konstruksi media tentang mitigasi bencana tanah … komunikasi ardiansya… · 1 konstruksi media...

21
PAPER JURNAL ONLINE KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Bencana Tanah Longsor Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1-23 Desember 2014) Disusun oleh : ARDIANSYAH INDRA KUMALA D0209008 Jurnal Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

PAPER JURNAL ONLINE

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA

TANAH LONGSOR BANJARNEGARA

(Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Bencana Tanah Longsor

Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1-23 Desember 2014)

Disusun oleh :

ARDIANSYAH INDRA KUMALA

D0209008

Jurnal

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

1

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA

TANAH LONGSOR BANJARNEGARA

(Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Bencana Tanah Longsor

Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos

Edisi 1-23 Desember 2014)

Ardiansyah Indra Kumala

Sri Hastjarjo

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Framing can be understood as the process of selecting a number of information to be showed or eliminated by journalists, which presented to audiences of media in a form of reality. When there is a disaster, the mass media have an important role. The role of media is not merely to report events, but also contribute audiences to encounter the disaster by empowering them. The aim of this research is to observe about framing and the role of media on Banjarnegara Landslide in Kompas and Jawa Pos Newspaper, Edition of 1 to 23 December 2014. Method of this research is about the technique of framing analysis model by Pan Kosicki and the empowerment of audience through several broadcasting news by Ana Nadhya Abrar. The result of this research showed differences in the framing and role which is played by two media in constructing news of the landslides disaster of mitigation in Banjarnegara, Edition of 1 to 23 December 2014. Keywords: Framing, Disaster, Kompas, Jawa Pos, Landslide

Pendahuluan

Bencana merupakan peristiwa besar, dan media massa mempunyai peran

penting dalam memberitakannya. Dalam melakukan fungsi sebagai sumber

informasi, media massa pada hakikatnya mengonstuksi realitas. Isi media adalah

hasil para pekerja media yang mengonstruksikan berbagai realitas (Morissan,

2010 : 7)

Page 3: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

2

Proses mitigasi bencana atau tindakan yang bertujuan mereduksi dampak

bencana baik jiwa, harta benda, dan infrastruktur di Indonesia masih tersengal-

sengal. Mitigasi tak mampu mengikuti ritme bencana yang menyebar dengan

cepat (Arif, 2010 : 22). Mengingat besarnya ancaman bencana di Indonesia, sudah

sepatutnya media mengambil peran pengawasan terhadap kehidupan

bermasyarakat, terutama masyarakat yang hidup di kawasan rawan bencana.

Media mengikuti pola pemberitaan yang ajeg, yaitu laporan awal tentang

happening, laporan lanjutan tentang dampak berdasarkan pejabat, dan laporan

lanjutan tentang apa yang harus dilakukan masyarakat berdasar pejabat yang lebih

tinggi, seperti gubernur, mentri, wakil presiden, dan presiden (Abrar, 2008 : 3-4).

Peneliti memilih Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos karena kedua media

merupakan media surat kabar di Indonesia dengan oplah tertinggi. Oplah

mencerminkan kepercayaan pembaca. Sebagaimana diketahui, framing berkaitan

dengan opini publik, isu tertentu ketika dikemas dengan bingkai tertentu bisa

mengakibatkan pemahaman khalayak yang berbeda atas suatu isu (Eriyanto, 2012

: 169).

Peneliti juga menemukan hal menarik mengenai pemberitaan surat kabar

Kompas dan Jawa Pos, Kedua media yang sedianya memiliki ideologi yang sama,

ternyata mempunyai gaya pemberitaan yang berbeda terhadap peristiwa. Harian

Kompas menerapkan gaya jurnalisme kepiting yang bersikap hati-hati terutama

dalam mengulas konflik. Harian Kompas juga menerapkan prinsip humanisme

transendental agar bisa diterima semua pihak dan kalangan. Selain itu, keberadaan

tim Penyelaras bahasa (BP) yang melakukan penyeragaman bahasa yang dimuat

dalam Harian Kompas juga menjadikan gaya bahasa yang digunakan

Kompas menjadi halus dan santun. Di sisi lain, Jawa Pos menggunakan gaya

news telling, atau sebuah cara pengemasan berita dengan menyajikan berita yang

mudah dimengerti dan menarik pembaca. Jawa Pos dikenal mengedepankan

aspek human interest untuk menarik perhatian pembaca.

Page 4: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

3

Rumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah : Bagaimana Surat

Kabar Kompas dan Jawa Pos mengonstruksi pemberitaan bencana tanah longsor

Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1-23 Desember 2014?

Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui realitas yang ditampilkan pada pemberitaan media

mengenai bencana tanah longsor Banjarnegara pada surat kabar Kompas dan

Jawa Pos periode 1-23 Desember 2014

b. Untuk mengetahu peran Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos saat terjadi

peristiwa bencana

Tinjauan Pustaka

a. Media dan Bencana

Bencana adalah peristiwa dahsyat yang dapat memiliki konsekuensi

dengan cakupan sosial politik yang luas dan surat kabar memiliki peran

penting dalam melaporkan bencana. Bencana dapat menyita perhatian media

baik dari negara di mana bencana tersebut terjadi maupun di dunia (Liu,

2010: 1).

Berbeda dengan berita politik, berita bencana alam yang disiarkan media

pers tidak memiliki konteks perubahan politik yang terjadi. Namun, ia bisa

menimbulkan kepanikan moral, semacam kecemasan berkepanjangan yang

terjadi pada masyarakat (Abrar, 2010 : 2)

Ketika sebuah bencana terjadi, peran media adalah ikut

menginformasikan peringatan yang ada, menyediakan deskripsi apa yang

terjadi, tetap membuat publik mendapat informasi mengenai kegiatan

pascabencana, dan berkontribusi terhadap individu dan pemulihan komunitas

dan untuk resiliansi komunitas (Prajarto, 2008: 2).

Keterlibatan media dapat dilihat dari posisinya sebagai pembawa

informasi dan sebagai bagian dari manajemen informasi bencana untuk

Page 5: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

4

mendukung operasional manajemen, atau sebagai rekan pemerintah dalam

mengahadapi bencana. Arah dari peran dan keterlibatan media pra, saat dan

pascabencana adalah mengabdi pada kemanusiaan dan kehidupan.

Penanganan informasi bencana yang dilakukan media pun pada kapasitas

sebagai sumber informasi yang harus mengacu pada strategi nasional

penanganan bencana, karena ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan

bencana baru di tengah bencana yang terjadi (Prajarto, 2008: 4).

Dengan berbagai pertimbangan tentang news values, news worthiness

serta penerapan standar professional jurnalistik, informasi tentang bencana

yang disampaikan media massa dapatlah dimaklumi. Namun media massa

seharusnya mampu menghadirkan bencana sebagai peristiwa yang harus

disikapi secara bersama oleh masyarakat (Prajarto, 2008 : 14).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Houston (2012 : 1) tentang bencana

alam di Amerika selama satu dekade dalam jurnal internasional berjudul

Disaster News: Framing and Frame Changing in Coverage of Major U.S.

Natural Disasters, 2000-2010, mereka mengungkapkan bahwa peliputan

media massa cenderung fokus pada dampak bencana terhadap manusia,

bangunan, dan lingkungan. Sementara berita mengenai bencana sebagian

besar memberitakan tentang saat terjadi peristiwa bencana.

Penelitian tersebut lebih lanjut mengemukakan bahwa media massa

mendapatkan nilai memuaskan apabila peran media dipahami sebagai

mengkomunikasikan atau menginformaiskan peringatan kepada publik,

menjelaskan apa yang terjadi, dan menjaga informasi pascabencana. Namun

apabila peran media dilihat dari kontrusibusi bagi individu dan masyarakat

mengenai kesiapan, pemulihan, dan ketahanan terhadap bencana, hasilnya

sangat mengecewakan (Houston, 2008 : 13).

Media seharusnya mampu berkonstribusi terhadap khalayak media dalam

menghadapi bencana. Dari kesiapan, media massa dapat membantu

masyarakat mengidentifikasi potensi ancaman, advokasi untuk perubahan

yang dibutuhkan dalam membangun lingkungan dan menginformasikan

kesiapan bencana bagi individu maupun keluarga. Mengenai pemulihan

Page 6: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

5

bencana, media massa dapat menginformasikan warga mengenai layanan

pascabencana dan menyediakan forum bagi perencanaan masyarakat tentang

pembangunan kembali. Dari ketahanan, media mempunyai tanggung jawab

sebagai peran kunci dalam membuat “cerita” bencana untuk masyarakat

(Houston, 2008 : 14).

Secara sinis, Abrar (2008 : 1) dalam jurnal komunikasi bencana berjudul

Memberdayakan Masyarakat Lewat Penyiaran Berita Bencana Alam

mengatakan,

“Segera setelah bencana alam melanda sebuah daerah, berbagai media

pers menyiarkan berita tentang bencana alam tersebut. Masyarakat prihatin.

Sebagian dari mereka berduka dan berdoa semoga para korban diberi

kekuatan dan ketabahan. Sebagian lagi tergerak membantu para korban.

