konsep penataan ruang terbuka hijau di kawasan … · tujuan dari penelitian ini adalah untuk...

15
1 KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PUSAT KOTA PONOROGO Dirthasia Gemilang Putri 1 3208 303 003 Bambang Soemardiono 2 Rimadewi Suprihardjo 3 1 Mahasiswa Program Magister Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS Surabaya [email protected] 2 Staf pengajar Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS Surabaya 3 Staf pengajar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP-ITS Surabaya ABSTRAK Kawasan pusat kota Ponorogo merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan masyarakat kota Ponorogo, akan teteapi seiring dengan perkembangan kota penambahan jumlah penduduk ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Ponorogo juga semakin berkurang dan tidak lagi memenuhi fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis, estetika, sosial, budaya dan ekonomi kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan distribusi Ruang Terbuka Hijau terutama pada kawasan pusat kota Ponorogo yang sesuai sehingga dihasilkan sebuah konsep penataan Ruang Terbuka Hijau Kota yang sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis kota yang juga sesuai dengan tipologi kota Ponorogo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan positivistik dimana teknik analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif, analisa delphi dan triangulasi data untuk menghasilkan suatu konsep ruang terbuka hijau kawasan pusat kota Ponorogo yang mampu menunjang kualitas ekologi, penunjang estetika serta keberlangsungan kota. Kata kunci : Ruang terbuka hijau, Pusat Kota, Proporsi dan distribusi, Ekologis, Estetika, Sosial budaya dan ekonomi PENDAHULUAN Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi. Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kota dimana ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu wilayah kota. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota (Dirjen PU, 2005). Proporsi 30% luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Hakim,2004). Kawasan pusat Kota Ponorogo merupakan kawasan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan masyarakat kota Ponorogo akan tetapi fungsi kawasan tersebut pada kenyataannya tidak didukung oleh adanya ruang terbuka hijau kota yang mampu berfungsi

Upload: donhu

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

1

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN

PUSAT KOTA PONOROGO

Dirthasia Gemilang Putri1

3208 303 003

Bambang Soemardiono2

Rimadewi Suprihardjo3

1Mahasiswa Program Magister Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS Surabaya

[email protected] 2Staf pengajar Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS Surabaya

3Staf pengajar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP-ITS Surabaya

ABSTRAK Kawasan pusat kota Ponorogo merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan

masyarakat kota Ponorogo, akan teteapi seiring dengan perkembangan kota penambahan jumlah

penduduk ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Ponorogo juga semakin berkurang dan tidak

lagi memenuhi fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis, estetika, sosial, budaya dan

ekonomi kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan

distribusi Ruang Terbuka Hijau terutama pada kawasan pusat kota Ponorogo yang sesuai

sehingga dihasilkan sebuah konsep penataan Ruang Terbuka Hijau Kota yang sesuai dengan

fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis kota yang juga sesuai dengan tipologi kota

Ponorogo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan positivistik dimana teknik analisa yang digunakan adalah analisa

deskriptif, analisa delphi dan triangulasi data untuk menghasilkan suatu konsep ruang terbuka

hijau kawasan pusat kota Ponorogo yang mampu menunjang kualitas ekologi, penunjang estetika

serta keberlangsungan kota.

Kata kunci : Ruang terbuka hijau, Pusat Kota, Proporsi dan distribusi, Ekologis, Estetika, Sosial

budaya dan ekonomi

PENDAHULUAN

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana

ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga

diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan

budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah diperlukan dalam

mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Ruang terbuka hijau memiliki

dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu

fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi. Ruang terbuka hijau dengan fungsi

ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kota dimana ruang terbuka

hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi, berukuran dan

memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu wilayah kota. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk

fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung

dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan

berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan

pendukung arsitektur kota (Dirjen PU, 2005). Proporsi 30% luasan ruang terbuka hijau kota

merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan

sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat

meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas

publik serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Hakim,2004). Kawasan pusat Kota Ponorogo merupakan kawasan yang berfungsi sebagai pusat

pemerintahan dan pusat kegiatan masyarakat kota Ponorogo akan tetapi fungsi kawasan tersebut

pada kenyataannya tidak didukung oleh adanya ruang terbuka hijau kota yang mampu berfungsi

Page 2: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

2

secara ekologis, estetika maupun sosial budaya dan ekonomi, hal tersebut terjadi dikarenakan

adanya ketidakseimbangan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota

Ponorogo sehingga diperlukan adanya konsep ruang terbuka hijau yang mampu memenuhi

proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau sehingga mampu memenuhi fungsinys sebagai

penunjang kualitas ekologis, estetika, serta sosial budaya dan ekonomi dari kawasan pusat kota

Ponorogo.

RUANG TERBUKA HIJAU

Lawson (2001) mengungkapkan bahwa sebuah ruang memiliki dua fungsi yang signifikan,

ruang dapat menyatukan sekelompok orang dan juga secara simultan ruang juga dapat

memisahkan sekelompok orang satu sama lainnya. Ruang merupakan hal yang sangat esensial

juga fundamental dan universal dari bentuk komunikasi. Ruang yang mengelilingi kita dan objek-

objek yang berada di dalamnya dapat menentukan seberapa jauh kita dapat bergerak, seberapa

hangat atau dingin kita merasa, seberapa banyak yang dapat kita lihat dan dengar, dan dengan

siapa kita dapat berinteraksi. Dimana ruang terbuka didefinisikan sebagai bagian peruntukkan

penggunaan tanah dalam wilayah kota yang disediakan untuk difungsikan sebagai daerah ruang

terbuka yang dapat berupa lahan terbuka hijau, lapangan, pemakaman, tegalan, persawahan dan

bentuk-bentuk lainnya. De Chiara (1982) membagi ruang kota dalam beberapa klasifikasi yaitu

ruang terbuka utilitas yang didasarkan pada fungsi ruang terbuka sebagai lahan yang memiliki

kapasitas produksi dan berproduksi serta sebagai lahan cadangan, ruang terbuka hijau yang

didasarkan pada ruang terbuka yang bersifat alamiah/natural yang dapat digunakan untuk rekreasi

publik serta sebagai penyeimbang bangunan yang bersifat tidak permanen, ruang terbuka koridor

yang merupakan ruang untuk pergerakan yang membentuk suatu sistem sirkulasi, serta ruang

dengan klasifikasi dengan penggunaan yang beragam dimana dalam kategori ini ruang terbuka

yang ada memiliki fungsi ganda, sebagai contoh hutan tadah hujan yang juga berfungsi sebagai

ruang rekreasi.

