konsep pendidikan smk dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Surabaya dengan kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan merupakan barometer bagi
kawasan Jawa Timur khususnya, dan Indonesia Timur umumnya. Kekuatan ekonomi
Surabaya dengan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama
ekonomi serta memberikan kontribusi yang paling besar dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa
Timur.
Tingginya tingkat pengangguran di kota ini tentu tidak lepas dari masalah pertumbuhan
penduduk yang didorong oleh arus urbanisasi. Upaya penciptaan lapangan kerja dengan
mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata selalu diimbangi oleh meningkatnya daya tarik
Surabaya bagi penduduk disekitarnya. Sehingga masalah urbanisasi merupakan kondisi yang
sulit dihindari dan menambah angka pengangguran. Dengan adanya pertumbuhan sektor
ekonomi serta banyaknya pencari kerja dari tamatan SMK setiap tahun, hendaknya menjadi
acuan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara proporsional, agar
mampu mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa terjadi gap antara ketersediaan tenaga kerja
tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan bahwa pendidikan SMK
di Kota Surabaya, perlu mengambil peran aktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja
sesuai dengan potensi wilayah untuk masa yang akan datang. Sehingga diperlukan adanya
penelitian untuk menyusun konsep peningkatan potensi wilayah dalam mengantisipasi
kebutuhan pasar kerja melalui pendidikan SMK yang dapat mendukung potensi wilayah di
Surabaya.
1
B. PERMASALAHAN
Permasalahan dalam penelitian ini adalah terjadinya gap antara ketersediaan tenaga kerja
tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya. Sehingga muncul pertanyaan
penelitian :
1. Faktor - faktor apa yang menyebabkan tenaga kerja tamatan SMK tidak terserap oleh
pasar kerja di Surabaya?
2. Konsep apa yang tepat bagi pendidikan SMK dalam mengantisipasi pasar kerja untuk
mendukung potensi wilayah di Surabaya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsep pendidikan SMK dalam
mengantisipasi pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan
sasarannya :
1. Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab ketidak terserapan tenaga kerja tamatan
SMK oleh pasar kerja di Kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dalam rangka
peningkatan potensi wilayah kota Surabaya.
3. Merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja
untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Kota Surabaya.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita, sehingga persentase
pertambahannya harus lebih tinggi dari pertambahan penduduk. (Boediono dalam
Tarigan, 2005).
Salah satu konsep yang biasa dipakai dalam membicarakan pendapatan regional/nilai
tambah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana menggambarkan
jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut.
Pendapatan per kapita juga merupakan tolok ukur keberhasilan sektor-sektor ekonomi
dalam suatu wilayah, karena pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah
dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama. (Tarigan, 2005).
Menurut Nugroho, 2005, berdasarkan pendekatan penawaran dirumuskan bahwa
hubungan antara hasil ekonomi wilayah dan ketersediaan sumber-sumber daya lokal yang
mempengaruhi produktifitas wilayah, diantaranya modal, lahan, tenaga kerja,
kewirausahaan dll. Sedangkan berdasarkan pendekatan permintaan, pertumbuhan
ekonomi wilayah terjadi sebagai akibat adanya permintaan barang dan jasa tertentu oleh
suatu wilayah, sehingga menggerakkan potensi dan sistem produksi lokal yang akan
memberikan pertumbuhan ekonomi bagi wilayah tersebut.
B. MANAJEMEN SDM DAN KETENAGAKERJAAN
Proyeksi kebutuhan SDM dipengaruhi oleh keseimbangan antara permintaan dan
penawaran tenaga kerja, serta adanya perubahan dan kecenderungan perkembangan
teknologi. Permintaan SDM pada waktu yang akan datang merupakan inti dari kegiatan
perencanaan ketenagakerjaan, dengan pertimbangan identifikasi lowongan pekerjaan dan
bagaimana mengisi lowongan tersebut. Sedangkan penawaran dapat dilihat dari dunia
kerja yang memberi kesempatan pada tenaga kerja, sehingga keduanya merupakan faktor
3
utama yang akan mempengaruhi proyeksi kondisi pasar kerja. (Sumarsono, 2003).
Banyak negara menggunakan manpower-planning (Blaug, 1970 dalam Tarigan, 2005)
untuk menghubungkan luaran ekonomi, kebutuhan tenaga kerja dan persyaratan lembaga
pendidikan. Usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan
dengan kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan
kejuruan yang didukung oleh semua pihak. Salah satu cara adalah dengan mengadakan
penelusuran alumni.
C. PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN
Konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang mengutamakan keterkaitan
lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Apabila dikaji dari semakin
membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan untuk mempertemukan antara
dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Dalam menyusun konsep perlu
diperhatikan struktur pendidikan, komposisi usia penduduk dan ketenagakerjaan yang
dapat digambarkan pada Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1 Struktur Pendidikan dan Ketenagakerjaan (Usman, 2006)
4
D. KEBIJAKAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, program pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya mewujudkan kondisi
yang diharapkan, dan difokuskan pada tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu : pemerataan
dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran
pendidikan; serta peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik tentang
pengelolaan pendidikan.
Selanjutnya dikatakan bahwa SMK harus melaksanakan uji kompetensi, karena
merupakan kunci dari sistem diklat kejuruan dengan pola CBT (Competency Based
Training), dimana prosesnya akan ditetapkan oleh Badan Nasional Standarisasi Profesi
(BNSP) dan dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Uji kompetensi
dimaksudkan untuk membantu dunia usaha/industri dalam merekrut dan mempromosi-
kan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya dan memacu
peningkatan kompetensi yang bersangkutan.
Untuk itu SMK harus melakukan reposisi sebagai upaya penataan kembali konsep,
perencanaan dan implementasi pendidikan kejuruan dalam rangka peningkatan mutu
sumberdaya manusia yang mengacu pada kecenderungan (trend) kebutuhan pasar kerja,
baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun internasional. (Gatot HP : dalam
Supriadi, 2002).
E. SEKOLAH KEJURUAN DI LUAR NEGERI
Sebuah sistem yang disebut dengan istilah dual system, dimana secara formal tidak
mempunyai persyaratan resmi, baik secara hukum maupun tingkat pendidikan/sekolah,
tetapi keberadaannya dapat memberikan sertifikasi kompetensi pada suatu pekerjaan
yang bersifat formal. Pada kenyataannya, peluang untuk mendapat pengakuan, dan
banyaknya masyarakat yang masuk/mengikuti, karena dipastikan dapat bekerja,
tergantung pada pre-qualification, karena sistem ini merupakan gabungan antara learning
and working, yang menyediakan materi kejuruan untuk mengajarkan teori dan praktek.
5
Dual system pada dasarnya adalah konsep belajar dan bekerja, dimana pelatihan
pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokan qualifikasi dan kompetensi untuk
proses yang berhubungan dengan bekerja. Vocational training harus bisa membagun
jembatan untuk pelatihan lanjutan. Gambaran tentang dual system di Jerman dapat dilihat
dalam Gambar 2 :
Gambar 2. Basic elements of dual system (Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)
Banyak perusahaan bersedia bekerjasana dalam program ini, karena mempunyai beberapa
alasan dan keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaannya
dinyatakan sebagai lembaga yang memberi pertimbangan untuk “offering training” atau
penawaran pelatihan, yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan. Diperkirakan
sekitar 94% perusahaan menawarkan program ini, dengan mengajak beberapa praktisi
secara langsung dapat memperoleh hasilnya di company. Ini penting karena pelatihan
didalam perusahaan dapat meningkatkan kemampuan sosial dan karakteristik personal
yang selalu dibutuhkan oleh para pekerja di perusahaan. Selain itu berfungsi untuk
membantu promosi perusahaan terhadap para konsumennya.
Karena ada tanggungjawab bersama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, maka
kurikulum sekolah kejuruan dengan dual system ini masing-masing mempunyai fasilitas
6
pelatihan tersendiri, sehingga dapat melakukan pelatihan kejuruan di kedua tempat yang
berbeda. Lihat Gambar 3.
Gambar 3. Vocational School Curricula(Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)
Kerja sama dalam dual system ini diatur secara legal pada semua level (Federal
Government, Länder, region, training location) dan ini telah dijamin cukup sukses serta
merupakan panduan dan koordinasi antar menteri di tingkat federal seperti the Federal
Ministry of Education dan Research. Mereka memberi semangat khususnya dengan
mempromosikan hubungan antara sekolah dan perusahaan vocational training pada level
regional, untuk otonomi daerah yang berkaitan dengan ekonomi, khususnya dunia
industri, perdagangan dan kerajinan.
Mereka juga sepakat membiayai registrasi pelatihan dan menetapkan team penguji untuk
ujian sisipan dan ujian akhir di vocational training dan further training (pelatihan
lanjutan). Lebih jauh, wacana untuk aturan perorangan, wewenangnya diberikan untuk
melakukan pengawasan dibawah Vocational Training Act and Handicrafts Regulation
Act. Tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 4.
