konsep plts 2.4

24
Energi Listrik Terdistribusi dan Partisipasi Masyarakat Februari 2016 Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia: Optimalisasi teknologi fotovoltaik (Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PLTS) dengan implementasi pembangkitan/penyimpanan terdistribusi untuk solusi ketahanan energi listrik Indonesia. DOC V.2.4 Raymond Simanjorang

Upload: raymond-simanjorang

Post on 15-Apr-2017

319 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep PLTS 2.4

Energi Listrik Terdistribusi dan Partisipasi Masyarakat

Februari 2016

Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia:

Optimalisasi teknologi fotovoltaik (Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PLTS) dengan implementasi pembangkitan/penyimpanan terdistribusi untuk solusi ketahanan energi listrik Indonesia.

DOC V.2.4

Raymond Simanjorang

Page 2: Konsep PLTS 2.4

Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Normal = Cadangan > 20%; Siaga = Cadangan < 1 Unit Tebesar; Defisit = Pemadaman Sebagian

Sumber: Paparan Menteri ESDM, Bandung 3 Agustus 2015 dan Staf Ahli Menteri ESDM, Solo 9 November 2015

Aceh-Sumut1,852 MW

-6,42%

Bangka126 MW12,95%

Kalbar357 MW-8,40%

Kaltimra490 MW0,30%

Kupang55 MW0,49%

Sumbar-Riau-Jambi1,284 MW

-7,19%

Sumbagsel1,681 MW

-7,60%

Ternate92 MW10,37%

Kalselteng547 MW-12,74% Sulselbar

928 MW5,26%

Jawa-Bali24,066 MW

0,24%

Total Sistem Kapasitas Pembangkit Konsumsi Produksi

23 Sistem 53.585 MW*) 199 TWh 228 TWh

Kondisi Kelistrikan (2 November 2015) 3 Normal, 11 Siaga, dan 9 Defisit

Batam284 MW1,62%

Tj. Pinang52 MW16,86 %

Belitung35 MW-9,86%

Palu100 MW2,90%

Ambon52 MW29,37%

Kendari70 MW-21,75%

Lombok208 MW-10,87%

Bima Sumbawa75 MW9,89%

NTT87 MW10,04%

Sorong137 MW16,27%

Jayapura69 MW2,25%

UU 30/2007 tentang Energi, Pasal 6 ayat (2): Secara definisi sudah dapat mendeklarasikan KRISIS.

Sulutgo293 MW-16,43%

Page 3: Konsep PLTS 2.4

Tingginya Pertumbuhan Permintaan Listrik

Proyeksi Permintaan Listrik ±8.4% per tahun

Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Sumber: RUPTL PT PLN 2015 - 2024

253 276 299 327 359 394 429 467 507 550

219 239 260 283 307 332 361 392 427 464

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Produksi Total Indonesia (TWh)

Permintaan Total (TWh)

312 347427

528659

828

2015 2016 2018 2020 2022 2024

Sumatera (TWh)

1,654 1,7832,071

2,3952,786

3,244

2015 2016 2018 2020 2022 2024

Jawa-Bali (TWh)

226 258331

400478

571

2015 2016 2018 2020 2022 2024

Indonesia Timur (TWh)

Asumsi Produksi jika pembangunan pembangkit tidak ada kendala dan sesuai jadwal.

Page 4: Konsep PLTS 2.4

INDONESIA Juta USD

42,940 MW 291 Pembangkit 53,663

46,597 kms 732 Transmisi 10,894

108,789 MVA 1,375 Gardu Induk 8,386

Total 72,943

Mengejar Permintaan Dengan Pembangkit Tersentralisasi

Sumatera Juta USD

11,327 MW 76 Pembangkit 14,28219,305 kms 210 Transmisi 3,840

32,406 MVA 398 Gardu Induk 2,475

Kalimantan Juta USD

2,852 MW 40 Pembangkit 4,0007,883 kms 68 Transmisi 1,122

3,910 MVA 115 Gardu Induk 324

Sulawesi - Nusra Juta USD

4,159 MW 83 Pembangkit 5,434

7,207 kms 90 Transmisi 1,1695,620 MVA 165 Gardu Induk 412

Maluku - Papua Juta USD

739 MW 43 Pembangkit 9921,017 kms 15 Transmisi 148

770 MVA 25 Gardu Induk 61

Jawa - Bali Juta USD

23,863 MW 49 Pembangkit 28,955

11,185 kms 349 Transmisi 4,61566,083 MVA 672 Gardu Induk 5,114

Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Rencana Kapasitas Pembangkit, Transmisi, Gardu Induk dan Perkiraan Pendanaan