Kemudian mereka melupakan bencana alam itu.”

Menurut Ana, dalam memberitakan bencana, media harus

memberdayakan khalayak. Pertama, Media massa harus mendorong

masyarakat berpikir kreatif, dengan berupaya melihat kejadian dari berbagai

sudut pandang. media massa memberikan alternatif jalan keluar yang bisa

ditempuh oleh masyarakat. Fakta tidak hanya tentang kejadian bencana alam,

tetapi juga fakta tentang bagaimana masyarakat harus menghadapi bencana

alam serta apa yang harus dilakukan masyarakat pascabencana alam. (Abrar,

2008 : 3).

Kedua, menghindari pejabat pembuat berita. Wartawan harus melihat

posisi pejabat sebagai pihak yang independen. Abrar (2008 : 4)

mengemukakan, perlu untuk mengingatkan media pers untuk tidak menjadi

corong pejabat. Dengan menjadi corong pejabat, media pers disebut tidak lagi

menjadi alat profesional untuk melayani kepentingan publik.

Ketiga, menghindari pengaruh birokrat atau lembaga bantuan. Saat

terjadi bencana ada pihak-pihak yang menggunakan kesempatan sebagai

ajang promosi mereka. Hal tersebut berakibat pada korban yang akan

bergantung kepada bantuan. Media massa seharusnya membuat masyarakat

bangkit dan bekerja untuk menghasilkan sesuatu.

Page 7: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

6

Keempat, berhati-hati melemparkan wacana. Tidak semua masyarakat

berhasil mengonstruksi wacana yang berkonteks pada kepentingan publik.

Kelima, menjelaskan risiko pascabencana alam. Risiko yang dihadapi

masyarakat pascabencana alam tentu tergantung dari seberapa parah bencana

alam yang menimpa. Media massa mempunyai kewajiban untuk menjelaskan

risiko tersebut dengan menyampaikan prediksi melalui narasumber media

massa.

Keenam, membantu memaknai rasa takut dengan benar. Media pers

menempatkan masyarakat sebagai subyek, bukan obyek semata. Media pers

harus memberikan kesempatan kepada masyarakat bicara perkara apa yang

mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka harapkan.

Semua kondisi ini selanjutnya disampaikan kepada narasumber untuk

ditanggapi. Tanggapan narasumber inilah yang kelak perlu disiarkan media

pers kepada masyarakat.

b. Analisis Framing

Framing dapat dipahamai sebagai proses jurnalis menyeleksi sejumlah

informasi untuk ditonjolkan atau dihilangkan, yang disampaikan kepada

khalayak media dalam bentuk realitas.

Dalam penelitian framing, yang menjadi persoalan adalah bagaimana

realitas dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media

membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik

perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan

bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media (Eriyanto, 2012 : 7).

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menyebutkan sejumlah

pendekatan analisis framing sebagai metode analisis. Pertama, teks berita

dilihat dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang

dipakai dan akan dikonstruksi ke dalam memori khalayak. Kedua, analisis

framing tidak melihat teks berita sebagai suatu pesan yang hadir begitu saja.

Teks berita dibentuk lewat struktrur dan formasi tertentu, melibatkan proses

produksi dan konsumsi dari suatu teks. Ketiga Validitas dari analisis framing

Page 8: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

7

dilihat dari bagaimana teks menyimpan kode-kode yang dapat ditafsirkan

dengan jalan tertentu oleh peneliti (Eriyanto, 2012 : 290).

Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsepsi dari framing yang saling

berkaitan yaitu : Konsepsi psikologi yang menekankan pada bagaimana

seseorang memproses informasi dalam dirinya. Serta, konsepsi sosiologis

yang melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu menafsirkan

suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu (bagaimana konstruksi sosial atas

realitas).

Model framing yang dikenalkan Pan dan Kosicki adalah salah satu model

yang paling populer. Pan dan Kosicki membuat suatu model yang

mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis dengan konsepsi

sosiologis dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Hal

tersebut bisa dilihat dari bagaimana suatu berita dipoduksi dan peristiwa

dikonstruksi oleh wartawan.

Pendekatan untuk memahami atau melihat bagaimana suatu berita

diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan, dapat dilihat dalam

skema berikut.

Skema 1 Kerangka Framing Pan Kosicki

Page 9: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

8

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Karya kualitatif melibatkan penelitian

ontologism. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dalam kalimat atau gambar

yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka dan jumlah (Sutopo, 1988: 10).

Objek penelitian ini adalah berita bencana tanah longsor Banjarnegara yang

diberitakan Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos edisi 1-23 Desember 2014.