7
Gambar 4. Responsibilities within the dual system (Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)
Selain Jerman, salah satu Negara di Asia yang telah berhasil menerapkan dual system
adalah Vocational Technical Education (VTE) di Singapore, suatu sistim yang
mempunyai peranan penting dibidang sosial dan ekonomi. Dan yang paling utama adalah
bagaimana memastikan hubungan ini dengan kemampuan yang dimiliki serta nilai
ekonominya.
Pemerintah Singapura telah menanam investasi cukup besar di bidang pendidikan dan
pelatihan, selain di universitas dan politeknik, terutama pendidikan teknis dan kejuruan di
bawah ITE. Lihat Gambar 5.
Gambar 5. Phases of Singapore’s Development(Sumber : Institute of Technical Education, 2003)
8
Singapore telah mengadakan restrukturisasi ekonomi yang mempunyai dampak langsung
pada kemampuan pekerja yang ada. Harapannya adalah para pekerja dapat memiliki
pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan yang cukup dengan menyajikan sistem
pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan mutu dan memperoleh
kualifikasi keterampilan teknis dengan sistem latihan dalam bidang industri serta
diperkenalkan sistem yang dibentuk sesuai dengan pola Dual System.
F. SISTEM MANAJEMEN
Berdasarkan kajian teori tentang sistem manajemen pada lembaga pendidikan dalam
jurnal pendidikan (Slamet PH, 2000) disebutkan bahwa sekolah sebagai sistem, secara
universal memiliki tiga komponen yaitu :
1. Input adalah segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
sebuah proses yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, manajemen dan sumberdaya.
2. Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain meliputi proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
pemotifasian semua komponen, koordinasi, belajar mengajar serta monitoring dan
evaluasi.
3. Output adalah suatu hasil yang dapat dijamin kepastian hasil, meliputi kinerja yang
dapat diukur dari efektifitas, kualitas, produktifitas, efisiensi, inovasi, kualitas
kehidupan kerjanya, nilai surplus dan moral kerjanya.
Unsur-unsur pembentuk sistem yang kurang lengkap akan berakibat tidak adanya
jaminan kepastian tentang hasil (output) pendidikan. Sistem yang lengkap dapat
digambarkan sebagai berikut :
9
Gambar 6. Sistem kinerja SMK (diolah)
Pendekatan sistem dalam organisasi memandang bahwa organisasi sebagai suatu
kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berinteraksi, berkorelasi
dan berdependensi sebagai suatu keseluruhan untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien. Titik berat teori pendekatan sistem adalah memandang sebuah organisasi
sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. (Usman, 2006).
Menurut Dobson dan Swafford, 1980 dalam Danim (2004), untuk menyusun konsep
kesesuaian pendidikan dengan dunia kerja, lembaga sekolah didorong menjadi
penghasil tenaga kerja terampil dan spesialis dibidangnya. Selanjutnya dikatakan
bahwa usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan dengan
kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan kejuruan
yang didukung oleh semua kalangan.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. ALUR PENELITIAN
Dalam metoda penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan penelitian dan jenis
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis, variabel penelitian, tahapan
penelitian dan hasil penelitian.
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka secara sistematis dapat dilihat dalam
Gambar 3.1 tentang alur penelitian sebagai berikut :
11
Gambar 3.1. Alur Penelitian
12
Berdasarkan jenis data di lapangan, maka teknik analisis yang relevan dengan proses
identifikasi faktor–faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan
kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja serta untuk merumuskan konsep
pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung
peningkatan potensi wilayah di Surabaya menggunakan 3 (tiga) teknik analisis :
B. METODE ANALISIS STAKEHOLDERS
Analisis yang digunakan dalam penentuan responden adalah analisis stakeholders,
dimana pemilihannya berdasarkan kapasitas dan kompetensinya di dalam lingkup
pendidikan, perdagangan, perhotelan dan restoran, SDM dan ketenagakerjaan, potensi
wilayah yang terkait antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
C. METODE ANALISIS DELPHI
Alasan digunakan teknik analisis Delphi adalah untuk mengolah data kualitatif yang
diperoleh dari para expert melalui kuestioner dan wawancara yang mempunyai
tingkat validasi tinggi karena dilakukan oleh para ahli serta melalui iterasi minimal
dua atau tiga kali. Pengertian dasar teknik delphi merupakan teknik “expert opinion
polling” dan merupakan prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh dan
membuat opini tentang peristiwa di masa depan. Secara jelasnya teknik dan tahapan
analisis dapat dijelaskan pada Gambar 3.2. dibawah ini :
13
Gambar 3.2. Tahapan Analisis Delphi
D. METODE AHP
Analytic Hirarchy Process (AHP) adalah merupakan salah satu metode yang
membantu dalam masalah pengambilan keputusan serta untuk menentukan skala
prioritas dalam penyusunan konsep. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan
masalah pengambilan keputusan yang memerlukan multikriteria.
