konsep hutang dan ekuitas
TRANSCRIPT
TUGAS TEORI AKUNTANSI
KONSEP HUTANG DAN EKUITAS
Disusun sebagai Tugas pengganti UAS Mata Kuliah Teori Akuntansi
Dosen Wiyonoroto, SE, M.Pd.
Disusun oleh :
Rusmiyatun NIM 10.11.00005
JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RAJAWALI
PURWOREJO
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
KONSEP HUTANG DAN EKUITAS
DEFINISI HUTANG
Menurut FASB dlm SFAC No. 6
“Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yg mungkin timbul karena kewajiban
sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa
mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu”
Menurut IAI (1994)
“kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yg timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi”
Menurut SFC No. 3
Statemen of Financial Concepts No. 3 mendefinisikan utang sebagai pengorbanan manfaat ekonomis
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang timbul dari kewajiban yang ada dari suatu entitas
tertentu untuk mentransfer aktiva atau memberikan jasa ke entitas lainnya di masa yang akan datang
sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu .
KARAKTERISTIK HUTANG
1. Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa
mendatang dari penyerahan barang dan jasa
Kewajiban sekarang memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul karena pada saat sekarang
suatu entitas memiliki tanggung jawab yg tidak dapat dihindari utk menyerahkan barang/jasa.
Kewajiban yang timbul karena pembelian barang jasa
Kerugian yang dialami dan hrs ditanggung prshn.
Kewajiban yang masih tergantung pada peristiwa masa mendatang, tidak boleh diakui sebagai
hutang kecuali ada suatu kemungkinan yg cukup besar bahwa peristiwa tersebut akan terjadi
Obyek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang.
Menurut Kam(1990:p.111) :
Kewajiban suatu unit usaha yang merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk
menyerahkan aktiva / jasa pada pihak lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu
Kewajiban tersebut dikelompokkan menjadi 2 jenis :
1. Kewajiban pada kreditor / hutang
2. Kewajiban pada pemilik ( owners equity )
2. Berasal dari transaksi / peristiwa masa lalu (telah terjadi)
Transaksi menunjukkan yang benar terjadi sehingga dapat digunakan utk memastikan bahwa
hanya kewajiban sekarang yg harus dicatat sebagai hutang dlm neraca
Masa lalu yg bagaimana yg menjadi syarat dipenuhi?
1. Saat terjadinya penyerahan barang
2. Executory contract, adalah kontrak yg belum dilaksanakan oleh kedua pihak, maka kontrak ini
tidak dapat dijadikan dasar utk mengakui hutang
TERJADINYA HUTANG
A. Keadaan yang dapat menimbulkan Utang
Kohler (1970) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk
uang, barang atau jasa khususnya hutang yang memiliki kinerja sebagai berikut:
a) Terjadi / telah terjadi (current liability)
b) Terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang contoh : hutang untuk pembiayaan
(funded debt), hutang yh masih harus dibayar (accrued liability)
c) Terjadi karena tdk dilaksanakannya suatu tindakan di masa yg akan datang, misalnya
pendapatan yg ditangguhkan dan hutang bersyarat (contingent liability)
Atas kejadian di atas maka dapat dirumuskan bahwa hutang dapat terjadi karena beberapa
faktor:
1. Kewajiban legal / kontrak (contractual liabilities), adalah hutang yg timbul karena adanya
ketentuan formal berupa peraturan hukum utk membayar kas atau menyerahkan barang (jasa)
kepada entitas tertentu. Contoh: hutang dagang, hutang bank
2. Kewajiban konstruktif (constructive liabilities), kewajiban tsb timbul karena sengaja diciptakan
utk tujuan/kondisi tertentu. Contoh: bonus yg akan diberikan kpd karyawan
3. Kewajiban Equitabel (equitable liabilities), hutang yg timbul karena adanya kebijakan yg
diambil oleh perusahaan karena alasan moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik
secara umum. Contoh hutang garansi (garansi atas penjualan produk)
B. Unconditional Right of Offset
Suatu transaksi keuangan yg berasal dari transaksi usaha dan menimbulkan kewajiban utk
melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang dan jasa telah diterima.
