konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab5/2009-2-00082-ar bab...

27
Bab V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan mencakup pembahasan mengenai data tapak beserta rencana luas lantai pusat perbelanjaan dan apartemen yang akan dibangun, berikut penerapan topik arsitektur hemat energi pada proyek. V.1 .1 Data Proyek 1. Nama Proyek : Pusat Perbelanjaan dan Apartemen di Jakarta Barat 2. Lokasi Tapak : Slipi Jaya 3. Luas Lahan : ± 6500 m² 4. KDB : 60 % 5. KLB : 4 = 26.000 m² 6. Ketinggian Bangunan : Pusat Perbelanjaan = 3 lantai Apartemen = 8 lantai 7. Luas Lantai Perkiraan : ± 25482.78 8. Kapasitas Parkir : 80 unit parkir motor untuk pusat perbelanjaan 180 unit parkir motor untuk apartemen 75 unit parkir mobil untuk pusat perbelanjaan 156 unit parkir mobil untuk apartemen

Upload: duongcong

Post on 14-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Bab V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

V.1 Konsep Dasar Perancangan

Konsep dasar perancangan mencakup pembahasan mengenai data tapak beserta

rencana luas lantai pusat perbelanjaan dan apartemen yang akan dibangun, berikut

penerapan topik arsitektur hemat energi pada proyek.

V.1 .1 Data Proyek

1. Nama Proyek : Pusat Perbelanjaan dan Apartemen di Jakarta Barat

2. Lokasi Tapak : Slipi Jaya

3. Luas Lahan : ± 6500 m²

4. KDB : 60 %

5. KLB : 4 = 26.000 m²

6. Ketinggian Bangunan : Pusat Perbelanjaan = 3 lantai

Apartemen = 8 lantai

7. Luas Lantai Perkiraan : ± 25482.78 m²

8. Kapasitas Parkir : 80 unit parkir motor untuk pusat perbelanjaan

180 unit parkir motor untuk apartemen

75 unit parkir mobil untuk pusat perbelanjaan

156 unit parkir mobil untuk apartemen

Page 2: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.1 .2 Topik dan Tema

Pusat perbelanjaan dan aprtemen di Jakarta Barat dirancang dengan

menggunakan teori dan aplikasi arsitektur hemat energi dengan menggunakan

pendekatan iklim tropis. Pemilihan topik arsitektur hemat energi terkait makin

mahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang

memperhatikan aspek penggunaan energi, yang mengakibatkan

pembengkakkan biaya opersional bangunan. Proyek ini didesain sebagai

rancangan arsitektur yang didesain untuk meminimalkan penggunaan energi

pada bangunan.

V.2 Konsep Perancangan Lingkungan

Konsep perancangan makro terkait pembahasan yang meliputi penentuan pintu masuk

ke dalam tapak, zoning horizontal dan vertikal, dan pengolahan massa bangunan.

V.2.1 Konsep Penentuan Pintu Masuk

Pintu Masuk

Pintu Keluar

KETERANGAN:

Gambar 65: Pintu masuk dan pintu keluar

Page 3: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Pintu masuk diletakkan di tengah dan pintu keluar pada bagian utara.

Alternatif ini memberikan keuntungan, selain pintu masuk terletak di jalan

protokol yang ramai dilalui kendaraan, pengunjung atau penghuni sempat

melihat dahulu bangunan pusat perbelanjaan dan apartemen, sehingga

kemungkinan untuk terlewat menjadi minimal. Keuntungan lainnya,

konsentrasi manajemen parkir kendaraan pada satu sisi tapak. Namun ada

sedikit persoalan, yakni arah utara, letak rencana pintu keluar sering

digunakan bus unum untuk menunggu penumpang.

V.2.2 Konsep Zoning Dalam Tapak

Sisi tapak yang berhubungan dengan jalan, akan berinteraksi langsung

dengan pengunjung, sehingga area tersebut akan digunakan sebagai area

Gambar 66: Zoning horizontal pada tapak

Publik

PrivateService

Page 4: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

publik, seperti taman, plaza, maupun parkir, yang akan menghantarkan

pengunjung ke dalam bangunan pusat perbelanjaan.

