konsep seni kerajinan dalam wisata islam di aceh

13
296

Upload: others

Post on 24-Jun-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

296

Page 2: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

297

Page 3: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

298

Page 4: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

299

I. Pendahuluan

Seni kerajinan merupakan bagian integral dari seni, seni kerajinan bahkan bisa

dikatakan sebagai cabang seni rupa tertua. Keberadaan seni kerajinan diawali dari

kebutuhan manusia akan peralatan yang bisa membantunya dalam mempertahankan

hidup. Manusia adalah animal tools (makhluk yang menggunakan peralatan) untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani dan rohani/material dan spiritual). Hal ini dapat

kita lihat jika kita melihat kembali ke belakang (zaman pasejarah) dimana pada masa itu

tujuan pokok manusia adalah mempertahankan hidup. Dari hasil cipta, rasa dan karsa

manusia pada masa itu, saat ini masih bisa kita lihat sisa-sisa peninggalannya berupa

peralatan-peralatan dalam berbagai bentuk dan fungsi. Seiring dengan kemajuan

kebutuhan dan cara berpikir manusia berkembang pula tekhnologi yang dibuat manusia.

Kemajuan tekhnologi ini yang pada akhirnya perlahan namun pasti menggeser peran dan

fungsi dari benda-benda hasil karya manusia itu sendiri.

Pariwisata sebagai salah satu pendorong bangkitnya industri seni kerajinan

dengan memproduksi berbagai bentuk cinderamata atau oleh-oleh khas yang memiliki

KONSEP SENI KRAF DALAM KONTEKS WISATA ISLAM DI KOTA MADYA BANDA ACEH Oleh : Rida Safuan Selian

Abstrak : Kerajinan atau kriya seni merupakan suatu karya seni rupa dengan fungsi untuk digunakan atau dipakai. Kerajinan Aceh adalah kerajinan yang menggunakan karakter atau ciri khas budaya Aceh. Kerajinan dengan ciri atau karakter budaya Aceh menggunakan unsur-unsur motif yang distilisasi dari bentuk tumbuh-tumbuhan, benda alam dan bentuk geometris. Sedangkan motif dengan penggambaran hewan atau manusia sangat jarang ditemui dalam kerajinan Aceh.

Berkaitan dengan program pemerintah daerah kota madya Banda Aceh yang menjadikan Banda Aceh sebagai daerah tujuan wisata Islami, maka segala hal; yang berkaitan dengan wisata baik sovenir atau cinderamata harus memiliki motif atau bentuk dengan karakteristik budaya yang Islami.

Bentuk-bentuk motif yang digunakan merupakan stilisasi dari penggambaran tumbuh-tumbuhan seperti bungong kapah, pucok rebong, bungong seulanga dan lain-lain. Sedangkan motif dengan bentuk benda alam berupa motif bintang buleun, awan meucanek, dan sebagainya. Sedangkan motif dengan penggambaran hewan atau manusia hanya bagian-bagian tertentu dari tubuh yang dijadikan sebagai motif seperti gigo darut, tapak seleman dan lain-lain

Kata Kunci : Seni kerajinan, wisata Islami

Page 5: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

300

ciri suatu daerah. Demikian juga dengan kota madya Banda Aceh sebagai salah satu

tujuan wisata Islami yang menawarkan berbagai macam karakter budaya dan karya seni

yang bernafaskan budaya Islam.

Tetapi yang lebih penting sekarang adalah bagaimana kita mengolah ciri dan

karakter budaya tersebut, karena karakter budaya pada saat ini merupakan aset yang

sangat berharga bagi pengembangan dan pemberdayaan kebudayaan itu sendiri. Aceh

merupakan salah satu wilayah dari NKRI yang memiliki kekayaan seni budaya yang

cukup unik. Aceh merupakan salah satu wilayah yang notabene masyarakatnya mayoritas

beragama Islam, hal ini merupakan nilai plus yang harus senantiasa dijaga dan

diberdayakan secara lebih serius melalui sumber daya budayanya. Agama merupakan

suatu sistem yang berintikan pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak,