Secara definitif, ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang

didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana

lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain

untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijau di

tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota

(Hakim, 2004). Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil

(1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan 10 tahun kemudian (2002, Rio

+ 10), telah disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal 30 persen

dari total luas kota. Penyediaan ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan menurut Pedoman

penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan terbagi menjadi ruang terbuka hijau

publik dan ruang terbuka hijau privat dimana proporsi ruang terbuka hijau yang sesuai adalah

sebesar 30% dari keseluruhan luas lahan yang komposisinya terbagi atas 20% ruang terbuka hijau

publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau pada suatu kota harus memenuhi

luasan minimal ruang terbuka hijau sehingga dapat memenuhi fungsi dan memberikan manfaatnya

dalam suatu kawasan kota dimana penyelenggaraan ruang terbuka hijau kota menurut

Purnomohadi (2006) bertujuan untuk menjaga kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem

perkotaan yang meliputi unsur-unsur lingkungan, sosial dan budaya, sehingga diharapkan dengan

adanya Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan dapat berfungsi untuk mencapai identitas kota,

upaya pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, mengatasi

genangan air, ameliorasi iklim, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan

keindahan, sebagai habitat burung serta mengurangi masalah stress (tekanan mental) pada

masyarakat kawasan perkotaan. Dalam kaitannya dengan lansekap kota, ruang terbuka hijau kota

merupakan suatu bagian penting dari keseluruhan lansekap kota, dimana ruang terbuka hijau

berfungsi sebagai penunjang kualitas ekologis lansekap kota. Jika dalam suatu wilayah perkotaan

proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau Kota sesuai dengan kebutuhan kota terutama kebutuhan

masyarakat, maka kualitas ekologis lansekap kota akan terpenuhi dan kualitas hidup masyarakat

kota akan semakin meningkat. Molnar (1986) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan

ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ada beberapa aspek utama yang harus

Page 3: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

3

dipertimbangkan yaitu hubungan antar ruang terbuka hijau dengan lingkungan sekitar, ruang

terbuka hijau harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang tetap memperhatikan aspek

estetika dan fungsional, mengembangakan pengalaman substansial dari ruang terbuka hijau (efek

dari garis, bentuk, tekstur dan warna), disesuaikan dengan karakter lahan dan karakter pengguna,

memenuhi semua kebutuhan teknis dan pengawasan yang mudah. Melalui penjabaran referensi

tentang ruang terbuka hijau tersebut untuk dapat mewujudkan ruang terbuka hijau didalam suatu

wilayah perkotaan yang mampu berfungsi secara ekologis, estetis dan memiliki nilai sosial budaya

dan ekonomi maka dibutuhkan adanya proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau yang ideal

terhadap suatu wilayah perkotaan, akan tetapi tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat sebagai

pengguna serta kebutuhan kota tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian tentang ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota ini merupakan penelitian

kualitatif dengan pendekatan positvistik yang memandang suatu permasalahan dalam konteks

lingkungannya (Groat dan Wamg, 2002). Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer meliputi observasi, materi dan wawancara, sedangkan data

sekunder berupa data survei, kumpulan data, peta, tabel dan uraian terkait. Untuk mencapai suatu

bentuk ruang terbuka hijau yang ideal pada kawasan pusat kota Ponorogo digunakan beberapa

teknik analisa, dalam langkah pengidentifikasian proporsi ruang terbuka hijau kawasan pusat kota

Ponorogo digunakan teknik analisa deskriptif dengan aplikasi matematis secara sederhana untuk

mendapatkan besaran proporsi ruang terbuka hijau terhadap luasan kawasan pusat kota, selanjutnya

untuk mengidentifikasikan distribusi ruang terbuka hijau digunkan analisa deskriptif secara

kualitatif. berikutnya adalah teknik analisa delphi yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui

kebutuhan masyarakat terhadap ruang terbuka hjau di kawasan pusat kota Ponorogo, triangulasi

data digunakan untuk menemukan kriteria-kriteria ruang terbuka hijau yang menjadi dasar dalam

penentuan konsep ruang terbuka hijau kawasan pusat kota Ponorogo melalui analisa deskriptif

dengan memperhatikan referensi tentang ruang terbuka hijau.

RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PUSAT KOTA PONOROGO

Proporsi dan Distribusi Ruang Terbuka Hijau

Kota Ponorogo secara keseluruhan memiliki luas lahan sebesar 5.119.905 Ha yang terbagi

menjadi lima bagian wilayah kota (BWK) yaitu:

a. Bagian wilayah pusat kota (BWK-PK) yang merupakan pusat pelayanan utama kota dengan

luas wilayah sebesar 500,98 Ha

b. Bagian wilayah kota A dengan luas wilayah1.202,55 Ha

c. Bagian wilayah kota B dengan luas wilayah 1.219,69 Ha

d. Bagian wilayah kota C dengan luas wilayah 1.235,05

e. Bagian wilayah kota D dengan luas wilayah 961,64 Ha

(RUTRK Kota Ponorogo tahun 1997/1998-2007/2008).