Sumber: Paparan Menteri ESDM, Bandung 3 Agustus 2015 dan Staf Ahli Menteri ESDM, Solo 9 November 2015

Pembangkit tersentralisasi membutuhkan infrastruktur penyaluran berupa jaringan transmisi dan gardu induk:

Pembangunan baru / peningkatan kapasitas yang adaBiaya investasi + operasional dan pemeliharaanRugi-rugi energi pada jaringan transmisi

Page 5: Konsep PLTS 2.4

Rasio Elektrifikasi Indonesia dan ASEAN

Sumber : Kementerian ESDM

Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Rasio Elektrifikasi 2014 84,35%

Papua43,46%

Kaltara68,64%

Kalteng67,23%

Sultra66,78%

NTB68,05%

NTT58,91%

Kepri74,06%

Sulbar74,11%

Papua Barat77,81%Sulteng

75,58%

Gorontalo74,65%

Kalbar79,77%

Sumsel76,38%

Provinsi lain <70%

Singapura100%

Malaysia100%

Thailand100%

Vietnam97,6%

Filipina89,7%

Brunei100%

Indonesia84,35%

Rasio Elektrifikasi Negara ASEAN

Provinsi lain> 80%

Definisi rasio elektrifikasi di Indonesia:• Perbandingan antara jumlah rumah tangga yang

teraliri listrik vs total jumlah rumah tangga • Tidak jelas menjelaskan konsumsi energi per

kapita (penekanan pada penerangan saja).?

Page 6: Konsep PLTS 2.4

Alur Pikir Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia (1)Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

#

Tantangan

Hambatan Solusi Saat Ini• Pertumbuhan permintaan yang tinggi

disertai dengan peningkatan kualitas layanan pemadaman dll.

• Persiapan jangka panjang menghadapi berkurangnya energi primer bauran energi.

• Elektrifikasi daerah yang belum merasakan listrik keadilan pembangunan.

• Permasalahan lahan dan perijinan pembangunan pembangkit besar serta jalur transmisi.

• Sumber energi primer yang kurang ramah lingkungan dan rentan dengan kondisi alam.

• Kurang siap menghadapi situasi krisis non teknis.

• Pencapaian elektrifikasi mahal dan tidak tepat dalam penerapan teknologi serta tidak mampu mendorong aktivitas ekonomi lokal.

• Membangun pembangkit kapasitas besar yang tersentralisasi:

o Butuh peningkatan kapasitas / pembangunan baru infrastruktur transmisi mahal dan rugi-rugi jaringan transmisi.

o Lebih mengutamakan energi primer berbasis fosil (batubara ) terbatas dan tidak ramah lingkungan (menyumbang emisi karbon).

o Mendorong energi baru seperti air dan panas bumi rentan dengan kondisi alam dan membutuhkan perencanaan lama.

• Interkoneksi antar sistem untuk penyaluran energi listrik:

o Rentan gangguan dan akan menyulitkan dalam menghadapi situasi krisis non teknis seperti bencana alam, aksi teror, sabotase, perang dll.

• Elektrifikasi daerah terpencil/terisolir:

o Mendorong penggunaan PLTS

Biaya mahal karena butuh penyimpanan baterai (yang terpusat) untuk operasi malam hari Penggunaan baterai terpusat dalam jumlah besar membutuhkan dana besar pada saat penggantian.

Seharusnya untuk menunjang perkotaan dimana aktivitas perkantoran, bisnis dan industri terjadi pada pagi-sore hari.

o Terkesan mengejar rasio elektrifikasi dengan adanya listrik (meskipun hanya penerangan).