Tapak bagian tengah merupakan area publik, berupa pusat perbelanjaan,

sedangkan di atasnya merupakan area privat, yakni apartemen dan bangunan

penunjang apartemen, seperti kolam renang.

Area service diletakkan di belakang yaitu sisi barat. Area barat merupakan

area yang banyak mendapat pancaran radiasi panas matahari, sehingga cocok

untuk area service.

V.3 Konsep Perancangan Programatik

V.3.1 Konsep Pengguna dan Sasaran Proyek

Sasaran proyek merupakan golongan menegah. Pengguna apartemen

lebih ke arah pengguna lajang, namun tidak menutup kemungkinan untuk

keluarga, sedangkan cakupan pasar pusat perbelanjaan merupakan peghuni

apartemen, mahasiswa, eksektif muda, pegawai kantor dan penduduk di Slipi,

Tomang, Palmerah, Kemaggisan dan sekitarnya.

Page 5: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.3.2 Konsep Hubungan Ruang Makro

Skema 11. Konsep hubungan ruang makro

Perbelanjaan

Lobby Pusat Perbelanjaan

Area Permainan

Cinema

Restauran

Food Court

Retail

Parkir

Lobby Apartemen

Lobby Lift Apartemen

Unit Hunian

Fasilitas Penunjang

service

Pengelola

KETERANGAN: Saling berhubungan dan hubungan langsung

Hubungan tidak langsung dan searah

Saling berhubungan, namun hubungan tidak langsung

ENTERANCE

Page 6: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.3.3 Konsep Hubungan Ruang Mikro

V.3.2.1 Hubungan Ruang Mikro Apartemen

Parkir

Lobby Apartemen

Lobby Lift Apartemen

Unit Hunian

Ruang Tidur

Ruang Makan

Toilet

Ruang Duduk

Koridor

Pantry

Fasilitas Penunjang Apartemen

ENTERANCE

Fire Exit

Tempat buang

sampah

KETERANGAN: Saling berhubungan dan hubungan langsung

Hubungan tidak langsung dan searah

Saling berhubungan, namun hubungan tidak langsung

Skema 12. Konsep hubungan ruang mikro apartemen

Page 7: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.3.3.2 Hubungan Ruang Mikro Pusat Perbelanjaan

Perbelanjaan

Lobby Pusat Perbelanjaan

Area Permainan

Cinema

Restauran

Food Court

Retail

Parkir

Service

Fire Exit Keluar

ENTERANCE

KETERANGAN: Saling berhubungan dan hubungan langsung

Hubungan tidak langsung dan searah

Saling berhubungan, namun hubungan tidak langsung

Skema 13. Konsep hubungan ruang mikro pusat perbelanjaan

Page 8: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.3.3.3 Hubungan Ruang Mikro Pengelola

R.Tunggu

R. Rapat R. Pimpinan

R. Pesonalia

Gudang

R. Wk. Pimpinan

Toilet

Mushola R. Administrasi

Lobby

Resepsionis

Parkiran

ENTERANCE

KETERANGAN: Saling berhubungan dan hubungan langsung

Hubungan tidak langsung dan searah

Saling berhubungan, namun hubungan tidak langsung

Skema 14. Konsep hubungan ruang mikro pusat pengelola

Page 9: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.3.3.4 Hubungan Ruang Mikro Service

Basement

R. Operator R. Security

R. M & E

Gudang

Loading Dock

ENTERANCE

R. Monitor

Toilet

Mushola

Parkiran

KETERANGAN: Saling berhubungan dan hubungan langsung

Hubungan tidak langsung dan searah

Saling berhubungan, namun hubungan tidak langsung

Skema 15. Konsep hubungan ruang mikro service

Page 10: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.3.4 Konsep Program Ruang

Program Ruang Apartemen:

No Nama Item Luas Total

1 Unit apartemen:

- 1 BR luas 30 = 14 unit

- 1 BR luas 32 = 78 unit

- 2 BR luas 48 = 122 unit

- 3 BR luas 64 = 32 unit

10820 m²

2 Fasilitas Penunjang:

- Koridor & sirkulasi

-Laundry komunal

-Fitness area

-Lobby

-R.Ganti

-Retail Laundry

-Mini market

-Café Makanan

2457.6 m²

13277.6 m²

Tabel 33. Rekapitulasi program ruang apartemen

Page 11: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Program ruang pengelola

