konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

44
i KONSEP MUTU DAN PARADIGMA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN Makalah Tugas Kelompok Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Rasdi Ekosiswoyo, M.Sc. 2. Prof. Dr. Fatkhuruddin, M.Pd. Disusun oleh: Kelompok IV Rombel I DEDY HERIYANTO NIM. 0102514038 SYAHRIATI NIM. 0102514040 WACHID NUGROHO NIM. 0102514044 AGUS SAEFUDIN NIM. 0102514057 AKHMAD KUSFANDI NIM. 0102514064 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG APRIL 2015

Upload: agus-saefudin

Post on 21-Jan-2017

526 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

i

KONSEP MUTU

DAN PARADIGMA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Makalah Tugas Kelompok

Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Rasdi Ekosiswoyo, M.Sc.

2. Prof. Dr. Fatkhuruddin, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok IV Rombel I

DEDY HERIYANTO NIM. 0102514038

SYAHRIATI NIM. 0102514040

WACHID NUGROHO NIM. 0102514044

AGUS SAEFUDIN NIM. 0102514057

AKHMAD KUSFANDI NIM. 0102514064

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

APRIL

2015

Page 2: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat, sempat dan diberi

kekuatan tetap setia mengabdi pada bidang pendidikan untuk berperan dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa pula

makalah dengan judul “Konsep Mutu dan Paradigma Penjaminan Mutu

Pendidikan” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi

Tugas Kelompok Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam penyusunan

makalah ini, untuk itu disampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rasdi Ekosiswoyo, M.Sc. yang telah membuka wawasan kami tentang

evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan;

2. Prof. Dr. Fatkhuruddin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dan banyak ilmu

tentang bagaimana evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan;

3. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (Kepengawasan Sekolah)

Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang merupakan mitra

diskusi dan berbagi pengalaman yang luar biasa, bersama kami mempunyai

mimpi untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalan pahala yang

berlipat dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa sebagaimana kata pepatah tak ada gading

yang tak retak, makalah ini pun masih terdapat kekurangan. Saran dan masukan demi

perbaikan sangat dinantikan. Kami berharap semoga makalah ini membawa manfaat

bagi kita semua dalam mengabdi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Amin.

Semarang, 11 April 2015

Dedy Heriyanto / NIM. 0102514038

Syahriyati / NIM. 0102514040

Wachid Nugroho / NIM. 0102514044

Agus Saefudin / NIM. 0102514057

Akhmad Kusfandi / NIM. 0102514064

Page 3: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .....................................................................................

Kata Pengantar ....................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................

Abstrak ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................

B. Perumusan Masalah ..... ................................................

C. Tujuan ...........................................................................

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................

A. Konsep Mutu .................................................................

B. Konsep Manajemen Mutu Terpadu (TQM: Total

Quality Management) ....................................................

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................

A. Konsep Mutu dalam Pendidikan ......................................

B. Konsep TQM (Total Quality Management) dalam

Pendidikan .......................................................................

C. Strategi Perencanaan Peningkatan Mutu Pendidikan dan

Tantangannya ..................................................................

D. Paradigma Penjaminan Mutu Pendidikan ........................

E. Implementasu Penjaminan Mutu Pendidikan (Quality

Assurance in Education) ..................................................

F. Konsep Akreditasi sebagai Penjaminan Mutu Pendidikan

.......................................................................

BAB IV PENUTUP ............................................................................

A. Simpulan ......................................................................

B. Saran ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

i

ii

iii

iv

1

1

3

4

5

5

6

7

7

9

11

18

21

28

34

34

37

Page 4: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

iv

ABSTRAK

KONSEP MUTU DAN PARADIGMA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh:

Dedy Heriyanto / NIM. 0102514038

Syahriyati / NIM. 0102514040

Wachid Nugroho / NIM. 0102514044

Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057

Akhmad Kusfandi / NIM. 0102514061

Tujuan penulisan makalah ini, adalah: (1) menjelaskan konsep mutu, (2)

menguraikan konsep manajemen mutu terpadu (total quality management), (3)

menjelaskan penyusunan strategi perencanaan peningkatan mutu pendidikan, (4)

menjelaskan konsep paradigma penjaminan mutu pendidikan, dan (5) mengkritisi

implementasi proses dan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan (quality

assurance in education) dalam idealisme praksis pendidikan melalui sistem

akreditasi.

Sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun dan

dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra, dan

akuntabilitas publik. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pda proses untuk membangun

kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum

pada komponen input, komponen proses dan hasil atau outcome sesuai dengan yang

diharapkan oleh stake holders.

Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab

satuan pendidikan yang harus didukung oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi

dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing

serta peran serta masyarakat. Implementasi penjaminan dan peningkatan mutu

pendidikan hingga saat ini masih menghadapi berbagai macam permasalahan antara

lain: (1) belum tersosialisasikannya secara utuh Standar Nasional Pendidikan sebagai

acuan mutu pendidikan; (2) pelaksanaan penjaminan dan peningkatan mutu

pendidikan masih terbatas pada pemantauan komponen mutu di satuan pendidikan;

(3) pemetaan mutu masih dalam bentuk pendataan pencapaian mutu pendidikan yang

belum terpadu dari berbagai penyelenggara pendidikan; dan (4) tindak lanjut hasil

pendataan mutu pendidikan yang belum terkoordinir dari para penyelenggara dan

pelaksana pendidikan pada berbagai tingkatan.

Kata Kunci: konsep mutu, penjaminan mutu pendidikan, paradigma penjaminan

mutu pendidikan

ABSTRACT

Page 5: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

v

CONCEPT OF QUALITY ASSURANCE AND QUALITY

EDUCATION PARADIGM

By:

Dedy Heriyanto / NIM. 0102514038

Syahriyati / NIM. 0102514040

Wachid Nugroho / NIM. 0102514044

Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057

Akhmad Kusfandi / NIM. 0102514061

The purpose of this paper, are: (1) explain the concept of quality, (2) outlines

the concept of total quality management, (3) describes the preparation of a planning

strategy to improve the quality of education, (4) to explain the concept of the

paradigm of education quality assurance, and (5) criticized the implementation

process and the implementation of quality assurance of education in a practical

idealism education through accreditation system.

System development and improvement of education quality should be built and

developed nationally in an effort to improve competitiveness, image, and public

accountability. Quality assurance activities directed pda process to build trust by way

of eligibility or minimum standards on the input component, component or process

and outcome results as expected by stakeholders.

Assurance and quality improvement of education is the responsibility of the

educational unit that must be supported by the government, the provincial

government and local government district / city in accordance with their respective

authorities and community participation. Implementation and improvement of

education quality assurance is still facing various kinds of problems, among others:

(1) has not been fully socialized National Education Standards as a reference the

quality of education; (2) the implementation of quality assurance and improvement of

education is limited to monitoring the quality of the components in the educational

unit; (3) mapping data quality is still in the form of educational attainment are not yet

integrated quality of various education providers; and (4) follow-up of the data

quality of education that has not been coordinated from the organizers and executors

of education at various levels.

Keywords: concept of quality, quality assurance of education, educational quality

assurance paradigm

Page 6: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan bidang pendidikan sangat menentukan pembentukan SDM

berkualitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanah

Pembukaan UUD 1945. Bangsa yang cerdas dengan kebudayaan dan berperadaban

unggul merupakan cita-cita para founding fathers yang bisa diwujudkan dengan

proses pendidikan yang terstruktur dan sistematis.

Kemajuan dan kejayaan suatu negara (bangsa) bukan ditentukan umur negara

tersebut. Ketersediaan sumber daya alam di suatu negara juga tidak menjamin negara

itu menjadi kaya atau miskin. Para eksekutif dari negara maju dan dari negara

terbelakang sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal

kecerdasan. Apalagi ras atau warna kulit juga bukan faktor penyebab kemajuan suatu

bangsa. Para imigran yang dikatakan pemalas di negara asalnya ternyata sumber daya

yang sangat produktif di negara-negara maju/kaya di Eropa.

Sesungguhnya faktor ataupun penyebab kemajuan dan kejayaan suatu negara

(bangsa) adalah pada sikap/perilaku dan kemampuan berpikir masyarakatnya, yang

telah dibentuk sepanjang masa melalui kebudayaan dan proses pendidikan.

Pendidikan merupakan peristiwa interaksi individu dengan lingkungannya sehingga

menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan (nilai-nilai positif kehidupan).

Secara umum pendidikan dimaknai dari dua perspektif, sebagai proses belajar yang

dibentuk secara alami/natural (yaitu ranah pendidikan informal dalam keluarga) dan

proses pembelajaran yang direncanakan dan dirancang, by design (ranah pendidikan

formal sekolah). Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat, ternyata bahwa

mayoritas penduduk di negara maju menerapkan prinsip-prinsip dasar perilaku

tersebut dalam kehidupan keseharian.