Dari data tersebut diatas disebutkan bahwa kawasan yang menjadi objek penelitian yaitu

kawasan pusat kota memiliki luas lahan sebesar 500,98 Ha sehingga kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau kawasan pusat kota Ponorogo jika disesuaikan dengan pendapat Budiharjo (2003) yang

menyatakan bahwa 30% hingga 50% dari keseluruhan luas kawasan kota diperuntukkan bagi

ruang terbuka kota adalah sebesar ±150 Ha dari luas kawasan pusat kota secara keseluruhan.

Kawasan Pusat Kota Ponorogo terbagi atas 6 kelurahan yaitu kelurahan Banyudono, kelurahan

Mangkujayan, kelurahan Taman Arum, kelurahan Pakundean, kelurahan Bangunsari dan

kelurahan Surodikaran kawasan pusat kota ini merupakan kawasan yang strategis dan cenderung

berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi sehingga banyak kawasan yang mengalami

perubahan fungsi yaitu menjadi kawasan campuran/Mix-use area (perumahan, perdagangan dan

perkantoran) dan mengakibatkan kurangnya luasan Ruang Terbuka Hijau Kota pada kawasan

pusat kota Ponorogo.

Ruang Terbuka Hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo (gambar 1) terbagi menjadi 5 bentuk

ruang terbuka hijau kota yaitu:

Page 4: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

4

a) Alun-alun kota Ponorogo dengan luas 1,6 Ha

b) Taman kota Kabupaten dengan luas 850 m²

c) Taman makam Pahlawan dengan luas 4.772 m²

d) Taman kota Jl. SoekarnoHatta dengan luas 525 m²

e) Jalur hijau dan pulau jalan sepanjang jalan protokol dengan luas 2,05 Ha

Dimana apabila dijumlahkan keseluruhan luas ruang terbuka pada kawasan pusat kota akan

didapat luas total ruang terbuka hijau sebesar 42.647 m² atau sebesar 4,25 Ha. Dari keseluruhan

kawasan pusat kota dengan luas 500.98 Ha jika dihitung dengan membandingkan luas keseluruhan

kawasan pusat kota dengan luas keseluruhan ruang terbuka hijau maka akan didapatkan proporsi

eksisting dari ruang terbuka hijau, penghitungan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

L. kawasan pusat kota : 500,98 Ha

L. Ruang terbuka hijau : 4.25 Ha

sehingga untuk menemukan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota

Ponorogo dilakukan penghitungan sebagai berikut :

L. RTH

L.Kawasan

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa dari keseluruhan luas kawasan pusat kota Ponorogo,

Ruang terbuka hijau kota hanya menempati komposisi penggunaan ruang sebesar 0,8 % dimana

proporsi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau seharusnya sebesar 30% dari keseluruhan

kawasan, dimana terbagi atas 20% ruang terbuka hijau pada areal perkotaaan dan 10% ruang

terbuka hijau pekarangan. Sehingga untuk mencapai proporsi Ruang terbuka hijau yang ideal

dibutuhkan komposisi penggunaan lahan sekitar ± 20% dari keseluruhan luas kawasan pusat kota

yaitu sebesar ±100.18 Ha.

Ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo terdiri dari beberapa karakteristik

yaitu:

a. Ruang terbuka hijau publik dengan bentuk alun-alun kota dan taman kota yang terletak di area

pusat pelayanan pada kawasan pusat kota dengan luas keseluruhan sebesar 1,7 Ha.

a b c

d

e e

Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota

Ponorogo

Sumber. Dokumentasi Pribadi,2010

X 100% 4,25 Ha

500,98 Ha X 100% 0,8 %

Page 5: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

5

b. Ruang terbuka hijau sebagai pelengkap infrastruktur kota yang berupa jalur hijau dan pulau

jalan di sepanjang jalan utama pada kawasan pusat kota dengan luas keseluruhan sebesar 2, 05

Ha.

c. Ruang terbuka hijau pemakaman yang berupa Taman Makam Pahlawan dengan luas 4.772 m2

Kawasan pusat kota Ponorogo sendiri terbagi atas 6 kelurahan yaitu kelurahan Banyundono,

kelurahan Mangkujayan, Kelurahan Taman Arum, Kelurahan Pakundean, Kelurahan Bangunsari

dan Kelurahan Surodikaran. Dari 6 kelurahan tersebut kelurahan Taman Arum merupakan

kawasan yang memiliki ruang terbuka hijau publik dengan luasan yang cukup besar yaitu sebesar

1, 68 Ha yang terdiri dari alun-alun kota dan taman kota Pemkab Ponorogo (Rencana Umum Tata

Ruang Kota Ponorogo dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota, 2008 ).

Ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo (gambar 2) jika ditinjau dari distribusi

dan penyebaran lokasinya masih terpusat pada area yang merupakan pusat pelayanan kawasan

pusat kota, yaitu pada kawasan di sekitar pusat pemerintahan kota dan di sepanjang jalan utama

kawasan tersebut

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau

Sebelum melakukan analisa dengan mengunakan tekhnik delphi terlebih dahulu dilakukan

analisa stakeholder untuk menetapkan responden yang akan ditanyakan pendapatnya sehingga

hasil dari analisa delphi akan menjadi lebih valid, dari hasil analisa stakeholder kemudian

diperoleh para stakeholder yang akan menjadi responden dalam penelitian ini yang terbagi atas

