konstruksi media cetak atas realitas analisis framing...
TRANSCRIPT
KONSTRUKSI MEDIA CETAK ATAS REALITAS ANALISIS FRAMING TERHADAP MAJALAH TABLIGH
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam
Oleh : Herni Ramdlaningrum NIM : 208051000009
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA 2010
i
ii
KONSTRUKSI MEDIA CETAK ATAS REALITAS ANALISIS FRAMING TERHADAP MAJALAH TABLIGH
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Komunikasi Islam
Oleh : Herni Ramdlaningrum NIM : 208051000009
Dibawah Bimbingan
Dra. Armawati Arbi, M.Si
NIP. 19650207 199103 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
2010
iii
Lembar Pengesahan
Skripisi yang berjudul KONSTRUKSI MEDIA CETAK ATAS REALITAS, ANALISIS FRAMING TERHADAP MAJALAH TABLIGH. Telah diujikan dalam sidang munaqosyah fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 04 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Jakarta 04 Mei 2010
Panitia Sidang Munaqosah
Ketua
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 19700903 199603 1 001
Sekretaris
Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA NIP. 19710412 200003 2 001
Anggota
Penguji I
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 19700903 199603 1 001
Penguji II
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 19610422 199003 2 001
Pembimbing
Dra. Armawati Arbi M.Si NIP. 19650207 199103 2 002
iv
Lembar Pernyataan
saya
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat serta karunianya sehingga akhirnya penulisan tugas akhir ini
dapat terselesaikan walaupun dengan proses yang sangat panjang dan berkelok.
Telah begitu banyak pihak yang membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, akan tetapi saya tetap ingin
mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak dan semoga Allah meridhai
serta membalasnya.
1. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H.
Arief Subhan, MA, Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA,
Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan III,
Bapak Drs. Study Rizal LK, MA.
2. Kepada Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Non Reguler Ibu,
Dra. Hj. Asriati Jamil M.Hum, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Non Reguler, Ibu Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA.
3. Ibu Dra. Armawati Arbi, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang selalu
memberi banyak masukan kepada penulis.
4. Tim dan Panitia Penguji Sidang Munaqosah.
5. Kepada staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Dakwah yang telah banyak
membantu dalam memberikan referensi yang dibutuhkan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam.
vi
7. Kepada seluruh dewan dan staff redaksi Majalah Tabligh, penulis sampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan seting-tinginya atas kerjasama dan
bantuan yang telah diberikan.
8. Cinta yang tiada bertepi penulis persembahkan untuk Mamah, Bapak, Herna,
Elfa, dan Ade Haikal yang tiada lelah mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan di ikatan tercinta, Ikatan Remaja
Muhammadiyah; Satia Chandra Wiguna, Ahmad Imam M. Rais, Denden
Firman Arief, Sitti “Imeh” Fatimah, Asep Ibnu Tsani, Sanusi “Uci”
Ramadhan, Riyadh, Mulyoto, dll yang selalu “meneror” penulis agar segera
melakukan pembebasan terhadap diri sendiri.
10. Sahabat di kampus tercinta, Amelia serta kawan-kawan yang lain.
11. Terakhir, penulis ucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya pada
buah hati tercinta Feivel Fathirulhaq – belahan jiwa pesona hati – karena
pengerjaan skripsi ini ternyata mengambil hak waktu miliknya.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………………………...... iii LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………….. iv KATA PENGANTAR ………………………………………………….... v DAFTAR ISI ……………………………………………………………... vii ABSTRAK ………………………………………………………………... ix BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 4 D. Metodologi Penelitian ……………………………………… 6 E. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 14 F. Sistematika Penulisan ………………………………………. 15
BAB II KERANGKA TEORI ………………………………………… 17 A. Komunikasi Massa dan Media Massa ……………………… 20
1. Komunikasi Massa ………………………………………. 20 2. Media Massa …………………………………………….. 22
B. Media Massa dan Masyarakat ……………………………… 27 1. Media Massa Sebagai Institusi Masyarakat ……………... 27 2. Hubungan Media dan Masyarakat Sebagai Struktur ……. 29 3. Hubungan Media dan Masyarakat Sebagai Agency ……... 31 4. Media Massa dan Konteks Kehidupan Masyarakat …….. 41
C. Media Massa dan Konstruksi Realitas ……………………… 35 D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Media Massa …………... 40
1. Faktor Rutinitas Media …………………………………... 43 2. Faktor Organisasi Media Massa …………………………. 45 3. Faktor Ekternal Organisasi Media ………………………. 48 4. Faktor Ideologi ………………………………………….. 51
a. Konsepsi Ideologi ……………………………………. 51 b. Ideologi dan Media Massa …………………………… 52 c. Ideologi Media dan Isu Tentang Pemahaman
Pluralisme dalam islam ………………………………. 54 E. Dakwah Islam ………………………………………………. 55
BAB III PROFIL MAJALAH TABLIGH ……………………………. 57
A. Sejarah Singkat Majalah Tabligh …………………………… 57 B. Visi dan Misi Majalah Tabligh ……………………………… 60 C. Struktur dan Redaksi Majalah Tabligh ……………………... 61 D. Karakteristik Rubrik Majalah Tabligh ……………………… 63 E. Isu Utama Majalah Tabligh ………………………………… 68
viii
BAB IV KONSTRUKSI MEDIA CETAK ATAS REALITAS ANALISIS FRAMING TERHADAP MAJALAH TABLIGH ………………………………………. 74
A. Analisis Perangkat Pembingkai Teks Rubrik Laporan Utama ………………………………….................... 75
B. Analisis Perangkat Penalaran Teks Rubrik Laporan Utama ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………… 95 A. Kesimpulan …………………………………………………. 95 B. Saran-saran …………………………………………………. 97
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….... 99 LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
Nama : Herni Ramdlaningrum NIM : 208051000009 KONSTRUKSI MEDIA CETAK ATAS REALITAS ANALISIS FRAMING
TERHADAP MAJALAH TABLIGH
Majalah Tabligh adalah media cetak yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh Dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah. Sebuah organisasi dakwah Islam amar ma’ruf nahyi munkar. Majalah tabligh adalah media dakwah bagi kalangan anggota Muhammadiyah sebagi bentuk dakwah yang bertujuan untuk membangun nilai-nilai puritanisme. Namun sebagai majalah yang diterbitkan oleh organisasi yang memegang prinsip umatan wasathon, atau masyarakat moderat, majalah tablih dirasa memliki pesan-pesan yang tidak menampilkan ciri masyarakat umatan wasathon karena majalah tabligh banyak melakukan peng-akuan atas nilai-nilai kebenaran dan mempersalahkan kelompok lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui issue utama atau tema yang dikemukakan oleh Majalah Tabligh berikut materi apa saja yang disampaikan dan teknik penggunaan bahasa dalam penyampaian materi dakwah serta bagaimana Majalah Tabligh melakukan pembingkaian terhadap realitas untuk menyampaikan visi dan misinya melalui pesan-pesan kepada pembaca.
Penelitian ini bertolak dari sebuah pemikiran bahwa ajaran Islam yang
sebenar-benarnya adalah Islam yang sepenuhnya mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, sehingga perlu adanya pelurusan-pelurusan cara pandang tentang nilai-nilai Islam yang selama ini semakin berkembang di masyarakat. Majalah Tabligh tidak berusaha menerjemahkan nilai-nilai dengan melihat sisi kontekstualnya. Dalam beberapa hal, majalah tabligh tidak mengikuti cara Organisasi Muhammadiyah dalam melakukan ijtihad atau pembaharuan dalam mengembangkan ajaran Islam serta bagaimana membangun keberagaman berfikir dan menghargai perbedaan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing menurut Gamson
untuk mengetahui isu utama dan materi yang disampaikan. Teknik Pengumpulan data yang dilakukan pada metode ini adalah mengumpulkan berbagai dokumentasi yang kemudian diklasifikasikan dengan kategori yang ditetapkan berdasarkan alat ukur yang dibuat. Selanjutnya data dianalisis dengan melakukan inferensi, penafsiran dan pembandingan berdasarkan berbagai teori yang ada. Kemudian
x
untuk mengetahui makna-makna pesan dibalik penggunaan bahasa, dilakukan analisa dengan menggunakan metode framing yang dalam hal ini framing menurut Gamson.
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa Issue utama/tema yang dikemukakan oleh Majalah Tabligh adalah 1). Membahas usaha pemurtadan umat Islam. 2). Membahas perkembangan dan peristiwa dakwah Islam kontemporer. 3).Mendakwahkan Tauhid, mengawal tajdid. Tiga isu utama diatas diharapkan mampu mewujudkan cita-cita besar Muhammadiyah, yaitu Mewujudkan Masyarakat Utama, Adil dan Makmur yang diridhai Allah SWT, seperti halnya tujuan Muhammadiyah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan salah satu komponen penting dalam
perkembangan peradaban manusia. Ketika dinamika dunia berkembang pesat,
informasi dan komunikasi menjadi suatu hal yang memiliki peranan yang teramat
penting. Dengan kondisi tersebut, media massa menjadi suatu hal yang tak
terpisahkan dalam penyebaran informasi dan komunikasi massa.
Media adalah suatu hal yang essensial dan merupakan suatu komponen
yang dinamis dalam pertarungan kekuatan internasional ketika opini publik juga
merupakan suatu hal yang penting.1
Begitupun dalam hal berdakwah, penyampaian melalui media massa
menjadi sebuah keniscayaan yang perlu ditempuh untuk mendapatkan ruang yang
dapat diantarkan langsung kepada masyarakat. Selama ini, diyakini bahwa ada
dua bentuk media yang digunakan untuk berdakwah, yaitu media lisan dan media
tulisan. Rosulullah dalam dakwahnya telah memanfaaatkan risalah (surat) sebagai
media komunikasi2.
Dalam konteks masyarakat informatif, kehidupan masyarakat amat
dipengaruhi. Begitupun halnya dengan isi media, masyarakat juga memberikan
andil dalam pembentukan isi pesan yang disampaikan media.
1 Dennis McQualis, Mass Communication Theory, Sage Publication, London: 2000, h. 36 2 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Teknik Dakwah Dan Leadership, CV. Dipenogoro, Bandung: 1992, h. 84
1
2
Kajian tentang Michael O’Shaughnessy dan Jane Stadler mengatakan
bahwa teks tidak mungkin muncul dengan sendirinya. Teks selalu ada dalam suatu
situasi sosial dengan konteks yang spesifik3. Dalam kepentingan dakwah
pengertian teks isi pesan media merupakan suatu hal yang muncul dari konteks
kehidupan sosial masyarakat yang ditampilkan oleh media dan kemudian akan
diterjemahkan pula oleh masyarakat berdasarkan konteks nilai-niali agama dan
konteks sosial yang berlaku saat itu ditengah masyarakat.
Lebih jelasnya, bahwa teks media merupakan representasi konteks
kehidupan yang terjadi disuatu tempat tertentu. Meskipun dalam menampilkan
teks, media menampilkan dengan sudut pandang tertentu, namun cara pandang
media merupakan salah satu konteks yang berlaku di tempat media itu berada.
Berkaitan dengan isi teks media yang dipengaruhi oleh konteks
masyarakat, salah satu fenomena menarik dalam mencermati media massa
Indonesia adalah isu tentang Puritanisme dan Pluralisme, dimana kedua isu ini
dianggap bertentangan.
Sebagai suatu contoh, majalah Tabligh yang diterbitkan oleh Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, adalah majalah
yang menghadirkan konteks yang terjadi di Indonesia. Suatu konteks tentang
masyarakat majemuk di Indonesia dengan penduduk muslim terbanyak. Yang
menarik dari pesan atau teks dakwah yang dihadirkan oleh Majalah Tabligh
adalah adanya perbedaan cara pandang Organisasi Muhammadiyah sebagai
payung besar yang membawahinya, dikenal sebagai organisasi yang
3 Michael O’Shaughnessy dan Jane Stadler, Media and Society; An Introduction, Oxford University Press, South Melbourne: 2005, h. 64
3
mengedepankan tajdid, mengukuhkan dirinya sebagai organisasi yang umatan
wasathon (umat yang berada di tengah) dan memurnikan ajaran-ajaran Islam, serta
bagaimana Majalah Tabligh melakukan interpretasi konteks sosial dan
menyampaikannya dalam sebuah teks dakwah melalui media massa. Apakah
Majalah Tabligh menjalankan dakwah yang dicita-citakan oleh KH.Ahmad
Dahlan -pendiri Muhammadiyah- ataukan interpretasi konteks sosialnya
menghasilkan pemahaman Islam yang berbeda.
Salah satu contoh, dalam Majalah Tabligh edisi April 2004, yang memuat
tema: “Laisa Minna, Liberalisme, Pluralisme, dan Inklusivisme”, memosisikan
Pluralisme adalah suatu pemikiran sesat yang tidak dapat diterima keberadaanya
dan harus diwaspadai penyebarannya. Dan bagaimanakan pluralisme menurut
Muhammadiyah dilihat dari perjalanan sejarahnya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar anilisa dapat dilakukan lebih mendalam, maka penulis akan
menentukan pembatasan masalah, adapaun batasan dari objek Majalah yang
diteliti adalah:
1. Volume 1 / No. 04/November 2002
Judul Sindroma hantu, klenik, dan mistik
2. Volume 1 / No.10 / Mei 2003
Judul, Gerilya Kristen di sekolah
3. Volume 2 / No. / 09 / April 2004
4
Judul, Laisa minna, Liberalisme, pluralisme, inklusivisme
4. Volume 3 / No. 07 / April 2005
Judul, Syir’ah, musuh Islam berlebel Islam
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah Perangkat pembingkai (framing device) yang digunakan oleh Majalah
tabligh dalam membingkai pesan/teks pada Rubrik Laporan Utama?
b. Apakah Perangkat Penalaran (reasoning device) yang digunakan oleh Majalah
tabligh dalam membingkai pesan/teks pada Rubrik Laporan Utama?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui cara Majalah tabligh dalam membingkai realitas yang
ditampilkan dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.
b. Mengetahui kecenderungan pemahaman yang ditampilkan Majalah
Tabligh dalam menyampaikan dakwah Islam
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini akan memberikan sebuah kajian yang
mendalam tentang cara media membingkai pesan yang mereka
5
tampilkan, faktor-faktor yang mempengaruhi media massa dalam
menyajikan content media, dan mengkaji tentang peran dan proses kerja
media dalam kontruksi realitas
Penelitian ini akan memberikan suatu kontribusi bagi kajian tentang
konteks masyarakat yang melatarbelakangi isi pesan emdia dan peran
media dalam mengkontruksi realitas konteks masyarakat tersebut.
Memberikan kejelasan bahwa konteks pemahaman masyarakat indonesia
tentang nilai-nilai agama yang digambarkan oleh Majalah Tabligh
dengan kontruksi yang dipengaruhi oleh latar belakang ideologis dan cara
pandang media tersebut terhadap pemahaman nilai-nilai Islam.
b. Secara praktis, diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat bagi
peneliti dan praktisi komunikasi dan berbagai komponen masyarakat
lainnya dalam menyikapi berbagai perbedaan pandangan nilai-nilai Islam
yang ditampilkan oleh media. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran bahwa Islam dan berbagai isu didalamnya
bukanlah suatu isu yang mutlah dan final tetapi merupakan suatu
kontroversi yang wajar dan harus disikapi dengan saling menghormati.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan bahwa islam
yang dipahami oleh umat saat ini merupakan hasil suatu proses sejarah
dan berbagai variasinya. Sedangkan apa yang ditampilkan media tentang
6
Islam dan berbagai isu didalamnya adalah hasil konstruksi berdasarkan
pemahaman media yang disandarkan pada salahsatu varian tersebut.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Thomas Kuhn, George Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai "subject
matter" atau substansi dalam ilmu pengetahuan. Secara tegas paradigma adalah
pandangan mendasar tentang apa yang menjadi pokok kajian yang semestinya
harus dipelajari sebagai disiplin ilmu pengetahuan.4
Paradigma adalah cara pandang yang harus dimiliki oleh setiap pengrajin
ilmu dalam mengkaji dan mengembangkan suatu disiplin ilmu yang ia tekuni.
Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana sang ilmuwan itu
memandang tentang hakikat ilmu pengetahuan, diawali dengan bagaimana
munculnya ilmu pengetahuan, proses pencarian ilmu pengetahuan, dan tentu saja
nilai dari ilmu pengetahuan tersebut. Tentu saja, tidak semua orang memiliki
paradigma yang sama karena berbicara tentang paradigma sama halnya dengan
berbicara tentang dari posisi mana seseorang atau sekelompok orang memandang
sesuatu. Yyonna S. Lincoln dan Egon G. Guba memetakan paradigma ilmu
pengetahuan kepada tiga hal yaitu Positivisme, Postpositivisme, Critical Theory
dan Construktivisme5. Tapi sejumlah ilmuwan sosial lain melihat positivisme dan
postpositivisme bisa disatukan sebagai clasical paradigm karena dalam praltekna
4 Agus Salim, Teori dan Paradigma Ilmu Sosial (Pemikiran Norman K dan Egon Guba dan Penerapannya), PT. Tiara Wacana, Yogyakarta: 2001, h. 50 5 Denzin Loncoln dan Yvona, Handbook Qualitative Research, Sage Pubilcation, London: 2000, h. 163
7
implikasi metodologi kedunya tidak jauh berbeda. Maka menurut Dedy N.
Hidayat, teori - teori dan penelitian ilmiah komunikasi cukup dikelompokan ke
dalam tiga paradigma yakni clasical, konstruktivisme, dan critical theory.
Paradigma konstruktivisme melihat ilmu sosial sebagai suatu analisis yang
sistematis terhadap makna dari setiap gejala atau aksi sosial dengan pengamatan
langsung terhadap perilaku keseharian dan latar belakang situasi yang terjadi pada
masyarakat. Dengan paradigma ini, ilmu sosial atau ilmu pengetahuan dapat
dilihat baik secara ontologis, epistemologis, metodologis, dan aksiologis sebagai
berikut:
Ontologis: Paradigma konstruktivis melihat bahwa realitas adalah suatu
hal yang dikonstruksi oleh pikiran manusia. Pengetahuan bukanlah hal yang
sebenarnya melainkan merupakan hasil dari konstruksi pikiran.
Epistemologis: Konstruktivis melihat bahwa realitas atau pengetahuan
merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Maka
konstruktivis menganggap mutlak adanya interaksi atau hubungan antara peneliti
dan yang diteliti.
Metodologis: Menurut Dedy N. Hidayat, cara memperoleh pengetahuan
atau suatu temuan dari penelitian dengan paradigma konstruktivis adalah melalui
suatu proses yang bersifat reflektif atau dialektikal. Suatu proses interaksi antara
peneliti dan yang diteliti dengan berempati dan memahami sehingga bersama-
sama merekonstruksi realitas yang diteliti menjadi suatu penemuan atau
pengetahuan.
8
Aksiologis: Kontruktivis memandang bahwa pengetahuan dan ilmu atau
penelitian tidak pernah lepas dari nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian
tak terpisahkan dalam suatu penelitian. Pengetahuan selalu berkaitan dengan nilai
dalam kehidupan dan harus berimbas pada kebaikan secara moral dan ukuran nilai
dan etika itu sendiri.
Penelitian ini akan dioperasionalisasikan dengan sudut pandang
konstruksionisme. Sudut pandang yang memiliki kesamaan bahkan berasal dari
paradigma konstruktivismme namun dalam aplikasi memiliki beberapa
kekhususan. Michael Crotty menjelaskan tentang makna dalam pandangan
konstruksionis. Bahwa makna bukanlah suatu hal yang diciptakan melainkan
dibentuk. Makna bukanlah suatu hal yang terkandung dalam obyek, melainkan
hasil konstruksi dalam melihat obyek6. Artinya makna dari satu realitas adalah
suatu hal yang dikonstruksi, bukan suatu hal yang sebenarnya menjadi bagian
dalam realitas tersebut. Bahwa dalam memaknai suatu realitas dan pengetahuan,
manusia melakukan suatu konstruksi berdasarkan pengalaman dan
pengetahuannya. Bahwa pemaknaan tersebut bukanlah inti relitas yang
merepresentasikan realitas itu.