Hutang bisa diakui dengan kriteria sebagai berikut :
1. Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa / manfaat ekonomi masa mendatang akan
dilakukan atau akan terjadi
2. Jumlah hutang dapat diukur dgn cukup pasti
Pengukuran dan Pengakuan Piutang
Menurut APB Statement No. 4 prg 181 Hutang diakui bila transaksi yang menimbulkan
kewajiban telah terjadi
FASB (SFAC 5 prg 67) Menyatakan bahwa hutang diukur berdasarkan jumlah uang pada
suatu transaksi.
Kewajiban diakui bila memenuhi kriteria definisi, dapat diukur, relevan dan dapat diandalkan.
Kewajiban biasanya timbul dan diakui hanya kalau aktiva telah diserahkan atau perusahaan
telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aktiva yang mana
jumlah saat pembayaran tercantum dalam perjanjian tsb.
Dengan demikian besarnya nilai hutang tersebut harus didiscontokan dengan tingkat bunga
tertentu dengan rumus :
PV = Nilai sekarang dari hutang pada tanggal pembelian
F = Aliran Kas masa mendatang pada periode t dari tanggal pembelian
R = Tingkat bunga
Tujuan Penilaian Kewajiban
1. Keinginan untuk mencatat beban dan kerugian dalam penentuan laba masa berjalan
2. Pengukuran kewajiban harus memungkinkan penyajian informasi kepada investor dan
kreditur sebagai sarana untuk meramalkan arus kas.
3. Penilaian sebagai dasar untuk perbandingan laba antar periode dan antar perusahaan dan
sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang ekuitas
KOMPONEN EKUITAS
Modal setoran (contributed capital), terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yg dihitung
berdasar nilai pari (par value) menunjukkan aktiva netto yg tdk dpt distribusikan. Kelebihan
nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid in capital)
Laba Ditahan (retained earnings) terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode
sebelumnya, dan deviden
Penyesuaian modal belum terealisasi (unrealized capital adjustment)
TEORI EKUITAS
1. Teori Proprietary (Kepemilikan), teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi
dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening & lainnya dilihat dari sudut
pandang pemilik
pendapatan adalah kenaikan dalam hak pemilik dan beban adalah penurunan.
o Jadi, laba bersih, yaitu kelebihan pendapatan atas beban, diakrualkan langsung ke pemilik; itu
merupakan kenaikan dalam kekayaan pemilik.
o Laba adalah kenaikan dalam kekayaan, hal itu langsung ditambahkan ke modal pemilik atau
hak pemilik.
o Bunga pada utang, merupakan beban dari pemilik dan harus dikurangkan sebelum mendapat
laba bersih bagi pemilik.
o Pajak penghasilan perseroan merupakan beban.
2. Teori Entitas (kesatuan usaha), Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan
kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik.
Dalam teori entitas, perusahaan bisnis dipandang mempunyai keberadaan terpisah, bahkan
secara personal dari pemiliknya. Pendiri dan pemilik tidak harus teridentifikasi dengan
keberadaan perusahaan itu.
Teori entitas didasarkan pada persamaan A = K + SE, atau aktiva = ekuitas (kewajiban
ditambah ekuitas pemegang saham).
Perbedaan utama dari kewajiban dan ekuitas pemegang saham adalah bahwa hak dari kreditor
dapat dinilai terlepas dari penilaian lain jika perusahaan itu solven, sementara hak dari
pemegang saham diukur oleh penilaian aktiva yang semula diinvestasikan ditambah penilaian
laba yang direinvestasikan.
3. Teori ekuitas residual, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang
ekuitas lainnya, tetapi pemegang tidak dianggap sebagai pemilik
Tujuan ekuitas residual adalah untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang
saham biasa untuk mengambil keputusan investasi.
Pendekatan alternativ pada konsep ekuitas residual adalah bahwa, karena menurut asumsi yang
biasa dari kontinuitas, klaim satu-satunya pemegang saham biasa terhadap perseroan hanyalah
menerima deviden ketika dan apabila diumumkan, ekuitas residual dalam modal tidak dtetapkan
pada pemegang ekuitas residual
4. Teori enterprise (Teori Perusahaan), perusahaan dipandang sebagai lembaga sosial yg
dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yg berkepentingan.
Merupakan konsep yang lebih luas daripada teori entitas, tetapi kurang didefinisikan dengan
baik dalam lingkup dan aplikasi. Bentuk luas dari teori perusahaan mungkin dipandang sebagai
teori akuntansi sosial.
Dapat diterapkan pada perseroan modern yang besar yang mempunyai kewajiban untuk
memperhatikan efek tindakan-tindakannya terhadap berbagai kelompok dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Dari sudut pandang akuntansi, tanggung jawab pelaporan yang
tepat tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditor tapi juga ke kelompok lain dan
masyarakat .
