konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

34
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF BEDAH ORTOPEDI Oleh : Miki Sutrisno 2008-33-029 UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: leanh

Post on 09-Dec-2016

266 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

BEDAH ORTOPEDI

Oleh :

Miki Sutrisno

2008-33-029

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JAKARTA

2010

Page 2: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

1.KONSEP DASAR

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa

kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi

rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan

hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu

dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula

pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum.

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan

pun mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir

telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan

penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan

laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif.

Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan

obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat.

Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti

oleh peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga

komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.

Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga diikuti oleh

perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya :

hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan dignostik dan

persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu

pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk

dilakukan prosedur pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien

di rumah sakit.

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.

Page 3: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman

pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.

Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula

dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing

mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh

perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.

Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim

kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien

dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.

2.GAMBARAN UMUM TAHAP DALAM KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan

diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama

waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik

ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang

diberikan dan pembedahan.

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan

berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas

keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan

pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga

keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi,

bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien d atas meja

operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.

Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery

room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.

Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini.

Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta

mencegah komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan

penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan

yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.

Page 4: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

3.AKTIVITAS KEPERAWATAN DALAM PERAN PERAWAT PERIOPERATIF

PENGKAJIAN :

Rumah/Klinik:

1)Melakukan pengkajian perioperatif awal

2)Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien

3)Melibatkan keluarga dalam wawancara.

4)Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif

5)Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif

Unit Bedah :

1)Melengkapi pengkajian praoperatif

2)Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.

3)Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi.

4)Membuat rencana asuhan keperawatan

Ruang operasi :

1)Mengkaji tingkat kesadaran klien.

2)Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis)

3)Mengidentifikasi pasien

4)Memastikan daerah pembedahan

Perencanaan :

1)Menentukan rencana asuhan

2)Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim Operasi).

Dukungan Psikologis :

1)Memberitahukan pada klien apa yang terjadi

2)Menentukan status psikologis

3)Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti : nyeri.

Page 5: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

4)Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang lain

yang berkaitan.

4.PEMBEDAHAN : INDIKASI DAN KLASIFIKASI

Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya adalah :

1)Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi

2)Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami inflamasi

3)Reparatif : Memperbaiki luka multipel

4)Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik

5)Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh :

pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap

ketidakmampuan menelan makanan.

Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat

diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :

1)Kedaruratan/Emergency

Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi

dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung

kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat

luas.

2)Urgen

Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam.

Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.

3)Diperlukan

Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam bebeapa

minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih.

Gangguan tyroid, katarak.

4)Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan

Page 6: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

pembedahan maka idak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia

sederhana, perbaikan vaginal.

5)Pilihan

Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi

pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh :

bedah kosmetik.

Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :

1)Minor

Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Contoh :

incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi

2)Mayor

Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius. Contoh : Total

abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.

I. PRE OPERATIF

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan

psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

A.  Persiapan Psikologi

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil.

Hal ini dapat disebabkan karena :

1.      Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

2.      Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat

mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan

kepada pasien pra bedah.

1.      Penjelasan tentang peristiwa

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

Page 7: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

-           Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). 

-           Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

-           Alat-alat khusus yang diperlukan

-           Pengiriman ke ruang bedah.

-           Ruang pemulihan.

-           Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

Perlu kebebasan saluran nafas.

Antisipasi pengobatan.

1. Bernafas dalam dan latihan batuk

2. Latihan kaki

3. Mobilitas

4. Membantu kenyamanan

 

B.  Persiapan Fisiologi

1.   Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi

pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.

Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan

diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum

pembedahan antara lain :

-          Aspirasi pada saat pembedahan

-          Mengotori meja operasi.

-          Mengganggu jalannya operasi.

2.     Persiapan Perut.

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran

pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran

pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang

operasi.

Page 8: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

-          Mencegah cidera kolon

-          Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.

-          Mencegah konstipasi.

-          Mencegah infeksi.

3.     Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada

waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan

kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang

dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

4.     Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5.     Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari

keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua,  orang tua dan kelurga terdekat.

Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan

operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan

berbagai usaha untuk mendapat kontak  dengan anggota keluarga pada sisa waktu

yang masih mungkin.

C.    Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan

perawat OK)

1.    Mencegah Cidera

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal

tersebut di bawah ini :

a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.

c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.

Page 9: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

d. Lepas perhiasan

e. Bersihkan cat kuku.

f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.

g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.

h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan

pendengaran.

i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap

tromboplebitis.

j. Kandung kencing harus sudah kosong.

k. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

-          Catatan tentang persiapan kulit.

