konsep keindahan menurut al-qur'an

59
KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN OLEH M. FATAH YASIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2011 M/1432 H KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuludin Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Serjana Tafsir Hadis Oleh M. FATAH YASIN NIM. O6O1427763 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADIS BANJARMASIN 2011 M/1432 H PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Fatah Yasin Nim : 0601427763 Jurusan/Program : Tafsir Hadits ( TH )/SI (Strata Satu ) Fakultas : Ushuluddin Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian besar, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Banjarmasin, 17 Januari 2011 Yang Membuat Pernyataan, M. Fatah Yasin PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul : KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Ditulis Oleh : M. Fatah Yasin NIM : 0601427763 Jurusan/Program : Tafsir Hadis (TH)/SI (Strata Satu ) Fakultas : Ushuluddin Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya untuk dipertahankan didepan sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin. Banjarmasin, 17 Januari 2011 M 13 Safr 1432 H Pembimbing I Pembimbing II Drs. Mulyani, M.Ag H. Ahmad Mujahid, M.A NIP:19681010 199403 2004 NIP:19780121 200604 1004 Mengetahui: Ketua Jurusan/Program Studi Tafsir Hadis/SI Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, Drs. Basrian, M.Fil.I NIP:19610720 199110 2100 PENGESAHAN Skripsi ini yang berjudul: Konsep Keindahan menurut Alquran, ditulis oleh M. Fatah Yasin telah diujikan dalam sidang Tim penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, pada: Hari : Selasa Tanggal : 25 januari 2011 M/ 20 Safr 1432 H Dan dinyatakan LULUS dengan predikat: A. 8,15 (Amat baik) Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin Prof.Dr. H. ASMARAN . MA NIP:19550305 198303 1 005 TIM PENGUJI Nama Tanda Tanggan 1. Drs. H. Ahmad. Zamani, M.Ag. (Ketua) 1. 2. M. Adriani Yulidzar, MA. (Anggota) 2.

Upload: soviea-iskandar-el-nain

Post on 23-Jul-2015

614 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN OLEH M. FATAH YASIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2011 M/1432 H KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuludin Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Serjana Tafsir Hadis Oleh M. FATAH YASIN NIM. O6O1427763 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADIS BANJARMASIN 2011 M/1432 H PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Fatah Yasin Nim : 0601427763 Jurusan/Program : Tafsir Hadits ( TH )/SI (Strata Satu ) Fakultas : Ushuluddin Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian besar, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Banjarmasin, 17 Januari 2011 Yang Membuat Pernyataan, M. Fatah Yasin PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul : KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Ditulis Oleh : M. Fatah Yasin NIM : 0601427763 Jurusan/Program : Tafsir Hadis (TH)/SI (Strata Satu ) Fakultas : Ushuluddin Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya untuk dipertahankan didepan sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin. Banjarmasin, 17 Januari 2011 M 13 Safr 1432 H Pembimbing I Pembimbing II Drs. Mulyani, M.Ag H. Ahmad Mujahid, M.A NIP:19681010 199403 2004 NIP:19780121 200604 1004 Mengetahui: Ketua Jurusan/Program Studi Tafsir Hadis/SI Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, Drs. Basrian, M.Fil.I NIP:19610720 199110 2100 PENGESAHAN Skripsi ini yang berjudul: Konsep Keindahan menurut Alquran, ditulis oleh M. Fatah Yasin telah diujikan dalam sidang Tim penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, pada: Hari : Selasa Tanggal : 25 januari 2011 M/ 20 Safr 1432 H Dan dinyatakan LULUS dengan predikat: A. 8,15 (Amat baik) Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin Prof.Dr. H. ASMARAN . MA NIP:19550305 198303 1 005 TIM PENGUJI Nama Tanda Tanggan 1. Drs. H. Ahmad. Zamani, M.Ag. (Ketua) 1. 2. M. Adriani Yulidzar, MA. (Anggota) 2. 3. Dra. Mulyani, M.Ag. (Anggota) 3. 4. H. Ahmad Mujahid, MA. (Anggota) 4. ABSTRAK Muhammad Fatah yasin, 2011 Konsep Keindahan Menurut Alquran Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin. Pembimbing (1) Dra. Mulyani, M.Ag. ( II ) H. Ahmad Mujahid, M.A. Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa untuk mencari keindahan yang mutlak diperlukan pemahaman yang mendalam dari Alquran maupun Hadis, yang memiliki konsep dasar sebagai acuannya. Permasalahan dalam skrepsi ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Konsep Keindahan menurut Alquran? Yang akan dibagi dalam beberapa sub permasalahan berikut: apa makna keindahan menurut Alquran, bagaimana gambaran keindahan menurut Alquran, dan manfaat keindahan menurut Alquran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna keindahan menurut Alquran, gambaran keindahan menurut Alquran, manfaat keindahan menurut Alquran. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang menjadikan bahan pustaka sebagai pokok bahasan. Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode mawdhū’I ( tematik ) Dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menetapkan keindahan sebagai topik bahasan, menghimpun ayat-ayat tersebut berdasarkan urutan turunnya surah, menyusun kerangka pembahasan ( out line ) yang sempurna, melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dan selanjutnya ditarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini. Setelah

Page 2: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

dilakukan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: Kata Keindahan berasal dari bahasa Arab yaitu zayyana زين)), jamāl ( ل ,yang semuanya bermakna indah (بهيج) bahij ,(احسن ) ahsan ,(جماbaik, cantik, elok. Makna keindahan diantaranya adalah kecintaan terhadap keimanan, cinta syahwat, kecintaan terhadap berbagai perhiasan. Gambaran keindahan diantaranya adalah Alquran memberi gambaran tentang keindahan surga, Alquran memberikan gambaran indah dan tinggi tentang cahaya Allah yang ditunjukan kepada orang-orang yang berakal, Allah juga memberikan gambaran keindahan yang gemerlapan didalam kehidupan didunia menceritakan nikmat Allah dan mengunakannya untuk ketaatan. Alquran memberikan gambaran keindahan yang terdapat pada langit. Manfaat keindahan diantaranya adalah menjadikan pelajaran, keagungan Allah, kegunaan binatang ternak yang bermacam-macam, penutup Aurat dan berpakaian yang bagus serta berhias. MOTTO “ Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik ” KATA PENGANTAR لله الحمد الرحيم الرحمن الله بسم. . اجمعين وصحبه اله وعلى محمد سيدنا والمرسلين األنبياء أشرف على والسالم الصالة العالمين رب ,Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas taufiq dan hidayah أمابعدserta kehendak dari-Nya lah, sehingga penulisan skripsi ini dapat terseleksikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah keharibaan junjungan Nabi Muhammad Saw, beserta sahabat-sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Terlaksananya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang telah bersedia membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Asmaran. M.A. Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin 2. Bapak Drs. Basrian. M.Fil. Ketua Jurusan Tafsir Hadits IAIN Antasari Banjarmasin, yang memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini, sesuai dengan kepentingan pengembangan jurusan Tafsir Hadits di Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin. 3. Ibu Dra. Mulyani, M.Ag. Dosen pembimbing I yang banyak memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan dan koreksi dalam pembuatan skripsi ini. 4. Bapak H. Ahmad Mujahid, M.A, Dosen Pembimbing II Yang juga banyak memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan dan koreksi dalam pembuatan skripsi ini. 5. Para dosen dan asisten dosen serta karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin yang telah banyak memberikan ilmu dan layanan yang baik kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Kepala Perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin, kepada perpustakaan Fakultas Ushuluddin beserta stafnya yang telah banyak memberikan layanan dan bantuan tehadap penulis dalam rangka mendapatkan literature yang diperlukan. 7. Kepada yang terhormat Ayahnda dan Ibunda yang selalu memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ushuluddin khususnya Jurusan Tafsir Hadis 9. Angkatan 2006, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa kepada penulis sehingga penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas dukungan dan jasa-jasa mereka, semoga Allah swt.akan membalas jasa-jasa mereka dengan kebahagiaan didunia dan akhirat. Banjarmasin, 17 Januari 2011 M 13 Safr 1432 H Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN COVER………………………………………………………………….i HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………………iii TANDA

Page 3: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

PERSETUJUAN……………………………………………………………iv TANDA PENGESAHAN……………………………………………………………..v ABSTRAK……………………………………………………………………………vi MOTTO……………………………………………………………………………...vii KATA PENGANTAR………………………………………………………………viii DAFTAR ISI……………………………………………………………….x PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ……………………………xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………5 C. Definisi Operasional………………………………………………6 D. Tujuan Penelitian…………………………………………………6 E. Singnifikasi Penelitian…………………………………………….7 F. Tinjauan Pustaka……………………………………………..……7 G. Metode Penelitian ………………………………………………...8 H. Sistematika Penulisan…………………………………………....11 BAB II ANALISIS TERMINOLOGI A. Pengertian Keindahan Menurut Bahasa …………………………13 B. Pengertian Keindahan Menurut Istilah…………………………..27 BAB III KONSEP KEINDAHAN MENURUT AL-QURAN A. Makna Keindahan Menurut Alquran ……………………………28 B. Gambaran Keindahan Menurut Alquran…………………………40 C. Manfaat Keindahan Menurut Alquran…………………………...59 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………88 B. Saran-saran……………………………………………………….89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TERJEMAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP PEDOMAN TRANSILITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transiliterasi Arab-Latin Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin ا A ‘ ب f ف T ت gh غ B ع dh ض sh ص sy ش y ي s س a ء z ز h ه r ر w و dz د n ن d د m م kha خ I ل h ح k ك j ج q ق ts ث : أو .th Mad dan Diftong 1. Fathah Panjang : ā 2. Kasrah Panjang : ī 3. Dhammah Panjang : ū 4 ظaw 5. : أي ay Alif Lam al-Qamariyah ditulis, seperti al-hadits (الحديث) sedangkan alif lam asy-syamsiyah disesuaikan dengan huruf sebelumnya seperti as-sunna (السنة ) tha marbuthah (ة) di tengah kata yang dihubungkan dengan kata yang ditulis alif lam ditulis ta seperti hujjat al-islam (

اإلسالم sedangkan jika di hubungkan dengan kata yang tidak di hubungkan dengan kata ,(حجةyang tidak di bubuhi alif lam atau diakhir kalimat ditulis dengan h, seperti tsiqah (ثقة) Tasdid di tulis dengan huruf ganda, seperti Furu’iyyah ( فروعية) B. Singkatan-singkatan as = alaihi as-salam cet = cetakan Vol = volume h. = halaman H = Tahun Hijriyah M = Tahun Masehi ra = radiya Allah’anhu Saw = shalla Allah’alayhi wa sallam SWT = Subhhanahu Wata’ala t.p = tanpa penerbit t.t = tanpa tempat penerbit t.th = tanpa tahun Q.s = Alquran Surah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw, untuk dijadikan pedoman hidup, petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini, baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan-tumbuhan Dengan adanya Alquran menjadi sangat jelas yang harus ditempuh, kitab suci itu merupakan pemisah antara yang halal dan haram, antara yang sah dan batil kandungannya penuh dengan penawar, menyembuhkan hati dan jiwa yang sakit. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa. Alquran yang diyakini sebagai firman-firman Allah, merupakan petunjuk mengenai apa yang dikehendaki-Nya. Jadi manusia yang ingin menyesuaikan sikap dan perbuatannya dengan apa yang dikehendaki-Nya

Page 4: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

itu, demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, harus memenuhi maksud petunjuk-petunjuk tersebut. Kebahagiaan yang paling sempurna bagi manusia adalah menjadi tertanamnya dan bertujuaan termanifestasikannya sifat-sifat ketuhanan. Jiwa manusia yang benar-benar bahagia dibagun dengan pengetahuan dan cinta tuhan. Ketika hal ini terjadi, tidak ada yang memancar darinya kecuali keindahan, karena keindahan hanya berasal dari sesuatu yang indah. Memang apabila seseorang mengikuti tuntunan ilahi, hatinya akan tenang, jiwanya tentram, dan dari wajahnya akan nampak cahaya kecerahan yang melahirkan simpati siapa yang melihatnya, bahkan sebelum melihat tingkah laku dan aktifitas positifnya. Keindahan merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun jenis keindahan itu, dorongan tersebut merupakan naluri manusia, atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamban-hamba-nya. Selanjutnya, merasakan keindahan merupakan sesuatu yang instinktif dan murni dalam penciptaan manusia. Dia senantiasa mengagumi keindahan, karena cinta keindahan telah menjadi kodrat dalam jiwanya. jika menemukan dia segera menghampirinya dan jika hilang dia akan merindukannya. keindahan adalah unsur yang sengaja di ciptakan di alam ini, ciptaan sang pencipta di alam ini tersusun bagus dengan keteraturan yang indah. Di dalam keindahan terdapat ciptaan yang sangat mendalam dan bukan sekedar penampilan, sekali memandang telah cukup menjadi pengetahuan tentang hakekat keindahan. Manusia tertarik secara total pada keindahan, baik keindahan akhlak maupun keindahan dalam bentuk. Tidak ada seorang manusia pun yang kosong dari rasa suka kepada keindahan. Seseorang akan berusaha semaksimal mungkin, bahkan hingga soal berpakaian sekali pun, agar penampilanya menjadi indah. Keindahan, pada kenyataannya, memang dibutuhkan dengan sendirinya anda mengenakan pakian agar terlindung dari panas dan dingin. Kendati demikiaan, dalam berpakian anda pasti memperhatikan keindahan dan estetika. Masalah keindahan sering diperbincangkan, seseorang mungkin suka kepada beberapa benda tertentu, sedangkan orang lain tidak memperdulikan kepada benda-benda itu. Akan tetapi kalau orang mengatakan bahwa barang ini baik, ia menganggap bahwa orang lain juga mempunyai perasaan yang semacam itu. Ia mengatakan sesuatu hukum bukan saja untuk dirinya, tetapi untuk tiap-tiap orang dan menganggap bahwa keindahan itu adalah sifat dari barang itu. Ia mengatakan bahwa itu indah dan ia tidak memerlukan persetujuan dari orang lain, sebab ia sudah menemukan persetujuan itu beberapa kali sebelum ia mencela mereka, kalau ia mempunyai pendapat yang berlainan. Oleh sebab itu kita tak mengatakan bahwa tiap-tiap orang mempunyai perasaannya sendiri oleh karena itu seakan–akan kita berkata bahwa tidak ada perasaan keindahan yang sama . Fenomena yang terjadi sekarang ini, orang berlainan dalam perasaan tentang keindahan. seseorang menganggap sesuatu itu indah padahal pada kenyatannya tidak indah bahkan membawa suatu kemudhoratan, misalnya: narkoba, minuman keras, membuka aurat dan trend pakaian yang mengumbar aurat alain-lain. Hal itu dianggap suatu keindahan, sehinga hal itu berlawanan dengan apa yang ada di dalam tuntutan Alquran, kemudian yang dipertanyakan mengapa hal-hal yang dilarang agama malah di sebut sebagai keindahan dan dari segi mana seseorang memandang sesuatu itu indah padahal orang lain memandang tidak indah. Sehinga menjadi permasalahan pada saat sekarang ini. Begitu juga orang-orang kafir yang memandang sesuatu itu indah meskipun pada hakekatnya sesuatu itu tidak indah, karena hati mereka buta

Page 5: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

tidak dapat melihat dan menikmati kebenaran sehinga mereka senantiasa terombang ambing dalam kesesatan. Sebagai mana firman Allah dalam surah An-Naml ayat: 4. ¨bÎ) tûïÏ%©!$# w� tbqãZÏB÷sã ÍotÅzFy$$Î/ $¨Z� � y öNçlm� � ; öNßgn=»yJôãr& ôMßgsù tbqßgyJ÷èt ÇÍ� È Keindahan dalam perspektif manusia bersifat relatif, artinya antara seseorang dengan yang lainnya menilai keindahan itu tidak selalu sama, sedangkan keindahan dalam pandangan Alquran merupakan informasi wahyu dari Allah yang bersifat sakral. Mengingat masalah keindahan ini merupakan suatu topik yang tiada henti-hentinya dipercakapkan orang, di samping banyak ayat dalam Alquran yang berbicara masalah keindahan, maka penulis menganggap perlu untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai masalah keindahan ini. Permasalahan tersebut membutuhkan jawaban dari Alquran yang menjadi sumber pokok atau sumber utama agama Islam. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membahas masalah keindahan, untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang hasilnya akan dihimpun dalam sebuah skripsi yang berjudul :” KONSEP KEINDAHAN MENURUT AL-QURAN ” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep keindahan menurut Alquran, dengan sub masalah sebagai berikut 1. Apa makna keindahan menurut Alquran? 2. Bagaimana gambaran keindahan menurut Alquran? 3. Bagaimana manfaat keindahan menurut Alquran? C. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka penulis kemukakan batasan istilah sebagai berikut : Konsep artinya Pengertian, pendapat ( paham) Keindahan adalah sifat-sifat keadaan yang indah seperti kecantikan, keelokan, Kebaikan, sedangkan kata indah adalah kabar dari rupa. Memperindah yang artinya, menjadi lebih indah, memperoleh keindahan. Pengindahan yang artinya, yang membuat atau menjadi indah, yang menimbulkan keindahan. Mengindahkan yang artinya memperdulikan, memperhatikan, meresapkan ke dalam hati Jadi konsep keindahan yang dimaksud adalah pengertian keindahan, gambaran keindahan menurut Alquran, dan manfaat keindahan menurut Alquran. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Makna keindahan menurut Alquran 2. Gambaran keindahan menurut Alquran 3. Manfaat keindahan menurut Alquran E. Signifikasi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna: 1. Menambah khazanah keilmuan bagi pengembangan pemikiran tafsir Alquran, khususnya mengenai penafsiran ayat-ayat yang berkenaan dengan konsep keindahan. 2. Dengan mempelajari keindahan menurut Alquran kita dapat mengambil hikmahnya yakni menambah ketaatan dan keimanan dalam kehidupan sehari-hari. F. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah melakukan penelusuran terhadap buku-buku yang memiliki tema yang pembahasanya sama dengan penulis angkat. Ada beberapa buku yang membahas tema yang sama dengan apa yang penulis lakukan yakni: Al- jamal wa fadhluhu wa Haqiqatuhu wa aqsamuhu yang disusun oleh Ibnu Tamiyah dan Ibnu Qayyum, kemudian diterjemahkan oleh Hadi Mulyo, disusun oleh Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi dengan judul Pesona Keindahan yang berisi mengenai rasa keindahan dan keutamaannya serta kecenderungan jiwa kepadanya. Penulis ingin meneliti lebih mendalam lagi mengenai keindahan, dilihat dari, makna keindahan, gambaran keindahan dan manfaat keindahan menurut Alquran, kekhususan dalam skripsi ini, disamping dijadikannya konsep keindahan menurut Alquran sebagai pokok bahasan juga menggunakan metode mawdhu’i. G. Metode Penelitian 1. Bentuk penelitian