Solusi Saat Ini

Page 7: Konsep PLTS 2.4

Alur Pikir Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia (2)Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Revolusi Solusi Revolusi Solusi = Revolusi Mental• Merubah pola pembangkitan dan penyimpanan

energi listrik dari tersentralisasi menjadi terdistribusi.

• Mendorong partisipasi masyarakat dalam pencapaian ketahanan energi listrik.

• Elektrifikasi harus diarahkan pada mendorong aktivitas produktif dan bukan hanya penerangan.

• Menggunakan teknologi dengan penerapan yang tepat, ramah lingkungan, berkelanjutan, bersifat moduler dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat dengan mudah.

PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).

1. Model pembangkitan terdistribusi PLTS .

o Melakukan pemenuhan kebutuhan energi lokal dengan pembangkitan skala utilitas (IPP), dan residensial dengan insentif harga.

o Peningkatan kapasitas jaringan distribusi PLN dengan masuknya energi dari pembangkitan baik IPP maupun residensial

o Transmisi hanya untuk ekspor/impor kelebihan/kekurangan energi listrik.

2. Revitalisasi pola elektrifikasi PLTS selama ini dengan merubah model penyimpanan (baterai) terpusat menjadi penyimpanan terdistribusi.o Menjadi unit usaha yang dikelola oleh

pemerintah setempat/masyarakat melalui BUMD, BUMDes maupun koperasi.

3. Perubahan mental pengelolaan untuk pencapaian ketahanan energi listrik:

o Beban tidak hanya dipikul oleh PLN namun didistribusikan kepada masyarakat perubahan pola pengelolaan PLN.

o Perilaku konsumtif energi akan menjadi efisien perubahan mindset konsumen ke

produsen.

o Elektrifikasi harus mendorong kegiatan produktif dan dapat menyesuaikan peningkatan kebutuhan di sisi konsumen.

Page 8: Konsep PLTS 2.4

Indonesia adalah salah satu dari 66 negara di area sunbelt, dengan total populasi 75% penduduk dunia.

• Negara-negara yang berada di area sunbelt mengkonsumsi 39% dari 17.900 TWh produksi total listrik dunia.

• Prediksi pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 150% dalam 20 tahun mendatang.

• Sekitar 1.5 miliar penduduknya belum mendapat akses kepada listrik.

• Infrastruktur listrik yang tertinggal dan harga listrik relatif tinggi.

• Negara-negara yang berada di area sunbelt memiliki potensi irradiasi sinar matahari yang sangat tinggi.

• Solar cells sangat kompetitif pada masa-masa mendatang.

• PLTS merupakan sumber jangka panjang energi dengan biaya operasional yang rendah.

• Saat ini PLTS bisa bersaing dengan generator diesel sebagai pembangkit beban puncak (peaker) dan di tahun-tahun mendatang akan sangat kompetitif terhadap semua pembangkit listrik yang ada.

• Indonesia memiliki 14 (empat belas) jam matahari dari Merauke ke Sabang.

• Potensi matahari menjadi listrik berdasarkan luas wilayah (darat dan perairan) Indonesia 7 juta – 11 juta TWh / tahun.

• Dapat mempercepat inisiatif elektrifikasi dan merangsang kegiatan ekonomi.

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Sumber: European Photovoltaic Industry Association (EPIA)

35°N

35°S

Page 9: Konsep PLTS 2.4

Peta Radiasi Matahari Indonesia

Pembangkitan Pagi-Sore Indonesia berada di garis katulistiwa dimana matahari bersinar sepanjang tahun dengan radiasi rata-rata sebesar 4,8 kWh/m².

• Sumber energi gratis dari matahari (hampir tidak membutuhkan biaya bahan bakar).

• Bersifat moduler sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan, mulai dari skala residensial sampai skala pembangkitan terpusat (utilitas).

• Dapat dibangun dalam waktu singkathampir dimana saja selama sinar matahari tidak terhalang oleh obyek apapun.

• Dapat dioperasikan secara otomatis dan dikontrol dari jarak jauh melalui jaringan internet.