No Nama Item Luas Total

1 Kantor Pengelola:

R. Receptionis

R.Tunggu

R.Pimpinan

R.Wk. Pimpinan

R.Sekretaris

R.Rapat

R.Pemasaran

R.Administarsi

R.Personalia

R.Operator

R.Monitor

R.Security

Gudang

Pantry

Toilet

351.6 m²

351.6 m²

Tabel 34. Rekapitulasi program ruang pengelola

Page 12: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Program ruang pusat perbelanjaan:

Nama Kebutuhan Luas Total Pusat

perbelanjaan (m²)

- Fasilitas umum

- Fasilitas pusat perbelanjaan

- Fasilitas food & drink

- Fasilitas service

1593.24 m²

5292 m²

1544.4 m²

327.6 m²

8344.18 m²

Maka, rekapitulasi program ruang bangunan keseluruhan adalah

Nama Kebutuhan Luas Total (m²)

1. Pusat perbelanjaan 8344.18 m²

2. Apartemen 13277 m²

3. Pengelola 351.6 m²

4. Semi Besement 3510 m²

25482.78 m²

Tabel 36. Rekapitulasi program ruang bangunan keseluruhan

Tabel 35. Rekapitulasi program Pusat Perbelanjaan

Page 13: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.5 Konsep Perancangan Bangunan

V.5.1 Konsep Massa Bangunan

Pada perancangan pusat perbelanjaan dan apartemen, pola massa

bangunan yang dipilih adalah pola massa bangunan tunggal dengan

pertimbangan lahan yang sempit dan proyek akan menggabungkan fungsi

pusat perbelanjaaan dan apartemen dalam satu bangunan ( mix-use building).

Bentuk dasar dipilih untuk mengunakan podium dan slab dengan

pertimbangan lahan yang terbatas, namun jumlah unit hunian pada apartemen

yang dinginkan banyak. Pada pusat perbelanjaan mayoritas akan

menggunakan bentuk dasar segiempat, namun akan dikombinasikan dengan

bentuk segitiga atau lingkaran, contoh : pada lobby/atrium, dengan

mempertimbangkan untuk memberikan kesan agar menarik dan tidak bosan.

Apartemen akan menggunakan bentuk dasar segiempat dengan pertimbangan

efektifitas ruang.

V.5.2 Konsep Zoning Horizontal Bangunan dan Sirkulasi Pada Tapak

Zoningan horizontal bermanfaat membantu dalam mengelompokkan

ruang dalam bangunan. Penzoningan bangunan memudahkan peletakkan

ruang yang bertujuan memperjelas area publik, privat, service yang tentunya

membedakan siapa saja yang boleh mengakses atau menggunakan area

tersebut. Zoningan horizontal juga digunakan untuk menentukan tata guna

lahan pada bangunan dan di sirkulasi di dalam tapak.

Page 14: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

V.5.3 Konsep Zoning Vertikal

KETERANGAN:

Sirkulasi pejalan kaki

Sirkulasi service

Sirkulasi kendaraan

Parkir ke basement

Gambar 67. Sketsa zoning horizontal bangunan dan sirkulasi di dalam tapak

Side enterance

plaza

Lobby utama

Retail

Core Apt

IN

OUT

IN/OUT service

Side enterance

IN Apt

OUT

Gambar 68. Zoning vertikal

Apartemen.

Restoran & food court

Basement

Semi Basement

Dept. store & retail

Supermarket & retail

Core Apt

Page 15: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Dari analisa kegiatan dan zoning horizontal, maka zoning vertikal dapat

terlihat. Massa yang berwarna kuning merupakan pusat perbelanjaan. Massa

yang berwarna biru merupakan apartemen. Massa yang berwarna abu-

abuadalah area service, (area service pusat perbelanjaan dan parkir), yang

memiliki akses dengan pusat perbelanjaan dan apartemen. Akses dengan pusat

perbelanjaan dengan gedung parkir merupakan akses langsung, sedangkan

akses gedung parkir dengan apartemen merupakan akses tidak langsung,

sehingga harus ada pemisahan, berupa ruang perantara, seperti lobby

apartemen, untuk menjamin keamanan dan privasi penghuni apartemen.