Setelah faktor-faktor penyebab ketidakterserap-an tenaga kerja tamatan SMK dan
kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dapat diidentifikasi, maka variabel
penelitian tersebut disusun dalam bentuk instrumen dan dimintakan penilaian atau
pendapat kepada responden, untuk menyusun struktur hierarki guna merumuskan
konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk
mendukung potensi wilayah di Surabaya.
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. HASIL ANALISA STAKEHOLDERS
Wawancara dan kuesioner dalam penelitian ini melibatkan beberapa expert untuk
dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, baik secara individu, kelompok
maupun kelembagaan. Adapun hasil identifikasi dan pengelompokan expert dengan
analisis stakeholders menurut kepentingan dan pengaruh terhadap perumusan konsep.
Dari hasil pemetaan stakeholders tersebut, maka ditemukan beberapa kelompok
instansi yang sangat berpengaruh (Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan
Propinsi Jawa Timur, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perdagangan dan Perindustrian,
Dinas Pariwisata dan DPRD Kota Surabaya) serta yang sangat berpengaruh sekali
(Dinas Pendidikan, Pihak dunia kerja dan SMK yang ada di Surabaya) dalam
merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja
untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya.
B. HASIL ANALISA DELPHI
Berdasarkan hasil analisa, teridentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakterserapan
tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya antara lain :
a. Kondisi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja
tamatan SMK, baik secara kuantitas maupun kualitas.
b. Banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
c. Sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja tamatan SMK belum dapat dipakai
sebagai tolok ukur untuk dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.
d. Dinamika penduduk kota Surabaya sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
wilayah, terutama masalah urbanisasi.
15
e. Tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya belum memenuhi standar kompetensi
dunia kerja.
f. Belum ada tanggung jawab dan koordinasi bersama antara dunia kerja dengan
dunia pendidikan, sehingga menimbulkan dampak ketidaksiapan dalam memasuki
dunia kerja.
g. Kompetensi tenaga pendidik sebagian besar SMK di Surabaya belum memenuhi
standar kualifikasi yang dibutuhkan sebagai trainer.
h. Sistem penilaian yang dilaksanakan masih belum sesuai dengan kondisi prosedur
kerja.
i. Adanya gap yang cukup tinggi antara pemahaman, proses dan hasil dari sistem uji
kompetensi pada dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Adapun kompetensi tenaga kerja tamatan SMK yang dibutuhkan oleh pasar kerja di
surabaya adalah, tenaga kerja yang berkualitas, siap pakai dan dapat memenuhi
standar kompetensi serta mempunyai skills sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,
memiliki sertifikat hasil dari uji kompetensi dengan standar dunia kerja serta memiliki
sertifikat kompetensi tingkat nasional/ internasional.
C. HASIL ANALISA AHP
Berdasarkan hasil eksplorasi pendapat para expert dan observasi di lapangan
menunjukkan bahwa pendidikan kita selama ini kurang dijiwai oleh “berfikir sistem”,
sehingga tidak berwawasan multidisiplin, interdisiplin dan lintas disiplin.
Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, maka dilakukan penghitungan pembobotan
dari 15 responden tersebut, untuk mendapatkan nilai eigenvector. Selanjutnya
dinormalisasi hingga mendapatkan nilai CI dan CR <0.1. Dan hasilnya digunakan
untuk mencari matriks gabungan, sampai mencapai tujuan berdasarkan pendapat para
expert. yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 :
16
Gambar 4.1. Hasil keputusan dengan skala prioritas
Berdasarkan hasil perhitungan uji konsistensi, perbandingan berpasangan pada level 1
diperoleh nilai λmax = 5.29, CI = 0.07 dan CR = 0.07, maka matriks perbandingan
dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Adapun nilai pembobotan antar faktor
melalui matriks perbandingan berpasangan dan matriks pembobotan gabungan,
didapat suatu hirarki tingkat kepentingan berdasarkan nilai masing-masing faktor yang
menjadi pertimbangan dan berdasarkan tingkat kepentingan semua pihak dengan
asumsi semakin kecil nilai bobot, semakin signifikan dalam pengaruhnya terhadap
faktor yang bersangkutan, dan nilai bobot perbandingannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Nilai bobot perbandingan antar aspek / kondisi yang berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
No. Kondisi/Aspek Bobot
A Input 0.2367
B Proses Internal 0.3575
C Proses Eksternal 0.2433
D Pasar Kerja 0.0947
E Prospek Ekonomi 0.0678
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
17
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Input
Proses Internal
Proses Eksternal
Pasar Kerja
Prospek Ekonomi
Gambar 6. Perbandingan antar aspek / kondisi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung
potensi wilayah
Gambar 4.2. Perbandingan antar aspek
Berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot perbandingan antar aspek / kondisi yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah,
maka prospek ekonomi mempunyai nilai bobot 0.0678 atau memberi kontribusi
sebesar 6,78 %, yang berarti prospek ekonomi merupakan aspek yang paling penting
dalam menentukan perumusan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi
kebutuhan pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan
aspek pasar kerja dengan nilai bobot 0.0947 atau dengan kontribusi sebesar 9,47%
menduduki urutan kedua, dengan asumsi bahwa kebutuhan pasar kerja harus lebih
diutamakan dari pada aspek input (23,67%), proses internal (35,75%) dan proses
eksternal (24,33%), dengan demikian harapan para stakeholders agar tenaga kerja
tamatan SMK siap memasuki lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja
benar-benar dapat terwujud.