• Dapat menjadi solusi efisiensi BBM untuk pembangkitan yang selama ini menggunakan genset.

PLTS dan Kebutuhan Lahan

• Menyesuaikan dengan kebutuhan energi dan ketersediaan lahan.

• Dengan sifat modular, PLTS dapat diaplikasikan pada:o Lahan tanah (ground-mounted)o Perairan (floating platform)o Atap bangunan (rooftop)

• PLTS memproduksi listrik pada pagi sampai sore hari:o Di Indonesia, sistem PLTS

beroperasi pada pukul 06 - 18. o Energi untuk malam hari dapat

disimpan pada baterai.

• Dapat mendukung aktivitas perkantoran, bisnis dan industri.

Teknologi Fotovoltaik (PLTS) di Indonesia

Sumber: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Page 10: Konsep PLTS 2.4

4.95 5.10 5.18

5.06 4.99 4.99

5.29

5.55 5.48

5.12 4.88 4.87

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Radiasi Matahari di Indonesia4.

67

4.44

4.76

5.07

4.70

4.61

4.75

4.81

4.70

4.97

4.93

5.42

4.85

5.01

5.05

5.46

5.42

6.30

5.12

4.87

5.00

4.83

5.98

5.41

5.83

5.03

5.25

5.67

5.82

4.89

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Rata-Rata Radiasi Matahari Bulanan (KWh/m²)

Rata-Rata Radiasi Matahari per Wilayah (KWh/m²)

Sumber: Renewable and Sustainable Energy Reviews, 2012

Page 11: Konsep PLTS 2.4

• Global Horizontal Irradiance (GHI) adalah jumlah total radiasi gelombang pendek yang diterima dari atas pada permukaan horizontal.

• GHI adalah nilai gabungan dari Direct Normal Irradiance (DNI) dan Diffuse Horizontal Irradiance (DIF).

• DNI: jumlah radiasi yang diterima per satuan luas oleh permukaan untuk sinar yang datang dalam garis lurus dari arah matahari.

• DNI: jumlah radiasi yang diterima per satuan luas oleh permukaan yang tidak tiba pada jalur langsung dari matahari, tetapi telah tersebar oleh molekul dan partikel di atmosfer dan datang dari semua arah.

Potensi Energi Listrik PLTS di Indonesia

GHIGlobal Horizontal Irradiaton

Sumber: SolarGIS

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Estimasi GHI Indonesia ≤ 1400 sampai dengan ≥ 2200 kWh/m²

Min. GHI: 1400 kWh / m2 Max. GHI: 2200 kWh / m2

Daratan 2,691,598,000 GWh / yr 4,229,654,000 GWh / yr

Perairan 4,560,476,200 GWh / yr 7,166,462,600 GWh / yr

Total 7,252,074,200 GWh / yr 11,396,116,600 GWh / yr

Rata-Rata 9,324,095,400 GWh / yr

Energi listrik yang dijual PLN dari semua jenis pembangkit

tahun 2014:

198.601 GWh

Page 12: Konsep PLTS 2.4

Panel surya merubah sinar matahari menjadi listrik dengan memanfaatkan efek fotolistrik/fotovoltaik.

• Proses tersebut dapat berlangsung meski dalam keadaan berawan/ hujan dengan penurunan efisiensi konversi energi listrik.

• Mayoritas panel memiliki efisensi 15-19% dengan usia pakai lebih dari 25 tahun (usia ekonomis 20 tahun) dengan degradasi efisiensi ≤10%.

• PLTS menghasilkan listrik arus searah (DC) namun dapat dikonversi menjadi arus bolak-balik (AC)dengan pilihan model DC Coupling (battery based) atau AC Coupling.

• Contoh aplikasi:o Aplikasi dasar: PJU Tenaga Surya

o DC Coupling: Off-Grid (isolated / remote area)

o AC Coupling: Off-Grid / On-Grid (berinteraksi dengan jaringan PLN).