Page 7: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

2

Diantara prinsip dasar positif nilai-nilai kehidupan tersebut adalah etika,

kejujuran dan integritas, tanggung jawab, taat pada aturan dan hukum masyarakat,

hormat pada hak orang/warga lain, cinta pada pekerjaan/profesi, berusaha keras untuk

menabung dan investasi, mau dan mampu bekerja keras dan cerdas, serta sadar

waktu, sadar mutu, dan sadar biaya. Di negara terbelakang/miskin/’berkembang’,

hanya sebagian kecil masyarakatnya yang mematuhi prinsip dasar kehidupan

tersebut. Jadi, negara-negara yang dikategorikan terbelakang/lemah/miskin karena

perilaku masyarakatnya yang kurang/tidak baik. Mereka kurang kemauan untuk

mematuhi, menghayati, serta menerapkan prinsip-prinsip dasar kehidupan

yang memungkinkan mereka pantas membangun masyarakatnya sehingga memiliki

aspek budaya, sosial dan perekonomian bangsa dan negara yang unggul dan

berkembang.

Ternyata proses pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Manusia

membutuhkan pendidikan yang bermutu dalam kehidupannya. Dalam UU Pendidikan

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 dinyatakan

bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai peran besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan

ilmu pengetahuan selama ini juga tidak terlepas dari sebuah proses pendidikan.

Kehidupan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas system pendidikan yang

diterapkan pada bangsa tersebut. Pendidikan akan memproduksi manusia kreatis yang

mampu menjawab persoalan sebuah bangsa. Pendidikan dengan kata lain mempunyai

peran yang besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak zaman

dahulu hingga memasuki zaman globalisasi saat ini.

Sistem pendidikan di Indonesia dirancang dengan tujuan meningkatkan

kualitas SDM (UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 3). Fungsi sIstem pendidikan

nasional menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 adalah :

Page 8: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

3

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

UUSPN tersebut menyatakan kualitas sumber daya manusia yang diinginkan oleh

bangsa Indonesia adalah kualitas yang menyeluruh. SDM yang berkualitas tidak

hanya dilihat dari penguasaan ilmu pengetahua semata.

Kemajuan dan perbaikan mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor. Dalam

perspektif kebijakan pemerintah, salah satu faktor penilaian kemajuan dan pencapaian

mutu pendidikan yang ideal bisa dilihat dari sudut pandang pelaksanaan 8 Standar

Nasional Pendidikan (PP No 19 Tahun 2005) atau proses dan sistem penjaminan

mutu pendidikan (Permendiknas No 63 Tahun 2009).

Dalam perspektif global, secara umum dapat dinyatakan bahwa kunci mutu

pendidikan nasional terletak pada mutu pendidikan (sekolah) dan kunci mutu sekolah

terletak pada mutu kegiatan belajar mengajar di kelas. Mutu kegiatan belajar

mengajar pada akhirnya diukur dari mutu hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh

karena itu menjadi jelas dan nyata bahwa peningkatan mutu terjadi di lingkungan

sekolah/kelas, bukan di kantor birokrasi pendidikan (Djam’an Satori, 2014 : 2).

Rosalina Ginting dan Titik Haryati (2012 : 8) menyatakan bahwa mutu

pendidikan merupakan isu yang sangat penting dan kompleks karena melibatkan

berbagai komponen dan dimensi yang saling berkaitan satu sama lainnya, mencakup

konteks dan proses yang terus berkembang, dalam konteks pendidikan khususnya di

sekolah sebagai unit satuan pendidikan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskankan beberapa masalah yang berhubungan dengan konsep mutu dan

paradigm penjaminan mutu pendidikan. Masalah-masalah yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

Page 9: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

4

1. Bagaimana konsep mutu dibangun dan dikembangkan sehingga bisa menjadi

kerangka acuan pelaksanaan sistem pendidikan nasional?

2. Apa dan bagaimana konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality

Management) yang ideal sehingga dapat diimplementasikan secara menyeluruh

dalam sistem pendidikan bangsa?

3. Bagaimana penyusunan strategi perencanaan peningkatan mutu pendidikan untuk

menjawab tantangan dan berbagai permasalahan pendidikan modern saat ini?

4. Bagaimana konsep dan paradigma penjaminan mutu pendidikan dikembangkan

sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia bangsa?

5. Bagaimana implementasi proses dan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan

(quality assurance in education) dalam idealisme praksis pendidikan di lapangan?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini sejalan dengan perumusan masalah di atas,

yaitu :

1. Menjelaskan dan mendeskripsikan konsep mutu yang dibangun dan dikembangkan

sehingga bisa menjadi kerangka acuan pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

2. Menguraikan dan menganalisis konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality

Management) yang ideal sehingga dapat diimplementasikan secara menyeluruh

dalam sistem pendidikan suatu bangsa.

3. Menjelaskan dan memaparkan penyusunan strategi perencanaan peningkatan mutu

pendidikan untuk menjawab tantangan dan berbagai permasalahan pendidikan

modern saat ini.

4. Menjelaskan dan menguraikan konsep paradigma penjaminan mutu pendidikan

yang dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

suatu bangsa.

5. Menganalisis dan mengkritisi bagaimana implementasi proses dan pelaksanaan

penjaminan mutu pendidikan (quality assurance in education) dalam idealisme

praksis pendidikan melalui sistem akreditasi.

Page 10: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Mutu

Mutu menurut Edward Sallis (1993:24) adalah kepuasan terbaik dan

tercapainya kebutuhan/keinginan pelanggan. Dan menurut Hoy (2000:15), yaitu

“Quality is often defined in term of outcomes to match a customer’s satisfaction”,

mutu adalah kepuasan terhadap lulusan berkualitas dan pelayanan yang baik.

Berkaitan dengan manajemen mutu modern, Joseph M. Juran (1980:18)

mengembangkan konsep trilogi kualitas, yaitu: perencanaan kualitas (quality

planning), pengendalian kualitas (quality control) dan perbaikan kualitas (quality

improvement). Perencanaan kualitas (quality planning), yaitu suatu proses yang

mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa

dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh

kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan dengan cara: memenuhi

kebutuhan pelanggan/konsumen, menentukan market segment (segmen pasar)

produk, mengembangkan karakteristik produk sesuai dengan permintaan konsumen,

dan mengembangkan proses yang mendukung tercapainya karakteristik produk.

Pengendalian kualitas (quality control), yaitu suatu proses dimana produk

benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan

yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian

dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki. Caranya: mengevaluasi

performa produk, membandingkan antara performa aktual dan target, serta melakukan

tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan.

Sedangkan perbaikanan kualitas (quality improvement), yaitu suatu proses

dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai

berkelanjutan. Caranya: mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement),

membangun infrastruktur yang memadai, membentuk tim, melakukan pelatihan-

Page 11: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

6

pelatihan yang relevan, diagnosa sebab-akibat, cara penanggulangan masalah, cara

mencapai target sasaran.

B. Konsep Manajemen Mutu Terpadu (TQM : Total Quality Management)

Istilah manajemen mutu terpadu sebagai padanan pengertian total quality

management (TQM) didasarkan pada kepercayaan bahwa semua aktivitas organisasi

terfokus pada memperbaiki produk. Mutu dalam pengertian TQM tidak hanya dilihat

dari hasil akhir saja. Suatu organisasi atau lembaga memandang bahwa penciptaan

suatu produk atau jasa dapat dilihat dalam setiap proses kegiatan. Gambaran mutu

tersebut tentunya membutuhkan dukungan semua pihak dalam upaya pemeliharaan

mutu. TQM oleh Karena itu digambarkan sebagai komitmen total semua karyawan

untuk melakukan perbaikan secara terus menerus.

Edward Sallis (2012 : 75-76) menguraikan bahwa TQM biasanya digunakan

untuk mendeskripsikan dua gagasan yang sedikit berbeda namun saling berkaitan.

Yang pertama adalah filosofi perbaikan secara terus-menerus. Kedua, untuk

mendeskripsikan alat-alat atau teknik-teknik, seperti brainstorming dan analisis

lapangan, yang digunakan untuk membawa peningkatan mutu. TQM adalah sebuah

pola pikir sekaligus aktivitas praktis.

Page 12: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

7

BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Mutu dalam Pendidikan

Praktek pendidikan dapat dianalogikan dengan industri khususnya industri

jasa. Sekolah dapat dianggap sebagai lembaga yang memproduksi dan menjual jasa

(service) kepada para pelanggannya. Pelanggan jasa pendidikan yang di produksi oleh

sekolah terdiri dari pelanggan primer yaitu siswa, pelanggan sekunder yaitu orang tua

dan masyarakat atau penyandang dana, dan pelanggan tersier yaitu pemakai lulusan

sekolah yang terdiri dari lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan dunia kerja.

Pelanggan sekunder dan tersier, yaitu orang tua, masyarakat penyandang dana dan

pemakai lulusan, bisa disebut dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

pendidikan di sekolah (stakeholders).

Dengan berpegang kepada konsep mutu sebagaimana dijelaskan di atas,

apabila konsep modern digunakan, maka mutu sekolah haruslah ditentukan oleh

pelanggannya, yakni siswa dan stakeholders, bukan oleh produsen yaitu sekolah itu

sendiri. Hal ini berarti bahwa sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu

memberikan layanan atau jasa pendidikan yang sesuai atau melebihi harapan dan

kepuasan para pelanggannya.