Page 6: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) dengan menjadikan bahan pustaka sebagai data penelitian. Konsep keindahan menurut Alquran ditelusuri melalui ayat-ayat yang berkenaan dengan hal itu. Karena berangkat dari satu tema bahasan, maka kajian ini akan memakai metode tematik (maudhui) dengan ungkapan penelitian yang bersifat Deskriptif, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menetapkan konsep keindahan menurut Alquran sebagai topik bahasan b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. Untuk menghimpun ayat-ayat tersebut digunakan kitab al-mu’jām li Alfāz Alquran al-kārim. c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, untuk itu diperlukan daftar konversi kronologi surah menurut urutan turunnya surah. d. Mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun itu dengan penafsiran yang memadai dan mengacu pada kitab-kitab Tafsir yang ada dengan memperindah ilmu munasabah dan hadis. e. Menghimpun hasil penafsiran di atas sedemikian rupa untuk kemudian Mengistimbathkan unsur-unsur asasi darinya. f. Menarik kesimpulan berupa rumusan dari pemahaman penulis terhadap ayat-ayat yang di teliti sebagai jawaban permasalahan yang diajukan. 2. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer, yaitu ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan makna keindahan, dan kreteria keindahan, gambaran keindahan, dan manfaat keindahan menurut Alquran, dengan mengunakan beberapa kitab tafsir, ayat-ayat tersebut ditafsirkan sebagai data utama, dapat ditemukan dalam beberapa ayat, diantaranya; a. Ayat tentang Makna Keindahan - Al-Hujarāt ( 49: 7 ) - Al-Baqarah ( 2: 212 ) - Ali-Imran ( 3 : 14 ) b. Ayat tentang gambaran Keindahan - Al-Ghāsyiyah ( 88: 8-16) - An-Nūr (24: 35) - Al-Hijr (15): 16) c. Ayat tentang Manfaat Keindahan - Qāf ( 50: 6-11) - An-Naml ( 27: 60,) - An-Nahl ( 16: 5-6 ,8, 14) - Al-Kahfi ( 18: 7, 30-31 ) - At-Tin ( 95: 4 ) - Al-A’rāf ( 7: 31 ) Kata kunci keindahan yang penulis gunakan dalam Alquran di antaranya, zayyana ,((زين jamaal ( ل ,(جماahsan ( احسن), bahij (بهيج ) dan Tafsir yang digunakan yakni Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Fi zhilalil Quran, Tafsir Al-Azhar, dan sumber sekundernya digali dari sumber-sumber yang memiliki keterkaitan dengan persoalan yang dibahas. 3. Tehnik Pengolahan data Sesuai dengan jenis penelitian, maka tehnik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah merujuk terlebih dahulu pada kitab Al-Mu’jām Al- Mufahras li Alfaz Alquran Al-Karim karya Muhammad Abdul Baqi. Setelah ayat-ayat yang diperoleh, penulis akan mencermati terjemah tafsirnya kemudian menyusun berdasarkan urutannya surah dalam bantuan konversi turunnya surah yang akan dilampirkan. Selanjutnya dengan menganalisa ayat-ayat al-quran sesuai dengan informasi yang didapat pada kitab al-Mu’jām al-Mufahras li Alfaz Alquran al-Karm tersebut. Kemudian diteruskan dengan menganalisa terhadap beberapa literatur yang berkait dengan pembahasan. 4. Analisis Data Untuk menganalisis data dilakukan dengan metode deskriftif analisis yaitu, menggambarkan masalah yang dianggap apa adanya melalui penafsiran ayat-ayat dan dilengkapi dengan Hadis, kemudian menganalisisnya dengan bahan yang relevan dengan masalah yang dibahas, untuk menyesuaikan konsep yang dikehendaki oleh Alquran terhadap masalah keindahan, sehingga pada akhirnya diambil keseluruhan tentang konsep keindahan menurut Alquran. H. Sistematika penulisan Pembahasan dalam skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I berisi tentang latar belakang masalah kemudian dibuat rumusan masalah, definisi operasional, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, singnifikasi penelitian dan untuk menyelesaikan penelitian diketegahkan metode penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan. Bab II Analisis termonologis memuat konsep keindahan meliputi pengertian keindahan menurut bahasa,

Page 7: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

pengertian menurut istilah, Bab III Konsep keindahan menurut Alquran, meliputi makna keindahan menurut Alquran, Gambaran keindahan menurut Alquran, dan Manfaat keindahan menurut Alquran. Bab IV penutup, bagian ini berisikan kesimpulan dan saran-saran BAB II ANALISIS TERMINOLOGI A. Pengertian Keindahan Menurut Bahasa Keindahan adalah sifat-sifat keadaan yang indah seperti kecantikan, keelokan, sedangkan kata indah adalah kabar dari rupa, biasanya kabar selalu melebihi keadaan sebenarnya, atau indah bisa diartikan: peduli akan menaruh perhatian. kemudian kata indah diimbuhi awalan (me-) menjadi memperindah yang artinya, menjadi lebih indah, memperoleh keindahan. Di tambahi awalan (peng-) menjadi pengindahan yang artinya, yang membuat atau menjadi indah, yang menimbulkan keindahan. Ditambahi awalan (meng-) menjadi mengindahkan yang artinya memperdulikan, memperhatikan, meresapkan ke dalam hati. Indah adalah peduli, menaruh perhatian kepada seseorang Kata “ Indah” dalam Alquran diungkapkan dengan beberapa istilah yaitu: zayyana زين)), jamāl ( ل ,(جماahsan ( احسن), bahij (بهيج). Kata “ Indah” yang merujuk pada kata, zayyana ( زين), terulang dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam Q.S, Al-an’am ayat : 43,137, Q.S, Al-Anfal ayat: 48, Q.S, An-Nahl ayat; 63, Q.S, An-Naml ayat: 24, Al-Ankabut ayat; 38. Kata zuyyina ( زين ), terulang dalam Alquran sebanyak 10 kali, yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat: 212, Q.S, Ali-Imran ayat: 14, Q.S, Al-an’am ayat: 122, Q.S, At-Taubah ayat: 37, Q.S, Yunus ayat: 12, Q.S, Ar-Rad ayat: 33, Q.S, Fāthir ayat: 8, Q.S, Al-Muminuun ayat 37, Q.S, Muhammad ayat: 14, Q.S, Al-Fath ayat:12. Kata zayyannā ( زينا ) terulang dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam, Q.S, Al-An’am ayat: 108, Q.S, An-Naml 4, Q.S, Fushilat ayat: 12, Q.S, Ash-Shāffat Ayat: 6, Q.S, Al-Mulk Ayat: 5. Kata zinatan ( زينة ) terulang dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam Q.S, Yunus ayat: 88, Q.S, An-Nahl ayat:8, Al-Khafi Ayat: 7,4 6, Q.S, Thaahaata Ayat: 87, Q.S, An-Nuur Ayat 60, Q.S, Al-Hadid Ayat:20, Al-Hujarāt Ayat: 7. Kata fazainuu (فزينوا) terulang dalam Alquran sebanyak 1 kali, yang terdapat dalam Q.S, Fushilat Ayat: 25. Kata lauazzinanna ( زينن ,( آلء terulang dalam Alquran sebanyak 1 kali yang terdapat dalam Q.S, Al-Hujarāt Ayat: 39, kata zinatihi ( ,(زينته terulang dalam Alquran 1 kali yang tedapat dalam,Q.S, Al-Qashash Ayat: 76, Kata zinatahunna ( ,terulang dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam Q.S, An-Nuur Ayat: 31, Q.S (زيننتهن Al-Qashash Ayat: 60, Q.S, Al-Ahjab Ayat: 28, Al-Hijir Ayat: 16, Q.S, Al-Qaf Ayat: 6. Kata zinatahaa ( ,terulang dalam Alquran sebanyak 4 kali, yang terdapat dalam Q.S, Al-Qashash Ayat: 60, Q.S (زينتهاAl-Ahjab Ayat: 28, Al-Hijir Ayat: 16, Q.S, Al-Qaf Ayat: 6. Dalam bahasa arab kata (- - زان وازانه وزينهتحلئ- : ),yang artinya: menghiasi, mempercantik (زينا وادان وازين ) ) ,yang artinya: berhias ,( تزينmasdar dariالزين ) ,yang artinya: bagus, baik ( (زان الجميل: ,Yang artinya: indah, cantik (والزيانelok, ( المزين ) isim fail dari ( لزين ) yang artinya: yang menghiasi, ( : الحلي والمزدان yang ( المزينartinya: yang dihias. ) - - زين يزين ن - ) yang berarti: mengelokkan, menghiasi, atau ( زا تزينا- زين

ازانة- ( ازان yang berarti: mengelokkan, menghiasi ( - حلق- تزينا ,(تزين yang artinya, berhias, bercukur, kata zayyina ( ) jamak dari azyān (زين yang artinya: perhiasan, kemudian Kata ( ازيان zinat ( زينة ) jama dari ziyān ( زيان ), yang artinya: Perhiasan. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Kata zayyanā (زينا ) kami perindah terambil dari kata zain ( زين ) Yaitu indah, sesuatu yang indah adalah yang dianggap baik oleh seseorang, walaupun sesuatu itu pada hakekatnya buruk. Sebahagiaan orang dizaman purbakala memandang bahwa keindahan itu terletak pada warna atau roman muka yang misalnya, merah atau putih, keseimbangan yang bagus pada anggota badan, tetapi mereka itu sebenarnya buta karena tidak dapat melihat

Page 8: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

keindahan batin. Sedangkan menurut, Ahmad Mustafa Al- Maraghi dalam Tafsir Al-Maragi, menjelaskan kata zinah (الزينة) adalah senjata, perhiasan, perkakas rumah tangga, pakaian yang indah-indah, dan alat dapur. Sedangkan menurut Ragib al-Ashfahani menjelaskan kata zain (زين) yang artinya perhiasan yang hakekatnya adalah apa yang buka dari kejelekan manusia pada sesuatu dari ikhwalnya yang tidak ada pada dunia dan tidak pada akhirat, maka adapun apa yang menjadikan perhiasan pada keadaan selain keadaan itu yaitu wajah yang jelek, dan perhiasan itu dikatakan atas 3 bagian yaitu: perhiasan diri, seperti ilmu dan itikad yang baik, perhiasan badan seperti kuat dan panjang pada waktu iqamat dan perhiasan yang dikeluarkan pada harta yang berharga, sebagaimana firman Allah SWT. ( MMم إليٌٌك PَبR ب Pح بٌٌكم قلو في وزينه yaitu perhiasan ,(االيمانdiri, dan firman Allah SWT. ( الله زينة حرم ,(من maka sungguh yang membawa perhiasan itu dikeluarkan dan pada yang demikian itu bahwasanya telah diriwayatkan pada suatu kaum yang pada saat itu melakukan Tawaf di Baitullah dengan membuka aurat dan berteriak-teriak dari yang demikian itu sebagian ayat, tetapi perhiasan itu orang menyebutnya pada ayat ini yang kemulyaan disebutkan, firman Allah SWT. ( كم أتقا الله عند أكرمٌٌكم (إن sebagaimana perkataan syair, “Perhiasan seorang wanita ada pada kebaikan adab” dan firman Allah ( زينته في قومه على .(فخرجTelah berkata dan menyangka seperti perhiasan apa bila telah Nampak kebaikan, berupa perkataan dan perbuatan dan sesungguhnya Allah swt. membandingkan perhiasan yang tempatnya berada pada diri manusia dengan tempat perhiasan syaitan dan pada tempat yang disebutkan sama sekali bukan perbuatan, maka perhitungan pada dirinya disebut iman ( في وزينه

بٌٌكم ) dan pada orang kafir, firman Allah (قلو * عملهم أمة لٌٌكل زينا لهم أعما لهم dan adapun ( زيناperhitungan syaitan, firman Allah ( أعملهم الشيطان لهم زين ) firman Allah ( وإذ في لهم ألزينن

(األرض dan tidaklah yang disebutkan tadi adalah Maf’ul tetapi maknanya adalah Mafhum dan bukanlah yang disebutkan tadi adalah perbuatanya, firman Allah ( لهم * زين الشهوة حَب للناس زين

أعملهم ) firman Allah (سؤ الدنيا الحياة كفروا للذين ) dan firman Allah (زين الشركين من لٌٌكشير زينشركاؤهم أوالدهم (قتل perhiasan itu ditakdirkan untuk menghinakan semua dari mereka, dan

firman Allah ( بيح بمصا الدنيا السماء (زينا dan firmannya ( الٌٌكواكَب بزينة الدنيا السماء زينا إناللناظرين* وزيناها ) maka hal itu mengisyaratka kepada perhiasan yang diperoleh dengan

penglihatan yang telah diketahui, baik secara umum dan khusus dan semua perhiasan diterima oleh akal yang dikhususkan dengan diketahui dari khususannya pada hukum. Kata ‘Indah’’ yang merujuk pada kata jamal, (جمل) bentuk tunggal disebutkan 1 kali didalam Alquran, yaitu didalam Q.S, Al-A’rāf, (7): 40, kata lain yang seasal dengan jamal adalah Jamālun (جمال) yang disebutkan 1 kali, yaitu terdapat dalam Q.S, An-Nahl (16): 6, Kata Jamil (جميل) yang disebutkan 4 kali, yaitu terdapat dalam Q.S, yusuf (12): 18 dan 83, Q.S, Al-Ahzab (33): 28 dan 49, Q.S, Al-Ma’rij (70): 5, serta Q.S, Al-Mujamil ( 73): 10 Kata jimalat (جمالت ) disebutkan 1 kali, yaitu terdapat didalam Q.S, Al-Mursalat (77): 33, dan kata Jumlah (جملة) disebutkan satu kali, yaitu terdapa dalan Q.S, Al-Furqan (25): 32. Dalam bahasa arab kata ( جميال: كان ) ,yang artinya: Bagus, cantik, elok , (جمل

, جميال: صيره زينه (جمله yang artinya: menghias, mempercantik, ( تحسن: (تجمل yang artinya: menjadi bagus, cantik, elok, ( الشئ ) yang artinya: menganggap bagus, cantik, elok ( استجمل

الجميل : ل والجما ل : ) ,yang artinya: yang bagus, cantik, elok ( الجما الحسن ل ,Kebagusan ) الجماkeindahan, kecantikan, keelokan, ( ل , ) ,yang artinya: kecantikan, kebagusan, keelokan (جما ل جما

, جميل ل - ) .yang artinya: yang cantik, elok, bagus ( جما ال- جما يجمل ,yang artinya: indah ( جملcantik, molek, ( ل ) ,yang artinya: keindahan, kecantikan ( جما ,yang artinya: yang indah ( جميل

Page 9: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

cantik, bagus, ( ) yang artinya: elok rupa dan perangainya ia ( جمل yang artinya: yang ( جميلة cantik, Sedangkan menurut Ragib al- Ashfahani, menjelaskan kata jamal, ( جمل) yang artinya keindahan, banyaknya kebaikan, dan kata jamal, (جمل) terbagi dua, yang pertama keindahan yang dikhususkan pada dirinya atau badan atau perbuatan, dan yang kedua apa yang telah datang selain dari padanya dan atas keindahan wajah, sebagaimana hadis nabi yang telah diriwayatkan, beliau bersabda ( الجمال يحَب جميل الله hal itu sifatnya adalah mengingatkan, sesungguhnya ( إنkeindahan itu memecahkan banyak kebaikan, maka mencintai orang yang dikhususkan, dengan demikian itu Allah swt berfirman: ( تريحون حين جمال في dan kata(ولٌٌكم jamal, (جمل) Jamak Taksirnya, - وجمال- وجمال Allah جميل Swt berfirman: * جميال فاصبرصبرا جميل Kata فصبر ‘Indah’ yang merujuk kata ahsan ( حسن ,terulang dalam Alquran sebanyak 10 kali, yang terdapat dalam (اQ.S, Anisa ayat: 59, 125, Q.S, Al-maidah ayat: 50, Q.S Al-an’am ayat: 152, Q.S, At-taubah ayat: 121, Q.S, Huud ayat: 7, Q.S, yusuf ayat: 2, Q.S, An-Nahl ayat: 96,97,125. Q.S, Al-Isrā ayat: 34,35, 53, Q.S, Al-Khafi ayat: 7, Q.S, Al-Muminūn ayat: 14, Q.S, An-Nūr ayat: 38. Dalam bahasa arab kata ( -حسن