Dalam Pandangan Konstruksionis. Media dilihat sebagai agen konstruksi
pesan. Maka isi pesan atau berita dari media atau realitas yang diangkat oleh
media tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas secara utuh.
Karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.
6 Michael Crotty, The Foundation Social Research, St. Leonards, Australia:1998, h. 42
9
Isi pesan dalam pandangan konstruksionis dipahami sebagai suatu hal
yang subyektif. Bahwa ketika pekerja media meliput suatu realitas, dan
menghadirkannya kembali menjadi isi media, hal ini tidak lepas dari prespektif
dan pertimbangan subyektif media. Secara otomatis, nilai, etika dan keberpihakan
pekerja media tidak dapat dipisahkan dari isi media itu sendiri.
Paradigma ini menjadi landasan dalam penelitian ini yang mencari
jawaban mengenai konstruksi media dan kecenderungan atau keberpihakan media
terhadap isu pluralisme dalam Islam. Bahwa realitas hasil penelitian tentang
konstruksi Majalah Tabligh tentang isu pemahaman pluralisme dalam Islam
merupakan hasil proses negosiaisi antara intrepretasi peneliti dengan teks yang
ditampilkan oleh Majalah Tabligh.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan proses kerja ilmiah. Penelitian disebut ilmiah jika
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, empirik atau keduanya7.
Hal tersebut juga berlaku untuk penelitian kualitatif. Salah satu poin yang harus
dipertanggungjawabkan secara rasional itu adalah sejauh mana tingkat kualitas
data penelitian yang dihadirkan dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, kualitas penelitian dapat dilihat apabila data
yang dikumpulkan telah melalui beberapa langkah uji kesahihan tertentu baik
kesahihan secara internal maupun eksternal.
7 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung: 2002, h. 179
10
Menurut Boldan dan Biklen sebagaimana yang dikutip oleh Sudarman
Danim, ada lima teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk
penelitian atau data yang sahih dalam penelitian kualitatif, yaitu 1) aktivitas dapat
mempertinggi peluang mendapatkan temuan yang kredibel, 2) olah otak dengan
teman sejawat, 3) analisis kasus negatif, 4) rujukan yang tepat, dan 5) pengecekan
kepada responden8. Kelima hal tersebut dapat dilengkapi dengan kualitas
penyajian data yang sahih secara eksternal dengan merinci semua deskriptor,
indikator, dan semua unsur yang ada dalam hipotesis kerja yang dikembangkan
serta menghimpun dan mendokumentasikan semua informasi penelitian.
Menurut Eriyanto, nalisis dengan analisi framing berdasar sidut pandang
konstruksionis, kualitas peneliyian hanya diukur sejauh mana peneliti dapat
mengintrepretasikan teks. Karena makna adalah hasil negoisasi anaar realitas
subyektif dan obyektif.maka dalam penelitian ini, penafsiran peneliti merupakan
negosiasi antar pikiran subyektif peneliti dan teks yang ditampilkan.
Dalam penelitian ini, kualitas penelitian dapat dilihat dengan bagaimana
Satuan Analisis dkumpulkan dan diinterpretasikan berdasarkan perangkat framing
lalu dianalisis dengan pemikiran yang dipahami oleh Majalah Tabligh.
Kualitas penelitian ini juga didukung dengan penggambaran pemahaman
Majalah tersebut mengnai Islam. Secara rinci, kualitas penelitian dapat dilihat
dengan beberapa hal; 1) sejauh mana peneliti berhasil mengoperasionalisasikan
perangkat framing secara tepat terhadap teks Majalah Tabligh yang menjadi
satuan analisis, 2) sejauh mana data penelitian memiliki kaitan dengan berbagai
8 Ibid, h. 192
11
teori, konsep dan rujukan tentang pluralisme dalam Islam, 3) sejauh mana
keberhasilan peneliti dalam melakukan interpretasi terhadap data penelitian, dan
4) kejelasan deskripsi penelitian tentang pemahaman Majalah Tabligh terhadap
konsep pluralisme dalam Islam
3. Sifat Penelitian
Penelitan ini akan menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu metode
yang akan mengkaji secara mendalam dan berorientasi pada proses yang terjadi.
Metode ini menjadi pilihan dengan suatu target maksimal pencapaian tujuan dan
signifikasi penelitian yang memang ingin membuka dan mengkaji tentang proses
yang terjadi pada media.
Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dan kawasannya sendiri yang berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.9 Sedangkan Prof. Dedi
Supriadi memaparkan bahwa penelitian kualitatif sesungguhnya merupakan suatu
istilah umum yang memayungi berbagai metode yang sangat beragam dengan
label yang beragam pula, antara lain untuk mengambarkan sifat data, naturalistik
(untuk setting penelitian), grounded research (sifat induktif penelitian),
fenomenologis (pemaknaan realitas), etnografi (cara kerja di lapangan),
hermeunetik (interpretasi), verstehen (cara menarik inferensi), dan participant
observation (cara kerja peneliti).
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2001
12
Dari berbagai definisi tersebut, dapat dipahami secara umum bahwa
metode kualitatif merupakan satu dari alternatif tradisi penelitian yang lebih
mengutamakan keutuhan dalam data dan menghargai kekhasan dari tiap
persoalan. Dari sini coba digali persoalan secara lebih mendalam dan utuh, serta
menghindari generalisiasi yang memaknakan semua persoalan adalah sama tanpa
melihat konteks tempat, waktu, dan faktor sosiocultural.
Proses yang menarik dari kualitatif adalah ketika persoalan dianggap
sebagai suatu hal yang unik dan khas hingga melakukan pendekatan yang tidak
menjebak peneliti pada proses anggapan bahwa semua masalah di semua tempat
sebenarnya sama. Kualitatif mencoba mencari data untuk mendeskripsi-kan suatu
persoalan secara 'ebih menyeluruh berdasarkan pengetahuan dan pengalamanan
berbagai pihak yang mengetahui persoalan yang diteliti.
Hal tersebut dapat terlihat jika kita dapat mengkaji lebih jauh tentang
karakteristik kualitatif dalam hal latar alamiah, penempatan manusia sebagai
instrumen atau alat penelitian dan proses analisis data secara induktif.
Penelitian ini akan mengkaji secara mendalam tentang berbagai hal yang
memengaruhi media Islam Indonesia dalam memahami pluralisme dalam Islam
serta bagaimana pemahaman tersebut dikonstruksi. Metode pendekatan kualitatif
akan menguraikan berbagai hal yang memengaruhi isi media secara subjektif dan
bagaimana pengaruh tersebut berubah menjadi teks. Kedua proses ini akan
dieskplorasi melalui berbagai teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif.
13
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Analisis dokumen dilakukan dengan mengumpulkan data berupa satuan
analisis yaitu Rubrik Laporan Utama pada Majalah Tabligh yang memuat
tema tentang isu utama Majalah Tabligh sebagai instrumen primer. Hal
tersebut dapat dilihat dari judul - judul artikel tersebut atau mengenai
pembahasan didalamnya yang menampilkan berbagai pendapat atau
pemikiran tentang pemahaman Islam perspektif Majalah Tabligh.
b. Wawancara kepada Pimpinan Redaksi Majalah Tabligh
5. Subjek dan Objek
Subjek dalam penelitian ini adalah Tim Redaksi Majalah Tabligh. Adapun
untuk Objek penelitian ini adalah Rubrik Laporan Utama pada 5 edisi, antara lain:
No. Tanggal (Edisi) Judul
1. Volume 1 / No. 04/November 2002 Sindroma hantu, klenik, dan
mistik
2. Volume 1 / No.10 / Mei 2003 Gerilya Kristen di sekolah
3. Volume 2 / No. / 09 / April 2004
Laisa minna, Liberalisme,
pluralisme, inklusivisme
4. Volume 3 / No. 07 / April 2005 Syir’ah, musuh Islam berlebel
Islam
14
6. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, Analisis framing dioperasionalisasikan dengan
menginterpretasikan tulisan-tulisan dalam Rubrik Laporan Utama Majalah
Tabligh yang memuat tema tentang pemahaman Islam sebagai satuan analisis
dengan menguraikan tulisan-tulisan tersebut berdasarkan perangkat framing
Gamson.
Intrepertasi dilakukan dengan mendeskripsikan bagimana Majalah Tabligh
melakukan perumpamaan, pengandaian, menampilkan jargon atau selogan,
mengaitkannnya dengan teori dan menggambarkannya secara konotatif.
Interpertasi itu diharapakan akan menghasilkan penggambaran tentang bagiamana
majalah Tabligh membingkai, menceritakan atau menjelaskan pemahaman
pluralisme dalam Islam.
Sementara analisis tentang kohesi dan koherensi dari teks artikel pada
Majalah Tabligh tersebut akan dilakukan dengan mengkaji berbagi teori yang
menjadi rujukan atau pembenar bagi kedua majalah tersebut dalam memahami
dan membingkai Pemahaman Islam. Hal ini bertujuan untuk menunjukan
kecendrungan pemahaman Islam majalah tersebut.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa skripsi terdahulu yang menggunakan Analisi Framing dalam
tulisan mereka, diantaranya: Skripsi dengan Judul Konstruksi Media Cetak Atas
Berita Meninggalnya Soeharto (Analisis Framing pada koran Republika) karya Eti
Rusitah, Skripsi dengan Judul Konstruksi Realitas di Media Massa (Analisis
15
Framing terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di harian
Kompas dan Republika) karya Doni Kadewandana, Skripsi dengan Judul Analisis
Framing Pesan Moral Film Get Merried, karya Yayu Rulia Syarof.
Adapun perbedaan skripsi diatas dengan skripsi saya adalah kerangka teori
Framing yang digunakan. Eti Rusitah menggunakan Framing model N Entman,
Doni Kadewandana menggunakan framing model Zhong, dan Yayu Rulia Sarof
menggunakan framing model Pan dan Kosicki. Selain itu karena satuan
analisisnya berbeda maka tentu saja Subjek serta Objek penelitiannya menjadi
berbeda.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini menggunakan sistematikan penulisan sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Teoritis, terdiri dari komunikasi massa dan media massa,
media massa dan masyarakat, media massa dan konstruksi realitas, faktor-faktor
yang mempengaruhi media massa, dan dakwah Islam.
Bab III: Profil Majalah Tabligh, yang berisikan sejarah singkat majalah
tabligh, visi dan misi, struktur dan redaksi, karakteristik rubrik, dan isu utama.
16
Bab IV: Konstruksi media cetak atas realitas analisis framing terhadap
majalah tabligh, terdiri dari analisis perangkat pembingkai teks rubrik laporan
utama, dan analisis perangkat penalaran teks rubrik laporan utama.
BAB II
KERANGKA TEORI
Untuk memahami permasalahan tentang bingkai yang ditampilkan oleh
media massa tentang pluralisme dalam Islam dan kecendrungan media terhadap
pemahaman pluralisme dalam Islam, diperlukan berbagai teori dari berbagai
kajian tentang komunikasi, media massa, pemahaman Islam dan pluralisme itu
sendiri. Maka pada pembahasan kerangka teori ini, pemaparan teori-teori tersebut
dibagi kepada enam bagian. Pertama, kajian tentang komunikasi massa dan media
massa. Kedua, pembahasan tentang Media Massa dan masyarakat, kemudian
kajian tentang media massa dan konstruksi realitas. Keempat, media massa dan
terkahir pembahasan tentang dakwah Islam itu sendiri.
Pertama, pembahasan tentang Komunikasi massa dan media massa,
mencoba menguraikan berbagai kajian tentang bagaimana media berperan dalam
proses komunikasi massa. Bagaimana media massa melaksanakan fungsinya
untuk menyampaikan informasi, bahkan suatu ajakan. Tidak hanya peran media,
tapi juga berbagai pembahasan tentang bagiamana media menampilkan informasi
dan ajakan tersebut. Hal ini menjadi penting untuk disampaikan dalam kerangka
teori ini, untuk menggambarkan urgensi dan peran media massa dalam
menampilkan informasi dan persuasi atau dalam menjalankan peran komunikasi
massa. Hal ini amat berkaitan dengan pertanyaan penelitian tentang bingkai yang
ditampilkan oleh media tentang paham pluralisme dalam Islam. Dengan kata lain,
kajian tentang komunikasi massa dan media massa dapat menjadi kerangka teori
17
18
dalam melihat bingkai yang ditampilkan media tentang pluralisme dalam Islam
sebagai hasil kerja media dalam menjalankan peran komunikasi massa.
Kedua, teori-teori tentang media sebagai institusi masyarakat. Kajian yang
mana membahas tentang hubungan media massa dan masyarakat. Memaparkan
bagaimana konteks-konteks yang ada dalam masyarakat amat berperan dalam
membentuk sudut pandang atau kecendrungan pemahaman media. Kajian ini
kanan meneguhkan suatu pandangan bahwa apa yang ditampilkan media
merupakan representasi dari pemahaman media atau kecendrungan atau
keberpihakan media itu sendiri kepada salah satu atau beberapa konteks
pemahaman yang terjadi di masyarakat.
Teori ini menjadi penting untuk ditampilkan dalam kerangka teori ini
mengingat pertanyaan penelitian tentang bingkai yang ditampilkan dan
kecenderungan pemahaman media terhadap salah satu paham pluralisme. Kajian
ini akan mengurai bahwa cara media membingkai isu tentang pemahaman
pluralisme dan kecenderungan atau keberpihakan media sendiri terhadap isu dan
pemahaman pluralisme adalah hasil interaksi antar media dengan konteks-konteks
pemahaman masyarakat terhadap isu dan pemahaman pluralisme dalam Islam itu
sendiri. Ada kelompok masyarakat yang melihat pluralisme adalah bentuk
penyamaan semua agama dan itu berlawanan dengan ajaran Islam, ada kelompok
masyarakat lain yang menilai bahwa memang ada keterkaitan antara ajaran
agama-agama khususnya agama samawi dan pluralisme adalah jembatan untuk
membangun kebersamaan diantara pemeluk agama dan itu tidak bertentangan
bahkan diajarkan dalam ajaran Islam.
19
Ketiga, kajian media dan konstruksi realitas. Kajian tentang peran media
dalam menciptakan suatu konstruksi tentang pemahaman terhadap norma, nilai,
dan kepercayaan, mengkaji tentang bagaimana media dalam masyarakat berperan
sebagai agen dalam membangun realitas. Kajian yang akan menjelaskan
bagaimana media memiliki kemampuan untuk membangun suatu konstruksi
tentang pemahaman pluralisme dalam Islam.
Urgensi kajian tentang media dan konstruksi realitas dalam penilitian ini
adalah suatu penjelasan teoritis bahwa bingkai yang ditampilkan oleh media
massa adalah bentuk konstruksi media terhadap realitas. Bingkai yang
ditampilkan oleh media massa Islam Indonesia tentang pemahaman pluralisme
dalam Islam merupakan bentuk dan hasil konstruksi yang dilakukan oleh media
tersebut tentang pluralisme dalam Islam. Meski orientasi penelitian ini lebih
kepada hasil atau teks, kajian ini tetap relevan untuk menunjukan bahwa teks yang
dihasilkan media bukanlah realitas yang sebenarnya, tapi merupakan konstruksi
yang dilakukan oleh media tersebut.
Keempat, Kajian tentang berbagai faktor yang mempengaruhi media
massa. Mengulas tentang berbagai hal atau faktor yang memengaruhi para pekerja
media dalam membuat isi media.
Diharapkan kajian ini dapat menjadi kerangka teori pada penelitian ini
dalam melihat atau menganalisa teks-teks media sebagai suatu hal yang tidak
berdiri sendiri, tapi adalah hasil interkasi antara realitas dan faktor -faktor yang
mempengaruhi media massa. Suatu kajian yang menjadi landasan dalam mengkaji
bingkai yang ditampilkan media Islam Indonesia tentang pluralisme dalam Islam
20
sebagai suatu hasil interaksi antara realitas pengetahuan tentang pluralisme dalam
Islam tersebut dengan faktor - faktor yang mempengaruhi media yang
bersangkutan, dalam penelitian ini adalah majalah Majalah Tabligh.
Kelima, kajian tentang dakwah Islam. Mengkaji tentang metode dan
landasan filosofis mengenai dakwah sehingga dapat dilihat bagaimana dakwah
dalam Islam memanfaatkan keberadaan serta kekuatan media sebagai alat untuk
emmpengaruhi ummat.
Hal ini relevan dalam melakukan analisis terhadap teks media untuk
mengetahui kecenderungan media Islam yang menjadi satuan analisis (Majalah
Tabligh) yang menjadi salah satu media Islam yang cukup memberikan pengaruh
serta menjadi representasi dari sekelompok umat Islam.
A. Komunikasi Massa dan Media Massa
1. Komunikasi Massa
Konsep tetang Massa sebagaimana dijelaskan oleh McQualis, adalah suatu
gambaran yang terdiri atas jumlah yang besar, tak ada pembedaan, kesan negatif,
tak terorganisir dan refleksi dari "mass socitey"1. Setidaknya konsep tentang
massa berkaitan dengan kelompok masyarakat dengan jumlah banyak yang tak
dibatasi, tidak terorganisasikan dalam pengertian belum tentu memiliki
keterkaitan erat atau kerja sama satu sama lain dan belum tentu memiliki tujuan
yang sama, namun tidak ada pembedaan, mereka tidak dibedakan satu sama lain
dalam proses komunikasi, khususnya yang dilakukan media.
1 Dennis McQualis, Mass Communication Theory, Sage Publication, London: 2000, h. 39
21
Istilah komunikasi massa muncul sejak era tahun 1930-an. Untuk
menangkap esensi dari makna dominan dalam komunikasi publik di era awal abad
dua puluh, khususnya media baru2. Pada masa sebelumnya, media komunikasi
seperti koran telah ada namun terbatas pada sifat lokal, elit pada bidang politik
dan kegamaan, kemudian sifat - sifat tersebut berubah ketika koran itu menjadi
media bagi massa pada saat berkembangnya populasi masyarakat urban. Maka
Komunikasi Massa merupakan kelanjutan dari perkembangan komunikasi
menggunakan media yang sebelumnya terbatas di kalangan tertentu kemudian
berkembang ke kelangan populasi yang lebih luas seiring perkembangan zaman.
Ide dasar yang dapat diambil dari komunikasi massa adalah transmisi dari
satu pengirim sentral kepada seluruh populasi yang dapat dijangkau si pengirim
pesan berupa seperangkat pesan (berita, informasi.fiksi, hiburan dan tontonan)
tanpa ada kemungkinan bagi penerima untuk merespon atau menjawab balik.3
Komunikasi massa adalah suatu proses menyampaikan pesan dari satu pusat
komunikator dalam hal ini media massa kepada komunikan dengan jumlah yang
banyak, tak teroganisir, tidak dibedakan dalam penyampaiannya.
Lebih lanjut, McQuails juga menjelaskan tentang proses komunikasi yang
meliputi lima hal. Antara lain 1) Distrisbusi dan penerimaan dalam sekala besar,
2) Satu saluran langsung 3) Relasi yang tak simetris, 4) Tidak mengenai orang
tertentu dan tidak menyapa nama, 5) kalkulasi hubungan bisnis, 6) Isi yang
distandarisasikan.
2 Ibid, h. 4 3 Ibid, h. 5
22
Distribusi dan penerimaan dalam skala besar, maksudnya segala pesan
yang disampaikan atau didistribusikan dalam komunikasi massa dilakukan dalam
skala besar atau kepada khalayak yang banyak dengan jumlah yang tidak dibatasi.
Dan distribusi itu berasal dari satu sumber atau satu saluran langsung.