Proses Pembangkitan Listrik Teknologi Fotovoltaik (PLTS)

Sumber : PT. Hexamitra Daya Prima

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

DC Coupling

AC Coupling

Aplikasi Dasar

Listrik DC Listrik AC

Page 13: Konsep PLTS 2.4

Aplikasi lain teknologi fotofoltaik (PLTS)

Sekolah / pusat belajarFasilitas pemerintahFasilitas umumFasilitas kesehatan

Rumah ibadahPengolahan air bersihPabrik pembuat esUsaha kecil (UMKM)

Kapal laut / nelayanIrigasi / pertanianRemote surveilancePos pebatasan darat

Pos perbatasan lautPos darurat bencana… dan lain-lain

Aplikasi Teknologi Fotovoltaik (PLTS)

PLTS HibridPompa Air Tenaga Surya

PLTS Terpusat• Komunal (Off-grid)• Skala utilitas

(IPP, On-grid)

Penerangan Jalan• PJUTS (10-100 W)• Traffic light• Warning light

PLTS Tersebar• Solar Home System• Solar Kit

PLTS Telekomunikasi• Remote VSAT• BTS (Hibrid/CDC)

PLTS Rooftop• Residential• Commercial

• Efisiensi BBM

o Lahan tanah (ground-mounted)

o Lahan perairan (floating platform)

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Sumber : PT. Hexamitra Daya Prima

Page 14: Konsep PLTS 2.4

Technology FuelEfficiency Efficiency Load factor Power change Emissionsƞ2012 ƞ2035 af [kg CO₂/MWh]

Steam Biomass 0.35 0.35 0.85 1.00 0.0

Coal 0.39 0.39 0.85 0.15 342.0

Gas 0.39 0.39 0.85 1.00 201.6

Oil 0.39 0.39 0.85 1.00 273.6

Uranium 0.33 0.33 0.97 0.08 0.0

Gas turbine Gas 0.36 0.40 0.95 1.00 201.6

Oil 0.36 0.40 0.95 1.00 273.6

Diesel 0.36 0.40 0.95 1.00 266.4

Combined cycle Gas 0.42 0.60 0.87 0.30 201.6

Oil 0.42 0.60 0.87 0.30 273.6

Engine Diesel 0.35 0.35 0.95 1.00 266.4

Gas 0.30 0.30 0.95 1.00 201.6

Hydroelectric Hydro 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0

Hydroelectric small Hydro 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0

Geothermal Heat 1.00 1.00 0.92 1.00 0.0

Solar PV Insolation 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0

Wind turbine Wind onshore 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0

Wind turbine Wind offshore 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0

Perbandingan PLTS dan Pembangkit Listrik Lainnya (1)Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Perbandingan Teknis Pembangkit Listrik Skala Utilitas

Sumber : Technische Universität München, 2014

Page 15: Konsep PLTS 2.4

Perbandingan PLTS dan Pembangkit Listrik Lainnya (2)

Technology FuelInvestment costs Investment costs Fixed costs Variable costs Depreciation

2012, [US$/MW] 2035, [US$/MW] [US$/MW/yr] [US$/MW/yr] [year]

Steam Biomass 2,263,778 2,078,772 105,630 5.26 20

Coal 1,263,504 1,263,504 31,180 4.47 45

Gas 1,263,504 1,263,504 31,180 4.47 20

Oil 1,263,504 1,263,504 31,180 4.47 20

Uranium 2,948,176 2,948,176 93,280 2.14 40

Gas turbine Gas 421,168 421,168 7,040 10.37 20

Oil 421,168 421,168 7,040 10.37 20

Diesel 421,168 421,168 7,040 10.37 20

Combined cycle Gas 737,044 737,044 15,370 3.27 30

Oil 737,044 737,044 15,370 3.27 30

Engine Diesel 500,000 500,000 15,000 0.00 20

Gas 500,000 500,000 15,000 0.00 20

Hydroelectric Hydro 1,968,960 1,968,960 14,130 0.00 40

Hydroelectric small Hydro 3,137,702 3,137,702 14,130 0.00 20

Geothermal Heat 2,179,544 2,029,329 100,000 0.00 20

Solar PV Insolation 2,737,592 1,798,522 24,690 0.00 20

Wind turbine Wind onshore 1,526,734 1,488,571 39,550 0.00 20

Wind turbine Wind offshore 2,695,475 1,829,528 74,000 0.00 20

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Perbandingan Ekonomis Pembangkit Listrik Skala Utilitas

Sumber : Technische Universität München, 2014

Page 16: Konsep PLTS 2.4

12 3

Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi

Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi

Revolusi MentalKetahanan Energi Listrik

Page 17: Konsep PLTS 2.4

Pembangkitan terdistribusi (distributed generation) adalah sistem pembangkitan listrik dari banyak pembangkit.

