konsep dasar kewarganegaraan · web viewkemajemukan bangsa indonesia yang terdiri atas banyak...

28

Click here to load reader

Upload: nguyentuyen

Post on 21-Nov-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

MODUL PERKULIAHAN

Kewarganegaraan

Pokok Bahasan:

Konsep Dasar Kewarganegaraan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Fakultas EkonomiDan Bisnis

Manajemen 01 90003 Achmad Jamil

Page 2: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

2015 2 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Konsep Dasar KewarganegaraanSeluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari,

mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Sila ke-1 dalam Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah membuat akseptabilitas pada masyarakat. Tujuan pendidikan Sila ke-1 dalam Pancasila adalah membentuk pribadi tolelir dan juga untuk memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ke-1 sebagai salah satu nilai dalam Pancasila mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur Perundangan-undangan agar dapat selaras dengan tujuan dibuatnya sila ke-1. Konsekuensinya adalah mengingat Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Sila ke-1 sebagai nilai pertama dari sebuah dasar negara yang berarti mengaplikasikan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia menjunjung tinggi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ke-1 memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk kesatuan yang utuh dengan menjunjung tinggi nilai yang sama.

Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang  Maha Esa)di tempatkan pada urutan yang paling atas karena Bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Agama merupakan prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan agama tersebut. Pencipta itu adalah  Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut dengan causa prima yang mempunyai hubungan dengan ciptakan-Nya. Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Dalam konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing. Sehubungan dengan agama adalah pedoman manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama atau memeluk agama dalam suasana yang bebas. Oleh karena itu didalam masyarakat yang berasaskan Pancasila, agama di jamin berkembang  dan tumbuh subur dengan konsekuensi adanya toleransi beragama.

A.  Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Adanya perbedaan pandangan dalam keyakinan agama sangat berisiko pada kecenderungan konflik di masyarakat apabila perbedaan tersebut tidak dikelola dengan baik. Disinilah arti pentingnya pengelolaan perbedaan tersebut agar menjadi sebuah potensi positif dalam mengisi pembangunan nasional.  Perbedaan jangan sampai menjadi potensi negatif yang berakibat pada kecenderungan untuk konflik yang dibalut dengan berbagai kepentingan.

2015 3 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Proses perjalanan kehidupan umat manusia dalam kurun waktu yang sangat lama di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas tentunya akan menciptakan keberagaman suku dan etnis. Bersamaan dengan itu maka lahir pula banyak  kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa munculnya perbedaan atau kebhinekaan nusantara tidaklah diciptakan dalam waktu yang sesaat saja.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menyadari resistensi konflik antar umat beragama. Berbagai kebijakan pemerintah telah diterbitkan untuk mengendalikan keadaan tata hubungan pemeluk agama dan kepercayaan. Berbagai rambu peraturan telah disahkan untuk meminimalisir bentrokan-bentrokan kepentingan antar umat beragama.

Berbagai aturan kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia yang telah dikeluarkan oleh pemerintah secara garis besar mencakup beberapa hal, diantaranya yaitu:

1. Pendirian rumah ibadah2. Penyiaran agama3. Bantuan keagamaan dari luar negeri4. Tenaga asing bidang keagamaan.

Kebijakan pemerintah atau regulasi tentang aturan kerukunan antar umat beragama ini penting dikeluarkan agar tata kelola dan tata hubungan diantara umat beragama mempunyai standart yang baku dan jelas.

Regulasi tersebut merupakan ketentuan yang mengatur tata hubungan dan juga tata administrasi di luar subtansi ajaran agama. Pemerintah berkepentingan agar berbagai macam program kegiatan dan juga pelaksanaan ajaran agama yang dilakukan oleh pemeluk agama tidak terjadi gesekan diantara mereka yang berakibat pada munculnya pertikaiaan sesama warga masyarakat. Apabila pertikaian atau konflik ini terus dibiarkan dan tidak dikelola dengan benar maka berakibat pada disintegrasi bangsa. Disinilah arti penting perlunya regulasi tentang tata hubungan kerukunan umat beragama.

B.  Peran Pemerintah Dalam Kerukunan Beragama

Kerukunan umat beragama mutlak sangat diperlukan, agar warga masyarakat dapat menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di Indonesia ini dengan damai dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang dengan penuh kedamaian ini menjadi kunci untuk ikut serta dalam melaksanakan program kegiatan sosial kemanusiaan yang dilakukan dengan kerja sama antar agama.

Program kegiatan tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan optimal, jika masalah kerukunan umat beragama belum terselesaikan dengan baik. Meskipun setiap agama telah mengajarkan tentang pentingnya kedamaian dan keharmonisan, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan dan bahkan terjadi konflik. Konflik jenis ini mempunyai dampak yang amat mendalam dan cenderung meluas. Bahkan implikasinya bisa sangat besar sehingga berisiko sosial, politik maupun ekonomi yang besar pula.

Pengertian konflik agama tidak saja terjadi antar agama yang berbeda atau yang dikenal dengan istilah konflik antar umat agama tetapi konflik juga sering terjadi antara umat

2015 4 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

dalam satu agama atau konflik intern umat agama. Munculnya berbagai konflik terkait dengan persoalan keagamaan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah: Pertama, pelecehan atau penodaan agama melalui penggunaan simbol-simbol agama, maupun istilah-istilah keagamaan dari suatu agama oleh pihak lain secara tidak bertanggung jawab. Kedua, fanatisme agama yang sempit. 

Fanatisme yang dimaksud adalah suatu sikap yang mau menang sendiri serta mengabaikan kehadiran umat beragama lainnya yang memiliki cara ritual ibadah dan paham agama yang berbeda. Dan yang ketiga adalah adanya diskomunikasi dan miskomunikasi antar umat beragama. Konflik dapat terjadi karena adanya miskomunikasi (salah paham) dan dikomunikasi (pembodohan yang disengaja).