Relasi yang tidak simetris, adalah hubungan antara pengirim dan penerima
yang tidak simetris. Pengirim adalah kelompok profesional media seperti penyiar,
wartawan dan kelompok orang khusus lainnya, sedangkan penerima adalah
kelompok yang bermacam - macam dengan jumlah populasi yang besar. Namun
dalam penyampaian pesan dilakukan dengan bahasa yang sama dari sumber yang
sama. Dilakukan dengan tidak menyapa secara khusus dengan sebutan "tuan" atau
nama tertentu tapi dengan sebutan "anda" yang dimaksudkan untuk semua
penerima.
Isi dari pesan yang disampaikan telah mengalami standarisasi berdasarkan
tujuan dari dilakukannya komunikasi massa yang bersangkutan. Ada komunikasi
massa yang bertujuan hanya penyampaian informasi, pendidikan.hiburan dan lain
sebagainya. Semua dibuat dengan standar tertentu yang dilakukan oleh pengirim
atau media massa. Dalam melakukan standarisasi isi tersebut juga dipengaruhi
oleh penghitungan atau hubungan bisnis tertentu yang dihasilkan oleh proses
komunikasi massa itu.
2. Media Massa
Media massa merupakan salah satu komponen penting dalam
perkembangan peradaban manusia. Ketika dinamika dunia berkembang pesat,
23
informasi dan komunikasi menjadi suatu hal yang memiliki peranan yang teramat
penting. Dengan kondisi tersebut, media massa menjadi suatu hal yang tak
terpisahkan dalam penyebaran informasi dan komunikasi massa.
Media adalah suatu hal yang esensial dan merupakan suatu komponen
yang dinamis dalam pertarungan kekuatan internasional ketika opini publik juga
merupakan suatu hal yang penting.4 Dengan demikian, selama Komunikasi massa
menjadi penting dalam kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi, baik dalam
hal penyebaran informasi, opini publik, dan laian sebagainya maka selama itu pula
peran media massa menjadi penting. Media massa merupakan suatau kekuatan
potensial untuk suatu kepaduan baru yang menyambungkan individual -individual
kepada ruang lingkup pengalaman dan informasi nasional, kota dan lokal5.
Media massa merupakan sarana komunikasi massa. Media massa adalah
alat yang menjadi perantara antara sumber informasi yang terpusat dalam suatu
lembaga media massa kepada audiens dengan jumlah yang banyak. Media
merupakan lompatan jauh dunia komunikasi, ketika informasi untuk masyarakat
banyak cukup disampaikan satu kali dari satu sumber saja.
Menurut Denis McQualis Media Massa memiliki beberapa ciri khas.
Pertama, Media bertugas sebagai distributor pengetahuan dalam wujud informasi,
pandangan dan budaya. Kedua, media menyediakan saluran untuk
menghubungkan orang tertentu dengan orang lain. Ketiga, media
menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik, dan
merupakan institusi terbuka bagi semua orang untuk berperan serta sebagai
4 Ibid, h. 36 5 Ibid, h. 37
24
penerima. Keempat, Partisipasi anggota khalayak dalam institusi pada hakikatnya
bersifat sukarela tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Kelima, Industri
media dikaitkan dengan industri pasar karena industri media selalu berkaitan
dengan ketergantungan pada imbalan kerja, teknologi dan pembiayaan atas
operasionalisasi media tersebut. Keenam, Media berkaitan dengan kekuasaan
negara.
Selain tentang beberapa ciri khas media, McQuails juga menjelaskan
tentang beberapa peran media massa. Antara lain 1) Media sebagai Window on
Event and Experience 2 ) Media sebagai mirror of event in society and the world,
3) Media sebagai filter and gatekeeper, 4) Media sebagai guide atau intrepreter, 5)
Media sebagai forum. 6) Media sebagai interlocutor
Media sebagai Window on Event and Experience. Media adalah jendela
tentang peristiwa dan pengalaman. Artinya media menjadi wahana bagi
masyarakat atau penikmat media untuk melihat berbagai peristiwa dan
pengalaman yang ditampilkan oleh media massa.
Media sebagai mirror of event in society and the world. Media sebagai
cermin dari peristiwa yang terjadi di masyarakat dan dunia. Media
menggambarkan berbagai peristiwa berdasarkan fakta yang terjadi. Meski dalam
proses menampilkannya menjadi isi media, tentu disampaikan berdasarkan
pandangan atau faktor - faktor yang mempengaruhi media tersebut.
Media sebagai filter dan gatekeeper. Media sebagai penyaring atau
penjaga gerbang. Maksudnya bahwa dalam menampilkan suatu pengetahuan,
informasi, atau peristiwa, media adalah suatu institusi yang dapat melakukan
25
penyaringan terhadap peristiwa, informasi dan pengetahuan yang disampaikan.
Bahwa gambaran peristiwa yang diceritakan belumlah tentu keseluruhan fakta
dari peristiwa yang terjadi.
Peran filter dan gatekeeper dapat berperan konstruktif ketika berbagai
informasi yang dapat berdampak negatif bagi masyarakat disaring dari peristiwa
yang sebenarnya ketika peristiwa itu disampaikan kepada khalayak. Karena ada
kemungkinan jika peristiwa, tontonan atau berita itu tidak relevan untuk
disampaikan keseluruhannya. Contohnya, media massa dapat menyamarkan wajah
atau menginisialkan nama orang yang diduga melakukan kejahatan ketika
peristiwa tentang kejahatan itu disampaikan kepada khalayak, dengan
pertimbangan nama baik tersangka dan azas praduga tak bersalah.
Peran filter dan gatekeeper juga bisa menjadi alat bagi media untuk
menutupi persitiawa sebenarnya yang mungkin penting untuk diketahui khalayak.
Namun dengan pertimbangan kepentingan pihak media massa atau pihak tertentu
hal tersebut tidak semuanya disampaikan dalam isi media bahkan diputarbalikan.
Media sebagai guide atau intrepreter. Media sebagai pemandu atau
penerjemah. Tidak semua peritiwa yang terjadi di dunia dapat dipahami oleh
masyarakat. Bahkan tidak perlu peristiwa yang jauh terjadi di belahan bumi yang
lain, peristiwa yang terjadi di satu kota saja sering tidak dipahami oleh masyarakat
setempat. Di situlah media berperan sebagai pemandu dan penerjemah bagi
masyarakat dalam memahami peristiwa - peristiwa tersebut.
Berbagai penjelasan dan ulasan tentang suatu informasi, peristiwa dan
pengetahuan merupakan penerjemahan media terhadap fakta untuk membuat
26
khalayak paham terhadap peristiwa, informasi atau pengetahuan tersebut. Namun
seringkali kemungkinan yang bisa juga terjadi adalah media melakukan
manipulasi tehadap informasi, pengetahuan dan peristiwa yang terjadi.
Media sebagai forum. Media bisa berperan sebagai suatu wahana bagi
berbagai pihak untuk berkomunikasi dengan massa, menyampaikan opini,
informasi, ajakan dan sebagainya. Media massa menjadi alat mempromosikan
sesuatu dalam bentuk iklan komersial, media menjadi wahana pihak tertentu untuk
berpropaganda, media menjadi wahana pengumuman kelulusan suatu ujian dan
lain sebagainya.
Media massa juga merupakan forum atau wahana untuk membahas tentang
suatu persoalan yang berkaitan dengan masyarakat. Suatu hal yang dianggap
penting oleh media untuk diketahui dan diperbincangkan oleh masyarakat.
Media sebagai interclutor. Media sebagai wahana interaksi. Media tidak
lagi menjadi sepenuhnya berbentuk komunikasi satu arah dan tidak
memungkinkan jawaban balik dari penerima. Meski tidak hams dan tidak
semuanya terjadi secara langsung, media massa bisa berfungsi sebagai wahana
interaksi. Dalam media cetak, ada polemik artikel atau ada kolom surat pembaca,
dalam media elektronik, interaksi sudah dapat dilakukan secara langsung dengan
menggunakan teknologi telekomunikasi yang ditayangkan oleh media elektronik
secara langsung.
27
B. Media Massa dan Masyarakat
Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial
masyarakat. Media massa telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan masyarakat baik dalam hal pendidikan, informasi, dan hiburan. David
Croteau dan William Hoynes menyatakan jika media tidak ada tentu kehidupan
akan menjadi sangat berbeda.
Kehidupan masyarakat amat dipengaruhi oleh media. Begitupun halnya
dengan isi media, masyarakat juga memberikan andil bagi pembentukan isi pesan
yang disampaikan oleh media.
Kajian tentang hubungan antara media massa dan masyarakat akan
membahas tidak saja media sebagai wahana atau institusi penyampai pesan bagi
masyarakat, tapi juga bagaimana berbagai konteks kecenderungan masyarakat
menjadi content dari pesan yang disampaikan oleh media. Dengan kata lain,
kajian ini akan menguraikan keterkaitan dan keterikatan hubungan media dan
masyarakat.
1. Media Massa Sebagai Institusi Masyarakat
Arthur Asa Berger dalam bukunya yang berjudul Media & Society
menuliskan bahwa media merupakan hal yang tak terpisahkan dari
masyarakat.media merupakan salah satu dari sekian institusi yang berbeda yang
hadir di tengah masyarakat6. Dalam pengertian lain, media massa merupakan
salah satu lembaga yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat.
6 Berger, 2003, h. 14
28
Di tengah kehidupan masyarakat, media berperan sebagai lembaga yang
memberikan informasi, sosialisasi, pendidikan, hiburan bagi masyarakat. Di satu
sisi, media menjadi suatu wahana atau sistem dalam menyampaikan pesan bagi
masyarakat, dan masyarakat menerima pesan informasi tersebut dari media. Di
sisi lain, media juga berperan sebagai lembaga yang memediasi dan
merepresentasikan berbagai konteks pengetahuan, pemahaman, cara pandang dan
realitas yang berkembang di tengah masayarakat.
David Croteau dan William Hoynes menyatakan bahwa para ahli sosiologi
melakukan pembahasan mengenai hubungan antara media dan masyarakat dengan
membangun konsep tentang struktur dan agency, Dalam konteksnya struktur
adalah suatu bentuk yang membawa paksaan, dan agency adalah suatu bentuk
yang disikapi secara independen7. Jelasnya dalam kajian tentang keterkaitan
antara media massa dan masyarakat, setidaknya ada dua istilah yang dapat
dikembangkan sebagai kajian lebih lanjut. Pertama, hubungan media massa
dengan masyarakat sebagai struktur, kedua hubungan media massa dan
masyarakat sebagai agency. Keduanya saling berkaitan sebagai tingkat hubungan
antara masyarakat dan media.
Dalam masyarakat dikenal dengan istilah struktur, dimulai dari keluarga,
kelompok tetangga, masyarakat, dan pemerintah. Struktur bukanlah hal yang
bersifat fisik, namun merupakan suatu "sense" pola dalam perilaku sosial8.
Sedangkan agen adalah lembaga yang menjadi kepanjangan tangan atau wahana
untuk melakukan internalisasi nilai, norma, dan kepercayaan. Maka dalam hal ini, 7 Hoyness David Croteau dan William, Media SocietyIndustries Images and Audiens, Pine Forge Press, London: 2000, h. 21 8 Ibid, h. 21
29
media dapat berperan sebagai agen dalam masyarakat serta dapat berperan sebagai
struktur masyarakat itu sendiri.
Lebih lanjut, Croteau dan Hoynes menjelaskan bahwa perbedaan antara
struktur dan agency. Struktur bersifat mengikat dan memberikan tekanan atau
paksaan. Sedangkan agency mengindikasikan kemandirian bersikap. Media
sebagai institusi masyarakat dalam hubungannya dengan masyarakat yang bisa
berbentuk sebagai struktur, namun bisa juga berbentuk sebagai agency.
Kajian tentang struktur dan agency dalam media sebagai institusi
masyarakat, menurut Croteau dan Hoynes terdapat tiga tingkatan. Pertama,
hubungan antar institusi. Kedua, hubungan dalam satu institusi. Ketiga, Hubungan
antara institusi dan publik atau masyarakat. dalam pembahasan tentang hubungan
antara media dan mayarakat Croteau dan Hoyness menyebutkan bahwa hubungan
media dan masyarakat merupakan kajian tentang bagaimana media mempengaruhi
masyarakat dan bagaimana masyarakat memaknai dan menggunakan pesan
media9.
2. Hubungan Media dan Masyarakat Sebagai Struktur
Dalam buku yang berjudul The Social Construction of Reality yang ditulis
oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann, diulas bahwa pertama kali manusia
kehilangan kemerdekaan pribadinya ketika membangun hubungan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus hidup berdampingan satu sama lain,
9 Ibid, h. 23
30
memberikan ruang bagi orang lain dan membangun suatu sistem yang mengatur
pola kehidupan dan hubungan antar indivdu dalam masyarakat.
Pola kehidupan dan hubungan dalam masyarakat dibangun atas suatu
kesadaran untuk mendirikan suatu tatanan yang berfungsi menjaga keutuhan dan
stabilitas suatu komunitas atau masyarakat sehingga anggota masyarakat dengan
kesadaran itu hidup, beraktivitas, berkeluarga, dan bergaul dengan berbagai aturan
dan norma yang mereka jalani dengan kesadaran.
Ketika media berperan sebagai institusi sosial yang menciptakan realitas
tersebut, maka hubungan media massa dan masyarakat adalah sebagai struktur
yang membangun kesadaran yang mengikat bagi masyarakat. Media menjadi
penentu tentang kebenaran dan kepatutan. Suatu realitas dapat menjadi baik atau
buruk setelah media membingkai realitas tersebut dalam isi pesan yang
ditampilkannya.
Mengikuti ruang kajian tentang tingkatan struktur dan agen dalam media,
khususnya hubungan masyarakat dan media seperti yang disampaikan oleh
Croteau dan Hoynes, maka didapatkan dua hal penting ketika hubungan anatara
media berperan dan masyarakat berupa struktur. Pertama, Media memiliki
kekuatan besar dalam mempengaruhi masyarakat dan membangun kesadaran
masyarakat. Kedua, masyarakat menerjemahkan dan menggunakan isi pesan
media sebagai suatu hal yang mengikat dan harus dilaksanakan.
31
3. Hubungan Media dan Masyarakat Sebagai Agency
Ketika para ahli sosiologi berdiskusi tentang strukur, sebenarnya hal ini
juga berkaitan dengan agency. Ketika media berhubungan dengan masyarakat
dengan peran struktur, sebenarnya hal ini juga tergantung dengan bagaimana
masyarakat memilih, menerjemahkan dan mengunakan isi pesan media. Dalam
kajian hubungan media dan masyarakat sebagai agency, masyarakat diposisikan
bukan sebagai kelompok pasif, tapi aktif berperan dalam menggunakan isi pesan
media. Bahwa efektifitas pesan media tergantung kepada bagaimana audiens
menerjemahkan dan menggunkan isi pesan media tersebut.
Maka mengikuti ruang kajian yang digambarkan Croteau dan Hoynes
tentang tingkatan struktur dan agency dalam hubungan antara media dan
masyarakat, maka agency adalah ketika masyarakat dengan pengetahuan,
pengalaman dan pendidikan yang didapatkan menerjemahkan dan memilih
penggunaan isi media massa tersebut.
4. Media Massa dan Konteks Kehidupan Masyarakat
Michael O'Shaughnessy dan Jane Stadler mengatakan bahwa teks tidak
mungkin muncul dengan sendirinya. Teks selalu ada dalam suatu situasi sosial
dengan konteks yang spesifik.10 Dalam pengertian, teks isi pesan media
merupakan suatu hal yang muncul dari konteks kehidupan sosial masyarakat yang
ditampilkan oleh media dan kemudian, akan diterjemahkan pula oleh masyarakat
berdasarkan konteks kehidupan sosial yang berlaku saat itu di tengah masyarakat.
10 Michael O’Shaughnessy dan Jane Stadler, Media and Society; An Introduction, Oxford University Press, South Melbourne: 2005, h. 64
32
Untuk menjelaskan hal tersebut Shaughnessy dan Stadler memberi catatan
model yang memposisikan media sebagai mediator dan model yang
menggambarkan hubungan media dengan dunia dan realitas
Media di Indonesia, tentu lahir dan tumbuh dengan konteks kehidupan
sosial yang berbeda dengan media di Amerika. Contohnya dalam menampilkai,
suatu berita tentang Iraq, tentu amat berbeda antara penyampaian media Amerika
dan media di Indonesia. Dalam menampilkan berita tentang situasi Iraq, Media
Amerika yang hadir di tengah masyarakat yang sebagian besar penduduknya kulit
putih, non muslim tentu akan berbeda dengan Media di Indonesia yang hidup di
tengah masyarakat Asia Tenggara yang sebagian besar penduduknya muslim.
Media di Amerika akan cenderung menampilkan kesan yang negatif bagi
pemerintahan Saddam Husein dengan berbagai alasan pembenaran untuk
menjatuhkan Saddam. Lain halnya dengan media Indonesia, yang lebih
menampilkan Iraq sebagai korban kesewenang - wenangan pihak internasional.
Dalam sisi pandang yang lain, masyarakat dengan konteks kehidupan yang
berbeda juga akan berbeda dalam menerjemahkan suatu pesan yang sama. Seperti
penampilan gambar wanita dengan busana minim, masyarakat dengan konteks
kehidupan di Indonesia tentu berbeda dengan masyarakat di Amerika.
Shaughnessy dan Stadler menggarisbawahi dua hal penting dalam
mengkaji konteks yang mendefiniskan suatu cara pandang, pemahaman,
kebudayaan dan kecendrungan suatu masyarakat. Antara lain ruang dan waktu.
Ruang artinya letak atau tempat keberadaan suatu masyarakat. Letak
geografis menentukan perbedaan bentuk kecenderungan pemahaman dan cara
33
pandang suatu masyarakat. Letak suatu negara atau kelompok masyarakat yang
berbeda tentu mencatat kehidupan sejarah yang berbeda pula dalam perjalanan
pengembangan pemikiran dan pemahaman mereka.
Lebih jelasnya, bahwa teks media merupakan representasi konteks
kehidupan yang terjadi di suatu tempat tertentu. Meskipun dalam menampilkan
teks, media membingkai dengan sudut pandang tertentu, namun cara pandang
media merupakan salah satu konteks yang berlaku di tempat media itu berada.
Sebagai suatu contoh, Majalah Majalah Tabligh adalah suatu majalah yang
menghadirkan konteks yang terjadi di Indonesia. Suatu konteks tentang
masyarakat majemuk di Indonesia dengan pendududuk muslim sebagai kelompok
yang menduduki jumlah penduduk terbanyak. Meskipun kedua majalah ini
berbeda dalam membingkai teks yang ditampilkan, namun keduanya amat
dipengaruhi oleh konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang banyak dengan
jumlah muslim sebagai mayoritas.
Waktu, artinya ukuran tentang kapan suatu peristiwa terjadi. Konteks
kehidupan masyarakat pada suatu waktu tertentu, akan berbeda dengan konteks
kehidupan masyarakat pada waktu yang lainnya. Pembahasan tentang peran
perempuan di indonesia pada tahun 1950, tentu berbeda jika tema yang sama
dibahas lagi pada tahun 2000.
Teks yang ditampilkan oleh media merupakan representasi konteks
kehidupan masyarakat pada suatu waktu tertentu. Ketika media massa
menampilkan isu tentang kebebasan berpendapat, tentu isi media yang
ditampilkan akan berbeda antara media yang mengulasnya pada era orde baru dan
34
pada media di era reformasi. Pada era orde baru, meskipun dari media yang sama,
tapi isi media tetap menjadi potret dari konteks kehidupan masyarakat pada suatu
waktu tersebut. Pada masa orde baru, kebebasan seperti suatu hal yang mahal dan
istimewa, tapi pada masa reformasi, kebebasan merupakan suatu hal yang selalu
tersedia.
Lebih lanjut lagi, Shaughnessy dan Stadler menyampaikan bahwa media
berperan dalam memediasi dan merepresentasikan suatu realitas. Meski pada
kenyataannya, realitas yang ditampilkan tidak seutuh realitas yang sebenarnya.
