konsep kebijakan moneter dan implement as in ya di indonesia 240709

Upload: brian-mongkaren

Post on 05-Jul-2015

409 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

KONSEP KEBIJAKAN MONETER DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIATRAINING FOR TRAINERS KEBANKSENTRALAN BANDUNG, 24 JULI 2009

PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN BANK INDONESIA

Review Konsep dan Teori MoneterKebijakan Moneter di Indonesia Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro Tujuan kebijakan ekonomi makro umumnya adalah mencapai kemakmuran masyarakat (social welfare)

2

KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO: KEBIJAKAN MONETER KEBIJAKAN FISKAL KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN TENAGA KERJA KEBIJAKAN LAINNYA

TUJUAN AKHIR: SOCIAL WELFARE

Bagaimana Hubungan Sektor Moneter dengan Sektor Lainnya?SEKTOR RIIL Konsumsi Investasi Ekspor Impor SEKTOR PEMERINTAH (FISKAL) Anggaran Negara (APBN) Penerimaan, termasuk hibah Pengeluaran Keseimbangan (overall) Pembiayaan Dalam Negeri Luar Negeri SEKTOR MONETER Otoritas MoneterAktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Domestik Bersih Net Claim on Government

3

SEKTOR EKSTERNAL Transaksi Berjalan Ekspor Impor Transfer Penghasilan (Income) Transaksi Modal dan Keuangan Investasi Langsung Aliran Keuangan Pemerintah Swasta Cadangan Devisa

Uang Primer

Bank UmumAktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Domestik Bersih

Uang Uang Beredar Beredar

Gambaran Umum Kebijakan Moneter

4

Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dlm bentuk pengendalian besaran moneter (JUB, uang primer, kredit perbankan) atau suku bunga untuk mencapai stabilitas ekonomi makro. Stabilitas ekonomi makro tercermin dari: stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya pertumbuhan ekonomi, serta cukup luasnya kesempatan kerja yg tersedia. Kebijakan moneter dilakukan dgn mempertimbangkan: siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian (terbuka atau tertutup), & faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya. Strategi kebijakan moneter tergantung dari tujuan yg ingin dicapai & mekanisme transmisi yg diyakini berlaku pada perekonomian yg bersangkutan. Berdasarkan strategi & transmisi yg dipilih, maka dirumuskan kerangka operasional kebijakan moneter.

Kebijakan Moneter & Siklus Kegiatan Ekonomi Perkembangan ekonomi mengalami pasang surut (siklus). Pada periode tertentu tumbuh pesat, tetapi pada periode tertentu lain tumbuh lambat. Untuk itu, pemerintah dan atau otoritas moneter melakukan kebijakan stabilisasi ekonomi makro agar perekonomian dapat tumbuh berkesinambungan. Intinya, sisi permintaan dan sisi penawaran dikelola sedemikian rupa shg mengarah pada keseimbangan (ekuilibrium).

5

Kebijakan moneter, sbg bagian dari pengelolaan stabilisasi ekonomi makro, diterapkan sejalan dgn siklus ekonomi (business cycle). Kebijakan moneter pada saat boom tentunya berbeda dgn pada saat perekonomian melambat (depression atau slump). Pada saat boom, kebijakan moneter biasanya cenderung kontraktif, sementara pada saat depresi, kebijakan moneter biasanya cenderung ekspansif. Efektivitas kebijakan moneter tergantung pada hubungan antara uang beredar dengan variabel ekonomi utama, seperti

Kebijakan Moneter & Siklus Kegiatan Ekonomi Dari sejumlah literatur, hubungan antara uang beredar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa dalam jangka panjang hubungan antara pertumbuhan uang beredar dan inflasi adalah sempurna, sedangkan hubungan antara pertumbuhan uang beredar atau inflasi dan pertumbuhan ekonomi adalah nol. Temuan ini menunjukkan adanya suatu konsensus bhw dalam jangka panjang, kebijakan moneter hanya akan berdampak pada inflasi, dan tidak banyak pengaruhnya terhadap ekonomi riil.

6

Konsensus dari temuan empiris dlm literatur mengenai pengaruh jangka pendek dari uang beredar menunjukkan bhw kebijakan moneter menyebabkan pergerakan aktivitas ekonomi riil yg sedikit menaik dan kemudian menurun (hump-shaped). Artinya, pelonggaran (pengetatan) kebijakan moneter dpt sedikit meningkatkan (menurunkan) pertumbuhan ekonomi riil dalam jangka sangat pendek dan kemudian pengaruhnya akan menghilang dlm jangka panjang.