• Pembangkitan terdistribusi dapat meminimalisir rugi-rugi energi pada transmisi listrik karena pemasangannya dekat dengan pengguna/beban.

• Kelebihan sistem ini dibanding sistem kelistrikan yang terpusat yang ada saat ini:

o Dapat beroperasi secara independen, tidak memerlukan wilayah pengoperasian yang besar dan rumit, jaringan transmisi pendek.

o Dapat menggunakan sumber energi yang ada pada kawasan yang akan dilayani.

o Unit pembangkitan dapat dibuat dalam skala utilitas maupun residensial menyesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan.

• Karena skala yang sangat beragam dapat melibatkan masyarakat luas dan pelaku bisnis untuk ikut berperan serta dalam pembangkitan.

o Merubah pola konsumtif menjadi pola produktif terhadap energi listrik.

o Mendorong penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan secara massal.

• Pelibatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang bersifat moduler, grid-ready (memang disiapkan untuk terhubung dengan jaringan listrik) dan minim perawatan PLTS.

• PLTS merupakan pilihan tepat untuk pembangkitan terdistribusi karena:

o Bersifat moduler, grid-ready dan perawatan minimal.

o Tidak membutuhkan bahan bakar karena memanfaatkan energi matahari (gratis).

o Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam operasional dan pemeliharaannya.

o Bekerja secara otomatis dan dapat dikontrol dari jarak jauh melalui jaringan internet

Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi

Page 18: Konsep PLTS 2.4

Dapat segera mengejar defisit energi khususnya di daerah perkotaan yang cukup tinggi kebutuhan energi listriknya, terutama untuk aktivitas perkantoran, bisnis dan industri.

Dengan skema tarif yang menarik dan perijinan yang dipermudah, dipastikan akan banyak pihak yang akan berpartisipasi dalam waktu cepat.

PLTS On-Grid dan Pembangkitan Terdistribusi

• Interkoneksi ke pembangkit lain melalui jaringan transmisi

• Ekspor/impor energi

PLTS Rooftop Pengatur beban

PLTS Independent Power Producer (IPP) PLTS Residensial (Perumahan)Jaringan Distribusi (TR/TM)

Interkoneksi

• Prioritas konsumsi internal• Kelebihan energi diekspor ke

jaringan (excess power)

• Tegangan menengah IPP • Tegangan rendah rooftop / residensial

• Skala utilitas• Ground-mounted / floating• Suplai energi ke jaringan TM

• Gedung/bangunan• Prioritas konsumsi internal• Kelebihan energi diekspor ke

jaringan (excess power)

• Beban aktivitas ekonomi / industri

Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi

Page 19: Konsep PLTS 2.4

Penyimpanan energi terdistribusi (distributed energy storage) adalah model penyaluran energi listrik PLTS dengan pola non jaringan distribusi.

• Penyimpanan energi terdistribusi dapat meminimalisir biaya pembangungan jaringan distribusi listrik dan rugi-rugi energi pada transmisi untuk kawasan yang dielektrifikasi karena peyimpanan energi (baterai) tidak lagi terpusat di pembangkit PLTS.

• Kelebihan model ini dibanding sistem penympanan energi (baterai) terpusat yang ada saat ini:

o Dapat menjangkau kawasan yang lebih luas, termasuk yang memiliki bentang alam menyulitkan jika menggunakan jaringan distribusi konvensional (tiang).

o Kapasitas energi tiap rumah dapat ditingkatkan jika ada peningkatan kebutuhan oleh pemiliknya dengan penambahan unit baterai.