Tapi kehadiran suatu teks atau pesan isi media tidak akan lepas dari situasi atau
realitas yang berkembang di tengah masyarakat.
Representasi mengandung tiga makna : 1) to look like or to resemble, 2 )
to stand in for something or someone, 3) to present second time to represent11.
Artinya, isi pesan media mencoba menyerupai realitas, atau menghadirkan
realitas, namun bukan realitas itu sendiri.
Kaitannnya dengan penelitian ini, Media Islam Indonesia menampilkan
suatu isu pluralisme, merupakan upaya dari media Islam itu sendiri untuk
menghadirkan konteks kehidupan sosial dalam memahami pluralisme karena
pemahaman media terhadap pluralisme juga berasal dari konteks pemahaman
masyarakat indonesia tentang pluralisme itu sendiri. Perbedaan majalah Syir'ah
dan Sabili dalam menampilkan isu pemahaman pluralisme dalam Islam
merupakan penghadiran konteks masyarakat yang memang memiliki cara
pandang yang berbeda dalam pluralisme itu sendiri. Pemahaman pluralisme yang
11 Ibid, h. 50
35
disampaikan media bukanlah pemahaman pluralisme yang sebenarnya, malainkan
potret yang ditampilkan oleh media tentang pemahaman pluralisme yang
berkembang dalam konteks kehidupan masyarakat di mana media itu berada. Pada
ruang dan waktunya.
Teks majalah Sabili hadir sebagai representasi dari konteks kelompok
masyarakat santri di Indonesia yang lebih memahami Islam sebagai institusi,
sistem yang mengatur keyakinan, ritual dan norma yang dibingkai dengan klaim
kebenaran bahwa Islam adalah satu - satunya agama yang benar. Sedangkan
Syir'ah lahir dari konteks kehidupan intelektual muda muslim yang mencoba
berkarya dengan semangat pembaharuan dan perubahan dalam memahami Islam,
semangat pencarian nilai Islam yang sebenarnya yang menjadi rahmat bagi
seluruh alam semesta.
C. Media Massa dan Konstruksi Realitas
Realitas dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang dibentuk
dari proses interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Realitas adalah
hal yang sebenarnya diinternalisasikan oleh atau melalui suatu proses sosial12.
Selanjutnya Berger dan Luckman menjelaskan dua jenis realitas. Yaitu realitas
obyektif dan realitas subyektif. Realitas obyektif dibentuk dengan
institusionalisasi dan legitimasi. Sedangkan realitas subyektif terjadi melalui
internalisasi.
12 Peter L. Berger dan Thomas, The Social Contruction of Reality,Penguin Books, New York: 1966, h. 169
36
Realitas obyektif adalah realitas yang memuat berbagai kesadaran,
pengetahuan dan pengalaman tentang tatanan kehidupan yang dibentuk melalui
interaksi sosial yang dibangun dengan pembiasaan, pengendapan, tradisi,
pelembagaan, universum - universum simbolis yang kemudian seolah menjadi
kesepakatan bersama tentang suatu realitas. Sedangkan realitas subyektif adalah
realitas yang dibentuk melalui internalisasi individu tehadap berbagai peristiwa,
pengalaman dan pengetahuan pribadi yang didapatnya melalui interaksi sosial.
Media memiliki peranan penting dalam membangun realitas yang ada
dalam masyarakat. Baik dalam membangun realitas obyektif maupun realitas
subyektif. Salah satu peranan tersebut adalah berbentuk sosialisasi.
"Socialization is the process where by we learn and internalize the values,
beliefs, and norms of our culture and in so doing develop a sense of self13.
Sosialisasi adalah suatu proses belajar dan menginternalisasikan nilai-nilai,
kepercayaan, dan norma dalam budaya. Sosialisasi dapat dilakukan melalui
keluarga, pergaulan kawan, bekerja, masyarakat, dan tentu saja media massa.
Sebagaimana dikatakan Graber yang dikutip Croteau dan Hoyness, bahwa
pada masyarakat kontemporer, media berperan sebagai agen terkuat dari
sosialisasi. Dalam masyarakat kontemporer, media massa berperan sebagai agen
yang berkuasa untuk melakukan sosialisasi14. Dari isi hasil produksi media massa,
pemirsa belajar dan menginternalisasikan suatu nilai, kepercayaan, dan norma dari
13 Hoyness David Croteau dan William, Media SocietyIndustries Images and Audiens, Pine Forge Press, London: 2000, h. 14 14 Ibid, h. 15
37
hasil produksi media, hal itulah yang menggambarkan media sebagai agen
sosialisasi
Sosialisasi adalah induksi secara komprehenship dan konsisten oleh suatu
individu kepada dunia obyektif atau kepada salah satu sektornya15. Sosialisasi
adalah proses internalisasi atau penerjemahan terhadap suatu objek peristiwa,
informasi atau pengetahuan yang kemudian menjadi suatu makna yang dipahami
oleh individu yang bersangkuatan tentang suatu peristiwa, realitas atau
pengetahuan.
Lebih lanjut Berger dan Luckman membagi sosialisasi kepada dua bagian
yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer adalah proses
internalisasi yang dilakukan oleh individu dalam memahami dunia sekitarnya dan
membentuk pemahaman pribadinya tentang dunia. Sedangkan sosialisasi sekunder
adalah proses internalisasi yang terjadi dengan interaksi dengan masyarakat di
sekitarnya. Sebagai komponen penting dari komunikasi massa, media massa
sangat berperan penting dalam proses interaksi masyarakat dan tentu saja proses
sosialisasi sekunder.
Masih dalam buku yang berjudul The Social Construction of Reality yang
ditulis oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann, diulas bahwa pertama kali
manusia kehilangan kemerdekaan pribadinya ketika membangun hubungan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka hams hidup berdampingan satu
sama lain, memberikan ruang bagi orang lain dan membangun suatu sistem yang
mengatur pola kehidupan dan hubungan antar individu dalam masyarakat.
15 Peter L. Berger dan Thomas, The Social Contruction of Reality,Penguin Books, New York: 1966, h. 150
38
Pola kehidupan dan hubungan dalam masyarakat dibangun atas suatu
kesadaran untuk mendirikan suatu tatanan yang berfungsi menjaga keutuhan dan
stabilitas suatu komunitas atau masyarakat sehingga anggota masyarakat dengan
kesadaran itu hidup, beraktivitas, berkeluarga, dan bergaul dengan berbagai aturan
dan norma yang mereka jalani dengan kesadaran.
Tiap individu dalam masyarakat melalui seluruh hidupnya dalam koridor
aturan dan norma tersebut dengan penuh kesadaran anggota masyarakat
menjalaninya sebagai sesuatu yang disebut "lazim" sehingga bentuk kehidupan
yang di luar hal tersebut menjadi "tidak lazim".
Predikat lazim dan tak lazim tersebut bukanlah suatu hal yang muncul
dengan sendirinya, tapi telah melalui proses pembiasaan, pengendapan, tradisi
yang kemudian menjadi institusionalisasi dalam tatanan dan aturan masyarakat
dan legitimasi.
Reran media massa dalam membangun realitas melalui institusionalisasi
dan legitimasi adalah dengan melakukan peran sosialisasi. Dengan kata lain,
media menjadi wahana untuk mensosialisasikan realitas kepada anggota
masyarakat.
Tentu saja itu juga sangat tergantung dengan keberpihakan media terhadap
realitas tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai pandangan
konstruksionis tentang media berkaitan dengan konstruksi realitas.
Tonny Bennet sebagaimana dikutip oleh Eriyanto, menyatakan bahwa
media bukan sarana yang netral. Media bukanlah saluran yang bebas, ia juga
39
subyek yang mengkonstruksi realitas. Disini media dipandang sebagai agen
konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.16
Lebih lanjut Eriyanto mengulas hal tersebut dan menjadi beberapa hal.
Pertama, realitas yang disampaikan media berupa fakta, peristiwa, pengetahuan
adalah hasil konstruksi. Kedua, Media adalah agen Konstruksi. Ketiga, isi media
berupa berita bukanlah refleksi dari realitas, ia hanyalah konstruksi dari realitas.
Keempat, berita dan realitas yang disampaikan media bersifat subyektif atas
realitas. Kelima, wartawan atau pekerja media bukanlah pelapor, la adalah agen
konstruksi realitas. Beberapa hal tersebut menunjukan bahwa media, termasuk
didalamnya isi, proses kerja, organisasi dan pekerja media berperan penting
sebagai agen konstruksi realitas.
Media melaksanakan perannya sebagai agen konstruksi realitas dengan
cara memilih realitas mana yang disampaikan kepada khalayak dan realitas mana
yang tidak disampaikan kepada khalayak. Media menentukan sumber rujukan
suatu realitas yang disampaikan. Nara sumber, subyek wawancara, kajian
penelitian ilmiah, semuanya dipilih berdasarkan kecendrungan atau keberpihakan
media terhadap suatu isu tertentu.
Dalam penelitian ini, media sebagai agen konstruksi relitas, dipahami
bahwa media massa dalam menyampaikan tentang paham pluralisme dalam Islam
bukanlah sebagai penyampai informasi yang netral. Media melakukan pemilihan
tentang rujukan, nara sumber, kajian penelitian ilmiah, ayat suci yang mendukung
keberpihakan mereka terhadap satu paham tertentu dalam kajian pluralisme dalam
16 Eriyanto, Analisis Framing Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Jakarta: 2002, h. 23
40
Islam untuk kemudian ditampilkan dengan bingkai tertentu yang menunjukan
suatu konstruksi tentang pemahaman pluralisme dalam Islam yang paling benar
menurut media tersebut.
D. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Media Massa
Ada beberapa prespektif teori tentang isi media yang dikemukakan Gans
dan Gitlin sebagaimana dikutip oleh Shoemaker dan Reese dalam buku Mediating
The Message.
Pertama, isi media massa merupakan cerminan dari realitas sosial dengan
sedikit atau tanpa distorsi. Artinya isi media tersebut benar-benar merupakan
refleksi dari keadaan masyarakat yang sebenarnya.
Kedua, isi media dipengaruhi oleh orang-orang yang bekerjd dalam media
itu sendiri. Latar belakang personal, pendidikan, dan psikologis, memberikan
pengaruh terhadap isi media. Faktor kedua inilah yang sangat menentukan
bagaimana media memproduksi realitas sosial dengan suatu kesepakatan bersama
argumen dan norma masyarakat.
Ketiga, isi media dipengaruhi oleh faktor pergerakan rutin organisasi
media itu sendiri. Artinya isi media ditentukan oleh bagaimana komunikasi antara
pekerja media dan perusahaan media. Tentu saja hal ini berkaitan dengan
kepentingan organisasi yang melingkupi tujuan dan mekanisme kerja organisasi.
Contohnya, organisasi atau perusahaan sudah menentukan bentuk pesan yang
disampaikan oleh media mereka, apakah media yang bersifat informatif, rekreatif,
41
atau edukatif dan lain sebagainya, atau juga berkenaan dengan pemilik perusahaan
media itu sendiri yang tidak selamanya independen.
Keempat, isi pesan dipengaruhi oleh institusi sosial dan kekuatan
eksternal. Artinya, bagaimana struktur masyarakat bisa berupa militer, negara,
undang-undang, dan budaya memberikan pengaruh yang kuat terhadap isi media
massa.
Kelima, isi pesan dipengaruhi oleh faktor ideologis dan posisi ideologi
yang menjadi mainstream pemahaman media terhadap suatu realitas. Menjelaskan
bagaimana ideologi memengaruhi isi media terutama untuk menentukan suatu hal
yang normal.
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese berpendapat bahwa kajian
tentang isi media harus didasarkan asumsi bahwa media massa bukanlah cermin
masyarakat. Akan tetapi, selalu ada faktor-faktor yang mempengaruhi media
massa itu sendiri.
Faktor - faktor yang mempengaruhi isi media digambarkan dalam model
yang disebut dengan model hirarki berbentuk donat yang terdiri dari : 1) Pengaruh
individu pekerja media, 2) Pengaruh rutinitas media, 3) Pengaruh organisasi, 4)
Pengaruh eksternal, 5) Pengaruh ideologi. 2.4.1. Pengaruh Individu Pekerja Media
bagi Isi Pesan Media
Pengaruh individu pekerja media dapat dilihat pertama kali dari
karakteristik pekerja media itu sendiri, yaitu mengkaji tentang latar belakang
budaya, etnis, pengalaman, gender, kecenderungan seksual, dan
sebagainya.
42
Faktor-faktor dasar tersebut memberikan pengaruh yang luar biasa besar
bagi isi media. Seorang wanita tentu saja akan berbeda dalam menuliskan isi
media tentang perceraian rumah tangga atau poligami. Seseorang yang berlatar
belakang budaya matrilineal tentu akan berbeda dari cara pandangnya dengan
pekerja media berlatar belakang patrineal ketika membahas perbedaan hak waris
antara laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya.
Faktor kedua yang berkaitan dengan pengaruh individu pekerja media
adalah pengalaman profesional mereka. Ada pekerja media yar.g memang
berpendidikan untuk bekerja dalam bidang media, namun ada juga yang tidak.
Media tentang mode dan gaya hidup tentu saja membutuhkan para pekerja
media yang betul-betul memahami secara profesional tentang mode dan gaya
hidup. Demikian juga halnya dengan media massa dakwah Islam juga sangat
membutuhkan para pekerja media yang secara profesional memahami ajaran
Islam. Profesional dalam pengertian memiliki dasar pendidikan tentang suatu
bidang disiplin ilmu tertentu.
Hal ini tentu saja akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
proses produksi isi media, termasuk juga pendidikan dalam bidang jurnalistik dan
ilmu yang berkaitan dengan media sebab hal ini akan menentukan tingkat
integritas mereka terhadap faktor lain yang juga memengaruhi isi media.
Faktor itu adalah faktor ketiga, yaitu Peran profesional dan etika. Hal ini
juga amat menentukan bagaimana pekerja media memahami peran profesional
mereka ketika bekerja dalam media. Bagiamana mereka loyal dan memiliki
43
integritas terhadap profesi sebagai bentuk pengabdian yang bukan hanya
aktualisasi diri.
Faktor keempat, yaitu nilai dan kepercayaan yang dianut oleh individu
pekerja media. Nilai dan kepercayaan merupakan cara pandang individu terhadap
berbagai realitas. Tentu saja hal ini memengaruhi cara pandang pekerja media itu
dalam melihat berbagai persoalan masyarakat sebagai bahan produksi isi pesan
media. Maka tentu saja, budaya, pengetahuan, interaksi sosial, dan agama
memberikan pengaruh yang luar biasa besarnya bagi pembentukan nilai dan
kepercayaan, termasuk juga pemahaman terhadap agama.
Faktor kelima adalah kekuatan individu di antara organisasi. Dalam
pengertian posisi individu dalam organisasi, media memiliki peranan kunci dalam
proses produksi isi media, sebab tidak semua individu pekerja media memiliki
peran yang sama. Ada yang berperan mengikuti, namun ada juga yang berperan
mengendalikan tentang isi pesan media.
1. Faktor Rutinitas Media
Daniel Hallin seperti yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese berpendapat
bahwa jurnalis telah menerima rutinitas struktur birokratik dalam ruang berita dan
rutinitas koresponden profesional17. Artinya ruang lingkup rutinitas kerja
organisasi media akan mempengaruhi jalannya kerja media termasuk isi pesan
media.
17 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese Mediating The Message Theories of Influences on Mass Media Content, Longman Publisher, New York: 1996, h. 107
44
Rutinitas media adalah proses bagimana organisasi media bekerja. Lebih
lanjut Shoemaker dan Reese mengelompokan rutinitas media ke dalam tiga bagian
besar. 1) Processor, 2) Consumer 3) Suplier.
Processor. Adalah Organisasi media yang berperan memproses suatu
peristiwa, berita, informasi, pengetahuan menjadi isi pesan media. Rutinitas media
adalah bagaimana organisasi media bekerja. Bagaimana wartawan mencari data
dan informasi kemudian masuk ke redaksi, mendapat polesan dari editor lalu
masuk ke bagian layout dan cetak untuk terbit dan berbagai hal lainnya adalah
bagian dari proses yang mempengaruhi isi media.
Peran kerja wartawan, keakuratan dan keberpihakannya dengan suatu
peristiwa menentukan keakuratan dan keberpihakan isi pesan media yang
ditampilkan. Demikian pula dengan redaktur dan editor, bahkan Pimpinan
Redaksi dan Pimpinan Media.
Consumer. Adalah rutinitas yang berkaitan dengan orientasi audiens.
Media massa menghabiskan banyak dana untuk mengetahui kecenderungan,
kepuasan, keinginan dan reaksi dari audiens18. Hal inilah yang mempengaruhi
cara kerja media dan juga isi media.
Media massa berusaha menyuguhkan informasi, berita dan peristiwa yang
akan mendapatkan perhatian publik atau khalayak. Maka ketergantungan terhadap
keinginan khalayak ini akan mempangaruhi isi dari pesan media yang akan
ditampilkan.
18 Ibid, h. 110
45
Supliers adalah sumber eksternal bagi media massa. Isi media massa
sangat dipengaruhi bagiamana rutinitas media massa dengan sumber eksternalnya.
Karena berbagai peristiwa, informasi, berita yang akan ditampilkan oleh media
haruslah merujuk kepada sumber dari berita, peristiwa dan informasi tersebut.
Rutinitas antara media dan sumber bisa berbentuk wawancara, goverment
hearing, reportasi kerjasama dan lain sebagainya. Sumber bisa berupa saksi suatu,
representasi suatu organisasi, para ahli, dan orang yang relevan dengan peristiwa
atau informasi yang ditampilkan.
Suatu informasi, berita dan peristiwa yang ditampilkan dapat bernilai jika
didapatkan dari sumber yang tepat. Itulah rutinitas media yang berkaitan dengan
sumber yang akan mempengaruhi isi dari pesan media.
2. Faktor Organisasi Media Massa
Organisasi media Massa memiliki andil yang cukup besar dalam
mempengaruhi isi pesan media massa. Shoemaker dan Reese menjelaskan bahwa
ada tiga bagian dalam organisasi media yang dianggap memberikan penagruh bagi
isi media. Antara lain : 1) Tujuan Organisasi, 2) Aturan dan Struktur Organisasi
dan 3) Pengawasan Organisasi.
Tujuan Organisasi. Suatu organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu
organisasi sosial, formal biasanya ekonomi yang mempekerjakan pekerja media
dengan imbalan untuk memproduksi isi media (Shoemaker dan Reese, 1996, h.
144) tentu tidak terlepas dari tujuan organisasi tersebut yang menempatkan
bagaimana posisi unsur ekonominya. Ada yang menjadikan keuntungan ekonomi
46
sebagai tujuan utama, ada yang hanya sebagai tujuan pendukung atau bahkan ada
yang tidak menjadikannya tujuan organisasi sama sekali.
Tujuan organisasi media menentukan arah mana yang dituju oleh isi pesan
media. Jika keuntungan ekonomi sebagai tujuan utama, maka isi pesan media
semata adalah suatu hal yang menarik minat khalayak untuk membeli media
tersebut. Namun jika ada suatu nilai dan kehendak tertentu yang dicantumkan
sebagai tujuan media, maka segala isi media ditampilkan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Aturan dan struktur organisasi media. Menurut Shoemaker dan Reese,
Aturan dan struktur media meliputi tiga bagian. Port Line, Midle Level dan Top
Level.
Port Line yang meliputi pekerja seperti penulis, wartawan dan staf kreatif,
pengumpul dan staf packing materi. Mereka bertugas mengerjakan proses
produksi isi media, mulai dari mengumpulkan berita, menghimpunnya, membuat
tulisan, membuat layout dan mencetaknya
Middle level yang meliputi manager seperti editor, produser dan bagian
lain yang mengkoordinasikan peroduksi isi pesan. Mereka bertugas untuk
melakukan koordinasi antara kebijakan atasan atau pimpinan dengan pekerjaan
para bawahan. Editor atau produser berperan sebagai pengelola yang memimpin
proses isi media berdasarkan kebijakan top struktur dan pemilik.