Tabel 4.2. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Input yang berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
No. Sub faktor Bobot
G Jumlah Penduduk 0.2716
H Komposisi Usia Penduduk 0.3451
I Urbanisasi 0.1729
J Minat Masyarakat terhadap SMK 0.2104
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
18
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
J umlah Penduduk
Komposisi Usia
Penduduk
Urbanisasi
Minat Masyarakat
terhadap SMK
Gambar 7. Perbandingan sub faktor dari aspek Input yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam
mendukung potensi wilayah
Gambar 4.3. Perbandingan antar aspek
Pada level 2 pada aspek input, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax =
4.19, CI = 0.06 dan CR = 0.07, dengan demikian matriks perbandingan dapat diterima
dan dinyatakan konsisten. Sedangkan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek
Input yang berpengaruh adalah faktor urbanisasi mempunyai nilai bobot 0.1729 atau
memberi kontribusi sebesar 17,29 %, berarti mempunyai pengaruh yang sangat
penting dalam mendukung potensi wilayah Surabaya. Sedang faktor minat masyarakat
terhadap SMK dengan nilai bobot 0.2104 atau dengan kontribusi sebesar 21,04 %
merupakan faktor kedua, sehubungan dengan dinamika Surabaya sebagai kota
perdagangan dan jasa. Sedangkan faktor jumlah penduduk (27,16 %) dan komposisi
usia penduduk (34,51 %) merupakan faktor lain yang mempengaruhi kondisi
peningkatan potensi wilayah.
Tabel 4.3. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Internal yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
No. Sub faktor Bobot
L Sinkronisasi Kurikulum SMK 0.3338
M Tenaga Pendidik dan Kependidikan 0.4695
N Fasilitas Praktek di SMK 0.1967
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
19
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50
SinkronisasiKurikulum SMK
Tenaga Pendidikdan Kependidikan
Fasilitas Praktek diSMK
Gambar 8. Perbandingan sub faktor dari aspek Proses Internal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam
mendukung potensi wilayah
Gambar 4.4 . Perbandingan dari aspek internal
Pada aspek proses internal, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax =
3.03, CI = 0.02 dan CR = 0.03, maka dinyatakan matriks perbandingan dapat diterima
dan konsisten. Dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek
Proses Internal, yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam
mendukung potensi wilayah adalah faktor fasilitas praktek kerja di SMK dan
mempunyai nilai bobot 0.1967 atau kontribusi sebesar 19,67%, karena faktor tersebut
akan langsung berpengaruh pada implementasi terhadap kompetensi tamatan SMK di
Kota Surabaya. Dan faktor sinkronisasi kurikulum SMK dengan nilai bobot 0.3338
atau dengan kontribusi sebesar 33,38 % merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
hasil yang diharapkan akan dapat menghasilkan tenaga kerja yang kompeten serta
faktor tenaga pendidik dan kependidikan (46,95%) merupakan faktor yang
berpengaruh dalam proses internal untuk meningkatkan mutu SDM tamatan SMK di
Surabaya.