Apakah sekolah dapat memberi layanan yang sesuai atau melebihi kepuasan

para pelanggannya merupakan pertanyaan kunci dalam menilai mutu suatu sekolah.

Untuk menilainya diperlukan adanya kriteria-kriteria penilaian pada masing-masing

dimensi mutu. Menurut Sanusi (1990), dimensi-dimensi itu meliputi dimensi hasil

belajar, dimensi mengajar, bahan kajian, dan dimensi pengelolaan. Dimensi hasil

belajar dapat dipandang sebagai mutu output sedangkan dimensi pengelolaan dan

mutu mengajar sebagai mutu proses, sementara dimensi bahan kajian sebagai mutu

input. Berbagai dimensi tersebut dapat dipandang sebagai sumber-sumber mutu

sekaligus sebagai fokus mutu dalam penjaminan mutu sekolah.

Page 13: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

8

Secara umum, mutu dalam pendidikan dapat diartikan sebagai gambaran dan

karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemamapuannya

dalam memuasakan kebutuhan yang diharapakan atau yang tersirat. Dalam konteks

pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan

(Depdiknas, 2001).

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan

untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan

perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.

Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru termasuk

guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan,

uang, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi

sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana dan program. Input

harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh

sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan

baik. Oleh karean itu rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkt kesiapan input.

Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.

Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses tersebut disebut input,

sedang sesuatu hasil dari proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro

(sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses

pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan

proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar

memilki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian

serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan

sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi

pembelajaran yang menyenangan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi

dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata

memberdayakan mengandung arti bahawa peserta didik tidak sekedar menguasai

pengetahuan yang idajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan tesebut juga telah

Page 14: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

9

menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-

hari dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar cara belajar

(mampu mengembangkan dirinya).

Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah

prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat

diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya,

kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu

output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau

bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan

pencapaian yang tinggi dalam : (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum,

nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba akademik ; dan (2) prestasi non-

akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian,

keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah

dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti

misalnya perencanaaan, pelaksanan, dan pengawasan.

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan

akademik dan ekstrakurikuler, serta terbentuknya karakter/soft skill yang handal pada

peserta didik yang dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan tertentu.

Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai peserta didik.

Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang

diperolah siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Keunggulan karakter/soft

skill dapat dilihat dari sikap dan budaya peserta didik pada lingkungan kehidupan

social baik di sekolah, keluarga, maupun pergaulan di masyarakat.

B. Konsep TQM (Total Quality Management) dalam Pendidikan

TQM adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan

roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya.

Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan sekumpulan

slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untk mencapai

tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan

Page 15: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

10

dan keinginan pelanggan. TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti

hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen

dalam organisasi tersebut.

Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam

tujuan sebuah organisasi, dari tujuan ‘kelayakan’ jangka pendek menuju tujuan

perbaikan mutu jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan,

melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktikkan TQM, akan

mengalami siklus perbaikan secara terus-menerus. Semangat tersebut akan

menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisis apa yang sedang dikerjakan dan

merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan terus-menerus,

seorang manajer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada

tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah

tanggung jawab untuk mencapaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf

membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan

organisasi yang sudah diketahui.

Konsep TQM selanjutnya menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup dan

menekankan pada tiga kemampuan, yaitu kemampuan akademik, kemampuan sosial,

dan kemampuan moral. Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel,

yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar dan realitas sekolah. Kultur sekolah

merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan

berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu

angkatan ke angkatan berikutnya baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini

mempengaruhi perilaku komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf

administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan

mutu akan mendorong perilaku warga sekolah kea rah peningkatan mutu sekolah,

sebaliknya kultur sekolah yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju

peningkatan mutu sekolah.

Kultur sekolah dipengaruhi dua variabel, yakni variabel pengaruh eksternal

dan realitas sekolah itu sendiri. Pengaruh eksternal dapat berupa kebijakan

pendidikan yang dikeluarkan pemerintah, perkembangan media massa dan lain

Page 16: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

11

sebagainya. Realitas adalah keadaan dan kondisi factual yang ada di sekolah, baik

kondisi fisik seperti gedung dan fasilitasnya, maupun non fisik seperti ; hubungan

antar guru yang tidak harmonis dan peraturan sekolah yang terlalu kaku. Realitas

sekolah mempengaruhi mutu sekolah. Sekolah yang memilki peraturan yang diterima

dan dilaksanakan oleh warga sekolah akan memiliki dampak atas mutu yang berbeda

dengan sekolah yang memliki peraturan tetapi tidak diterima warga sekolah.

Kualitas kurikulum dan proses belajar mengajar merupakan variabel ketiga

yang mempengaruhi mutu sekolah. Variabel ini merupakan variabel yang paling

dekat dan paling menentukan mutu lulusan. Kualitas kurikulum dan PBM memilki

hubungan timbal balik dengan realitas sekolah. Di samping itu juga dipengaruhi oleh

faktor internal sekolah. Faktor internal adalah aspek kelembagaan dari sekolah seperti

struktur organisasi, bagaimana pemilihan kepala sekolah, pengangkatan guru. Faktor

internal ini akan mempengaruhi pandangan dan pengalaman sekolah. Selain itu,

pandangan dan pengalaman sekolah juga akan dipengaruhi oleh faktor eksternal.

C. Strategi Perencanaan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tantangannya

Strategi merupakan penentuan suatu tujuan jangka panjang dari suatu lembaga

dan aktivitas yang harus dilakukan guna mewujudkan tujuan tersebut, disertai alokasi

sumber yang ada sehingga tujuan dapat diwujudkan secara efektif dan efesien.

Penentuan tujuan dan aktivitas yang dilakukan bermula dari kondisi saat ini yang ada

dan kondisi yang akan dicapai masa depan sebagai tujuan. Terdapat tiga perencanaan

strategis yang berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, yaitu strategi yang

menekankan pada hasil (the output oriented strategy), strategi yang menekankan pada

proses (the process oriented strategy), dan strategi komprehensif (the comprehensive

strategy).

Strategi yang menekankan pada hasil bersifat top down, di mana hasil yang

akan dicapai baik kuantitas maupun kualitas telah ditentukan dari atas, bisa dari

pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi, ataupun pemerintah daerah

kabupaten/kota. Kasus di Indonesia saat ini, hasil yang harus dicapai telah

dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Dasar.

Page 17: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

12

Untuk mencapai standar yang telah ditetapkan pemerintah juga akan menetapkan

berbagai standar yang lain, seperti standar proses, standar pengelolaan, standar

fasilitas, dan standar tenaga pendidik.

Strategi yang menekankan pada hasil ini akan sangat efektif karena sasarannya

jelas dan umum, sehingga apabila diikuti dengan pedoman, pengendalian dan

pengorganisasian yang baik serta kebijakan yang memberikan dorongan sekaligus

ancaman bagi yang menyimpang, strategi ini akan akan sangat efesien. Namun,

dibalik kebaikan tersebut strategi ini juga mengandung sisi kelemahan yakni akan

terjadi kesenjangan yang semakin besar antara sekolah yang maju dan sekolah yang

terbelakang. Sekolah yang sudah siap untuk mencapai hasil yang ditentukan akan

dengan mudah mencapainya, sebaliknya sekolah yang tidak siap sulit untuk mencapai

hasil yang ditentukan dan akan muncul upaya-upaya yang tidak sehat atau muncul

keputus-asaan. Untuk strategi yang menekankan pada prosesi muncul, tumbuh

berkembang dan digerakkan mulai dari bawah, yakni sekolah sendiri. Pelaksanaan

strategi ini sangat ditentukan oleh inisiatif dan kemampuan dari sekolah. Karena

sekolah memilki peran yang sangat menentukan dan sekaligus pengambil inisiatif,

maka akan muncul semangat dan kekuatan dari sekolah sesuai kondisi dari masing-

masing sekolah. Gerakan untuk memperkuat diri dengan bekerja sama di antara

sekolah akan lahir yang akan diikuti dengan munculnya berbagai inovasi dan kreasi

dari bawah. Namun, strategi ini memiliki kelemahan yaitu arah dan kualitas sekolah

tidak seragam, sehingga sulit untuk melihat dan meningkatkan kualitas secara

nasional.

Layaknya, kalau ada dua pendapat yang bertolak belakang akan muncul

pendapat ke tiga yang merupakan perpaduan diantaranya. Demikian pula dalam

kaitan dengan strategi, muncul strategi peningkatan mutu sekolah yang ketiga yang

merupakan kombinasi dari dua strategi yang sudah ada. Strategi ini disebut strategi

yang komprehensif (the comprehensive strategy). Strategi ini menggariskan bahwa

hasil yang akan dicapai sekolah ditentukan secara nasional, yang diwujudkan dalam

dalam standar nasional. Untuk mencapainya maka berbagai standar yang berkaitan

dengan hasil juga ditentukan sebagai jaminan hasil akan dicapai. Maka lahir lah pula

Page 18: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

13

standar proses, standar pengelolaan sekolah, standar guru, kepala sekolah dan

pengawas, standar keuangan, standar isi kurikulum, serta standar sarana prasarana. Di

balik standar yang telah ditentukan dari atas tersebut, sekolah memiliki kekuasaan

dan otoritas yang besar untuk mengelola sekolah dalam rangka mencapai standar

hasil di atas. Berdasarkan strategi ini diperkiarakan akan muncul berbagai inovasi

kegiatan dari sekolah. Bahkan, tidak mustahi akan muncul kenekaragaman dalam

pengelolaan sekolah. Dengan demikian kondisi dan kebutuhan lokal terakomodasi

dengan strategi komprehensif. Tujuannya bersifat nasional tetapi cara mencapainya

sesuai dengan kondisi lokal.