disertai perangkat yang teritegrasi di dalamnya, meliputi tata peribadatan, tata peran para

pelaku, dan tata benda yang diperlukan untuk mewujudkan agama bersangkutan (Edi

Sedyawati, 2006: 66). Kemampuan mengelola sumber daya seni budaya dengan tetap

membawa nilai-nilai Islam akan sangat mendukung keberhasilan perencanaan program-

program lainnya di Aceh. Salah satu sarana yang bisa membawa nama aceh dan seni

budayanya adalah sektor pariwisata. Kita semua ketahui sektor pariwisata merupakan

salah satu media yang paling efektif guna mengenalkan berbagai jenis kekayaan sumber

daya budaya kepada dunia luar. Tetapi kita tahu suatu sektor yang ada pada sebuah

sistem tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan dari sektor yang lainnya. Demikian pula

halnya perwujudan konsep seni kerajinan dalam wisata Islam di Aceh. Membangun

hubungan yang sinergis antar bidang merupakan kunci dari perencanaan dan pelaksanaan

suatu program yang baik dan benar. Dunia seni kerajinan aceh memiliki potensi yang

cukup besar di dalamnya, aceh memiliki berbagai macam jenis seni kerajinan yang bisa

membawa masyarakat aceh semakin dikenal. Untuk itu perlu kiranya kita semua

memikirkan bagaimana membangun dan mengembangkan wisata Islam dengan media

seni kerajinan di Aceh.

Page 6: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

301

II. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah

bagaimana konsep seni kerajinan dalam wisata Islam di kota Madya Banda Aceh?

III. Pembahasan

Pariwisata dan seni kerajinan merupakan dua hal yang senantiasa berjalan seiring

di wilayah manapun. Ketika seseorang mengadakan perjalanan wisata dengan tujuan

wilayah tertentu selain untuk melihat suatu fenomena (alam maupun buatan) yang ada di

wilayah tersebut, tetapi juga akan mencari sesuatu yang menjadi ciri khas “karya seni

budaya” dari wilayah tersebut sebagai kenangan. Setiap wilayah budaya pasti memiliki

karya seni budaya (kerajinan) yang dapat dijadikan sebagai simbol budayanya. Simbol-

simbol budaya inilah yang nantinya akan menandai eksistensi kebudayaan tersebut.

Sebagai contoh jika kita ke wilayah Jawa maka perhatian orang akan tertuju pada kain

batik, keris, wayang, topeng, candi borobudur, candi prambanan atau simbol-simbol

budaya yang lain yang menjadi ciri khas wilayah itu. Ke wilayah Aceh kita akan temukan

Rencong, kain Songket., Seni ukir kerawang, Gunongan, Lonceng Cakradonya, Rumah

Aceh, Pinto Aceh dan lain-lain.

Pemberdayaan sumber daya budaya merupakan tugas kita semua sebagai

pendukung kebudayaan. Karena program tersebut bukanlah tugas ringan yang dapat

dilakukan dalam seketika. Untuk mendukung program tersebut diperlukan kesadaran dan

pemahaman terhadap substansi yang ada dalam sumber budaya itu sendiri. Sumber daya

budaya dapat bersifat tangible (sesuatu yang dapat disentuh atau benda konkret) maupun

intangible (bersifat tak benda , tak dapat diraba). Istilah “sumber daya” sendiri mengacu

pada suatu penggunaan, atau pemanfaatan tertentu dari sesuatu, untuk pencapaian tujuan

yang dapat diukur dari segi ‘produktivitas’. Jika kata tersebut disertai dengan keterangan

sifat “budaya” maka artinya adalah bahwa yang digunakan atau dimanfaatkan itu adalah

hal-hal yang bersifat budaya atau lebih jelasnya hasil-hasil dari kebudayaan. Hasil

kebudayaan yang akan dimanfaatkan dan ditingkatkan daya gunanya, tentu memerlukan

penanganan dan pengelolaan yang tepat, efisien dan seefektif mungkin. Dalam konteks

inilah diperlukan manajemen sumber daya budaya (cultural resource management )

CRM. Sumber daya budaya secara umum dapat ditinjau dari berbagai aspek; pertama,

Page 7: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

302

dilihat dari proses keberadaannya, kedua pemeliharaan, ketiga, upaya pemanfaatan untuk

pemenuhan kebutuhan. Untuk masing-masing aspek tentunya membutuhkan perhatian

khusus sesuai dengan substansinya. Upaya pemanfaatan sumberdaya budaya dapat

ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan, bina bangsa, industri dan

kepariwisataan. Demikian halnya dengan sumber daya budaya seni kerajinan di Aceh.