Studi dokumen yang dilakukan oleh peneliti, posisinya dipandang sebagai

nara sumber yang dapat menjawab pertanyaan. Dokumen dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan kepadanya. Apa tujuan dokumen itu ditulis? Apa latar

belakangnya? Apa yang dikatakan dokumen itu kepada peneliti? Untuk siapa

ditulis? (Nasution, 1988: 85-87).

Data relevan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam bentuk data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang didapatkan langsung dari sumber

aslinya. Data primer dalam penelitian ini adalah berita bencana tanah longsor

yang dimuat Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos pada 1-23 Desember 2013.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Dalam

penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah pengalaman wartawan

saat meliput bencana dan kebijakan redaksional Surat Kabar Kompas dan

Jawa Pos. Untuk pengalaman wartawan saat meliput bencana, penulis

menggunakan buku Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme: Kesaksian

dari Tanah Bencana yang ditulis oleh wartawan Kompas Ahmad Arif

berdasar pengalamannya meliput bencana tsunami Aceh 2004.

Peneliti dalam hal ini menganalisa data menggunakan model (analisis

framing) kerangka Pan dan Kosick karena banyak diadaptasi pada pendekatan

linguistik dengan memasukkan elemen, seperti pemakaian kata, pemilihan

struktur, dan bentuk kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai

oleh media (Eriyanto, 2012: 329).

Page 10: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

9

Data primer hasil dokumentasi oleh peneliti diuraikan dalam empat struktur

besar sebagaimana model analisis framing Pan dan Kosicki. Hasil analisis data

tersebut dibandingkan dengan teori pemberdayaan khalayak dari ana nadhya

abrar, pengalaman wartawan berupa data dari buku Ahmad Arif, dan kebijakan

redaksional berupa visi dan misi kedua surat kabar untuk menarik kesimpulan.

Sajian Data dan analisis data

a. Sajian Data

Penulis meneliti keseluruhan berita mengenai bencana tanah longsor di

Banjarnegara dalam periode 1-23 Desember 2014 dan berita yang terkait

dengan bencana longsor yang melanda pada Jumat 12 Desember 2014.

Setelah pemilihan berita, terdapat 36 berita yang akan diteliti oleh peneliti

dari Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos. Pada Surat Kabar Kompas terdapat

25 artikel berita dan 3 foto lepas. Sementara pada Surat Kabar Jawa Pos

terdapat 8 artikel berita.

b. Perbandingan Frame

Frame mengenai bencana longsor di Banjarnegara, Kompas memandang

sebagai bencana dalam kategori bisa diprediksi, bisa diamati gejalanya, dan

bisa dicegah. Dalam pemberitaan, selain memberikan informasi terkait

perkembanganan penanganan bencana, Kompas memberikan pandangan

berupa peringatan dini berupa ancaman bencana susulan serta ancaman

bencana di sejumlah daerah dalam lingkup nasional, identifikasi gelaja

longsor, memberi kritik kepada pemerintah, dan jalan keluar berupa

penanganan longsor dengan cara mitigasi bencana.

Kritik yang diberikan cenderung menyalahkan pemerintah yang tidak

tanggap hingga bencana longsor dengan korban jiwa selalu berulang. Kompas

menguatkan pandangan dengan pakar yang menyebutkan Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Mengenai mitigasi

Page 11: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

10

bencana, Kompas menekankan pada revitalisasi kearifan lokal dari pada

relokasi yang menjadi program penanganan korban bencana oleh pemerintah.

Kompas juga memberikan pandangan perlunya edukasi bencana dan

perbaikan tata guna lahan.

Sementara, meskipun Jawa Pos juga memandang peristiwa bencana

longsor di Banjarnegara sebagai peristiwa penting yang perlu diinformasikan

kepada khalayak, namun banyak hal yang perlu dicermati dalam isi

artikelnya. Berita yang ditampilkan Jawa Pos hanya dalam kategori kejadian

bencana. Mengenai peristiwa longsor di Banjarnegara Jawa Pos

menampilkan 8 artikel yang disajikan pada edisi 13 Desember 2014 hingga

17 Desember 2014. Berita terakhir yang ditampilkan Jawa Pos mengenai

sejumlah korban tertimbun merupakan pengguna jalan. Jawa Pos sama sekali

tidak menampilkan warga Jemblung dalam artikelnya, hanya ada narasumber

dari pemerintah, dari instansi penanganan bencana, dan dua warga yang

menjelaskan kejadian longsor memutuskan jalan di Demplok. Narasumber

Jawa Pos dapai diamati di bawah ini.