Strategi peningkatan mutu sekolah yang ada di Indonesia cenderung pada

strategi yang ketiga ini, sebagimana dapat ditunjukkan dengan adanya berbagai

standar nasional yang menjadi acuan sekolah, namun sekolah diberi kebebasan dalam

bentuk kebijakan manajemen berbasis sekolah dan kurikulum berbasis kompetensi

dengan kewenangan sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) (setelah dievaluasi Kurikulum 2013 ternyata belum siap diimplementasikan).

Setiap strategi mengandung kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan

tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan ini pada intinya adalah menggerakkan semua

komponen sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Strategi untuk

meningkatkan mutu mencakup membangun kapasitas level birokrat, sekolah dan

kelas.

1. Membangun kapasitas level birokrat

Membangun kapasitas (capacity building) adalah sesuatu yang berkaitan

dengan penciptaan kesempatan bagi siapa saja untuk mengambil manfaat dari

bekerjasama dalam suatu sistem kerja yang baru (Harris & Lambert, 2003). Konsep

ini menekankan pada kerja sama sebagai prinsip dalam organisasi untuk mencapai

tujuan bersama yang telah ditetapkan. Capacity building yang diperlukan mencakup

tiga hal; a) pengembangn nilai-nilai atau budaya kerja yang menjadi jiwa pelaksanaan

kegiatan, b) infrastruktur yang mejnadi landasan untuk melaksanakan kerja, dan c)

Page 19: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

14

pengembangn tenaga pendidik, khususnya guru, sebagai inti pelaksana kegiatan yang

harus dilaksanakan.

Membangun kapasitas level birokrat berarti mengembangkan suasana kerja di

kalangan staf dan pegawai kantor pendidikan di segala jenjang, yang menekankan

pada penciptaan kondisi kerja yang didasarkan pada saling percaya mempercayai

untuk dapat melayani sekolah sebaik mungkin, agar sekolah dapat mengelola proses

belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan mutunya masing-masing sesuai dengan

kondisi dan situasi yang ada. Variabel yang diperlukan dalam pengembangan

kapasitas birokrat institusional antara lain visi, skills, incentive, sumber daya, dan

program.

Di bidang infrastruktur, pembangunan kapasitas pada level birokrat kantoran,

keberadaan operation room mutlak diperlukan. Pada operation room paling tidak

memiliki peta sekolah dan kualitasnya, peta guru, jumlah, penyebaran, kesesuaian,

dan kualifikasi pendidikannya dan data yang senantiasa dimutakhirkan dari tahun ke

tahun. Disamping itu diperlukan juga suatu sistem, mekanisme dan dan prosedur

pelatihan, pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah dan pengawas.

Berdasarkan data dan fakta yang ada pada operation room bias dikembangkan

berbagai skenario peningkatan mutu sekolah, mutu kepala sekolah, mutu guru, di

suatu daerah atau wilayah. Disamping itu, dalam pembangunan kapasitas sekolah

pada level birokrat kantoran perlu dikaji dan ditentukan scenario bagaimana

pemberdayaan guru, pengembangan dan peningkatan kemampuan guru secara

berkesinambungan dilaksanakan. Dalam peningkatan mutu guru harus ditekankan

pada pemberdayaan dan pen-dinamisasi-an KKG, MGMP, dan MKKS. Dinamisasi

ini ditujukan untuk dua hal, yaitu ; a) meningkatkan interaksi akademik antara guru

dan kepala sekolah, b) untuk mengembangkan kemampuan di kalangan guru melalui

refleksi secara sistematis atas apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.

Dalam aspek pengembangan tenaga pendidikan ini pula birokrat kantoran

harus mempersiapkan rancangan pengadaan gueu, baik karena lingkaran proses

pensiun sudah mulai muncul maupun perluasan pelayanan pendidikan yang semakin

lebar, sehingga penambahan lembaga pendidikan baru tidak dapat ditunda lagi.

Page 20: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

15

Peningkatan kemapuan profesioanalitas guru yang harus dimiliki oleh guru ada

emapat sasaran, yaitu; 1) kemampuan melaksanakan PBM secara individual, 2)

kemampuan melaksanakan PBM dan mengembangkan kurikulum secara

berkelompok, 3) kemampuan mengorganisir, memimpin, menjalin, hubungan, dan

memecahkan masalah secara individual dan, 4) kemampuan untuk bekerja sama

memajukan sekolah.

2. Membangun kapasitas level sekolah

Membangun kapasitas berarti membangun kerjasama, membangun trust, dan

membangun kelompok atau masyarakat sehingga memiliki persepsi yang sama

kemana akan menuju dan dapat bekerjasama untuk mewujudkan tujuan itu.

Membangun kapasitas diarahkan pada sekolah sebagai suatu system dan juga level

kelas sebagai inti dari sekolah.

Secara teoritis dalam membangun kapasitas sekolah ada beberapa konsep yang

diidentifikasi oleh Hopkins & Jackson (2002), yaitu ; pertama, dalam membangun

kapasitas sekolah individu memegag peranan penting. Individu dalam hal ini bisa

kepala sekolah, guru ataupun siswa. Kedua, hubungan dan kaitan kerja di antara

individu-individu yang dirangkum dalam suatu aturan sehingga mereka dapat bekerja

sebagai suatu tim yang solid. Ketiga, terdapat suatu sistem dan mekanisme yang

mendorong dan memfasilitasi terjadinya kesatuan kerja dan jaringan kerja internl

yang akan meningkatkan kemampuan individu dan kauitas kerjasama. Keempat,

keberadaan pemimpin yang mampu mengembangkan nilai-nilai, kultur, trust,

keutuhan sosial, dan kebersamaan yang tulus. Jadi, membangun kapasitas mencakup

membangun diri idividu, kelompok dan organisasi di satu sisi dan membangun

kepemimpinan di sisi lain. Membangun kapasitas level sekolah mencakup ;

mengembangkan visi dan misi, mengembangkan kepemimpinan dan manajemen

sekolah, mengembangkan kultur sekolah, mengembangkan a learning school, dan

melibatkan orang tua, alumni dan masyarakat serta memahami tantangan yang

dihadapi kepala sekolah.

Page 21: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

16

3. Membangun kapasitas level kelas

Inti dari mutu pendidikan terletak pada apa yang terjadi di ruang kelas.

Meningkatkan mutu sekolah pada intinya berujung pada peningkatan mutu belajar

mengajar di ruang kelas. Oleh karenanya, membangun kapasitas sekolah harus

membangun kapasitas kelas. Kapasitas kelas merupakan proses yang memungkinkan

interaksi akademik antara guru dan siswa, dan antara komponen di sekolah yang

berlangsung secara positif. Interaksi anatar guru dan siswa merupakan inti dari

kegiatan di sekolah.

Interaksi memiliki dua macam sifat, yakni: sifat positif dan negatif. Interaksi

yang positif akan melahirkan energi yang positif yang akan mendukung peningkatan

mutu. Sebaliknya interaksi negatif akan menghasilkan dampak negatif bagi upaya

peningkatan mutu. Dengan demikian, kepala sekolah harus melakukan rekayasa agar

di kelas muncul interaksi guru dan siswa yang bersifat positif.

Beberapa hal ihwal yang berkaitan erata dengan pembangunan kapaistas level

kelas antara lain ; a) memahami hakekat proses belajar mengajar, b) memahami

karakteristik kerja guru, c) mengembangkan kepemimpinan pembelajaran, d)

meningkatkan kemampuan mengelola kelas, e) tantangan guru.

Tantangan Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Di bawah ini akan diuraikan beberapa tantangan peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah secara umum, yaitu:

1. Efektifitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi

pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya

adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran

dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal”

apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam

proses pendidikan.

2. Efisiensi pengajaran di sekolah yang masih bermasalah

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan

dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik

Page 22: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

17

jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan

proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan

di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat

meraih standar hasil yang telah disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya

biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu

pengajar, sistem pendidikan dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang

efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam

peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas

merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat

dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan

dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung

ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan

yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program

yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan

sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami

hambatan.

3. Standarisasi pendidikan di Indonesia

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam

pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar

dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standar dan kompetensi di dalam

berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk

melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standarisasi

Nasional Pendidikan (BSNP).