جميال: ن كا ) ,yang artinya: bagus, cantik, baik ( حسن وحسنة yang artinya: menjadikan ( احسنbaik, memperbaiki, mempercantik, ( حسنه) yang artinya: memperbaiki, menghias, mempercantik, membuat lebih baik ( dari semula), ( حسن: ر صا ,yang artinya; menjadi bagus, cantik ( تحسنbaik/ lebih baik dari semula. ( لحسن حسناء ) muannasnya ( حسن ) jamak dari ( ا و yang ( حسنةartinya: yang bagus, baik. ( - حسنا- يحسن ) ,yang artinya: baik, bagus ( حسن أحسن- yang (حسنartinya: membaguskan, ((تحسن yang artinya: menjadi baik, (حسن) jamak dari ( سن (محا yang artinya: kebagusan, kebaikan, (حسن) jamak dari ( ن ) ,yang artinya: yang baik, yang cantik (حسات ) Jamak dari ( حسنة أحا ) Jamak dari ( أحسن ) ,yang artinya: perbuatan yang baik, baik ( حسنا(سن yang artinya: yang lebih bagus. Menurut Raghib Al-Ashfahami didalam Mu’jamnya, kata hasan (حسن) diartikan suatu kebaikan yang diibaratkan dari setiap orang yang cantik yang berkehendak pada kebaikan dan pada yang demikian itu ada tiga bagian yaitu orang yang berbuat baik berdasarkan akal, orang yang berbuat baik berdasarkan hawa nafsunya, dan orang yang berbuat baik berdasarkan panca indra dan kebaikan telah diartikan padanya dari tiap apa yang membuat bahagia dari nik’mat yang diberikan pada manusia yang berupa dirinya dan badannya dan ikhwalnya Kata “ Indah” yang merujuk pada kata bahij ( (بهيج terulang dalam Alquran sebanyak 3 kali, yang terdapat pada Q.S, Az-zumar ayat: 21, Q.S, Al-Hadid ayat: 20, Q.S, Qaf ayat: 7. Dalam bahasa arab kata bahij (بهيج) berasal dari kata bahaza ( - - أبهجه بهجا يبهج (بهج yang artinya: menyenangkan, menggairahkan, ( بهج- بهاجة (-يبهج yang artinya: baik, bagus, cantik, sedangkan kata bahzat (بهجة ) yang artinya: kebagusan, kecantikan. Sedangkan menurut Ragib al- Ashfahani, menjelaskan kata bahuj ( yang artinya kebagusan yang melahirkan kebaikan dan (بهج telah nampak kegembiraannya, sebagaimana firman Allah swt: ( بهجة ذات عق dan kata bahuj (حدا) ) .sebagaimana firman Allah swt ,(بهيج) berasal dari kata bahij (بهج) بهيج زوج كل فيهامن danوأنبتناkata bahuj (بهج) sebagaimana perkataan syair “ciptaan yang mempunyai zat indah, dan tidaklah orang itu hidup tanpa adanya keindahan dan sesunguhnya keindahan dengan demikian yaitu bahagia dengan kebahagiaan dan sesungguhnya banyak wajah-wajah yang gembira dengan hal yang demikian”. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Kata bahij (بهيج) berasal dari kata bahaja ( yakni sesuatu yang indah warnanya dan menyenangkan Jadi kata Indah (بهج yang merujuk pada Kata (زين) terdapat 32 surah , kemudian kata Indah yang merujuk kata (جميل) terdapat 8 surah, kemudian kata indah yang merujuk kata (حسن) terdapat 10 surah, dan kata

Page 10: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

Indah yang merujuk pada kata (بهيج) terdapat 3 surah. Keindahan Terbagi menjadi dua bagian yaitu keindahan fisik, dan keindahan non Fisik. Keindahan fisik adalah keindahan yang biasa kita rasakan dan kita nikmati di dunia atau kita rasakan di alam nyata, keindahan fisik banyak terdapat pada ayat-ayat Alquran diantaranya: Q.S. An-Naml ayat: 4, Ali-Imran (3): 14, Al-Baqarah ( 2 ): 212, An-Naml (27): 44, Al-Hijr: ( 15 ): 16, Qaf ( 50): 6-11, An- Naml ( 27) : 60, An-Nahl ( 16 ): 5-6, Al-Khafi (18): 7-8, Al-A’rāf (7) : 31. Sedangkan keindahan non Fisik adalah keindahan yang kita rasakan didalam hati manusia masing-masing yang semua itu tidak sama atau keindahan yang sifatnya tidak bisa dilihat tapi nanti kita bisa merasakan di akhirat kelak. Keindahan non fisik banyak terdapat dalam ayat-ayat Alquran diantaranya: Q.S. Al-Hujurāt (49): 7, Al-Gāsyiyah (88): 8-16, An-Nuur (24): 35. Perbandingan antara kata zain (زين), jamal, (جمل), bahuj (بهج) dan ahsan ( حسن .(اKata zain (زين) yang artinya indah, digunakan untuk memperindah dengan cara dihiasi atau benda yang menambah indah bagi seorang yang mempergunakannya akan kelihatan indah. Kata jamal, (,(جمل yang artinya indah, yang ditujukkan pada benda yang indah baik muka, perangai dan bentuk. Kata bahuj (بهج) yang juga artinya indah, indah disini ketika keindahan tersebut sudah meresap sehingga timbul efek dari keindahan tersebut rasa senang, sejuk, gembira. Kata ahsan ( ا yang artinya kebaikan, dari keindahan yang dirasakan akan timbul kebaikan, karena indah (حسنitu dinilai baik. Perbedaan antara kebaikan dan keindahan adalah kebaikan aslinya digunakan untuk rupa, kemudian digunakan untuk perbuatan dan akhlak. Sedangkan keindahan aslinya digunakan untuk perbuatan akhlak dan keadaan lahiriah, kemudian digunakan untuk rupa. Keindahan ialah perbuatan, akhlak, uang, dan harta yang banyak yang membuat manusia menjadi terkenal dan meningkat. Di sini kebaikan tidak ada kaitannya sama sekali. Anda mengerti jika dikatakan, “ Di dalam masalah ini terdapat keindahan” dan, tidak di katakana, “ Di dalam persoalan ini dan juga didalam Alquran terdapat kebaikan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Nahl: (16) 6 Alquran menggunakan kata “Keindahan” dalam Sekup yang sempit, tidak lebih dari delapan kali. Sekali dalam bentuk kata benda abstrak dan lainnya dalam bentuk kata sifat. Semuanya di gunakan dalam hal akhlak selain ayat yang sudah kami sebutkan diatas, yakni keindahan kuda dan unta. Sedangkan kata “Kebaikan” banyak di sebutkan di dalam Alquran dalam berbagai bentuk. Kebaikan di gunakan untuk rupa dan makna. B. Pengertian Keindahan Menurut Istilah Ibnu Taimiyah, mengutip pendapat Ibnu sayyidihi dan Ibnu Al-Atsir, beliau Kemudian Ibnu Al-Atsir mengatakan keindahan adalah keindahan pada rupa dan makna A. Khudori Soleh, mengutip pendapat Iqbal, bahwa keindahan adalah bentuk dari ekspresi kehendak, hasrat dan cinta ego dalam mencapai ego mutlak, karena tenaga hidup ego itu sendirilah yang mengekspresikan diri dalam perwujudan keindahan Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang bagi yang melihatnya. (Leon Tolstoy, punjangga rusia), Keindahan adalah suatu yang mendatangkan rasa senang ( Humon, pujangga inggris) dan keindahan adalah sesuatu yang paling banyak mendatangkan rasa senang ( Hemsterhuis, pujangga Belanda ) Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara satu dengan yang lainnya ( Baumgarten, Pujangga Jerman ), Keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis ( Shaftesbury, punjangga jerman ). Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya ( Emmanue Kant ). Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu

Page 11: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

bertambah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, mode, kedaerahan, lokal. Menurut The Liang Gie, keindahan itu dari bahasa Inggris ( beautiful ), bahasa Prancisnya ( beau ), Italia dan Spanyol yaitu (bello ). Kata-kata itu berasal dari bahasa Latin ( bellum ). Akhir katanya adalah ( bonum ) yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi ( bonellum ) dan terakhir dipendekkan sehingga menjadi ( bellum ). Menurut cakupannya, orang membedakan antara keindahan sebagai kulitas abstrak dan sebagai sebuah bentuk tertentu yang indah. Untuk membedakan ini dalam bahasa Inggris sering digunakan istilah keindahan ( beauty ) dan benda atau hal yang indah ( the beautiful ). Dalam pembahasan filsafat kadang-kadang dicampuradukan saja. Selain itu dibedakan pengertian : keindahan dalam arti luas, keindahan dalam arti estetis murni, keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. a. Keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebutkan watak yang indah, dan hukum yang indah. Sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik juga menyenangkan. b. Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dengan hubungannya dengan sesuatu yang diserapnya. c. Keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. Dapat disimpulkan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata, ada pula yang berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat. BAB III KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN A. MAKNA KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Sebagaimana telah diketahui banyak ayat Alquran telah membicarakan tentang konsep keindahan, yang dalam hal ini ayat-ayat Alquran yang membahas tentang makna keindahan diantaranya adalah, Q.S, Al-Hujurāt (49): 7, Q.S, Ali-Imran (3): 14, Q.S, Al-Baqarah (2): 212, 1. Kecintaan pada keimanan Q.S, Al-Hujurāt (49): 7 • Ayat tersebut termasuk golongan ayat surah-surah Madaniyyah. Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah berfirman, Tetapi Allah menjadikan kamu hai orang-orang mukmin, cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu didalam hatimu dan menjadikan kamu membenci kepada kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan. Mereka yang sifatnya demikian itulah berada di jalan yang lurus dan benar, berkat karunia dan nikmatnya. Dalam Tafsir Al- Misbah Allah berfirman, Allah telah menjadikan cinta kepada kamu yakni menjadikan kamu wahai para sahabatnya yang setia, cinta kepada keimanan dan menjadikannya yakni iman itu indah dalam hati kamu sehingga kamu terjaga dari kejatuhan dalam kedurhakaan, serta menjadikan benci kepada kamu yakni menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan, sehingga dengan demikian kamu mengikuti tuntunan Allah dan rasulnya. Mereka itulah yang sungguh tinggi keluhuran perangainya, yang merupakan orang-orang yang mengikuti secara mantap jalan yang lurus. Kata ħabbaba (حبَب) menjadikan cinta, menggambarkan kesenangan seseorang kepada sesuatu, terlepas apakah yang disenangi itu dinilai baik atau buruk. Yang dijadikan cinta kepada orang-orang yang beriman hanya satu yaitu keimanan, sedang yang dijadikan benci kepadanya ada tiga

Page 12: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

yaitu kekafiran, kedurhakaan dan kefasikan. Ini karena iman terdiri dari tiga unsur yang menyatu, yaitu pembenaran dengan hati, ucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Ini hendaknya menyatu tanpa dipisah-pisah. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan memperingati bahwa kamu itu adalah sedang berkumpul dengan rasul Allah, dengan pesuruh Tuhan. Sebab itu tidaklah layak kamu samakan saja Rasul Allah itu dengan orang lain. Sedangkan kepada sesama kamu sendiri tidaklah kamu berdusta, apalagi dengan utusan Allah. “Yang jikalau beliau ikuti saja kepada kamu pada kebanyakan dari pada urusan, niscaya akan sulitlah kamu” artinya kalau kiranya kalau kiranya tiap-tiap laporan saja diikuti oleh Rasullulah dan diterimanya saja apa yang kamu katakana, kemudian ternyata bahwa berita yang kamu sampaikan itu adalah berita bohong, siapakah yang akan mendapatkan kesulitan? Padahal beliau dituntut oleh wahyu Ilahi dan oleh kecerdasan fikiran beliau sendiri. “Tetapi Allah telah menimbulkan cinta kamu kepada iman.” Ini pun akan membuka topeng orang-orang pembohong pembuat laporan palsu, sebab disamping mereka pasti terdapat pula orang yang lebih mencintai iman dan meencintai kejujuran, mengatakan yang sebenarnya, berfikir lebih dahulu dengan seksama barulah mereka bertindak. Mereka lebih mencintai iman dari pada membuat berita bohong. “Dan dia hiaskan akan dia dalam hati kamu.” Maka orang-orang yang dihiaskan Allah iman dalam hatinya itu lebih suka jika berita yang mereka sampaikan kepada Rasulullah itu adalah khabar yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, “Dan ditimbulkannya rasa benci kamu kepada kufur” fasik, dan kedurhakaan. Dihiaskan Allah dalam hati mereka yang baik itu iman dan ditimbulkan pada hati mereka kebencian kepada sifat-sifat buruk yang dapat mengacaukan masyarakat, yaitu kufur, fasik dan kedurhakaan kepada Allah. Sedangkan menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, mengaris bawahi peran Allah swt. dalam menjadikan cinta kepada keimanan dan menghiaskannya ke dalam hati orang-orang mukmin, serta menjadikan benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. Itu semua berdasarkan ilmu dan hikmah ilahi. Penegasan tentang hal ini menurutnya merupakan bisikan kepada kaum beriman agar berserah diri kepada Allah dan pengaturannya serta merasa tenang dengan hasil yang akan dicapai. Ia juga mengarahkan manusia agar tidak mengajukan usul atau bergegas melangkah menyangkut apa yang diduganya baik sebelum memohon batuan Allah untuk memilihkan yang terbaik. Allah juga memilihkan sekelompok orang di antara hamba-hambanya agar kalbunya terbuka untuk menerima keimanan, menerangkan hatinya kepada keimanan tersebut, dan menjadikan indah dalam pandangan indah lalu ruhnya berterbangan menyambut keimanan serta meraih keindahan dan kebaikannya, pemeliharaan ini merupakan karunia dan nikmat dari Allah. Tidak ada karunia dan nikmat yang lebih besar dari pada itu, bahkan jika dibandingkan dengan nikmat keberadaan dan kehidupan sekalipun kenikmatan ini lebih sedikit dan lebih rendah dari pada nikmat iman. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Hujurāt (49): 7, menjelaskan bahwa, Allah menjadikan cinta kepada keimanan dan menghiaskannya ke dalam hati orang-orang mukmin, serta menjadikan benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan, jadi makna keindahan adalah cinta, kecintaan kepada keimanan dan menjadikan cinta, atau menggambarkan kesenangan seseorang kepada sesuatu. 2. Cinta Syahwat Q.S, Ali-Imran (3): 14 ••

Page 13: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

Ayat tersebut termasuk golongan ayat surah-surah Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah berfirman. Memberi tahu tentang apa yang disukai dan dicintai manusia dalam kehidupan dunia ini berupa bermacam-macam kesenangan dan kelezatan seperti wanita-wanita dan anak-anak. Adapun jika tujuan dari mencintai dan menyukai wanita semata-mata untuk memperoleh keturunan, maka hal itu merupakan tujuan yang baik, terpuji dan dianjurkan sebagai mana hadis Rasulullah yang menghimbau umatnya untuk kawin dan memperbanyak keturunan dan bahwa sebaik-baiknya umat, ialah yang banyak wanitanya. Dalam Tafsir Al- Misbah Allah berfirman, yang diperindah adalah kecintaan kepada aneka syahwat. Syahwat adalah kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang bersifat inderawi, material. Hal hal yang dicintai adalah keinginan terhadap wanita-wanita, anak anak lelaki, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Bahwa yang memperinda adalah Allah. Adalah merupakan fitrah, yakni bawaan manusia sejak kelahirannya, bahwa dia mencintai lawan jenisnya, serta harta benda yang beraneka ragam. Sekali lagi syahwat digunakan sebagaimana digariskan kepada Allah, serta sesuai dengan tujuannya memperindah, maka semuanya yang disebut itu adalah baik. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan “Diperhiaskan bagi manusia kesukaan kepada barang yang diingini.” Disini telah terdapat tiga kata. Pertama zuyyina, artinya diperhiaskan. Maksudnya, segala barang yang diingini itu ada baiknya dan ada buruknya, tetapi apabila keinginan telah timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk atau susahnya. Kata kedua ialah Hubb, artinya kesukaan atau cinta. Kata ketiga ialah syahwat, yaitu keinginan-keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu buat mempunyainya. Maka disebutlah disini enam macam hal yang manusia sangat menyukainya karena ingin hendak mempunyai dan menguasainya, sehingga yang nampak oleh manusia hanyalah keuntungannya saja, sehingga yang Nampak oleh manusia hanyalah keuntungannya saja, sehingga manusia tidak memperdulikan kepayahan buat mencintainya. “ yaitu dari hal perempuan dan anak laki-laki dan berpikul-pikul emas dan perak, dan kuda kendaraan yang diasuh, dan binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.” Itulah enam macam yang sangat disukai, diinginkan dan dengan berbagai macam usaha manusia ingin mempunyainya. Sedangkan menurut Sayyid Quthub dalam Tafsirnya Fi Zhilalil Quran menjelaskan kata ( للناس ( زين “dijadikan indah dalam pandangan manusia” digunakannya dalam bentuk kata kerja pasif disini mengisyaratkan bahwa susunan insting mereka mengandung kecenderungan-kecenderungan ini. Maka ia merasa senang dan memandangnya indah. Ini merupakan pengakuan terhadap kenyataan dalam salah satu sisinya, maka pada diri manusia terdapat kecenderungan-kecendrungan ini dan itu merupakan bagian dari kejadian asalnya yang tidak dapat diingkari dan dianggap munkar. Ini merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia supaya kokoh, berkembang dan berjalan normal. Akan tetapi, fakta juga membuktikan bahwa didalam fitrah manusia ada sisi lain yang menimbangi kecendrungan-kecenderungan itu dan menjaga manusia agar tidak tenggelam dalam sisi ini saja serta kehilangan tiupan keluhuran atau petunjuk dan pengarahannya. Sisi lain ini adalah sisi persiapannya untuk meningkatkan derajatnya dan persiapan untuk mengendalikan jiwa serta menghentikannya pada batas-batas yang sehat dalam mengatualisasikan keinginan-keinginan ini. Suatu batas untuk membangun jiwa dan kehidupan, disamping terus mengusahakan peningkatan mutu kehidupan dan meninggikannya keufuk yang diserahkan keufuk yang diserahkan oleh embusan keluhuran itu, serta menghembuskan hati manusia dengan alam yang tinggi, kampong akhirat, dan keridhaan