• Karena tidak mengharuskan adanya jaringan distribusi, maka peran pemerintah setempat/masyarakat dapat diperbesar dalam pengelelolaan pembangkit.

o Mendukung aktivitas ekonomi pada siang hari di sekitar pembangkit sambil melakukan pengisian pada baterai.

o Pengelolaan pembangkit sebagai unit usaha dapat dikelola melalui BUMD, BUMDes maupun koperasi.

• Pelibatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan model pusat pengisian (charging station)baterai yang menjadi pusat penyaluran energi listrik yang telah tersimpan dalam baterai.

• Pusat pengisian merupakan pilihan tepat untuk elektrifikasi kawasan karena:

o Dapat dikelola dengan mudah karena sama dengan pola distribusi air minum / gas isi ulang.

o Penghematan jaringan distribusi (tiang) dan baterai di pembangkit dapat dialihkan untuk peningkatan kapasitas PLTS untuk mendukung aktivitas siang hari.

o Operasional dan pemerliharaan PLTS lebih sederhana karena hanya terpusat di pembangkit saja.

Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi

Page 20: Konsep PLTS 2.4

• AC Coupling – Grid-ready infrastructure• Dapat segera masuk ke grid sewaktu-

waktu jaringan PLN masuk.

• Pasar / bank • Pusat produksi / pengolahan

Konsumen ListrikJika jaringan distribusi PLN masuk, dapat merubah model charging station menjadi IPP (Independent Power Producer).

Dengan model transaksi yang dikenal masyarakat, keberlanjutan PLTS sebagai unit usaha akan lebih terjamin.

PLTS Off-Grid/Grid-Ready dan Penyimpanan Terdistribusi

Fasiltas Pemerintah / Publik Pusat Aktivitas Ekonomi

Lalu Lintas Baterai

Pusat Pengisian (Charging Station)

PLTS Terpusat

• Menggunakan inverter• Baterai diisi ulang di

pusat pengisian• Instalasi standar PLN

dan siap digunakan sewaktu-waktu jaringan PLN masuk.

• Backup baterai untuk proses pengisian• Melayani isi ulang baterai dengan pola

gas / air minum

• Jaringan distribusi digantikan dengan lalu lintas baterai.

• Konsumen membawa baterai kosong untuk diganti dengan yang sudah terisi penuh.

• Kantor pemerintahan / balai pertemuan• Sekolah / tempat ibadah• Puskesmas

Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi

Page 21: Konsep PLTS 2.4

Energi Listrik Terdistribusi dalam bentuk pembangkitan terdistribusi dan penyimpanan energi terdistribusi akan merubah mental bangsa dalam upaya pencapaian ketahanan energi listrik Indonesia.

Revolusi Mental Ketahanan Energi Listrik

Beban pemenuhan kebutuhan energi yang selama ini dipikul oleh PLN didistribusikan kepada masyarakat dan pelaku bisnis dengan insentif tarif dan kemudahan ijin.

PLN harus mulai memainkan peran menjaga kualitas energidari pembangkitan terdistribusi agar handal dan berkelanjutan.

Distribusi Beban Berat PLN

Pembangkitan terdistribusi yang melibatkan masyarakat akan merubah perilaku konsumtif energi menjadi lebih efisien karena adanya perubahan pola pikir (mindset) dari konsumen menjadi produsen listrik,

Program efisiensi energi secara otomatis berjalan dengan perubahan pola pikir tersebut.

Dari Konsumen menjadi Produsen

Penyimpanan energi terdistribusi akan merubah kesan karitatif (memberi ikan) dan mengejar rasio elektrifikasi menjadi mendukung aktivitas produktif (memberi kail).

Peningkatan kebutuhan energi masyarakat yang selama ini tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan penambahan baterai dengan biaya yang ditanggung oleh konsumen.

Dari Penerangan menjadi Produktivitas

1

2

3

Page 22: Konsep PLTS 2.4

Potensi Insentif/PendanaanTarget Nasional• Meningkatkan rasio elektrifikasi

menjadi 99% pada tahun 2020.

• Meningkatkan bauran energi dari energi terbarukan untuk listrik menjadi 23% pada tahun 2025.

• Pengurangan emisi karbon *)o 26% - 0.767 gigaton CO2 emission

reduction atas usaha sendiri(domestic effort).

o 41% - 1.189 gigaton CO2 emission reduction usaha sendiri dan dukungan global (domestic effort + international support).

Grid CO2 emission = 0.867 kgCO2/kWh

Program Akselerasi EBTKE• Wajib EBTKE pelanggan (min. 5%

dari daya tersambung), potensi 5,000 MW dari 100,000 MW, dengan solusi tercepat PLTS rooftop.

• Wajib bangun EBT 1 MW/tahun per Pemda. Potensi 34 provinsi, 514 kabupaten kota.o Potensi penambahan 514 MW/tahun,

sehingga daya tersambung 2,390 MW dapat dicapai dalam 5 (lima) tahun.

• Wajib EBT pelanggan sosial dan net metering potensi 3,537 MW.

• Wajib konversi lampu jalan dengan baterai / lampu LED yang di-charge siang hari.o Potensi 900 MW mengurangi 3,393

GWH/tahun.

• Permudah investasi EBTKE terutama PLTS oleh swasta (IPP) guna mencapai 23% target bauran energi.o Peningkatan demand PLTS

mempertajam penurunan biaya investasi teknologi fotovoltaik.

• Umur pakai sistem PLTS mencapai 25 tahun (barang modal) sepatutnya diberikan fasilitas insentif fiskal termasuk untuk pengguna individu dan korporasi (bea masuk, tax holiday dll.)

• Tradeable carbon emission credit bonds / certificates (commercial bond).

• Green fund / low interest financing facilities dana pensiun, dana abadi haji.

• Carbon credit negara donor / negara industri diberikan langsung kepada sektor industri PLTS masing-masing negara sehinggaindonesia mendapat harga PLTS lebih murah.

Program Percepatan Pembangunan Pembangkit EBT (PLTS)Revolusi Mental Ketahanan Energi Listrik

Page 23: Konsep PLTS 2.4

Referensi / Daftar Pustaka• Rencana Strategis (Renstra) Kementerian ESDM 2015-2019

• DRAFT Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2015 – 2034

• Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN 2015-2024

• Paparan Menteri ESDM pada Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan dengan BPK RI, 30 Maret 2015

• Paparan Menteri ESDM: “Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya,” 3 Agustus 2015

• Paparan Staf Ahli Menteri: Rencana Strategis Kementerian ESDM dan Percepatan Pembangunan Pembangkit 35.000 MW, 9 November 2015

• Paparan: “Hasil Pemeriksaan BPK RI terkait Infrastruktur Kelistrikan 2009-2014,” 3 Maret 2015

• Ketahanan Energi Indonesia Tahun 2014 Dewan Energi Nasional, 2014

• Outlook Energi Indonesia 2014 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2014

• Outlook Energi Indonesia 2014 Dewan Energi Nasional (DEN), 2014

• Clean Energy Handbook For Financial Service InstitutionsOtoritas Jasa Keuangan, 2014

• REthinking Energy: Towards A New Power SystemInternational Renewable Energy Agency (IRENA), 2014

• Makalah: “Memperbaiki Ketahanan Energi Indonesia: Rekonedasi Strategi dan Analisis”Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014

• Statistik PLN 2014

• Thesis: Analysis of the Power System of IndonesiaTechnische Universität München, 2014

• Mapping of solar energy potential in Indonesia using artificial neural network and geographical information systemRenewable and Sustainable Energy Reviews, 2012

• Kajian Analis Isu-isu Sektor ESDM Pusdatin Kementerian ESDM, 2012

• Kajian Supply Demand EnergiPusdatin Kementerian ESDM, 2012

• Investment Opportunities on Energy and Mineral Resources SectorKementerian ESDM, 2011

• Technical Paper: Electricity-specific emission factors for grid electricityEcometrica, 2011

• Unlocking the Sunbelt Potential of PVEuropean Photovoltaic Industry Association (EPIA), 2010

Bacaan Lebih Lanjut

Page 24: Konsep PLTS 2.4

lebih lanjut? Informasi

[email protected]