Fasilitas penujuang apartemen diletakkan diantara massa bangunan apartemen

agar mudah diakses oleh penghuni

V.5.4 Konsep Gubahan Massa Bangunan

Pembentukkan gubahan massa bangunan berawal dari analisa dan

penguasaan karakteristik tapak. Ukuran tapak di tiap sisi-sisinya hampir sama

panjang, sehingga tapak termasuk ke dalam bentuk segiempat. Sisi bangunan

yang lebih panjang diarahkan ke arah utara dan selatan untuk meminimalkan

dampak pancaran radiasi panas matahari.

Gambar 69. Pengorientasian massa bangunan ke utara selatan

Page 16: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Gubahan massa yang dipilih untuk menggunakan podium dan expanded tower

plan, dengan pertimbangan lahan yang terbatas, namun jumlah unit hunian

pada apartemen yang dinginkan banyak, koridor membutuhkan pengudaraan

alami (cross ventilasi) untuk penghematan energi, serta pilihan view yang

diinginkan relatif lebih banyak.

Apartemen terdiri dari 2 massa bangunan dengan tujuan memberikan

ruang bagi pergerakkan angin di celah antar massa bangunan. Tapak diolah

dengan membentuk ruang luar. Pada tapak diberikan barrier berupa pohon

untuk meredam kebisingan dari mesin kendaraan bermotor.

Gambar 71. Gubahan dasar massa bangunan

Gambar 70. Penambahan bangunan

Page 17: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Gambar 72. Sketsa selubung bangunan fasad selatan dan timur

Gambar 73. Sketsa selubung bangunan fasad barat dan utara

V.5.5 Konsep Selubung dan Fasad Bangunan

Selubung bangunan yang paling cocok untuk digunakan terkait topik

hemat energi pada bangunan pusat perbelanjaan dan apartemen adalah

kombinasi sirip vertikal dan horizontal. Pada fasad yang mengahadap Barat

dan Utara, panjang sirip akan lebih panjang dari fasad yang menghadap ke

Utara dan Timur, serta akan ditambahkan kisi-kisi.

V.5.5 Konsep Kebutuhan Parkir

Rencananya, Pusat perbelanjaan dan apartemen akan memiliki 231 unit

parkir mobil dan 260 unit parkir motor. Maka, lahan yang harus disediakan

untuk parkir mobil adalah 8085 m² dan untuk parkir motor 522 m², sehingga

kebutuhan parkir mobil dan motor adalah 8607 m², yang akan diakomodir di

semi besenment dan 3 lapis basement.

V.5.6 Konsep Sirkulasi Vertikal

Pada apartemen menggunakan 1 tipe sirkulasi vertikal, yaitu lift

dengan pertimbangan dapat menggantikan fungsi tangga untuk

Page 18: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

menghantarkan manusia ke tempat yang tinggi dengan cepat. Pada pusat

perbelanjaan akan mengunaakan lift dan ekskalator dan tata letak

penyusunan ekskalor yang digunakan adalah sejajar berputar

V.5.7 Konsep Modul Bangunan

Modul bangunan terkait dengan besaran modul ruangan dan

penggunaan struktur. Penggunaan modul struktur yang tepat dapat

menghemat penggunaan material meningkatkan efektifitas ruangan pada

bangunan. Modul yang akan digunakan mengikuti parkir mobil di basement

yang akan berkaitan dengan jarak kolom srtuktur bangunan.

V.5.8 Konsep Struktur dan Material Bangunan

Pada pusat perbelanjaan dan apartemen, jenis sub-structure yang dipilih

adalah pondasi tiang pancang, dengan pertimbangan efisien dan kekuatan

lebih terjamin daripada jenis lain, sedangkan jenis upper stucture, untuk

kolom, balok dan plat lantai menggunakan beton bertulang.

V.5.9 Konsep Sistem Pencahayaan

Berkaitan dengan topik hemat energi, maka pada pusat perbelanjaaan

akan menggunakan sistem pencahayaan buatan dengan menggunakan lampu

fluroresen. Pada apartemen akan menggunakan sistem pencahayaan buatan

dengan menggunakan lampu hemat energi dan menggunakan pencahayaan

Page 19: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

alami pada area yang kurang ada aktivitasnya, seperti koridor untuk

menghemat penggunaan energi.