Peserta didik terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai

standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif

dan dapat digunakan. Tidak peduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau

lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di

atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan

Page 23: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

18

seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu

jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

4. Perubahan Sikap dan perilaku birokrasi pendidikan dari sikap sebagai birokrat

menjadi sikap dan perilaku sebagai pelayan pendidikan yang masih sulit

dilaksanakan.

5. Alokasi anggaran yang langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar masih

terbatas.

6. Tidak meratanya tenaga guru di sekolah-sekoalh akibat distribusi tenaga guru di

Indonesia yang timpang.

7. Penerapan pola manajemen berbasis sekolah bertentangan kebijakan pendidikan

gratis yang disalahgunakan oleh kepentingan politik tertentu di daereh, sehingga

masyarakat salah memahami prinsip kebijakan pendidikan gratis itu sendiri.

8. Adanya kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah

pedesaan.

D. Paradigma Penjaminan Mutu Pendidikan

Penjaminan mutu pendidikan formal, nonformal, dan informal telah diatur

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan. Kebijakan pembangunan pendidikan nasional

diarahkan pada upaya mewujudkan daya saing, pencitraan publik, dan akuntabilitas

penyelenggaraan pendidikan. Tolok ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut

dapat dilihat dari ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan

yang telah ditetapkan BNSP dalam delapan (8) standar nasional pendidikan (SNP).

Dasar hukum upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa penjaminan mutu

pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program

pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah,

Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa

melalui pendidikan.

Page 24: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

19

Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan

kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui

penerapan SPMP. Sedangkan tujuan antara yang hendak dicapai melalui sistem

penjaminan mutu pendidikan ini adalah adalah terbangunnya Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan, meliputi:

1. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal;

2. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam

penjaminan mutupendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program

pendidikan, penyelenggarasatuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten

atau kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah;

3. Ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan

formal dan/atau nonformal;

4. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang

dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program

pendidikan;

5. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis

teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang

menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau

program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan

Pemerintah.

Paradigma Penjaminan Mutu Pendidikan yang dikembangkan adalah:

1. Pendidikan untuk semua yang bersifat inklusif dan tidak mendiskriminasi peserta

didik atas dasar latar belakang apa pun;

2. Pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik yang memperlakukan,

memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi insan pembelajar mandiri

yang kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan; dan

3. Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan/atau pembangunan

berkelanjutan (education for sustainable development), yaitu pendidikan yang

mampu mengembangkanpeserta didik menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Page 25: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

20

Penjaminan mutu pendidikan dilakukan atas dasar prinsip:

1. Keberlanjutan;

2. Terencana dan sistematis, dengan kerangka waktu dan target-target capaian

mutu yang jelas dan terukur dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan

nonformal;

3. Menghormati otonomi satuan pendidikan formal dan nonformal;

4. Memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat berkelanjutan dengan

regulasi negara yangeminimal mungkin;

5. SPMP merupakan sistem terbuka yang terus disempurnakan secara

berkelanjutan.

Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan yang sistemik dan

terpadu pada penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan

bangsa. Tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk

mewujudkannya menuntut satu sistem pengembangan dan peningkatan mutu

pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai

pemangku kepentingan (stake holders) yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan

kerja tingkat nasional, regional, dan lokal. Dalam rangka penjaminan dan peningkatan

mutu pendidikan nasional secara bertahap, terencana dan terukur sesuai amanat

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pemerintah melakukan akreditasi untuk menilai kelayakan program dan/atau satuan

pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan Badan

Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dengan Peraturan Mendiknas

Nomor 29 Tahun 2005.

BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program

dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal

dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Sebagai institusi yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Mendiknas, BAN-S/M bertugas merumuskan

kebijakan operasional, melakukan sosialisasi kebijakan dan melaksanakan akreditasi

sekolah/ madrasah. Dalam melaksanakan akreditasi sekolah/ madrasah, BAN-S/M

dibantu oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) yang dibentuk

Page 26: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

21

oleh Gubernur, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, khususnya Pasal 87 ayat (2).

Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah bahwa

setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat

menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, setiap satuan/program pendidikan harus

memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui kegiatan akreditasi ter

hadap kelayakan setiap satuan/program pendidikan. Tujuan diadakannya kegiatan

akreditasi sekolah/madrasah, ialah: (1) memberikan informasi tentang kelayakan

sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional

Pendidikan, (2) memberikan pengakuan peringkat kelayakan, dan (3) memberikan

rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan

pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait.

Paradigma baru sistem manajemen pendidikan yang berorientasi mutu

mengenal empat buah prinsip, yaitu (1) prinsip otonomi; (2) prinsip evaluasi; (3)

prinsip akuntabilitas, dan (4) prinsip akreditasi. Paradigma baru sistem pendidikan

tersebut dapat digunakan untuk semua lapis otoritas satuan pendidikan, seperti

wewenang untuk self regulation pada prinsip otonomi dapat diterapkan pada lapis

organisasi institusi satuan sekolah dan kelas. Namun harus selalu diingat bahwa

dibalik otonomi ada akuntabilitas, dan penilaian kualitas dalam bentuk akreditasi.

Akuntabilitas dalam self regulation ini mengisyaratkan tugas untuk melakukan

perencanaan terhadap peningkatan kualitas secara berkelanjutan.

Bentuk akuntabilitas pada otoritas sekolah kepada otoritas pusat atau bisa juga

yayasan yang dikenal dengan penjaminan mutu internal (internal quality assurance).

Upaya penjaminan mutu ini berupa pemberdayaan lapis unit akademik untuk

melakukan peningkatan kualitas secara berkelanjutan berdasar pada perencanaan

berbasis pada fakta yang diperoleh berdasar pada proses evaluasi diri. Dalam sistem

penjaminan mutu internal bidang akademik diupayakan untuk melakukan

peningkatan kualitas secara berkelanjutan pada setiap unit akademik yang

mengandung dua unsur, yaitu unsur operasional (rutin) dan unsur peningkatan

kualitas. Pada tingkat unit akademik di sekolah, proses perencanaan peningkatan

Page 27: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

22

kualitas berdasar pada visi sekolah sebagai situasi masa depan yang hendak

diwujudkan melalui analisis terhadap situasi lingkungan (environmental scanning)

untuk cakrawala waktu 10 tahun ke depan. Melalui environtal scanning dapat

dikenali situasi eksternal yang merupakan kesempatan dan yang merupakan ancaman

(threat).

Visi sekolah hendaknya dijabarkan dalam bentuk pernyataan misi atau tugas

yaitu apa tindakan yang harus dilakukan, untuk siapa dan bagaimana tindakan itu

dilakukan, serta mengapa tindakan untuk mewujudkan visi itu harus dilakukan.

Pernyataan misi itu ada pada tingkat program, sehingga pernyataan misi sekolah

menunjukkan keunikan program yang dihasilkan oleh program sekolah tersebut.

Selanjutnya pernyataan misi dijabarkan dalam bentuk pernyataan tujuan yaitu situasi

yang harus dicapai sebagai indikator keterlaksanaan misi dalam rangka mewujudkan

visi.

Banyak indikator yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan penjaminan

mutu di suatu lembaga pendidikan. Penjaminan mutu di sekolah misalnya dalam hal

kurikulum, fasilitas dan proses pembelajaran. Indikator-indikator yang berkait dengan

proses pembelajaran seperti: penyiapan silabus, penyiapan bahan ajar, penyiapan

bahan/pedoman praktek, alat/media pembelajaran, dan alat evaluasi.

E. Implementasi Penjaminan Mutu Pendidikan (Quality Assurance in Education)

Tujuan utama dari penjaminan mutu adalah untuk mencegah terjadinya

kesalahan dalam produksi yang dilakukan dengan cara mengefektifkan setiap langkah

yang dilaksanakan, memperhatikan setiap sumberdaya yang digunakan, dan setiap

aspek yang terlibat dalam proses produksi di evaluasi secara terus menerus untuk

mencegah terjadinya kesalahan. Jika terjadi kekeliruan maka segera dilakukan

perbaikan sehingga bisa dihindari terjadinya kerugian. Selain pelaksanaan evaluasi

yang dilakukan secara terus menerus, perbaikan juga harus dilakukan secara

berkelanjutan. Penerapan seperti ini dalam manajemen mutu mempunyai dampak

terhadap produk yang dihasilkan, karena pencegahan kesalahan dalam memproses

produksi yang dilakukan secara terus menerus dan pengawasan yang ketat.

Page 28: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

23

Dalam pendidikan, logikanya sebagaimana yang diterapkan manajemen

produksi seperti di atas, juga dapat diterapkan di dalam manajemen pendidikan. Oleh

sebab itu penjaminan mutu ini dapat diterapkan dalam manajemen mutu pendidikan,

karena merupakan suatu pemantauan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam

rangka memenuhi pencapaian mutu yang baik untuk memberikan jaminan kepada

masyarakat bahwa sekolah telah memfokuskan penilaian dan pengembangan

pendidikan yang dapat dipertanggungjawaban.