Tabel 4.4. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Eksternal yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
No. Sub faktor Bobot
P Institusi Pasangan 0.1949
Q Fasilitas Praktek Kerja Lapangan 0.3325
R Sistem Penilaian 0.4725
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
20
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50
InstitusiPasangan
Fasilitas PraktekKerja Lapangan
Sistem Penilaian
Gambar 9. Perbandingan sub faktor dari aspek Proses Eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK
dalam mendukung potensi wilayah
Gambar 4.5. Perbandingan dari aspek proses eksternal
Sedangkan pada aspek proses eksternal, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh
nilai λmax = 3.05, CI = 0.03 dan CR = 0.04, sehingga matriks perbandingan dapat
diterima dan dinyatakan konsisten. Dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sub
faktor dari Aspek Proses Eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
SMK dalam mendukung potensi wilayah Surabaya adalah faktor institusi pasangan
yang mempunyai nilai bobot 0.1949 atau memberi kontribusi sebesar 19,49 %, berarti
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sedangkan faktor fasilitas praktek kerja
lapangan dengan nilai bobot 0.3325 atau dengan kontribusi sebesar 33,25 %
merupakan faktor yang terkait dengan kesesuaian tempat praktek dengan program
keahlian yang dibuka oleh SMK yang bersangkutan. Adapun faktor sistem penilaian
(47.25%) mempunyai pengaruh terhadap hasil akhir dari proses dan hasil akhir
pembelajaran.
Tabel 4.5. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Pasar Kerja yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
No. Sub faktor Bobot
T Ketersediaan SDM Tamatan SMK 0.2961
U Kompetensi SDM Tamatan SMK 0.3379
V Kebutuhan SDM Tamatan SMK 0.2608
W Keterserapan SDM Tamatan SMK 0.1052
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
21
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40
Ketersediaan Tenaga
Kerja Tamatan SMK
Kompetensi Tenaga
Kerja Tamatan SMK
Kebutuhan Tenaga
Kerja Tamatan SMK
Keterserapan Tenaga
Kerja Tamatan SMK
Gambar 10. Perbandingan sub faktor dari aspek Pasar Kerja yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam
mendukung potensi wilayah
Gambar 4.6. Perbandingan dari aspek pasar kerja
Dalam aspek pasar kerja, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 3.08,
CI = 0.04 dan CR = 0.07, oleh karena itu matriks perbandingan dapat diterima dan
dinyatakan konsisten. Menurut perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dalam
kondisi Pasar Kerja, yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK
dalam mendukung potensi wilayah di Kota Surabaya adalah faktor keterserapan
tenaga kerja tamatan SMK yang mempunyai kontribusi sebesar 10,52 %, dimana
tingkat keterserapan tenaga kerja sebagai tolok ukur terjadinya keseimbangan antara
permintaan dengan penawaran tenaga kerja tamatan SMK. Sedangkan faktor lain,
yaitu kebutuhan (26,08 %), ketersediaan (29,61 % ) dan kompetensi tenaga kerja
tamatan SMK (33,79 %), merupakan faktor lain yang juga berpengaruh dan
memberikan kontribusi cukup besar.
Tabel 4.6. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Prospek Ekonomi yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
No. Sub faktor Bobot
X Sektor Unggulan PDRB 0.6590
Y Kerjasama Institusi Pasangan 0.1207
Z Lowongan Kerja yang Tersedia 0.2202
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
22
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80
Sektor UnggulanPDRB
KerjasamaInstitusi
Pasangan
Lowongan Kerjayang Tersedia
Gambar 11. Perbandingan sub faktor dari aspek Prospek Ekonomi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK
dalam mendukung potensi wilayah
Gambar 4.7. Perbandingan dari aspek prospek ekonomi
Adapun pada aspek prospek ekonomi, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai
λmax = 3.05, CI = 0.02 dan CR = 0.04, sehingga matriks perbandingan dapat diterima
dan dinyatakan konsisten. Berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot perbandingan sub
faktor dari Aspek Prospek Ekonomi kota Surabaya, faktor yang paling signifikan
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah
adalah faktor kerjasama institusi pasangan, dan memberi kontribusi sebesar 12,07 %,
dimana bentuk kerjasama yang diwujudkan dalam MoU dapat memperjelas
tanggungjawab diantara keduanya dalam mewujudkan tujuan SMK, sehingga harapan
pemerintah kota Surabaya dalam mendukung potensi wilayah dapat diwujudkan.
Sedangkan faktor lowongan kerja yang tersedia dengan nilai bobot 0.2202 atau dengan
kontribusi sebesar 22,02 % merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap
prospek ekonomi wilayah kota Surabaya, sehubungan dengan tersedianya kesempatan
kerja bagi tenaga kerja tamatan SMK, sehingga dapat meningkatkan sektor unggulan
PDRB kota Surabaya, dimana dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sebesar
0.6590 atau 65,90 % dapat mempengaruhi prospek ekonomi pada masa yang akan
datang.
