konsep dasar warga negara
TRANSCRIPT
WARGA NEGARA
A. Konsep dasar warga Negara
1. Dalam Bahasa Indonesia
Pengertian rakyat atau penduduk sering terkacaukan, maka kita
perlu mengetahui batas-batasnya.
a) Yang dimaksud dengan rakyat suatu negara haruslah mempunyai
ketegasan bahwa mereka itu benar-benar tunduk kepada Undang-
Undang Dasar Negara yang berlaku, mengakui kekuasaan Negara
tersebut dan mengakui wilayah Negara tadi sebagai Tanah Airnya yang
hanya satu-satunya.
b) Penduduk adalah semua orang yang ada atau bertempat tinggal dalam
wilayah negara dengan ketegasan telah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh peraturan Negara.
Dari batasan-batasan diatas dapat kita mengetahui bahwa dalam
pengertian rakyat sering dikaitkan dengan pengertian warga negara, sedang
dalam pengertian penduduk dapat mencakup pengertian yang lebih luas
2. Dalam bahasa Inggris
Meaning citizens or residents often terkacaukan, then we need to know
the boundaries.
a) What is meant by the people of a country should have the firmness that
they are really subject to the Law of the Country Policy, recognize and
acknowledge the authority of the State territory as their homeland which
is the only one.
b) The population is all the people residing in the province or the country
with firmness has to meet certain conditionalities set by State
regulations.
From the above limitations can we know that in the sense of the people
1
is often associated with the meaning of citizenship, in the sense of being
able to include a population greater understanding
3. Dalam Bahasa Arab
معرفة إلى بحاجة نحن ثم وإثارة، األحيان من كثير في المقيمين أو المواطنين معنىالحدود.
لقانون( تخضع حقا بأنهم الحزم يكون أن يجب بلد في الناس من المقصود هو ما أ. فقط واحد هو الذي وطنهم الدولة أراضي سلطة واإلقرار واالعتراف الدولة، سياسة
أن( يجب الحزم مع البلد أو المقاطعة في المقيمين الناس كل هو السكان عدد ب. الدولة انظمة تحددها التي الشروط بعض تستوفي
معنى مع يرتبط ما وكثيرا الناس معنى في أنه نعرف أن يمكننا أعاله القيود منأكبر سكانها عدد وتشمل فهم على قادرة تكون أن بمعنى المواطنة،
B. Sistem Kewarganegaraan
Pada asasnya ada beberapa sistem )kriteria umum) yang digunakan untuk
menentukan siapa yang menjadi warga negara suatu negara. Kriteria tersebut
yaitu :
1. Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Kelahiran
a) Asas Ius Soli )Law of The Soli)
Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan Negara
tempat kelahiran.
b) Asas Ius Sanguinis )Law of The Blood)
Penentuan Kewarganegaraan berdasarkan keturunan/kewarganegaraan
orang tuanya
Masalah Kewarganegaraan
a) Apatride
Apatride terjadi apabila seorang anak yang Negara orang tuanya menganut
asas Ius Soli lahir di Negara yang menganut Ius Sanguinis. Contoh :
Seorang keturunan bangsa A )Ius Soli) lahir di negara B )Ius Sanguinis)
Maka orang tsb bukan warga negara A maupun warga negara B.
2
b) Bipatride
Bipatride terjadi apabila seorang anak yang Negara orang tuanya
menganut Ius Sanguinis lahir di Negara lain ynag menganut Ius Soli,
maka kedua Negara tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga
Negaranya. Contoh : Seorang keturunan bangsa C )Ius Sanguinis) lahir di
negara D )Ius Soli). Sehingga karena ia keturunan negara C, maka
dianggap warga negara C, tetapi negara D juga menganggapnya sebagai
warga negara,karena ia lahir di negara D.
c) Multipatride
Seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan Contoh :
Seorang yang bipatride juga menerima pemberian status kewarganegaraan
lain ketika dia telah dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang
baru ia tidak melepaskan status bipatride-nya.
2. Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Perkawinan
a. Asas Kesatuan Hukum
Asas kesatuan hukum berangkat dari paradigma bahwa suami istri
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan
suasana sejahtera, sehat, dan tidak terpecah. Dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakatnya,suami istri ataupun keluarga yang baik perlu
mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat
Supaya terdapat keadaan harmonis dalam keluarga diperlukan
kesatuan secara yuridis maupun dalam jiwa perkawinan, yaitu kesatuan
lahir dan batín. Dan kesatuan hukum dalam keluarga ini tidak
bertentangan dengan filsuf persamaan antara suami istri sehingga sekedar
mencari manfaatnya bagi sang suami saja.
b. Asas Persamaan Derajat
Menurut asas persamarataan bahwa perkawinan sama sekali tidak
mempengaruhi kewarganegaraan seseorang, dalam arti masing-masing
3
istri atau suami bebas menentukan sikap dalam menen tukan
kewarganegaraanya
Asas ini menghindari terjadinya penyelundupan hukum, misalnya
seseorang yang berkewarganegaraan asing ingin memperoleh status
kewarganegaraan suatu Negara dengan cara atau berpura-pura melakukan
pernikahan dengan pasangan di Negara tersebut.
3. Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi
Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang
memperoleh status kewarganegaraan, Misal : seseorang memperoleh status
kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan permohonan,
memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa
Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui
permohonan dan prosedur yang telah ditentukan
b. Naturalisasi Istimewa
Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah )presiden)
dengan persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang
bersangkutan telah berjasa terhadap negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi
digunakan 2 stelsel, yaitu :
1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara seseorang
harus melakukan tindakan-tindakan hukum secara aktif.
2. Stelsel Pasif, yakni seseorang dengan sendirinya dianggap sebagai warga
negara tanpa melakukan sesuatu tindakan hukum.
C. Sejarah Kewarganegaraan
Mengetahui tentang masalah kewarganegaraan juga melibatkan sejarah dari sistem
kewarganegaraan, yang berkembang dari masa ke masa. Diawali dengan:
1. Zaman penjajahan Belanda
4
Hindia Belanda bukanlah suatu negara, maka tanah air pada masa
penjajahan Belanda tidak mempunyai warga negara, dengan aturan sebagai
berikut:
a) kawula negara belanda orang Belanda,
b) kawula negara belanda bukan orang Belanda, tetapi yang termasuk
Bumiputera,
c) kawula negara belanda bukan orang Belanda, juga bukan orang
Bumiputera, misalnya: orang – orang Timur Asing )Cina, India, Arab, dan
lain-lain).
2. Masa kemerdekaan
pada masa ini, Indonesia belum mempunyai UUD. Sehari setelah
kemerdekaan, yakni tanggal 18 agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia mengesahkan UUD 1945. Mengenai kewarganegaraan UUD 1945
dalam pasal 26 ayat)1) menentukan bahwa “Yang menjadi warga negara ialah
orang – orang bangsa Indonesia aseli dan orang – orang bangsa lain yang di
sahkan dengan undang – undang sebagai warga negara,” sedang ayat 2
menyebutkan bahwa syarat – syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapan
dengan undang – undang. Sebagai pelaksanaan dari pasal 26, tanggal 10 april
1946, diundangkan UU No. 3 Tahun 1946. Adapun yang dimaksud dengan
warga negara Indonesia menurut UU No. 3 Tahun 1946 adalah:
a. Orang yang asli dalam daerah Indonesia,
b. Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam
wilayah negara Indonesia
c. Anak yang lahir di dalam wilayah Indonesia.
3. Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar )KMB)
Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari konferensi meja
bundar )KMB) tanggal 27 desember 1949 antara Belanda dengan Indonesia
Serikat ada tiga hal yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain:
5
a. Orang Belanda yang tetap berkewargaan Belanda, tetapi terhadap
keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6
bulan sebelum 27 desember 1949 setelah penyerahan keddaulatan dapat
memilih kewarganegaraan Indonesia yang disebut juga “Hak Opsi” atau
hak untuk memilih kewarganegaraan.
b. Orang – orang yag tergolong kawula Belanda )orang Indonesia asli)
berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak
tinggal di Suriname / Antiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda
dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia,
c. Orang – orang Eropa dan Timur Asing, maka terhadap mereka dua
kemungkinan yaitu: jika bertempat tinggal di Belanda, maka dtetapkan
kewarganegaraan Belanda, maka yang dinyatakan sebagai WNI dapat
menyatakan menolak dalam kurun waktu 2 tahun.
4. Berdasarkan undang – undang nomor 62 tahun 1958
Undang – undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku sampai
sekarang adalah UU No. 62 tahun 1958, yang mutlak berlaku sejak
diundangkan tanggal 1agustus 1958. Beberapa bagian dari undang – undang itu,
yaitu mengenai ketentuan – ketentuan siapa warga negara Indonesia, status anak
– anak an cara – cara kehilangan kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut
hingga tanggal 27 desember 1949.