Merupakan konsep yang lebih luas daripada teori entitas, tetapi kurang didefinisikan dengan
baik dalam lingkup dan aplikasi. Bentuk luas dari teori perusahaan mungkin dipandang sebagai
teori akuntansi sosial.
Dapat diterapkan pada perseroan modern yang besar yang mempunyai kewajiban untuk
memperhatikan efek tindakan-tindakannya terhadap berbagai kelompok dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Dari sudut pandang akuntansi, tanggung jawab pelaporan yang
tepat tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditor tapi juga ke kelompok lain dan
masyarakat
Teori dana menyingkirkan hubungan pribadi yang diasumsikan dalam teori kepemilikan dan
personalisasi perusahaan sebagai unit ekonomi dan unit legal dalam teori akuntansi. Teori dana
memberi ganti dengan unit operasional atau berorientasi aktivitas sebagai dasar untuk
akuntansi. Bidang ini (dana) mencakup kelompok aktiva dan kewajiban yang berkaitan dan
pembatasan yang merupakan fungsi dan aktivitas ekonomi spesifik.
Didasarkan pada persamaan : aktiva = pembatasan aktiva.
Aktiva merupakan jasa prospektif pada dana atau unit operasional. Kewajiban merupakan
pembatasan terhadap aktiva spesifik atau umum dari dana. Modal yang diinvestasi merupakan
pembatasan legal atau merupakan pembatasan legal atau keuangan dari penggunaan aktiva
KLASIFIKASI EKUITAS PERUSAHAAN PERORANGAN DAN PERSEKUTUAN ATAU
KEMITRAAN
Apakah nilai klasifikasi sesuai dengan kepentingan beberapa sekutu?
Klasifikasi hanya menunjukkan kepentingan dalam aktiva bersih perusahaan; setiap
kepentingan sekutu dalam laba perusahaan dapat seluruhnya berbeda menurut syarat perjanjian
persekutuan. Modal yang ditanam atau disetor merupakan investasi dalam sebuah badan usaha
oleh para pemiliknya. Dalam hal perseroan, modal yang ditanam meliputi jumlah total yang
dibayarkan untuk saham-saham, ditambah laba ditahan yang dikapitalisasi. Mungkindapat
bertambah dengan adanya penempatan atau penjualan lembar-lembar saham tambahan, oleh
perolehan dan penjualan kembali saham yang diperoleh kembali, oleh konversi utang menjadi
ekuitas pemegang saham, dan oleh pemindahan laba ditahan ke modal yang ditanam .Namun
prinsip dasar yang telah dianut sejak tahun 1930-an adalah bahwa laba ditahan tidak boleh
mencakup pengkreditan dari transaksi-transaksi dalam akun perusahaan sendiri atau
pemindahan dari akun modal yang disetor atau akun modal lainnya.Oleh karena itu, tujuan
dasar pengklasifikasian kenaikan-kenaikan dalam modal ini ternyata adalah untuk mencegah
diperlihatkannya ekuitas yang timbul dari transaksi modal sebagai penghasilan (income) atau
laba ditahan dan untuk mencegah implikasi bahwa jumlah-jumlah ini tersedia untuk dividen
biasa.
1. Penempatan Saham Modal
Bila lembar-lembar saham yang sebelumnya tidak diterbitkan dijual secara tunai atau dengan
imbalan lain, kenaikan total dalam ekuitas dimasukkan dalam modal yang ditanam.
Walaupun masih banyak dilakukan praktik yang memisahkan jumlah ini menjadi dua bagian-
nilai pari atau nilai yang ditetapkan dan kelebihan di atas nilai pari atau nilai yang ditetapkan-
keseluruhan jumlah ini menunjukkan modal yang ditanam oleh pemegang saham untuk periode
yang tidak terbatas.
Apakah pesanan saham yang diterima perseroan merupakan bagian dari modak yang ditanam
atau sekedar janji untuk menaikkan modal belum begitu jelas.
Apakah saham yang sudah dipesan dianggap modal legal atau bukan. Praktik akuntansinya
memasukkan ini dalam modal yang ditanam jika:
a. pemesanan itu menunjukkan klaim legal terhadap pemesan.
b. perseroan bermaksud menagih pesanan dalam periode waktu yang wajar dan pasti.
Jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan tidak pasti,
pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam
2. Konversi Utang
Bila obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan
untuk memperlakukan konversi ini:
a. Metode nilai buku; nilai buku utang jangka panjang hanya direklasifikasi saat saham baru
diterbitkan, menjadi saham modal dan tambahan modal disetor. Tidak ada keuntungan atau
kerugian yang diakui atas transaksi ini; nilai buku utang hanya dikonversikan menjadi ekuitas
pemegang saham.
b. Metode nilai pasar; harga pasar masa berjalan (current market price) obligasi itu
dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham. Selisih lebih harga masa berjalan diatas nilai
buku obligasi diperlihatkan sebagai kerugian luar biasa dalam konversi. Jika nilai buku
obligasi melebihi harga pasar masa berjalan obligasi atau saham, timbul keuntungan luar biasa
dalam konversi ini.
3. Konversi Saham Preferen
Untuk konversi saham preferen menjadi saham biasa; prosedur yang konvensional adalah
mengikuti metode 1 untuk konversi obligasi. Berarti, nilai pari saham preferen ditambah bagian
pro rata dari agio (paid-in surplus) saham preferen dipindahkan ke saham biasa dan agio saham
biasa. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diperlihatkan dalam transaksi ini karena
keduanya termasuk dalam klasifikasi ekuitas pemegang saham
Penjumlahan nilai pari saham preferen dan bagian pro rata dari tambahan modal disetor dari
penjualan semula saham preferen itu menunjukkan sumber modal yang ditanam semula.
Cara lainnya adalah memindahkan ke dalam saham biasa suatu jumlah sebesar nilai pasar masa
berjalan saham preferen yang ditarik atau saham biasa baru yang diterbitkan, walaupun jumlah-
jumlah ini seharusnya cukup dekat. Jika jumlah ini melebihi modal yang disetor dari saham
preferen yang ditarik, kelebihan itu harus dipindahkan dari laba yang ditahan. Hasilnya adalah
hilangnya klasifikasi menurut sumber semula
4. Dividen Saham dan Pemecahan Saham
Baik dividen saham maupum pemecahan saham pada dasarnya merupakan manuver-manuver
keuangan yang tidak ada hubungannya dengan prinsip akuntansi mengenai penentuan
penghasilan dan penilaian neraca.
Jumlah yang harus dikapitalisasi tergantung pada tujuan-tujuan klasifikasi dan asumsi sifat
transaksi.
Jumlah yang paling umum disarankan untuk dikapitalisasi adalah :
a. nilai pari, atau nilai yang ditetapkan (atau jumlah modal legal lainnya), saham yang
diterbitkan sebagai dividen.
b. nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan
c. modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang diterbitkan.
Sifat Dividen Saham
Sebagian besar akuntan setuju bahwa dividen saham bukanlah penghasilan bagi penerimanya,
tetapi mereka berbeda pendapat mengenai dasar pemikiran yang menghasilkan kesimpulan ini.
Committee on Accounting Procedure (CAP) AICPA mendasarkan keyakinannya, bahwa
dividen saham bukan penghasilan bagi penerimanya, pada teori entitas. CAP berpendapat
bahwa perseroan merupakan suatu usaha yang terpisah dan tidak mungkin ada penghasilan bagi
pemegang saham sampai ada pemisahan (severance) aktiva perseroan. Penghasilan bagi
perseroan adalah penghasilan perseroan, bukan penghasilan bagi pemegang saham. Dividen
tunai merupakan pemindahan aktiva kepada pemegang saham dan karenanya merupakan
penghasilan bagi penerimanya . Penafsiran lain teori entitas yang menghasilkan kesimpulan
yang berbeda adalah bahwa laba ditahan merupakan bagian dari total ekuitas pemegang saham.
Oleh karena itu, penghasilan perseroan yang menimbulkan kenaikan dalam laba ditahan adalah
juga kenaikan dalam ekuitas pemegang saham. Cara pandang lain menurut George Husband,
penghasilan yang diperoleh oleh upaya perseroan pada hakikatnya adalah milik perseroan. Laba
ditahan itu sendiri menunjukkan ekuitas kepemilikan perseroan. Oleh karena itu, dividen tunai
saja harus dianggap penghasilan bagi pemegang saham.