Fullan (1991) menjelaskan, fokus penilaian mengindikasikan pentingnya

dukungan melalui strategi pengembangan dan pentingnya tekanan melalui proses

akuntabilitas dalam perubahan maupun perbaikan sekolah secara efektif. Penilaian

sekolah dalam rangka penjaminan mutu sangat penting dan fundamental sebagai

akibat dari pelaksanaan otonomi dalam pengelolaan sekolah (manajemen berbasis

sekolah). Dengan adanya akuntabilitas lokal sekolah, maka proses penilaian yang

lebih memuaskan sangat diperlukan untuk menjamin tercapainya standar yang telah

ditetapkan dan akan terpenuhinya harapan masyarakat.

Penerapan penjaminan mutu ini yang ada bersifat formal dan ada yang bersifat

informal. Penjaminan mutu dilakukan oleh lembaga yang ada diluar organisasi yang

bersifat independen secara khusus menjalankan evaluasinya agar terpenuhinya

standar mutu untuk akreditasi atau sertifikasi. Penjaminan mutu secara informal,

dilakukan oleh suatu gugus penjaminan mutu (quality circle) dalam organisasi itu

sendiri (internal) dengan tugas utama adalah menentukan standar mutu, sistem

penilaian, dan mengembangkan instrumen untuk melakukan penilaian atau audit

tersebut.

Dalam penentuan, quality standart merupakan langkah pertama yang harus

diambil dalam konteks penjaminan mutu formal maupun informal. Penjaminan mutu

formal melalui ISO yaitu merupakan aplikasi dan prinsip penjaminan mutu yang di

dalamnya menentukan proses dan sistem yang dijadikan pedoman oleh suatu

perusahaan untuk menjamin suatu produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan,

untuk mendapat sertifikasi dari badan internasional.

Page 29: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

24

Dalam rangka menuju kearah pembakuan mutu pendidikan sebagaimana yang

dilakukan sertifikasi melalui ISO terhadap pendidikan, perlu ditetapkan lebih dahulu

apa yang yang menjadi fokus penjaminan mutu pendidikan. Menurut Departemen

For Education and chaildrens Services (1996), menekankan agar penjaminan mutu di

fokuskan pada proses dan hasil pendidikan. Dalam upaya menerapkan model

penjaminan mutu pendidikan ini maka perlu adanya komitmen yang tinggi, penilaian

kebutuhan, perencanaan strategik, penyusunan rencana taktis, dan penilai kemajuan.

Penerapan penjaminan mutu ini sangat penting dalam penerapan manajemen

pendidikan berbasis sekolah.

Dalam Directorate of Quality Assurance, ada tiga komponen sistemik dari

penjaminan mutu yang dikembangkan yaitu 1) belajar dan mengajar, 2)

kepemimpinan dan budaya, serta 3) pengembangan dan manajemen sekolah. Pertama,

komponen belajar mengajar meliputi lingkungan belajar, proses belajar peserta didik,

proses mengajar, prencanaan dan penerapan mengajar, penguasaan dan pelaporan,

serta penilaian dan refleksi. Kedua, kepemimpinan dan budaya meliputi

kepemimpinan kontekstual, kepemimpinan untuk perubahan, kepemimpinan inklusif,

kepemimpinan untuk belajar, konteks budaya, mengembangkan rasa memiliki,

budaya belajar, budaya peningkatan, dan pengembangan sekolah. Ketiga, tata laksana

meliputi tujuan sekolah, penetapan prioritas, perencanaan, tata laksana peningkatan

yang terencana, dan tata laksana perubahan fundamental.

Indikator kinerja yang dijadikan acuan dalam penilaian yang dilakukan dalam

proses penjaminan mutu, meliputi empat hal yakni sebagai berikut.

1. manajemen dan organisasi, yang meliputi aspek kepemimpinan, perencanaan,

dan administrasi, pengelolaan staf, pengelolaan biaya, sumber daya dan

pemeliharaannya dan evaluasi diri.

2. pembelajaran yang meliputi aspek-aspek kurikulum, pengajaran, proses belajar,

peserta didik dan penilaian.

3. dukungan kepada peserta didik dan etos kerja sekolah yang meliputi aspek

bimbingan, pengembangan kepribadian dan sosial peserta didik, dukungan bagi

Page 30: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

25

peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, hubungan dengan orang tua dan

masyarakat dan iklim sekolah.

4. prestasi belajar meliputi aspek-aspek kinerja akademis dan non akademis.

Proses mutu dilakukan tiga tingkatan yakni tingkatan sekolah, tingkatan

teritorial dan tingkatan internasional. Khusus mengenai di tingkat sekolah setiap

sekolah merencanakan pengembangan atas dasar tujuan kemudian melaksanakan

rencana tersebut. Dalam rangka penjaminan mutu sekolah diperlukan evaluasi diri

dan membuat laporan tahunan setiap tahunnya. Sekolah memiliki fungsi pendidikan

yang fundamental dalam meningkatkan kemajuan pendidikan.

Studi yang dilakukan oleh UNESCO (Delors,et.al, 1990), menyimpulkan

tentang adanya empat pilar pendidikan yang pada hakekatnya merupakan salah satu

kajian tentang fungsi pendidikan. Keempat pilar yang dimaksud adalah a) learning to

know, b) learning to do, c) learning to live together, and d) learning to be. Hasil

studi tersebut dikaitkan dengan fungsi sekolah, yaitu sekolah sebagai layanan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan, terutama peserta didik.

Berdasarkan studi oleh UNESCO tersebut, maka fungsi sekolah adalah :

1. Memberi layanan kepada peserta didik agar mampu memperoleh pemgetahuan

atau kemampuan akademik yang di butuhkan dalam kehidupan.

2. Memberi layanan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan keterampilan

yang dibutuhkan dalam kehidupan,

3. Memberi layanan kepada peserta didik agar dapat hidup bersama ataupun

bekerjasama dengan orang lain.

4. Memberi layanan kepada peserta didik agar dapat mewujudkan cita-cita atau

mengaktualisasikan dirinya sendiri. Hasil kajian di atas dijadikan sebagai

landasan untuk mempersepsikan atau memahami fungsi sekolah.

Dengan kata lain fungsi sekolah adalah membantu setiap peserta didik untuk

memperoleh dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang terkait dengan

moralitas, akademik, vokasional (ekonomik), dan sosial pribadi. Kompetensi tersebut

dicapai melalui layanan yang harus diberikan sekolah yakni: a) implementasi

Page 31: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

26

kurikulum/proses belajar mengajar, b) administrasi sekolah dan manajemen sekolah,

c) layanan penciptaan lingkungan dan kultur sekolah yang kondusif, d) layanan

pembinaan organisasi dan kelembagaan sekolah, dan e) kemitraan sekolah dan

masyarakat.

Dari kelima layanan tersebut, layanan impelementasi kurikulum dan proses

belajar mengajar merupakan layanan pokok dari ciri sekolah sebagai lembaga

pendidikan. Untuk keberhasilan dari kelima layanan diatas, perlu mendapat

dukungan yakni a) pembiayaan, b) tenaga pendidik dan kependidikan, c) sarana

prasarana, d) peserta didik yang memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan.

Adapun gambaran mengenai komponen-komponen mutu sekolah dapat dicermati

pada bagan berikut :

Gambar 1. Komponen-komponen Mutu Sekolah

Dari bagan tersebut dapat dipaparkan penjelasan bahwa :

a. Dimensi-dimensi mutu pendidikan secara keseluruhan pada hakekatnya

merupakan penjaminan agar sekolah tersebut dapat mengantarkan peserta didiknya

Page 32: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

27

mencapai kompetensi-kompetensi yang terkait dengan moralitas, akademik,

vokasional, dan sosial pribadi.

b. Mutu lulusan sekolah ditandai oleh kompetensi yang dimiliki siswa yang terkait

dengan moralitas, akademik, vokasional, dan sosial pribadi.

c. Kompetensi ini dapat dicapai melalui proses yang mencakup pemberian layanan

dari kurikulum dan proses belajar mengajar, lingkungan dan kultur sekolah yang

kondusif, penyelenggaran adminisrasi sekolah dan manajemen sekolah yang baik,

keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan, pembinaan organisasi

dan kelembagaan sekolah dengan baik serta dukungan pembiayaan yang memadai,

memiliki tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi pendidik, serta

dipenuhinya sarana dan parasana yang cukup memadai.

d. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat dan penerima lulusan sekolah

baik sekolah jenjang berikutnya maupun lapangan pekerjaan.

F. Konsep Akreditasi sebagai Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

1. Pengertian Akreditasi Sekolah

Akreditasi adalah suatu proses yang berkesinambungan dari evaluasi diri,

refleksi, dan perbaikan. Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen)

sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan

evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah

(Imron, 2012).

Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh

pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan

non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan dilakukan

secara obyektif, adil, transparan dan komprehensif dengan menggunakan

instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

Page 33: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

28

2. Sejarah Akreditasi Sekolah

Akreditasi adalah sebuah bentuk penjaminan mutu sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal di Indonesia dengan dasar hukum Undang Undang

No. 20 Tahun 2003 Pasal 60, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal

86 & 87, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 29

Tahun 2005 Tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, dan Renstra

Depdiknas 2010-2014. Adapun sejarah perkembangan akreditasi menurut Imron

(2012) adalah sebagai berikut. Fase pertama terjadi ketika Direktorat Sekolah

Swasta melakukan akreditasi terhadap sekolah-sekolah swasta. Pada fase ini,

akreditasi sekolah hanya diperuntukkan bagi sekolah swasta dan terkesan sangat

diskriminatif. Terlebih dengan kriteria pemeringkatan sebagai Terdaftar, Diakui

dan Disamakan. Sekolah swasta merasa dianggap berada pada posisi under

position.

Fase kedua terjadi ketika Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS)

melakukan akreditasi terhadap semua sekolah, baik negeri maupun swasta

berdasar 9 (sembilan) komponen penyelenggaraan sekolah. Sistem akreditasi

sekolah fase kedua dianggap tidak adil, karena sifat instrumennya yang kategorik

dan sangat diskrit. Respon instrumen hanya ada dua kemungkinan jawaban, ialah

antara “ya” atau “tidak”. Jika “ya” maka diberi skor 1, sedangkan jika “tidak”

diberi skor “0”. Sifatnya yang sangat diskrit cenderung mengabaikan sisi rentang

kualitatif, kuantitatif dan kefungsian.

Fase ketiga ditandai dengan pelaksanaan akreditasi sekolah oleh Badan

Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dengan instrumen yang

disusun berdasarkan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Fase ketiga ini

merupakan penyempurnaan dan sekaligus jawaban terhadap kritik berbagai pihak

atas kelemahan sistem akreditasi sebelumnya. Hal ini terkait dengan mulai

tumbuhnya kesadaran, bahwa akreditasi bukan hanya sekadar kegiatan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan

pendidikan untuk akuntabilitas publik.

Page 34: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

29

3. Tujuan Akreditasi Sekolah

Dalam Undang-Undang N0.20 tahun 2003 pasal 60, menyebutkan bahwa

sekolah perlu dilakukan akreditasi karena :

a. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan

pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang

dan jenis pendidikan.

b. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga

mandiri yang berwewenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

c. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

Kemudian dipertegas lagi dengan terbitnya PP No.19 tahun 2003 yang

menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan akreditasi

sekolah, sertifikasi guru, dan evaluasi pendidikan.

Secara ringkas disebutkan oleh Imron (2012) mengenai tujuan akreditasi

sekolah adalah untuk:

a. Menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan layanan

pendidikan.

b. Memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah.

4. Pelaksana Kewenangan Akreditasi Sekolah

Khusus dalam pelaksanaan akreditasi ini, ditetapkan dalam Permendiknas

No.29 tahun 2005, bahwa Badan Akareditasi Nasional Sekolah Madrasah (BAN-

SM) merupakan badan mandiri yang menetapkan kelayakan suatu program dan

atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal

dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan (SNP). BAN-SM ini merupakan

badan non struktural yang bersifat nirlaba dan mandiri yang bertanggungjawab

kepada Mendiknas. Secara struktural ditingkat Propinsi dibentuklah Badan

Akreditasi Provinsi Sekolah dan Madrasah atau BAP-SM.

Page 35: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

30

Kelembagaan akreditasi terdiri dari Badan Akreditasi Nasional

Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dan Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah

(BAP-S/M). Apabila diperlukan BAP-SM dapat membentuk Unit Pelaksana

Akreditasi Sekolah/Madrasah (UPA-S/M) Kabupaten/Kota. BAN-S/M

berkedudukan di ibukota negara, BAP-S/M berkedudukan di ibukota provinsi,

UPA-S/M dibentuk oleh BAP-S/M sesuai keperluan dan kondisi pada masing-

masing provinsi.

Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) merumuskan

kebijakan operasional, melakukan sosialisasi kebijakan dan melaksanakan

akreditasi S/M. Badan Akreditasi Propinsi-Sekolah/Madrasah (BAP-S/M)

melaksanakan akreditasi untuk TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,

SMK/MAK dan SLB. Unit Pelaksana Akreditasi (UPA)-Kabupaten/Kota

membantu BAP-S/M melaksanakan akreditasi.

5. Manfaat Akreditasi Sekolah

Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah memiliki manfaat sebagai

berikut:

a. dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu

sekolah/madrasah dan rencana pengembangan sekolah/madrasah,

b. dapat dijadikan sebagai motivator agar sekolah/madrasah terus meningkatkan

mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat

kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional,

c. dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan

kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan,

sasaran, strategi dan program sekolah/madrasah,

d. membantu mengidentifikasi sekolah/madrasah dan program dalam rangka

pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk

bantuan lainnya,

Page 36: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

31

e. bahan informasi bagi sekolah/madrasah sebagai masyarakat belajar untuk

meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta

dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana,

f. membantu sekolah/madrasah dalam menentukan dan mempermudah

kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru

dan kerjasama yang saling menguntungkan (Balitbang Kemendiknas, 2011).

6. Prinsip-prinsip Akreditasi Sekolah

Akreditasi sekolah/madrasah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai

berikut.

a. Objektif, akreditasi Sekolah/Madrasah pada hakikatnya merupakan kegiatan

penilaian tentang kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh

suatu Sekolah/Madrasah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang

terkait dengan kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh

informasi tentang keberadaannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan

kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan

maka dalam prosesnya digunakan indikator-indikator terkait dengan kriteria-

kriteria yang ditetapkan.

b. Komprehensif, dalam pelaksanaan akreditasi Sekolah/Madrasah, fokus penilaian

tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai

komponen pendidikan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang

diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan

Sekolah/Madrasah tersebut.

c. Adil, dalam melaksanakan akreditasi, semua Sekolah/Madrasah harus

diperlakukan sama dengan tidak membedakan S/M atas dasar kultur, keyakinan,

sosial budaya dan tidak memandang status Sekolah/Madrasah baik negeri

ataupun swasta. Sekolah/Madrasah harus dilayani sesuai dengan kriteria dan

mekanisme kerja secara adil dan/atau tidak diskriminatif.

d. Transparan, data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi

S/M seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi

Page 37: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

32

dan lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja

yang memerlukannya.

e. Akuntabel, pelaksanaan akreditasi S/M harus dapat dipertanggungjawabkan baik

dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai aturan dan prosedur yang telah

ditetapkan.

7. Peranan Akreditasi dalam Penjaminan Mutu Sekolah

Permasalahan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak berdiri sendiri,

tetapi terkait dalam satu sistem yang saling mempengaruhi. Hasil keluaran pendidikan

dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses belajar mengajar. Dalam proses

pendidikan masing-masing sub unsur saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Faktor masukan yakni anak didik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, demikian

juga proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga akan

memengaruhi hasil atau keluaran dari pendidikan itu sendiri. Hasil dari akreditasi

yang merupakan hasil penilaian kelayakan satuan atau program pendidikan secara

menyeluruh yang mengacu pada SNP.

Masukan dari pihak eksternal dan hasil akreditasi yang merupakan hasil

kelayakan satuan bermanfaat bagi satuan pendidikan dan instansi yang membantu

satuan pendidikan dalam pemenuhan standar nasional pendidikan berupa pencapaian

hasil evaluasi lainnya yang dilakukan oleh pihak ekstrenal terhadap

sekolah/madarasah. Mutu pada satuan pendidikan mempunyai makna menghasilkan

dan memberikan yang terbaik, karena dalam PP no.19 Tahun 2009 pasal 91

disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan penjaminan mutu

pendidikan.

Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi atau jika perlu

melampaui standar nasioal pendidikan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen

yang perlu diperhatikan dalam pengembangan mutu dan yang harus di evaluasi

adalah masukan, proses, hasil belajar, dan manfaat hasilnya nanti. Input dalam hal ini

para pelajar/siswa dipengaruhi oleh latar belakang kognitif siswa, keadaan sosial

ekonomi, keadaan lingkungan tempat tinggal siswa itu sendiri.

Page 38: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

33

Proses belajar mengajar, disamping guru yang memegang peranan, juga

dipengaruhi faktor biaya penyelenggaraan sekolah serta kelengkapan sarana dan

prasarana belajar. Kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh sistem kurikum, sistem

pelayanan dan administrasi, sitem penyajian atau metode pembelajaran, dan sistem

evaluasi. Dari proses pembelajaran akan menghasilkan siswa yang memiliki ilmu

pengetahuan, memiliki sikap kepribadian yang bermoral Pancasila, dan memiliki

keterampilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan nantinya.

Dengan demikian betapa pentingnya proses pembelajaran dengan semua

aspek lainnya agar tercapai hasil pembelajaran yang baik, dan tercapai standar yang

telah ditetapkan. Jika hasil pendidikan ini bermanfaat dan dapat diterima oleh semua

pihak atau pelanggan merasa puas, maka akan dikatakan sekolah itu bermutu.