Propinsi Aceh memiliki lima sub etnis besar yaitu Suku bangsa Aceh, Suku bangsa

Aneuk Jamee, Suku bangsa Tamiang, dan Suku bangsa Gayo serta Alas. Kelima Sub

etnis tersebut memiliki potensi sumber daya budaya khas masing- masing yang jika

ditangani secara serius maka bukan tidak mungkin Aceh akan menjadi daerah tujuan

wisata. Aceh memiliki juga kearifan-kearifan lokal “kearifan dalam kebudaya

tradisional” atau “ local genius” yang belum tergarap secara baik . Kearifan lokal

hendaknya dimengerti dalam arti luasnya, yaitu tidak hanya berupa norma-norma dan

nilai-nilai budaya, melainkan juga segala unsur gagasan , yang termasuk berimplikasi

pada teknologi, penanganan ksehatan, dan estetika. Dalam artian yang luas, dapat

diartikan bahwa “kearifan lokal” itu terjabar kedalam seluruh warisan budaya, baik yang

“tangible” maupun yang “intangible” . Aceh memiliki itu semua dan salah satunya

adalah seni kerajinan. Kerajinan merupakan sumber daya budaya yang bersifat “tangible”

tetapi mengandung aspek yang “intangible”. Seni kerajinan (kriya) dalam kehidupan

manusia merupakan suatu kebutuhan yang tidak terpisahkan dan seni kerajinan (kriya)

yang pada awalnya menyandang tugas untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari

sedikit demi sedikit fungsi tersebut mengalami pergeseran. Tetapi pergeseran salah satu

fungsi seni kerajinan ini tidak menyurutkan eksistensi seni kerajinan dalam kehidupan

manusia. Bahkan dalam perkembangannya hasil-hasil seni kerajinan (kriya) justru

mendapatkan tempat khusus dalam konteks seni dan budaya. Hal tersebut terjadi karena

seni kerajinan memiliki kekhasannya sendiri sebagai benda seni. Kekhasan karya seni

kerajinan sebenarnya dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor khusus dan faktor umum.

Faktor khususnya adalah hasil karya seni kerajinan membawa ciri dan karakter budaya

masyarakat dimana seni kerajinan tersebut berasal. Sedangkan faktor umumnya adalah

karya seni kerajinan (kriya) adalah (1) karya seni kerajinan dibuat dengan tangan, dengan

kekriyaan tinggi, (2) umumnya dibuat dengan sangat dekoratif atau secara visual sangat

indah (3) sering merupakan barang fungsional (benda guna). Bahkan dalam Encyclopedia

Page 8: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

303

of World Art ditambahkan bahwa bisa saja dalam pembuatannya menggunakan alat,

dengan syarat bahwa sepanjang proses pembuatan si pembuat harus sepenuhnya dapat

menguasai alat tersebut (Soedarso, 2006: 107). Sifat craftsmanship yang tinggi

menjadikan beberapa jenis hasil seni kerajinan menjadi seni “adiluhung” yaitu seni yang

mempunyai implikasi kepada perenungan; didukung oleh teknik yang cukup rumit; ada

perangkat konsep yang mendasarinya (Edi Sedyawati, 2006:130)

