwarna kuning dan

berkerudung warna putih.

Secara konotatif dapat diidentifikasi bahwa perempuan yang feminin, ialah

perempuan yang memiliki fisik wajah yang cantik dan berkulit putih bersinar,

serta memiliki rambut yang panjang teurai seperti Yashinta. Hal itu juga

didukung dengan aspek audio dari dialog Cak Harun : “Waahhhh!! Cantik nian

calon pengantinku..”, dari dialog cak Harun mengira bahwa calon istrinya dia

ialah Yashinta yang memiliki fisik yang sempurna, padahal yang akan menjadi

calon istrinya dia ialah Laisa yang memiliki fisik jauh dari kata sempurna jika

dibandingkan dengan Yashinta.

Page 23: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Dari dialog di atas juga menandakan bahwa ternyata dimata masyarakat

terutama para laki-laki, perempuan dengan fisik sempurna seperti yang dimiliki

oleh Yashinta tetap menjadi primadona. Dalam kehidupan sosial budaya

masyarakat muncul mitos berupa tuntutan untuk tampil feminin berupa

kecantikan tubuh bagi perempuan ialah hal yang terpenting, bahkan suatu

keharusan dalam hidup perempuan.

Gb. 3.22

Potongan scene di atas secara denotatif menceritakan seolah itu merupakan

arwah Laisa yang tampak cantik, dengan kulitnya yang putih bersih dan dengan

memakai baju muslimah dilengkapi kerudung, kemudian rambut Laisa yang

tadinya terlihat pendek dan keriting mendadak menjadi lurus dan hitam terurai.

Secara konotatif, scene di atas dapat diidentifikasi bahwa Laisa ialah

seorang sewajarnya perempuan yang akhirnya juga harus berpenampilan

sebagai perempuan dengan wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih bersih,

rambutnya yang hitam terurai panjang, dan bajunya yang tampak lebih feminin.

Hal itu menandakan bahwa ternyata perempuan dengan sifat, karakter dan

penampilan yang maskulin tetap dianggap negatif, hal yang positif justru

terjadi pada perempuan dengan sifat yang feminin dan memiliki fisik tubuh

yang sempurna. Hal itu dikarenakan secara konteks sosial budaya Masyarakat

Page 24: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

tetap memegang teguh terhadap mitos tentang makna kecantikan tubuh bagi

seorang perempuan.

C. Penutup

Konstruksi Kemaskulinan dari Laisa dalam film BBS ini merupakan sebuah

wujud konstruksi terhadap identitas baru seorang perempuan yakni perempuan

dengan sifat maskulinnya yang pemberani, mampu tampil di wilayah publik, serta

mampu tampil mendominasi laki-laki. Akan tetapi identitas baru tersebut kalah

dengan stereotip tentang identitas perempuan yang telah berkembang dalam

masyarakat sejak dulu yakni bahwa wajarnya atau idealnya seorang perempuan

yang harus tampil cantik, harus menikah, harus berada dalam wilayah

domestiknya seperti yang terlihat dalam peran dari tokoh-tokoh perempuan yang

lainnya seperti Mamak, Cihuy, Yashinta dan Andini.

Laisa yang mempunyai sifat maskulin pada akhirnya tetap dianggap negatif

dan ditarik kembali ke dalam stereotip identitas lama seorang perempuan yakni

yang feminin dan identik dengan domestiknya. Adanya ideologi patriarki dalam

masyarakat yang diteruskan oleh para pembuat film menjadikan konstruksi

kefeminiman perempuan tetap berada dalam kondisi yang lemah, dan ditampilkan

dengan perspektif yang tidak ramah serta bahkan cenderung dirugikan dengan

posisi-posisi perannya yang selalu diberada di bawah superioritas laki-laki.

Page 25: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

DAFTAR PUSTAKA

Althusser, lousi. 2000. Tentang Ideologi. Yogyakarta. Jalasutra.

Berger, Arthur Asa. 2000. Media Analysis Technique. (Second Edition. Alih

bahasa Setio Budi HH). Yogyakarta. Universitas Atma Jaya.

Budiman, Kris. 2000. Semiotika Visual. Yogyakarta. Buku Baik

Bungin, Burhan. 2001. Imaji Media massa : Konstruksi dan makna realitas sosial

iklan televisi dalam masyarakat kapitalistik. Yogyakarta. Jendela.

Barthes, Roland. 2012. Elemen-elemen semiologi. Yogyakarta: IRCiSoD

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta.