Bangsa Indonesia beratus-ratus tahun dijajah Belanda dan juga Jepang, berhasil merdeka berkat kerja sama erat dan saling bahu-membahu para pejuang dan para pendiri bangsa yang berbeda agama. Penghapusan satu kalimat di Piagam Jakarta dan kata-kata “Kewajiban menerapkan syariat Islam bagi para pemeluknya” merupakan bentuk kompromi politik untuk menjamin agar tidak ada superioritas antarsatu agama di atas agama lain dan demi terjaganya kerukunan umat beragama di Indonesia. Pancasila dan kalimat Bhinneka Tunggal Ika memberikan pedoman tentang pentingnya kerukunan umat beragama untuk bangsa ini pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Dialog intern umat beragama juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari kerukunan kehidupan umat beragama, yang pada dasarnya merupakan upaya mempertemukan hati dan pikiran di kalangan sesama penganut agama, baik sesama umat Islam maupun dengan umat beragama lainnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara kasatmata pemimpin agama berperan penting merancang dan melaksanakan dialog intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dan pemerintah. Baik dari kalangan pemuka agama Islam maupun agama lain. Oleh karena itu pelibatan mereka dalam penyusunan regulasi kerukunan umat beragama dan juga penegakan hukum sangat penting. Penyusunan regulasi kerukunan umat beragama oleh Pemerintah dengan tidak melibatkan para pemuka tokoh agama akan melahirkan regulasi yang hampa dan tidak bermakna. Regulasi yang dilahirkan akan bekerja bagaikan robot mekanik yang tidak mempunyai jiwa kemanusiaan. Penegakan hukum yang dilakukan juga dirancang dengan pendekatan kemanusiaan.

Pemerintah melalui Kementerian Agama dan juga Kementerian Dalam Negeri menduduki posisi yang penting dan sangat menentukan dalam sosialisasi atau diseminasi regulasi kerukunan umat beragama ini. Kementerian ini dengan mengikutsertakan stakeholders harus terus membuka mata dan memperhatikan masalah-masalah kehidupan umat beragama, baik yang berskala kecil maupun besar.

Kebijakan pemerintah yang mengatur pembinaan kerukunan hidup umat beragama sudah banyak, misalnya mengenai kebijaksanaan penyiaran agama, pendirian dan penggunaan rumah ibadah, upacara hari besar keagamaan, hubungan antar agama dalam bidang pendidikan, perkawinan, penguburan jenazah, dan wadah musyawarah antarumat beragama.

2015 5 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Menteri Agama Mukti Ali pernah memperkenalkan pentingnya dialog antar agama dan ilmu perbandingan agama yang diajarkan sebagai mata kuliah di berbagai perguruan tinggi. Kedua hal itu penting, sebagai bentuk penyiapan kader-kader dan sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan konflik antara agama dan pemikiran yang terbuka, berwawasan luas, serta mendahulukan solusi kebersamaan demi masa depan Indonesia. Upaya ini juga dilanjutkan Menteri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara yang menyosialisasikan pentingnya trilogi kerukunan umat beragama.

Komunikasi antar umat beragama yang sinergis harus didorong dan diberikan motivasi oleh pemerintah. Pemetrintah harus mengupayakan penyediaan fasilitas untuk mendukung itu. kerukunan umat beragama itu tidak terus bersifat top-down, elitis, dan berhenti pada dialog formal dan seremonial saja. Akan tetapi, para pemuka agama harus juga berinisiatif agar kesadaran ini terus tersebar dalam level akar rumput dan menjadi bagian dari pentingnya menjaga keharmonisan dan persatuan bangsa.

Pemberdayaan kelembagaan Islam untuk meningkatkan kualitas kerukunan kehidupan umat beragama perlu diprogramkan terencana dan berkelanjutan, yang diawali pendataan potensi konflik keagamaan, pelatihan penyuluh agama untuk penanganan daerah berpotensi konflik, dan sosialisasi manajemen kelembagaan agama yang difokuskan kepada memperkenalkan konsep dan kedudukan kerukunan umat beragama dalam kerangka persatuan dan kesatuan bangsa untuk suksesnya pembangunan nasional. Hal ini penting karena hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Pemerintah dapat terus memupuk keharmonisan hubungan antar pemeluk agama melalui kelembagaan yang dikelola oleh negara maupun kelembagaan yang dikelola oleh berbagai agama yang ada di Indonesia, baik kelembagaan yang bersifat formal maupun non formal.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dibentuk pemerintah pada setiap provinsi, kabupaten, dan kota perlu dioptimalkan peran fungsinya dalam memupuk persaudaraan bangsa. Kegiatan FKUB jangan hanya terjebak dalam kegiatan birokrasi administrasi pemberian rekomendasi pendirian tempat ibadah. Karena dalam kenyataannya, badan ini menjelma hanya menjadi pengawas berdirinya rumah ibadah. Pemerintah dapat berperan dengan terus memacu dan juga memfasilitasi FKUB dalam melakukan dialog-dialog keagamaan. Dialog-dialog yang dilakukan oleh FKUB hendaknya tidak hanya merupakan dialog ‘mulut’ semata, tetapi juga harus diwujudkan dengan dialog karya nyata yang manfaatnya bisa dirasakan oleh komunitas masyarakat secara langsung. FKUB dapat melakukan kegiatan bakti sosial bersama-sama lintas agama dengan dukungan fasilitasi penuh dari pemerintah.

Pemerintahan harus terus memperhatikan problem relasi antaragama. Pemerintah harus mewujudkan kerukunan yang sesungguhnya, serta mengantisipasi pelbagai macam dampak negatif dari konflik antar agama. Segala motif dan indikasi yang bisa menyulut konflik harus diantisipasi sedini dan sebaik mungkin. Pemerintah perlu juga melakukan pendataan yang serius dan komprehensif tentang peta, analisis, keberhasilan, serta evaluasi kegagalan program kerukunan umat beragama ini.

2015 6 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Pemerintah harus mencanangkan program dialog kultural di antara berbagai komunitas agama. Dialog tidak dalam kerangka perjumpaan-perjumpaan yang bersifat formal, sebagaimana yang rutin selama ini, melainkan dalam kerangka menyelesaikan berbagai persoalan bangsa dan persoalan keagaaman secara khusus Pemerintah memfasilitasi pertemuan antaragama dan mendorong terwujudnya relasi yang rukun, adil, dan setara.

Pemerintah harus memperhatikan masalah keadilan dan kesejahteraan sosial. Akar konflik dan ketegangan antar dan juga intern agama muncul di antaranya juga disebabkan oleh ketidakadilan dan kemiskinan yang terjadi di kalangan agamawan. Terjadinya ‘rebutan’ anggota jamaah merupakan fenomena yang menarik. Anggota jamaah kelompok aliran agama tertentu merupakan sumber pembiayaan atau juga mungkin sebagai sumber penghasilan bagi tokoh atau pemimpin agama tertentu. Ketika kuantitas pengikut atau jamaahnya terganggu maka secara tidak langsung juga mengganggu income material dan secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kenyamaan dan kerukunan. Hal ini berpotensi konflik di antara tokoh agama dan juga akan menjalar ke pengikut ajaran agama.