Kapitalisasi Nilai Pari atau Nilai Yang ditetapkan
Dengan penafsiran teori entitas yang lazim, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi
penerimanya, masalahnya menjadi masalah penentuan seberapa besar, jika ada, ekuitas
perseroan yang harus direklasifikasi. Jika tujuan klasifikasi ekuitas adalah adalah untuk
memperlihatkan sumber modal, jawabannya adalah bahwa tidak perlu direklasifikasi, karena
sumber aslinya tidak berubah. Yang akan disyaratkan hanyalah pengungkapan yang tepat
mengenai perubahan jumlah saham beredar. Akan tetapi, jika kita juga ingin memperlihatkan
total jumlah modal legal, perlu dipindahkan suatu jumlah yang sama besar dengan nilai yang
ditetapkan untuk saham yang diterbitkan, dari laba ditahan atau tambahan modal disetor, ke
dalam saham sesuai dengan akta pendirian perseroan
Kapitalisasi Harga Pasar
Hanya dalam penafsiran teori entitas yang sangat kaku dividen saham dapat dianggap sebagai
penghasilan bagi pemegang saham. Tetapi dalam penafsiran ini jumlah dividen itu dianggap
sebagai harga pasar masa berjalan saham tersebut. Dianggap bahwa pemegang saham dapat
menjual saham tambahan ini dengan harga tersebut dan sama kayanya seperti sebelumnya.
Kekayaan ini ditafsirkan sebagai jumlah saham yang dimiliki. Dividen saham memperbesar
jumlah ini; jumlah ini akan tetap sama jika tambahan itu dijual. Jadi, jumlah ini ditafsirkan
sebagai distribusi laba ditahan yang belum terbagi dengan suatu pengalokasian kepada ekuitas
permanen para pemegang saham.
5. Opsi Saham dan Waran
Hak-hak saham seringkali diberikan kepada pemegang saham yang sudah ada, yang
memperbolehkan mereka membeli lembar-lembar saham (sesuai proporsi saham yang dimiliki)
dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar, atau lebih rendah daripada harga
penawaran saham itu kepada pihak lain.
Dividen saham adalah bentuk ekstrem hak saham – suatu hak untuk memperoleh saham tanpa
biaya tambahan. Oleh karena itu, perbedaan utama antara dividen saham dan hak saham adalah
jumlah yang harus dibayar oleh pemegang saham untuk saham tambahan yang mereka terima.
Hak yang diberikan kepada pembeli sekuritas lain.
Waran yang bisa dilepaskan kerapkali diberikan kepada para pembeli obligasi sehingga
memberi mereka hak untuk membeli saham biasa dengan harga yang tetap. APB 14
merekomendasikan bahwa harga pasar obligasi dan waran harus digunakan untuk
mengalokasikan hasil penjualan sekuritas itu kepada utang dan ekuitas pemegang saham. Saat
waran digunakan, jumlah yang dialokasikan pada waran ditambah jumlah tambahan yang
dibayarkan untuk saham diperlakukan sama seperti hasil penjualan emisi saham baru. Akan
tetapi, karena obligasi dengan waran yang bisa dilepas tidak berbeda substansinya dari utang
konvertible, keduanya harus dipertanggungjawabkan dengan cara yang sama sebagaimana telah
dibahas sebelumnya.
Program Pembelian Saham yang bukan Sebagai Kompensasi untuk Karyawan
Ada empat karakteristik yang dianggap penting dalam program non_kompensasi:
a. pada hakikatnya semua karyawan purnawaktu yang memenuhi kualifikasi kepegawaian
tertentu dapat ikut serta.
b. penawaran sahamberlaku sama bagi semua karyawan yang memenuhi syarat atau menurut
rasio gaji atau upah mereka
c. lamanya periode opsi singkat dan wajar
d. harga beli tidak boleh lebih rendah daripada harga yang wajar seandainyasaham itu
ditawarkan kepada pihak lain.
Program Opsi saham sebagai Kompensasi.
APB 25 dengan jelas mengakui kemungkinan adanya kompensasi yang muncul dari kontrak
opsi saham. Dalam program opsi saham sebagai kompensasi, imbalan yang diterima perseroan
untuk sahasm yang diterbitkan itu ’terdiri atas kas atau aktiva lain, jika ada, ditambah jasa yang
diterima dari karyawan. Para akuntan yang mengakui keberadaan kompensasi umumnya setuju
bahwa jumlah kompensasi harus dibagi rata sepanjang periode diterimanya jasa oleh perseroan.