Top level yang meliputi pimpinan dengan kewenangan membuat kebijakan
organisasi menyusun anggaran dan membuat berbagai keputusan personalia
47
seperti rekruitment, pemecatan termasuk melindungi bawahan jika terjadi tekanan
terhadap mereka dari pihak luar.
Aturan dan struktur organisasi media memberikan pengaruh yang cukup
besar bagi isi media. Sebab keputusan tentang berita yang ditampilkan tidak
sepenuhnya inisiatif wartawan pencari dan penulis berita untuk kemudian dicetak
dan ditampilakn begitu saja. Tapi berita, informasi dan peristiwa yang akan
ditampilkan harus melalui koordinasi middle struktur yang juga harus sesuai
dengan kebijakan Struktur yang mereka wakili.
Bagian Ketiga dalam organisasi Media adalah Pengawasan Organisasi.
Shoemaker dan Reese menyampaikan ada dua bentuk kontrol dalam organisasi
media. Pertama adalah kontrol bisnis berita media, kedua kontrol sosial dalam
kamar produksi media.
Dalam kontrol bisnis berita atau bisnis media, dilakukan dengan
pengawasan pihak pimpinan secara langsung terhadap isi media dengan kebijakan
eksplisit melalui sebuah guideline (Shoemaker dan Reese, 1996, h. 169)).
Pelaksanaan Guidleine tersebut adalah editor dan pihak middle struktur lainnya. Gans
seperti yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese menyatakan bahwa kekuatan top
editor dirancang dan dipelihara oleh sistem tekanan struktur untuk konfirmasi.
Maksudnya segala kewenangan editor juga harus dipertanggungjawabkan
berdasarkan perangkat yang merujuk kepada kebijakan pemilik bisnis media.
Kontrol sosial ruang produksi berita atau redaksi dilakukan dengan
kebijakan media yang didasarkan kepada tujuan media. Sejauh mana isi produksi
media konsisten terhadap tujuan organisasi media, bagaimana berita itu
48
didapatkan sesuai dengan akurasi dan prosedur yang standar. Tugas editor disini
adalah mengkonfirmasikan isi pesan media kepada tujuan organisasi media dan
berbagai prosedur untuk memproduksi isi pesan media tersbut.
Kontrol sosial lainnya terhadap isi media ditentukan juga dengan sejauh
mana kebijakan organisasi media memperhatikan berbagai pendapat masyarakat,
keluhan terhadap isi media dan norma yang berlaku di masyarakat.
3. Faktor Ekternal Organisasi Media
Sebagai penyampai pesan dan berita, media memiliki pekerjaan yang
mereka dituntut untuk selalu memahami dan mengkritisi segala hal yang menjadi
obyek berita.19 Karena itu, mereka tidak dapat mengandalkan diri mereka sendiri
dalam bekerja, mereka dipengaruhi juga oleh faktor luar organisasi media. Faktor
- faktor eksternal yang mempengaruhi isi media tersebut antara lain:
a. Relasi Sumber dan Jurnalis
Sumber memiliki efek bagi isi media. Karena jurnalis tidak mungkin
menyampaikan apa yang mereka tidak tahu. Ini sangat memberikan pengaruh
meski ada kemungkinan jika sumber itu melakukan kebohongan. Namun dari sisi
yang lain, penggalian informasi dari sumber adalah cara yang paling mudah dan
murah20.
Namun terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara sumber dan penulis.
Yang tidak selalu menjadi kenyamanan bagi sumber. Karena terkadang berita
yang tersiar tidak benar - benar seperti yang dimaksudkan oleh sumber. Dan
19 Ibid, h. 175 20 Ibid, h. 178
49
seringkali ini sulit dihindari. Ini mungkin wajar terjadi, namun bukan berarti
pengkhianatan penulis berita kepada sumber adalah hal yang dibolehkan.
b. Seleksi Terhadap Sumber
Ada banyak kemungkinan sumber dalam mencari suatu informasi.tentang
suatu issue atau peristiwa, karena Jurnalis tidak hanya membutuhkan sumber yang
berkaitan langsung tapi juga memerlukan sumber yang berkaitan tidak secara
langsung.21 Tapi keadaan berbagai sumber tersebut berbeda - beda satu sama
lainnya, tidak semua sumber dapat diakses dan berbagai kesulitan lainnya
mengenai sumber.
Maka dalam hubungan sumber dengan media massa, media massa
melakukan seleksi terhadap sumber. Shoemaker dan Reese menjelaskan aspek
aspek yang digunakan media dalam melakukan selesai sumber. Antara lain :1)
Sumber dapat diakses oleh jurnalis karena kerja media sangat terbatas oleh
"Deadline". 2) Jurnalis yang tahu mengenai sumber yang benar atau keberadaan
suber itu. 3) Faktor representasi. Akses yang bernilai sama namun lebih mudah
bagi para jurnalis adalah Sumber organisasi daripada sumber yang bersifat
individual. 4) Faktor lokasi sumber. 5) Masalah lain adalah seringkali sumber
berita tidak mau disebutkan identitasnya. Mereka ingin publik tahu sesuatu, tapi
tidak perlu tahu dari mana sumber itu didapatkan. Jika nilai beritanya kuat, maka
jurnalis akan menggunakan berita ini. 6) Seleksi Sumber juga biasanya ditentukan
oleh faktor Jam terbang sumber dan dominasinya terhadap permasalahan yang
diangkat.
21 Ibid, h. 179
50
c. Kelompok yang Memiliki Kepentingan.
Kelompok yang berkepentingan adalah kelompok atau individu yang
memerlukan suatu pemberitaan terhadap isu atau peristiwa yang mereka miliki
informasi tentang hal itu.22 Suatu kelompok yang memiliki kepentingan berusaha
untuk mempengaruhi media agar melakukan liputan dan pemberitaan yang
menglingkupi issu atau topik yang terkait dengan kepentingan mereka.
d. Humas Kampanye
Kelompok berkepentingan biasanya memandu Humas kampanye untuk
menggunakan media untuk menarik perhatian publik. Untuk memuluskan maksud
mereka kampanye dapat dianggap sukses jika masuk kepada isi media baik secara
langsung, maupun secara tidak langsung23. Dengan kata lain, humas kampanye
akan berusaha dengan berbagai cara untuk menggunakan media massa sebagai
corong kampanye mereka. Baik dengan pendekatan bisnis dengan iklan yang
ditayangkan media dengan imbalan tertentu, pendekatan dengan pemilik media
secara politik dengan imbalan politik, bahkan penciptaan peristiwa besar yang
pasti menimbulkan sensasi untuk diliput media.
e. Organisasi Media Lainnya
Cara lain dari organisasi media memperoleh informasi adalah dengan
mendapatkannya dari organisasi media lainnya. Karena keterbatasan dan
kompetisi. Ada juga media yang menganggap penting menjadi pengatur agenda
tentang isi media kepada media - media lainnya. Hal lain juga terlihat ketika
pemberlakuan relay dengan berita nasional dari satu stasiun tertentu. 22 Ibid, h. 184 23 Ibid, h. 186
51
4. Faktor Ideologi
a. Konsepsi Ideologi
Ideologi secara konsep sering dipahami berbeda-beda. Sesekali disebut
sebagai jalan kebenaran yang menye-upai firman, dengan begitu perlu diimani, Di
lain waktu ia dianggap sebagai kesadaran palsu manusia24.
Dalam perkembangan teori tentang ideologi, didapatkan berbagai
penjelasan yang berbeda tentang konsepsi ideologi. Ada konsep ideologi yang
netral, mandiri sebagai suatu sistem ide tanpa dikaitkan dengan konsekuensi
perubahan sosial secara langsung, ada konsep ideologi yang tidak dapat lepas dari
transformasi sosial yang selalu dikaitkan dengan politik, kekuasaan dan
pergerakan sosial dan kebudyaan itu sendiri Hal ini dikemukakan oleh John B.
Thomson dalam bukunya yang berjudul Analisis Ideologi.
Pengertian paling umum tentang ideologi adalah sebagai seperangkat
sistem yang diyakini ; sebuah sistem ide25. Hal ini sejalan dengan yang
disampikan oleh Raymond Williams, sebagaimana dikutip dalam buku Mediating
The Message, memberikan definisi bagi ideologi adalah "realitively fonnal and
articulated system of meanings, value, and beliefs, of kind that can be abstracted
as wortdview or a class outlook"26. Intinya merupakan suatu artikulasi tentang
sistem makna, nilai, dan kepercayaan yang dapat mengabstraksikan cara pandang
terhadap dunia.
24 Nuswantoro, Daniel Bell : Matinya Ideologi, Indonesia Tera, Magelang: 2001, h. 28 25 Ibid, h. 49 26 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese Mediating The Message Theories of Influences on Mass Media Content, Longman Publisher, New York: 1996, h. 222
52
Ideologi adalah cara manusia melakukan persepsi terhadap dunia dan
dirinya sendiri dan menjadikan ideologi sebagai kontrol terhadap sesuatu untuk
dikatakan bahwa sesuatu itu memang benar. Seperti ungkapan Samuel Backer
yang dikutip Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, "Governs the way we
perceive our world and ourselves; it control what we see as natural or obvius”27.
Secara tegas, ideologi menjadi suatu referensi dalam melihat berbagai
fenomena dan menjadi referensi bagi pembentukan suatu pemahaman dan
kebenaran. Ideologi menjadi sangat penting dalam menentukan solusi dan
penyimpulan terhadap kebenaran dari berbagai persoalan atau permasalahan,
termasuk cara pandang terhadap pengetahuan.
Pada Kajian tentang Ideologi, juga muncul berbagai pendapat terkemuka
tentang ideologi yang tidak netral seperti pendapat - pendapat sebelumnya dalam
tulisan ini. Bahwa ideologi tidak hanya suatu sistem berpikir tapi juga menjadi
arah dari tindakan dan refleksi suatu kesadaran.
Dalam penelitian ini, Ideologi akan dipandang sebagai suatu sistem
berfikir dan keyakinan. Suatu sistem berpikir tentang tatanan, norma dan nilai
yang kemudian diyakini sebagai jalan hidup dan cara pandang terhadap dunia
yang menentukan benar dan salah.
b. Ideologi dan Media Massa
Ideologi menjadi nilai dan kepercayaan yang turut serta dalam
membangun sistem dalam media massa. Menentukan tujuan, tata kerja, dan tentu
saja isi media massa.
27 Ibid, h. 222
53
Pengaruh ideologi terhadap media berbeda dengan pengaruh-pengaruh
lainnya terhadap media. Dalam pola pengaruh terhadap media yang diungkapkan
oleh Shoemaker dan Reese, digambarkan bahwa ideologi menempati level paling
luar namun melingkupi semua pengaruh yang lainnya. Lebih jelasnya, ideologi
memberikan pengaruh terhadap individu pekerja media, rutinitas kerja media,
organisasi media, dan pengaruh kekuatan eksternal media.
Perbedaan ideologi membentuk terjadinya perbedaan isi media. Dengan
kata lain, perbedaan ideologi merepresentasikan perbedaan ketertarikan dan
kepentingan dengan ketidaksamaan. Semuanya ditumpahkan dalam pertarungan
teks media. Maka teks media menjadi pusat dari peperangan budaya yang
ditimbulkan karena perbedaan ideologi tersebut. Hal ini tentu saja tidak hanya
berbicara tentang ideologi, tetapi juga masuk pada wilayah sejauh mana
penerimaan masyarakat terhadap penyebaran image media massa bersangkutan.
Majalah yang berbasis ideologi kapitalis tentunya jauh berbeda dengan
majalah yang bebasis sosialis dalam melakukan eksplorasi tentang fenomena
sosial dan ekonomi karena keduanya memiliki perbedaan yang mendasar tentang
nilai, norma, dan keyakinanan tentang bagaimana dunia harus membangun
kehidupan sosial dan ekonomi.
Shoemaker dan Reese menyampaikan bahwa transmisi media adalah cara
kerja ideologi itu sendiri. Idelologi bekerja melaui media massa. Media adalah
pengatur dari propaganda ideologi itu sendiri28.
28 Ibid, h. 222
54
Media adalah pusat penyebaran ideologi dan budaya. Media adalah pusat
berbagai fenomena yang disebut pertarungan ideologi dan pertarungan budaya.
Media menjadi suatu panggung perdebatan tentang ideologi dan budaya.
Menurut David Croteau dan William Hoyness tentang posisi media dalam
pertarungan ideologi dan budaya, bahwa teks media dapat dilihat sebagai kata
kunci tempat dasar norma sosial diartikulasikan29. Media memberikan gambaran
tentang interaksi sosial dan institusi sosial.30 Jelasnya media menajadi penentu
tentang sesuatu realitas sebagai hal yang dianggap normal atau tidak normal.
Maka media menjadi alat bingkai dari suatu cara pandang tertentu atau
lebih jelasnya suatu ideologi tertentu. Dengan cara pandang media yang berdasar
suatu cara pandang atau ideologi tertentu tersebut, media membingkai berbagai
isu dan menetukan keberpihakan dirinya terhadap isu tersebut.
Dalam penelitian ini, berbagai analisis terhadap isi media majalah Syir'ah
dan Sabili dilakukan dengan suatu asumsi bahwa isi dari teks - teks yang
ditampilkan oleh majalah Sabili dan Syir'ah tidak lepas dari pengaruh ideologi
tertentu. Pemahaman tentang pluralisme dalam Islam menjadi suatu isu yang
dibingkai oleh media berdasarkan sudut cara pandang media yang dipengaruhi
oleh sistem berpikir media itu sendiri.
c. Ideologi Media dan Isu Tentang Pemahaman Pluralisme dalam Islam
Islam sebagai agama adalah suatu sistem kepercayaan, ritual dan norma.
Komponen - komponen dalam Islam ini adalah hasil suatu pemikiran sekelompok
orang yang memiliki otoritas untuk mengatur sisitem kepercayaan, ritual dan 29 Hoyness David Croteau dan William, Media SocietyIndustries Images and Audiens, Pine Forge Press, London: 2000, h. 161 30 Ibid, h. 161
55
norma tersebut berdasarkan sumber - sumber yang dipercayai sebagai suatu hal
yang trensendental, yaitu Qur'an dan Sunnah.
Pemahaman tentang pluralisme dalam Islam merupakan hasil kajian dari
para pemikir Islam yang bersumber terhadap kajian dari Qur'an dan Sunnah. Hasil
kajian tersebut menimbulkan beberapa pemahaman yang berbeda. Satu kelompok
melihat bahwa pluralisme adalah menyamakan semua agama sebagai institusi.
Kelompok yang kedua melihat bahwa ada kesamaan nilai dalam berbagai agama.
Perbedaan pemahaman tentang pluralisme dalam Islam merupakan suatu
isu yang ditampilkan dalam media. Tentu saja ditampilkan dengan bingkai yang
berdasarkan cara pandang media itu sendiri terhadap pliuralisme dalam Islam.
Teks - teks yang ditampilkan oleh media Islam tentang isu pemahaman pluralisme
dalam Islam merupakan bentuk penggambaran tentang suatu ideologi dalam
memandang suatu isu. Dalam hal ini adalah isu tentang pemahaman pluralisme
dalam Islam.
Penelitian ini akan memberikan analis tentang cara pandang media dalam
membingkai isu pemahaman pluralisme dalam Islam dan cara pandang media
dalam memilih kecenderungannya kepada salah satu pemahaman pluralisme
dalam Islam.
E. Dakwah Islam
Islam adalah agama yang akan membawa keselamatan bagi manusia.
Dalam bahasa Al-Qur’an hal itu disebutkan sebagai rahmatan lil ‘aalamiin.
Dalam sejarah selalu diceritakan bahwa pesan ajaran Allah dibawa oleh para nabi-
56
Nya ketika terjadi penindasan anatar manusia atau ketika terjadi pengingkaran
nilai-nilai kemanusaiaan.
Karakter agama Islam itu sendiri yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
penyebar kasih sayang Tuhan bagi seluruh alam. Dan wilayah kerasulan yang
terakhir berlaku untuk seantero jagad raya31. Maka pesan ajaran Islam adalah
pesan yang harus disebarluaskan kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
yang akan membawa manusai menuju keselamatan dunia dan akhirat. Proses
penyampaian itulah yang sering disebut dengan dakwah.
Dakwah merupakan penuntun akal manusia dalam mencari dan
menjelaskan kebenaran32. Dengan kata lain, dakwah adalah sebuah proses untuk
menunjukkan dan mengungkapkan kebenaran dalam ajaran Islam yang akan
menyelamatkan manusia dan meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan yang
diberikan sebagai anugrah Allah kepada Khalifah di muka bumi.
Islam adalah agama dakwah. Yaitu agama yang menugaskan umatnya
untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia33. Dalam
pelaksanaannya, dakwah harus dilakukan dengan segala kekuatan dan
kesungguhan. karena itu, pengetahuan dan pembahasan mengenai dakwah
menjadi sangat penting untuk dikaji dalam penelitian ini.
31 Sukriadi Sambas, 1999, h. 12 32 Ibid, h. 12 33 Abd. Rosyad Sholeh, Managemen Dakwah Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta: 1993.
BAB III
PROFIL MAJALAH TABLIGH
A. Sejarah Singkat Majalah Tabligh
Majalah Tabligh adalah majalah yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berkedudukan di Jalan
Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat dengan kantor redaksi di alamat yang sama.
Majalah Tabligh secara harfiah berarti majalah yang manyampaikan
dakwah Islam yang mempunyai semangat dakwah perubahan pemikiran (tajdid)
dan pemurnian ajaran Islam (Tauhid). Hal ini sesuai dengan semangat
Muhammadiyah, yaitu Gerakan Dakwah Islam Amar Makruf Nahyi Munkar.
Sesuai dengan Muhammadiyah yang selalu ingin melakukan tajdid tanpa
melakukan penyimpngan tauhid, maka Majalah Tabligh memliki motto
Mengedepankan Tajdid, Mengawal Tauhid.
Latar belakang diterbitkannya Majalah Tabligh tidak terlepas dari tujuan
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang telah
diamanatkan oleh Muktamar tahun 2000 di Jakarta yang tercantum dalam
Program Perbidang. Adapun program khusus yang harus dilaksanakan oleh
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah
sebagai berikut :
1. Pembinaan Keagamaan dan Pengembangan Pemikiran Islam
a. Mengintensifkan pembinaan aqidah, ibadah, dan akhlaq di kalangan
warga Muhammadiyah dan kaum muslimin sesuai dengan Tuntunan
57
58
Tarjih melalui pengajian-pengajian, kegiatan-kegiatan takhasus, kursus-
kursus, buku-buku paket, siaran-siaran media elektronik dan cetak, dan
berbagai kegiatan lainnya yang lebih efektif dan tepat-sasaran.
b. Majelis Tarjih menyusun buku-buku pedoman/paket tuntutan ibadah,
do'a-do'a, dan aspek-aspek pembinaan ajaran Islam yang lainnya yang
bersifat praktis dan mudah difahami oleh masyarakat awam sebagai
media memperluas jangkauan pengamalan Islam dalam kehidupan umat
Islam pada umumnya dan warga Muhammadiyah pada khususnya.
c. Menyusun Tafsir Al-Quran dan konsep ad Dienul Islam yang
komprehensif yang dapat menjadi pedoman bagi pemahaman anggota
Muhammadiyah dan rujukan bagi masyarakat luas mengenai aspek-aspek
ajaran Islam yang menyeluruh.
d. Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih secara aktif dan sistematik
melaksanakan pembahasan-pembahasan masalah-masalah keagamaan
(bahtsul masail) dalam berbagai aspek terutama yang terkait dengan
masalah-masalah aktual sebagai pedoman pemahaman dan pengamalan
Islam bagi warga Muhammadiyah maupun kaum muslimin.
e. Dalam upaya meningkatkan peran Muhammadiyah sebagai gerakan
tajdid maka Pimpinan Persyarikatan di bawah tanggungjawab Majelis
Tarjih dengan melibatkan berbagai Majelis, Badan, Lembaga, dan
institusi-institusi yang terkait dituntut untuk memberikan masukan-
masukan pemikiran dan pedoman-pedoman keagamaan dalam menyikapi
dan menghadapi tuntutan-tuntutan perkembangan zaman.