Page 14: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

Allah. Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan “ yah, apa apa yang diinginkan, disukai, dan lezat, tetapi tidak kotor dan tidak dibenci, ungkapan kalimat ini tidak memiliki konotasi untuk menganggapnya kotor dan tidak disukai, tetapi ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya, menempatkannya pada tempatnya tanpa melewati batas, serta tidak mengalahkan apa yang lebih mulia dan lebih tinggi dalam kehidupan, serta mengajaknya untuk memandang ke ufuk lain setelah merujuk vitalnya apa-apa yang diingini itu, dengan tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang didalamnya. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Ali-Imran (3): 14 menjelaskan tentang aneka syahwat yang hal itu memang diciptakan untuk manusia yang tujuannya untuk memperindah, dan semuanya itu baik selama tidak bergelimang didalam syahwat itu tanpa memperhatikan suatu kewajiban, jadi makna keindahan adalah cinta dan syahwat atau keinginan manusia yang sifatnya baik dan indah. 3. Kecintaan kepada berbagai perhiasan Q.S, Al-Baqarah ( 2 ): 212, • Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier menjelaskan, Allah swt memberitahukan perbuatannya dalam menjadikan kehidupan dunia itu indah bagi kaum kafir yang menyukainya dan menganderuginya. Mereka mengumpulkan harta benda dan menolak untuk membelanjakannya dalam perkara yang diridhai Allah. Mereka pun memandang hina terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang yang berpaling dari dunia, menginfakkan harta yang diperolehnya dalam lapangan ketaatan kepada Allah, serta memberikannya karena Allah semata. Oleh karena itu mereka beruntung di hari kemudian. Kedudukan mereka di mahsyar, tempat berkumpul, dalam perjalanan, dan tempat menetap adalah diatas diatas kaum kafir. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan, yang menghiasi dalam diri mereka bahkan dalam diri setiap insan adalah Allah. Itu dimaksudkan agar manusia mengingat penghias bukan hiasannya, menjadikan keindahan yang sangat mengagumkan itu bukti kebesaran dan kekuasaan Allah. Hiasan itu telah tertanam dalam diri manusia seluruhnya, ia merupakan naluri. Hiasan itu dimaksudkan agar mendorong manusia memakmurkan bumi ini. Dengan adanya naluri itu, manusia bersedia untuk letih dan berkorban demi membangun dunia sesuai dengan tuntunan Allah. Hiasan yang melekat dalam diri orang-orang kafir itu, baik dihiaskan oleh Allah tetapi tidak mereka gunakan sesuai yang dikehendakinya, maupun dihiaskan dan diperindah oleh setan, menjadikan mereka terus menerus dan berulang ulang merendahkan menghina orang-orang yang benar-benar beriman. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan “Dihiaskan bagi orang-orang yang kafir kehidupan dunia dan mereka hinakan orang-orang yang beriman.” Maksud kafir disini tentu saja perangai dan dasar tempat tegak yang tidak benar. Terutama tidak mau menerima ajakan kepada persatuan, kepada islam. Mengapa orang tidak mau diajak? Ia karena mereka telah dirayu oleh kemegahan duniawi. Hawanafsu dan syaitan-syaitan, itulah yang senantiasa menghabiskan keduniaan itu sehingga orang tetap didalam kekafirannya. Segala kemegahan dunia, baik pangkat dan kedudukan yang tinggi, atau kekuasaan, atau kekayaan, ataupun pengaruh, mengikatnya sehingga tidak kuat dia melepaskan diri, untuk masuk kedalam persatuan akidah. Kaum munafik dibawah pimpinan Abdullah bin Ubai tidak mau masuk, serba benci, mengapa sejak Muhammad datang, kepemimpinannya terhadap orang Madinah kelindungan oleh cahaya kenabian Muhammad. Maka semuanya itu merasa diri jatuh,

Page 15: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

kalau sekarang menjadi orang yang beriman kepada Muhammad saw. “Padahal orang-orang yang bertaqwa itu akan lebih tinggi dari mereka dihari kiamat.” Maka oleh sebab yang mereka fikirkan hanya kemegahan dunia, tidak memikirkan hari depan, hari bahagia karena iman, mereka tidak mau turut dalam rombongan orang yang bertaqwa itu. Dan Allah mengaruniakan rezeki kepada siapa yang dikehendakinya dengan tiada dihitung. Sedangkan menurut Sayyid Quthb dalam Tafsirnya Fi Zhilalil Quran menjelaskan orang-orang kafir memandang indah kehidupan dunia karena dia tidak biasa melihat hal yang penting dari keindahan dunia, dia terpaku oleh keindahan dunia sehingga dia tidak biasa berpikir luas, sedangkan orang yang beriman diangapnya hina, karena orang yang beriman tidak terpengaruh dengan keindahan dunia sehingga dia tahu apa yang lebih penting dari semua itu, dan dia masih tetap menjalankan tugas sebagai khalifahannya, berusaha memakmurkannya, dan memajukannya, dan memperhatikan perkembangannya serta memproduktifkannya, lalu ia mempergunakan hidupnya untuk sesuatu yang lebih besar dan lebih mahal dari pada kekayaan dunia ini. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Baqarah ( 2 ): 212, menjelaskan bahwa orang kafir bergelimang keindahan dunia tetapi orang yang beriman tidak terlalu menghiraukan dan tidak terpaku dengan keindahannya, jadi yang menghiasi dihati orang beriman adalah Allah sehinga orang beriman selalu ingat dengan kebesaran Allah, bahwa semua keindahan berasal dari Allah dan makna keindahan disini adalah perhiasan yang menyebabkan timbulnya keindahan. B. GAMBARAN KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Sebagaimana telah diketahui banyak ayat Alquran yang telah membicarakan tentang konsep keindahan, yang dalam hal ini ayat-ayat Alquran yang membahas tentang hakekat keindahan diantaranya adalah, Q.S. Al- Gāsyiyah (88): 8-16. Q.S, An-Nūr (24): 35-36. Q.S, An-Naml (27): 44. Q.S, Al-Hijr:( 15 ): 16 1. Alquran memberi gambaran tentang keindahan surga Q.S, Al-Gāsyiyah (88): 8-16, • • • Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier, bahwa Allah menjelaskan wajah-wajah mahluk yang berseri-seri, yang penuh tanda kesenangan dan kepuasan nikmat, karena puas terhadap amal perbuatan yang telah dilakukannya menurut tuntutan Allah dan Rasulnya patuh dan taat pada segala perintah dan larangan sehingga selamatlah ia dari kesesatan dan kebinasaan dunia akhirat, dan kini menghadapi akhirat dengan berbagai nikmat yang telah diturunkan Allah. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan, setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan keadaan penghuni neraka, ayat-ayat diatas menguraikan keadaan penghuni surga agar manusia memperoleh informasi dan membandingkannya lalu memilih tempat yang diinginkannya. Ayat diatas menyatakan, banyak juga muka-muka pada hari itu yang sangat ceria lagi berseri-seri, terhadap usahanya sewaktu hidup didunia ia ridho, yakni merasa puas dan senang, setelah melihat ganjaran dan anugerah Allah, mereka berada didalam surga pada tempat dan kedudukan yang tinggi, siapapun engkau masuk kesurga tidak mendengar didalamnya perkataan yang tidak berguna. Didalamnya ada aneka jenis mata air yang mengalir dengan deras tanpa putus-putusnya. Untuk memberi kenyamanan yang lebih sempurna, didalamnya yakni disurga itu ada juga tahta-tahta yang diinginkan sehingga mereka dapat menikmati padangan kearah manapun dan sambil duduk santai

Page 16: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

mereka pun dapat minuman aneka minuman karena disana ada gelas-gelas tanpa pegangan yang terhidang didekatnya dengan mudah mereka raih dan juga ada bantal-bantal sandaran yang tersusun rapi dan permadani-permadani tebal lagi halus yang terhampar diberbagai tempat. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan “Beberapa wajah dihari itu akan merasakan nikmat.” Wajah kata mufradnya, wujuuh kata jamaknya: artinya ialah muka. Dan muka yang dimaksud disini tentu jiwa atau hati kita. Karena raut muka menunjukkan takut, atau pun menunjukkan gembira bahagia, adalah gambaran dari perasaan jiwa sendiri. Datanglah ayat yang selanjutnya menyatakan sebab timbulnya kegembiraan itu; “ yang lantaran usahanya sendiri, dia merasa sentosa.” Dengan pernyataan Tuhan demikian, nyatalah bahwa nikmat berganda yang dirasai kelak diakhirat itu tidak lain dari karena melihat bekas usaha, bekal amal perbuat semasa hidup didunia dulu. Selanjutnya Allah mencurai memaparkan apa-apa saja jenis nikmat yang akan dirasakan itu. “Didalam surga yang amat tinggi.” Baik disebut tinggi karena tempatnya, ataupun tinggi karena yang duduk disana hanyalah orang-orang yang ditinggikan Allah kedudukannya karena amalnya. “Tidak akan mereka dengar didalamnya hal-hal yang sia-sia.” Kalu tiap hari yang kita dengar hanya kata-kata yang tak berhujung pangkal, jiwa kita rasa tersiksa. Maka dalam surga itu kelak kata-kata demikian tidak akan dengar lagi. Yang akan kita dengar hanyalah ucapan tasbih dan tahmid, sanjugan dan pujian kepada Tuhan.“ Didalamnya ada mata air yang selalu mengalir.”Mata air yang selalu mengalir, atau sungai-sungai yang selalu mengalir, dapatlah menjelaskan dalam ingatan kita betapa subur, betapa damai, betapa sejuk tempat disana. “Didalamnya ada tempat-tempat peranduan yang ditinggikan.” Diatas tempat-tempat peranduan itulah mereka duduk berbaring berlepas lelah dari kepayaan hidup diwaktu didunia. “Dan piala-piala yang sedia terletak.” Sehingga tinggal minum saja. Kadang-kadang dating pelayan-pelayan remaja mengisi piala itu bila telah habis isinya. “Dan bantal-bantal sandaran yang teratur berbaris.” Ini punsatu penggembaraan yang indah disurga, diiringi lagi dengan ayat selanjutnya. “Dan permadani hamparan yang selalu terbentang.” Bantal tersusun, permadani terbentang, piala beredar, peraduan tertinggi, alangkah nikmatnya. Sedangkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, Allah mengemukakan sebagian dari sifat surga dalam makna yang tinggi, mulia dan cermerlang, setelah itu disebutkan kenikmatan-kenikmatan yang menyenangkan perasaan indra disebutkan dalam gambaran yang dapat dibayangkan oleh manusia. Gambaran yang disurga nanti akan dibentuk sesuai dengan tingkat kejiwaan ahli surga, yang tidak diketahui kecuali orang-orang yang merasakan “didalamnya ada mata air yang mengalir’’ “Mata air yang mengalir” sumber yang memancar pemandangan yang indah, keindahan gerakan dan pancaran serta mengalirnya air itu. Air yang mengalir itu bagaikan menyambut perasaan yang bersangkutan terhadap kehidupan dan terhadap ruh yang memancar dan mengalir, pemandangan ini menyebabkan kalau dipandang, dan pada sisi lain menyenangkan jiwa yang meresapinya dengan mendalam. “Didalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan’’ ketinggian ini mengesankan adanya kebersihan dan kesucian. “Gelas-gelas yang terletak didekatnya” tersusun dan tersedia siap digunakan untuk minum tanpa mencarinya dan tanpa mengambilkanya lagi. “Bantal-bantal yang tersusun” dan tempat-tempat sandaran yang empuk untuk bersandar dan bersantai ria. Dan permadani-permadani yang terhampar dengan beludrunya seperti sejadah, yang terhampar disana sini untuk hiasan dan untuk istirahat. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Gasyiyah (88): 8-16, menjelaskan bahwa, gambaran keindahan surga terlihat pada mata air yang mengalir sumber yang memancar

Page 17: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

pemandangan yang indah dan tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak disebelahnya, serta bantal-bantal yang tersusun dan permadani-permadani dan lain-lainnya. 2. Alquran memberikan gambaran indah dan tinggi tentang cahaya Allah yang ditunjukan kepada orang-orang yang berakal. Q.S, An-Nuur (24): 35 • • •• Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier, bahwa Allah swt adalah pemberi cahaya langit dan bumi, perumpamaan cahaya seorang mukmin yang didadanya penuh iman dan taqwa adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang berada di dinding rumah, yang biasanya digunakan tempat lampu. Di lubang tidak tembus itu ditempatkannya pelita besar berada didalam kaca. Kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara yang dicahayakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, ialah pohon zaitun yang tumbuh di puncak bukit dan dapat sinar matahari, baik diwaktu matahari terbit atau pun diwaktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya tetap subur dapat menghasilkan minyak zaitun yang baik. Minyak pohon itu hampir-hampir member penerangan walaupun tidak tersentuh api. Cahaya diatas cahaya berlapis-lapis seperti cahaya iman dan Alquran yang berpadu di dada seorang mukmin. Dan Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang dikehendakinya dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan kepada bagi manusia dan dialah yang mengetahui segala sesuatau. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan, ayat ini dapat dihubungkan dengan akhir ayat yang lalu yang menjelaskan bahwa Allah menurunkan ayat-ayat demikian jelas serta menjelaskan segala tuntunan yang berkaitan dengan kebutuhan hidup duniawi dan ukhrawi manusia. Ayat ini bagaikan berkata: Diturunkannya oleh Allah ayat-ayat yang berfungsi seperti dikemukakan itu disebabkan karena Allah adalah memberi cahaya kepada lagit dan bumi baik cahaya yang bersifat material yang dapat dilihat dengan mata kepala, maupun immaterial berupa cahaya kebenaran, keimanan, pengetahuan yan lain-lain yang dirasakan dengan mata hati. Perumpamaan kejelasan cahayanya adalah seperti sebuah cela dinding yang tak tembus sehingga tidak diterpa angin yang dapat memadam cahaya, dan membantu pula menghimpun cahaya dan memantulkannya kearah tertentu yang didalamnya ada yakni diletakan pelita besar. Pelita itu didalam kaca yang sangat bening dan kaca itu sedemikian bersih dan bening sehingga ia bagaikan binatang yang bercahaya, serta mengkilap seperti mutiara. Pelita itu diyalakan dengan bahan bakar berupa minyak dari pohon yang ditanam dilokasi yang diberkahi sehingga tanah dan tempat tumbuhnya baik yaitu pohon zaitun yang tumbuh di tenggah, tidak di sebelah timur,dan tidak pula disebelah barat, sehingga dia selalu ditempa oleh cahaya matahari sepanjang hari. Karena jernihnya hampir-hampir saja minyaknya meneragi sekelilingnya, walaupun ia yakni pelita tidak disentuh api. Cahaya diatas berlapis cahaya. Demikian perumpamaan petunjuk Allah yang terbentang di alam raya ini dan yang diturunkannya melalui para nabi. Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan yang bersifat indrawi dan kongkret dan memaparkannya bagi manusia untuk memudahkan mreka untuk memahi hal-hal yang abstrak dan Allah