Pemerintahan harus bekerja keras untuk meningkatkan ekonomi yang berorientasi kerakyatan serta penegakan hukum yang seadil-adilnya. Program peningkatan kesejahteraan bagi agamawan juga mutlak harus diperhatikan. Sebagai manusia, agamawan juga membutuhkan fasilitas untuk mendukung kegiatan misi agamanya. Tempat ibadah dan sarana peribadatan yang representatif, fasilitas kegiatan sosial keagamaan yang memadai, keadaan.ekonomi agamawan yang mapan dan dukungan fasilitasi pemerintah terhadap berbagai kegiatan keagamaan akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kerukunan hidup umat beragama.

C.  Urgensi Regulasi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Konstitusi negara Indonesia memberikan jaminan kemerdekaan kepada setiap warga negara untuk memeluk agama dan beribadah berdasarkan ajaran agama dan kepercayaannya. Hal ini tertuang di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, dan ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Pasal ini merupakan bentuk perlindungan negara terhadap semua umat beragama di Indonesia.

Ketentuan pasal 29 tersebut juga merupakan bentuk peneguhan dan penegasan bahwa Negara Indonesia didirikan bukan atas dasar satu agama saja, tetapi memberikan kedudukan yang sama bagi semua agama yang berkembang di Indonesia. Konsepsi satu untuk semua merupakan kesepakatan bersama para pendiri bangsa dengan melihat realitas kemajemukan bangsa.

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000, disebutkan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penuh keimanan dan ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral, dan etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan harmonis, serta

2015 7 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila

Berdasarkan program pembangunan nasional tersebut nampak jelas bahwa suasana kehidupan yang harmonis penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama merupakan suatu hal yang niscaya untuk mewujudkan pembangunan nasional yang berkesinambungan. Di sini nampak jelas bahwa kerukunan atau keharmonisan harus diwujudkan dan terus dilestarikan untuk kepentingan kesejahteraan lahir bathin bangsa Indonesia.

Dewasa ini kembali marak kasus-kasus yang bersinggungan dengan agama, seperti pendirian tempat ibadah atau penyiaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, atau karena adanya salah paham diantara pemeluk agama. Padahal kerukunan antar umat beragama merupakan hal pokok yang harus dijaga karena kerukunan antar umat beragama merupakan dasar dari kerukunan nasional. Melalui kerukunan nasional maka akan tercipta persatuan Indonesia.

Upaya-upaya penguatan kerukunan dan pencegahan konflik telah banyak dilakukan, baik melalui:

1. bingkai teologis,2. bingkai sosiologis (sosio-kultural) dalam bentuk kearifan lokal,3. bingkai politik (kebangsaan) dalam bentuk penguatan empat pilar kebangsaan,

dan4. bingkai yuridis dalam bentuk regulasi tentang kerukunan umat beragama.

Penguatan kerukunan melalui bingkai politik kebangsaan saat ini sangat diperlukan, karena di era reformasi, yang mendukung demokrasi dan kebebasan ini, muncul paham-paham atau ideologi-ideologi tertentu, yang diantaranya bertentangan dengan ideologi Pancasila dan tidak toleran dengan kemajemukan masyarakat Indonesia.

Pendidikan nilai-nilai pancasila harus menjadi gerakan nasional. Pendidikan nilai harus dijadikan gerakan aksi seluruh rakyat Indonesia dari sekedar ideologis-teoritis dengan berupaya bagaimana agar negara beraksi untuk mewujudkan nilai-nilai kebangsaan.  Bangsa Indonesia memiliki satu payung paradigma yang paling holistik dan universal dalam kerukunan antar umat beragama, yaitu Pancasila. Persatuan Indonesia hanya dapat dikembangkan melalui multikulturalisme dan musyawarah dengan seluruh elemen bangsa. Sebagai bangsa yang majemuk pluralistis, tentunya Indonesia mempunyai potensi konflik yang sangat tinggi, terutama konflik antaragama. Karena itu dalam rangka menciptakan kerukunan umat beragama, pemerintah mengeluarkan Peraturan Bersama (Perber) dua menteri, yaitu Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah.

Perber tersebut merupakan hasil kompromi dari berbagai pihak unsur agama yang ada di Indonesia. Namun demikian, masalah pembangunan rumah ibadah menjadi batu sandungan dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di Indonesia. Sayangnya, Perber tersebut kurang tersosialisasi di tengah masyarakat, sehingga tidak banyak dijadikan pijakan dalam menjalin kerukunan beragama dan pendirian rumah ibadah.

2015 8 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Menyikapi berbagai kasus kerukunan umat beragama yang terjadi, mengakibatkan peraturan bersama dua menteri tersebut banyak mendapat sorotan. Ada pihak- pihak yang mengusulkan agar peraturan tersebut dipertahankan, direvisi, bahkan dicabut, karena dianggap sebagai pemicu terjadinya kasus-kasus yang memecah kerukunan umat beragama.

Ada juga yang menginginkan agar dibuat undang-undang tentang kerukunan umat beragama untuk mengatur kehidupan beragama, dan sekaligus untuk meredam konflik horisontal yang selama ini dipicu oleh ketentuan yang termaktub di dalam beberapa pasal peraturan bersama tersebut. Di samping itu, kalau menjadi undang-undang diharapkan akan menjamin kebebasan umat beragama dalam menjalankan ibadah.

Pendirian rumah ibadah umat minoritas di tempat warga yang mayoritas, memang bisa menimbulkan banyak masalah, karena menyangkut sentimen dan fanatisme keagamaan yang mendalam. Karena itu, supaya tidak terjadi konflik sosial, pendirian rumah ibadah perlu diatur dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan proporsional.

Melihat kompleksitas masalah antarumat beragama di Indonesia, tentu dibutuhkan payung hukum yang lebih kuat dalam bentuk undang-undang tentang kerukunan umat beragama. Di dalam undang-undang tersebut bisa dimasukkan beberapa prinsip yang telah termuat di dalam peraturan bersama dua menteri dengan berbagai penyempurnaan dan penambahan, guna lebih memberi jaminan hukum yang lebih kuat dalam mewujudkan kerukunan umat beragama. Selain itu, di dalam undang-undang tersebut juga bisa dibuat ketentuan tentang keharusan memasukkan materi kerukunan umat beragama dalam kurikulum pendidikan, dan pengaturan sanksi yang tegas atas pelanggaran dan penodaan terhadap kerukunan umat beragama.