Hal lain yang tidak bisa dilupakan adalah pertama sesuai namanya seni kriya

harus terbuat dengan rapi, dengan kekriyaan atau craftsmanship yang tinggi, dengan

menggunakan, penentuan bahan dan teknik kerja sesuai dengan bentuk yang akan

dicapai, perhatian atas karakter dan sifat bahan, serta finishing secara penuh. Kedua, seni

kriya memiliki tendensi sebagai barang guna atau applied arts karena seni kriya bermula

dari pembuatan benda-benda guna dalam kehidupan manusia. Ketiga seni kriya

berorientasi pada keindahan atau memiliki fungsi dekoratif. Bahkan dalam

perkembangannya muncul istilah kriya seni, istilah yang muncul karena berkurangnya

fungsi praktis bendanya. Kriya seni penciptaannya lebih ditekankan pada ekspesi

seniman, dan kriya seni adalah jenis kriya yang bagus buatannya (craftsmanship-nya

tinggi), bentuknya indah dan dekoratif, tetapi kriya jenis ini tidak lagi menyandang fungsi

praktis baik karena keindahannya maupun karena sejak awal memang didesain untuk

tidak digunakan sebagai benda guna. Memang sejak sebelum kelahiran kriya seni, seni

kriya sudah kehilangan fungsi praktisnya

Kerajinan sebagai seni yang membawa ciri dan karakter kultur, seni kerajinan

memiliki corak dan motif yang sudah menjadi ciri umum seni kerajinan setempat. Corak

dan motif tersebut merupakan hasil kesepakatan dari masyarakat pendukungnya. Corak

dan motif tersebut dikenal sebagai motif ragam hias. Dalam seni kerajinan (kriya )

dikenal ada empat motif ragam hias yaitu: 1)Motif Flora (tumbuh-tumbuhan), artinya

tumbuh-tumbuhan sebagai modelnya kemudian distilir (digubah atau digayakan)

sedemikian rupa sehingga menjadi lebih indah. 2) Motif Fauna (manusia / binatang),

artinya bentuk manusia/binatang sebagai modelnya distilir sedemikian rupa sehingga

memperindah hasil karya 3) Motif Geometris atau motif ragam hias yang berupa susunan

garis-garis, bidang, garis lurus, lengkung atau bidang datar. 4) Motif Alam, yaitu motif

yang mengambil unsur-unsur dari alam seperti, awan, batu karang, matahari, bulan,

Page 9: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

304

bintang dan lain-lain (Suwaji Bastomi,2003: 20-21). Untuk memperoleh corak dan motif

tertentu biasnya dilakukan distorsi, stilasi atau deformasi. Distorsi artinya merubah

menjadi lebih atau disangatkan sehingga hasilnya menjadi lebih kuat atau tegas.

Tujuannya untuk memperoleh keindahan atau sifat-sifat ekspresif suatu bentuk. Stilasi

berasal dari bahasa Belanda “stileren atau styleren ” artinya menyederhanakan bentuk

alam dengan tidak meninggalkan substansi bentuk aslinya sehingga hasilnya berkesan

dekoratif dan lebih indah. Deformasi adalah merubah susunan bentuk aslinya menjadi

berbeda tanpa menghiraukan lagi bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi lebih indah.

Gambar : Beberapa bentuk kerajinan Aceh dengan konsep budaya Islam

Ada begitu banyak hasil seni kerajinan di Aceh dengan kualitas estetis keacehan

yang belum tergarap. Tugas kita saat ini adalah bagaimana mengemas hasil-hasil seni

kerajinan Aceh menjadi kemasan-kemasan yang menarik tanpa mengurangi substansi

keAcehannya.

Page 10: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

305

Industri pariwisata merupakan sebuah tantangan dan harapan bagi pelestarian dan

pengembangan sumber daya seni budaya suatu daerah. Kehadiran industri pariwisata

akan sangat menguntungkan, bahkan industri pariwisata akan memperkaya kasanah dunia

kesenian wilayah tersebut. Industri pariwisata akan melahirkan komunitas wisata yang

akan melahirkan pula seni wisata (seni kerajinan wisata). Konsep seni wisata ini seperti

dikemukakan J. Maquet dalam Juju Masunah (2003: 184) menyebut seni wisata (di

negara berkembang) dengan art by metamorphosis dan untuk seni yang diciptakan untuk