Tabel 4.7. Hasil matriks pendapat gabungan dengan skala prioritas terhadap
peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
23
No Tujuan Prioritas
1 Peningkatan Manajemen SMK 0.5416
2 Peningkatan Program Praktek Kerja 0.2376
3 Peningkatan Program Uji Kompetensi 0.1061
4 Pengembangan Program Lintas Jalur 0.1140
Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
0.5416
0.2376
0.1061
0.1140
PeningkatanManajemen SMK
Peningkatan PraktekKerja Lapangan
Peningkatan ProgramUji Kompetensi
PengembanganProgram Lintas Jalur
Prioritas Prioritas
Gambar 4.8. Hasil Matriks Pendapat Gabungan
Berdasarkan hasil nilai pembobotan antar aspek maupun sub-sub faktor melalui
matriks perbandingan berpasangan dan matriks pembobotan gabungan tersebut, dapat
diperoleh hasil berupa analisa perumusan konsep pendidkan SMK dalam
mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah
di Surabaya, dengan skala prioritas sesuai dengan kepentingan para stakeholders dan
kondisi pasar kerja di Surabaya maka konsep yang dibutuhkan adalah adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan Program Uji Kompetensi (0.1061)
Tujuannya :
a. Meningkatkan daya saing tamatan SMK.
b. Menciptakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.
c. Menciptakan pendidikan terpadu antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
24
d. Meningkatkan peran Bursa Kerja Khusus (BKK) yang ada pada setiap SMK di
Surabaya.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Menciptakan berbagai inovasi proses pembelajaran dengan media teknologi
informasi dan komunikasi.
- Peningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak dunia kerja untuk
mengetahui kompetensi yang dibutuhkan.
- Dibutuhkan konsensus bersama terhadap materi sertifikasi yang diperoleh
oleh tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya yang dapat dipakai sebagai tolok
ukur dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.
- Peningkatan kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja agar semua informasi dari
pihak dunia kerja (permintaan) dan pihak SMK (penawaran) saling terbuka,
dengan melibatkan stakeholders yang ada.
- Menyusun program dan teknik pelaksanaan sistem penilaian dan uji
kompetensi bersama institusi pasangannya sesuai kompetensi yang
dibutuhkan.
2. Pengembangan Program lintas jalur (0.1140)
Tujuannya :
a. Untuk mendukung potensi wilayah Surabaya berdasarkan sektor unggulan
yang sudah ada maupun pada sektor lainnya.
b. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan berkelanjutan.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Dibutuhkan pertemuan dengan stakeholeders yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota, Dinas Pendidikan dan Badan Perencana Kota Surabaya,
untuk melakukan perencanaan bersama dengan kejelasan arah kebijakan
pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja di Surabaya.
25
- Pengembangan multi entry dan multi exit dalam sistem pendidikan SMK
maupun Perguruan Tinggi yang relevan sebagai sistem pendidikan yang
mampu memberikan nilai tambah (added value) bagi peningkatan potensi
wilayah.
3. Peningkatan Praktek Kerja Lapangan (0.2376)
Tujuannya :
a. Mempersiapkan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya benar-benar siap
memasuki dunia kerja sesuai bidang keahliannya.
b. Mengantisipasi kebutuhan pasar kerja di Surabaya melalui teknik pendekatan
ketenagakerjaan.
c. Mempersiapkan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya siap pakai.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Menyusun daftar kebutuhan fasilitas praktek kerja dan menginventarisasi yang
sudah ada untuk dikoordinasikan dengan pihak institusi pasangannya sehingga
cocok antara praktek di sekolah dan di dunia kerja serta pembuatan sistem
operasional pelaksanaan (SOP) dan lembar kerja praktek yang sama.
- Melakukan koordinasi dan kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia
kerja secara periodik dan terprogram, dengan penyusunan jadwal dan materi
yang telah disepakati.
- Dalam On the job training harus mengarah pada persiapan kerja dan pelatihan
lanjutan, agar setelah tamat dari SMK dapat langsung bekerja pada sektor
formal maupun siap untuk membuka lapangan kerja baru dalam upaya
peningkatan potensi wilayah di Surabaya.
26
4. Peningkatan Manajemen SMK (0.5416)
Tujuannya :
a. Untuk mengatasi masalah jumlah penduduk, urbanisasi dan dinamika
penduduk kota Surabaya.
b. Untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di Surabaya.
c. Mempersiapkan keberadaan SMK sebagai pendukung potensi wilayah
Surabaya.
d. Meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di SMK
Surabaya.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Perlu adanya prioritas utama penerimaan siswa baru maupun rekruitment
tenaga kerja bagi perusahaan yang ada untuk penduduk kota Surabaya.