59
f. Meningkatkan dialog-dialog dan pemasyarakatan pemikiran-pemikiran
Islam klasik maupun kontemporer melalui berbagai media yang
konvensional dan nonkonvensional sehingga pemikiran Muhammadiyah
mewarnai wacana-wacana pemikiran di khalayak publik baik di dunia
akademik maupun di masyarakat luas.
2. Tabligh dan Penyiaran Islam
a. Pemanfaatan saluran-saluran non-konvensional seperti televisi, radio, dan
berbagai jenis media cetak dan elektronika secara profesional untuk
memperluas jaringan dan jangkauan tabligh ke berbagai lapisan sosial di
seluruh penjuru wilayah dengan dukungan para mubaligh yang
berkualitas.
b. Mengintensifkan tabligh-tabligh konvensional seperti ceramah, khutbah,
dan pengajian yang bersifat kontak langsung dengan meningkatkan mutu
metode, kualitas pesan, dan program sehingga lebih tepat-sasaran.
c. Menggarap umat dan umat ijabah di lingkungan-lingkungan sosial yang
dikategorisasikan sebagai komunitas abangan dan kaum marginal sebagai
basis pembinaan prioritas.
d. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan da'i/mubaligh dalam berbagai
jenis sesuai kepentingan jenis tabligh/penyiaran Islam dan sasaran yang
dipilih dengan mengembangkan pendekatan-pendekatan yang bervariasi
dan tepat-sasaran.
e. Mengintensifkan pembinaan umat melalui paket-paket tabligh yang
terprogram secara profesional seperti kursus-kursus keislaman dalam
60
berbagai paket, kursus bahasa Arab, kursus TPA dan qira'at Al-Quran, dan
sejenisnya yang dikelola dengan model permanen atau semi-permanen.
f. Menyusun dan menyebarluaskan brosur-brosur, leaflet, buku paket, slide-
film, dan bentuk-bentuk media tabligh lainnya, yang dapat menjangkau
masyarakat luas secara aktif.
g. Membuat pilot proyek Gerakan Jamaah dan Da'wah Jamaah, serta
Keluarga Sakinah di sejumlah Daerah yang dikoordinasikan dengan
berbagai kalangan di lingkungan Persyarikatan.
h. Intensifikasi komputerisasi data mubaligh dan peta daerah dalam
berbagai aspeknya untuk kepentingan pengembangan Muhammadiyah.
i. Melaksanakan kegiatan-kegiatan tabligh dalam bentuk program-program
khusus untuk pembinaan akhlaq di berbagai lapisan sosial masyarakat
melalui paket-paket yang menarik dan tepat-sasaran.
Sebagai pembacaan dari amanat muktamar tersebut, maka Majelis Tabligh
dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 2002 akhirnya
menerbitkan Majalah Tabligh sebagai salah satu media dakwah yang dianggap
efektif dalam melakukan Dakwah Islam Amar Makruf Nahyi Munkar.
B. Visi dan Misi Majalah Tabligh
Sebagai Majalah yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus Muhammadiyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, maka tentu saja visi
dan misi Majalah Tabligh sama dengan visi dan misi Muhammadiyah yaitu
Gerakan Dakwah Islam Amar Makruf Nahyi Munkar, akan tetapi memiliki
61
segmentasi yang khusus. Majalah Tabligh berpandangan bahwa dakwah tidak
hanya sekedar menyampikan nilan-nilai atau ajaran islam akan tetapi dakwah
Muhammadiyah juga harus mampu mengawal tauhid seperti salah satu cita-cita
KHA. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah yaitu menghilangkan takhayul,
bid’ah dan Khurafat.
Majalah Tabligh menganggap bahwa tauhid adalah hal utama yang harus
dikawal karena sangat bersinggungan lansung dengan aqidah umat Islam. Selain
takhayul, bid’ah dan khurafat, Majalah Tabligh juga dapat dikatakan sebagai
garda terdepan dalam memberantas pemahaman-pemahaman sekularisme dan
liberalisme. Dua hala tersebut menurut Majalah Tabligh adalah cara baru
bagaimana menyesatkan ajaran murni Umat Islam. Oleh karena itu kajian
mengenai penolakan terhadap takhayul, bidah, khurafat, sekularisme, dan
liberalisme, mennjadi bahasan yang sering diangkat oleh Majalah Tabligh karena
hal tersebut adalah salah satu isu utama Majalah Tabligh, sebagaimana akan
dibahas lebih detail pada BAB IV.
C. Struktur Redaksi Majalah Tabligh
Untuk memaksimalkan pengelolaan Majalah Tabligh, dibentuklah struktur
organisasi redaksi.Adapun susunan redaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Penerbit
Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Penasihat
Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif
62
Prof Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA
Drs. H.M. Goodwil Zubir
Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag
Dr. H. Tarmizi Taher, M.D
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi
H. Tabrani Syabirin, MA
Pemimpin Usaha
Ir. M. Azmi Maani
Redaktur Pelaksana
Drs. Fakhrurazi Reno Sutan
Dewan Redaksi
Aru Syeif Assad
Abujamin Roham
Risman Mukhtar
Wirman Yusar
Mawardi Abdul Wahid
Seeting dan Layout
EM. Abdul Goniy
Hefinal
Reporter
Nuim Hidayat
Agus Tri Sundani
Eros Dai
63
Endang Zakaria
Elvi Sukaisih
Sekretaris Redaksi
M.A. Imaran Anhar
Distribusi
M. Furqon
Iklan
Ikhwan Ridwan
Keuangan
Zainal Abadin
D. Karakteristik Rubrik Pada Majalah Tabligh
Majalah Tabligh menampilkan berbagai rubrik, diklasifikasikan menjadi 2
jenis rubrik, yaitu :
1. Rubrik Tetap, menyampaikan ulasan dengan tujuan agar misi yang diinginkan
oleh Majalah Tabligh dapat tercapai. Rubrik Tetap terdiri dari Editorial,
Tafsir, Hadits, Laporan Utama, Bimbingan Ibadah, Konsultasi Agama,
Dakwah Khusus, Khutbah Jum’at dan Liputan Khusus.
2. Rubrik Tidak Tetap, menyampaikan ulasan mengenai Perkembangan Islam
dan Dakwah kontemporer. Rubrik Tidak Tetap terdiri dari Investigasi,
Kristologi, Ghazwul Fikri, Kisah, Nasional, Internasional, Resensi, Artikel,
Tazkiah.
a. Editorial
64
Pandangan Redaksi tentang suatu masalah aktual, terdiri dari 1 halaman
dan 3.000 karakter.
b. Hadits
Membahas hadits-hadits tentang akhlak, dengan sistimatika; sanad, matan,
perawi, terjemah, asbabul wurud, uraian yang didukung oleh hadits lain,
pendapat ulama hadits dan sumber rujukan, terdiri dari 3 halam dan 9.000
karakter.
c. Tafsir
Membahas ayat-ayat mengenai Tauhid, dengan sistimatika: Ayat al-
Qur’an, terjemahan, asbabunnuzul, uraian yang didukung oleh ayat, hadis
dan atau pendapat ulama tafsirserta sumber rujukan, terdiri dari 3 halaman
dan 9.000 karakter.
d. Laporan Utama
Reportase hasil kajian tentang masalah keagamaan yang berdampak
langsung ataupun tidak langsung terhadap dakwah Islam atau umat Islam,
terdiri dari 7 halaman dan 21.000 karakter.
e. Bimbingan Ibadah
Membahas tentang cara-cara praktis pelaksanaan ibadah, menggunakan
bahasa sederhana dan ringan serta dilengkapi dengan dalil yang sahih dan
sesuai dengan pemahaman Muhammadiyah, terdiri dari 2 halaman dan
6.000 karakter.
65
f. Konsultasi Agama
Tanya jawab masalah-masalah agama dan keluarga sakinah, terdiri dari 2
halaman dan 6.000 karakter.
g. Dakwah Khusus
Laporan Dai atau Mubaligh mengenai tantangan, hambatan dan
kesuksesan dakwah di daerah-daerah, terdiri dari 2 halaman dan 2 x 3.000
karakter
h. Khutbah Jum’at
Teks khutbah jum’at : pendahuluan, uraian dan penutup, terdiri dari 4
halaman dan 12.000 karakter.
i. Liputan Khusus
Liputan suatu kegiatan seminar, diskusi, sarasehan ataupun peristiwa
aktual terkait ipoleksosbudhankam, terdiri dari 4 halaman dan 12.000
karakter.
j. Investigasi
Laporan kasus-kasus pemurtadan, pendirian rumah Ibadah bermasalah dan
gerakan kristenisasi, terdiri dari 2 halaman dan 6.000 karakter.
k. Kristologi
Membahas tetang kesesatan ajaran Nasrani, agar umat Islam tidak mudah
terjebak kedalam tipu muslihatnya, dilengkapi dengan argumentasi yang
kuat dan benar, terdiri dari 2 halaman dan 6.000 karakter.
66
l. Ghazwul Fikri
Menangkis propaganda pemikiran pluralis dan aliran sesat, terdiri dari 2
halaman dan 6.000 karakter.
m. Kisah
Kisah kontemporer, nukilan sejarah Islam, terdiri dari 2 halaman dan 6.000
karakter.
n. Nasional
Liputan peristiwa atau berita singkat seputar tantangan, hambatan dan
kesuksesan dakwah islam di dalam negeri, terdiri dari 2 halaman dan 6.000
karakter.
o. Internasional
Liputan peristiwa atau berita singkat seputar tantangan, hambatan dan
kesuksesan dakwah islam internasional, terdiri dari 1 halaman dan 3.000
karakter.
p. Resensi
Ulasan ringkas mengenai buku-buku rujukan bagi para dai dan aktivis
dakwah islam, terdiri dari 1 halaman dan 3.000 karakter.
q. Artikel
Suatu tulisan yang membahas satu topik sampai tuntas, topik tersebut yang
menyangkut masalah kontemporer dan aktual serta sesuai dengan misi
majalah, terdiri dari 4 halaman dan 2 x 6.000 karakter.
67
r. Tazkiah
Tulisan yang sejuk, ringan, santai dan mengandung hikmah, terdiri dari 1
halaman dan 3.000 karakter.
Penyebaran Majalah Tabligh semenjak diterbitkan pada tahun 2004 telah
menghasilkan 34 edisi dengan rata-rata satu edisi pada setiap bulannya. Majalah
Tabligh dicetak dan di distribusikan sebanyak 8000 eksemplar pada setiap
edisinya.
Majalah Tabligh di distribusikan di 20 propinsi, yaitu NAD, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka
Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,
dan Papua. Majalah Tabligh menggunakan 2 jalur pendistribusian, yaitu :
a. Umum, didistribusikan melalui toko buku, agen majalah dan koran.
b. Internal, yaitu dikirim langsung kepada pemesan baik pribadi ataupun
Pimpinan Muhammadiyah.
Untuk edisi kedepan Majalah Tabligh merencanakan penyebaran Majalah
Tabligh secara lebih luas, dengan perencanaan sebagai berikut :
68
Target Distribusi dan Sasaran Pembaca
Sasaran Distribusi / Pembaca Jumlah Kuantum Total Copy
Kantor Pusat Muhammadiyah
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Sekolah Dasar Muhammadiyah
SMP/MTs Muhammadiyah
SMU/SMK/MA Muhammadiyah
Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Rumah Sakit & Amal Usaha
Gunung Agung, Walisongo, & Agen
Dai khusus MTDK PPM
TOTAL
2
30
280
2600
2896
1713
929
132
312
40
150
10
10
10
5
2
5
10
20
10
200
1
20 copy
300 copy
2.800 copy
13.000 copy
5.792 copy
8.565 copy
9.290 copy
2.640 copy
3.120 copy
8.000 copy
150 copy
53.677 py
E. Isu Utama Majalah Tabligh
Majalah Tabligh memiliki tiga isu utama dalam menyampaikan Dakwah
Islam Amar Makruf Nahyi Munkar, yaitu
1. Membahas usaha pemurtadan umat Islam
2. Membahas perkembangan dan peristiwa dakwah Islam kontemporer
3. Mendakwahkan Tauhid, mengawal tajdid.
69
Tiga isu utama diatas diharapkan mampu mewujudkan cita-cita besar
Muhammadiyah, yaitu Mewujudkan Masyarakat Utama, Adil dan Makmur yang
diridhai Allah SWT.
Berikut pembahasan isu pada lima edisi Majalah Tabligh:
Laporan Utama
Jaringan Islam Liberal Kampanye Nikah Beda Agama
Laporan Utama
Itu Melicinkan Kristenisasi
Tafsir Tafsir Ayat tentang Nikah Beda Agama
Hadits Bahaya Nikah Beda Agama
Vol. I No. 03 (Oktober 2002)
Dukung Kristenisasi, JIL Kampanye Nikah Beda Agama
Jaringan Islam Liberal (JIL) kembali berulah. Melalui Zainun Kamal, mereka menghembuskan propaganda halalnya Kawin Beda Agama. Menurutnya, dalam kasus beda agama antara muslim/muslimah non muslim (Yahudi, Kristen, Buda, Hindu dll.) bukanlah perzinahan. Padahal seluruh ulama telah berijmak bahwa haram hukumnya menikahkan wanita muslimah dengan pria non muslim. Menurut Abu Deedat, statement Zainun Kamal ini melicinkan program kristenisasi dan pemurtadan umat.
Resensi Islam versus Jaringan Islam Liberal
A. Laporan Utama
Di Negeri Muslim Terbesar di Dunia, Klenik dan Mistik Merajalela
Vol. I No. 04 (November 2002)
Sindroma Hantu, Klenik, Mistik dan dukun
Indonesia, bangsa komunitas muslim terbesar di dunia. Tetapi, berbagai wabah syirik, klenik, mistik dan perdukunan menggerogoti umat. Ironinya, perbuatan syirik itu diprakarsai oleh
Laporan Utama
Daftar Lokasi Angker
70
Intelektual Muslim alumnus (S-3) Ummul Qura Makkah dan menjabat sebagai Menteri Agama RI. Maka, rakyat awam lebih hebat lagi ketakhayulannya. Rumah tua di kawasan elit yang tak berpenghuni dan dalam sengketa hukum diisukan Rumah Hantu. Orang pun berduyun-duyun datang dengan berbagai macam tujuan. Muhammadiyah gagal memberantas TBC?
Tafsir Tafsir tentang Jin dan Hantu
B. Laporan Utama
Gerilya Kristen di Sekolah
Laporan Utama
Lagu Lama Orang Kristen
Laporan Utama
Legalisasi Proyek Kristenisasi
Investigasi Fundamentalis Kristen Tolak Pendidikan Agama
Vol. I No. 10 (Mei 2003)
Upaya pihak Kristen dalam melancarkan gerakan pemurtadan di sekolah-sekolah.
Umat Kristiani tidak mau misi kristenisasinya dihambat di sekolah. Mereka bersikukuh melakukan kristenisasi lewat sekolah dengan konsisten berpegang pada Surat Kongregasi Pendidikan Katolik yang menegaskan bahwa tujuan sekolah Katolik adalah untuk menja-dikan muridnya sebagai Kristen yang seutuhnya. Maka tidak heran jika mereka bergerilya menolak RUU Sisdiknas yang mengatur pendidikan agama Islam bagi siswa yang Muslim. Tetapi, jika ditilik secara seksama materi dan substansi RUU yang mereka tentang habis-habisan, niscaya sungguh menggelikan dan tak masuk akal. Mengapa harus ditolak, toh tidak ada yang langsung menyinggung apalagi merugikan kepentingan mereka. Umat Islam harus menyikapi hal ini dengan tepat.
Artikel Politik Pluralisme Kristen
71
Laporan Utama
Seniman Salibis Tunggangi Inul
Laporan Utama
Inul Dikelilingi Aktivis Palangis
Laporan Utama
Pemurtadan Berkedok Inulitas
Laporan Utama
Goyang Ngebor, Membayar untuk Dilecehkan
Resensi Kafirisasi Lewat Mode
Artikel Bahaya Permisivisme
Vol. I No. 11 (Juni 2003)
Upaya merusak moral umat Islam melalui goyang ngebor Inul.
Pihak Walantardho tak pernah bosan melancarkan misi pemurtadan terhadap umat Islam. Berbagai strategi dipasang untuk memuluskan gerakannya. Ketika Inul Daratista mulai naik daun dengan Goyang Ngebornya yang sangat seronok, para seniman Salibis menungganginya untuk mengobrak-abrik moral umat Islam. Ketika para ulama, kyai dan seniman Muslim bangkit melawan erotisasi, para seniman salibis berbalik menyerang aktivis Muslim dengan dalil HAM dan Demokrasi. Kita harus tahu siapa saja aktor intelektual yang menunggangi Inul itu.
Artikel Menghadapi Konspirasi Anti Islam
C. Laporan Utama
LAISA MINNA: Liberalisme, Plurlisme, Inklusivisme
Laporan Utama
Gerakan Liberalisme Islam Memulung dari Sampah Misionaris Kristen
Laporan Utama
Bahaya Liberalisme Islam
Laporan Utama
Inklusivisme Lahir dari Rahim Kristen
Laporan Utama
Pluralisme Produk Kristen
Vol. II No. 09 (April 2004)
Menegaskan prinsip bahwa Liberalisme, Plurlisme, Inklusivisme bertentangan dengan paham Muhammadiyah
Dengan sebebas-bebasnya kaum liberalis berani mengkritik ajaran Islam, menafsirkan Al-Qur’an dengan Metode Hermeneutika, dan mengakui kebenaran dan keselamatan agama non Islam. Bila dilacak, sebenarnya semua faham ini mengadopsi Kristen dan peradaban Barat. Liberalisme Islam semakin merajalela, Muhammadiyah bangkit melawan, meski Liberalisme Islam juga melanda oknum Muhammadiyah
Laporan Utama
Batasan Tafsir Liberal Tidak Konsisten
72
Resensi Ruh Kristen dalam Liberalisme Islam
Kuliah Aqidah
Menyoal Pluralisme Agama
Kristologi Berguru Kepada Kristen?
Ghazwul Fikri
Salafus-Shalih Vs. Khalaf-Liberal
D. Laporan Utama
Musuh Islam Berlabel Islam
Laporan Utama
Awas..!! Propaganda Pemurtadan Berlabel Islam
Tafsir Kata Al-Qur`an tentang Murtad
Konsultasi Agama
Anjuran Murtad yang Menyesatkan
Mewaspadai musuh Islam berlabel Islam
Kaum Muslimin dewasa ini betul-betul menghadapi ujian berat. Serbuan propaganda kekafiran, kemaksiatan dan hujatan bahkan pelecehan terhadap Islam mengalir deras tak terbendung. Ironinya, serbuan itu dilakukan oleh orang yang memakai label Islam, yaitu majalah Syir’ah. Namanya sangat bagus, berarti jalan yang terang, diambil dari Al-Qur`an surat Al-Ma`idah 48. Tapi, dengan label Islam yang disandangnya, secara rutin majalah Syir’ah menanamkan propaganda pemurtadan dan mempromosikan berbagai aktivitas dan gerakan Kelompok Liberal berkedok Islam.
Resensi Terkutuklah Orang yang Murtad
Kajian Khas
Menyegarkan Kembali Paham Keislaman di Muhammadiyah
Vol. III No. 07 (April 2005)
Mengembalikan Muhammadiyah ke khittahnya.