Minimnya narasumber yang diwawancarai tentu berpengaruh pada frame

Jawa Pos. Jawa Pos memandang pemerintah telah berperan baik dalam

penanganan bencana dengan segera memberikan bantuan kepada korban

bencana. Jawa Pos juga terkesan menjadi corong pemerintah yang

menampilkan peran instansi bahkan pejabat dalam memberikan bantuan. Hal

itu terlihat tidak adanya pihak warga yang diwawancarai, serta menjelaskan

dengan detail bangtuan yang diberikan. Sementara mengenai kejadian

bencana, Jawa Pos memandang warga sebagai pihak yang bersalah karena

menyalahgunakan alat deteksi dini longsor yang sudah disediakan

pemerintah. Jawa Pos juga terkesan mendukung penuh obsi relokasi bagi

warga yang jelas-jelas ditentang oleh Kompas. Namun pandangan dari Jawa

Pos tidak diperkuat dengan data, hanya uraian dari narasumber tanpa

pembanding.

Perbedaan yang mencolok antara Jawa Pos dan Kompas juga dapat

diamati dari inti penekanan penanganan bencana. Kompas lebih menekankan

Page 12: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

11

pada cara penanganan bencana dengan revitalisasi berupa mitigasi bencana,

edukasi bencana, serta perbaikan tata guna lahan, sementara Jawa Pos yang

menjadi corong pemerintah jelas mengedepankan pada relokasi penduduk.

Kompas mempunyai kesalahan dalam penyebutan nama salah satu

narasumber, Kepala Desa Sampang disebutkan bernama Partono. Sementara

Jawa Pos menyebut Kepala Desa Sampang bernama Purwanto. Berdasarkan

penelusuran penulis diberbagai pemberitaan media massa, nama yang ditulis

adalah Purwanto. Dalam hal peyebutan tim evakuasi Jawa Pos menggunakan

kata “Tim Penyelamat” yang menggambarkan orang yang menyelamatkan

korban, sementara Kompas menggunakan kata “Relawan” menggambarkan

orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela. Dalam hal isi berita, Kompas

mengungkap masalah, memberi kritik serta solusi dalam kejadian bencana

longsor, sementara Jawa Pos lebih menampilkan bantuan yang diberikan oleh

pemerintah untuk korban maupun instansi lain seperti PMI.

Tabel 1 Perbandingan Frame

Elemen Kompas Jawa Pos

Frame Bencana longsor merupakan bencana

dalam kategori bisa diprediksi, bisa

diamati gejalanya, dan bisa dicegah.

Kejadian longsor dengan korban jiwa

yang berulang adalah bentuk

ketidakpedulian pemerintah.

Pemerintah mengabaikan peringatan

dini. Perlu perubahan paradigma ke

mitigasi bencana, perbaikan edukasi

bencana dan tata guna lahan.

Menekankan perluya revitalisasi

untuk penanganan bencana. Menyebut

Pemerintah telah

berperan baik dalam

penanganan bencana

dengan memberikan

sejumlah bantuan.

Warga

menyalahgunakan alat

deteksi dini sehingga

tidak berfungsi saat

terjadi longsor.

Melihat sisi yang

lebih menguntungkan

Page 13: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

12

tim evakuasi sebagai relawan. antara revitalisasi dan

relokasi, Jawa Pos

lebih menekankan

pada relokasi sebagai

upaya penaanganan

bencana sesuai dengan

upaya pemerintah.

Menyebut tim

evakuasi sebagai

penyelamat.

Skematis Wawancara pakar longsor, pakar

hukum, LSM, dan warga korban

longsor untuk memperkuat

pandangan. Kompas mengungkap

masalah, memberi kritik dan solusi.

Kompas juga meminta keterangan dari

instansi penanganan bencana dan

pemerintah sebagai pembanding.

Menampilkan peran instansi dalam

penanganan bencana.

Wawancara pejabat

birokrasi pemerintah

dan instansi

penanganan bencanan

untuk memberikan

informasi dan

pandangan. Jawa Pos

lebih menekankan

pada penyampaian

bantuan yang

diberikan pemerintah.

Sementara sama sekali

tidak memberi ruang

bagi warga korban

longsor. Menampilkan

peran pejabat

birokrasi maupun

instansi dalam

penanganan bencana.