kepentingan daerahnya sendiri disebut sebagai art by destination. Maquet juga

menamakan seni wisata sebagai art of acculturation, karena bentuk seni wisata tersebut

masih mengacu pada seni tradisional yang ada, akan tetapi menjadi semu karena nilai-

nilai sakral, magis, dan simbolisnya telah dikesampingkan. Lain dari itu ada lima ciri

seni pertunjukan pariwisata yang dirumuskan R.M. Soedarsono yang dapat dijadikan

sebagai rujukan bagi pengembangan seni wisata yang lain (seni kerajinan). Adapun ciri-

ciri tersebut adalah 1) tiruan dari aslinya; 2) dikemas singkat atau padat; 3) penuh dengan

variasi; 4) dikesampingkan nilai sakral dan magis; 5) murah harganya.

Seni pariwisata dalam konteks Islam merupakan konsep yang menjadi harapan

bagi pelestarian dan pengembangan seni (kerajinan) di Daerah Istimewa Aceh. Islam

merupakan satu-satunya agama yang menjadi pegangan dan tutunan bagi masyarakat

Aceh dalam semua sendi-sendi kehidupan. Membangun hubungan yang sinergis antara

islam dan seni merupakan modal utama, seni dengan islam sebenarnya dua fenomena

yang tidak terpisahkan. Dalam islam sarat dengan muatan seni dan estetika, hal tersebut

dapat kita pahami melalui berbagai aspek keislaman yang kasat mata, mulai dari

penulisan kitab suci Al-Quran dan ornamen-ornamen yang disematkan pada bangunan-

bangunan masjid. Kita semua tahu bahwa salah satu wujud / nilai keindahan muncul

karena seni, dan seni muncul karena aktivitas kreatif manusia. Fenomena-fenomena

kasatmata tersebut merupakan hasil “kerajinan” manusia. Seni dan keindahan dalam

islam sudah menjadi jalinan yang unik dan senantiasa menjadi fenomena bagi masyarakat

islam sendiri. Meskipun masih sering terjadi salah pengertian dalam memahami seni

sehingga seolah-olah seni senantiasa bertentangan dengan agama.

Banyaknya konsepsi seni memang kadang membingungkan terutama bagi

masyarakat awam. Tetapi untuk memberikan sedikit gambaran tentang konsepsi seni, ada

Page 11: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

306

tiga konsepsi seni yang lazim diaplikasikan dalam kehidupan, yaitu: 1) seni sebagai

keindahan, 2) seni sebagai hiburan, dan 3) seni sebagai media komunikasi (Soehardjo,

2005:127). Dalam konteks konsep seni kerajinan dalam wisata islam ketiga konsep seni

tersebut bisa saja diaplikasikan salah satu atau bahkan ketiga-tiganya. Kenapa demikian?,

karena ketiga konsep seni tersebut merupakan suatu kebutuhan yang meskipun bukan

pokok tetapi penting bagi manusia (kelompok masyarakat dengan segala

kompleksitasnya). Dalam konteks pemberdayaan seni kerajinan dalam wisata islam

tentunya diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang akurat, karena menyangkut aqidah

dan akhlak. Mungkin memang cukup berat karena harus mengkolaborasikan antara seni,

agama dan pariwisata. Tetapi masyarakat Aceh tidak perlu berkecil hati karena sudah ada

banyak contoh wilayah-wilayah yang berkembang sumber daya budayanya karena

mengkolaborasikan antara seni, agama dan pariwisata, seperti Jawa, Bali dan beberapa

daerah lain di Indonesia.

Untuk itu perlu kiranya masyarakat aceh meramu suatu formula yang tepat

sehingga mampu mengangkat keunikan seni budaya aceh. Dalam konteks ini masyarakat

Aceh justru harus tetap mengedepankan nilai-nilai islami dalam konsep seni kerajinan.