V.5.10 Konsep Sistem Pengudaraan

Berkaitan dengan topik hemat energi, maka pada pusat perbelanjaaan

akan menggunakan sistem tata udara terpusat dengan pengendalian volume

tata udara tidak tetap dan sistem yang dipakai adalah sistem zona ganda. Pada

apartemen akan menggunakan sistem tata udara langsung. Jenis unit AC yang

digunakan pada pusat perbelanjaan adalah AC sentral dengan pertimbangan,

mudah dikontrol dan didistribusikan. Pada Apartemen akan menggunakan

jenis AC split, dengan pertimbangan penggunaan AC dapat dikontrol oleh

penghuni.

V.5.11 Konsep Sistem Utilitas Bangunan

1. Sistem Instalasi Air

- Penyediaan Air Bersih

unit unit

unit

unit

unit

unit

unit unit

unit

unit unit

unit

Gambar 74. Sketsa pengudaraan alami pada koridor apartemen

Page 20: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Penyediaan air bersih yang utama berasal dari PDAM yang

ditampung di reservior bawah, kemudian dipompa ke reservoir

atsuntuk disalurkan ke ruang yang membutuhkan.

- Pengolahan Limbah

Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk diolah dan setelah

itu akan di resapkan, dan dibuang ke riol kota. Air hujan disalurkan ke

sumur resapan. Limbah cair dari bangunan seperti dari toilet, dapur,

wastafel akan disalurkan ke penampungan untuk di treatment untuk

diolah dan didaur ulang, sehingga dapat digunakan untuk flushing

toilet dan menyiram tanaman.

2. Sistem Instalasi Listrik

Penyediaan listrik pada bangunan diperoleh dari PLN, yang akan dialirkan ke

gardu/ trafo yang kemudian dialirkan ke ruang panel utama yang akan dibagi

ke panel cabang dan ruang. Untuk antisipasi aliran listrik terputus dari PLN,

maka aliran listrik yang digunakan berasal dari genset.

Page 21: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

3. Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang dipilih adalah penangkal petir sistem Thomas

dengan pertimbangan penangkal petir sistem Thomas mempunyai jangkauan

perlindungan bangunan yang lebih luas dengan tiang penangkap petir dan

sistem pembumiannya.

4. Sistem Penangulangan Kebakaran

Sistem penanggulangan bahaya kebakaran terbagi menjadi 2, yakni

sistem pencegahan dan penanggulangan secara pasif dan aktif.

Sistem pencegahan dan penangulangan secara pasif

• Konstruksi Tahan Api

PLN

GARDU LISTRIK

METERAN

TRAFO GENSET

Skema16. Sistem instalasi listrik

PANEL PUSAT PERBELANJAAN

PANEL APARTEMEN

Page 22: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai,

dan atap unutk dapat menahan api di dalam atau kompartemen, paling tidak

konstruksi tahan api mampu melindungi penghuni dalam bangunan dalam

waktu minimal 2 jam.

• Koridor dan Jalan Keluar

Koridor dan jalan keluar dilengkapi dengan tanda (EXIT atau KELUAR)

yang menunjukkan arah dan lokasi pintu keluar harus ditempatkan pada

setiap lokasi dimana pintu keluar terdekat.

a. Tangga Darurat

Pada saat terjadi kebakaran, tangga kedap api/ asap merupakan tempat yang

paling aman dan harus bebas dari panas dan beracun. Ruang tangga darurat

memiliki tekanan yang diaktifkan pada saat terjadi kebakaran. Pengisian

ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif akam mencegah

menjalarnya asap ke dalam ruang tangga.

b. Pengendalian Asap

Gambar 75. Standar tangga kebakaran

Page 23: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Ruang luas seperti pada pusat perbelanjaaan, mall, bioskop berpeluang

untuk menghasilkan timbunan asap dan panas pada waktu kebakaran. Pada

situasi ini, asap dapat menjalar secara horizontal , menghalangi pemadam

kebakaran dan asap panas dapat menimbulkan titik api baru dan mengurangi

efektivutas springkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran asap secara

horizontal dalam bangunan, perlu dipasang tirai penghalang asap.