Stakeholder primer yaitu masyarakat sebagai pengguna dan penerima manfaat kawasan ruang

terbuka hijau kota secara langsung, jumlah masyarakat sebagai narasumber dari penelitian ini akan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota yaitu

masyarakat yang beraktivitas pada alun-alun kota, masyarakat yang beraktivitas pada area Taman

kota, masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Makam Pahlawan dan masyarakat sebagai

pengguna jalan yang merasakan manfaat dari jalur hijau dan rotunde. Stakeholder primer ini akan

terbagi menjadi 3 kelompok besar dimana pada tiap-tiap ruang terbuka hijau akan diambil sampel

dari 30 orang dengan pembagian waktu pengambilan sampel yang berbeda pula yaitu pada pagi

Gambar 2. Distribusi Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat

Kota Ponorogo

Sumber. Hasil Analisa,2010

Keterangan gambar :

Batas wilayah kawasan pusat kota

Ruang Terbuka Hijau

Batas Kelurahan

Jalur hijau median jalan dan pulau jalan

Page 6: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

6

hari 10 orang, siang hari 10 orang dan sore hari 10 orang. Dengan detail pembagian sampel terebut

maka total keseluruhan sampel yang diambil adalah sebesar 150 orang, Stakeholder sekunder

dalam penelitian tentang konsep penataan ruang terbuka hijau kota terutama pada kawasan pusat

kota Ponorogo diutamakan pada para ahli tentang Ruang Terbuka Hijau dan ahli tentang Lansekap

perkotaan, oleh karena itu maka narasumber yang menduduki peran sebagai stakeholder sekunder

adalah seorang ahli tata ruang khususnya penataan ruang terbuka hijau dari Direktorat Jenderal

Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum dan seorang ahli lansekap perkotaan dari Fakultas

Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti.

Stakeholder kunci pada penelitian ini adalah instansi yang memiliki peran sebagai

narasumber adalah instansi dari pemerintah kabupaten Ponorogo yaitu Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Ponorogo, Bappeda Kabupaten Ponorogo serta Dinas Pertamanan dan Kebersihan

kabupaten Ponorogo.

Setelah melakukan pembagian kuesioner kepada masing-masing responden kemudian

didapatkan hasil eksplorasi pendapat dimana dalam penelitian ini terbagi atas tiga tahap eksplorasi

yaitu :

a. Eksplorasi fungsi ekologis yang menghasilkan,

- Masyarakat sebagai penguna merasakan manfaat akan keberadaan ruang terbuka hijau

sebagai pencipta iklim mikro.

- Jenis dan keragaman vegetasi, penentuan lokasi ruang terbuka hijau dan penggunaan

material yang alami sangat berpengaruh sebagai faktor penentu terciptanya iklim mikro pada

ruang terbuka hijau.

- Belum terserapnya polusi dan debu secara maksimal khususnya pada kawasan pusat kota

dikarenakan kurangnya jumlah ruang terbuka hijau dan belum maksimalnya pengunaan

vegetasi pada masing-masing ruang terbuka hijau yang mampu menyerap debu dan

mereduksi polusi

- Belum maksimalnya penggunaan vegetasi dengan variasi jenis yang sesuai dengan

fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis pada kawasan pusat kota.

b. Eksplorasi fungsi estetika dimana didapatkan bahwa sebagian besar responden (97%)

menyatakan bahwa ruang terbuka hijau kawasan pusat kota Ponorogo masih kurang tertata

dengan baik selain itu penggunaan variasi vegetasi dengan berbagai macam warna juga harus

diperlukan untuk menciptakan kesan estetis pada ruang terbuka hijau.

Pada jalur hijau terutama pada kawasan pusat kota belum terlihat adanya variasi penggunaan vegetasi berwarna

sehingga terkesan monoton, akan tetapi pada area tersebut di sebagian ruas jalan sudah terlihat adanya perbedaan

tekstur yang juga dapat menciptakan nilai estetis dari area tersebut.

Pada area alun-alun kota masih terlihat kurangnya variasi jenis warna yang mampu menjadi

penarik pandangan dan menciptakan nilai estetika pada area tersebut.

Page 7: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

7

c. eksplorasi fungsi sosial budaya dan ekonomi, yang dihasilkan beberapa pendapat yaitu,

- Masyarakat khususnya pada kawasan pusat kota Ponorogo menyatakan bahwa ruang

terbuka hijau merupakan area yang diperuntukkan sebagai tempat beraktivitas baik secara

sosial maupun budaya.

- Kurang aksesibelnya beberapa ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo

- Adanya usulan untuk memperbaiki dan menambah fasilitas dan utilitas pada ruang terbuka

hijau pada kawasan pusat kota untuk mendukung fungsi sosial, budaya dan ekonomi dari

ruang terbuka hijau.

Kebutuhan masyarakat akan keberadaan ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota

Ponorogo jika disimpulkan dari analisa yang telah dilakukan jika terkait dengan fungsi

ekologisnya maka keberadaan ruang terbuka hijau akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat

melalui terciptanya iklim mikro dan berkurangnya polusi dan debu dimana kedua faktor tersebut

dapat terwujud dengan adanya variasi jenis dan keragaman vegetasi, dari hasil eksplorasi pendapat

dari para responden didapatkan beberapa usulan yang terkait dengan jenis dan keragaman

vegetasi yaitu pemilihan vegetasi dengan penggunaan tanaman yang terdiri dari berbagai jenis

variasi vegetasi dengan mayoritas tanaman peneduh, aman dan tidak mudah rapuh/patah, tanaman

dengan variasi jenis warna dan tinggi, serta tanaman lokal kota Ponorogo yang mampu

mengundang satwa (satwa dengan jenis burung terutama) mengeluarkan aroma tertentu dan

mudah adaptasi dan perawatannya. Jika dikaitkan dengan fungsi estetika dari ruang terbuka hijau

para responden memberikan pendapatnya terkait dengan nilai estetika dari vegetasi dimana pada

ruang terbuka hijau dibutuhkan adanya penggunaan vegetasi dengan tekstur daun dan bentuk tajuk

yang bervariasi serta pemilihan jenis vegetasi dengan warna daun dan bunga yang menarik untuk

menghilangkan kesan monoton yang ada pada keseluruhan ruang terbuka hijau pada kawasan

pusat kota Ponorogo yang ada saat ini. Pada fungsi ekonomi-sosial-budaya dari keberadaan ruang

terbuka hijau dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat berpendapat bahwa dibutuhkan

adanya penambahan jumlah dan luasan ruamg terbuka hijau pada kawasan pusat kota untuk

memaksimalkan fungsi ekologis ruang terbuka hijau dan untuk mendukung aktivitas ruang luar

masyarakat khususnya masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo.