Page 18: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

mengetahui segala sesuatu termasuk mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima petunjuk-petunjuknya. Kata (نور) Nur digunakan oleh bahasa dalam arti sesuatu yang menjelaskan/ penghilangan kegelapan sesuatu sifatnya gelap atau tidak jelas. Ia digunakan dalam pengertiaan hakiki untuk menunjukkan sesuatu yang memungkinkan mata menangkap bayangan-bayangan benda disekitarnya. Disini nur merupakan sesuatu yang dapat ditangkap oleh mata, dan dalam saat yang sama, mata pun dapat menangkap apa yang disinari olehnya. Dengan demikian dia adalah terang dan menerangi. Kata tersebut kemudian digunakan dalam arti majazi untuk menunjukan sesuatu yang menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak. Ini bermula dari hal-hal yang bersifat kongkret dan indrawi, sehingga panca indra pun secara majazi dinamai nur. Dengan terjangkau hal-hal yang bersifat indrawi, seperti pendengaran dan rasa. Penggunaan ini kemudian berkembang lagi sehingga akal yand dapat menganalisisi dan menangkap hal-hal yang bersifat abstrak dinamai juga nur. Dengan demikian ilmu yang berfunsi menghilangkan kekaburan dan kegelapan yang menyelubungi benak seseorang. Kata nur yang digunakan Alquran, paling tidak mempunyai sebelas makna, yaitu: 1) Agama Islam, 2) Iman, 3) Pemberi petunjuk, 4) Nabi Muhammad saw, 5) Cahaya siang, 6) Cahaya bulan, 7) Cahaya yang menyertai kaum mukminin ketika menyerbang Shirat/Titian, 8) Penjelaskan tentang halal dan haram yang terdapat pada taurat, 9) Injil, dan 10) Alquran, serta 11) Keadilan. Dalam Tafsir Al-Ahzar menjelaskan bukanlah semua langit bersama bumi menghasilkan suatu cahaya yang bernama Allah. Tetapi wujudnya Allahlah. Adanya tuhan, mencahayai dan menyinari seluruh langit, bumi, cakrawala dan seluruh yang maujud ini. Matahari dan Bulan berjalan menurut kadar yang tertentu dan bukan mengelilingi bumi, dan Bumi mengelilingi Matahari. Semuanya dengan takdir dan jangka yang sangat teratur. Bintang-bintang berjuta-juta dan berjuta diatas Al-Koon, tidak pernah terjadi kekacauan, karena ada kekuasaan tertinggi yang menyinarinya, yang menimbulkan cahaya dan semangat padanya. Maka dalam alam segalanya kelihatan, Allahlah yang menjadi cahayanya. Sampai tumbuhnya padi disawah, tumbuhnya jagung di ladang. Apa pun dan kemana pun wajah memandang kelihatanlah “Allah.” Bukan dengan mata yang tidak ada artinya ini, karena dia hanya alat saja untuk melihat lagi dengan mata batin untuk mengenal cahaya itu. Musa bermunajat diatas bukit Thursina. Dia ingin benar melihat wajah Allah. Perlihtakan mukamu kepadaku, ya Rabbi! “Tidak” kata Tuhan. “ Engkau sekali-kali tidak akan dapat menatap wajahku.” Lalu Musa disuruh menghadapkan penglihatan mata dan penglihatan hatinya kepada gunung, dan kesana tuhan pancarkan sinarnya. Hancur luluh gunung itu, laksana es ditimpa panas terik mengalir menjadi pasir kebawah “Ampuni aku. Tuhanku!Ampuni aku!” Musa Tersungkur Pingsan. Cahaya langit dan bumi dan seluruh alam ini tegak diatas Nur, dan diatur diatas Nur, Nurlah yang memberikan jauhar hidupnya dan wujudnya. Revolusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan telah terjadi dengan dahsyat dan hebatnya dalam abat 20 ini, Sekelumit dari pada ilmu tentang cahaya itu, Nur itu telah didapat oleh manusia. Suatu yang dinamai Materi (Maddah), sesudah atom dapat dipecahkan telah menimbulkan sinar, dan sumber sinar adalah Nur! Bahkan materi itu sendiri tidak lain dari pada Nur. Atomnya materi adalah gabungan dari pada Elektron dan Neutron. Inti Neutron dari semua ini adalah Nur, adalah cahaya Allah. Sedangkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa texs ayat yang sangat menakjubkan ini, timbul bersama dengan cahaya yang tenang dan mencerahkan, sehingga tersebar keseluruh alam, ia juga tersebar keseluruh perasaan dan anggota-anggota badan ia mengalir keseluruh sisi dan aspek kehidupan

Page 19: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

sehingga, seluruh alam semesta bertasbih dalam lautan cahaya yang sangat terang, cahaya itu itu berasal dari langit dan bumi, cahaya itulah yang memberikan inti keberadaanya pada akhirnya manusia dapat menngeahui sedikit dari hakikat besar itu dengan ilmu mereka, sehinga dengan ilmu itu manusia bias membelah melekul-melekul yang tidak bertopang kecuali cahaya. Setelah pemaparan tentang langit dan bumi, kembali kepada penjelasan tentang lubang angin kecil yang terdapat di dinding selain jendela biasanya disitu diletakan lampu sehingga cahaya terhimpun dan mengarah dengan sasaran, perumpamaan cahaya bagaikan lampu yang ada didalam pelita, dan jaga itu menjaga pelita dan tipuan angin dan kaca itu juga membuat cahayanya makin terang dan germelap, cahaya minyak zaitun merupakan cahaya paling bening, bersih dan bercahaya. Sesunguhnya itu merupakan cahaya Allah yang menyinari segala kegelapan langit dan di bumi, cahaya itu tidak seorang pun yang mengetahui hakikat dan jangkauanya. Orang-orang yang dikehendaki Allah adalah orang-orang yang dibukakan hatinya bagi cahayanya sehingga dapat melihatnya, cahaya itu tersebar selamanya dilangit dan dibumi dan tidak pernah putus, tidak terhalang dan tidak tertutup. Sesungguhnya perumpamaan yang digambarkan oleh Allah merupakan cara pendekatan kepada pengetahuan manusia karena dia maha mengetahui tentang kemampuan akal manusia. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Nūr (24): 35-36 menjelaskan tentang cahaya langit yang menerangi bumi yang terang, cahayanya bagaikan cahaya iman didalam hati, yang cahayanya diatas berlapis cahaya dengan demikian maka gambaran keindahan ada pada tingginya cahaya Allah berupa cahaya langit. 3. Allah juga memberikan gambaran keindahan yang gemerlapan didalam kehidupan kita didunia, menceritakan nikmat Allah dan mengunakannya untuk ketaatan. Seperti tentang istana Nabi Sulaiman yang dimasuki Ratu Saba. Q.S, An-Naml (27): 44, Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier, menjelaskan setelah singgasana Balqis berada dihadapan Sulaiman, maka diperintahkan oleh beliau agar singgasan itu dirubah sedikit bentuknya atau warnanya yang hijau dijadikan dan yang asalnya kuning menjadi merah. Tujuan Nabi Sulaiman dari perintah itu ialah beliau handak mencoba apakah Bilkis masih dapat mengenal singgasan sesudah diadakan perubahan itu atau tidak mengenalnya. Maka tatkala Balqis sudah tiba ditunjukkannya kepadanya singasan itu ditannya: “Adakah serupa ini singgasanku?” Balkis memberikan jawaban yang menandakan kecerdasan otaknya, ketajaman ingatanya dan kepadanya berdiplomasi. Ia menjawab: “ seakan-akan dialah singgasanku.” Kemudian ia dipersilahkan masuk dalam istana, yang lantainya terbikin dari kaca diatas kolam air, sehingga ketika ia masuk disingkapnyalah kedua batisnya. Berkata Sulaiman kepadanya: “sesungguhnya bukan air yang engkau injak, lantai ini sangat licin karena terbuat dari kaca.” Balqis yang menyembah matahari beserta kaumnya, setelah dating bertemu dengan nabi Sulaiman dan menerima da’wahnya serta menyadarinya sebagai nabi Allah yang telah diberikannya Mukjizat berupa kerajaan yang kekuasaannya meliputi jenis manusia, jin, dan binatang, maka pada akhirnya berserahlah kepada nabi Sulaiman dengan mengucapkan pernyataannya dan taubatnya dari sikap dzalim terhadap diriku sendiri dan pada hari ini aku berserah diri bersama nabi Sulaiman kepada Allah semesta alam. Dalam Tafsir Al- Misbah

Page 20: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

menjelaskan setelah selesai “ ujian pertama’’ yang telah dilalu sang Ratu dengan sukses, kini dilanjutkan dengan ujian kedua, daalam bentuk praktek. Ayat ini menjelaskan bahwa: dikatakan oleh petugas istana kepadanya yakni kepada Ratu Bilkis itu “silahkan masuklah kedalam ruangan terbuka istana.” Maka tatkala dia melihatnya yakni melihat lantainya, dikiranya lantai itu kolam air yang besar padahal sebenarnya lantainya dibuat dari kaca yang sangat bening dan dibawah lantai itu mengalir air bahkan konon ikan-ikan, maka dia melanjutkan perjalanannya dengan berhati-hati disikapkannya air, konon dibukakannya juga alas kakinya, atau boleh jadi ketika itu dia tidak memakai alas kaki, melihat hal itu dia yakni Nabi Sulaiman berkata kepada kepada sang Ratu: “sesungguhnya yang ia kira air adalah istana lain yang terbuat dari kaca yang amat bening” melihat dan menyadari betapa agung Nabi Sulaiman, dengan ilmu serta kekayaannya, dia yakni sang ratu berkata: tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diriku yakni dengan membanggakan kekuasaanku dan durhaka kepada tuhan dan aku berserah diri bersama Nabimu Sulaiman kepada Allah yang maha esa, tuhan pemelihara dan pengendali semesta alam. Ucapan ratu Sa’ba itu dinilai oleh sementara ulama mengandung dua sisi. Pertama adalah pensucian diri dari segala keyakinan yang salah serta aneka kedurhakaan dan ini tercermin dalam kalimat sesungguhnya aku telah menganiaya diriku dan yang kedua menghiasi diri dengan keyakinan yang benar serta pengalaman yang baik dan ini tercermin oleh ucapannya dan aku berserah diri bersama sulaiman kepada Allah, tuhan semesta alam. Penyebutan nama Sulaiman menisyaratkan bahwa ia mengikuti beliau dalam ajaran yang dibawanya. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan lalu disambungkan kedatangannya dengan serba kebesaran: “Dikatakan kepadanya: Masuklah kedalam Mahligai.” Artinya bahwa buat menyambut kedatangannya, Raja Sulaiman telah membuat sebuah mahligai yang sangat indah, yang dalam mahligai itu akan akan diletakan singgasannya dan dia akan duduk bersanding dengan Nabi Sulaiman. Dia dipersilahkan masuk kemahligai itu: “Maka tatkala dia melihat lantai mahligai itu disangkanya bahwa itu kolam air. “Karena mahligai itu telah diperbuat dari pada cermin atau crystal. “Maka disimbahkannyalah kedua belah pahanya.” Tetapi ternyata kedua kakinya tidak basah. “Lalu dia berkata: “sesungguhnya itu adalah mahligai berlantai licin dari cermin.” Karena indah pembuatannya dan sangat teratur susunannya, sepintas lalu keadaannya laksana berombak. Pada waktu itu “ Kalahlah” Ratu Bilkis, dan “jatuhlah” dia kedalam “tawanan” Nabi Sulaiman. Dan dia pun mulai menyerah: “Dia berkata: Tuhanku!” Mulailah dia memanggil Allah sebagai Tuhannya. “sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri.” Karena aku menyembah kepada selain Allah: “Dan aku telah menyerahkan diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam. Sedangkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan kejutan itu berupa istana dari Kristal yang fondasinya diatas air dan tampak diatas air dan tampak seperti kolam air yang besar. Maka ketika dikatakan padanya “ masuk ke dalam istana” dia menyangka bahwa dia akan memasuki kolam air yang besar itu, “maka disikapkanya kedua batisnya” setelah kejutan itu sempurna, barulah nabi Sulaiman membuka rahasianya,” berkata Sulaiman “ sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari Kaca.” Ratu itu berhenti dengan kejutan yang luar biasa dihadapan keajaiban-keajaiban yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Hal itu menunjukan bahwa telah ditundukkan bagi Sulaiman kekuatan yang terbesar dari kekuatan manusia. Maka diapun kembali kepada Allah dan bermunajat kepadanya dengan mengakui kezaliman dirinya sebelumnya yang telah menyembah selain Allah. Hati ratu itu telah diberi hidayah dan telah bersinar-sinar yang terang benderang. Dia

Page 21: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

mmenyadari bahwa kepasrahan itu hanya milik Allah dan tidak boleh tunduk kepada seorang pun selain dirinya, walaupun orang itu seorang nabi seperti Sulaiman yang telah dianugerahkan berbagai macam Mukzijat. Sesungguhnya Islam itu hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam; dan bersahabat dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan orang-orang yang berdakwah dijalannya, dalam kedudukan yang sama rata dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah tuhan sekalian alam. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Naml (27): 44, menjelaskan tentang gambaran keindahan yang diceritakan tentang nabi Sulaiman dan Ratu Balkis, yang memberikan kejutan kapada ratu bulkis tentang istana yang lantainya terbuat dari kaca sehingga ratu Balkis kagum dengan kekuasaan Allah Lalu ratu Balkis mengakui mukzijat nabi Sulaiman dan beriman kepada Allah. 4. Alquran memberikan gambaran keindahan yang terdapat pada langit Q.S, Al-Hijr:( 15 ): 16 • • Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Madaniyy Dalam Tafsir Ibnu katsier, menjelaskan Allah Swt menyebutkan penciptaan langitnya yang tinggi dengan bintang-bintang yang germelapan yang menghiasinya serta planet-planet yang bergerak maupun yang tidak semuanya itu merupakan tanda-tanda yang nyata akan wujudnya bagi orang yang sangup merenungkan dan memikirkan. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan ayat ini menyatakan, dan sesungguhnya kami telah menciptakan di langgit gugusan bintang-bintang yang jika mereka sadari, maka tidak perlu lagi mereka menutut aneka bukti dan kami telah menghiasinya yakni langit itu bagi para pemandang sehingga langit dan hiasannya itu dapat memuaskan nalar dan rasa manusia dan mengantarnya percaya kepada keesaan Allah Swt. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan “Dan sesungguhnya telak kami jadikan dilangit bintang-bintang dan kami perhiasi dia bagi orang-orang yang sudi melihatnya.” Pada kesan yang pertama dari ayat ini, semua orang dapat memandang kelangit merenungkan bintang-bintang. Memang sangat indahnya bintang-bintang menghiasi langit, tetapi bagi orang yang sudi melihat dan memperhatikannya. Tetapi apabila diperdalam lagi dalam langkah kedua, terasalah hubungan bintang dilangit dengan kehidupan kita. Ditanah Arab, tanah tempat ayat diturunkan karena kurangnya awan yang mendiding mata menghambat bintang-bintang itu, maka seakan akan bintang-bintang itu dekat benar rasanya, seakan akan dapat dijemba dengan tangan. Orang-orang Badwi di padang pasir itu, demikian bertautnya kehidupan mereka dengan alam, sampai zaman kita ini, menghafal nama bintang-bintang yang kelihatan, diluar kepala. Apabila diperdalam lagi kepada tingkat yang ketiga sampailah kita kepada ilmu pengetahuan alam yang berdalam-dalam, pengetahuan Ruang Angkasa, Teleskop yang besar-besar didunia, yang telah sampai penyelidikan ahli-ahli ilmu pengetahuan bahwa bintang dilangit itu mempunyai kelompok-kelompok yang dinamai “Galaxy” atau kepulauan-kepulauan yang masing-masing kepulauan itu melingkungi tidak kurang dari pada 100 milyard. “Dan kami perhiasan dia bagi orang-orang yang sudi melihat.” Memang asyiklah ahli-ahli ilmu bintang itu memperhatikan kuasa Allah diluar bumi kita ini, yang sangat ajaib dan indah, padahal bumi kita hanya laksana satu butir pasir saja diantara 100 milyar bintang dalam kelompok atau Galaxy yang melingkungi dia Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, menjelaskan ayat ini mengisyaratkan bahwa keindahan adalah salah satu tujuan dari penciptaan langit. Ia tidak hanya diciptakan dengan ukuran besar, tidak sekedar apik, tetapi semua keindahan tampil dalam setiap unsur dan tampilan dari koordinasi setiap unsur Orang yang memandang wajahnya ke langit dimalam gelap gulita disaat bintang-bintang menyebar dengan

Page 22: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

cahayanya, lalu cahayanya meredup, mata secara perlahan mengalihkan pandangan serupa juga terjadi dimalam purnama disaat bulan tampil sempurna dan alam sekitarnya terkantuk-kantuk seolah-olah ia menahan nafasnya dan tidak membangunkan malam yang sedang menikmati kebahagian. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Hijr:( 15 ): 16 menjelaskan tentang gambaran keindahan langit berupa planet dan bintang-bintang, yang bergermilapan sehingan itu menjadi gambaran yang nyata. C. MANFAAT KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Sebagaimana telah diketahui banyak ayat-ayat Alquran yang telah membicarakan tentang konsep keindahan, yang dalam hal ini ayat-ayat Alquran yang membahas tentang manfaat keindahan diantaranya adalah, Q,S, Qaf ayat: 6-11. Q.S, An- Naml ayat: 60. Q,S, An-Nahl Ayat: 5-6. Q,S, An-Nahl ayat: 8. Q,S An- Nahl ayat: 14. Q,S, Al-Khafi ayat: 7, Q,S, Al-A’rāf ayat: 31. 1. Menjadikan pelajaran dan peringatan Q.S, Qaf ( 50): 6-11 • • • • • Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah SWT. berfirman, Tidakkah mereka melihat langgit yang telah kami ciptakan yang berhiaskan berbagai bintang dan planet serta bumi yang telah kami hamparkan dan kami luaskan kemudian kami letakkan gunung-gunung yang kukuh untuk mencegah keguncangannya dan kami tumbuhkan diatas permukaannya segala macam pasangan tanaman yang sangat indah dipandang mata. Allah menciptakan semua itu untuk menjadikan pelajaran dan peringatan bagi hamba-hamba Allah yang selalu mengingat kepadanya dan menyadari kekuasaan serta kebesaranya. Selanjutnya Allah berfirman. Dan kami menurunkan air dari langit yang membawa berkah dan bermanfaat, dengan air itu kami tumbuhkan pohon-pohon yang membentuk taman-taman dan kebun-kebun serta biji-bijian yang dapat diketam. Juga pohon-pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang bersusun-susun telah tumbuh dengan suburnya berkat air hujan yang diturunkan oleh Allah dari lagit, semuanya itu sebagai pemberian rezeki Allah kepada hamba-hambanya. Dan sebagaimana Allah dapat menghidupkan tanah yang sudah mati ( gersang ) dengan air hujan. Dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa, aneka jenis tumbuhan dengan keistimewaannya masing-masing tumbuh dari air dan tercurah dari lagit, itu saja sudah menunjukkan betapa kuasanya Allah SWT. Ditambah lagi bahwa aneka tumbuhan itu disamping bermanfaat juga indah dipandang mata. Dengan demikian, ini semua seharusnya lebih mengundang manusia untuk bersyukur sekaligus kagum kepada sang pencipta. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan “Apakah tidak mereka lihat kepada langit yang ada diatas mereka. Dia berupa pertanyaan, tetapi mengandung ajakan dan seruan. Menegadahlah keatas dan lihatlah langit yang tinggi itu, dengan warnanya yang biru jernih disiang hari dan bintang berkelap kelip dimalam hari, cobalah renungankan “Betapa kami membangunkannya dan kami perhiasi dia,” alangkah indahnya bangunan itu. Apabila mansia berperasaan halus, tidaklah dia akan pernah merasakan bosan melihat kehebatan bangunan langit. “Dan tidak ada padanya keretakan.” Tidak ada padanya kebocoran, sehingga walaupun bagaimana lebatnya hujan, bukanlah langit yang tiris. Keretakan