Hal – hal selengkapnya yang diatur dalam UU No. 62 tahun 1958 antara lain:
)1) siapa yang dinyatakan berstatus warga negara Indonesia )WNI), )2)
naturalisasi atau pewarganegaraan biasa,)3) akibat pewarganegaraan, )4)
pewarganegaraan istimewa, )5) kehilangan kewarganegaraan Indonesia, dan )6)
Siapa yang dinyatakan berstatus asing.
Menurut undang – undang :
1) Mereka berdasarkan UU/ peraturan/perjanjian, yang terlebih dahulu )berlaku
surut)
6
2) Mereka yang memenuhi syarat – syarat tertentu yang ditentukan dalam undang
– undang itu.
Selain itu, mungkin juga seorang Indonesia menjadi orang asing karena :
1) Dengan sengaja, insyaf, dan sadar menolak kewarganegaraan RI,
2) Menolak kewarganegaraan karena khilaf atau ikut - ikutan saja,
3) Di tolak oleh orang lain, misalnya seorang anak yang ikut status orang tuanya
yang menolak kewarganegaraan RI.
D. Masalah Kedudukan Hukum Bagi Orang Asing
Sesuai dengan pasal 38 UU No. 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, menyatakan
pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi: pertama, masuk dan
keluarnya ke dan dari wilayah Indonesia, kedua, keberadaan serta kegiatan orang
asing di wilayah Indonesia. Adapun tugas pengawasan terhadap orang asing yang
berada di Indonesia dilakukan oleh menteri kehakiman dengan koordinasi dengan
badan atau instansi pemerintah yang terkait.
Masalah lain yang berkaitan dengan orang asing adalah tentang perkawinan
campuran, yaitu perkawinan antar a dua orang yang berbeda kewarganegaraan. Dan
yang paling menimbulkan persoalan serius adalah perkawinan campuran antar-
agama.
1. Perkawinan campuran antar-golongan )intergentiel)
Bahwa hukum mana atau hukum apa yang berlaku , kalau timbul perkawinan
antara dua orang, yang masing – masing sama atau berbeda
kewarganegaraannya, yang tunduk pada peraturan hukum yang berlainan.
Misalnya, WNI asal Eropa kawin dengan orang Indonesia asli.
2. Perkawinan campuran antar-tempat )interlocaal)
Yakni perkawinan antara orang – orang Indonesia asli dari lingkungan adat.
Misal , orang Minang kawin dengan orang jawa.
7
3. Perkawinan campuran antar-agama )interriligius)
Mengatur hubungan )perkawinan) antara dua orang yang masing – masing
tunduk pada peraturan agama yang berlainan.
Dalam tataran praksis perkawinan campuran antar-agama tidak dikenal di
Indonesia. UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan secara tegas tidak menganut
perkawinan campuran antar-agama.
Berkaitan dengan status istri dalam perkawinan campuran, maka terdapat dua
asas:
a) Asas mengikuti, maka suami/istri mengikuti suami/istri baik pada waktu
perkawinan berlangsung, kemudian setelah perkawinan berjalan.
Pasal 26 UU Kewarganegaraan menyatakan :
1. Ayat )1) perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki – laki
warga negara asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum
negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan
suami sebagai akibat perkawinan tersebut.
2. Ayat )2) Laki – laki warga negara Indonesia yang kawin dengan perempuan
warga negara asing kehilangan kewarganegaraanya RI jika menurut hukum
asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri
sebagai akibat perkawinan tersebut.
b) Asas persamamerataan
Menurut asas ini, bahwasanya perkawinan tidak mempengaruhi sama sekali
kewarganegaraan seseorang, dalam arti mereka )suami atau istri) bebas
menentukan sikap dalam menentukan kewarganegaraan asal sekalipun sudah
menjadi suami istri.
Ketentuan ini di atur dalam pasal 26 ayat )3) UU kewarganegaraan , bahwa
perempuan atau laki – laki WNI yang menikah dengan WNA tetap menjadi WNI
jika yang bersangkutan memiliki keinginan untuk tetap menjadi WNI. Adapun
mekanismenya dengan, yaitu dengan jalan mengajukan surat pernyataan
mengenai keinginannya kepada pejabat atau perwakilan republik Indonesia yang
8
wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali
pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan
hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang
tuanya sebagai persoalan pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah
sehingga anak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, atau perkawinan
tersebut tidak sah, sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya
memiliki hubungan hukum dengan ibunya.
Sejak dahulu diakui bahwa soal keturunan termasuk status personal. Negara-
negara common law berpegang pada prinsip domisili )ius soli) sedangkan negara-
negara civil law berpegang pada prinsip nasionalitas )ius sanguinis). Umumnya
yang dipakai ialah hukum personal dari sang ayah sebagai kepala keluarga )pater
familias) pada masalah-masalah keturunan secara sah. Hal ini adalah demi
kesatuan hukum dalam keluarga dan demi kepentingan kekeluargaan, demi
stabilitas dan kehormatan dari seorang istri dan hak-hak maritalnya. Sistem
kewarganegaraan dari ayah adalah yang terbanyak dipergunakan di negara-negara
lain, seperti misalnya Jerman, Yunani, Italia, Swiss dan kelompok negara-negara
sosialis.
Dalam sistem hukum Indonesia, Prof.Sudargo Gautama menyatakan
kecondongannya pada sistem hukum dari ayah demi kesatuan hukum dalam
keluarga, bahwa semua anak–anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai
kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka )ouderlijke macht) tunduk
pada hukum yang sama. Kecondongan ini sesuai dengan prinsip dalam UU
Kewarganegaraan No.62 tahun 1958.
Kecondongan pada sistem hukum ayah demi kesatuan hukum, memiliki
tujuan yang baik yaitu kesatuan dalam keluarga, namun dalam hal
kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, lalu terjadi perpecahan dalam
perkawinan tersebut maka akan sulit bagi ibu untuk mengasuh dan membesarkan
9
anak-anaknya yang berbeda kewarganegaraan, terutama bila anak-anak tersebut
masih dibawah umur.
Ada dua bentuk perkawinan campuran dan permasalahannya:
a. Pria Warga Negara Asing )WNA) menikah dengan Wanita Warga Negara
Indonesia )WNI) Berdasarkan pasal 8 UU No.62 tahun 1958, seorang
perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan seorang asing bisa
kehilangan kewarganegaraannya, apabila selama waktu satu tahun ia
menyatakan keterangan untuk itu, kecuali apabila dengan kehilangan
kewarganegaraan tersebut, ia menjadi tanpa kewarganegaraan. Apabila
suami WNA bila ingin memperoleh kewarganegaraan Indonesia maka
harus memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi WNA biasa Karena
sulitnya mendapat ijin tinggal di Indonesia bagi laki laki WNA sementara
istri WNI tidak bisa meninggalkan Indonesia karena satu dan lain
hal) faktor bahasa, budaya, keluarga besar, pekerjaan pendidikan,dll) maka
banyak pasangan seperti terpaksa hidup dalam keterpisahan.
b. Wanita Warga Negara Asing )WNA) yang menikah dengan Pria Warga
Negara Indonesia )WNI)
Indonesia menganut azas kewarganegaraan tunggal sehingga berdasarkan
pasal 7 UU No.62 Tahun 1958 apabila seorang perempuan WNA menikah dengan
pria WNI, ia dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia tapi pada saat yang
sama ia juga harus kehilangan kewarganegaraan asalnya. Permohonan untuk
menjadi WNI pun harus dilakukan maksimal dalam waktu satu tahun setelah
pernikahan, bila masa itu terlewati , maka pemohonan untuk menjadi WNI harus
mengikuti persyaratan yang berlaku bagi WNA biasa.
Untuk dapat tinggal di Indonesia perempuan WNA ini mendapat sponsor
suami dan dapat memperoleh izin tinggal yang harus diperpanjang setiap tahun
dan memerlukan biaya serta waktu untuk pengurusannya. Bila suami meninggal
maka ia akan kehilangan sponsor dan otomatis keberadaannya di Indonesia
10
menjadi tidak jelas Setiap kali melakukan perjalanan keluar negri memerlukan
reentry permit yang permohonannya harus disetujui suami sebagai sponsor.
Bila suami meninggal tanah hak milik yang diwariskan suami harus segera
dialihkan dalam waktu satu tahun. Seorang wanita WNA tidak dapat bekerja
kecuali dengan sponsor perusahaan. Bila dengan sponsor suami hanya dapat
bekerja sebagai tenaga sukarela. Artinya sebagai istri/ibu dari WNI, perempuan
ini kehilangan hak berkontribusi pada pendapatan rumah tangga.
Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal, dimana
kewarganegaraan anak mengikuti ayah, sesuai pasal 13 ayat )1) UU No.62 Tahun
1958 : “Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai
hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh
kewarga-negaraan Republik Indonesia, turut memperoleh kewarga-negaraan
Republik Indonesia setelah ia bertempat tinggal dan berada di Indonesia.
Keterangan tentang bertempat tinggal dan berada di Indonesia itu tidak
berlaku terhadap anak-anak yang karena ayahnya memperoleh kewarga-negaraan
Republik Indonesia menjadi tanpa kewarga-negaraan.”
Dalam ketentuan UU kewarganegaraan ini, anak yang lahir dari perkawinan
campuran bisa menjadi warganegara Indonesia dan bisa menjadi warganegara
asing :
1. Menjadi warganegara Indonesia
Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seorang wanita warga
negara asing dengan pria warganegara Indonesia )pasal 1 huruf b UU
No.62 Tahun 1958), maka kewarganegaraan anak mengikuti ayahnya,
kalaupun Ibu dapat memberikan kewarganegaraannya, si anak terpaksa
harus kehilangan kewarganegaraan Indonesianya. Bila suami meninggal
dunia dan anak anak masih dibawah umur tidak jelas apakah istri dapat
menjadi wali bagi anak anak nya yang menjadi WNI di Indonesia. Bila
suami )yang berstatus pegawai negeri) meningggal tidak jelas apakah istri
)WNA) dapat memperoleh pensiun suami.
11
2. Menjadi warganegara asing
Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seorang wanita
warganegara Indonesia dengan warganegara asing. Anak tersebut sejak
lahirnya dianggap sebagai warga negara asing sehingga harus dibuatkan
Paspor di Kedutaan Besar Ayahnya, dan dibuatkan kartu Izin Tinggal
Sementara )KITAS) yang harus terus diperpanjang dan biaya
pengurusannya tidak murah. Dalam hal terjadi perceraian, akan sulit bagi
ibu untuk mengasuh anaknya, walaupun pada pasal 3 UU No.62 tahun
1958 dimungkinkan bagi seorang ibu WNI yang bercerai untuk memohon
kewarganegaraan Indonesia bagi anaknya yang masih di bawah umur dan
berada dibawah pengasuhannya, namun dalam praktek hal ini sulit
dilakukan.
Masih terkait dengan kewarganegaraan anak, dalam UU No.62 Tahun
1958, hilangnya kewarganegaraan ayah juga mengakibatkan hilangnya
kewarganegaraan anak-anaknya yang memiliki hubungan hukum
dengannya dan belum dewasa )belum berusia 18 tahun atau belum
menikah). Hilangnya kewarganegaraan ibu, juga mengakibatkan
kewarganegaraan anak yang belum dewasa )belum berusia 18 tahun/
belum menikah) menjadi hilang )apabila anak tersebut tidak memiliki
hubungan hukum dengan ayahnya).
E. Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat
Indonesia. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama
lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk
menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan
di kemudian hari.
12
Pasal-Pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga negara
mencakup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31
a. Pasal 27 ayat )1) menetapkan hak warga negara yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan
b. Pasal 27 ayat )2) menetapkan hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
c. Pasal 27 ayat )3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan
kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
e. Pasal 29 ayat )2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk
agamnya masing-masing dan beribadat menurut agamanya
f. Pasal 30 ayat )1) dalam perubahan kedua UUD 1945 menyebutkan hak dan
kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara
g. Pasal 31 ayat )1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki
tambahan hak dan pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik
Indonesia.
A. Contoh Hak Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam pemerintahan
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
13
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau nkri dari serangan musuh
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-
undang yang berlaku
B. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah )pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-
baiknya
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik
14
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan Setiardja. 1993. Negara Berdasarkan Ideologi Pancasila. Yogyakarta.
Kanisius.
Apeldoorn, L.J.V, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986.
Asshiddiqie, Jimly )2006). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II.
Propatria )2006). Kajian Kritis Paket Perundangan di Bidang Pertahanan dan
Keamanan. Jakarta. Propatria.
Achmad Kosasih Djahiri, Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral V.C.T. dan
Games dalam V.C.T. Jurusan PMPKN IKIP Bandung.1985.
15
MAKALAHMAKALAHCIVIC EDUCATIONCIVIC EDUCATION
Warga Negara
Oleh :Nida Riyana
Nova Selfa AnggrainiOkta Kurniawan
Dosen Rindun Harahap
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIIAIN (BENGKULU)
2013
16
17
4