Konsep Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Pengembangan konsep penataan ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo dapat

dicapai melalui adanya analisa dengan teknik triangulasi data ruang berfungsi untuk mencari

validitas data, dimana dalam pelaksanaannya analisa dengan teknik triangulasi data ini

mengelaborasikan hasil pengamatan dan hasil analisa yang telah dilakukan sebagai Fakta empiris,

hasil kajian teoritis melalui Referensi dan Regulasi serta Pendapat Pakar untuk menghasilkan

suatu konsep ruang terbuka hijau yang ideal pada kawasan pusat kota Ponorogo.

Pengembangan konsep Ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota akan dibagi menjadi

beberapa faktor sesuai dengan tahapan analisa yang telah dilaksanakan (gambar 3), yaitu faktor

Kedua taman ini kurang aksesibel bagi

penggunanya sehingga keberadaannya kurang

diperhatikan masyarakat.

Page 8: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

8

proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota dan faktor kebutuhan

masyarakat akan ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo.

Pada kawasan pusat kota Ponorogo konsep proporsi ruang terbuka hijau kota merupakan hasil

elaborasi antara UU no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, hasil KTT BUMI tahun 2007 serta

hasil pendapat pakar dimana disebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau kota yang ideal

adalah sebesar 30% dari keseluruhan luas yang disesusaikan dengan kebutuhan masyarakat

kawasan pusat kota sebagai penerima manfaat langsung akan keberadaan dari ruang terbuka hijau

kota. Ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo disesuaikan dengan kebutuhan

kotanya terbagi atas ruang terbuka hijau sebesar publik yaitu alun-alun kota, taman kota, Taman

Pemakaman Umum, Taman Pemakaman Pahlawan, taman lingkungan, jalur hijau sempadan jalan

dan jalur hijau sempadan sungai dimana ruang terbuka hijau publik menempati proporsi sebesar

20% dan ruang terbuka hijau privat sebesar 10% dari keseluruhan luas wilayah. Pemenuhan

proporsi ruang terbuka hijau khususnya pada kawasan pusat kota Ponorogo dibutuhkan adanya

penambahan luasan ruang terbuka hijau kota yang dimaksimalkan penambahannya khsususnya

pada wilayah pusat kota Ponorogo yang terbagi atas Taman Kota di area yang berfungsi sebagai

pusat kegiatan masyarakat, jalur hijau dan pulau jalan di sepanjang jalan protokol pada pusat kota

Ponorogo, Taman Lingkungan pada area pemukiman serta pada area sempadan sungai. Distribusi

ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo menurut pendapat Purnomohadi dan Joga

(2007) yang menyatakan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau kota dalam hal pendistribusiannya

dalam keseluruhan wilayah kota lebih baik menyebar secara merata dimana ruang terbuka hijau

tersebut saling terhubung dengan adanya jalur-jalur hijau sebagai penghubungnya. Dalam kawasan

pusat kota Ponorogo alun-alun kota merupakan ruang terbuka hijau sebagai citra kota dimana

alun-alun kota ini berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat kota Ponorogo, alun-alun kota ini

nantinya saling terhubung dengan taman kota dan taman lingkungan yang melayani kebutuhan

masyarakat akan ruang terbuka hijau kota melalui keberadaan jalur hijau dan pulau jalan

khsusunya disepanjang jalan protokol yang menjadi urat nadi pada kawasan pusat kota Ponorogo.

Daerah sempadan sungai khususnya yang berada pada kawasan pusat kota Ponorogo dihijaukan

selain untuk pemenuhan proporsi ideal bagi ruang terbuka hijau, ruang terbuka hijau sempadan

sungai juga berfungsi sebagai penghubung antar ruang terbuka hijau lainnya, pelindung dan

pencegah terjadinya erosi serta sebagai area preservasi pada kawasan pusat kota Ponorogo.

Dengan adanya pembagian bentuk dan pendistribusian ruang terbuka hijau pada kawasan

pusat kota Ponorogo maka nantinya proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau tersebut akan

memaksimalkan fungsi dan manfaat akan keberadaan ruang terbuka hijau kota khususnya pada

kawasan pusat kota Ponorogo.

Pada kawasan pusat kota Ponorogo terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kuramgmya

ruang terbuka hijau yaitu meningkatnya jumlah pebduduk dan meningkatnya intesitas kepadatan

Page 9: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

9

penduduk serta perubahan fungsi lahan pada kawasan pusat kota, sehingga untuk mengatasi

permasalahan tersebut dibutuhkan adanya konsep penataan ruang terbuka hijau pada kawasan

pusat kota Ponorogo.