Masalah utama yang diperselisihkan adalah penilaian jasa dan penentuan kenaikan yang timbul
dalam modal yang ditanam akibat pemberian opsi saham.
Metode penilaian yang paling umum diusulkan :
a. selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi diberikan.
b. selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan
c. selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali dapat
digunakan
d. selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan
e. biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan
dampak pajak penghasilan pada perusahaan.
f. kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian
Penilaian atas metode-metode penilaian.
Menurut Hendriksen, metode penilaian yang paling logis adalah nilai tunai jasa sebagaimana
yang diukur dengan nilai opsi pada tanggal pemberian. Akan tetapi, kebanyakan akuntan
menjauhi solusi ini karena solusi ini sangat subyektif dan tergantung pada spekulasi mengenai
masa depan. Tetapi dalam hal ini tidak ada harga tawar-menawar dan juga tidak ada nilai pasar,
sehingga tidak ada alternatif selain menggunakan estimasi. Menurut Hendriksen, biasanya
modal yang ditanam suatu perusahaan dianggap menunjukkan modal permanen badan usaha.
Pengurangan yang disengaja dalam modal yang ditanam ini tidak boleh dilakukan dengan
membayar kepada pemegang saham kecuali jika pembayaran itu secara spesifik diungkapkan
sebagai deviden likuidasi. Tetapi likuidasi parsial juga terjadi bila kelompok saham tertentu
ditarik dan ditebus. Pembelian saham yang diperoleh kembali (Treasury Stock) dengan
penebusan saham preferen, dengan pengecualian bahwa yang terlibat adalah beberapa
pemegang saham dari setiap kelas dan harga pembelian dan harga pembelian biasanya tidak
diatur sebelumnya. Jika saham yang diperoleh kembali diterbitkan kembali hasil bersihnya
mungkin merupakan kenaikan, penurunan, atau tetap (tidak ada perubahan dalam ekuitas
pemegang saham). Modal yang ditanamkan dapat juga berkurang karena rekapitalisasi saat
diketahuinya fakta bahwa akumulasi kerugian telah menimbulkan pengurangan efektif dalam
modal tanpa ada distribusi kepada pemegang saham
1. Saham yang diperoleh kembali
Ekuitas pemegang saham bertambah sebagai akibat dari transaksi-transaksi dengan para
pemegang saham, para akuntan biasanya sepakat bahwa tidak ada keuntungan yang ditimbulkan
dan tidak ada bagian dari kenaikan itu yang harus ditambahkan pada penghasilan atau laba
ditahan semua merupakan modal yang ditanam. Bila ekuitas pemegang saham berkurang
sebagai akibat diperolehnya saham perusahaan sendiri
Dua pertanyaan mendasar berhubungan dengan kontroversi ini antara lain :
a. Berapa banyak dari pembayaran kepada pemegang saham yang harus diperlakukan sebagai
pengembalian modal yang ditanam dan berapa banyak yang harus dianggap sebagai distribusi
laba ditahan ?
b. Bagaimana dampaknya pada modal legal harus diungkapkan ?
Bila perusahaan memperoleh sahamnya sendiri dan menyimpannya untuk diterbitkan kembali
atau selanjutnya dibatalkan, perolehan dan pelepasan (disposisi) saham tersebut dapat
diperlakukan sebagai :
Konsep transaksi tunggal (metode harga perolehan)
Konsep transaksi ganda (metode nilai pari / par value method)
2. Evaluasi atas konsep Konsep transaksi tunggal dan transaksi ganda
Konsep transaksi tunggal (metode harga perolehan) dan Konsep transaksi ganda (metode nilai
pari/par value method) mempunyai logika yang mendukung karena :
Didasarkan pada premis bahwa secara substansi lebih penting daripada bentuk
Suatu perseroan tidak boleh memindahkan jumlah dari laba ditahan ke modal yang ditanam
hanya karena pemindahan itu terjadi untuk menangani perpindahan saham dari satu pemegang
saham kepemegang saham lainnya.
Konsep transaksi ganda didasarkan pada ide bahwa ada sedikit perbedaan antara pembelian dan
penjualan saham yang diperoleh kembali dan perolehan serta penarikan sahamyang diikuti
dengan penjualan saham baru sesudahnya.
Menurut Hendriksen, masing-masing konsep ini tepat untuk situasi yang yang berbeda. Jika
saham diperoleh melalui pembelian dengan tujuan akan segera dijual kepada karyawan,
eksekutif atau kelompok-kelompok khusus lainnya konsep transaksi tunggal yang relevan.