- Melakukan observasi dan koordinasi bersama dengan institusi pasangannya
untuk membuat pemetaan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan program
keahliannya.
- Untuk meningkatkan minat dan peran serta masyarakat perlu melakukan
sosialisasi dan pencitraan terhadap SMK bersama stakeholders. Dengan
demikian akan berdampak pada perbaikan input peserta didik yang lebih
berkualitas.
- Perlu segera melakukan training bagi tenaga pendidik dan kependidikan agar
dapat memenuhi syarat sebagaimana layaknya instruktur pada bidang
pekerjaannya secara profesional dan sesuai kebutuhan pasar kerja.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa faktor-faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja
tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Surabaya, dapat
digambarkan bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan perlu adanya kesesuaian antara
program keahlian yang ada di SMK dengan sektor-sektor yang memberi peluang
dalam memasuki dunia kerja. Dengan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah jumlah ketersediaan dan keterserapannya, sehingga terjadi keseimbangan
antara permintaan dan penawaran, dengan harapan dapat mengatasi ketidakterserapan
tenaga kerja tamatan SMK serta masalah pengangguran yang semakin meningkat di
kota Surabaya.
Pendidikan kejuruan sebagai salah satu sub sistem dalam mendukung potensi wilayah,
harus mampu mengantisipasi dengan menyiapkan tamatannya dengan melaksanakan
berbagai program yaitu :
Peningkatan Program Uji Kompetensi untuk mendapatkan hasil tamatan SMK yang
sesuai dengan standar kompetensi dunia kerja, dengan daya saing yang tinggi serta
dapat mengisi lowongan kerja yang tersedia oleh pasar kerja di Surabaya.
Pengembangan Program lintas jalur untuk mengatasi masalah tamatan SMK yang
sudah bekerja dengan meningkatkan kualitas SDM ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Untuk itu dibutuhkan kerjasama antara SMK dengan Perguruan Tinggi yang
relevan sehingga terjadi sistem pendidikan yang berkelanjutan.
Peningkatan Praktek Kerja Lapangan untuk meningkatkan hubungan antara dunia
pendidikan dengan dunia kerja agar terjadi link and match, dengan koordinasi yang
lebih baik, terutama dalam hal on the job training yang mengarah pada pelatihan
lanjutan maupun persiapan kerja sehingga tenaga kerja tamatan SMK dapat langsung
bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya.
28
Peningkatan Manajemen SMK untuk dapat terjadi saling kerjasama dan sinergi
dengan dunia kerja dalam meningkatkan mutu tamatan, serta memberi kepercayaan
kepada masyarakat terhadap pendidikan SMK untuk mendukung potensi wilayah kota
Surabaya
B. SARAN
Berdasarkan temuan lapangan dalam penelitian ini, maka rekomendasi penulis adalah
sebagai berikut :
1. Dalam meningkatkan pendidikan SMK untuk mendukung peningkatan potensi
wilayah di Surabaya, perlu dikembangkan sistem yang terpadu antara semua pihak
terkait, mulai dari input, proses internal, proses eksternal dan output untuk
mendapatkan outcome sesuai standar kompetensi, sehingga terbentuklah sebuah
sistem yang holistik.
2. Peran dan keterlibatan dunia kerja sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan SMK
di Surabaya mulai dari sinkronisasi kurikulum, penetapan standart kompetensi,
keterlibatan dalam proses pembelajaran, kerja sama dalam praktek kerja lapangan
sampai sistem penilaian dalam uji kompetensi untuk menciptakan sistem yang
terkait dan sepadan (link and match) serta tanggungjawab bersama.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan yang sangat
signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan daerah secara otonomi, maka
peran pendidikan SMK sangat dibutuhkan dalam mendukung peningkatan potensi
wilayah.
4. Karena masih banyak perbedaan antara dunia kerja dengan dunia pendidikan
dalam berbagai hal, maka dibutuhkan campur tangan pemerintah Kota Surabaya
secara lebih efektif untuk memikirkan secara bersama dengan pihak-pihak
kelompok stakeholders dalam memanfaatkan potensi yang ada di Surabaya
29
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman, (2004), Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.Federal Ministry of Education and Research, (2003), Germany’s Vocational Education at a glance, Public Relations Department 4th edition, D-53170 Bonn, Germany.
Nugroho, Iwan, (2005), Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Social dan Lingkungan, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta
Sumarsono, Sonny, (2003), Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Supriadi, Dedy, (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
Tarigan, Robinson, (2005), Ekonomi Regional, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.Usman, Husaini, (2006), Manajemen-Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
30