Pada kawasan pusat kota Ponorogo konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pemukiman

adalah melalui memaksimalkan penghijauan pada area pekarangan rumah minimal sebesar 20%

dari keseluruhan luas lahan dengan penggunaan tanaman-tanaman lokal yang mampu meredam

polusi dan sekaligus menciptakan keteduhan seperti pohon Tanjung (Mimusops elengi) dan Kere

Payung (Filicium decipiens) yang mampu meredam polusi kadar NO sebesar 61,47% (Balitbang

Kemen.PU, 1997) serta jenis pohon yang dapat menghasilkan buah serta dapat meredam polusi

dan menciptakan keteduhan seperti pohon Belimbing (Averrhoa bilimbi) dan pohon Mangga

(Mangivera indica) selain tanamn berjenis pohon tersebut beberapa jenis tanaman perdu hias yang

dapat digunakan sebagai pagar hidup pembatas antara halaman rumah dan jalan antara lain Puring

(Codiaeum variegatum), soka (Ixora javanica) dan Nusa indah (Mussaenda sp.) yang memiliki

kemampuan untuk menurunkan kadar NO. Tanaman dengan jenis semusim dan penutup tanah

juga dapat digunakan sebagai filter udara diantara lain jenisnya adalah Maranta (Maranta

leuconeura), Sri Rejeki (Diffenbachia sp.) dan Rumput Embub (Zoysia matrella) yang juga dapat

menurunkan kadar NO di udara sebesar 55, 5% sampai dengan 62, 08% (Balitbang Kemen. PU,

1997).

Pada kawasan pemukiman fungsi hijau juga dapat dimaksimalkan melalui pemanfaatan lahan-

lahan kosong pada area pemukiman sebagai ruang terbuka hijau bagi publik dalam bentuk Taman

lingkungan serta penggunaan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan sebagai area hijau untuk

meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan kualitasn ekologis kawasan. kriteria penggunaan

tanaman pada taman lingkungan area hijau antar bangunan lebih difokuskan pada penggunaan

tanaman lokal khas kota Ponorogo yang memiliki fungsi sebagai peneduh dan peredam polusi dan

juga memiliki nilai estetis sebagai penarik pandangan diantaranya adalah pohon Ki hujan

(Samanea saman), pohon Mahoni (Mahonia swietegani) dan pohon Asam (Tamarindus indica)

tanaman berjenis perdu yang memiliki nilai estetis karena bentuk daunnya yang eksotis dan warna

daun yang mampu menarik pandangan seperti Puring (Codiaeum variegatum) dan Nusa indah

(Mussaenda sp). Pada kawasan komersial dan jasa perkantoran ruang terbuka hijau dapat

dimaksimalkan pada pengkombinasian fungsi antara fungsi lahan sebagai ruang terbuka hojau

dengan fungsi lahan sebagai pusat jasa perkantoran dimana terdapat ruang terbuka hijau diantara

bangunan, selaian itu penggunaan tembok hijau/vertical green wall (gambar 4) sebagai metode

penghijauan juga dapat digunakan untuk meredam polusi pada kawasan dengan bangunan padat.

Pemenuhan proporsi ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota dapat

dimaksimalkan dengan penambahan ruang terbuka hijau pada area pemukiman dan

pada area sempadan sungai serta memaksimalkan penghiijauan pada jalur hijau.

Ruang terbuka hijau

privat sebesar 10 %

Ruang terbuka

hijau publik

sebesar 20 %

Distribusi Ruang

Terbuka Hijau

Pada kawasan

Pusat Kota

Ponorogo

Daerah Aliran Sungai

Sabuk Hijau

Alun-alun Kota

Taman Lingkungan

Jalur Hijau

Taman Kota

Page 10: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

10

Pada kawasan pusat kota Ponorogo konsep penataan ruang terbuka hijau kota yang disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat yang terkait dengan fungsi ekologis, fungsi estetika dan fungsi

sosial budaya ekonomi dari ruang terbuka hijau kota adalah melalui pemenuhan proporsi dan

distribusi ideal ruang terbuka hijau kota yang terbagi atas alun-alun kota sebagai pusat kegiatan

masyarakat, taman kota yang berfungsi sebagai wadah bagi aktivitas masyarakat kota, adanya

taman-taman lingkungan dalam lingkungan perumahan yang mampu melayani masyarakat pada

kawasan tersebut, memaksimalkan penghijauan pada daerah sempadan sungai untuk

meningkatkan nilai ekologis dan nilai estetika kawasan serta memaksimalkan fungsi ruang terbuka

hijau pada jalur hijau dan pulau jalan melalui pentaan lansekap area sehingga mampu berfungsi

secara ekologis dan meningkatkan citra kota melalui nilai estetika area tersebut.

Pada ruang terbuka hijau kota khususnya pada kawasan pusat kota Ponorogo yang cukup

padat komponen-komponen vegetasi utama yang mampu berfungsi secara ekologis dan mampu

menciptakan kesan estetis terbagi atas Pepohonan dengan kriteria bentuk tajuk kanopi yang

menciptakan keseimbangan antara besaran batang dan tajuk dengan jenis vegetasi lokal khas kota

Ponorogo diantaranya adalah Beringin (Ficus benjamina), Pohon Asem (Tamarindus indica) dan

pohon Trembesi (Samanea saman) dimana ketiga vegetasi tersebut berfungsi sebagai peneduh,

vegetasi khas kota Ponorogo yang spesifik, memiliki nilai visual yang cukup menarik melalui

bentuk tajuk yang khas dan dapat meredam polusi NO,CO dan Pb dari udara melalui kemampuan

tekstur daunnya untuk menyerap racun. Kemudian komponen yang kedua adalah adanya

hamparan rerumputan yang mampu berfungsi ganda selain sebagai pencipta kesan estetis juga

sebagai peredam polusi baik polusi udara (rumput embun/ Zoysia matrella memliki kemampuan

untuk meredam polusi NO dan Pb) maupun polusi suara / kebisingan yang sering terjadi pada

kawasan pusat kota yang padat. Komponen vegetasi yang ketiga adalah penggunaan jenis perdu

berbunga yaitu pepohonan yang pendek dengan keanekaragaman warna bunga dimana

penggunaan vegetasi dengan jenis ini pada kawasan pusat kota Ponorogo digunakan vegetasi khas

kota Ponorogo yaitu Puring (Codiaeum variegatum) dan Nusa Indah (Mussaenda sp.) dimana

vegetasi ini memiliki kekampuan untuk menyerap polusi udara dengan jenis NO dan juga

memiliki keunggulan bentuk tekstur daun dan warna yang eksotis sehingga dapat menciptakan

kesan estetis. Pada ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Ponorogo juga dibutuhkan adanya

penambahan sarana dan prasarana pendukung yang memadai dan mampu menampung kegiatan

yang menjadi ciri khas kota Ponorogo yaitu kegiatan seni tradisional Reog, sarana dan prasarana