Skrip Menginformasikan kondisi warga Menginformasikan

Page 14: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

13

serta penanganan bencana. Kompas

juga menjelaskan mengenai

peringatan dini, identifikasi gejala

longsor, jalan keluar berupa mitigasi

bencana. memberi kritik terhada

pemerintah. Menekankan pada aspek

revitalisasi dalam proses mitigasi

bencana serta Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana dan dalam

UU 1945, adalah hak konstitusional

warga neagara memperoleh

lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Menyalahkan pemerintah yang

mengabaikan peringatan dini sehingga

ada korban jiwa saat kejadian longsor.

bantuan yang

diberikan kepada

warga serta proses

penanganan bencana.

Menampilkan peran

pejabat dan instansi

dalam pemberian

bantuan. Menekankan

pada aspek relokasi

dalam penanganan

korban bencana,

dengan melihatnya

dari sisi ekonomis

dibandingkan dengan

revitaliasi.

Menyalahkan warga

yang

menyalahgununakan

alat deteksi dini

sehingga ada korban

jiwa saat kejadian

longsor.

Tematik (1) Memberikan peringatan dini

ancaman longsor di kawasan

Banjarnegara serta ancaman sejumlah

bencana di berbagai daerah di

Indonesia (2) Membantu khlayak

untuk mengidentifikasi dan mengatasi

gejala longsor untuk mencegah

terjadinya bencana (3) Perlu

(1)Simpang siur data

informasi bencana (2)

Kemensos bergerak

cepat memberikan

bantuan dan informasi

mengenai proses

evakuasi yang

terhambat cuaca (3)

Page 15: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

14

pemberdayaan masyarakat dalam

menghadapi bencana bukan relokasi

(4) Menginformasikan kejadian

bencana longsor di Dusun Jemblung

(5) Menginformasikan penanganan

bencana serta memberikan peringatan

dini longsor susulan serta bencana

susulan di daerah lain , mengungkap

masalah bahwa bencana longsor di

Jemblung tinggal menunggu waktu,

serta membantu khalayak

mengidentifikasi daerah longsor

berupa menyajikan peta kerentanan

bencana longsor(6) Mengungkap

masalah bencana longsor di

Banjarnegara berupa pelanggaran tata

guna lahan, pemerintah yang abai

terhadap peringatan dini dan

memberikan kritik serta solusi

perlunya perubahan pemerintah dari

perspektif tanggap darurat ke mitigasi

bencana serta rekomendari melakukan

identifikasi daerah rawan longsor dan

pemetaan cepat (7) Memberikan

edukasi bencana kepada khalayak

tentang penanganan korban longsor

(8) Mengungkap permasalahan korban

selamat di pengungsian yang memiliki

beban pikiran serta kesehatan

terganggu (9) Memberikan informasi

Presiden Jokowi akan

kunjungi lokasi

bencana (4) peran

Gubernur Ganjar

Pranowo menjamin

bantuan aman serta

informasi bantuan dari

PMI (5) Peran

presiden beri bantuan,

menguraikan bantuan

dari Kemensos (6)

Opsi relokasi sebagai

langkah antisipatif,

menampilkan

kementerian Desa

PDT Transmigrasi

telah berperan aktif,

serta membandingkan

opsi yang lebih

menguntungkan antara

relokasi atau

revitalisasi (7)

Pemerintah

menyalahan warga

yang

menyalahgunakan alat

deteksi dini longsor

serta memberikan

informasi relokasi

sebagai solusi utama

Page 16: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

15

tanggap darurat hingga 19 Desember

dan bisa diperpanjang hingga 14 hari

serta memberikan peringatan dini

ancaman longsor susulan di Dusun

Jemblung dan cara

pencegahannya(10) Memberikan

informasi kepada khalayak mengenai

identifikasi longsor berupa tanda

bencana longsor serta

mengungkapkan longsor bisa

dimitgasi dengan revitalisasi kearifan

lokal (11) Mengungkap bahwa warga

tidak mendapatkan pengenalan gejala

alam serta menginformasikan

pemerintah akan melakukan relokasi

(12) Memberikan informasi adanya 3

longsoran baru yang mengakibatkan

jumlah pengungsi semakin banyak

dan mengungkap kesulitan mencari

lahan relokasi, Kompas juga

menampilkan kondisi tempat relokasi

korban longsor di Bnjarnegara tahun

2006 yang terkena longsor (13)

Memberikan kritik pada pemerintah

mengenai penanganan bencana

dengan perlunya belajar dari bencana

yang terjadi serta mengungkap

permasalahan lemahnya penanganan

bencana di Indonesia disebabkan

minimnya riset mengenai bencana,

hindari bencana

longsor (8) informasi

kejadian bencana yang

menutup jalan di

Demplok,

mengungkap sejumlah

korban tertimbun

merupakan pengguna

jalan, serta

menampilkan peran

Bupati Banjarnegara

yang sebenarnya telah

menetapkan status

tanggap darurat pada 8

hingga 21 Desember.