Sebaliknya jika tujuan perolehan adalah untuk membeli saham dari pemegang saham yang
berbeda pendapat atau untuk melakukan penarikan akhir kelompok saham tertentu konsep
transaksi ganda harus diterapkan, walaupun saham ini mungkin dijual kembali pada suatu
tanggal sesudahnya.
Penggabungan Usaha
Aktiva yang diperoleh perusahaan dari transaksi pembelian yang melibatkan pembayaran kas,
pertukaran dengan aktiva lain aktiva yang dibeli biasanya dicatat dalam akun perusahaan yang
mengakuisisi sebesar harga perolehannya (nilai aktiva yang diberikan dalam pertukaran) atau
diasumsikan menunjukkan nilai kininya.
Harga perolehan historis bagi perusahaan yang menjual tidak relevan. Dan ekuitas pemegang
saham perusahaan yang mengakuisisi tidak bertambah atau direklasifikasi karena transaksi ini.
Jika akuisisi dilaksanakan dengan pembelian (tunai atau dengan aktiva lain) seluruh saham
modal perusahaan.
Jika perusahaan yang diakuisisi dibubarkan hasil bersih transaksi ini mungkin sama seperti
pembelian aktiva itu, kemungkinan pengecualian adalah bahwa perusahaan yang mengakuisisi
mungkin mengambil alih kewajiban perusahaan yang dibeli.
1. Penggabungan yang diperlakukan sebagai pembelian
Aktiva yang diperoleh dalam pertukaran dengan saham modal, nilai aktiva itu diasumsikan
sama dengan nilai saham yang diberikan dalam pertukaran kecuali jika nilai masa berjalan
aktiva itu dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat diuji.
Bila semua aktiva perusahaan atau sahamnya diperoleh dengan memberikan saham modal
dalam suatu transaksi pembelian, perlakuan akuntansi meliputi 2 bagian :
a. Aktiva bersih dinilai menurut total nilai pasar saham yang diterbitkan dalam pertukaran. Total
biaya harus dilakukan pada aktiva-aktiva spesifik selama memingkinkan dan setiap kelebihan
harus dianggap sebagai goodwill yang dibeli atau aktiva tidak berwujud lainnya.
b. Total nilai saham yang diterbitkan dikredit ke modal yang ditanam dengan kemungkinan
pembagian antara modal legal dan modal diatas nilai pari atau nilai yang ditetapkan. Klasifikasi
sebelumnya dalam ekuitas pemegang saham perseroan yang diakuisisi tidak mempengaharui
klasifikasi dalam perusahaan yang mengakuisisi.
2. Penyatuan kepentingan
Suatu penyatuan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih perusahaan bergabung
untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka sebagai badan usaha ekonomi tunggal.
Dalam suatu pernyataan kepentingan, perlakuan akuntansinya meliputi 2 perbedaan mendasar
dari perlakuan sebagai pembelian :
Aktiva dan kewajiban beberapa perusahaan yang bergabung itu dibawa kedalam badan usaha
yang baru sebesar nilai buku masing-masing dalam akun organisasi yang terpisah sebelumnya
dengan pengecualian bahwa penyesuaian dilakukan untuk menjamin perlakuan yang seragam
Laba ditahan beberapa perseroan harus dijumlahkan dalam perseroan yang bertahan atau dalam
konsolidasi kecuali untuk menyajikan modal legal yang tepat.
3. Penyatuan atas pembelian dan penyatuan kepentingan
Penilaian aktiva dalam penggabungan
Suatu penggabungan diperlakukan sebagai pembelian, aktiva bersih diperoleh sebesar harga
perolehan seperti yang diukur dengan nilai pasar saham yang diberikan dalam pertukaran.
Perlakuan ini benar, bukan patuh pada dasar biaya tradisional dalam akuntansi tetapi harga
perolehan ini menunjukkan ukuran terbaik nilai masa berjalan aktiva bagi perusahaan
gabungan.
Asumsi yang biasa diambil bahwa keputusan untuk memperlakukan penggabungan sebagai
penyatuan kepentingan
Menurut Hendriksen, suatu penggabungan dianggap sebagai penyatuan kepentingan,
penggabungan itu merupakan peristiwa yang signifikan dalam sejarah badan usaha dan aktiva-
aktiva harus dicatat sebesar nilai masa berjalan atau biaya masa berjalannya bukan biaya
historis dalam akun perusahaan sebelumnya. Karena nilai masa berjalan aktiva dapat diperoleh
dengan cara-cara yang objektif jika saham yang diberikan dalam pertukaran mempunyai nilai
pasar, revaluasi ini akan memberikan keandalan yang lebih besar daripada revaluasi independen
Klasifikasi ekuitas pemegang saham dalam penggabungan
Bila suatu perseroan baru dibentuk untuk membeli aktiva atau saham dua atau lebih perusahaan,
terbentuklah suatu badan usaha baru dan keseluruhan ekuitas pemegang saham pada saat
pendirian badan usaha baru merupakan modal yang ditanam.
Perusahaan melakukan mengakuisisi menerbitkan saham biasa untuk aktiva atau saham
perusahaan orang lain, klasifikasi ekuitas pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi
tergantung pada penafsiran badan usaha baru sebagai :
• Satuan akuntansi yang sama sekali baru
• Satuan akuntansi yang terdiri atas perseroan yang mengakuisisi saja
• Kelanjutan semua badan usaha yang bergabung sebagai satu satuan akuntansi
Laba per saham
Rasio laba per saham merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan.
Salah satu alasan popularitas adalah laba per saham dianggap mengandung informasi yang
berguna dalam membuat prediksi mengenai deviden persaham dimasa depan dan harga saham
dimasa depan. Laba per saham dianggap relevan dalam evaluasi atas efektivitas manajemen dan
kebijakan deviden.
Perbedaan pendapat yang utama adalah “ apakah data laba per saham harus mencerminkan
informasi historis saja atau mencerminkan informasi pro forma dan prediktif ”.
Dalam APB, mengharuskan penyajian dua perhitungan laba per saham yang keduanya bersifat
pro forma dan diasumsikan mempuyai kualitas prediktif.
1. Perhitungan jumlah saham
Perhitungan rasio laba per saham memerlukan perhitungan dengan laba bersih bagi pemegang
saham biasa sebagai pembilang dan jumlah saham biasa yang terkait sebagai penyebut.
Rasio laba per saham = Laba bersih bagi pemegang saham biasa
Jumlah saham biasa
2. Laba per saham primer
Perhitungan laba persaham primer mencakup jumlah rata-rata tertimbang saham yang
beredar selama tahun tersebut selama tahun tersebut ditambah jumlah saham yang mewakili
sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa (common stock equivalent) dan
mempunyai efek dilutif. Efek dilutif, diasumsikan diasumsikan terjadi jika angka laba
persaham akan berkurang jika setara saham biasa dimasukkan.
Sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa meliputi :
a. Semua opsi saham dan waran
b. Sekuritas partisipasi
c. Sekuritas convertible (yang masuk dalam batas-batas rumus pada saat diterbitkan)
d. Sekuritas lain yang mempunyai setara saham biasa
e.
3. Laba persaham yang didilusi sepenuhnya
Perhitungan dengan memasukkan semua sekuritas konvertibel yang berpotensi dilutif, baik
yang diklasifikasikan sebagai setara saham biasa ataupun tidak.
Tujuan :
Untuk memperlihatkan potensi dilusi maksimum laba per saham berjalan atas dasar prospektif.
Kelemahan :
Perhitungan ini tidak mencakup potensi dilusi maksimum karena perlakuan atas waran
tergantung pada harga pasar pada akhir periode sementara dilusi yang diharapkan tergantung
pada harapan harga pasar dimasa depan.
4. Perhitungan laba
Pembilang dalam perhitungan laba per saham harus disesuaikan walaupun atas dasar historis,
jika ada terbitan ekuitas saham senior yang beredar.
Laba yang berkaitan dengan sekuritas saham biasa dengan hak residual, deviden yang
dibayarkan atau yang terutang untuk sekuritas senior harus dikurangkan dari angka laba bersih
yang diperlihatkan dalam laporan laba rugi.
Penambahan pada lembar saham biasa dalam penyebut untuk menunjukkan utang kovertible
yang beredar, beban bunga setelah disesuaikan untuk memperhitungkan pengaruh pajak
penghasilan ditambahkan pada laba bersih yang dilaporkan
Untuk saham preferen konvertibel yang dimasukkan dalam penyebuttidak memerlukan
penyesuaian laba bersih yang dilaporkan karena jumlah laba bersih harus dialokasikan pada
saham konvertibel ini dan saham biasa.