Gambar 4. Tembok Hijau Pada Kawasan Kantor Pemerintah Kota

Ponorogo

Sumber. Hasil analisa,2010

Page 11: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

11

pendukung ruang terbuka hijau yang mampu memenuhi kebutuhan dan mewadahi aktivitas

masyarakat terdiri dari :

- Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal ±1,5 meter dengan jenis perkerasan dengan material

perkerasan yang mampu menyerap air dan dilengkapi dengan pohon peneduh dimana pada

perkerasan ini digunakan warna-warna khas kota Ponorogo yang diambil dari kesenian

tradisional Reog yaitu warna merah, kuning dan hijau.

- Area duduk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah pengunjung khususnya pada

alun-alun kota, taman kota dan taman lingkungan.

- Area seni sebagai area yang dikhususkan sebagai area pertunjukkan seni tradisional Reog serta

sebagai area pendidikan seni.

- Area permainan anak

- Area terbatas untuk berjualan

- Fasilitas Olah raga khususnya pada taman kota dan taman lingkungan

- Fasilitas informasi (Papan petunjuk dan papan informasi nagi wisatawan yang menceritakan

sejarah kota dan sejarah Reog yang merupakan kesenian tradisional kota Ponorogo)

- Fasilitas penerangan dan kebersihan yang memadai

- Pada Alun-Alun kota konsep penataan dengan dominasi penggunaan hamparan rumput yang telah

ada tetap dipertahankan sebagai ciri khas alun -alun kota

- Penggunaan vegetasi pada alun-alun kota diutamakan vegetasi yang mampu menyerap polusi dan

debu dengan tajuk pohon yang rapat untuk menciptakan area teduh serta vegetasi dengan perpaduan

warna dan tekstur untuk meningkatkan nilai estetika RTH

- Penambahan sarana dan prasarana yang diseusikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat

(area duduk, area seni, area berjualan, fasilitas penerangan, fasilitas informasi dan fasilitas

kebersihan yang memadai)

- Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk

memudahkan penyerapan air

- Penggunaan vegetasi lokal sebagai penanda identitas kawasan

- Pada Taman kota konsep penataan disesuaikan dengan fungsinya sebagai penunjang aktivitas

masyarakat, yaitu kombinasi antara adanya ruang terbuka dan area teduh

- Penambahan sarana dan prasarana yang diseusikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat

(area duduk,area permainan anak,area seni, fasilitas olah raga, fasilitas penerangan, fasilitas

informasi dan fasilitas kebersihan yang memadai)

- Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk

memudahkan penyerapan air (Grass block)

- Penggunaan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk pohon yang rapat

untuk menciptakan area teduh (Beringin, Mahoni, Johar dan pohon Asem)

Konsep RTH Alun-alun kota 1. Area Berjualan

Penggunaan vegetasi lokal yang mampu

meredam polusi

Beringin, Mahoni dan Pohon Asem

Konsep RTH Taman Kota 2.

Page 12: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

12

- Penggunaan ornament Reog sebagai penanda identitas kawasan

- Lahan-lahan kosong diantara pemukiman dapat dimanfaatkan sebagai taman lingkungan yang

mampu mewadahi aktivitas masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan pada area

pemukiman tersebut.

- Penambahan sarana dan prasarana yang diseusikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat

(area duduk, area permainan anak,area seni, fasilitas olah raga, fasilitas penerangan dan fasilitas

kebersihan yang memadai)

- Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk

memudahkan penyerapan air (Grass Block)

- Diutamakan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk pohon yang rapat

untuk menciptakan area teduh serta vegetasi dengan perpaduan warna dan tekstur daun untuk

menambah keindahan kawasan (Pohon Asem, Tanjung, Cassia dan Mahoni)

- Penggunaan ornament Reog pada maerial-material lansekap sebagai penanda identitas kawasan

Area Olahraga sebagai fasilitas kesehatan bagi

masyarakat kawasan pusat kota Ponorogo

Area seni berupa panggung pertunjukkan

sendra tari dan Reog

Penggunaan vegetasi lokal yang mampu

menyerap polusi, debu dan menciptakan

keteduhan

Perpaduan warna dan tekstur

vegetasi mampu meningkatkan

nilai estetika kawasan

Penggunaan ornament seni Reog yang berfungsi meningkatkan nilai

estetis dan pencipta identitas kawasan

Lahan kosong

yang

dimanfaatkan

sebagai taman

lingkungan

Area seni sebagai tempat pertunjukkan seni Reog

Konsep RTH Taman Lingkungan 3.