Page 23: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

itu dapat diartikan kebesaran Ilahi yang manusia tidak dapat mencapainya karena terlalu tinggi. “Dan bumi pun kami hamparkan dia dan kami letakan padanya gunung-gunung.” Dapat kita rasakan ketika kita berdiri diatas lereng gunung yang agak tinggi maka berhamparlah bumi dibawah kita. “Dan kami tumbuhkan padanya tanaman-tanaman yang indah.” Ini pun dapat kita rasakan bila kita perhatikan perbedaan padang pasir yang kering gersang dengan bumi yang subur dengan tumbuh-tumbuhan. Bagaimana Allah mengatur keindahan alam dengan adanya tanaman-tanaman, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon, serta rumpu-rumput, yang semuanya itu memberikan kedamaian pada jiwa kita. “Untuk menjadikan pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang ingin kembali.” Dalam ayat ini dijelaskan apa gunaya Allah menganjurkan kita untuk melihat alam dan ciptaan Allah yang lainnya, agar kita menjadikannya peringatan, bahwasanya itu berdiri adalah atas kehendak maha kuasa Allah. “Dan kami turunkan air dari langit yang banyak mengandung berkat.” Diturunkan air dari langit; air itu ialah air hujan dan langit itu ialah tampak yang tinggi. Air itu membawa berkat ke atas bumi ini. Didalam ayat yang lain, yaitu dalam Surat 21, Al-Anbiya’ ayat 30: • • Berdasarkan kepada ayat ini, maka dalam zaman modern abad kedua puluh ini dibeberapa padang pasir yang kering di Libya, di Saudi Arabia dan lain-lain. Orang mempergunakan alat-alat berat buat mengali tanah mengeluarkan air dari bumi yang kering, sehingga timbullah air dan padang pasir yang beribu tahun lamanya kering gersang sudah mulai dapat ditanami, sebab air adalah jadi bergantung hidup. “Banyak mengandung berkat.” Sehingga karena air tanaman hidup, dan karena tanaman hidup manusia pun dapat pula melanjutkan hidup ditempat itu; “Maka kami tumbuhkan dengan dia kebun-kebun dan biji tanaman yang diketam.” Ayat ini pun memperluas fikiran kita manusia untuk betani, yang memberikan hasil berlipat ganda bagi penghidupan. Didalam ayat dikelaskan bahwa turun air hujan dari langit itu penuhlah dengan berkat, membawa kesuburan dan kekayaan bagi hidup manusia. “Dan pohon korma yang menjulang tinggi, baginya ada mayang yang bersusun-susun.” Ayat ini pun membayangkan keindahan yang akan dapat kita lihat bilamana kita mengembara dinegara-negara yang subur padanya pertumbuhan korma. Ataupun didaerah-daerah lain di Aljazair menuju Morokko, tinggi-tinggi menjulang, dan kelihatan mayangnya bersusun-susun, dalam tiap-tiap susunan itu kelihatan buahnya. Pada musim panas buah kurma kering dan masak sehingga korma menjadi makanan yang mengenyangkan dan sama kenyangnya ketika kita memakan nasi. “Rezeki bagi hamba-hamba.” Yaitu hamba Allah. “Dan kami hidupkan dengan dia negeri yang telah mati.” Artinya ialah bahwa dengan datangnya hujan, maka negeri-negeri yang telah mati dapat hidup kembali, yang lesu dapat menjadi segar; “seperti itu jualah kebangkitan.” Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa bumi yang membentang, gunung-gunung yang kukuh, dan tanaman yang elok mengilustrasikan kestabilan, kekukuhan dan keindahan bagi mata melihat kelanggit didepan pemandangan bangunan langit yang tinggi nan elok dan bumi yang membentang kukuh dan indah, Allah menyentuh kalbu kaum musyrikin mengarahkan kesalah satu sisi hikmah penciptaan dan kepermukaan lembaran Makrokosmos itulah pelajaran yang dapat menyingkapkan hijab, menyinari pandangan membuka kalbu, dan menautkan ruh dengn mikrokosmos yang menekjubkan ini keindahan ciptaa, hikmah, dan keteraturan yang ada dibalik semua itu merupakan pelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh

Page 24: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

setiap hamba yang kembali, yaitu hamba yang pulang kepada tuhan dengan segera. Itulah komunikasi antara kalbu manusia antara dengan aneka pengaruh alam semesta yang indah dan mempesona. Air yang turun dari langit merupakan tanda yang menghidupkan kalbu mati, sebelum ia menghidupkan kalbu yang mati, sebelum ia menghidupkan bumi yang mati, pemandangan itu tentu saja memiliki dampak yang khas terhadap kalbu hujan juga menyenangkan anak-anak dan membuat hatinya berbunga-bunga. Tetapi hati orang dewasa pun yang peka merasa senang dengan pemandangan itu dan hatinya bertepuk tanggan seperti halnya kalbu anak-anak yang masih fitrah. Disini Allah menyipati air dengan keberkahan sebagai sarana untuk aneka biji, buah, benih dan pohon kurma, dia menyifati pohon kurma dengan ketinggian dan keindahan Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Qaf (50): 6-1, menjelaskan bermacam-macam aneka tumbuhan yang terlihat indah yang diciptakan Allah seperti air hujan, yang semuanya itu banyak manfaatnya bagi manusia maupun bagi mahluk dan tumbuhan yang lainnnya. Dan menjadi pelajaran dan peringatan terhadap umat manusia. 2. Pembuktian dan kebesaran Allah Q,S. An- Naml ( 27) : 60 • • • Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu katsier Allah SWT. berfirmannya, bertanya dalam nada ingkar kepada orang-orang musyrikin yang menyekutukan tuhan-tuhan lain kepada Allah di dalam persembahan mereka: “Allah-kah yang lebih baik ataukah tuhan-tuhan yang mereka persekutukannya kepada Allah, atau siapakah yang telah menciptakan lagit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, berupa bintang-bintang planet-planet, bukit-bukit, lautan yang luas dan pohon-pohon serta tanaman yang beraneka ragam, binatang-binatang yang melata maupun yang berkaki yang empat, dua dan sebagainya. Dan siapakah yang telah menurunkan air untukmu dari langit, kemudian dengan air itu tumbuh berbagai macam tanaman dan pohon-pohon serta beraneka bunga yang membentuk kebun-kebun yang memberi pemandangan yang indah yang kesemuanya itu adalah diluar kekuasaan manusia untuk menumbuhkannya. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa, ayat di atas masih melanjutkan perbandingan antara Allah dengan sembahan-sembahan kaum musyrikin, setelah ayat yang lalu menekankan pembicaraan tentang tindakan Allah terhadap para pembangkang serta penyelamatan serta kedamaian yang dianugerahkannya kepada hamba-hambanya yang taat, kini ditonjolkan ciptaan Allah swt. agar dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh siapapun selainnya. Ayat diatas mempertanyakan tentang penciptaan guna membuktikan keesannya sekaligus mengigatkan manusia tentang nikmatnya. Ia menyatakan, apakah berhala-berhala yang kamu sembah itu lebih atau apakah siapa yakni atau apakah dia yaitu Allah yang telah menciptakan tanpa contoh sebelumnya lagit dan bumi dan yang menurunkan air hujan untuk manfaat kamu bukan untuk Allah, itu dia turunkan dari langit melalui hukum-hukum alam yang ditetapkannya, lalu kami maha kuasa untuk menumbuhkannya yakni dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sukai walaupun kamu merupakan mahluk-mahluk hidup yang dapat bergerak dan merasa tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonya apalagi berhala-berhala yang kamu sembah tapi tidak hidup? Tentu tidak! Jika demikian apakah disamping Allah ada tuhan yang lain. Ada pengalihan redaksi dari persona ketiga pada firmannya: siapa yang telah menciptakan lagit dan

Page 25: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

bumi dan seterusnya, ke persona pertama lalu kami menumbuhkan dengannya kebun-kebun. Peralihan ini bertujuan menekankan kemahakuasaan Allah untuk menumbuhkan dengan air yang sama beragam tumbuhan dan beragam rasa juga untuk mengisyaratkan adanya keterlibatan manusia dalam penumbuhanya berbeda dengan penciptaan lagit dan bumi serta karena tidak satu pun yang mengaku menciptakan lagit dan bumi serta turunya hujan. Dalam penciptaan dan bumi tidak ada yang terlibat hanya Allah sendiri, ada pun penumbuhan tumbuhan maka tidak jarang manusia memiliki keterlibatan dalam penumbuhan melalui penanaman benih dan pengairan serta pemeliharaan tumbuhan. Karena pengalihan redaksi sebagaimana terbaca diatas dan karena itu pula digunakan kata kami untuk mengisyratkan keterlibatan itu. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan sebagai sambutan dari pertanyaan yang sebelumnya, dating lagi pertanyaan Tuhan: “Atau, siapakah yang menciptakan semua langit dan bumi?” Siapa yang menciptakan langit yang berlapis tujuh itu? Langit yang indah tempat kita bernaung, dihiasi dengan bintang-bintang yang mengagumkan itu? Bumi, yang dijadikan hamparan tempat manusia berdiam, yang segala sesuatunya penuh dengan warna dan keindahan. Dan segala sesuatunyamenyimpan kekayaan yang tidak kunjung habis. “ Dan telah menurunkan kepada kamu air dari langit,” maka dari air itulah pangkal hidup, baik binatang atau tumbuh-tumbuhan dan suburlah alam. “Lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang indah permai.” Termasuklah didalamnya sawah ladang. Termasuklah didalamnya berbagai kebun besar ditanah-tanah yang luas, yang ditanami oleh manusia dengan secara teratur menurut ilmu pengetahuan tentang bumi. Lalu ditegaskan supaya manusia jagan lupa. “ Tidaklah ada upaya kamu buat menumbuhkan pohonnya.” Manusia hanya menanamkan. Adapun yang menumbuhkan hanya semata-mata. Suburnya padi bergantung kepada penanaman dimusim hujan. Ini semua di insafi oleh manusia. Sebab itu datanglah ini pertanyaan: “ Adakah Tuhan lain selain Allah.” Setelah manusia merenungkan kejadian langit dan bumi itu, dan setelah manusia melihat bagaimana turunnya hujan membawa air untuk menyiramdan menyuburkan bumi sampai timbul kebun-kebun, sawah ladang dan tanaman-tanaman yang indah, pastilah sampai fikiran manusia kepada maha pencipta. Dari bekas yang diciptakan timbullah kesan tentang kebesaran yang menciptakan. Disinilah timbul dengan sendirinya pertanyaan sebagai terlukis dalam ayat-ayat ini. “ Adakah tuhan lain bersama Allah.” Pasti jawabannya dalam hasil fikiran yang murni, “ tidak ada!” Maka orang-orang yang mengingkari keesaan Allah, yang mengakui bahwa ada pula tuhan selain Allah, adalah orang yang tidak jujur. Orang yang mendustai fikirannya yang murni. Diakhir ayat dikatakan: “Bahkan mereka adalah kaum yang berpaling.” Yang berpaling dari kebenaran, berpaling dari garis lurus logika fikiran. Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, air hujan yang diturunkan juga merupakan hakikat yang dapat disaksikan dan tidak mungkin dapat diingkari, seseorang tidak memiliki alasan untuk mengingkarinya selain harus berikrar bahwa ia memiliki penciptaan yang mengatur. Dia telah menciptakan langit-lagit dan bumi dengan aturan yang sesuai dimana yang itu memungkinkan turunya hujan dengan kadar tertentu yang membuat adanya kehidupan seperti ini, maka tidak mungkin hal itu terjadi dengan kebetulan kemudian kebetulan-kebetulan itu bersepakat datang dengan tertib dan teratur rapi dengan ukuran yang rapi. Pertimbangan turunya hujan itu erat sekali dengan hajat mahluk hidup khususnya manusia pengkhususan itu tampak dalam Alquran dalam firman Allah: “Dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah.” Alquran mengarahkan

Page 26: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

hati-hati dan pandangan pada jejak-jejak dan unsur-unsur penghidupan yang ada dalam air yang turun untuk manusia sama dengan kebutuhan hidup mereka, jejak-jejak dan pengaruh itu sering mereka lalaikan, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Naml (27): 60 menjelaskan tentang pembuktian Allah terhadap kekuasaan dan kebesarannya kepada orang yang menyembah selain Allah, dan bukti-bukti tersebut berupa tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, dan binatang yang bermacam-macam selain indah dipandang juga banyak sekali manfaatnya bagi manusia. 3. Kegunaan binatang ternak yang bermacam-macam Q.S, An-Nahl ( 16 ): 5-6 Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu katsier Allah SWT. berfirman, menyebut-nyebut beberapa diantara nikmat-nikmatnya. Bahwa dia telah menciptakan binatang-binatang ternak, seperti unta, sapi, dan kambing yang dapat diambil manfaatnya oleh manusia; kulit dan bulunya untuk dijadikan pakian yang member kehangatan badan, susunya dapat diminum dan dagingnya dapat dimakan, selain itu binatang-binatang ternak itu juga dapat memberikan keindahan Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa, Allah telah menciptakan binatang ternak, dia telah menciptakannya memiliki keistimewaan antara lain memiliki bulu yang dapat menhangatkan kamu dan terdapat nikmat makan yang menyangkut nikmat Allah SWT dan pada gilirannya menuntut kesinambungan mensyukurinya. Ayat ini mengaris bawahi, nikmat keindahan. Ia melepas kendali kepada manusia untuk memandang keindahan, menikmati dan melukiskannya sesuai dengan subjektivitas perasaannya. Demikian kesan yang muncul ketika membaca ayat yang redaksinya berbicara tentang keindahan secara lafaz ini. Ini mengantarkan kita berkata bahwa Alquran mengakui subjektivitas seniman dan seni dapat diekspresikan oleh siapa pun , perorangan atau kelompok masyarakat budaya dan kecenderungan masing-masing. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan “ Dan bintang-bintang ternak itu, Dia jadikan itu buat kamu.” Ada kerbau, sapi, kambing, dan lain-lain, semuanya dijadikan atau dijinakan buat kamu: “Padanya ada kehangatan dan banyak manfaat dan dari padanya kamu makan. Kehangatan kamu dapat dari bulunya, yang dapat kamu tenun menjadi pakaian kamu, dan berbagai manfaat yang lain, misalnya kulitnya untuk sepatu dan lain-lain, dan dari padanya yaitu dari dagingnya kamu makan, Daging menjadi sangat penting sebagai gizi penguat badan. “Dan untuk kamu padanya ada keindahan, seketika kamu kembalikan dan seketika kamu keluar.” Amatlah indahnya seketika kamu mengembala mengiringi binatang-binatang itu dipetang hari dari padang kembali kedalam kandangnya, betapa di beriring-iring dengan perut kenyang ; anak-anaknya mengiringi induknya. Dan amat indahnya lagi seketika dia keluar pagi-pagi dibuka lagi pintu kandangnya lalu dihalaukan lagi ke padang rumput yang subur itu. Dengan secara pendek ayat ini telah menanamkan rasa seni dalam jiwa manusia. Misalnya dilereng bukit rumputnya subur, matahari telah condong ke barat, gembala menghalaukan dengan tongkat ditanggan. Apabila itu dilihat, timbullah rasa keindahan dalam jiwa, dan ingatlah kita akan sumber aslinya segala keindahan. Al-Jamal, yang mendapat sebutan terang pada ayat ini. Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa dalam lingkungan diturunkan pertama kali, dan tentunya lingkungan seperti itu banyak, di setiap lingkungan sawah ladang dan lingkungan-lingkungan perkebunan tetap mendominasi dunia sampai hari ini. Dalam lingkungan yang demikianlah tampak nikmat binatang ternak yang