Peraturan tentang kerukunan umat beragama ini apabila diatur dalam keputusan menteri atau surat edaran maka kekuatan hukumnya sangat lemah. Upaya penegakan hukumnya juga akan menghadapi permasalahan terutama dalam teknis yusticial. Hal ini tidak akan terjadi kalau produk peraturan tersebut berbentuk undang-undang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Undang-undang tentang kerukunan umat beragama harus bisa mengayomi dan menetramkan semua pemeluk agama dan aliran kepercayaan dengan segala kepentingannya. Undang-undang ini diupayakan agar mampu mengakomodir kepentingan umat beragama dalam upaya mengamalkan ajaran agamanya dan aktifitas kegiatan keagamaan secara adil dan proporsional tanpa menimbulkan konflik dengan pihak lain.

Memang sangat besar harapan masyarakat terhadap subtansi undang-undang tentang kerukunan umat beragama ini, tetapi adanya peraturan perundangan yang dibingkai dengan kerukunan umat beragama berbentuk undang-undang merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi di Indonesia, mengingat bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar dengan berbagai macam agama dan juga aliran kepercayaan.

Kerukunan antar umat beragama adalah sesuatu yang dinamis. Karena itu, kewajiban kita semua untuk bersama-sama menjaganya terus menerus.

“Dinamis, hari ini kita rukun besok belum tentu, kerukunan harus terus diperjuangkan, dibina dan dijaga,” kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Machasin,

2015 9 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

MA mengawali perbincangan  dengan  PJMINews di kantor kementerian Agama, Jl. MH. Thamrin (18/3/2014).

Machasin menilai kerukunan umat beragama di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia. Penilaian ini bukan tanpa dalih, dibanding dengan negara lain, Indonesia telah berhasil menempatkan kerukunan beragama sebagai karakter bangsa.

“ Keimanan beragama ditunjukan dengan kesedian menerima umat beragama yang berbeda dalam kehidupan berbangsa,” kata  Machasin  yang  pernah menjadi guru saat masih berusia 12 tahun dan mengajar hapalan Al Qur’an.  Pada saat itu murid-murid yang diajarnya berusia jauh lebih tua dan berbadan lebih besar darinya.

Tentu  terjadi bukan hasil sekejap, Bangsa Indonesia telah melewati sejarah  hubungan umat beragama secara dinamis dan dalam rentang waktu yang panjang. “ Sehingga generasi saat ini menikmati hubungan beragama yang lebih baik dari generasi sebelumnya,”katanya.

Machasin memberi contoh, kerukunan itu dengan banyaknya hari libur dan tanggal merah untuk hari besar agama minoritas di Indonesia. Sebagai negara mayoritas umat Islam, tidak hanya pada hari raya Idul Fitri kita libur, tetapi juga pada hari raya agama lain. “Seperti agama konghucu yang tidak mencapai 0,1 persen dari penduduk Indonesia. Hari besar Konghucu tanggal merah. Ratusan juta masyarakat Indonesia menghormati, presiden dan wakil ikut merayakan,” imbuhnya.Machasin mengakui, kerukunan tersebut pasti ada gesekan. Namun gesekan tersebut adalah wajar.

“Konflik itu wajar ada selama tidak ditunggangi, tidak disulut,” kata Maschasin.

Ia memberi contoh pengalamannya saat tinggal di Perancis untuk study pasca sarjana, hubungan antar ummat beragama cukup baik, telah tumbuh sikap  toleransi meski dibayangi sejarah masa lalu hubungan antara Islam dengan Kristen yang  memiliki konflik perang salib.

Namun karena  masyarakatnya berikhtiar untuk menciptakan harmoni maka kita lihat hubungan itu lebih baik. “ Apalagi populasi muslim bertambah seiring angka kelahiran yang tinggi dari warga  Perancis keturunan tanah Maghribi,” kata Machasin yang kerap  mengutip syair Arab, “Di mata orang yang berjiwa kecil, persoalan kecil menjadi besar. Di mata orang yang berjiwa besar, persoalan besar menjadi kecil”

Menurut Machasin  umat Islam Erofah perlu melakukan evaluasi terkait populasi yang bertambah banyak di benua biru itu namun tidak diiringi dengan kesatuan umat Islam. “ Masih banyak masjid umat Islam yang mengelompok berdasarkan asal  wilayah. Muslim yang berasal dari magribi biasanya berkumpul dengan sesama asal maghribi,”katanya. Terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan pondok pesantren, Machasin menjelaskan, Kitab kuning (kutub al-turats) merupakan salah satu elemen penting dari sebuah pesantren. Kitab kuning telah menjadi bahan ajar pesantren dalam waktu yang lama sehingga kitab kuning memiliki posisi dan peran yang signifikan di pesantren.

Dahulu, kata Machasin, sebuah pesantren dikenal dengan kitab kuning yang diajarkannnya. Pernah dikenal pesantren fiqih, pesantren hadits, pesantren ilmu alat dan

2015 10 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

sebagainya. “Terkait dengan beberapa masalah pengajaran kitab kuning tersebut, muncul kebutuhan terhadap perlunya standarisasi kurikulum pondok pesantren. Dalam konteks itulah perlu dilakukan kegiatan halaqah ulama yang mengangkat tema tentang penguatan pengajaran kitab kuning di pesantren,” pungkas Rais Syuriah PBNU ini.

Masalah-masalah akibat keberagaman Agama di Indonesia

Jika kita kaji kehidupan materi, maknawi, individu, dan sosial manusia maka kita akan menyaksikan betapa peran agama dalam dimensi-dimensi ini sangatlah signifikan. Karena itu para pakar dan ahli setiap dari disiplin ilmu-ilmu humaniora tidak dapat mengabaikan begitu saja pengaruh dan sumbangsih agama terhadap kehidupan manusia. Dalam kajian psikologi dan ilmu kejiwaan, telah dilakukan kajian dan analisa atas dampak dan pengaruh serta aplikasi agama dalam membentuk jiwa manusia dan pengaruhnya atas pembentukan kepribadian serta karakter manusia. Juga dalam disiplin ini ditinjau efek daripada pengamalan agama, ritus-ritus, dan iman serta keyakinan agama dalam kehidupan internal individu.

Dalam menelaah masalah-masalah sosial dan kemasyarakatan, disimpulkan bahwa agama merupakan salah satu fenomena sosial yang langgeng dan berpengaruh, sebagaimana dalam filsafat politik juga diteliti dan diobservasi dampak daripada institusi-institusi agama serta pengaruh mereka dalam kekuasaan.

Kendatipun prinsip kesadaran akan kejamakan agama-agama merupakan suatu perkara lama dan telah melewati berbagai zaman dan generasi, dan para ilmuan dan ulama dari setiap agama telah membahas dan menulis kitab-kitab untuk membuktikan kebenaran agamanya dalam berhadapan dengan agama-agama lainnya, namun di zaman baru ini dikarenakan perubahan disegala aspek yang timbul dalam ilmu, filsafat, dan akhlak dan juga disebabkan perkembangan yang terjadi dalam bidang interaksi dan hubungan yang  diikuti oleh ledakan informasi maka permasalahan keragaman agama-agama telah menjadi subyek pembahasan dan pengamatan yang serius di antara penganut agama yang berbeda-bed

Berikut ini pertanyaan yang akan muncul didalam keragaman Agama:

1. Bagaimana setiap antar umat beragama dapat berinteraksi dengan baik?2. Apa sikap yang harus diambil jika terjadi konflik antar umat ber-Agama?3. Dimana saja seseorang pengikut Agama harus membatasi bicara agar tidak

membuat tersinggung atau terganggu pengikut Agama lainnya?4. Mengapa setiap umat ber-Agama harus saling bertoleransi?5. Kapan seoarang pengikut Agama harus mengambil sikap toleransi?6. Siapa yang akan menjadi penengah ketika masalah antar umat Agama terjadi?

Jika pertanyaaan-pertanyaan tersebut tidak dapat terjawab, maka akan menimbulkan masalah-masalah akibat keberagaman Agama

Berikut masalah-masalah akibat keberagaman Agama yang akan timbul:

Buruknya interaksi yang akan terjadi antar umat beragama Salahnya pengambilan sikap dalam menyelesaikan konflik sehingga akan

menimbulkan konflik yang berkepanjangan

2015 11 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Kebebasan dalam mengemukakan pendapat tanpa menghormati lingkungan disekitar sehingga tidak terwujudnya toleransi antar umat Agama

Untuk merealisasikan visi dari silat ke-1 dimana terciptanya kerukunan antar umat ber-Agama yang menjunjung tinggi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Salah bersikap yang dilakukan ketika berada dalam suatu momentum yang penting Tidak adanya pihak yang akan menengahi ketika terjadi masalah antar umat ber-

Agama yang dinilai netral (tidak memihak) oleh antar pihak umat ber-Agama yang mengalami konflik

Maka dari itu dibutuhkan jawaban-jawaban yang signifikan dan memiliki korelasi yang kuat dalam mencari solusi yang akan menjadi pedoman antar umat ber-Agama

Berikut jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut:

1. Dengan bertoleransi dan hidup berdampingan serta menerima perbedaan antar Agama, juga saling berkonsolidasi dalam konteks persatuan akan dapat membentuk interaksi yang baik antar agama

2. Seperti Budaya Indonesia yang selalu bermusyawarah dengan landasan hukum undang-undang yang berlaku dalam menyelesaikan masalah dan mencapai kesepakatan bersama merupakan sikap bijak yang dapat dilakukan ketika terjadi konflik

3. Dihadapan pengikut Agama lain atau di media yang dapat di ketahui oleh Agama lain karena tidak semua persepsi di perbolehkan untuk dikemukakan dimana saja

4. Karena toleransi merupakan faktor yang signifikan dalam membangun kerukunan antar Agama sehingga tidak menimbulkan masalah akibat perbedaan Agama

5. Disetiap saat, karena toleransi antar pengikut Agama dengan pengikut Agama lainnya tidak membutuhkan waktu terkecuali dalam hal-hal yang dilarang oleh masing-masing Agama yang diyakini

6. Pemerintah melalui undang-undangnya dan perwakilan rakyat sebagai Pihak dari instansi kenegaraan yang memiliki korelasi dengan hukum konstitusi Negara yang khusus menangani urusan keagamaan adalah Pihak yang harus intervensi untuk menjadi penengan ketika terjadi konflik antar umat beragama

Pertanyaan dasar tersebut mempunyai sisi praktis, bukan teoritis dan kembali pada aspek moralitas, bukan dimensi epistemologis. Yakni bagaimana para penganut agama tertentu bermuamalah dengan pengikut agama-agama lainnya, apakah mesti bertoleransi dan hidup berdampingan menerima perbedaan dengan mereka ataukah menabuh genderang perang serta perselisihan dengan mereka, ini berhubungan dengan cara bersikap dan berprilaku di antara para pengikut agama-agama yang berbeda satu sama lain.

Tujuan konsep tri kerukunan umat beragama agar masyarakat Indonesia dapat hidup  kebersamaan dalam perbedaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan bijak agar tidak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya.

Tri kerukunan ini meliputi tiga konsep kerukunan yaitu:

2015 12 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

I. Kerukunan intern umat beragamaII. Kerukunan antar umat beragamaIII. Kerukunan antar umat beragama dan pemerintah.

I. Kerukunan intern umat beragama

Perbedaan pandangan dalam satu agama bisa melahirkan konflik di dalam tubuh suatu agama itu sendiri. Perbedaan mazhab hukum atau fiqh adalah salah satu contoh perbedaan yang nampak dan nyata. Kemudian lahir pula perbedaan ormas keagamaan. Walaupun ormas-ormas keagamaan tersebut memiliki satu aqidah yakni aqidah Islam, adanya perbedaan sumber penafsiran, penghayatan, kajian, pendekatan terhadap al quran dan sunnah terbukti mampu mendisharmoniskan intern umat beragama.

Konsep ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu sarana agar tidak terjadi ketegangan intern umat Islam yang menyebabkan konflik. Konsep ukhuwah Islamiyah ini mengupayakan berbagai  cara agar tiap-tiap kelompok ormas tidak saling klaim kebenaran. Agar tiap-tiap individu sesama penganut agama Islam tidak saling klaim kebenaran keyakinan. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari permusuhan karena perbedaan mazhab dalam Islam. Semuanya untuk menciptakan kehidupan beragama yang tenteram, rukun, dan penuh kebersamaan. Kalau dalam agama Islam mengenal ukhuwah islamiyah maka dalam agama-agama yang lain dapat menempuh upaya yang sejenis seperti konsep persaudaraan seiman.

II. Kerukunan antar umat beragama

Konsep kedua ini mempunyai pengertian kehidupan beragama yang tentram antar masyarakat yang berbeda agama dan beda keyakinan. Tidak terjadi sikap saling curiga mencurigai dan selalu menghormati agama masing-masing. Konsep yang dibangun dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama ini adalah konsep ukhuwah basyariyah atau persaudaraan sesama umat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Pemerintah mengeluarkan berbagai aturan tentang tata hubungan antar masyarakat yang berbeda agama atau beda keyakinan. Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah agar tidak terjadi saling mengganggu antar umat beragama, dan  semaksimal mungkin menghindari kecenderungan konflik karena perbedaan agama.  Semua lapisan masyarakat bersama-sama menciptakan suasana hidup yang rukun dan damai di Indonesia. Regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih bersifat pengaturan administratif dan tidak memasuki wilayah ajaran agama. Regulasi ini penting dilakukan agar tidak terjadi gesekan kepentingan atau minimal ada aturan baku yang dijadikan standart yang dijadikan pedoman bersama dalam tata hubungan pemeluk antar agama.

Regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah harus mencerminkan keadilan diantara para pemeluk agama, juga harus mencerminkan kepastian hukum agar tidak menimbulkan multi tafsir atas aturan yang telah dibuatnya. Tidak ada yang subordinasi atau tirani. Kepentingan berbagai pemeluk agama harus diakomodir dalam regulasi tersebut. Pelibatan para tokoh pemeluk agama dalam penyusunan regulasi dan juga penegakan hukum mempunyai peran yang sangat vital. Regulasi tentang tata hubungan lintas agama ini harus merupakan kesepakatan dan kesepahaman para pemeluk agama yang diwakili oleh tokoh-

2015 13 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

tokoh agama dan juga pemimpin ormas keagamaan. Tidak ada yang memaksakan kehendaknya demi kepentingan kelompok agama tertentu. Semangatnya adalah sama yaitu menciptakan adanya kehidupan berdampingan yang harmonis sinergis dan tidak ada yang merasa dirugikan kepentingannya.

III Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang diwakili oleh pemuka agama dari tiap-tiap agama dapat sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa.

Tri kerukunan umat beragama yang ketiga ini merupakan bentuk fasilitasi pemerintah terhadap berbagai program kegiatan yang menunjang kerukunan umat beragama. Pemerintah harus memberikan dukungan pembiayaan yang memadai untuk terselenggaranya kegiatan-kegiatan atau aksi-aksi sosial yang mendukung terciptanya dan terpeliharanya kerukunan umat beragama. Pejabat pemerintah harus mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan tokoh-tokoh agama dan juga pimpinan ormas keagamaan. Jalinan komunikasi yang sinergis harus terus dilakukan di antara pemerintah dengan tokoh agama dan juga pimpinan ormas keagamaan. Tri kerukunan umat beragama diharapkan menjadi salah satu solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama yang damai, penuh kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan. Komitmen dari para pihak dan juga stakeholders sangat menentukan pelaksanaan Tri kerukunan umat beragama ini.

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia, negara telah meletakkan Pancasila sebagai dasar negara.Bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dikumandangkan, Pancasila telah dipersiapkan untuk dijadikan landasan dasar dalam membentuk suatu negara kesatuan.Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa, falsafah bangsa, serta ideologi bangsa Indonesia.Oleh karena itu hanya Pancasila sajalah yang harus dijadikan acuan, patokan ataupun ukuran dalam hidup bernegara, berbangsa, maupun bermasyarakat.Dan hanya satu-satunya sumber dari segala sumber hukum.

Pancasila sebagai landasan dasar hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, didalamnya memuat tujuan hidup bersama yang ingin dicapai sebagai suatu bangsa.

1.1 Tujuan-tujuan hidup sebagai bangsa dalam Pancasila itu meliputi:

(1) menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang beradab, (2) menciptakan persatuan dan kesatuan, (3) menciptakan kehidupan yang demoratis, (4) menciptakan keadilan, dan(5) yang tidak kalah pentingnya yakni kehidupan berbangsa dan bernegara yang

berdasarkan Kepercayaan/keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Perumusan isi dari Pancasila itu sendiri mengalami berbagai macam hambatan. Hambatan tersebut lebih  pada pencetusan ide atau proses perumusannya. Salah satu sila dari kelima sila tersebut yang terus diperbincangkan dan dipersoalkan ialah tentang

2015 14 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

persoalan Sila Ketuhanan. Hal ini tentu saja bukan berarti bahwa keempat sila lainnya tidak ada persoalan dalam perumusannya. Sejak dalam perumusannya, sila pertama dari Pancasila ini telah memunculkan berbagai macam usulan atau ide mengenai dasar dari sila pertama tersebut dan perumusannya. Para tokoh perancang Pancasila dalam merumuskan sila Ketuhanan melalui perdebatan-perdebatan dan perbedaan pandangan. Terutama, bagaimana merumuskan sila pertama tersebut dan dasar kepercayaan (agama) apa yang akan dijadikan dasar dari perumusan sila tersebut. Karena perumusan sila pertama tersebut akan membawa dampak pada hubungan antar umat beragama di Indonesia, dimana bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang pastinya memiliki kepercayaan / keyakinan (agama) yang berbeda-beda pula.

Akan tetapi, polemik terhadap sila pertama, yakni “sila Ketuhanan Yang Maha Esa” tidak hanya terhenti pada saat awal perumusannya.Kenyataannya, di dalam kehidupan masyarakat, hingga saat ini, sila pertama ini belum dapat dipahami secara menyeluruh oleh rakyat Indonesia.Dampaknya adalah hubungan antar umat beragama, yang dimaksud disini adalah upaya untuk menciptakan toleransi dalam rangka menciptakan kerukunan antar umat beragama mengalami berbagai macam hambatan.Bahkan sangat rentan untuk terjadinya konflik. Tentu saja akan membawa dampak atau pengaruh yang besar terhadap bangsa Indonesia. Hanya karena soal perbedaan keyakinan (agama), dapat menimbulkan perpecahan dan bahkan menimbulkan perbedaan ideologi, meski Pancasila adalah Ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia.Tentu saja karena Pancasila sebagai Ideologi, falsafah, dasar negara, serta sebagai pandangan hidup, tidak dapat dipahami dan dihayati secara menyeluruh oleh bangsa ini.Lalu, bagaimana sebenarnya sila Ketuhanan dalam Pancasila? Dan bagaimana internalisasi pancasila dalam kaitannya dengan interaksi antar umat beragama yang ingin diwujudkan dalam Pancasila?.

1.2 Hubungan Antar Umat Beragama Menurut Pancasila. 

Pancasila sebagai falsafah negara, sebagai ideologi negara, sebagai landasan dasar dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, berarti Pancasila merupakan sumber nilai bagi segala penyelenggaraan negara baik yang bersifat kejasmanian maupun kerohanian. Hai ini berarti bahwa dalam segala aspek penyelenggaraan atau kehidupan bernegara, baik yang materiil maupun yang spiritual harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh.