-          Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

-          Pemberian premedikasi.

-          Pengobatan rutin.

-          Data antropometri (BB, TB)

-          Informed Consent

-          Pemeriksan laboratorium.

 

2.    Pemberian Obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar

induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam

menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

 

Page 10: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

 Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

A.    Data Subyektif

Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.

a. Pengertian tentang bedah yang duanjurkan

1.     Tempat

2.     Bentuk operasi yang harus dilakukan.

3.     Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan

setelah di bedah.

4.     Kegiatan rutin sebelum operasi.

5.     Kegiatan rutin sesudah operasi.lj

6.     Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.

a. Pengalaman bedah terdahulu

1.     Bentuk, sifat, roentgen

2.     Jangka waktu

Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

a. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang

dianjurkan.

b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.

c. Agama dan artinya bagi pasien.

d. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.

e. Keluarga dan sahabat dekat

-          Dapat dijangkau (jarak)

-          Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.

a. Perubahan pola tidur

b. Peningkatan seringnya berkemih.

 

Status Fisiologi

Page 11: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

a. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong

komplikasi-komplikasi pascabedah.

b. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.

c. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.

d. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.

e. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi

yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).

f. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.

g. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai

terbebas dari nyeri setelah operasi.

B. Data  Obyektif

1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan

(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.

2. Tingkat interaksi dengan orang lain.

3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk

(cemas).

4. Tinggi dan berat badan.

5. Gejala vital.

6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas

dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca

bedah).

10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum

bedah vaskuler atau tubuh.

11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat

duduk, koordinasi waktu berjalan.

Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

Page 12: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

1.Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang

berarti, krisis situasi atau krisis maturasi

2. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit

3. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan

pascaoperatif

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

- Berikan informasi kepada klien tentang tindakan yang akan dilakukan

- Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.

- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi

II. INTRA OPERATIF

 Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.

Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

A.      Anggota steril

1.      Ahli bedah utama / operator

2.      Asisten ahli bedah.

3.      Scrub Nurse / Perawat Instrumen

B.     Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :

1.      Ahli atau pelaksana anaesthesi.

2.      Perawat sirkulasi

3.      Anggota lain(teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

 

Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

Page 13: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

A.      Persiapan Psikologis Pasien

B.      Pengaturan Posisi

- Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan

keadaan psikologis pasien.

- Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien

adalah :

1.     Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

2.     Umur dan ukuran tubuh pasien.

3.     Tipe anaesthesia yang digunakan.

4.     Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan

(arthritis).

- Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

1.     Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2.     Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah

dan  kakinya ditutup dengan duk.

3.     Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik

yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi

untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

4.     Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk

meyakinkan terjadinya pertukaran udara.

5.     Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan

dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan

faktor predisposisi terjadinya thrombus.

6.     Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena

hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya

kerusakan otot.

7.     Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

8.     Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di

lengan.

9.     Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah

secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

Page 14: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Pengkajian

1. Sebelum dilakukan operasi

a.     Pengkajian psikososial

-          Perasaan takut / cemas

-          Keadaan emosi pasien

b.     Pengkajian Fisisk

-          Tanda vital : TN, N, R, Suhu.

-          Sistem integumentum

Pucat

Sianosis

Adakah penyakit kulit di area badan.

-          Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?

Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?

Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

Kebiasaan merokok, minum alcohol

Oedema

Irama dan frekuensi jantung.

Pucat

-          Sistem pernafasan

Apakah pasien bernafas teratur ?

Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.

-          Sistem gastrointestinal

Apakah pasien diare ?

-          Sistem reproduksi

Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?

-          Sistem saraf

Kesadaran ?

-          Validasi persiapan fisik pasien

Apakah pasien puasa ?

Page 15: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Lavement ?

Kapter ?

Perhiasan ?

Make up ?

Scheren / cukur bulu pubis ?

Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ? 

Selama dilaksanakannya operasi

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi

anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi

anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a.     Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka

sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya

dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur

tersebut.

b.     Pengkajian fisik

-       Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat

harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah). 

-       Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera

diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

-       Infus

(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus

segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

Page 16: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

-       Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

 

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan

operasi adalah sebagai berikut :

1.     Cemas

2.     Resiko perlukaan/injury

3.     Resiko penurunan volume cairan tubuh

4.     Resiko infeksi

5.     Kerusakan integritas kulit

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

- Lepas semua perhiasan pasien

- Lepas gigi palsu atau alat-alat yang palsu lainnya

- Jaga kesterilan alat-alat dan tim kesehatan

- Cek balance cairan

Fase Pasca Anaesthesi

Page 17: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati

dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai

pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.

Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca

anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus

diperhatikan meliputi :

A. Mempertahankan ventilasi pulmonari

1.     Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah

kebelakang dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek

pelindung pulih.

2.     Saluran nafas buatan.

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian

anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah

kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan

mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.

3.     Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat

menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan

nafas dalam setelah pasien sadar.

Mempertahankan sirkulasi.

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling

sering terjadi pada pasien post anaesthesi.

Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di

ruang pemulihan.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Page 18: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolit.

Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti

dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus

dimonitor.

Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang

pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah

kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.

Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai

dengan program dokter.

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan

agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah

selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery   Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post

anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan  /

observasi diruang pemulihan :

1.     Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan

pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi

fowler.

2.     Pasang pengaman pada tempat tidur.

3.     Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

4.     Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.

5.     Beri O2  2,3 liter sesuai program.

6.     Observasi adanya muntah.

7.     Catat intake dan out put cairan.

Page 19: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

-       Tekanan sistolik <  90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50

mmHg atau > dari 90 mmHg.

-       HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

-       Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.

-       Meningkatnya kegelisahan  pasien

-       Tidak BAK + 8 jam post operasi.

Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

1.       Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

2.       Tanda-tanda vital harus stabil.

3.       Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4.       Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

5.       Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah

sempurna.

6.       Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat

dan dilaporkan.

7.       Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

8.       Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk

kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada

unit dimana pasien akan dipindahkan.

9.       Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk

menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

 

Page 20: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Pengangkutan Pasien keruangan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :

-             Keadaan penderita serta order dokter.

-             Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

-             Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila

muntah sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada

perubahan sewaktu-waktu terlihat.

III. POST OPERASI

A.  Pengkajin awal

Status Respirasi

Melipuiti :

- Kebersihan jalan nafas

- Kedalaman pernafasaan.

- Kecepatan dan sifat pernafasan.

- Bunyi nafas

Status sirkulatori

Meliputi :

- Nadi

- Tekanan darah

-  Suhu

-  Warna kulit

Status neurologis

Meliputi : tingkat kesadaran

Page 21: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Balutan

Meliputi :

- Keadaan drain

- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

Kenyamanan

Meliputi :

- Terdapat nyeri

- Mual

- Muntah

Keselamatan

Meliputi :

-  Diperlukan penghalang samping tempat tidur.

-  Kabel panggil yang mudah dijangkau.

-  Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

Perawatan

Meliputi :

- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,

sifat dan jumlah drainage.

Nyeri

Meliputi :

- Waktu

- Tempat.

Page 22: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

- Frekuensi

- Kualitas

- Faktor yang memperberat / memperingan

 

A.     Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah

ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-

pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat

memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik,

dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu

ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk

mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan

menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.

Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi

mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah

atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.

B.     Data Objektif

1. Sistem Respiratori

2. Status sirkulatori

3. Tingkat Kesadaran

4. Balutan

5. Posisi tubuh

6. Status Urinari / eksresi.

C.     Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur

pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang

menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi

serta ekspresi wajah.

Page 23: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis,

dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.

2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan

insufisisensi ginjal.

 

Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

A. Diagnosa Umum

a.  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.

b.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

c.  Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

d.  Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-

obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.

 

B. Diagnosa Tambahan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret.

b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang

gerak.

c.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.

d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur

pembedahan.

e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan

elektrolit.

f.  Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksoia, lemah, nyeri, mual.

Page 24: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

- Kaji skala nyeri pasien, hal yang memperberat atau meringankan gejala

nyeri

- Batasi aktivitas pasien

- Anjurkan pasien untuk bedrest

- Batasi pengunjung, keluarga dan tim kesehatan untuk menghindari

terjadinya infeksi nosokomial postoperasi

- Kolaborasi pemberian obat anti analgetik sesuai kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif bedah ortopedi

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner

Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.

Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Oknurse. (2010). Asuhan Keperawatan Perioperatif. Diambil pada 15 Oktober 2010 dari

http://oknurse.wordpress.com/tag/perioperatif/

Shodiq. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif Bedah Ortopedi. Diambil pada 15

Oktober 2010 dari http://abrorshodiq.wordpress.com/2009/04/05/askep-perioperatif-

Bbedah-ortopedi/