Kebijakan Moneter & Siklus Kegiatan EkonomiOutputFase Ekspansif

7

G trendBC Ekonomi dlm resesi shg kebijakan moneter ekspansif spy cepat recovery

C A DFase Kontraktif

E F

B

CD Ekonomi boom shg kebijakan moneter kontraktif utk menghindari overheating Disebut: Countercyclical monetary policy Waktu

8

Pendekatan Kuantitas vs Suku Bunga Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter di Indonesia

Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

9

Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kerangka Operasional Kebijakan Moneter dapat dilihat melalui 2 pendekatan : 1. Kerangka Operasional dengan Pendekatan Kuantitas.

2. Kerangka Operasional dengan Pendekatan Harga/ Suku Bunga.

Kerangka Operasional Kebijakan MoneterKerangka Operasional dengan Pendekatan KuantitasInstrumen Moneter-OPT -Reserve Requirement -Fas. Diskonto -Imbauan

10

Sasaran Operasional

Sasaran Antara

Sasaran Akhir

-Uang Primer -Reserve Bank

-M1, M2, Kredit -Suku Bunga

-Stabilitas Harga -Pertumbuhan Ekonomi -Kesempatan Kerja

Kerangka Operasional dengan Pendekatan Harga/ Suku BungaInstrumen Moneter-OPT -Reserve Requirement -Fas. Diskonto -Imbauan

Sasaran OperasionalVariabel-Variabel Informasi -Suku Bunga (pasar uang jk pendek)

Sasaran Akhir

-Stabilitas Harga -Pertumbuhan Ekonomi -Kesempatan Kerja

KERANGKA KERJA QUANTITY TARGETING

11

Kerangka Kerja Quantity Targeting

ULTIMATE TARGET

ECONOMIC CAPACITY

MONEY SUPPLY

MONETARY MANAGEMENT

MONETARY INSTRUMENT

Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Kerja Dll

Y

s

Ms

1. OPEN MARKET OPERATION 2. DISCOUNT FACILITY 3. RESERVE REQUIREMENT

Yd

Md

4. FOREIGN EXCHANGE INTERVENTION

ECONOMIC ACTIVITY Investment Consumption Government Export Import

DEMAND FOR MONEY

NERACA OTORITAS MONETER & NERACA SISTEM MONETER

12

Neraca Oto Aktiva Aktiva Luar Negeri Ber sih Aktiva Dalam Negeri Bersih - Tagihan bersih pada pemerintah pusat - Tagihan pada sektor swasta domestik - Tagihan pada bank umum Aktiva Lainnya Bersih

ritas Moneter Pasiva Uang kartal - di masyarakat - di bank umum Saldo g iro - m ilik bank umum - milik masyarakat ( uang kartal (cadangan ) bank )

------------------------Uang Primer ( M0 )

N eraca S temM n r is o eteA ktiva 1A . ktiva L a N g ri B rs u r e e e ih 2Tg a . a ih n B rs e ih p da P m rin h P s t a e e ta u a 3 T g a p d Lma a . a ih n a a e b g d n P ru a a n P m rin h a e s h a e e ta 4 T g a p d P ru a a n . a ih n a a e s h a d n P ro n a a e ra g n 5 L in ya B rsih . a n e K te n a : fo a s n a p n s na n ra a a e ra g n rm t ta d r e yu u n e ca n litis in a a h s p rti ya g d u lika i d la e e n ip b sika n ke a a pd m s ra t d la S tis E n m d n K u g n In o e i a ya ka a m ta tik ko o i a e an a d n s U g B re a (M )/ an e d r 2 1 M . 1 - U n K rta ag a l - Un G l a g ira 2 U gK a i . an u s L id s P ko o ia iku ita ere n m n P siva a

a

PARADIGMA BARU PENGENDALIAN MONETER

13

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?Asumsi yang digunakan dalam Pendekatan Kuantitas adalah sbb: 1. Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain (fiskal, nilai tukar, dan riil) akan berjalan seperti yang ditetapkan. 2. Adanya hubungan yang stabil antara uang beredar (sebagai sasaran antara) dengan kegiatan ekonomi riil (sebagai sasaran akhir) stabilitas fungsional income velocity dan demand for money 3. Adanya hubungan yang stabil antara uang primer (sebagai sasaran operasional) dengan uang beredar (sebagai sasaran antara) stabilitas fungsional angka pengganda uang (money multiplier) Namun, hasil kajian empiris BI menyimpulkan bahwa:

Income velocity, demand for money, dan money multiplier cenderungkurang stabil. Agregat moneter M1 relatif stabil dibandingkan dengan M2.