Dalam kaitannya dengan sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.Karena, sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan.Maksudnya adalah bahwa masyarakat Indonesia merupakan manusia yang mempunyai iman dan kepercayaan terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang menjadi dasar dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada mertabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama itu bukan pemberian negara dan bukan pemberian golongan.Oleh kerenanya, agama tidak dapat dipaksakan atau dalam menganut suatu agama tertentu itu tidak dapat dipaksakan kepada dan oleh seseorang.Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan atas

2015 15 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

keyakinan, karena menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang dipercayai dan diyakininya.

Maka yang ingin diwujudkan dan dikembangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila adalah adanya sikap pemeluk saling menghormati, menghargai, toleransi, serta terjalinnya kerjasama antara pemeluk- agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat tercipta dan selalu terbinanya kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Untuk mewujudkannya, perlu adanya pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap Pancasila dan sila-sila yang terkandung di dalamnya.

Pernyataan negara menjamin kebebasan setiap warga Indonesia untuk memilih dan memeluk salah satu agama yang diyakininya, mengandung pengertian bahwa negara sebagai aparatur dan penyelenggara kehidupan bernegara melalui Pancasila hanya bertindak sebagai pengontrol, pengawas, sebagai penengah, atau dapat dikatakan bahwa negara hanya bertindak sebagai “Polisi lalu lintas”, sebagai pengatur dan penjaga ketertiban kehidupan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam hal ini, Pancasila mengatur hubungan antar umat beragama agar tercipta kerukunan.Dalam arti bahwa aturan yang ada hanya untuk mengatur ketertiban dan keamanan hubungan antar umat beragama dalam kaitannya dengan kebebasan beragama dan menjalankan ibadah, serta jaminan rasa aman dan perlindungan.Bukan, aturan yang dibuat itu untuk mengatur soal atau masalah keagamaan atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Atau boleh dikatakan adanya campur tangan negara (departemen agama) dalam mengurusi masalah agama.Maka, kedudukan Pancasila disini adalah sebagai jembatan penghubung tanpa mengganggu kedaulatan atau kebebasan masing-masing agama.Pancasila bersifat netral dan tidak memihak, karena Pancasila merupakan suatu landasan dasar yang terbentuk dari keberagaman itu, namun tetap mempunyai satu arah tujuan dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

1.3 Persoalan Penerapan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Berkaitan dengan hubungan antar umat beragama menurut Pancasila, dalam rangka menciptakan kerukunan antar umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat, dalam kenyataannya apa yang dicita-citakan itu tidak selalu berjalan mulus seperti yang dicita-citakan. Ternyata masih banyak terdapat hambatan-hambatan yang muncul baik dari campur tangan pemerintah maupun dari golongan penganut agama dan kepercayaan itu sendiri.

Hal ini disebabkan bisa saja karena penghayatan terhadap Pancasila, khususnya sila Ketuhanan, tidak dapat dipahami dan dihayati secara mendalam dan menyeluruh.Akibatnya muncul ideologi-ideologi atau paham-paham yang berbasiskan ajaran agama tertentu.Sehingga seakan-akan bahwa sila pertamadari Pancasila itu hanya dimiliki oleh salah satu agama tertentu saja. Dengan kata lain bahwa toleransi dan sikap menghargai agama atau umat kepercayaan lain ternyata belum sepenuhnya dapat disadari dan diwujudkan. Tentu saja karena adanya golongan-golaongan tertentu yang memiliki paham bahwa hanya kepercayaannya atau hanya ajaran agamanya sajalah yang paling baik dan benar. Pandangan atau paham yang sempit mengenai pamahaman terhadap agama dan

2015 16 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

kepercayaan yang seperti ini dapat menimbulkan atau mengundang konflik serta gejolak dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

1.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Penghambat dan Pendukung.

Upaya mewujudkan kerukunan hidup beragama tidak terlepas dari faktor penghambat dan penunjang. Faktor penghambat kerukunan hidup beragama selain warisan politik penjajah juga fanatisme dangkal, sikap kurang bersahabat, cara-cara agresif dalam dakwah agama yang ditujukan kepada orang yang telah beragama, pendirian tempat ibadah tanpa mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan pengaburan nilai-nilai ajaran agama antara suatu agama dengan agama lain; juga karena munculnya berbagai sekte dan faham keagamaan kurangnya memahami ajaran agama dan peraturan Pemerintah dalam hal kehidupan beragama.

Faktor-faktor pendukung dalam upaya kerukunan hidup beragama antara lain adanya sifat bangsa Indonesia yang religius, adanya nilai-nilai luhur budaya yang telah berakar dalam masyarakat seperti gotong royong, saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, kerjasama di kalangan intern umat beragama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan Pemerintah.

Pada zaman kemerdekaan dan pembangunan sekarang ini, faktor-faktor pendukung adalah adanya konsensus-konsensus nasional yang sangat berfungsi dalam pembinaan kerukunanhidup beragama, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di bidang atau yang berkaitan dengan kerukunan hidup beragama

Konflik antar kelompok agama terkadang juga dapat dipicu kerena kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah (departemen agama).Seharusnya, departemen agama adalah lembaga yang bersifat netral, yang membawahi seluruh unsur-unsur agama yang ada atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan memegang teguh nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila.Jangan malah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan ataupun menguntungkan agama-agama tertentu, yang dapat menimbulkan konflik atau ketegangan antar uamat beragama yang tentu saja berbeda agama dan kepercayaannya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa aparatur Negara baik itu pemerintah ataupun lembaga-lembaga khusus yang menangani bidang-bidang kehidupan, terutama sekali disini adalah departemen agama merupakan lembaga yang hanya bertindak sebagai polisi lalu-lintas, yang tugasnya adalah sebagai pengawas dan pengontrol sekaligus penjamin keamanan kepada seluruh umat beragama untuk menjalankan kepercayaan dan keyakinannya. Berarti bahwa departemen agama tidak boleh mengurusi ataupun ikut campur tangan terhadap kedaulatan suatu agama.Namun, hanya bertindak sebagai pengontrol dan penjamin.Aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pun hanya sebatas untuk menjaga ketertiban dan keamanan antar umat beragama, demi tercapainya kerukunan dan kerjasama antar umat beragama.