Page 27: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

tampaknya anak keturunan adam tidak akan bias hidup. Binatang ternak yang dulu pernah hidup dan dikenal di jajirah arab adalah unta, sapi, domba, dan kambing, Adapun kuda bighal dan keledai hanya digunakan sebagai kendaraan dan perhiasan serta tidak dimakan dagingnya. Oleh karenanya, ketika dikemukakan nikmat ini disini, Alquran mengingatkan bahwa semua itu adalah sarana yang sangat dibutuhkan manusia, lantaran kecintaan mereka kepadanya pada binatang ternak terdapat yang menghangatkan (bulu) dari jenis kulit, wol, kapas, dan rambut semua ini banyak manfaatnya bagi manusia, begitu pula yang terdapat pada susu, daging, dan lain sebagainya. Dari situlah kita makan dagingnya, susu dan minyaknya selain itu, pada binatang ternak yang memikul beban kesuatu negeri yang jauh ada hikmahnya bahwa kita tidak akan sanggup sampai kenegeri tersebut melainkan dengan bersusah payah. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Nahl (16): 5-6 menjelaskan tentang binatang-binatang ternak yang yang banyak sekali manfaatnya, binatang tersebut selain diambil dagingnya biasa juga dimanfatkan sebagai binatang tunggangan dan kulit binatang juga digunakan sebagai baju untuk melindungi panas dan dingin. Q.S, An-Nahl ( 16 ): 8 Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah SWT. berfirman, ini adalah jenis lain dari binatang-binatang yang diciptakan Allah untuk hamba-hambanya umat manusia, yaitu kuda, baghal, (peranakan kuda dan keledai) dan keledai diciptakan Allah menjadi binatang tunggangan dan juga binatang perhiasan yang member keindahan pandangan. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa, siapa yang memandang kuda-kuda yang tangguh dan kuat, atau binatang lain, maka hatinya akan berdecak kagum karena keindahannya, dan bukan hanya itu sebagai alat transportasi dan hiasan, tetapi dia, yakni Allah Swt, secara terus menerus menciptakan aneka ciptaan baik alat transportasi maupun perhiasan apa yang tidak mengetahuinya sekarang tetapi kelak akan kamu ketahui dan gunakan jika kamu mau berpikir dan mengarahkan segala potensi yang ada, dan Allah menciptakan juga apa yang kamu tidak akan mengetahuinya sama sekali hingga ciptaan itu kamu lihat dan ketahui Dalam Tafsir Al-Ahzar menjelaskan “Dan kuda, baghal dan keledai untuk kamu tungagi dia dan jadi perhiasan.” Sehingga belum lama berlalu masanya, bahwa kuda tunggangan adalah merangkap menjadi kendaraan dan perhiasan. “Dan dia jadikan pula apa yang tidak kamu ketahui.” Tuhan hanya memberikan syarat bahwa disamping binatang-binatang ternak untuk kendaraan, yaitu kuda, baghal, ( peranakan diantara keledai betina dengan kuda jantan, sehingga baghal itu badannya sebesar badan kuda, tetapi berbentuk keledai dengan telinga besar), dan keledai, dan ada pula dijadikan Tuhan kendaraan lain yang kita tidak tahu. Niscaya menjalarlah fikiran kita didalam menafsikannya. Apa yang diketahui Tuhan iala yang tidak diketahui manusia dizaman Alquran turun? Yang diabad kita ini telah diajarkan Tuhan kepada manusia yaitu kendaraan bermotor, mobil, dan lain-lain. Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, menjelaskan ayat ini mengandeng ayat yang menerangkan penciptaan binatang ternak untuk dimakan, ditunggangi dan dijadikan sebagai perhiasan, kuda binghal dan keledai diciptakan tidak lain untuk diunggangi dan sebagai perhiasan agar kesempatan senantiasa terbuka lebat kepada hal-hal yang baru dan fasilitas-fasilitas kendaraan angkutan, tunggangan dan perhiasan yang jelas, tashawwur mereka tidak akan tertutup diluar batasan-batasan lingkungan ini, diluar batasan-batasan zaman yang menaungi mereka, untuk itu maka Allah menginginkan agar manusia memahami lebih lanjut, hikmat dibalik

Page 28: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

apa yang berada dialam wujud ini disetiap tempat dan masanya, dimana disana tersimpan fenomena-fenomena lain, sehingga tashawwur dan jangkauan mereka menjadi lebih luas dan jauh kedepan. Selain itu Allah juga menginginkan agar mereka segera merespon ketika ada dan tersingkap fenomena-fenomena lain tersebut, bukan hanya sekedar lewat dan menyaksikannya begitu tanpa mengunakan dan mengambil manfaat yang baik dari padanya begitu pula sebagainya, agar mereka jangan berucap. “ Bapak-bapak kami hanya menggunakan binatang-binatang ternak tersebut.( kuda binghal dan keledai ). Maka kami pun demikian tidak mengunakan selain yang mereka, pernah gunakan itu bukan Alquran hanya menyebutkan jenis binatang-binatang ternak ini saja lalu bagaimana mungkin kami mengunakan selainnya. Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Nahl (16): 8, menjelaskan bahwa Allah menciptakan binatang berupa keledai untuk tunggangan dan juga binatang perhiasan yang memberi keindahan pandangan. Jadi selain binatang tersebut indah dipandang tapi binatang tersebut bermanfaat bagi manusia untuk ditunggangi. 4. Sebagai Cobaan atau Ujian Q,S. Al-Khafi (18): 7-8 • Ayat tersebut termasuk golongan ayat surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah SWT. berfirman, dalam ayat yang telah lalu, Allah menghibur Rasulnya, Muhammad Saw. Yang bersedih hati, karena kaumnya yang berkepala batu dan engan beriman kepadanya,’’ Janganlah engkau bersedih hati dan membinasakan dirimu, menyesalkan tindakan mereka yang enggan beriman, sampaikanlah risalahku kepada mereka, barang siapa diberi hidayah ( mengikuti petunjuk ) maka itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan barang siapa yang tersesat, maka itu adalah untuk kerugian dirinya sendiri. Kami jadikan dunia ini tempat tinggal tidak kekal, tempat berikhtiar dan berusaha bukannya tempat tinggal yang kekal dan abadi. Kemudian ayat yang selanjutnya Alla SWT, berfirman dan kami jadikan apa yang ada diatas bumi ini sebagai perhiasan, untuk menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa, setelah ayat yang lalu melarang Nabi Muhammad saw. Terlalu bersedih atas penolakan kaum musyrikin, ayat ini menjelaskan bahwa menjadikan mereka beriman adalah di luar kemampuan Nabi Muhammad saw. Karena Allah menciptakan setiap orang dengan potensi untuk berbuat baik atau jahat, dan menyediakan pula sarana ujian, sehingga masing-masing dipersilahkan untuk memanfaatkan potensi dan petunjuk Allah tanpa pemaksaan dari siapapun,ayat ini melukiskan hal tersebut dengan firmannya: Sesungguhnya kami telah menjadikan segala apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya yakni bagi bumi dan padangan indah pula oleh penghuni-penghuninya, agar kami menguji mereka melalui mereka melalui apa yang terdapat apa yang terdapat di bumi dan yang menjadi hiasan itu, sehingga kami dapat mengetahui dalam kenyataan, seperti apa yang telah kami ketahui dalam ilmu kami yang azali, siapa diantara mereka yang terbaik amalnya yakni yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan tuntunan kitab suci. Dan sesungguhnya kami pada akhir perjalanan hidup manusia di dunia ini, demikian juga menjelang kiamat nanti, benar-benar akan menjadikan pula apa yang diatasnya termasuk aneka hiasannya menjadi tanah rata lagi tandus walau sebelum itu, bumi hijau dan subur, penuh dengan berbagai bentuk keindahan hidup. Ayat ini menjelaskan hakikat kehidupan duniawi yaitu bahwa jiwa manusia pada mulanya adalah jiwa yang suci, luhur dan tinggi, tidak cenderung kepada kehidupan duniawi yang rendah, tetapi Allah swt. telah menetapkan bahwa jiwa itu tidak dapat mencapai kesempurnaan dan

Page 29: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

kebahagiaannya yang abadi kecuali dengan akidah yang benar serta amal-amal shaleh. Untuk itu Allah swt. mengantarnya menuju akidah yang benar dan amal shaleh serta menempatkannya di arena dan saranan penyucian jiwa yakni menempatkannya di dunia untuk waktu tertentu dengan jalan menjadikan jiwanya memiliki hubungan dan kecenderungan ke bumi melalui kenyamanan hidup seperti, harta anak dan kedudukan. Dengan demikian, apa yang ada di bumi terlihat indah dalam pandangan manusia, hiasan-hiasan duniawi disukainya, dan atas dasar itu pula jiwanya cenderung kebumi merasa tenang kepadanya. Nah, apabila waktu yang ditentukan Allah untuk keberadaannya di bumi telah berakhir, yakni setelah rampung masa ujian dan masa penyucian jiwa, Allah swt. mencabut hubungan dan kecenderungan masing-masing manusia kepada bumi serta menghapus keindahan dan hiasan dunia dalam pandangannya, Ketika itulah dunia dilihatnya bagaikan tanah yang gersang tanpa tumbuhan dan keindahan dan ia pun dipanggil kembali menghadap Allah dalam keadaan sendiri sebagaimana ia datang ke bumi sendirian. Perlu digaris bawahi bahwa menjadikan bumi indah bukan saja untuk kepentingan pemuasan rasa manusia, tetapi juga sebagai pendorong aktivitasnya serta merupakan salah satu yang dapat mengantar nalar manusia meyakini wujud dan keesaan Allah. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan lalu Allah melanjutkan sabdanya:“ sesungguhnya telah kami jadikan apa yang ada dibumi ini sebagai perhiasan baginya.” Artinya, bahwasanya segala yang ada dimuka bumi ini adalah perhiasan bagi bumi ini sendiri. Ada gunung-gunung, danau dan laut, sawah dan ladang. Demikian juga binatang-binatang dengan berbagai warna dan perangi, ada yang liar dan jinak. Demikian juga tumbuh-tumbuhan, dari kayu dihutan sampai rumput yang sehelai. Semuanya itu adalah perhiasan bagi bumi ini. Bahkan ada perhiasan yang tersembunyi, digali baru keluar, sebagai emas dan perak, intan dan berbagai permata. Guna apa semaunya itu dijadikan perhiasan bagi bumi. “Karena kami hendak menguji mereka, siapa diantara mereka yang baik amalnya.” Ditakdirkan Allah hiduplah memenuhi bumi ini. Maka berlombalah manusia mengambil atau menggali atau mencari yang tersembunyi dari perhiasan-perhiasan yang ada dimuka bumi itu untuk kepentingan hidupnya. Manusia berlomba menghasilkannya, tetapi manusia diuji dalam perlombaan itu; mana yang bekerja baik dan mana yang bekerja buruk, mana yang jujur dan mana yang curang. “ dan sesungguhnya kelak akan kami jadikan apa yang ada diatasnya menjadi tanah rata lagi tandus.” Artinya: Tidaklah ada yang kelak diatas pemukaan bumi ini. Mulanya nampak bumi berhias dengan berbagai warna, namun kelaknya perhiasan itu akan hilang. Bumi akan rata dan tanahnya akan tandus. Satu bangsa bermegah naik, kemudian jatuh, satu pemerintah mulanya kuat menjadi roboh. Manusia penghuni dunia yang berlomba itu pun sehabis berpayah-payah berlomba-lomba hilanglah dari permukaan bumi dan tidak kembali lagi. Sedangkan menurut Said Quttub dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan Allah maha tahu. Akan tetapi, Allah pasti mebalas perbuatan yang berasal dari hamba-hambanya dan apa yang berhak mereka terima atas amal-amal mereka dalam kehidupan dunia ini. Sedangkan, tentang orang –orang yang tidak berbuat baik, Allah tidak menyebutkan karena dapat dipahami dengan jelas dari pernyataan tersebut. Akhir dari perhiasan itu pasti terjadi, karena bumi pasti kembali bebas darinya dan orang-orang yang berada diatasnya pasti berubah menjadi rata, kering, keras, dan tandus. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Khafi (18): 7-8 menjelaskan bahwa Allah memberikan anugerah berupa potensi akal yang banyak sekali manfaatnya karena dengan adanya akal manusia bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk sehinga potensi akal itu dijadikan indah bagi orang yang berfikir dan

Page 30: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

semuanya itu adalah ujian dan cobaan. 5. Penutup Aurat dan berpakaian yang bagus serta berhias. Q,S. Al-A’rāf (7) : 31 Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu katsier berpendapat bahwa, ayat ini sebagai penolakan atas pendapat kaum musyrikin yang tawaf di Ka’bah dengan telanjang. Karena itu Allah dalam ayat yang menyeru berpakaian terutama yang menutupi aurat. Juga dianjurkan supaya memakai pakaian yang bagus pada tiap ibadah di mesjid untuk shalat atau tawaf. Maka karena inilah Nabi Saw, menganjurkan supaya berpakaian yang bagus indah ke shalat jum’at, hari raya dan juga berharum-haruman dan mengosok gigi. Ibnu Abbas ra. Berkata, bahwa Rasulullah saw. Bersabda: عن خشيم ابن عن المٌٌكى رجاء بن الله عبد انبأنا الصباح بن محمد حدثنا

: ; ثيا خير من فإنها البياض ثيابٌٌكم من إلبسوا م ص الله رسول قال قال عباس ابن عن جبير بن سعيدالشعر يجلوالبصروينبت فإنه اإلثمد خيراكحالٌٌكم وإن موتاكم وكفنوفيها ,Dalam Tafsir Al- Misbah بٌٌكم

menjelaskan hai anak-anak Adam, pakailah pakaian kamu yang indah minimal dalam bentuk menutup aurat, karena membukanya pasti buruk. Lakukan itu disetiap memasuki dan berada di mesjid, baik mesjid dalam arti bangunan khusus, maupun dalam pengertian luas, yakni persada bumi ini, dan makanlah makanan yang halal, enak, dan bermanfaat lagi bergizi, berdampak baik serta minumlah apa saja, yang kamu sukai selama tidak memabukkan tidak juga mengganggu kesehatan kamu dan jaganlah berlebih-lebihan dalam segala hal, baik dalam beribadah dengan menambah cara atau kadarnya demikian juga dalam makan dan minum atau apa saja, karena sesunguhnya Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat dan ganjaran bagi orang yang berlebih-lebihan dalam hal apa pun. Dalam Tafsi Al-Azhar menjelaskan sekarang datanglah tuntunan Allah, bagaimana adab sopan-santun bila mana hendak menghadapkan wajah kepada Allah itu. “Wahai anak-anak Adam! Pakailah perhiasan kamu pada tiap-tiap mesjid.” Dengan menyampaikan seruan kepada seluruh anak Adam, dapatlah kiata fahamkan bahwa Agama Islam ini bukanlah khusus untuk suatu bangsa saja, melainkan benarlah bahwa Muhammad saw, itu rahmat bagi seluruh alam. Laki-laki dan perempuan disini diperintahkanlah kepada mereka, tegasnya kepada kita semuanya bahwa kaluar kita masuk ke suatu mesjid, artinya kalu kita hendak bersujud sembahyang, karena arti asal dari mesjid ialah tempat sujud, hendaklah kita memakai perhiasan. Artinya hendaklah memakai pakaian yang pantas dan yang terasa oleh hati kita sendiri bahwa begitulah yang pantas. Selain dari itu dapat pula kita fahamkan, kalau anak Adam hendak masuk ke Mesjid, hendaklah merka mengambil perhiasan terlebih dahulu. Jaganlah masuk-masuk saja kedalam mesjid dengan senberono, tidak teratur. Kita telah maklum menurut susunan ayat, bahwa sebab turun ayat ini ialah karena orang jahiliyah masuk ke Mesjidil Haram dan Tawaf dengan bertelajang. Dalam ayat ini sudah dijelaskan bahwasanya bukan saja masuk ke dalam Masjidil Haram, bahkan masuk ke dalam segala Mesjid hendaklah berhias baik-baik, hendaklah pelihara suasana Mesjid itu, karena dia tempat menyembah Allah dan tempat berkumpul berjamaah. Dan kalau kita kita perdalam lagi pengertian Mesjid yaitu tempat bersujud sembahyang kepada Allah, walaupun dalam rumah sendiri, sebaiknya sediakan tempat khusus untuk sembahyang, sehingga tempat yang dikhususkan itu terpelihara kebersihan dan kehormatannya. Dan ketika akan sembahyang, hendaklah berpakian yang teratur sehingga Nampak bahwa ketika akan menghadap Allah, kita benar-benar menghiasi diri kita بن محمد حدثنا

) سلمة ) عن شعبة حدثنا غندر حدثنا له واللفظ نافع بن بٌٌكر أبو وحدثني جعفرح بن محمد حدثنا بشار

Page 31: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

وهي بالبيت تطوف المرأة كانت قال عباس ابن عن جبير بن سعيد عن البطين مسلم عن كهيل بنفال . . منه بدا فما أوكله بعضه يبدو اليوم وتقول فرجها علئ تجعله تطوافا يعيرني من فتقول عريانة

مسجد. كل عند زينتٌٌكم خدوا االية هده فنزلة Hadits diatas, sekaligus menjadi Asbabu Nuzul أحلهyang menegaskan tentang bantahan terhadap orang-orang jahiliyah yang pada saat melakukan Thawaf di Ka’bah dengan telanjang bulat dan teriak-teriak dan anjuran kepada anak Adam untuk memakai pakaian yang indah ketika masuk ke Mesjid. Dari Hadits diatas maka turunlah dua ayat yaitu surah Al-A’rāf (7): 31 dan 32 Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, menjelaskan bahwa Allah menyeru mereka supaya mengenakan perhiasan yang berupa pakian yang telah diturunkan kepada mereka, yaitu pakian yang bagus pada setiap kali melakukan ibadah, diantaranya ketika melakukan thawaf yang biasa mereka lakukan dengan telanjang, mereka haramkan pakaian yang tidak diharamkan oleh Allah, bahkan Allah memberikannya sebagian nikmat atas hamba-hambanya maka Allah lah yang lebih layak mereka ibadahi dengan melakukan ketaatan kepadanya degan menjalankan syariat yang telah diturunkannya, bukan malah meninggalkannya juga bukan dengan melakukan perbuatan keji sebagaimana yang biasa mereka lakukan Rasulullah Saw, sendiri memakai pakaian yang indah, bahkan suatu ketika beliau memperoleh hadiah berupa pakaian yang bersulam benang emas, lalu beliau naik ke mimbar, namun beliau tidak berkhutbah dan kemudian turun. Sahabat-sahabatnya sedemikian dengan baju itu, sampai mereka memegang dan merabanya. Nabi saw, bersabda, حد و عمر بن محمد عن موسى بن الفضل ثنا حد عمار أبو ثنا حد