Paham keIslaman yang dianut oleh Muhammadiyah perlu dikaji kembali karena belakangan mulai digugat. Di antara yang digugat adalah hal-hal yang fundamental seperti Muqad-dimah Anggaran Dasar,
Persyarikatan
Manifestasi Tauhid dan Menyikapi Tajdid
73
Khittah Perjuangan, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH), Kepribadian, dan Keyakinan Hidup Islami Muhamma-diyah. Lima hal ini dikenal sebagai konsep teologis Muham-madiyah, yang telah disepakati sebagai pedoman bagi warga Muhammadiyah dalam memahami agama Islam. Untuk menyikapi fenomena ini, pemahaman keislaman Muhammadiyah menjadi penting untuk dikaji kembali.
Persyarikatan
Melepas Dominasi Filosof Majelis Tarjih
BAB IV
KONSTRUKSI MEDIA CETAK ATAS REALITAS
ANALISIS FRAMING TERHADAP MAJALAH TABLIGH
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana Majalah
Tabligh membingkai realitas untuk tujuan tiga isu besar Majalah Tabligh dan
bagaimana kecenderungan Majalah tersebut terhadap konteks realitas maka
pembahasan pada bab ini akan memaparkan analisis terhadap rubrik laporan
utama Majalah Tabligh sebagai unit analisis. Uraian analisis yang disampaikan
meliputi analisis atas tiga isu utama Majalah Tabligh serta bagaimana
kecenderungan majalah Tabligh membingkai isu tersebut atas konteks realitas.
Uraian analisis tentang bingkai yang ditampilkan Majalah Tabligh
disampaikan dengan mengurai ide poko, perangkat pembingkai dan perangkat
penalaran berdasarkan model analisis framing Wilian A. Gamson. Sebagaimana
telah dikutip Eryanto, menyatakan bahwa framing adalag cara bercerita atau
gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa menghadirkan konstruksi
makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan onjek suatu wacana1. Lebih
lanjut Gamson menjelaskan gugusan ide-ide yang terorganisir tersebut tersusun
dalam suatu skema ide sentral yang dikemas.
Sedangkan analisis tentang kecenderungan Majalah Tabligh terhadap tiga
isu utamanya dilakukan dengan menganalisis berbagai ide pokok dalam unit
analisis dan mengkonfirmasikannya pada teori pemahaman agama.
1 Eriyanto, Analisis Framing Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Jakarta: 2002, h. 67
74
75
Dari ke empat edisi terpilih mengangkat beberapa tema atau Issue utama.
Hal itu dapat diketahui tentang pengumpulan data tentang Issue utama/tema dalam
Majalah Tabligh dalam lembar koding sebagai berikut:
A. Analisis Perangkat Pembingkai Teks Rubrik Laporan Utama
Dibawah ini adalah hasil analisis perangkat pembingkai terhadap teks
Rubrik Utama Majalah Tabligh.
1. Volume 1 / No. 04/November 2002
Judul Sindroma Hantu, Klenik, dan Mistik
Visual Images: Gambar rumah Pondok Indah
Analisis: Melalui gambar ini, Majalah Tabligh ingin menjelaskan bahwa
rumah pondok indah yang dianggap banyak orang berhantu dan menjadi populer
pada saat itu adalah bagian dari perbuatan musyrik jika mempercayainya dan
menjadi kewajiban Majalah Tabligh untuk menyadarkan masyarakat dengan
tujuan untuk menjaga tauhid umat Islam.
Depiction: Sampai-sampai menteri agamapun mempercayai klenik dunia
irrasional yang naïf lagi dungu ini. (Paragraf 1 baris 15-18)
Analisis: Label naïf lagi dungu secara vulgar dilekatkan pada kepercayaan
klenik yang diyakini oleh Menteri Agama, hal ini dimaksudkan agar masyarakat
menjauhi kepercayaan pada klenik meskipun dicontohkan oleh Menteri Agama
Cactchphrases: Apalagi kasus lain yang menerpa menteri agama Said Agil
Husain Munawar dalam kaitannya heboh pembongkaran situs purbakala batu tulis
76
bogor yang sarat dengan nuansa klenik, dukun, paranormal, dukun, takhayyul, dan
kemusyrikan yang ironinya justru diprakarsai oleh seorang menteri agama RI,
seorang yang hafidz Qur’an alumnus ummul Quran Mekkah. (Paragraf 5 Baris 11-
23)
Analsis: Majalah tabligh berusaha membingkai realitas seorang Menteri
Agama yang percaya terhadap hal mistis dengan membenturkannya pada sejarah
pendidikan Menteri Agama, menurut majalah Tabligh, seorang alumnus Ummul
Quro Mekkah tidak sepatutnya percaya pada hal-hal yang berbau mistis, hal ini
dianggap sangat kontradiktif.
Exemplar: September 2002 lalu muncul lagi kasis klenik yang juga
irasional yakni geboh rumah hantu pondok indah Jakarta Selatan (Paragraf 6 baris
4-8)
Analisis: kisah rumah di pondok indah yang dipercaya berhantu dijadikan
contoh oleh Majalah Tabligh mengenai salah satu kepercayaan masyarakat
Indonesia terhadap hal-hal mistis.
Expemplar: Sub Judul : Daftar Lokasi Angker
Analisis: melalui daftar tersebut Majalah tabligh memberikan contoh
kepada pembaca mengenai daerah-daerah yang selama ini dianggap angker oleh
kalangan yang percaya mengenai hal-hal mistis.
Depiction: Sebagai orang beragama yang waras kita tidak usah ikut-ikutan
meyakini hal-hal angker. (Paragraf 13 baris 1-2)
77
Analisis: dalam pernyataan diatas, majalah Tabligh bermaksud melebeli
tidak waras “gila” pada orang –orang yang percaya hal-hal angker, dan umat
beragama seharusnya tidak memeprcayai hal tersebut.
Depiction: Dosa besar lainnya masih berpeluang diampuni oleh Allah tapi
dosa syirik ini diancam tidak akan diampuni dengan cara apapun. (Paragraf 7 baris
13-18)
Analisis: pernyataan tersebut adalah intisari dari Al-quran surat Ibrahim
ayat 7, menjelaskan bahwa musyrik adalah dosa besar dan Allah akan
menurunkan azab bagi orang-orang musyrik.
2. Volume 1 / No.10 / Mei 2003
Judul, Gerilya Kristen di sekolah
Depicition: “mereka telah melakukan rekayasa yang sistematis, agar
semua murid yang non Kristen harus mengimani kepercayaan kristiani” (Paragraf
1 baris 15 -17)
Analisis: Pada kalimat diatas majalah tabligh mecoba membingkai wacana
pembaca dengan mengkontruksi adanya rekayasa terencana dari pihak kristiani
untuk melakukan pemurtadan dengan terus menerus meberikan mata pelajaran
agama kristiani pada siswa beragama non Kristen (terutama Islam) sebagai upaya
mengkristenkan siswa tersebut.
78
Depicition: “Menurut pimpinan pondok pesantren modern gontor K.H
Abdullah Sarkasih “ada pemaksaan agama secara terselubung di sekolah-sekolah
Kristen dan katolik. (Paragraf 6 baris 4-7).
Analisis: Dengan mengutip statement seorang tokoh agama, Majalah
Tabligh berupaya menggiring pembaca untuk meyakini adanya “penipuan” yang
dilakukan oleh institusi pendidikan Kristen sehingga membuat orang yang
beragama Islam takut untuk bersekolah disana karena khawatir dipaksa pindah
agama.
Exemplar: menurut pengakuannya banyak anak-anak muslim yang
bersekolah disekolah katolik atau Kristen, iman dan islamnya goyang bahkan
tidak sedikit yang murtad atau pindah menjadi Kristen. (Paragraf 7 baris 1-5)
Analisis: Melalui kalimat tersebut, Majalah Tabligh mecoba memberikan
contok nyata kepada pembaca bahwa terdapat bukti-bukti adanya kristenisasi atau
pemurtadan yang dilakukan oleh institusi sekolah yang diakibatkan oleh tidak
adanya pendidikan agama selain Kristen bahkan kepada siswa yang beragama non
kristenpun.
Sub Judul Laporan Utama: Lagu Lama Orang Kristen
Depiction: Bagi kalangan politisi islam di parlemen sejak zaman orde
baru, ihwal ‘nyeleneh’ orang-orang Kristen yang memperjuangkan aspirasinya
yang sangat tidak logis itu sudah menjadi langganan. (Paragraf 3 baris 6-11)
Analisis: Pada baris tersebut Majalah Tabligh menggunakan sebuah kata
yang berkonotasi pada hal negative, selain itu kata “nyeleneh” diperkuat dengan
79
adanya kalimat yang menjelaskan bahwa orang Kristen tidak logis dalam hal
penyampaian aspirasinya. Majalah Tabligh berupaya menyangkal bahwa setiap
warga negara, terlepas dari apapun agamanya memiliki hak yang sama dalam
menyalurkan aspirasi tanpa boleh dilebeli hal-hal yang bersifat negative.
Metaphors: Bagai macan yang terluka, orang-orang PDIP itu dengan
garang menentang agar dibatalkan. (Paragraf 4 Baris 23-26)
Analisis: Macan yang terluka diatas adalah ditujukan kepada para politisi
PDIP yang berupaya untuk melakukan usulan tinjau ulang atas RUU SISDIKNAS
yang hampir disahkan. Majalah Tabligh menggunakan konotasi binatang yang
terluka pada PDIP untuk mengkonstruksi bahwa politisi PDIP melakukan
tindakan yang diluar batas kewajaran manusia.
Deciption: Pihak Kristen tetap berkeras melanggar UU berkaitan dengan
penyediaan guru agama islam di sekolah Kristen. Begitu gamblang untuk di tebak
pihak Kristen menentang ketentuan itu, karena mereka tidak mau menyediakan
guru agama islam di sekolah Kristen dimana muridnya mayoritas justru beragama
islam.mereka berkepentingan untuk tetap dan terus memaksakan murid beragama
islam yang bersekoalah di lembaga pendidikan Kristen di beri pelajaran agama
Kristen. Dengan kata lain proyek kristenisasi melalui sekolah Kristen yang
hasilnya sangat ampuh ini tidak ingin dihapuskan. (Paragraf 5 baris 9-30).
Analisis: Majalah Tabligh tengah merekonstruksi realitas bahwa sekolah
Kristen yang tidka mau menyediakan guru agama selain guru agaman Kristen
secara otomatis dapat terlihat memiliki motif untuk melakukan kristenisasi pada
siswa/i-nya.
80
Deciption: Argumentasi pihak Kristen ini niscaya sangat semberono, tidak
logis, bahkan main menang-menangan yang tak berdasar. (Paragraf 6 baris 29-33).
Analisis: kalimat diatas adalah kesimpulan dari statement dari tokoh
Kristen mengenai penolakan penyediaan guru agama non Kristen di skeolah
Kristen, statement tersebut adalah “ibarat orang masuk warung soto, niscaya
hidangan yang ada hanya soto, dan jika minta gudeg tentu saja tidak akan
dilayani”. Kalimat tersebut dikonstruksi dan disuguhkan kepada pembaca sebagai
sebuah statement yang sangat negative dan tidak beralasan.
Metaphors: Rosihan menggambarkan 2 tokoh Kristen itu melawan bagai
singa yang terluka menghadapi lawan-lawannya (Paragraf 13 baris 35-38)
Analisis: kalimat diatas adalah perumpaan untuk mejelaskan upaya yang
dilakukan oleh tokoh Kristen dalam memperjuangkan penolakan RUU
SISDIKNAS. Dalam konteks sebenarnya singa yang terluka biasanya akan
mengamuk ketika terluka saat pertarungan.
Depiction: Itulah fakta pendirian mereka yang amat gigih kalau tidak mau
dikatakan amat busuk (Paragraf 14 baris 1-4)
Analisis: Lagi-lagi Majalah Tabligh menggunakan kalimat yang bersifat
konotasi dalam menggambarkan Kristen (tokoh Kristen) dalam situasi pro kontra
RUU SISDIKNAS. Kata “busuk” tersebut berupaya menciptakan kesan negative
sehingga muncul kebencian terhadap mereka.
Depiction: Termasuk berbagai ide-ide sinting yang dilepas orang-orang
intelek, tapi sesungguhnya amat keblinger (Paragraf 17 baris 24-27)
81
Analisis: label “sinting” dan keblinger dilekatkan oleh Majalah tabligh
kepada tokoh-tokoh yang berupaya untuk mengesahkan peraturan yang
diperbolehkannya pelajaran semua agama diberikan kepada siswa disekolah.
Majalah Tabligh membingkai ketidak setujuannya dengan menjelaskan bahwa ide
itu seolah-olah sangat tidak masuk akal dan menyimpang.
Depiction: Syukur ide professor terlalu maju berhasil ditepis oleh
kalangan islam setelah habis-habisan menangkal. (Paragraf 17 baris 48-51)
Analisis: kata “terlalu maju” diatas adalah sebuah sindiran kepada Prof.
Dr. Harsya W. Bachtiar atas usulannya mengenai pembubaran departemen agama
karena selama ini dianggap tidak adil pada agama-agama yang lain. Majalah
tabligh membingkai realitas tersebut dengan menjelaskan bahwa hal tersebut
dangat tidak mungkin diterapkan.
Exemplar: Satu hal yang pasti, kini orang-orang Kristen semakin radikal
dan berani menentang orang islam, bahkan berani berperang habis-habisan di
ambon dan di poso. Ummat islam telah ditantang dan dilecehkan, maka sudah
saatnya mereka untuk bangkit untuk menghadapi. (Paragraf 19 baris 23-33)
Analisis: Majalah Tabligh merekonstruksi konflik ambon dan poso
merupakan contoh tindakan Kristen yang semakin radikal dan berani, selain itu
contoh tersebut direkontsruksi untuk menyulut emosi dan kemarahan umat Islam
untuk melawan umat Kristen. Majalah Tabligh secara sengaja memacing
kemarahan umat Islam tanpa pernah mempertimbangkan terjadinya perang
saudara di Indonesia.
82
Exemplar: Kristenisasi lewat sekolah semakin Nampak kika kita
memperhatikan surat konggergasi pendidikan katolik di sekolah-sekolah katolik.
Dalam surat itu ditegaskan bahwa tujuan sekolah-sekolah katolik adalah untuk
menjadikan muridnya Kristen seutuhnya. (Paragraf ke 8 baris 1-6)
Analisis: Melalui kalimat ini Majalah Tabligh ingin meyakinkan pembaca
dengan mengaitkannya pada fakta konggrgasi Pendidikan katolik di sekolah-
sekolah katolik.
Exemplar: Untuk itu, sanksi bagi sekolah yang menolak memberi
pelajaran agama sesuai agama muridnya harus tetap dicantumkan dalam RUU
Sisdiknas. Jika sanksi itu dihilangkan maka pembangkangan akan terus terjadi.
(Paragraf 10 baris 7-11 )
Analisis: Majalah tabligh mengaitkan wajibnya penerapan RUU
SISDIKNAS dengan bahaya yang akan terjadi jika RUU tersebut tidak dipatuhi
dan dilaksanakan oleh institusi pendidikan.
Methapors: Bila sudah seperti itu, jangan disalahkan jika ummat islam
sampai pada batas kesabaran yang terakhir, jangan salahkan pula jika sebuah
gereja tiba-tiba dibakar. (Paragraf 11 baris 1-6)
Analisis: pengandaian situasi pembakaran gereja digunakan gara Kristen
mau menerima dan menerapkan RUU SISDIKNAS di institusi mereka serta
mengandaikan kemarahan yang akan muncul dari ummat Islam jika Kristen tidak
bersedia mematuhinya.
83
Depiction: Walaupun mereka berjumlah kecil, tidak lebih dari 7%, tetapi
sepanjang kekuasaan di era orde baru cukup menunggangi mesin politik Suharto
dan menguasai pos strategis. (Paragraf 16 baris 1-7)
Analisis: Majalah Tabligh membingkai sedikitnya jumlah umat Kristen
tidak seimbang dengan posisi dan perlakuan yang istimewa yang mereka dapatkan
dengan mendapat jabatan-jabatan diposisi strategis.
3. Volume 2 / No. / 09 / April 2004
Judul, Laisa minna, Liberalisme, pluralisme, inklusivisme
Depiction: Judul : Laisa Minna Liberalisme, Pluralisme, Inklusifisme
Analisis : bingkai yang dilakukan majalah tabligh adalah dengan
memasang jargon yang menjelaskan bahwa kelompok liberalis adalah bukan
bagian dari Islam dan harus ditentang atau dimusuhi.
Depiction: Gerakan Liberalisme berwajah Islam semakin merajalela,
Muhammadiyah bangkit melawan. Bagaimana jika liberalisme Islam juga
melanda oknum Muhammadiyah?
Analisis: Majalah tabligh menggunakan leksikok “oknum” kepada kader
muhammadiyah yang memiliki cara pandang liberal. Oknum adalah lebel yang
biasanya digunakan untuk seseorang yang menyimpang dari yang seharusnya, dan
Majalah tabligh dengan lebel tersebut tengah mengkategorikan kader
muhammadiyah yang berfikiran liberal sebagai kelompok yang menyimpang dan
melanggar.
84
Catchphrases : Muhammadiyah didirikan dengan idealism untuk
mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya, yaitu islam yang murni,
bersumber dari Al’quran dan As-Sunnah, bersih dari segala hal yang
mengotorinya: Takhayyul, bid’ah dan Khurafat (TBC).( Paragraf 1 Baris 1-11)
Analisis: penolakan Majalah tabligh atas perilaku TBC adalah merupakan
sebuah perilaku yang bertentangan dengan tujuan Muhammadiyah yang terdapat
dapat matan dan keyakinan serta cita-cita hidup Muhammadiyah.
Depiction: Tetapi Pemikiran para liberalis kini semakin bebas dan
kebebasan dalam mensosialisasikan berbagai tradisi aneh yang lahir dari rahim
Kristen. Beberapa pemikiran liberali yang diasong dari Kristen itu antara lain:
Faham Pluralisme agama, Inklusivisme, Sekulerisme dan metode hermeneutika
untuk menafsirkan al’quran.(Paragraf 5 baris 1-12)
Analisis: pembingkai yang digunakan pada kalimat diatas adalah dengan
melebeli seorang liberalis dalam konotasi yang negatif. Kata “aneh” serta asosiasi
seorang muslim terhadap agama lain adalah merupakan teguran keras dan
peringatan dari Majalah tabligh
Depiction: Untuk mengetahui orang-orang yang telah terinfeksi virus
liberal itu.(Paragraf 6 baris 1-3).
Analisis: kata “virus” yang diperparah dengan kata “ terinfeksi” ditujukan
pada para liberalis yang kemudian menampilkan kesan bahwa para liberalis
adalah penyakit yang berbahaya dan perlu disembuhkan.
Depiction: Umumnya para liberalis itu alergi dengan klaim kebenaran
(truth claim).(Paragraf 7 baris 1-3)
85
Analisis: pembingkaian dilakukan dengan menggunakan leksikon “alergi”
dimana seperti halnya virus, alergi adalah sebuah jenis penyakit yang perlu
disembuhkan.
Exemplar: Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Kucukupkan nikmat-ku dan telah Kuridhoi islam itu sebagai agamamu
(Al’Maidah : 3) (Paragraf 12 bar is 1-6)
Analisis: mengaitkan sebuah ayat dalam menyampaikan sebuah pesan
adalah merupakan strategi efektif karena hal tersebut akan dianggap sebuah
landasan yang tidak dapat dibantahkan.
Exemplar: Islam merupakan satu-satunya dinullah yang diridhoiNya juga
satu-satunya petunjuk hidup yang akan membawa manusia kepada keselamat dan
kebahagiaan dunia dan akhirat (lihat Muqaddimag AD Muhammadiyah,
Kepribadian Muhammadiyah dan MKCH). (Paragraf 14 baris 1-10)
Analisis: dalam kontek menguraikan sebuah argumentasi maka Majalah
Tabligh selain menggunakan ayat dalam al-quran, Majalah tabligh juga
menggunakan nilai-nilai yang telah diyakini oleh Muhammadiyah yang telah
didogmakan kepada anggotanya.