Akreditasi adalah salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah dalam

menjaminkan mutu pendidikan dan sekolah di Indonesia.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, simpulan yang diperoleh dari

makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun dan

dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra, dan

akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan serangkaian proses dan sistem

mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja satuan

pendidikan. Dua rekomendasi utama yang penulis kemukakan dalam upaya

pengembangan dan peningkatan mutu sistem akreditasi sekolah/madrasah adalah

(1) kebutuhan teknologi untuk sistem akreditasi sekolah/madrasah, dan (2)

pengukuran dampak atau manfaat dari sistem akreditasi yang terintegrasi TIK.

Page 39: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

34

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Desain Sistem Komputerisasi Akreditasi

Sekolah/Madrasah dilakukan untuk memberikan rekomendasi berupa pemetaan

kebutuhan teknologi berupa sistem komputerisasi untuk menciptakan layanan

prima yang sesuai dengan prinsip reformasi layanan dan undang-undang

pelayanan publik.

2. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan

dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada

komponen input, komponen proses dan hasil atau outcome sesuai dengan yang

diharapkan oleh stake holders.

3. Penerapan penjaminan mutu ini yang ada bersifat formal dan ada yang bersifat

informal. Penjaminan mutu dilakukan oleh lembaga yang ada diluar organisasi

yang bersifat independen secara khusus menjalankan evaluasinya agar

terpenuhinya standar mutu untuk akreditasi atau sertifikasi. Penjaminan mutu

secara informal, dilakukan oleh suatu gugus penjaminan mutu (quality circle)

dalam organisasi itu sendiri (internal) dengan tugas utama adalah menentukan

standar mutu, sistem penilaian, dan mengembangkan instrumen untuk melakukan

penilaian atau audit tersebut. Dalam penentuan, quality standart merupakan

langkah pertama yang harus diambil dalam konteks penjaminan mutu formal

maupun informal. Penjaminan mutu formal melalui ISO yaitu merupakan aplikasi

dan prinsip penjaminan mutu yang di dalamnya menentukan proses dan sistem

yang dijadikan pedoman oleh suatu perusahaan untuk menjamin suatu produknya

sesuai dengan kebutuhan pelanggan, untuk mendapat sertifikasi dari badan

internasional.

4. Hasil dari akreditasi yang merupakan hasil penilaian kelayakan satuan atau

program pendidikan secara menyeluruh yang mengacu pada SNP. Masukan dari

pihak eksternal dan hasil akreditasi yang merupakan hasil kelayakan satuan

bermanfaat bagi satuan pendidikan dan instansi yang membantu satuan

pendidikan dalam pemenuhan standar nasional pendidikan berupa pencapaian

hasil evaluasi lainnya yang dilakukan oleh pihak ekstrenal terhadap

sekolah/madarasah.

Page 40: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

35

5. Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab satuan

pendidikan yang harus didukung oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan

pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing

serta peran serta masyarakat. Pada level Pemerintah dilaksanakan oleh

Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan Departemen Dalam

Negeri serta instansi terkait lainnya. Pada level Pemerintah Daerah Propinsi

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi, LPMP dan Kantor Wilayah

Departemen Agama, sedangkan pada level pemerintah daerah kabupaten/kota

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Departemen

Agama.

6. Implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan hingga saat ini

masih menghadapi berbagai macam permasalahan antara lain: (1) belum

tersosialisasikannya secara utuh Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan

mutu pendidikan; (2) pelaksanaan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan

masih terbatas pada pemantauan komponen mutu di satuan pendidikan; (3)

pemetaan mutu masih dalam bentuk pendataan pencapaian mutu pendidikan yang

belum terpadu dari berbagai penyelenggara pendidikan; dan (4) tindak lanjut

hasil pendataan mutu pendidikan yang belum terkoordinir dari para

penyelenggara dan pelaksana pendidikan pada berbagai tingkatan.

7. Diperlukan aspek legal tentang penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan

meliputi: (1) pengertian dan ruang lingkup penjaminan dan peningkatan mutu;

(2) pembagian tugas dan tanggungjawab yang proporsional dalam penjaminan

dan peningkatan mutu pendidikan, (3) pencapaian Standar Nasional Pendidikan,

dan (4) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan yang efektif untuk

pengelolaan, pengambilan keputusan dalam penjaminan dan peningkatan mutu

pendidikan.

8. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut SPMP adalah sub-

sistem dari Sistem Pendidikan Nasional (SPN) yang fungsi utamanya

meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan antara penjaminan mutu pendidikan

adalah terbangunnya SPMP termasuk :

Page 41: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

36

a. terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal ;

b. pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam

penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau

program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,

pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah ;

c. ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan

formal dan/atau nonformal ;

d. terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang

dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program

pendidikan ;

e. terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan

tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan,

penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau

kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah.

9. Implementasi Sistem penjaminan mutu pendidikan dalam suatu sistem

pendidikan di Indonesia yang wilayahnya luas, dan ditambah dengan

pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota tentu akan berjalan

lambat. Oleh karena itu, implementasi perlu dibuat dalam beberapa tahapan dan

dilakukan dengan cara hati-hati oleh semua pihak yang punya tanggung jawab

terhadap perbaikan mutu pendidikan. Strategi implementasi sistem penjaminan

mutu pendidikan secara nasional harus dilakukan secara bertahap dengan

kegiatan utama penilaian mutu dan analisis mutu komponen sistem penjaminan

mutu pendidikan. Prioritas dukungan harus diberikan kepada :

1. Kegiatan yang akan dilaksanakan secara berkala dan sering dilakukan secara

rutin

2. Kegiatan yang memiliki peluang untuk mendapatkan dampak terbesar dalam

meningkatkan hasil belajar peserta didik harus ditingkatkan.

Page 42: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

37

B. Saran

Implementasi konsep manajemen mutu terpadu dan paradigma penjaminan

mutu dalam dunia pendidikan merupakan salah satu hal mendasar yang bisa me-

revitalisasi kelembagaan dan proses pendidikan dalam rangka optimalisasi meraih

dan mewujudkan rencana, program, visi, dan misinya. Kemajuan dunia pendidikan

melalui revitalisasi pelaksanaan manajemen mutu terpadu dan penjaminan mutu

pendidikan akan mengangkat derajat dan martabat bangsa secara lebih luas sehingga

terwujud keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran di berbagai bidang kehidupan

yang lain.

Seluruh elemen bangsa, dimulai dari dunia pendidikan, me-revitalisasi fungsi,

kesadaran, tanggung jawab dan perannya di bidang tugasnya masing-masing untuk

mengoptimalkan implementasi manajemen mutu terpadu dan konsep penjaminan

mutu pendidikan yang bertanggung jawab dan mampu mengatasi persoalan

kehidupan yang semakin kompleks.

Page 43: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

DAFTAR PUSTAKA

BAN.SM.2011. Pengertian Akreditasi Sekolah/Madrasah. (Online). http://jakarta.bapsm-

dki.or.id/berita/read/pengertian-akreditasi-sekolah-madrasah

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah; Buku 1. Koonsep

Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Ginting, Rosalina dan Titik Haryati. 2012. Kepemimpinan dan Konteks Peningkatan

Mutu Pendidikan, Jurnal Ilmiah CIVIS Volume II No 2, Juli 2012

http://www.thefreelibrary.com/Joseph+M+Juran+:+Quality+Management-Quality

Management karya M. Juran.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.%20M.Pd./ARTIKEL%20PENJA

MINAN_MUTU_PENDIDIKAN

http://ilmucerdaspendidikan.wordpress.com/2011/04/27/pengendalian-mutu-pendidikan-

konsep-dan-aplikasi/

Haryati, Sri. 2012. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah dan

Madrasah Melalui Proses Akreditasi. (Online).

http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/ragam_des_8_2012.pdf.

Hoy, Charles, et.al. 2000. Improving Quality in Education. London: Longman

Publishing Company.

Kusumah, Utawijaya, tt, Manajemen Mutu Pendidikan Pesantren, makalah tidak

diterbitkan

Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan implementasi.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

---------------2012. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolahi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Nanang, F. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah; Pemberdayaan sekolah dalam rangka

Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: CV Andira.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Page 44: Konsep mutu dan paradigma penjaminan mutu

Peraturan Mendiknas Nomor 29 Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional

Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

(http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendiknasp2009_63.pdf

Rivai, V & Murni, S. 2010. Education Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta:

Rajawali Pers

Sallis, Edward. 2012 (cet XVI). Total Quality Management in Education. Yogyakarta :

Penerbit IRCiSoD

Sanusi, Achmad. 1990. Beberapa Dimensi Pendidikan. Fakultas Pasca Sarjana: IKIP

Bandung.

Satori, Djam’an. 2014. Pengawas Profesional (Profesionalisasi Pengawas Sekolah).

Materi Pembekalan Calon Pengawas. Bogor : 9-11 September 2014

---------------------(2012). Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bahan

kuliah Supervisi Pendidikan. Tidak diterbitkan.

Sudarwan, Danim. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolahdari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sungkono, dkk (2009). Hasil Penelitian : Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu di Sekolah

Dasar Kec Jetis, Kab. Bantul. Yogyakarta: Pusat Studi Kebijakan Lembaga

Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta

Syaifuddin, M, dkk. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Tjiptono, F. dan Diana, A. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta: penerbit Andi.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional