konsep diri pada pasien dengan diabetes melitus...

33
KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI KECAMATAN GETASAN TUGAS AKHIR DI SUSUN OLEH : KATRIN DORA FRANSZ 462013028 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: phamliem

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

TIPE II DI KECAMATAN GETASAN

TUGAS AKHIR

DI SUSUN OLEH :

KATRIN DORA FRANSZ

462013028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

TIPE II DI KECAMATAN GETASAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana keperawatan

DI SUSUN OLEH :

KATRIN DORA FRANSZ

462013028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

i

ii

iii

iv

v

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR..............................i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR............................ii

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii

KATA PENGANTAR.................................................................................................iv

DAFTAR ISI................................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

Pendahuluan ................................................................................................................. 1

Metode Penelitian......................................................................................................... 2

Jenis Penelitian..................................................................................................3

Sempel...............................................................................................................3

Teknik Pengumpulan Data................................................................................3

Analisa Data......................................................................................................3

Hasil..............................................................................................................................3

Indetitas Diri……………………………......…...............................................3

Citra Tubuh.......................................................................................................4

Peran dan Aktivitas Sosial............................................................................... 5

Harga Diri........................................................................................................ 6

Upaya Pengobatan............................................................................................7

Pembahasan..................................................................................................................8

Penutup.......................................................................................................................14

Kesimpulan......................................................................................................14

Ucapan Terimakasih........................................................................................15

Daftar Pustaka............................................................................................................16

Lampiran.....................................................................................................................18

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan wawancara ……………....………………………………......18

Lampiran 2. Informed Consent …………………………....……………………......20

Lampiran3. Surat Rekomendasi ijin penelitian KESBANGPOL Kab. Semarang.....21

Lampiran 4. Surat Rekomendasi ijin penelitian Dinkes Kab. Semarang ..................22

vii

KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

TIPE II DI KECAMATAN GETASAN

Katrin Dora Fransz, Yulius Yusak Ranimpi, Rosiana Eva Rayanti

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen

Satya Wacana

Email korespondensi: [email protected]

Abstrak

Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemik yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas

insulin, yang menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskular, makrovaskular dan neoropati.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisa konsep diri pada pasien DM

tipe II di Kecamatan Getasan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif

dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.

Untuk analisa data peneliti menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh, konsep diri digambarkan dari: (1)

identitas diri yang meliputi status kesehatan dan peran dalam rumah tangga; (2) citra tubuh

yang meliputi aspek fisik, biologis, dan perilaku; (3) peran yang meliputi tanggung jawab

dalam keluarga, hubungan sosial dan keaktifan kegiatan sosial; (4) harga diri yang meliputi

dukungan dan penerimaan terhadap penyakit; dan (5) upaya pengobatan yang meliputi jenis

pengobatan, hasil pengobatan dan usaha antisipasi dalam rangka menjaga citra diri yang

positif. Kesimpulan : identitas diri, citra tubuh, peran dan aktifitas sosial, harga diri dan

upaya pengobatan saling berkaitan dalam menggambarkan konsep diri partisipan diabetes

melitus tipe II.

Kata Kunci : Diabetes melitus, konsep diri

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by a hiperglikemic caused by a

decrease in the secretion of insulin or a decrease in insulin sensitivity, which led to chronic

complications, mikrovaskular, makrovaskular and neoropati. The purpose of this research

was to describe and analyze the concept on the DM type II patients in district Getasan. The

research method used is qualitative method with approach case studies. The technique of

data collection through interviews and observations. Data analysis for researchers using

data reduction steps, the presentation of the data and the withdrawal of the conclution.

Research results are obtained, the concept of self described from: (1) identity which includes

health status and role in the household; (2) body image that includes aspects

of physical, biological, and behavior; (3) the role that covers the responsibilities within the

family, social relationships and the liveliness of social events; (4) price includes self support

and acceptance of the disease; and (5) treatment efforts that include the type of

treatment, treatment results and anticipation of efforts in order to maintain a positive self-

image. Conclusion: identity, body image, the role and activities of social, esteem and

interrelated treatment effort in describing the concepts themselves participants in diabetes

mellitus type II. Keywords: Diabetes mellitus, self concept

1

Pendahuluan

Di era modernisasi saat ini, telah terjadi pergeseran pola penyakit yang

diderita masyarakat dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi ke arah penyakit

degeneratif, yang salah satunya adalah diabetes melitus. Diabetes Melitus (DM)

merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemik yang di

sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, yang

menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskular, makrovaskular dan neoropati.(1)

Jumlah penyandang DM di dunia terus mengalami peningkatan pada tahun

2011 mencapai 336 juta jiwa dan dipredisksikan pada tahun 2020 akan meningkat

menjadi 350 juta jiwa. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009,

memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta jiwa pada tahun 2009

menjadi 12,0 juta jiwa pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka

prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang

DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian pada tahun

2016 di Asia diperkirakan terdapat 89 juga penduduk menderita DM, sementara

untuk Asia Tenggara terdapat 119 juta jiwa yang menderita DM.(2)

World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah

penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3

juta jiwa pada tahun 2030. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,

berdasarkan kategori DM terdiagnosis terdapat 5 provinsi (15,2%) dengan prevalensi

lebih dari 1,5%, sebanyak 15 provinsi (45,5%) dengan prevalensi 1%-1,5%, dan

sebanyak 13 provinsi (39,4%) dengan prevalensi kurang dari 1%.(3)

Menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, berdasarkan kategori penderita DM terdiagnosis

oleh dokter terdapat 7 provinsi dengan prevalensi kurang dari 1%, sebanyak 20

provinsi dengan prevalensi 1% -2%, dan 6 provinsi dengan prevalensi lebih dari 2%.

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2013 tersebut membuktikan adanya

peningkatan penderita DM setiap tahunya di Indonesia.(4)

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, prevalensi

penyakit DM di Jawa Tengah menduduki peringkat kedua pada ketegori penyakit

tidak menular dengan presentase 18,33 %. Kabupaten Semarang terdapat 7.672 kasus

DM, berdasarkan presentase tersebut DM masuk dalam prioritas utama pengendalian

penyakit tidak menular (PTM) di Provinsi Jawa Tengah karena apabila tidak dikelola

dengan baik akan menimbulkan PTM lanjutan seperti jantung, stroke, gagal ginjal,

dsb.(5)

2

Sakit berdampak pada konsep diri seseorang, termaksuk pada penderita

diabetes melitus tipe II, klien yang mengalami perubahan konsep diri karena kondisi

sakitnya mungkin tidak lagi mampu memenuhi harapan kelurganya, yang akhirnya

akan menimbulkan ketegangan atau konflik. Akibatnya anggota keluarga akan

mengubah interaksi mereka dengan klien sehingga klien akan merasa kehilangan

fungsi sosialnya. Selain itu juga perubahan konsep diri terjadi pada penderita

diabetes tipe II yang telah mengalami komplikasi, seperti kebutaan, penyakit

ginjal, gangrene (dan harus diamputasi), penyakit jantung dan stroke.(6)

Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup

bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahan pada seluruh aspek

kepribadiannya. Konsep diri terdapat 4 komponen yaitu indentitas, citra tubuh, harga

diri dan peran diri. Identitas sering didapat dari observasi diri seseorang dan dari apa

yang kita katakan tentang diri kita. Citra tubuh adalah bagian dari konsep diri yang

mencakup sikap dan pengalaman yang berkaitan dengan tubuh, termaksuk

pandangan tentang maskulinitas dan femenitas, kegagalan fisik, daya tahan, dan

kapabilitas. Harga diri berasal dari sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga

diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Seseorang yang menghargai

dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya mempunyai harga diri yang

tinggi sedangkan seseorag yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek

dari orang lain biasanya memiliki harga diri rendah. Peran membentuk pola perilaku

yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seseorang individu dalam

berbagai kelompok sosial.(7)

Berdasarkan hasil studi di Puskesmas Guntur I, jumlah penderita diabetes

melitus yang masih aktif menjalani pengobatan selama tahun 2013 adalah sebanyak

83 orang. Dari studi awal dengan 3 penderita diabetes, yang pertama menyatakan

merasa fungsinya sebagai kepala rumah tangga terganggu dan tidak dapat bekerja

seperti biasanya (gangguan pada fungsi peran). Kedua menyatakan kurang percaya

diri dengan kondisinya saat ini (gangguan pada harga diri) dan yang ketiga

menyatakan hal yang sama dengan penderita yang pertama.(8)

Sebuah penelitian yang

dilakukan tentang pengalaman klien diabetes melitus tipe II pasca amputasi mayor

ekstremitas bawah diperoleh hasil hampir semua partisipan mengungkapkan

pernyataan yang menggambarkan tentang adanya perubahan konsep diri yang

dialami setelah amputasi mayor ekstremitas bawah seperti perubahan peran, citra

tubuh, dan harga diri rendah.(9)

3

Berdasarkan paparan di atas maka masalah dan sekaligus tujuan penelitian ini

adalah utuk mengetahui konsep diri pada pasien dengan diabetes melitus tipe II di

Kecamatan Getasan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan

wawancara. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode Miles dan

Hubermen yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

dan verikasi.(10)

Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yang mana

peneliti membandingkan dan mengoreksi keaslian informasi yang diperoleh melalui

sumber yang berbeda yaitu petugas puskesmas, kepala desa dan keluarga.(10)

Partisipan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang dan telah memenuhi

kriteria sebagai partisipan yaitu menderita penyakit DM tipe II dan telah mengalami

perubahan fisik, berusia > 35 tahun serta sudah menderita sakit DM tipe II > 1 tahun.

Lokasi penelitian bertempat di Desa Ngerawan dan Desa Ngelo, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan dari bulan Maret – Juli 2017.

Hasil

Penelitian ini ditemukan komponen konsep diri yang sesuai dengan teori

yaitu identitas, citra tubuh, peran dan harga diri.(7)

Selain keempat komponen

tersebut ditemukan juga satu komponen tambahan yaitu upaya pengobatan. Berikut

adalah deskripsi dari setiap komponen yang dimaksud :

a. Identitas Diri

(1). Status kesehatan

Tiga partisipan merupakan penderita diabetes melitus yang dibuktikan

dengan hasil pemeriksaan dokter. Mereka sudah mengalami manifestasi klinis

diabetes melitus, seperti peningkatan frekuensi buang air kecil, peningkatan

kadar gula dalam darah, dan penurunan fungsi tubuh, seperti penglihatan

kabur serta tubuh berkeringat dan terasa dingin. Berikut ungkapan partisipan :

“…kalo malam kencing sampe 10-15 kali terus badannya keringatan, terus disuruh sama

anak saya kontrol sama dokter, eh tau-tau kena gula” (P1 : 14-16)

“…ya kalo malam gitu kadang bisa 4 x (BAK)” (P2 : 15)

“Kondisi saya kadang badan terasa panas, muntah, kaki kadang nyilu (nyeri), kadang

pengennya minum terus minum kalo nda manis ya pake es. Kalo tidur ngga tenang

4

panasrasanya itukan di bawa ke RS. Di RS di tanya keseharianya gimana saya ngomong

apa adanya dulu saya itu peminum, pemakai, pergaulan bebas terus diberitahu sama

dokter ini karena pengaruh dari keseharian kamu” (P3 : 216-222)

(2). Gender

Partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dua orang dan

perempuan satu orang. Berdasarkan jenis kelamin tersebut mereka ingin

menggambarkan identitas mereka dalam keluarga yaitu sebagai

Suami/Bapak/Istri/Ibu yang tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga. Berikut ungkapan partisipan :

“…mulai sakit ya saya sudah cari kerjaan biar apa tu tetap olahraga gitu lo, jadi nda terus

berhenti kerja atau gimana tu ngga” (P1 : 201-203)

“Ini baru cabe, Kalo ladang yang sana itu jagung. Soalnya bawah pupuknya itukan jauh

jadi bapakkan pada di bilangin saudara-saudaranya, jangan terlalu berat bekerjanya. Ini

semuanya dikerjakan sendiri, nda ada suruh-suruh orang. Kadang sama saya setiap pagi

bawa pupuknya buat nanam cabe” (P2 :375-381)

“…tapi kita jugakan berusaha sebagai kepala keluarga kaya dulu lagi gitu aja” (P3 : 575-

577)

b. Citra tubuh

(1). Aspek fisik dan aspek biologis

Partisipan dalam penelitian ini mengalami perubahan pada tubuh mereka

seperti penurunan berat badan, penglihatan kabur, kelemahan tubuh, serta

gangguan saraf. Aspek biologis, dua partisipan mengalami peningkatan

frekuensi buang air kecil dan satu partisipan mengalami gangguan pola tidur.

Perubahan-perubahan tersebut merupakan gejala-gejala klinis yang dialami

sebagai seorang yang menderita penyakit diabetes melitus. Berikut

pernyataan partisipan:

“Waktu dulu sebelum sakit itu sampe 66 kg. Sekarang 53 kg”. (P1 : 35,37)

“Kalo fisiknya, dulukan misalkan angkat barang yang berat-berat itu masih kuat misalkan

50 kg/60 kg tapi sekarang sudah nda terlalu kuat, terus penurunan badan BB dulukan

65/67 sekarang paling 50/49 penuruan BB hamir 15 kg” (P3 : 125-128)

“Penglihatan tetap buram,pusing iya tapi yang pasti buram penglihatannya nda terlalu

jelas” (P3 :350-351)

“…pas sakit perut itu ngga bisa tidur kadang tidur 2 jam bangun. Tidur lagi paling 2 jam

bangun lagi ya kemarin gitu-gitu, tapi semalam tidur mulai jam 8 bangun 10 kencing tidur

lagi bangun lagi setengah 2 jam 2 tidur lagi bangun setengah 5 tadi pagi terus jam 7 tidur

lagi. Paling lama tidur ya 3 jam kaya gitu” (P3 : 362-367)

(2). Aspek perilaku

Dari hasil penelitian diperoleh dua partisipan mengalami penurunan

kemampuan berativitas dan bekerja. Berikut pernyataan partisipan :

“masalahnya tidurnya agak kurang terus kerjaannya juga kurang” (P1 : 20,21)

5

“aktivitas saya juga agak berkurang gitu lo. Kalo dulukan biasa, tapi kalo sekarang, paling

sekali ke ladang, badan udah merasa capek gitulo” (P2 :416-418)

“…kaya dulu misalkan dibilang kerja keras di kuli bangunan atau mungkin di yang berat-

berat gitukan bisa tapi kalo sekarang ngga bisa, masalahnya gini kita mau angkat berat

saja kadang kaki saja di sini agak linu, mungkin perut juga kalo angkat berat kadang sakit

juga. Kambuhnya ke perut gitu” (P3 : 583-588)

c. Peran dan Aktivitas sosial

(1). Tanggung jawab dalam keluarga

Penelitian ini menunjukan bahwa ketiga partisipan tetap menjalankan

perannya dalam keluarga, baik itu sebagai seorang kepala keluarga yang

tugasnya menafkahi keluarga maupun sebagai seorang ibu rumah tangga yang

tugasnya mengurus rumah dan membantu suami. Satu dari ketiga partisipan

ini membantu menjalankan peran istrinya karena istrinya bekerja untuk

membantu partisipan dalam memenuhi ekonomi keluarga serta aktif

mengikuti kegiatan keluarga seperti perkumpulan keluarga. Berikut ungkapan

partisipan :

“dulukan sebelum kerja dibangunan sayakan jadi kondektur Salatiga-Magelang untuk

nafkah untuk mencukupi keluarga saya habis itu pikiran saya angga bingun terus

merantau di Sumatra terus ko ada kelainan penyakit gula terus saya pulang dari pada saya

itu sakitnya semakin tambah semakin parah terus saya kerja apa adanya, terus dulu-

dulunya sebelum kerja di bangunan saya sudah kerja di pabrik dulu, pabrik makanan sapi

di situ itu kalo pikiran saya bikin baik juragan tetapi juragan ngga mau tau soalnya ada

yang mencuri dikirain saya juga ikut mencuri terus saya di diamin sama bos, saya jadi

ngga enak terus saya cari pekerjaan sendiri di bangunan” (P1:131-141)

“Iya ngerumput (cari rumput), nanam-nanam (tanam) cabe” (P2: 478)

“Kalo keuangan saya itu biasa-biasa saja cumakan paling mana yang adalah, kadang istri

ku ada ya pake istriku mungkin ibuku ada ya pake ibuku, tapi yangsering itu ya

saya yang nafkain namanya orang kepala rumah tangga walaupun itu gimana caranya cari

uang tetap saya yang nafkahi” (P3: 83-88)

(2). Hubungan sosial dan keaktifan kegiatan sosial

Dua partisiapan memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sosial

sehingga memperoleh dukungan dalam menghadapi masalah ekonomi

maupun penyakit yang diderita. Dukungan yang diberikan berupa bantuan

pembangunan rumah dan saran pengobatan tradisional. Ketiga partisipan juga

aktif dalam mengikuti kegiatan sosial seperti perkumpulan warga, gotong

royong dan arisan, namun karena kondisi tubuh yang melemah satu partisipan

mengurangi kegiatan sosialnya. Berikut pernyataan partisipan :

“Kalo saya di desa Ngerawan sini itu sama tetangga nda ada masalah apa-apa” (P1: 108-

109)

“...terus sama masyarakat setempat saya sudah tau ditanyain kalo mau di bantu apa itu

misalnya bedah rumah” (P1:142-143)

6

“Ya kalo saya si misalnya ada tetangga misalnya kasih solusi gini suruh berobat atau

gimana gitu saya juga semangat, semangat berobat, semangat bekerja atau gimana saya

juga semangat” (P1 : 272-275)

“Kalo masalah tetangga kadang nda tau menaukan yang mesti biasa-biasa ajakadang

kasih dukungan udah minum ini belum, kaya obat herbal” (P3 : 115-117)

“…biasa kalo nda itu main-main sama tetangga atau gimana gitu nanti ada pertemuan

apa, penyuluhan apa itu ikut” (P1 :241-242)

“Tiap malam minggu minggukan ya kumpul, tiap senin pagi kumpul satu RT, selasa legi

kumpul satu golongan gitu aktivitasnya” (P2 : 108-110)

“Lebih banyak yang dulu masalnya gini kita lihat dari kondisi badanlah misalnya kerja

bakti itu tenaga udah kurang atau misalkan pertemuan dari bapak-bapak rutin itu

palingkan nda menentu 1 bulan sekali yang pasti itu kerja bakti atau ada tetangga yang

bangun rumah kadang bantu kalo dulu bisanya 1 minggu full paling sekarang ini dua hari,

tiga hari liat dari kondisilah” (P3: 312-318)

d. Harga Diri

(1). Penerimaan partisipan terhadap penyakit

Ketiga partisipan menerima semua keadaan yang dialami, baik itu

masalah ekonomi maupun kesehatan. Dua partisipan menganggap semua

masalah yang tersebut adalah takdir dari Tuhan sedangkan satu partisipan

merespon penerimaan tersebut dalam bentuk semangat untuk berobat dan

berharap keluarganya tidak ada yang sakit gula lagi. Berikut pernyataan

partisipan :

“...jadi apa adanya ya saya terima mau gimana lagi biarpun rasain sakit ya terpaksa kerja

misalnya saya ngga kerja gitukan susah juga wong ngga punya apa-apa” (P1 : 398-400) “Ya ujianlah, orangkan harus ada ujian kalo nda ada ujian ngga semangat” (P2 : 352-353)

“Gimanaya, terima apa adanya aja memang itu sudah takdirkan” (P3: 644-645)

(2). Dukungan Keluarga dan Lingkungan Sosial

Dalam menghadapi penyakit, ketiga partisipan memperoleh dukungan

dari keluarga dan lingkungan sosial berupa pemberian perhatian, semangat

dan kebebasan. Dukungan tersebut menjadi motivasi partisipan untuk sembuh

dari penyakit. Berikut ungkapan partisipan :

“Cuma situ (istri) tu nyuru misalnya saya itu mau makan yang kira-kira dilarang dokter,

gitu dia sudah nyaranin nda usah minum manis terus minunnya banyak yang putih. Ya

karena minumnya manis tapi sehari itu satu kali atau dua kali gitu dikasih saran jadi

sayakan juga ikutan, sama kalo suruh makan nasi yang udah di remas terus dimasak lagi

itu ngga boleh itu cepat gulanya” (P1: 216-222)

“Ya mau di rumah ngga (tidak) perna katanya yo (ayo) ke ladang itu ngga pernah, ngga

(tidak) pernah marah, ngga (tidak) pernah ribut sama suami saya itu, selama ini nda

pernah” (P2: 212-214)

“Dukungan ya cuma ini kasi tau kalo kerja nda usa yang berat-berat atau mungkin

misalnya nda enak badan nda usa kerja yang penting pikiran senang dan nda terlalu

banyak pikiran ya kaya gitu, istri juga kaya gitu” (P3: 205-28)

e. Upaya pengobatan

Indikator lain yang dapat mempengaruh konsep diri sesorang yang menderita

7

penyakit gula yaitu upaya pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian usaha

pengobatan dapat dilihat dari :

(1) Jenis pengobatan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh hasil ke-3 partisipan

semuanya melakukan pemeriksan serta memperoleh pengobatan medis di

puskesmas dan RS namun 2 dari 3 partisipan tersebut sebelumnya pernah

melakukan pengobatan tradisional. Berikut pernyataan partisipan :

“Ia jamu, di beli di toko-toko. Engga itu untuk kecapean gitu, kalo gulakan taunya

dipuskesmas sama di RS” (P1 : 50, 52-53)

“Baru tau kalo ada gula ikut prolanis” (P2 : 11)

“Dulu-dulunya iya tapi sekarang nda (obat tradisional)” (P3 : 432)

(2). Hasil pengobatan

Hasil pengobatan dalam penelitain ini yaitu dua partisipan

memperoleh hasil yang baik yaitu kestabilan kadar gula, buang air kecil dan

kolesterol, tidak pusing-pusing serta mersa tenang dengan adanya pengobatan

tersebut sedangkan satu partisipan masih mengalami ketidak stabilan kadar

gula. Berikut ungkapan partisipan :

“Sekarang sudah stabil baik. Sekarng 210 mmHg” (P1 : 343, 345)

“Ya agak tenang ya pas ikut itu prolanis jadi tu mestinya agak turun darahnya”(P2 :441-

442)

“Normal, kalo TD itu normal cuman ya itu gulanya itu yang naik turun terus” (P3 : 633-

634)

(3). Usaha antisipasi

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil walaupun ketiga partisipan

mengalami perubahan-berubahan tersebut, partisipan tetap berusaha

melakukan antispasi dalam menanggapi penyakitnya seperti pengaturan pola

makan dan minum, melakukan aktivitas fisik atau berolahraga serta lebih

berhati-hati dalam beraktivitas. Berikut pernyataan partisipan :

“…cuma bicaranya dokter ngga boleh makan yang lemak-lemak atau gimana gitu.

Makannya mintanya nasi jagung, rebusan kentang, terus kalo buah-buahan itu apel kalo

pisang atau gimana itu ngga boleh” (P1 : 38-41)

“Biasa. jalan kaki” (P1 :74,76)

“Eh, sekarang ya lebih ati-ati (hati-hati) ya, kalau mau apa gitu oh iya, saya ni udah kena

gini gitu, jadi sekarang lebih itu tentunya, lebih ati ati (hati-hati) sendiri” (P2 : 403-405)

“…terus kita itu gini maksudnya menghindari apa yang harus tidak dimakan atau tidak di

minum” (P3 : 569-570)

8

Pembahasan

Konsep diri merupakan pandangan dan penilaian individu terhadap semua yang dimiliki dari

dirinya. Dalam penelitian ini partisipan menilai konsep diri mereka melalui lima

komponen yaitu: identitas diri, citra tubuh, peran dan aktifitas sosial, harga diri dan

upaya pengobatan. Berikut penjelasan setiap komponen :

1. Identitas diri

Identitas diri dapat diketahui dari individu itu sendiri dan dari

penilaian orang lain tentang individu tersebut. Identitas diri merupakan sarana

untuk memperlihatkan perbedaan setiap individu dengan tetap menjadi diri

sendiri yang utuh dan unik.(7)

Penelitian ini identitas partisipan diketahui dari diri sendiri karena

mengalami dan merasakan perubahan tubuh yang terjadi serta diperoleh juga

dari penilaian orang lain yakni dokter sebagai pemberi diagnosa. Konteks

tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bawha identitas sering

didapat dari observasi diri dan dari apa yang kita katakan tentang diri kita.(7)

Partisipan menggambarkan identitasnya sebagai seorang penderita diabetes

melitus tipe II dari perspektif status kesehatan, yang tentunya berbeda dari

orang lain.

Identitas diri juga dapat digambarkan melalui status dalam keluarga

yang diwujudkan dengan peran (gender) yang dijalankan. Penelitian ini

partisipan menempatkan identitas mereka dalam keluarga berdasarkan

penilaian orang lain tentang peran dalam keluarga. Bagi partisipan laki-laki

(memiliki istri dan anak) berkewajiban untuk menafkahi keluarganya,

sehingga partisipan harus bekerja agar peran sebagai kepala keluarga diakui

dan tugas menafkahi tersebut dapat terpenuhi. Sementara untuk partisipan

perempuan (memiliki suami dan anak) berkewajiban untuk membantu suami

dalam memenuhi kebutuhan keluarga serta mengurus anak dan rumah agar

peran sebagai istri dapat diakui.

Peran yang dijalankan tersebut sesuai dengan pendapat bahwa laki-

laki berperan sebagai suami/ayah serta kepala keluarga yang bertugas

mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga sementara

perempuan berperan sebagai istri/ibu yang bertugas memberikan motivasi

dan semangat untuk kemajuan suami di dalam pekerjaannya.(11)

9

2. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan salah satu bagian dari konsep diri yang

mencakup sikap dan pengalaman yang berhubungan dengan tubuh termasuk

pandangan tentang maskulintas dan feminitas, kegagalan fisik, daya tahan,

dan kemampuan.(7)

Penelitian ini citra tubuh dapat dilihat melalui perubahan

fisik dan biologis, serta perubahan perilaku partisipan.

Perubahan fisik yang dialami ketiga partisipan seperti penurunan barat

badan yang cukup signifikan, penglihatan kabur, kelemahan tubuh dalam

melakukan aktifitas, serta adanya gangguan saraf yang mengakibatkan nyeri

pada tubuh. Sementara perubahan biologis, dua partisipan mengalami

peningkatan frekuensi buang air kecil dan satu partisipan mengalami

gangguan pola tidur.

Perubahan fisik yang dialami membuat partisipan merasa sedih karena

sebagian aktivitas mereka harus dikurangi karena kelemahan tubuh yang

dialami namun partisipan tetap menerima semua perubahan tersebut dan tetap

menjalankan aktivitas mereka sehari-hari. Dari pembahasan di atas

membuktikan bahwa dalam menilai citra tubuh seseorang dapat dilihat dari

perubahan fisik dan sikap ketika menanggapi perubahan tersebut.

Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan tentang hubungan antara

stress dengan konsep diri pada penderita diabetes mellitus tipe II, ditemukan

19 orang atau 63,3% memiliki citra tubuh negatif dari 30 responden penderita

diabetes melitus tipe II. Citra tubuh yang negatif tersebut dikarenakan

manifestasi klinis yang dialami seperti penurunan berat badan, serta ulkus

diabtikum yang sulit untuk sembuh sehingga mempengaruhi bentuk fisik dan

penampilannya.(12)

Perubahan fisik juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan

perilaku yang pada akhirnya akan mempengaruhi citra tubuh seseorang.

Penelitian ini ketiga partisipan mengalami perubahan perilaku dalam

beraktivitas dan bekerja. Sebelum menderita sakit, partisipan dapat

melakukan kegiatan tersebut secara maksimal, namun karena adanya

penurunan kondisi fisik maka perilaku tersebut tidak dapat dijalankan secara

maksimal. Perubahan perilaku beraktivitas dan bekerja tersebut membuktikan

adanya penurunan kemampuan yang berakibat pada citra tubuh.

10

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas pada

seseorang yaitu karena adanya perubahan fisik sehingga dapat berpengaruh

terhadap citra tubuh. Penelitian tersebut dijelaskan bahwa hubungan

perubahan fisik yang terjadi karena penyakit diabetes melitus dapat

berpengaruh terhadap citra tubuh yang pada akhirnya akan mengganggu

konsep diri, hal itu terjadi karena seseorang yang mengalami perubahan fisik

akan merasa depresi dan berakhir pada harga diri rendah yang menjadikan

konsep diri yang negatif.(13)

Fisik merupakan penampilan luar dari tubuh kita yang dapat dilihat

secara kasat mata sehingga, dengan mudah seseorang memandang atau

menilai penampilan fisiknya sendiri. Semakin baik kondisi fisik maka

semakin baik penilaian yang diberikan, begitu juga apabila terjadi perubahan

pada fisik maka akan berpengaruh terhadap penilaian yang diberikan karena

perubahan tersebut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan salah satunya

adalah peran dan aktivitas. Berdasarkan penilaian yang diberikan sesorang

mampu untuk menentukan citra tubuhnya sendiri karena citra tubuh dapat

diketahui dari penampilan fisik. Seseorang yang mengalami perubahan

penampilan fisik dan fungsi tubuh cenderung akan memiliki citra tubuh yang

negatif.(14)

3. Peran dan Aktivitas Sosial

Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang

berkaitan dengan fungsi seseorang individu dalam berbagai kelompok

sosial.(7)

Penelitian ini peran dilihat berdasarkan tanggung jawab dalam

keluarga dan lingkungan sosial.

Sebagai kepala keluarga dan seorang istri, partisipan memiliki

tanggung jawab yang besar terhadap keluarga mereka masing-masing.

Tanggung jawab sebagai seorang suami yaitu mencari pekerjaan untuk

menafkahi keluarga dan seorang istri yang tugasnya mengurus anak dan

membantu suami. Dengan menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka,

maka ketiga partisipan menggambarkan peran aktif mereka dalam keluarga

Peran dalam lingkungan sosial yang dilakukan oleh partisipan adalah

mengambil bagian dalam kegaitan sosial seperti mengikuti perkumpulan

warga, gotong royong dan arisan. Hal tersebut membuat partsipan memiki

hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar dengan demikian munculah

11

dukungan yang diberikan dalam menyikapi persoalan ekonomi keluarga dan

penyakit yang dialami. Dukungan yang diberikan berupa

bantuan pembangunan rumah dan saran pengobatan tradisional, akan tetapi

satu partisipan mengurangi frekuensi kegiatan sosialnya karena kondisi fisik

yang mulai melemah yang disebabkan oleh gejala penyakit diabetes melitus

yang dialami.

Hasil tersebut sesuai dengan pandangan dari yang menyatakan bahwa

perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh merupakan

penyebab pergeseran peran yang terjadi saat sehat-sakit.(15)

Dalam melakukan

aktivitas fisik yang berat, perubahan tubuh dapat mempengaruhi aktivitas

tersebut. Dalam penelitian ini, partisipan dalam mengikuti kegiatan yang

memerlukan banyak energi seperti gotong royong membangun rumah tidak

dapat dilakukan secara maksimal.

Tidak maksimalnya peran sosial sebagai dampak dari kelemahan fisik

partisipan, mengakibatkan penilaian negatif dari lingkungan sekitar. Penilaian

sosial yang diberikan terhadap partisipan ini berdampak terhadap konsep diri

partisipan dalam hal harga diri, yang mana diperoleh dari diri sendiri dan

orang lain. Aspek utama dari harga diri adalah perolehan cinta, kasih,

sayang, dan penghargaan dari orang lain. Individu memperoleh harga diri

yang tinggi apabila memperoleh penerimaan dan pengakuan orang lain akan

kemampuan menghadapi kehidupan dan mengontrol dirinya atau

sebaliknya.(16)

Hal yang serupa juga terjadi pada klien pasca stroke yang mana

perubahan citra tubuh memberikan pengaruh yang signifikan terhadap semua

tindakan dan perilaku sehingga berdampak pada harga diri klien. Berdasarkan

perbandingan hasil dan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran

seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi tubuh.(17)

4. Harga diri

Harga diri ditentukan oleh kasih sayang dan penerimaan dari diri

sendiri maupun orang lain. Orang yang mampu menghargai dirinya dan

merasa dihargai oleh lingkungannya akan mempunyai harga diri yang tinggi

sedangkan orang yang merasa tidak berharga dan kurang diterima oleh

lingkungan biasanya akan memiliki harga diri yang rendah.(7)

12

Harga diri ketiga partisipan dalam penelitian ini dijelaskan melalui

adanya respon positif terhadap penyakit serta dampaknya sebagai bentuk

penerimaan partisipan terhadap kondisi kesehatan maupun perekonomian

keluarga yang di alami. Respon positif tersebut berupa penerimaan bahwa

penyakit yang dialami adalah takdir Tuhan serta mengingatkan partisipan

akan pentingnya kesehatan sehingga perlu melakukan pengobatan agar

memperoleh kesembuhan dan berharap keluarga juga tidak menderita

penyakit yang sama. Hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti

membuktikan bahwa penerimaan penyakit berperan dalam meningkatkan

harga diri seseorang.

Individu yang mengalami sakit kronis apabila memiliki penerimaan

diri akan lebih tenang dalam menghadapi suatu permasalahan, mampu

beradaptasi terhadap stres, beban yang dialami dapat menjadi lebih ringan

serta kekambuhan penyakit yang dialami dapat menurun.(18)

Dalam penelitian ini selain penerimaan partisipan terhadap penyakit,

pemberian dukungan juga berpengaruh terhadap harga diri partisipan dimana

dukungan tersebut dijadikan motivasi bagi partisipan dalam melakukan

perannya sehingga peran yang diberikan dapat terlaksana. Hasil penelitian

yang diperoleh adalah partisipan tetap berusaha untuk mengikuti berbagai

aktifitas dan kegiatan baik itu dalam keluarga maupun dilingkungan

walaupun dalam kondisi tidak sehat agar tetap diakui oleh keluarga dan

lingkungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa

terlaksananya sebuah peran akan menciptakan pengakuan dari lingkungan.

Pengakuan tersebut dapat meningkatkan harga diri seseorang karena harga

diri tidak terlepas dari penerimaan dan pengakuan dari lingkungan. Pendapat

peneliti di perkuat dengan teori yang menyatakan bahwa harga diri adalah

hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh

dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan,

penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut.(19)

Oleh

karena itu, harga diri seseorang turut dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

dukungan yng diberikan oleh keluarga dan lingkungan sosial.

Adanya hubungan antara dukungan keluarga dan lingkungan sosial

dengan harga diri partisipan ini diperkuat dengan hasil penelitian lain yang

menyatakan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pada

13

pasien ulkus diabetikum di ruang rawat inap bagian penyakit dalam RSUP.

Dr. M. Djamil Padang dari 34 responden dapat diketahui bahwa sebagian

besar (79,4%) responden mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi dan

memiliki harga diri tinggi. Pendapat ini juga diperkuat dengan dengan

pandangan yang mengatakan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang sangat

besar terhadap harga diri. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin

baik harga diri anggota keluarga yang sakit, sebaliknya keluarga yang

memberikan respon yang buruk terhadap angota keluarga yang sakit maka

akan memberi akibat pada harga diri yang buruk.(20)

5. Upaya Pengobatan

Sebagai penderita diabetes melitus, seseorang harus menjalani gaya

hidup yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan itu nampak dalam hal

menjalani proses pengobatan dan, kehidupan yang harus dijalani dengan

banyak aturan, seperti tetantang makanan dan aktifitas sebagai upaya

pemeliharan kesehatan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh upaya pengobatan meliputi jenis

pengobatan tradisional yang diperoleh dari lingkungan sosial. Selain itu

pendekatan medis juga dilakukan dan diperoleh dari Puskesmas Getasan.

Layanan kesehatan medis itu antara lain pemeriksaan kadar gula, edukasi

pola makan dan aktifitas fisik serta terapi farmakologi. Partisipan dalam

menjalani pengobatan juga memperhatikan hasil pengobatan yang didapat

untuk menilai tingkat keberhasilan pengobatan sehingga dapat dijadikan

patokan dalam melakukan usaha antisipasi dalam mencegah terjadinya

kekambuhan.

Perilaku pencarian pengobatan merupakan upaya yang dilakukan saat

menderita penyakit atau kecelakaan mulai dari mengobati sendiri sampai

mencari bantuan ahli. Beberapa respon pencarian pengobatan tersebut antara

lain: pengobatan mandiri, pengobatan tradisional, mengonsumsi obat yang

dibeli di apotik, melakukan pengobatan di layanan kesehatan baik milik

pemerintah maupun suasta (dokter praktek).(21)

Salah satu faktor penentu keberhasilan pengobatan yaitu kepatuhan

dalam melakukan pengobatan.(22)

Kepatuhan partisipan dalam melakukan

pengobatan memperoleh hasil yang baik pada citra tubuh partisipan. Pada

aspek biologis dari tiga partisipan, dua diantaranya mengalami kestabilan

14

kadar gula. Pada aspek perilaku frekuensi buang air kecil menjadi normal,

dan pada aspek fisik partisipan sudah tidak merasa pusing serta pada aspek

emosional partisipan merasa tenang.

Hasil pengobatan yang telah diperoleh membuat partisipan tetap terus

berusaha dalam menjaga kondisi kesehatan agar terhindar dari kekambuhan.

Bentuk usaha antisipasi yang dilakukan adalah gaya hidup sehat yakni makan

dan minum yang teratur, olahraga dan berhati-hati dalam beraktifitas. Hasil

tersebut sesuai dengan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe II di

Indonesia tahun 2011 menyatakan bahwa penatalaksanaan dan pengelolaan

DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi

gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.(23)

Semakin baik kondisi tubuh yang diperoleh dari hasil pengobatan dan

usaha antisipasi maka semakin baik konsep diri partisipan. Hal tersebut

terjadi karena saat kondisi tubuh membaik maka citra tubuh partisipan yang

sebelumnya menurun karena kelemahan tubuh akan kembali kuat sehingga

partisipan dapat menjalankan peran dengan baik di lingkungan keluarga

maupun sosial. Dengan terlaksananya peran partisipan maka penilaian

lingkungan terhadap partisipan akan menjadi positif sehingga harga diri

partisipan juga akan meningkat. Perubahan-perubahan yang dialami ini di

jadikan koping yang membangun bagi partisipan sehingga menghasilkan

konsep diri yang positif. Penjelasan tersebut didasarkan pada pendapat bahwa

respon yang konsrtuktif (membangun) dapat menghasilkan respon yang

adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif.(24)

Kesimpulan

Gambaran konsep diri pada penderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas

Getasan Kabupaten Semarang adalah: (1) identitas diri yang meliputi status

kesehatan dan peran dalam rumah tangga; (2) citra tubuh yang meliputi aspek fisik,

biologis, dan perilaku; (3) peran yang meliputi tanggung jawab dalam keluarga,

hubungan sosial dan keaktifan kegiatan sosial; (4) harga diri yang meliputi dukungan

dan penerimaan terhadap penyakit; dan (5) upaya pengobatan yang meliputi jenis

pengobatan, hasil pengobatan dan usaha antisipasi dalam rangka menjaga citra diri

yang positif.

15

Citra tubuh partisipan dijelaskan melalui aspek fisik, seperti: penurunan berat

badan, penglihatan yang kabur, kelemahan tubuh, serta gangguan saraf. Aspek

biologis ditandai dengan terjadinya peningkatan frekuensi buang air kecil dangan

gguan pola tidur. Aspek perilaku partisipan mengalami penurunan kemampuan

berativitas dan bekerja. Dua partisipan tetap menjalankan peran dan aktivitas sosial

mereka hanya saja satu partisipan mengalami penurunan aktivitas karena kelemahan

tubuh yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya. Terkait penilai harga diri,

ketiga partisipan mampu menerima kondisi kesehatan mereka secara positif serta

tetap memperoleh dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial. Upaya pengobatan

yang dilakukan dengan metode parawatan medis dan tradisional membuahkan hasil

yang baik yaitu terjadi peningkatan kualitas kesehatan tubuh sehingga partisipan

tetap melakukan usaha antisipasi dalam bentuk pengolahan hidup sehat yaitu makan,

minum dan olahraga yang teratur. Secara umum kelima indikator ini saling berkaitan

dalam menggambarkan konsep diri partisipan.

Ucapan Terimakasih

1. Puskesmas Getasan sebagai lahan penelitian

2. Ketiga partisipan yang sudah bersedia meluangkan waktu kepada peneliti dalam

pengambilan data sehingga penelitian ini dapat terselesaikan

16

Daftar Pustaka

1. Nurarif Amin Huda, Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Nanda Nic-Noc. 2015, Media Action. Yogjakarta.

2. Edwina DA, Manaf A. Artikel Penelitian Pola Komplikasi Kronis Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS . Dr . M .

Djamil. J Kesehat Andalas. 2015;4(1):102–6

3. Kementrian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI; 2013

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384

5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

[Internet]. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. 48-49 hal. Tersedia

pada: dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf

6. Risnasari N, Risnasari N, Fik D, Nusantara U, Kediri P, Risnasari N. Hubungan

tingkat kepatuhan diet pasien diabetes mellitus dengan munculnya komplikasi di

puskesmas pesantren iikota kediri. Nerma Risnasari. 2014;1(25):15–9

7. Perry and Potter. Buku ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

Praktek Edisi 4 Volume 1. 2005, EGC. Jakarta

8. Candra P K. Perubahan Konsep diri pada penderita diabets melitus di

Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Vol. 24. 2014

9. Agustin Y, Nurachmah E, Kariasa IM, Pertamina RS, Magister PS, Keperawatan

FI, et al. Pengalaman Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Pasca Amputasi Mayor

Ekstremitas Bawah. J Ilm Keperawatan. 2011;16, No.2(2):76111.

10. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. 2009. Alfabeta. Bandung

11. Purbasari D, Putri K. Pembagian Peran Dalam Rumah Tangga. J Penelit Hum.

2015;16(1):72–85

12. Sofiana LI, Elita V, Utomo W. Hubungan antara Stres dengan Konsep Diri pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. J Ners Indones. 2012;2(2):1–10

13. Saraswati R. Hubungan antara konsep diri dengan tingkat depresi penderita

diabetes melitus di rumah sakit umum Ungaran. 2009;5(3):139–42

14. Nizam WK, Hasneli Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh pasien

diabetes melitus yang mengalami ulkus diabetikum. Jom Psik. 2014;1(2):1–7.

15. Stuart, Gail W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 2007, Jakarta : EGC

17

16. Saputri YH, Prasetyo YB. Peran sosial dan konsep diri pada lansia. Peran Sos Dan

Konsep Diri Pada Lansia. 2012;Volume 3,:256–63.

17. Herawati N, Studi P, Solok K, Keperawatan J, Kesehatan P, Padang K. Studi

Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh Pada Klien Kelemahan Pasca

Stroke Di RS Dr M Djamil Kota Padang. J Keperawatan Jiwa. 2014;2:31–40.

18. Utami Noviana Made Ni. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan

Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma Ni Made Sintya Noviana

Utami. Jurnal Psikol Udayana. 2013;1(1):12–21

19. Widodo AS, Pratitis NT. Harga Diri Dan Interaksi Sosial Ditinjau Dari Status

Sosial Ekonomi Orang Tua. Persona. 2013;2(2):131–8.

20. Adabiah.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga diri Pada Pasien Ulkus

Diabetikum di Ruang Rawat Inap Bagian Penyakit Dalam RSUP. DR. M.

DJAMIL Padang.2014, Padang. Fakultas Keperawatan UNAND

21. Safitri EM, Luthviatin N, Ririanty M. Determinan Perilaku Pasien dalam

Pengobatan Tradisional dengan Media Lintah ( Studi pada Pasien Terapi Lintah di

Desa Rengel Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban ). 2016;4(1):181–7.

22. Karuniawati E, Supadmi W. Kepatuhan Penggunaan Obat dan Kualitas Hidup

Pasien Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Maret 2015.

2016;13(2)

23. Ndraha S. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Medicinus.

2014;27(2):9–16

24. Pratiwi Y. Gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen di yayasan kanker indonesia jakarta pusat. Vol. 1. 2014

18

Lampiran 1. Panduan Wawancara

19

20

Lampiran II. Informed Consent

21

Lampiran III. Surat Rekomendasi ijin penelitian KESBANGPOL Kab. Semarang

22

Lampiran IV. Surat Rekomendasi ijin penelitian Dinkes Kab. Semarang