Sistem pencegahan dan penangulangan secara aktif

c. Alat Peringatan Dini (Detector)

Deteksi kebakaran dapat dilakukan dengan 4 alat, yaitu heat detector, flame

detector, smoke detector dan ionisasi detector. Ketika alat tersebut

mendeteksi asap (smoke detector), panas (heat detector), ataupun lidah api

(flame detector), alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system

dan mengaktifkan springkler terdekat dengan titik yang terdeteksi.

Sedangkan ionisasi detector berfungsi memberikan peringatan dini jika

terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadi kebakaran.

Gambar 76. Tirai asap

Page 24: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

d. Sistem Panggil Manual

Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi

konvensional (telepon) terputus, karena itu dibutuhkan sistem komunikasi

cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil

manual terletak dekat dengan tangga kebakaran.

e. Sistem Hidran dan Selang Kebakaran

Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat terjadi kebakaran.

Berdasarkan lokasi penempatannya hidran kebakaran terbagi manjadi 3,

yakni:

- Hidran bangunan (Kotak Hidran- Box Hydran)

Lokasi dan jumlah hidran dalam bangunan diperlukan untuk

menentukan kapaistas pompa yang digunakan untuk

menyemprotkan air. Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter

satu dengan yang lainnya karena panjang selang kebakaran dalam

kotak hidran adalah 30 meter ditambah 5 meter jarak semprotan

air. Hidran dan selang kebakaran harus diletakkan di tempat yang

mudah terjangkau dan relatif aman dan pada umunya diletakkna di

dekat pintu darurat.

Gambar 77. Jenis-jenis detektor

Page 25: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

- Hidran halaman

Hidran ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari

api dan penyaluran pasokkan air ke dalam bangunan dilakukan

melalui katup 'Siamese'.

- Hidran Kota

Hidran kota memiliki bentuk yang sama dengan hidran halaman,

tetapi mempunyai dua atau tiga lubang unutk selang kebakaran.

f. Sistem Springkler

Gambar 78. Kotak hidran

Gambar 79. Hidran halaman dan katup Siamese

Page 26: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

Springkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan jaringan

pipa air bertekanan tinggi. Kepala springkler dirancang untuk berfungsi jika

panas telah mencapai suhu tertentu (umumnya 68ºC) dan air akan muncrat

pada radius sekitar 3,5 meter.

g. Sistem Lampu Darurat

Sistem lampu darurat berguna di saat aliran listrik dalam gedung terputus.

Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur evakuasi yang aman.

Biasanya lampu darurat menggunkan bahan dasar fosfor yang mampu

menyala tanpa aliran listrik dalam waktu tertentu.

5. Sistem Tanda Bahaya (Alarm System)

Sistem tanda bahaya terbagi atas 2 kelompok, yaitu tanda bahaya untuk

keadaan darurat terkait keamanan bangunan, seperti kebakaran dan terkait

Gambar 80. Sprinkler

Page 27: konsep perancangan ok - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab5/2009-2-00082-AR Bab 5.pdfmahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang memperhatikan aspek penggunaan

keamanan penghuni dan harta benda yanag ada dalam bangunan untuk

mengantisipasi kejahatan.

Sebagai alat pemberi tanda pada saat kebakaran, sistem tanda bahaya

dihubungkan dengan panel induk dalam ruang pengendali kebakaran, dan sub-

panelnya dipasang tiap lantai, berdekatan dengan kotak hidran. Pengoperasian

bisa secara manual dengan memecahkan kaca tombol saklar tanda bahaya atau

bekerja secara otomatis dengan menghubungkan dengan sistem detektor.

Untuk memudahkan pemantauan dan menjamin keamanan pusat

perbelanjaan dan apartemen, maka akan menggunakan kamera CCTV (close

circuit television). Dengan adanya CCTV, pemantauan dapat dilakukan 24 jam

dan bila terjadi tindakkan kejahatan, rekaman televisi dapat ditayangkan

ulang, lengkap dengan waktu kejadiannya.

Gambar 81. Diagram sistem tanda bahaya kebakaran