Exemplar: Surah Al’Imran ayat 19 dan 85. (Paragraf 15)
Analisis : Majalah tabligh dalam semua hal meyakini bahwa teori atau
uraian dengan berlandaskan al-quran dan assunnah adalah argumentasi yang tidak
dapat dibantahkan oleh siapapun.
86
Catchphrases : Berawal dari keprihatinan dan keresahan warga
Muhammadiyah itu, maka para pengawal islam yang dimotori oleh MTDK
muhammadiyah dan UMS mengadakan seminar. (Paragraf 17 baris 1-5)
Analisis : penggunaan pengawal Islam merupakan sebuah jargon yang
menarik dengan mengklaim dirinya sebagai kelompok paling benar dan
pelingdung agama Islam.
Depiction : Dia hanya berkilah, “waktu yang diberikan untuk menjawab
tidak mencukupi” (Paragraf 27 baris 3-5)
Analisis : melalui kalimat ini Majalah Tabligh sedang membingkai
maksud dari statment Yunan Yusuf mengenai semua orang bebas menafsirkan
Al’Quran dan Hadits seliberal mungkin agar tidak keluar dari batasannya.
(Paragraf 23 baris 1-5) tanpa memberitakan secara komperhensif dalam konteks
apa Yunana Yusuf menyampaikan hal tersebut.
Depiction : Sub Judul : Para penganut tafsir hermeneutika menghakimi
pemikiran para mufasir salafussalih yang telah teruji paliditasnya selam 13 abad
lamanya (Paragraf 11 baris 1-7)
Analisis : upaya pembingkai yang dilakukan majalah tabligh kepada para
pemikir liberal adalah dengan menyatakan ketidak kompetensiannya dalam
melakukan tafsir atas nilai-nilai agama.
4. Volume 3 / No. 07 / April 2005
Judul, Syir’ah, musuh Islam berlebel Islam
Catchphrases: Judul: Syir’ah Musuh Islam berlebel Islam
87
Analisis: jargon ini dugunakan untuk membingkai realitas dan
menempatkan Majalah Syir’ah sebagai majalah yang bertolak belakang dengan
islam atas pemberitaannya yang selalu berpihak pada nilai-nilai pluralism dan
liberalism.
Depiction: Yang paling parah lagi, bila itu dilakukan oleh orang yang
memakai label Islam. Salahsatunya adalah majalah syir’ah, yang didanai oleh The
Asia Foundation (TAF). Mendengan nama TAF, tentu tidak heran lagi di telinga
kita, pastilah lembaga yang didanai bersenyawa dengankelompok liberalis
bekedok islam lainnya. Sebab, hamper smeua LSM yang didanai oleh TAF
produknya sama, yaitu mengerogoti akidah islam. (Paragraf 3 baris 1-10)
Analisis: dalam kalimat ini sangat jelas penggunaan lebel atau leksikon
bagi TAF dengan menunding TAF dan Majalah Syir’ah berkedok Islam dan
memiliki tujuan untuk menghancurkan Islam.
Exemplar: Tapi akhlaknya buruk tidak seindah motonya, misinya kotor,
tak seterang namanya, setiap edisi yang diterbitkan tiap bulan, selalu ada racun
yang ditebarkan kepada pembaca di negara muslin terbesar didunia ini. Topic
racunnyapun moton yakni mencitranegatifkan umat islam, mencitrapositifkan
yahudi dan nasrani, serta melegalisasi pemurtadan umat islam. (Pargaraf 5, baris
1-9)
Analisis: Majalah tabligh mengangkat penggalan contoh Majalah syirah
mengenai pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta mengenai Islam dan
yahudi. Dan pesan-pesan dalam majalah syirah menunjukan bahwa majalah
88
Syir’ah adalah majalah yang ingin merusak Islam walaupun nama Syir’ah itu
sendri berasal dari bahasa arab (baca Islam).
Depiction: Ternyata syirah tidak mengurai fakta menenggang beda, tapi
mengurai fitnah menenggang pemurtadan. (Paragraf 6 baris 1-3)
Analisis: kalimat tersebut adalah pembingkai realitas mengenai tujuan dan
keberadaan majalah itu sendiri untuk mempromosikan nilai-nilai pluralism untuk
kerukunan umat beragama.
Depiction: Sub judul: awas propaganda!!! Pemurtadan berlabel Islam
Analisis : Propaganda biasanya digunakan untuk mengkampanyekan hal negatif,
dan ini ditujukan kepada majalah syir’ah yang selama ini dianggap sebagai
majalag yang bertujuan untuk melakukan pemurtadan
Depiction : Dengan label dan moto islam yang disadangnya, secara rutin
majalah syirah menanamkan propaganda pemurtadan dan mempromosikan
berbagai aktifitas dan gerakan kelompok liberal berkedok islam (Paragraf 1 baris
1-9)
Analisis : Leksikon berkedok islam adalah makna yang konotatif yang
digunakan untuk membingkai realitas pesan-pesan yang disampaikan oleh
majalah syir’ah.
Depiction : Memang begitulah keyakinan syirah. Rusak!! Orang masuk
islam dengan orang islam (MURTAD) sama-sama dikatakan mendapatkan
petunjuk (hidayah ilahi)” isyarat langit menjelang pindah agama, mereka pindah
agama bukan karena disogok mie instan, bagi yang murtad maupun yang mualaf
sama-sama berangkat dari petunjuk ilahi. (Pargaraf 18 baris 1-13)
89
Analisis : dengan mengatakan bahwa keyakinan Syir’ah itu rusak, maka
Majalah Tabligh telah melukiskan bahwa apa yang diyakini oleh majalah syir’ah
itu sudah pasti sesat.
Depiction : Anehnya, sampai sekarang piet hizbullah tak menggunakan
hak jawabnya dengan memberikan bantahan kepada syirah tentang pemurtadan
dirinya, ketika masyhud dan abu mumtaz dari Surabaya mewawancarai mujtaba
hamdi, pemimpin redaksi syirah dengan tenang menjelaskan bahwa sampai
sekarang kami belum pernah menerima complain dari yang bersangkutan, kalo
berita kami salah kami tunggu sanggahan dan hak jawab fiet haidir”, tentangnya.
(Paragraf 21 baris 1-18)
Analisis : Tabligh menyimpulkan bahwa dengan menyatakan piet tidak
melakukan complain maka diasumsikan piet mengakui isu yang ditulis Syirah
bahwa piet sudah murtad. Ini tentu mendiskreditkan, karena seharusnya yang
bersangkutan, piet juga dikonfirmasi masalah ini.
Catchprhases : Propaganda “Mesum” Majalah syir’ah (Paragraf 31)
Analisis : Majalah Tabligh sudah melakukan justifikasi dengan menggunakan
judul ini. Kata mesum yang digunakan jelas menyampaikan sebuah pesan.
Seolah-olah apa yang dilakukan oleh majalah syirah berbau mesum semuanya.
Exemplar : Perwajahan syir’ah yang seronokpun tak pantas menyandang
label islam, dari capture foto didalamnya lebih tepat kalau syirah dikategorikan
sebagai media “biru” sejajar dengan tabloid hot, pop, lipstick, lelaki, dll. (Paragraf
36 baris 1-8)
90
Analisis : Tabligh menyejajarkan syirah dengan majalah lain yang
tentunya kontennya sangat berbeda. Ini perumpamaan yang tidak seimbang.
Dengan asumsi tabligh mencoba untuk mengaitkan semua isi majalah syirah
dengan majalah lain.
Depiction : Uang memang bisa merubah segalanya jadi kejam karena
uang, sahabar bisa jadi musuh, bahkan tak jarang berujung pada dendam dan
pembunuhan. Gara-gara uang pula, orang memusuhi agama dan keyakinannya
bahkan tak jarang berujung pada fitnah dan pemurtadan. (Paragraf 42 baris 1-10)
Analisis : Majalah tabligh menyimpulkan secara konotatif bahwa smua
kerjasama lembaga tersebut dengan TAF adalah hanya karena uang. Ia tidak
melihat ada alasan lain yang bisa melatarbelakangi kerjasama itu seperti
pemberdayaan masyarakat atau kesamaan nilai-nilai universal yang ingin
diperjuangkan.
B. Analisis Perangkat Penalaran Teks Rubrik Laporan Utama
Beberapa teks pada laporan utama yang menggunakan pembingkai
penalaran Gamson, terdapat pada kalimat-kalimat berikut ini:
1. Volume 1 / No. 04/November 2002
Judul Sindroma hantu, klenik, dan mistik
Roots: Isu rumah pondok indah memperkuat tradisi masyarakat Indonesia
untuk percaya kepada hal-hal mistis, dan inilah yang ingin diserang oleh Majalah
Tabligh.
91
Consequences: Efek yang didapat dari pemberitaan tersebut adalah
ketidakpercayaan masayarakt terhadap Menteri Agama yang telah melakukan
tindakan dungu.
Appeals to principle: Menurut majalah Tabligh, sangat tidak layak bagi
seorang yang mengenyam pendidikan tinggi di Mekkah mempercayai hal mistis
dan klenik.
Roots: pemberitaan ini memunculkan kembali serta memperkuat
keyakinan masyarakat Indonesia terhadap klenik, mistis dan tahyul.
Consequence: dengan menginformasikan daftar tempat angker Majalah
tabligh berharap pembaca dapat mengetahui bahwa dengan mempercayai tahyul
pada tempat-tempat tersebut sama dengan mempercayai kemusyrikan.
Appeals to principle: Ini adalah sebuah pernyataan mengenai kewajiban
orang islam untuk tidak mempercayai hal-hal mistis.
Appeals to principle: dalam at-taubah ayat 113 ditegaskan bahwa dosa
musyrik adalah dosa yang tidak akan diampuni Allah SWT
2. Volume 1 / No.10 / Mei 2003
Judul, Gerilya Kristen di sekolah
Consequences: melalui informasi ini diharapkan munculnya efek serta
reaksi dari ummat islam atas adanya upaya kristenisasi yang dilakukan oleh
institusi pendidikan Kristen.
92
Consequences: dari pembingkaian fakta ini diharapkan munculnya efek
serta reaksi dari ummat islam atas adanya upaya kristenisasi yang dilakukan oleh
institusi pendidikan Kristen.
Roots: Terjadinya pemurtadan atau melemahnya iman siswa/I sekolah
adalah dibesabka oleh adanya proses kristenisasi di institusi pendidikan Kristen
Consequence: munculnya ketidakpercayaan pada politisi PDIP akibat
lemahnya kualitas dan kapasitas serta peran mereka yang dianggap tidak wajar
dalam memperjuangkan sebuah isu.
Consequence: efek yang didapat dari bingkai tersebut adalah adanya
kesimpulan mengenai anggota parlemen dari PDIP yang “mengamuk” untuk
memperjuangkan aspirasi yang tidak wajar.
Consequence: dampak yang diharapkan adalah adanya kesimpulan umum
di masyarakat bahwa penolakan Kristen terdapa RUU SISDIKNAS adalah demi
tujuan mengkristenkan siswa/I yang berasal dari agama lain.
Consequence: Bingkai ini menjelaskan mengenai “ngawurnya” orang-
orang Kristen dalam memperjuangkan penolakan RUU SISDIKNAS
Consequence: Kalimat no 8 – 16 di kolom pertama, secara umum
perangkat penalarnya adalah consequence, karena semuanya bertujuan untuk
membangun opini di masyarakat mengenai tujuan kristenisasi yang dilakukan
institusi pendidikan Kristen
93
3. Volume 2 / No. / 09 / April 2004
Judul, Laisa minna, Liberalisme, pluralisme, inklusivisme
Pada edisi ini, secara umum perangkat penalaran yang dibangun oleh
majalah Tabligh adalah perangkat penalaran qonsequences dimana diharapkan
adanya efek berupa penolakan pada kelompok liberalis sehingga munculnya
permusuhan secara masal oleh umat Islam terhadap mereka.
4. Volume 3 / No. 07 / April 2005
Judul, Syir’ah, musuh Islam berlebel Islam
Pada edisi ini Majalah Tabligh lebih banyak menggunakan perangkat
penalaran consequences, dimana pembingkaian yang dilakukan diharapkan dapat
memberikan efek berupa pembaca Majalah Tabligh mengetahui bahwa majalah
Syir’ah adalah meskipun menggunakan nama Islam tetapi majalah tersebut
bukanlah majalah yang bernilaikan Islam tetapi malah sebaliknya malah ingin
menghancurkan islam. Majalah Tabligh membingkai realitas majalah syir’ah dari
mulai memaparkan pemberi dana operasioanl majalah syir’ah sampai mengulas
berita-berita yang disampaikan oleh majalah syirah.
Selain itu, majalah syirah juga melakukan pembingkai “roots” yaitu
dengan menjelaskan bahwa jika sebuah majalah mendapat sokongan dari donor
asing (baca Amerika) maka secara akibatnya adalah cara pandang dan pemikiran
94
majalah tersebut juga akan menjadi berpihak pada nilai-nilai Amerika yaitu
menghancurkan Islam dan membela yahudi atau Kristen.
Untuk memperteguh pembingkaian ayng dilakukan Majalah Tabligh
menggunakan klain-klaim moral dengan selalu mengutip ayat al-quran termasuk
dalam edisi ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Setelah menganalisa rubrik laporan utama pada majalah Tabligh di edisi
terpilih yang menjadi satuan analisis dalam tulisan ini, maka dapat disimpulkan
berbagai bingkai yang ditampilkan oleh Majalah Tabligh dalam mengemas isu
untuk tujuan penyampaian tiga isu utamanya. Hasil anlisis tersebut juga dapat
menyimpulkan kecenderungan Majalah Tabligh dalam memahami Islam untuk
kemudian dilanjutkan dengan analisa konteks yang melatari framing tersebut.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa:
1. Majalah Tabligh telah berperan sebagai Window of Experiences. Seperti
salah satu peran media yang diungkapkan oleh McQualis yaitu sebagai
jendela pengetahuan dimana mampu menampilkan isu yang berbeda.
2. Majalah Tabligh telah membuktikan diri sebagai agen konstruksi realitas.
Seperti yang digambarkan oleh Eryanto, bahwa media adalah agen
rekonstruksi. Maka penelitian ini telah mengungkapkan bahwa Majalah
Tabligh telah melakukan konstruksi tentang pemahaman Islam serta isu
kontemporer yang berkembang dalam bentuk teks berupa metaphors,
catchphrases, depiction, visual image, roots, appeal to principle, dan
consequences. Kesemua perangkat pembingkai itu ditampilkan untuk
mendukung konstruksi Majalah tersebut atas pandangan mereka terhadap
nilai dan pemahaman Islam.
95
96
3. Dalam menampilkan isi pesan media, Majalah Tabligh dipengaruhi oleh
konteks masyarakat. Ini membuktikan pernyataan O’Shaugnessy dan Stadler
yang menyatakan bahwa suatu teks muncul dari suatu konteks yang spesifik.
Bahwa berbagai perspektif yang ditampilkan oleh Majalah Tabligh
merupakan hasil pembacaan kedua Majalah tersebut terhadap konteks
masyarakat. Majalah Tabligh melihat masyarakat memerlukan pencerahan
yang sebenar-benarnya dari pemahaman kontemporer yang muncul untuk
menyelamatkan keimanan dan akidah mereka serta eksistensi Islam dari
serangan pemahaman yang dianggap menyimpang.
4. Bahwa isi pesan media Majalah tabligh tidak lepas dari factor-faktor yang
mempengaruhi media seperti yang disampaikanoleh Shoemaker dan Reese
dalam teori hirarki pengaruh media. Terutama faktor individu pekerja media,
eksternal media, dan ideology. Majalah Tabligh menampilkan isi pesan yang
berbeda dan khas karena dipengaruhi oleh ketiga hal diatas.
5. Bahwa Islam seringkali dipahami secara fisik dan tidak menyeluruh. Islam
seringkali difahami terlepas dari proses sejarah yang membentuk
konseptualisasi Islam itu sendiri. Kontroversi pemahaman Islam adalah
ketidakmampuan kelompok tertentu dalam meyakini Islam adalah Rahmatan
lil alamin, adalah system yang seharusnya mendorong pemeluk Islam untuk
selalu terbuka dan memberi tempat bagi kebebasan cara pandang dan
kemajemukan.
97
Rekomendasi
Hasil penelitian ini menunjukan rekomendasi tentang perlunya suatu
kajian yang lebih mendalam tentang konstruksi media dalam menyampaikan
pandangannya mengenai pemahaman Islam, tidak hanya pada tataran kajian teks
produksi tetapi juga pada kajian mengenai proses produksinya secara lebih kritis,
sehingga bisa mengungkap berbagai kekuatan atau latar belakang secara
menyeluruh mengenai munculnya pemahaman Islam yang ditampilkan oleh
media.
Penelitian ini merekomendasikan agar masyarakat lebih arif dalam
mensikapi berbagai isi media yang menggiring atau mengarahkan kepada suatu
pemahaman tertentu. Artinya masyarakat harus dapat membandingkan isi media
dengan berbagai sumber lain dan pengetahuan atau pengalamannya masing-
masing berkaitan dengan teks yang ditampilkan media.
Pengetahuan serta pemahaman agama bukanlah nilai final dan telah pasti
mana yang paling benar dan mana yang salah, maka penelitian ini
merekomendasikan agara masyarakat terus mengkaji ajaran Islam tidak hanya
secara materi tetapi juga metode pemahaman terhadap Islam itu sendiri karena
perbedaan pendapat mengenai materi Islam berawal dair perbedaan metode
pemahaman Islam itu sendiri.
Penelitian ini merekomendasikan kepada berbagai elemen masyarakat baik
ulama, akademisi, tokoh pendidikan, tokoh kemasyarakatan, dan lembaga lain
yang memiliki perhatian terhadap nilai-nilai keagamaan untuk terus melakukan
98
dialog, dan sosialisasi tentang sikap kritis serta melakukan tajdid terhadap
pemahaman Islam.
99
DAFTAR PUSTAKA
McQualis, Dennis, Mass Communication Theory, Sage Publication, London: 2000
Ya’qub, Hamzah, Publisistik Islam, Teknik Dakwah Dan Leadership, CV.
Dipenogoro, Bandung: 1992
O’Shaughnessy, Michael dan Jane Stadler, Media and Society; An Introduction,
Oxford University Press, South Melbourne: 2005
Salim, Agus, Teori dan Paradigma Ilmu Sosial (Pemikiran Norman K dan Egon
Guba dan Penerapannya), PT. Tiara Wacana, Yogyakarta: 2001
Loncoln, Denzin dan Yvona, Handbook Qualitative Research, Sage Pubilcation,
London: 2000
Crotty, Michael, The Foundation Social Research, St. Leonards, Australia:1998
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung: 2002
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung:
2001
Berger, 2003
Michael O’Shaughnessy dan Jane Stadler, Media and Society; An Introduction,
Oxford University Press, South Melbourne: 2005
Peter L. Berger dan Thomas, The Social Contruction of Reality,Penguin Books,
New York: 1966
Croteau, Hoyness David dan William, Media SocietyIndustries Images and
Audiens, Pine Forge Press, London: 2000
Berger, Peter L. dan Thomas, The Social Contruction of Reality, Penguin Books,
New York: 1966
100
Eriyanto, Analisis Framing Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Jakarta:
2002
Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D. Reese Mediating The Message Theories of
Influences on Mass Media Content, Longman Publisher, New York: 1996
Nuswantoro, Daniel Bell : Matinya Ideologi, Indonesia Tera, Magelang: 2001
Croteau, Hoyness David dan William, Media SocietyIndustries Images and
Audiens, Pine Forge Press, London: 2000
Sambas, Sukriadi, 1999
Sholeh, Abd. Rosyad, Managemen Dakwah Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta:
1993.