PARADIGMA BARU PENGENDALIAN MONETERQuantity-based Approach vs Price-based Approach ?Penyebab Ketidakstabilan Struktural tersebut adalah karena: Pesatnya perkembangan sektor keuangan dan majunya inovasi produk keuangan yang menyebabkan kegiatan penciptaan uang (money creation) oleh sistem keuangan menjadi berlipat ganda. Terjadinya proses decoupling antara sektor moneter dan sektor riil. Sulitnya mengidentifikasi arah kausalitas antara uang beredar dan kegiatan ekonomi. Adanya kecenderungan kegiatan ekonomi mempengaruhi uang beredar, bukan sebaliknya.

14

PARADIGMA BARU PENGENDALIAN MONETER

15

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ? Sejalan dengan permasalahan dalam pengendalian moneter dengan menggunakan agregat moneter, paradigma baru yang lebih meyakini harga uang, yaitu suku bunga dan nilai tukar, sebagai jalur utama transmisi kebijakan moneter (price targeting) di Indonesia semakin mendapatkan perhatian. Bond (1994) menunjukkan secara empiris bahwa hubungan antara suku bunga dengan laju inflasi jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara uang beredar dengan inflasi. Di sisi lain, dalam ekonomi yang semakin terbuka dengan sistem nilai tukar yang fleksibel, pergerakan nilai tukar rupiah juga dianggap sangat penting dalam mempengaruhi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.

PARADIGMA BARU PENGENDALIAN MONETER

16

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?Sasaran kuantitas uang Sasaran harga uangMs M Tingkat Bunga, is

Ms*

Tingkat Bunga, i

Ms

i

i i* Md i Target Tingkat Bunga, i*

i*

Md Md* Md

i

Md* Md

M*

Kuantitas Uang, M

M

M*

M

Kuantitas Uang, M

PARADIGMA BARU PENGENDALIAN MONETERQuantity-based Approach vs Price-based Approach ?

17

Hasil kajian empiris tersebut merupakan pertimbangan utama bagi Bank Indonesia untuk mengubah paradigma pengendalian moneternya dari quantity-based approach menjadi price-based approach. Pada pertengahan tahun 2005 pricebased approach telah mulai dilaksanakan yang antara lain diindikasikan dengan adanya penetapan BI-rate. Penerapan price-based approach tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia yang kemudian menerapkan full-fledged inflation targeting framework.

18

Penerapan Inflation Targeting Framework dan Sasaran Operasional Suku Bunga

Apa itu Inflation Targeting (IT).?Bank sentral secara eksplisit memiliki target inflasi dan berjanji untuk mencapai target tsb pada suatu periode waktu tertentu (time horizon). BS melakukan forecast inflasi dng semua informasi yang ada. BS menggunakan instrumen kebijakan moneter untuk mencapai target inflasi tersebut. Jika forecast inflasi berbeda dng target inflasi BS melakukan perubahan stance kebijakan moneter (umumnya menggunakan Taylors type rule):

19

r = rt-1 + ( - *) + (y-y*); dimana , >0Jika gagal mencapai target, harus menjelaskan kepada publik. BS memberikan laporan secara regular kpd publik mengenai outlook inflasi dan kebijakan yang diambil.

Syarat-Syarat implementasi ITF Bank sentral yang independen (minimal instrument independence) Komitmen untuk mencapai kestabilan harga. Tidak ada dominansi fiskal, sistem keuangan yang kuat. Transparansi dan akuntabilitas. Tidak ada anchor yang lain (exchange rate harus fleksibel/floating) Kebijakan Moneter yang bersifat forward looking Kemampuan Operasional: Kemampuan dalam forecast inflasi Pemahaman transmisi kebijakan moneter Prosedur operasional kebijakan moneter

20

Empat Langkah Penguatan Kebijakan Moneter Melalui ITF Empat elemen mendasar dalam langkah-langkah penguatan kerangka kerja kebijakan moneter yang baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan penerapan ITF: 1. Penggunaan suku bunga (disebut BI Rate) sebagai reference Rate rate dalam pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang primer. 2. Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi antisipatif (forward looking strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan. 3. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi. 4. Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara keseluruhan. 21

21

Inflation Targeting: 22A Framework, Not A Rule

OPERASI MONETERINSTRUMEN MONETER Manajemen Likuiditas Koridor suku bunga Struktur suku bunga

RESPON KEBIJAKANBI RATE

INDIKATOR KEBIJAKANPRAKIRAAN INFLASI

SASARAN AKHIRSASARAN INFLASI Kesejahteraan Masy. Trade off yg optimal antara Inflasi dan Output Pengaruh ekspektasi