Page 13: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

13

- Pada jalur hijau dan pulau jalan didominasi oleh penggunaan vegetasi yang mampu menyerap polusi

dan debu dengan perpaduan warna dan tekstur daun sehingga menciptakan kesan estetis yang juga

berfungsi sebagai aksen pada kawasan (Pohon Tanjung, Mahoni, Bungur, Lantana,Puring)

- Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk

memudahkan penyerapan air

- Untuk memaksimalkan fungsi ekologis area ini didominasi oleh area hijau sebesar 80 % dan area

terbangunnya adalah sebesar 20 %

- Penggunaan vegetasi lokal dengan kerapatan sedang yang mampu menyerap polusi dan debu

(Beringin, Mahoni dan pohon Tanjung)

- Mempertahankan bentuk eksisting dari TMP

Lahan kosong yang dimanfaatkan

sebagai taman lingkungan

Konsep RTH Jalur hijau pulau jalan 4.

Jalur hijau sebagai pembatas jalan

dua arah menggunakan vegetasi

yang mampu menyerap polusi

dengan perpaduan warna dan

tekstur daun unuk menciptakan

kesan estetis

Jalur pedestrian selebar

± 2 m untuk

memudahkan

aksesibilitas

Penggunaan vegetasi

lokal yang mampu

menyerap polusi dan

berrfungsi sebagai

peneduh

Konsep RTH Taman Makam Pahlawan 5.

Page 14: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

14

- Lahan sepanjang daerah aliran sungai peruntukannya dikembalikan sebagai area ruang terbuka hijau

dengan luas minimal 5 meter yang ditambah jalan inspeksi untuk perawatan dan penghijauan agar

tetap berfungsi secara optimal

- Penggunaan vegetasi peneduh dengan perakaran kuat yang dapat menyerap polusi dan debu

PENUTUP

Kesimpulan

1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang terbuka hijau

yang terbagi atas fungsi ekologis, fungsi estetika serta fungsi sosial budaya dan ekonomi dari

ruang terbuka hijau dimana konsep penataannya terdiri dari alun-alun kota, taman kota,

Taman Lingkungan, jalur hijau pulau jalan, taman makam pahlawan dan daerah sempadan

sungai dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat karakter kawasan dan penggunaan

vegetasi lokal serta ornamen-ornamen roeg yang mampu menciptakan citra kawasan.

2. Konsep penataan ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo tersebut juga

didukung oleh pemenuhan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau yang ideal melalui :

- Mempertahankan bentuk ruang terbuka hijau publik yang telah ada (alun-alun kota,

taman kota, jalur hijau, pulau jalan dan Taman Makam Pahlawan).

- Pemenuhan proporsi ruang terbuka hijau dengan menambahkan luasan proporsi ruang

terbuka hijau kota pada area pemukiman (lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai

taman lingkungan, ruang-ruang yang tercipta antar bangunan), sepanjang jalur sempadan

sungai dan di sepanjang jalan utama kota.

- Penyebaran ruang terbuka hijau kota yang merata di seluruh kawasan pusat kota dan

saling terhubung (alun-alun kota → jalur hijau dan pulau jalan → jalur hijau sungai →

taman kota → taman lingkungan → taman rumah tinggal).

3. Konsep penataan ruang terbuka hijau untuk mengatasi kurangnya ruang terbuka hijau pada

kawasan pusat kota adalah :

- Memaksimalkan fungsi ruang terbuka hijau pekarangan dengan menghijaukan area

pekarangan minimal sebesar 20% dari keseluruhan luas lahan.

- Memaksimalkan penggunaan lahan kosong pada kawasan pemukiman sebagai taman

lingkungan yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan serta melayani dan mewadahi

aktivitas masyarakat di kawasan pemukiman.

- Menggunakan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan pada kawasan pemukiman

untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan kualitas ekologis kawasan.

- Pengembangan perpaduan fungsi lahan antara ruang terbuka hijau dengan pusat jasa

komersial dan perkantoran untuk meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasan pusat

kota Ponorogo.

Area hijau dengan

jarak minimal 5-10 m

untuk mencegah erosi

dan memaksimalkan

fungsi ekologis

Konsep RTH Daerah Sempadan Sungai 6.

Page 15: KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan ... merupakan ukuran minimal ... menjadi dasar dalam

15

Saran

Saran bagi kalangan Akademisi dan Praktisi terkait dengan penelitian tentang konsep penataan

ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Ponorogo adalah:

- Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terkait dengan fungsi ekologis ruang terbuka hijau kota

dengan menggunakan pengukuran fungsi-fungsi ekologis dari kondisi topografis dan fungsi

ekologis dari vegetasi

- Perlu dilakukannya penelitian terkait dengan aspek pemeliharaan ruang terbuka hijau kota agar

dapat berfungsi secara maksimal.

- Perlu adanya penelitian selanjutnya yang terkait dengan ruang terbuka hijau sebagai pencipta

identitas kota.

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko. 2003, Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung: Alumni

De Chiara, Joseph and Koppelman, Lee E. 1978. Site Planning Standards. New York: McGraw Hill

Book Company

Groat, Linda & Wang, David. 2002. Architectural Research Methods. Canada: John Wiley&

Sons,inc.

Haeruman. Herman JS. Ning Purnomohadi. 1998. Kebijakan dan Peranan Pemerintah dalam

Pengembangan dan Pemanfaatan RTH di Perkotaan sebagai Wahana Pengembangan

Keanekaragaman Puspa dan Satwa. Jakarta.

Hakim, Rustam. 2004. Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta: FALTL

Universitas Trisakti.

Kantor Statistik Kabupaten Ponorogo. 2009. Ponorogo Dalam Angka. Ponorogo: Kantor Statistik

Kabupaten Ponorogo

Joga, Nirwono & Antar, Yori. 2007. Komedi Lenong: Satire Ruang Terbuka Hijau. Jakarta:

Gramedia.

Molnar, Donald J. 1986. Anatomy of A Park. New York: McGraw-Hill inc.

Purnomohadi, Ning. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta:

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum

Tim Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor. 2005. Makalah Lokakarya:

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataan

Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.