PT LKiS Pelangi Aksara

Faqih, Mansour. 1996. Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Guyton C, Arthur dan John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

11. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Handayani, Christina S. dan Ardhian Noviani. 2004. Kuasa Wanita Jawa.

Yogyakarta. LKis

Ibrahim, Idy Subandy dan Hanif Suranto (ed). 1998. Wanita dan Media

Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru. Bandung. Remaja

Rosdakrya

Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi Massa:Pengantar Teoritis.Yogyakarta.

Santusta.

littlejohn, Stephen W. 2005. Theories Of Human Communication. 8 ed. Canada:

Wadsworth.

Page 26: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Murniati, Nunuk P. 2004. Getar Gender : Perempuan Indonesia dalam Perspektif

Agama, Budaya dan Keluarga. Magelang. Indonesia Tera

Nugroho, Garin dan Dyna Herlina S. 2013. Krisis Paradoks Film Indonesia.

Jakarta. Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta Press

Paul, Cobley dan Litza. 1999. Introduction Semiotic. Bandung. Mizan Media

Peter L berger dan Thomas Luckman. 1990.“Sosial Construction of Reality: A

Treatise in The Sociology of Knowledge”:”Tafsir Sosial atas Kenyataan; Risalah

tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta. LP3ES.

Prabasmoro, Aquarini, Priyatna. 2006. Kajian Budaya Feminis: Tubuh,

Sastra,dan Budaya Pop. Bandung. Jalasutra

Ratna Saptari dan Brigitte M Holzner. 1997. Perempuan, kerja, dan perubahan

sosial: Sebuah pengantar studi perempuan. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti

Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda Tetapi Setara:Pemikiran Tentang Kajian

Perempuan. Jakarta. PT. Kompas Media Nusantara

Sastriyani, Siti Hariti. 2008. Women In Public Sector (Perempuan di Sektor

Publik). Yogyakarta. Tiara Wacana

Sen, K. 1994. Indonesian Cinema, Framing the New Order. London: Zed Books

ltd.

Siregar, Ashadi. 1985. Film, Suatu Pengantar. Yogyakarta.UGM

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Cetakan Ke empat, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Page 27: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Synnott, Anthony. 2003. Tubuh Sosial, Simbolisme diri dan Masyarakat.

Yogyakarta. Jalasutra

Suwarno, Marseli. Dasar-dasar Apresiasi film, Grasindo, Jakarta. 1996

Suryadi, Ace, dan Ecep Idris. 2001. Kesetaraan Gender dalam Bidang

Pendidikan. Bandung. PT. Genesindo

Thwaites, LIoyd Davis, dan Warmick Mules.2009. Introducing Cultural and

Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik. Yogyakarta. Jalasutra

Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought, Pengantar paling

komprehensif kepada arus utama pemikiran Feminis, Yogyakarta: Jalasutra.

Undang-Undang Republik Indonesia nomer 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Yulianto, Ita Vissia. 2007. Pesona Barat di Indonesia : Analisis Kritis-Historis

tentang Kesadaran Warna Kulit di Indonesia. Bandung. Jalasutra

Website :

www.tabloidBintang.com/Kampanye-tak-membuat-rieke-dyah-pitaloka-

kehilangan-momen-keluarga /22 Februari 2013/ diakses tanggal 2-12-2013/ 19.56

WIB

(http://m.detik.com/hot/read/2013/06/21/152144/2280346/230/nikahi-gadis-muda-

impian-ki-daus-terwujud /diakses 25/06/2014 pukul 23:42 WIB)

http://klikstarvision.com/?page_id=63/ (diakses pada tanggal 8/3/2014, 09.23 WIB)

Jurnal Penelitian :

Rina Budiarti. Representasi Peran Gender Dalam Komedi Siuasi “Office Boy”.

2008. Yogyakarta. Fakultas ISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Page 28: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan

Yeni Karlina. 2008. Dekonstruksi Stereotip Perempuan Dalam Sinetron Komedi

“Suami-suami Takut Istri”. Yogyakarta. Fakultas ISIPOL Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Dewi Candraningrum dalam Jurnal Perempuan Vol 18 No.1. 2013. Superwoman

Syndrome & Devaluasi Usia : Perempuan dalam Karier dan Rumah Tangga.

Jakarta.

Nurul Arifin dalam jurnal Vol. 2 Nomor 2. 2001. Wajah Perempuan dalam Media

Massa : Wajah Perempuan dalam Sinetron. Jakarta

Page 29: KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM BIDADARI- …thesis.umy.ac.id/datapublik/t36245.pdf · Seperti yang terlihat dalam contoh film Ayat-ayat cinta ... sehari-harinya. ... menceritakan