2015 17 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 18: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

Kenyataannya, lembaga keagamaan di Indonesia seringkali masih menguntungkan agama-agama tertentu, Melalui undang-undang ataupun kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Misalnya saja masalah kawin beda agama. Dalam prakteknya bahwa undang-undang yang mengatur perkawinan beda agama ternyata lebih menguntungkan agama tertentu. Meski persoalan yang muncul dipermukaan tidak begitu kentara, namun sebenarnya persoalan ini dapat memunculkan anggapan ataupun pertanyaan bahwa sebenarnya Negara kita ini Negara yang mengakui keberadaan berbagai macam agama dan kepercayaan, atau hanya mengakui salah satu agama atau kepercayaan saja? Setidaknya persoalan ini menimbulkan suatu konflik batin/ konflik pemahaman bagi yang merasakan dampaknya.

Contoh lain adalah kasus Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (SKB 2 Menteri), terutama mengenai perijinan pembangunan rumah ibadah. Dimana disebutkan bahwa syarat untuk mendirikan rumah/ tempat ibadah sedikitnya atau batas minimalnya jika ada 100 orang dalam satu wilayah yang beragama sama. SKB dua menteri tersebut sangat tidak relevan dan cenderung diskriminatif terhadap agama tertentu, bahkan berpotensi memecah belah kerukunan antar umat beragama melalui isu-isu agama, dan membatasi ruang gerak umat beragama untuk melaksanakan ibadahnya.SKB 2 Menteri tersebut dapat dikatakan telah melanggar hak asasi manusia dalam hal menjalankan ibadah, dan tidak sesuai dengan Pancasila. Surat keputusan tersebut juga menimbulkan dampak yang cukup serius, yakni tercatat ada lebih dari 1.000 gereja di Indonesia rusak dan hancur akibat dirusak massa karena keberadaannya tidak sesuai syarat yang tertuang dalam SKB dua menteri tersebut. SKB 2 Menteri itupun ada yang pro dan kontra.Tetapi, juga menimbulkan berbagai macam kecaman, bahkan dapat menimbulkan suatu konflik yang menuju pda perpecahan.Lalu siapa yang mau bertanggung jawab?

Jika kita mencoba menganalisis dari isi kebijakan surat keputusan tersebut, terutama yang menyangkut masalah syarat pendirian tempat ibadah, maka di daerah atau di propinsi-propinsi tertentu banyak uamat-umat beragama yang tidak dapat membangun tempat ibadah untuk menjalankan dan menyebarkan ajaran agamanya. Misalnya saja, di Pulau Bali, berarti di pulau ini hanya Pura-Pura sajalah yang boleh didirikan, karena hampir seluruh penduduk Bali menganut agama Hindu. Begitu pula seperti di Papua (mayoritas Kristen), Madura (Islam), dan tempat-tempat lain yang terdapat mayoritas beragama sama. Bukankah hanya akan menimbulkan konflik antar umat beragama. Bahkan menjurus pada perpecahan.

Dari contoh-contoh kasus diatas menunjukkan bahwa idealis terhadap agama tertentu ternyata masih banyak terdapat di dalam kelompok masyarakat di Indonesia.Apakah hal ini disebabkan karena nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila mulai luntur dan Pancasila mulai kehilangan jati dirinya?Ataukah karena Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa yang belum bahkan tidak dapat dipahami secara bulat dan utuh?Hanya masing-masing dari kita yang mampu menjawabnya. Dengan melihat realita masyarakat disekitar kita, apa dan bagaimana seharusnya kita berbuat.

2015 18 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 19: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Sila ke-1 dalam Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan kaidah masing-masing pemeluknya. Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai sila ke-1 dalam Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah. Tujuan pendidikan Sila ke-1 dalam Pancasila adalah membentuk pribadi tolelir dan juga untuk memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ke-1 sebagai salah satu nilai dalam Pancasila mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur Perundangan-undangan agar dapat selaras dengan tujuan dibuatnya sila ke-1. Sila ke-1 sebagai salah satu nilai dalam Pancasila mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur Perundangan-undangan agar dapat selaras dengan tujuan dibuatnya sila ke-1. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang  Maha Esa) ditempatkan pada urutan yang paling atas karena Bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Agama merupakan prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan agama tersebut. Pencipta itu adalah  Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut dengan causa prima yang mempunyai hubungan dengan ciptakan-Nya. Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Didalam kehidupan masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu membuat kerukunan hidup di antara sesama umat beragama. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di percayai dan di yakininya, maka di kembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan tidak memaksakan suatu agama itu kepada orang lain. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, merupakan sumber nilai bagi segala penyelenggaraan Negara baik yang bersifat kejasmanian (kebendaan) maupun kerohanian (kejiwaan). Hal ini berarti bahwa dalam segala aspek penyelenggaraan baik yang material maupun yang spiritual harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh. Secara objektif, hubungan antara Tuhan, manusia, dan Negara mempunyai hubungan yang langsung dan tidak langsung. Segala sesuatu di alam semesta ini termasuk manusia adalah berasal dari Tuhan. Hal ini berarti bahwa manusia dan Tuhan memiliki hubungan sebab-akibat yang langsung.

2015 19 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id

Page 20: Konsep Dasar Kewarganegaraan · Web viewKemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak etnis, budaya, suku dan agama membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati.2008.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Uny Press

Kansil, Christine S.T.2006.Modul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Malta Pritindo

Latif Yudi.2011.Negara Paripurna(histioritas, rasionalitas dan aktualitas).Jakarta:

Kompas Gramedia

Kaelan .1996.Fisafat Pancasila.Yogyakarta: Paradigma

http://imronmangkang.blogspot.com/2013/10/arti-penting-regulasi-kerukunan-umat_11.html?m=1

http://indoleader.com/index.php/leader/leader-komunitas/16-leader-politik/2535-prof-dr-machasin-ma-kerukunan-umat-beragama-yang-dinamis

http://maulogi.blogspot.com/2012/07/kehidupan-beragama-di-indonesia-dan.html?m=1

Adisusilo. Hand Out Suplemen Pendidikan Dan Filsafat Pancasila, USD.

Darmodiharjo, Darji. 1978. Pedoman Penghayatan Dan Pengalaman Pancasila, Humas Universitas Brawijaya.

Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Yogyakarta: Paradigma. 

Moerdiono, (dkk). 1993. Pancasila Sebagai Ideologi, Jakarta: Perum Percetakan Negara RI

Soepomo, dkk.. Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945,  Jakarta: Pradnya Paramita.

Tri Hanggoro. 1986. Bunga Rampai Pancasila, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen.

2015 20 Kewarganegaraan Modul 1

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Achmad Jamil http://www.mercubuana.ac.id