Mengeksplorasi berbagai sumber daya seni kerajinan khas aceh dan

mengimplementasikan nuansa islami di dalamnya. Aceh memiliki banyak sumber daya

seni kerajinan, mulai dari pakaian, perhiasan, peralatan dan hasil-hasil seni kerajinan

yang tinggal menambahkan aspek-aspek keislaman ke dalamnya. Sebagai contoh

Rencong merupakan ikon Aceh yang masih bisa diolah kembali dengan menambahkan

berbagai ornamen dengan motif khas aceh atau dengan memberikan sentuhan kaligrafi

padanya. Dapat juga memadukan antara ornamen-ornamen khas aceh dengan kaligrafi

huruf arab, karena dua hal tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat Aceh. Saat ini

tinggal bagaimana kita mampu mengolah dengan sentuhan kreatif dan estetis aspek-aspek

tersebut membentuk suatu harmonisasi sebagai simbol budaya. Yang terpenting adalah

bahwa pengembangan dan pemberdayaan karya seni budaya senantiasa harus tetap

memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Sebagai contoh akhir terkait dengan wisata kerajinan daerah yang mampu

menembus jangkauan yang relatif cukup luas adalah Yogyakarta dan Bali; di Yogyakarta

ada Malioboro (sentra wisata kerajinannya Jogjakarta), Kasongan (sentra kerajinan

Page 12: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

307

keramik), Kota Gede (sentra kerajinan perak), Manding (sentra kerajinan kulit). Di Bali

jika kita berkunjung ke Pasar Sukowati maka kita akan menemukan hampir semua bentuk

kerajinan di Bali. Tetapi Semua itu adalah karena adanya koordinasi yang baik antar

bidang.

IV. Kesimpulan

Seni kerajinan Aceh sebagai salah satu khasanah budaya bangsa Indonesia

memiliki karakter yang sangat melekat dengan sistem dan budaya masyarakat Aceh yang

berkarakter Islami. Konsep-konsep seni kerajinan Aceh yang bernafaskan budaya Islam

hendaknya tetap di pertahankan dengan tetap memperhatikan nilai estetis dan nilai guna

dari suatu karya seni kerajinan. Dalam konteks wisata Islam di Kota Madya Banda Aceh,

seni kerajinan menjadi salah satu cinderamata yang banyak diminati oleh para wisatawan

baik wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara. Motif atau ornamen pada benda-

benda seni kerajinan Aceh merupakan simbol-simbol dalam kehidupan masyarakat Aceh

yang dimanifestasikan dalam suatu produk benda kerajinan, seperti motif bintang buleun

(bintang bulan) merupakan manifestasikan atau simbol tentang keagungan dan ketinggian

sang khalik (pencipta), motif pucok rebong merupakan manifestasi atau simbol dari

tumbuh kembangnya generasi muda, motif tapak seleman merupakan manifestasi atau

simbol sesuatu yang ghaib yaitu kepercayaan masyarakat terhadap cerita dan sejarah

masa lalu dalam konteks keagamaan. Demikian juga halnya dengan motif-motif lainnya

yang merupakan manifestasi dari kehidupan masyarakat Aceh. Kualitas suatu karya

kerajinan yang berkarakter keacehan dan Islami perlu dijaga dan ditingkatkan guna

menunjang industri pariwisata di Aceh.

Page 13: KONSEP SENI KERAJINAN DALAM WISATA ISLAM DI ACEH

308

V. DAFTAR PUSTAKA A.J., Soehardjo. 2005. Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Semarang :BKSD Jurusan Al-Faruqi, Ismail Raji. 1986, Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam.

Yogyakarta: Bentang Budaya.Seni dan Desain FS. Bastomi, Suwaji. 2003.

Maran, Rafael Raga, 2000. Manusia dan Kabudayaan Dalam Perpektif Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rohidi, Tjetjep Rohendi, Prof. Dr.. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaaan.

Bandung: STISI Press Sedyawati, Edi, 2006. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Perkasa. Soelaeman, Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: Refika

Aditama. Sp.,Soedarso. 2006, Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni, Yogyakarta: Penerbit ISI Yogyakarta. WM, Dr. Abdul Hadi. 2000. Islam Cakrawala Estetik dan Budaya. Jakarta: Pustaka

Firdaus