Page 17: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

16

Kompas memberikan jalan keluar

berupa perbaikan manjemen bencana

nasional (14) Memberikan informasi

mengenai pemerntah yang akan

memasang alat deteksi dini dan

kerjasama dengan pakar dalam

mencari tempat relokasi serta

memberikan peringatan dini 34 titik

rawan longsor (15) Mengungkapkan

alasan pemerintah melakukan relokasi

karena Dusun Jemblung tidak layak

ditempati serta informasi mengenai

warga yang ditempatkan rumah sewa

sambil menunggu pembangunan

relokasi selesai (16) Mengungkap

edukasi bencana kepada siswa sekolah

yang masih lemah serta perlunya

komitmen kepala daerah dan pemda

dalam edukasi dan sosialisasi

kebencanaan (17) Menginformasikan

tempat relokasi yang belum positif

serta secepatnya warga menempati

rumah sewa (18) Pencarian ditutup

dengan penemuan 95 korban

ditemukan dan 13 lainnya dinyatakan

hilang serta menginformasikan

longsor juga terjadi di sejumlah

daerah (19) Kompas menutup dengan

informasi keseluruhan korban telah

tempati rumah sewa, tempat relokasi

Page 18: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

17

pengungsi di Alian masih dihuni

1.200 warga terancam longsor, serta

sejumlah daerah mulai mengantisipasi

bencana dengan menyiapkan relawan

dan peralatan

Retoris Label otoritas jabatan dan pakar dari

narasumber yang diwawancarai,

memberikan bukti serta klaim yuridis.

Kompas menyebebut “relawan” bagi

tim yang memberikan bantuan dalam

penanganan bencana.

Label otoritas jabatan

dan pakar dari

narasumber yang

diwawancarai. Jawa

Pos menyebebut “tim

penyelamat” bagi tim

yang memberikan

bantuan dalam

penanganan bencana.

c. Peran Kompas dan Jawa Pos

1. Peran Kompas

Dilihat rentang waktu pemberitaan, Kompas sudah memberikan

peristiwa longsor di Banjarnegara sejak 1 Desember atau 11 hari sebelum

longsor besar menimbun Dusun Jemblung. Dari hasil analis, Kompas

sudah menjalankan perannya dalam memberitakan bencana longsor. Berita

yang ditampilkan sudah masuk kategori prabencana, kejadian bencana, dan

pascabencana.

Dalam permberdayaan khalayak, Kompas sudah memenuhi enam

poin yang harus dilakukan media massa, yaitu media harus mendorong

masyarakat berfikir kritis, menyajikan fakta kejadian bencana alam dan

juga fakta tentang bagaimana masyarakat harus menghadapi bencana alam

serta apa yang harus dilakukan masyarakat pasca bencana alam. Kedua,

menghindari pejabat pembuat berita, media jangan menjadi corong

pejabat. Ketiga, menghindari pengaruh birokrat atau lembaga bantuan,

Page 19: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

18

jangan sampai membuat warga bergantung pada bantuan. Keempat,

berhati-hati melempar wacana. Kelima, menjelaskan risiko pascabencana

alam dengan menyampaikan prediksi melalui narasumber. Keenam,

membantu memaknai rasa takut dengan benar, media harus memberikan

kesempatan kepada masyarakat bicara perkara apa yang mereka rasakan,

harapkan, dan ditanggapi oleh narasumber lain seperti ahli.

Implementasi ideologi Surat Kabar Kompas masih mengutamakan

kepentingan publik dengan memberdayakan khalayak saat terjadi peristiwa

bencana. Mengenai kepentingan kekuasaan, Kompas masih menjalankan

fungsinya sebagai “anjing penjaga” dengan memberikan kritik serta saran

dalam penanganan bencana tanah longsor.

2. Peran Jawa Pos

Meskipun sudah memberitakan kejadian longsor di Dusun Jemblung,

Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, namun

Jawa Pos tidak menampilkan berita kategori prabencana dan

pascabencana. Berita yang ditampilkan hanya kategori kejadian bencana.

Dalam pemberdayaan, Jawa Pos mendapatkan nilai yang buruk. Hal

itu dikarenakan tidak satupun warga korban longsor di Jemblung yang

menjadi narasumber. Dari hasil analisis, Jawa Pos lebih berperan dalam

menampilkan kinerja pejabat maupun instansi pemerintah dalam

penanganan bencana berupa pemberian bantuan.

Kunci utama perbedaan antara Kompas dan Jawa Pos terletak di sini.