Stabilisasi nilai tukar Kebijakan moneter lain Kebijakan perbankan

+ +

PERTUMBUHAN OUTPUT

Koordinasi Pemerintah

Determinan inflasi Keterkaitan antar variabel ekonomi Transmisi moneter Model, riset, statistik, expert opinion, judgement

KOMUNIKASI KEBIJAKAN Komitmen & Konsistensi Pembentukan ekspektasi

KREDIBILITAS KEBIJAKAN

Perkembangan Kebijakan & Pengendalian Moneter di Era ModernSasaran Akhir Sasaran tunggal berupa Kestabilan Harga (Inflation Targeting) Pertimbangan Utama : 1. 2. Laju inflasi yang tinggi adalah suatu bentuk biaya yang Kebijakan moneter melalui pengendalian uang beredar tidak harus ditanggung oleh perekonomian; dapat mempengaruhi pertumbuhan output riil dalam jangka panjang; 3. Pengendalian inflasi melalui kebijakan moneter adalah dalam rangka stabilisasi dan penurunan inflasi dalam jangka panjang.

23

Keunggulan Suku Bunga Sebagai Sinyal Kebijakan Moneter? Sebagai sasaran operasional, agregat moneter sulit tercapai; sebagai sasaran antara, hubungan agregat moneter dengan inflasi semakin tidak stabil. Secara empiris terdapat mekanisme transmisi melalui suku bunga. Information content suku bunga lebih tinggi dibandingkan agregat moneter. Sinyal suku bunga sangat mudah dipahami publik, pembentukan ekspektasi lebih mudah. Dengan target inflasi yang eksplisit, agregat moneter sulit berfungsi sebagai respon kebijakan.Kejelasan strategi kebijakan perlu diketahui publik: Kejelasan suku bunga sebagai sinyal kebijakan. Ditinggalkannya pendekatan eclectic yang mencampurkan sukubunga dengan base money.

24

Keunggulan Suku Bunga Sebagai Sinyal Kebijakan Moneter?

25

Suku bunga sebagai sinyal kebijakan moneter Stance kebijakan Moneter tercermin dari perubahan suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia Suku bunga sebagai policy rate ditentukan oleh RDG (bulanan/triwulanan) Pengumuman dilakukan segera setelah RDG Secara internal policy rate berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter Secara eksternal policy rate berfungsi sebagai sinyal kebijakan dan diharapkan bekerja sebagai titik awal dalam mekanisme transmisi

Pemilihan Jenis Suku BungaKriteria Dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia Dapat mempengaruhi biaya dana perbankan dengan efektif Digunakan sebagai reference bagi pelaku ekonomi

26

Best PracticesPada umumnya, negara-negara yang menerapkan Inflation Targeting memilih Suku Bunga Pasar Uang Jangka Waktu O/N sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneternya. Contoh : Canada, New Zealand, Malaysia, Korea, Australia, dll. Catatan : terdapat juga sejumlah kecil negara yang tidak menggunakan suku bunga O/N, seperti : Thailand dan Inggris.

Tahapan OperasionalisasiTahapan1. Pengumuman kepada Publik

27

Bank sentral akan mengumumkan kepada publik level tertentu dari suku bunga O/N yang diinginkan; misalnya 5%.

2.

Day to Day OperationBank sentral akan menggunakan instrumen moneter yang dimilikinya untuk mempengaruhi perkembangan likuiditas harian di pasar uang sehingga suku bunga O/N aktual berada disekitar level yang diinginkan.

3.

Evaluasi dan ResponBank sentral akan berkesinambungan memantau perkembangan harga dan akan melakukan respon apabila proyeksi inflasi tidak sejalan dengan sasaran inflasi. Respon tersebut dapat berupa menaikkan suku bunga O/N sebagai sasaran operasional (misalnya menjadi 5,5%) atau menurunkannya (misalnya menjadi 4,5%). Apabila proyeksi inflasi masih sejalan dengan sasaran inflasi maka bank sentral cukup mempertahankan level suku bunga O/N sebagaimana semula.

Bank Indonesia dan Implementasi Suku Bunga 28 Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter

Bank Indonesia menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional kebijakan moneter per Juli 2005 (RDG 3 Januari 2005). Suku Bunga SBI 1 bulan dipilih sebagai sasaran operasional kebijakan moneter (RDG 8 Februari 2005). Hal tersebut dengan pertimbangan :1. 2. Dapat sepenuhnya dikendalikan oleh BI De facto suku bunga SBI 1 bulan sudah dijadikan referensi bagi pelaku ekonomi.