: : عمرو، بن واقد أنا فقلت أنت؟ من فقال فأتيته مالك بن أنس قدم معاذ بن سعد بن عمرو ثني : النبى : إلى بعث وإنه ، وأطول الناس أعظم من كان سعدا وإن بسعد، لشبيه إنك وقال فبٌٌكى قالوسلم عليه الله صلى الله رسول الذهَب،فلبسها فيها منسوج ديباج من جبة وسلم عليه الله صلى

: : من تعجبون أ فقال قط، كاليومثوبا رأينا ما فقالوا يلمسونها، الناس فجعل قعد أو فقام المنبر فصعدترون مما خير الجنة في سعد لمنادل Demikian beliau memakai baju yang indah, tetapi beliau .هذا؟

tetap menyadari sepenuhnya tentang keindahan surgawi. Berdasarkan uraian di atas, diketahuupai bahwa ayat, Q.S, Al-A’rāf (7) : 31. menjelaskan tentang berpakaian yang indah dan kita dianjurkan untuk berhias supaya kelihatan indah dan menutup aurat selain indah pakain yang diturunkan oleh Allah juga banyak manfaatnya. BAB IV PENUTUP Pada bagian akhir penelitian ini akan ditutup dengan menarik kesimpulan berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dan pembahasannya telah diuraikan terdahulu. Disamping itu pula, akan dilengkapi saran-saran kepada pihak yang terkait yang berkepentingan. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan mengenai Konsep Keindahan Menurut Alquran itu sebagai berikut: Keindahan secara Etimologi adalah sifat-sifat keadaan yang indah seperti kecantikan, keelokan, sedangkan kata indah adalah kabar dari rupa, biasanya kabar selalu melebihi keadaan sebenarnya, atau indah bisa diartikan: peduli akan menaruh perhatian. Sedangkan secara terminologis keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang bagi yang melihatnya. Makna keindahan diantaranya adalah: Kecintaan kepada pada keimanan, Kecintaan kepada Syahwat, Kecintaan kepada berbagai perhiasan. Gambaran keindahan diataranya adalah: Alquran memberikan gambaran keindahan surge, AlQuran memberikan gambaran indah dan tinggi tentang cahaya Allah yang ditunjukan kepada orang-orang yang berakal, Allah juga memberikan gambaran keindahan yang gemerlapan didalam kehidupan kita didunia, menceritakan nikmat Allah dan mengunakannya untuk ketaatan. Seperti tentang istana Nabi Sulaiman yang dimasuki Ratu Saba, Al-Quran memberikan gambaran keindah yang terdapat

Page 32: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

pada langit. Manfaat keindahan diantaranya adalah: Menjadikan pelajaran dan peringatan, pembuktian dan kebesaran Allah, kegunaan binatang ternak yang bermacam-macam, Allah menciptakan binatang tunggangan ( Transportasi didarat ) sekaligus hiasan, ditundukannya lautan dan hasil yang ada didalamnya, sebagai cobaan dan ujian, penutup Aurat dan berpakaian yang bagus serta berhias. B. Saran- Saran Setelah mengetahui tentang keindahan menurut Alquran yang sudah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa saran yang berhubungan dengan masalah keindahan sebagai berikut: 1. Cintailah keindahan karena Allah mencitai keindaha 2. iman itu adalah keindahan yang hakiki. 3. Keindahan yang diinformasikan Alquran adalah iman di dalam hati yang bersinar terang sehingan dengan iman itulah menimbulkan cahaya yang sangat indah. DAFTAR PUSTAKA Alquran dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama, 1993. Abdul Baqi, Muhammad Fuad, Mu’jām al-Mufāhras li Alfazh Alquran, Baerut, Dar al Fikr, 1996. Abdur Rauf, Muhammad Idris, Kamus Idris Al-Marbawy Arab-Melayu Indonesia, Darul Haya’I al- Kutubul Arabiyah, t.th. af Munawwir, Adib Bisri, Kamus Indonesia Arab-Arab Indonesia Al-Bisri, ditelaah dan ditashih oleh Ahmad Warso Munawwir dan Mustafa Bisri, Surabaya, Pustaka Progresif, 1999. al-Asfahany Ragib, Mu’jām al-Mufradat li Alfazh Alquran, Beirut: Dar al-Fiqr, 1998. al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir Al-Marghi, Semarang, Toha Putra, 1984. At-Turmuji Al-Imam Al-Hafiz Abi Abbas Muhammad Ibn Surat, sunan Turmiji Jami’ shoheh, Bairut: Dar al- Fikr, 1990/ 1415 H. Al-Qasimy Jamaludin M, Mau’izah al-Mu’min, diterjemahkan oleh M. Abai Rohani dengan judul: Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin, Bandung: CV Diponegoro, 1975. al-Hafiz Abi Abdullah Muhammmad Ibn Yazid Al-Qazwini Ibn Majjah, Sunan Ibnu Majah, Bairut: Darul Fikir, 1990/ 1415 H. Abu Hamid bin Muhammad Al- Ghazali: Mutiara Ihya Ulumuddin, Diterjemahkan oleh Rus’an, Jakarta: C.V. Mulja 1963. Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj bin Kausyaz al-Qusyairy an-Naisaburiy Muslim, Shahi Muslim, Bairut: Dar al Fikr, 1990/ 1415 H. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2001. David Trueblood David, Philosophy Of Religion, Diterjemehkan oleh Rasidin M, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1965. Hamka Buya, Tafsir Al-Azhar : Jakarta, PT Pustaka Panjimas, 1982. http:// Warta Warga, guna darma. Ac.id/2010/03/ pengertian Keindahan. Izzani, Ahmad Metode Ilmu Tafsir, Bandung: Tafakur, 2007. Mahdi Muhammad bin al-Naraqi, Dzar Abi, penghimpun kebahagiaan: dilengkapi dengan presentasi visual ,Jakarta: Lentera , 2003. Muthahhari Murtadha Fitrah, Diterjemahkan dari beberapa buku Bahasa Arab dan Inggris. Oleh Haidar Baqir, Jakarta: lentera, 1999. Muhdlor, Zuhdi A. Ali Atabik, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yongyakarta: Multi Karya Graka, 1999. Mawardi, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Nasir, Sahilun A, Ilmu Tafsir Alquran, Surabaya; al-Ikhlas, 1987. Notowidagdo Rohimah, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Alquran dan Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj bin Kausyaz al-Qusyairy an-Naisaburiy Muslim, Shahi Muslim, Bairut: Dar al Fikr, 1990/ 1415 H. Partanto, A. Pius , Yuswono Trisno , Kamus Kecil Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola 1994. Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: di Bawah Naungan alquran, Jakarta, Gema Insani, 2004. Said, Bahreisy, Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya, Bina Ilmu, 1992. Soleh, Khudori A , Wacana Baru filsafat Islam, Yonyakarta: Pustaka Belajar, 2004. Shihab, Umar, Kontekstualitas Alquran, Kajian Tematik atas ayat-ayat hukum dalam Alquran, Jakarta: Penamadani, 2005. Syaikhul Islam Abu Al-Abbas Ahmad bin Ab-dul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al-Khudhr bin

Page 33: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

Ali bin Abdullah bin Tamiyah, dan Ibnu Qayyim Al Jauzi, al-Jamal wa fadhluhu wa Haqiqatuhu wa Aqsamuhu, diterjemahkan oleh; Hadi Mulyo: Pesona keindahan, Indonesia : Pustaka Azzam, 1999. Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-quran: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung: Mizan , 1994. ____Wawasan Alquran ,Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan Umat , Bandung: Mizan, 1998. ____Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian alqur’an, Jakarta, Lentera Hati, 2002. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta, Hidakarya Agung, t.th. Lampiran I DAFTAR KONVERSI KRONOLOGIS SURAH ALQURAN No. Urut Nama Surah Nama Konversi 1 Al-Fātihah 005 2 Al-Baqarah 087 3 Ali ‘Imran 089 4 An-Nisā 092 5 Al-Maidah 112 6 Al-An’ām 055 7 Al-‘Arāf 039 8 Al- Anfāl 088 9 At-Taubah 113 10 Yunus 051 11 Hūd 052 12 Yusuf 053 13 Ar-Ra’ad 095 14 Ibrahim 072 15 Al-Hijr 054 16 An-Nahl 070 17 Al-Isrā 050 18 Al-Khafi 069 19 Maryam 044 20 Thaha 045 21 Al-Anbiyā 073 22 Al-Hajj 103 23 Al-Mu’minūn 074 24 An-Nūr 102 25 Al-Furqān 042 26 Asy-Syu’arā 047 27 An-Naml 048 28 Al-Qashash 049 29 Al-Ankabūt 085 30 Ar-Rūm 084 31 Luqman 057 No. Urut Nama Surah Nama Konversi 32 As-Sajadah 075 33 Al-Ahzab 090 34 Saba’ 058 35 Fāthir 043 36 Yāsin 041 37 Ash-Shāffat 056 38 Shād 038 39 Az-Zumar 059 40 Al-Mu’min 060 41 Fushshilat 061 42 Asy-Syūra 062 43 Az-Zukhruf 063 44 Ad-Dukhān 064 45 Al-jātsiyah 065 46 Al-Ahqāf 066 47 Muhammad 095 48 Al-Fath 111 49 Al-Hujarāt 106 50 Qāf 034 51 Adz-Dzāriyāt 067 52 Ath-Thūr 076 53 An-Najm 023 54 Al-Qamar 037 55 Ar-Rahmān 097 56 Al-Wāqi’ah 046 57 Al-Hadīd 094 58 Al-Mujādilah 105 59 Al-Hasyr 101 60 Al-Mumtahanah 091 61 Ash-Shaff 109 62 Al-Jumu’ah 110 63 Al-Munāfiqūn 104 64 At-Taghabūn 108 65 Ath-Thalāq 099 66 At-Tahrim 107 No. Urut Nama Surah Nama Konversi 67 Al-Mulk 077 68 Al-Qalam 002 69 Al-Haqqah 078 70 Al-Ma’ārij 079 71 Nuh 071 72 Al-Jin 040 73 Al-Muzzammil 003 74 Al-Mudatstsir 004 75 Al-Qiyāmah 031 76 Al-Insān 098 77 Al-Mursalāt 033 78 An-Naba’ 080 79 An-Nāziāt 081 80 ‘Abasa 024 81 At-Takwĭr 007 82 Al-Infithār 082 83 Al-Muthaffifin 086 84 Al-Insyiqāq 083 85 Al-Buruj 027 86 Ath-Thariq 036 87 Al-A’la 088 88 Al-Ghasyiyah 068 89 Al-Fajr 010 90 Al-Balad 035 91 Asy-Syam 026 92 Al-Lail 009 93 Adh-Dhuha 011 94 Al-Insyirah 012 95 At-Tin 017 96 Al-Alaq 001 97 Al-Qadar 025 98 Al-Bayyinah 100 99 Az-Zalzalah 093 100 Al-Ădiyāt 014 101 Al-Qāri’ah 030 No. Urut Nama Surah Nama Konversi 102 At-Takātsur 016 103 Al-‘Ashr 013 104 Al-Humazah 032 105 Al-Fil 019 106 Quraisy 029 107 Al-Mā’ūn 017 108 Al-Kautsar 015 109 Al-Kafirūn 018 110 An-Nashr 114 111 Al-Lahab 006 112 Al-Ikhlas 022 113 Al-Falaq 020 114 An-Nās 021 Keterangan: Disusun berdasarkan data mushhaf yang diedarkan oleh Rabithah al-Alam al-Islami, Alquran al-Karim, (Kairo: t.p, 1398 H) dan dikomformasikan dengan Abu Abdillah al-Zarjani, Tarikh Alquran, (Beirut: Mu’assasah al-Alami,1388 H). DAFTAR TERJEMAH AYAT ALQURAN DAN HADIS No Hal Bab Terjemahan 1 4 I Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, Maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (An-Naml: 4). 2 24 II dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. (An-Nahl; 6) 3 28 III Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (Q.S, Al-Hujurat, (49): 7) 3 32 III Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita,

Page 34: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). ( Q.S, Ali-Imran (3): 14 ). 4 36 III Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. ( Q.S, Al-Baqarah, (2): 212 ) 5 40 III Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya, dalam syurga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya Perkataan yang tidak berguna di dalamnya ada mata air yang mengalir. di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,dan permadani-permadani yang terhampar. ( Q.S, Al-Gasyiyah, (88): 8-16 ) 6 45 III Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya- (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Maha mengetahui segala sesuatu. ( Q.S, An-Nuur ( 24 ): 35 ) 7 51 III Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala Dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". berkatalah Balqis:"Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam". ( Q.S, An-Naml ( 27 ): 44 ) 8 56 III Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (Nya), ( Q.S, Al-Hijr (15 ): 16 ) 9 59 III Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan. ( Q.S, Qaaf (50); 6-11 ) 10 62 III Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman? ( Q.S, Al-Anbiya (21): 30 11 66 III Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). ( Q.S, An-Naml (27): 60 12 71 III Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang

Page 35: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. ( Q.S, An-Nahl (16): 5-6) 13 74 III Dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. ( Q.S, An-Nahl (16): 8 ) 15 77 III Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. ( Q.S, Al-Khafi 188 ) 17 82 III Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. ( Q.S, Al-A’raaf (7): 31 ) 18 83 III Telah meriwayatkan Muhammad bin Basher, meriwayatkan Muhammad ibn Ja’far, meriwayatkan Abu Bakar ibn Nafi’ meriwayatkan Syu’ba dari Salamah ibn Khail dari Muslim Al-Batin, dari Said ibn jabir dari Ibn Abbas Pakailah pakaianmu yang serba putih maka itu sebaik pakaianmu dan gunakanlah untuk kafan orang mati, dan sebaik-baik celak matamu ialah yang dibuat dari batu itsmid (batu celak) sebab itu menerangkan mata dan menumbuhkan rambut. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Atturmidzi, ibn Majah) 19 85 III Telah meriwayatkan Muhammad bin Basher, meriwayatkan Muhammad ibn Ja’far, meriwayatkan Abu Bakar ibn Nafi’ meriwayatkan Syu’ba dari Salamah ibn Khail dari Muslim Al-Batin, dari Said ibn jabir dari Ibn Abbas berkata: “Pada Zaman Jahiliyah dahulu orang-orang perempuan Tawaf di Bait ( Ka’bah ) dengan telanjang bulat hanya kemaluannya saja yang sekedar ditutup secarik kain. Mereka berteriak- teriak: “ Pada hari ini kuhalalkan sebagian atau seluruhnya, dan apa yang tertutup ini tidak kuhalalkan” Maka turunlah ayat ini “ KHUDZUU ZIINATAKUM INDAKULLI MASJIDIN” dan turunlah pula ayat berikutnya “ QULMAH HARRAMA ZIINATALLAAHI..” yaitu dua ayat sampai akhir. 20 87 III Meriwayatkan Abu Amar, meriwayatkan Fadlu Ibnu Musa dan Muhammad Ibnu Amrin, telah meriwayatkan Waqid Ibnu Amrin Ibnu Said Ibnu Mua’aj berkata; “ datanglah Anas Ibnu Malik memangilnya, maka dia berkata: siapa engkau ? maka dia jawab : saya Waqid Ibn Amrin dia berkata sungguh dia pemuda yang bahagia, dan sesungguhnya kebahagiaan adalah kemulyaan/ kebesaran manusia dan berpanjangan. Dan sesunguhnya Rasulullah saw, dikirimkan baju jubah dari hadiah yang bersulam benang emas, baju Rasulullah ketika naik kelihatan cahaya, baik dalam keadaan berdiri, atau duduk, maka manusia menjadi menyentuh dan meraba-raba. Mereka berkata apa yang kami lihata setiap hari baju yang bergarit. “Telah berkata apakah kalian mengagumi baju ini?” Mereka berkata , “ Kami sama sekali belum pernah melihat pakaian lebih indah dari ini” Nabi bersabda: “ sesugguhnya saputangan Sa’ad bin Mu’adz di surga jauh lebih indah dari yang kalian lihat” RIWAYAT HIDUP PENULIS 1. Nama Lengkap : Muhammad Fatah Yasin 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Tamban, 10 Januari 1988 3. Agama : Islam 4. Kebangsaan : Indonesia 5. Status Perkawinan : Belum Kawin 6. Alamat : Jalan, Purwosari I.2, Rt. 08 Kec. Tamban Kab. Batola, Kalimantan Selatan 7. Pendidikan a. SDN Purwosari I 2 ( 2000) b. MTSN Tamban ( 2003) c. MA, Dakwah Islamiah ( 2006 ) d. Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin Jurusan Tafsir Hadits (TH) Angkatan 2006 8. Organisasi : 9. Orang Tua : a. Ayah Nama : H. M. Ladi Nawidi Pekerjaan : Guru Swasta Alamat : Purwosari 1.2, RT 08 Kec. Tamban Kab. Barito Kuala, Kalimantan Selatan b. Ibu : Nama : Sri Wahyuni. SPdI Pekerjaan : Guru Swasta Alamat : Purwosari 1.2 RT 08, Km 06 Tamban Kab. Barito Kuala Kalimantan Selata 10. Saudara ( Jumlah

Page 36: Konsep Keindahan Menurut Al-Qur'An

Saudara) : Enam (6) Orang 11. Suami/ Isteri : 12. Anak ( Jumlah Anak ) : Banjarmasin, 17 Januari 2011 Penulis Muhammad Fatah Yasin, S.ThI