Menurut Anna, kalau pers sudah memberikan kesempatan kepada korban

bencana alam telibat dalam berita, sebenarnya ia sudah mempraktikkan

jurnalisme publik. Sementara itu, tujuan utama jurnalisme adalah

menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan bisa

mengatur diri sendiri. Dilihat dari pemberitaan mengenai bencana, bisa

diartikan tujuan utama jurnalisme adalah pemberdayaan khalayak.

Mengenai Jawa Pos yang tidak menampilkan warga serta lebih

mendompleng pemerintah, dapat disimpulkan Jawa Pos gagal mencapai

tujuan utama jurnalisme.

Page 20: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

19

Implementasi ideologi Surat Kabar Jawa Pos bertentangan dengan visi

dan misinya. Jawa Pos melupakan kepentingan publik dengan lebih

menampilkan kepentingan ekonomi, logika komersilnya mengakibatkan

tak satupun warga korban longsor yang menjadi narasumber. Mengenai

kepentingan kekuasaan, nyatanya Jawa Pos tidak menjalankan fungsinya

sebagai “anjing penjaga” pemerintahan. Jawa Pos menampilkan embedded

journalism, menjadi corong pemerintah, mendompleng peran pejabat dan

sejumlah instansi seperti Kementerian Sosial dan PMI.

Kesimpulan

a. Surat Kabar Kompas

Konstruksi Surat Kabar Kompas menonjolkan perlunya revitalisasi untuk

penanganan bencana. Dalam pemberitaannya, Kompas mengutamakan

kepentingan publik dengan memberdayakan khalayak. Kompas juga

menjalankan fungsinya sebagai “anjing penjaga” dengan memberikan kritik,

saran, dan solusi kepada pemerintah.

b. Surat Kabar Jawa Pos

Konstruksi Surat Kabar Jawa Pos menonjolkan opsi relokasi untuk

penanganan bencana, sesuai dengan upaya pemerintah. Jawa Pos melupakan

kepentingan publik, logika komersilnya mengakibatkan tidak satupun warga

korban longsor yang menjadi narasumber. Jawa Pos menampilkan embedded

journalism, menjadi corong pemerintah dan mendompleng peran pejabat.

Saran

a. Saran Bagi Praktisi Media

Lakukan pelatihan mengenai jurnalisme bencana terhadap wartawan,

serta merancang kode etik terkait pemberitaan bencana mengingat Indonesia

rentan dengan bencana alam terutama tanah longsor. Berita mengenai

bencana seharusnya sudah berorientasi pada pemberdayaan khalayak serta

bersinergi dengan strategi nasional penanganan bencana.

Page 21: KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH … KOMUNIKASI ARDIANSYA… · 1 KONSTRUKSI MEDIA TENTANG MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR BANJARNEGARA (Studi Analisis Framing tentang

20

b. Saran Bagi Pemerintah

Perlu memperbaiki strategi penanganan bencana. Melihat peristiwa

dalam jangka panjang, serta tidak melihat dari sisi ekonomis.

c. Saran Bagi Peneliti Lain

Belum banyak penelitian yang membahas mengenai bencana alam.

Seperti yang dikemukakan Kompas, titik kelemahan utama Indonesia dalam

penanganan bencana adalah minimnya riset terutama dalam memahami

kejadian bencana. Kajian tentang media massa dan bencana perlu

diperbanyak untuk berkontribusi dalam antisipasi maupun penanganan

bencana alam.Penelitian framing tidak hanya dilakukan pada permasalahan

politik, namun juga permasalahan sosial, dan budaya.

Daftar Pustaka Abrar, Ana Nadhya. (2008). Memberdayakan Masyarakat Lewat Penyiaran

Berita Bencana Alam. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Arif, Ahmad. (2010). Jurnalisme Bencana, Benccana Jurnalisme: Kesaksian dari

Tanah Bencana. Jakarta: PT Gramedia Eriyanto. (2012). Analisis Framing. Yoggyakarta: Lkis Houston, J. Brian., Pfefferbaum., Rosenholtz, Carhty Ellen. (2012). Disaster

News: Framing and Frame Changing in Coverage of Major U.S. Natural Disasters, 2000-2010. Jurnal. United States. Association for Education in Journalism and Mass Communication

Liu, Lian dan Stevenson, Marie. (2013). A Cross-Cultural Analysis of Stance in Disater Reports. Jurnal. Australia: Applied Linguistics Association of Australia

Morissan., Corry, Andy., Hamid, Farid. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia

Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Prajarto, Nunung. (2008). Bencana, Informasi dan Keterlibatan Media. Jurnal.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Sutopo. 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press