3. Telah digunakan sbg variable sk bunga utama dalam setiap model makro maupun satelite, termasuk dalam proyeksi Inflasi. 4. Telah difungsikan sebagai variable respon kebijakan.

5. Tidak memerlukan perubahan terhadap mekanisme lelang maupun sistem yang digunakan (BI-SSSS). 6. Tidak memerlukan perubahan ketentuan (PBI maupun SE Ekstern dan SE Intern tentang OPT).

Bank Indonesia dan Implementasi Suku Bunga 29 Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter

Lelang SBI diarahkan agar tingkat diskonto SBI yang terbentukselalu berada di sekitar level Sasaran Operasional yang telah ditetapkan dalam RDG.i SBI1bulanRate aktual SBI 1 bulan dalam setiap kali lelang, atau rate SBI 1 bulan

Level Sasaran Operasional SBI 1 bulan

t

Penyempurnaan Operasi Moneter

30

Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menerapkan kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF) dengan menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan ITF, arah kebijakan moneter secara konsisten ditujukan untuk mencapai sasaran inflasi jangka menengah yang rendah dan stabil. Arah (stance) kebijakan moneter diwakili oleh suatu suku bunga jangka pendek (policy rate) yang ditetapkan berjangka waktu 1 bulan yang kemudian dikenal dengan BI Rate. Secara operasional, BI Rate menjadi pedoman pelaksanaan operasi moneter terutama melalui lelang SBI 1 bulan. Namun, penggunaan rate SBI 1 bulan melalui lelang untuk diarahkan kepada BI rate diubah menjadi suku bunga PUAB o/n sejak April 2008.

Latar Belakang

Perkembangan Suku Bunga

31

Penyempurnaan Operasi

Tujuan Penyempurnaan Menghilangkan distorsi transmisi kebijakan moneter: Fluktuasi rate PUAB O/N yang cukup tinggi dan pergerakan tidak sejalan dengan sinyal kebijakan moneter (BI Rate) Struktur suku bunga jangka pendek yang curam

32

Memperbaiki infrastruktur pasar keuangan sehingga mempercepat terciptanya kondisi pasar uang yang stabil, kuat dan efisien Mengurangi risiko likuiditas atas penempatan aset/investasi jangka menengah dan panjang Dari sisi perbankan, penyempurnaan diharapkan akan mengurangi salah satu hambatan dalam menjalankan fungsi intermediasi Mendorong pendalaman pasar keuangan

Penyempurnaan Operasi

Paket Penyempurnaan Perubahan Target Operasi Target: PUAB o/n Penyempitan Koridor Suku Bunga

33

Penyempurnaan Operasi Penyempurnaan Lelang SBI Pengaktifan Fine Tune Operation Penyempurnaan Standing Facility Perluasan kolateral untuk OPT

33

Penyempurnaan Operasi

Perubahan Target OperasiUntuk lebih mengefektifkan operasionalisasi kebijakan moneter, maka sejak April 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan terhadap target operasi kebijakan moneter dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga PUAB O/N. Item - Target Operasi -Koridor Suku Bunga Lama SBI 1 bulan Baru PUAB o/n

34

800 bp: 500 bp bawah + Lebih sempit 300 bp atas Simetris antara batas Asimetris antara batas bawah & atas bawah & atas

Penyempurnaan Operasi

Kerangka Operasional BaruLamaSuku Bunga PUAB o/n Repo Rate (o/n) Repo o/n

35

Bar uFTE Repo o/n

BI Rate SBI 1b FASBI o/n FASBI Rate (o/n) FASBI o/n FTK

Waktu

Koridor Suku Bunga

Penyempurnaan OperasiItem SBI - Sistem Lelang FRT (Fixed Rate Tender): SBI 1b VRT u/ semua tenor VRT (Variable Rate Tender) : SBI 3b 1 dan 3 bulan 0,0625% atau 6,25 bp FRT Tidak aktif SBI dengan plafond 100% Tidak Disediakan FASBI : 08:00 16:00 WIB Repo : 15:00 17:00 WIB SBI dengan plafond 50% 1, 3, 6 dan 9 bulan 0,01% atau 1 bp VRT Aktif: s.d. 2 kali sehari, pagi & sore SBI & SUN dengan plafond 100% Disediakan FASBI : 16:00 17:00 WIB Repo : 16:00 17:00 WIB SBI dan SUN dg plafond 100% Lama Baru

36

- Tenor - Incremental Bidding - Sistem Lelang - Frekuensi Operasi - Kolateral u/ FTE - FX Swap STANDING FACILITY - Window Time - Kolateral u/ Repo HAIR CUT

FINE TUNE OPERATION (FTK & FTE)