konseling untuk anak hiperaktif

16
Konseling Untuk Siswa yang Kurang Perhatian dan Hiperaktif Pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang terarah menuju tercapainya pendidikan nasional. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat pengajaran.” Kata tiap- tiap menunjukkan bahwa semua warga negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus/berkelainan berhak untuk memperoleh pendidikan. Salah satu upaya Pemerintah dalam memantapkan pembangunan di bidang pendidikan adalah disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) berbunyi: “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa, selanjutnya pasal 47 ayat (1) berbunyi: “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.” Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan.” Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang tersebut sudah diterbitkan pula Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 (www.google.com), tentang Pendidikan Luar Biasa pasal 3 ayat (1) “Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental, dan/atau kelainan perilaku.” Peraturan Pemerintah tahun 2002 tentang Pendidikan Luar Biasa yang merupakan penyempurnaan terhadap PP PLB, pada salah satu pasalnya

Upload: nana-deen

Post on 18-Dec-2014

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

Konseling Untuk Siswa yang Kurang Perhatian dan Hiperaktif

Pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik

yang terarah menuju tercapainya pendidikan nasional. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1)

berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat pengajaran.” Kata tiap-tiap menunjukkan

bahwa semua warga negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau anak berkebutuhan

khusus/berkelainan berhak untuk memperoleh pendidikan. Salah satu upaya Pemerintah dalam

memantapkan pembangunan di bidang pendidikan adalah disahkannya Undang-Undang No. 20

Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) berbunyi: “Warga Negara yang

memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa, selanjutnya

pasal 47 ayat (1) berbunyi: “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya

dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.” Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Ciri khas satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan.”

Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang tersebut sudah diterbitkan pula Peraturan Pemerintah

No. 72 Tahun 1991 (www.google.com), tentang Pendidikan Luar Biasa pasal 3 ayat (1) “Jenis

kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental, dan/atau kelainan perilaku.”

Peraturan Pemerintah tahun 2002 tentang Pendidikan Luar Biasa yang merupakan

penyempurnaan terhadap PP PLB, pada salah satu pasalnya berbunyi bahwa anak yang

memerlukan perhatian khusus, sehingga perlu pelayanan pendidikan khusus, antara lain adalah

hiperaktif.

Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau

Attention Deficit Disorder (ADD) bisa digolongkan menjadi beberapa tipe, Dwijo ( 2007: 23 )

menggolongkan ADHD menjadi beberapa tipe : (1) anak memiliki konsentrasi buruk dan

hiperaktif, maka gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi (2) anak memiliki kesulitan

berkonsentrasi, maka disebut ADHD tipe sulit konsentrasi (3) anak menunjukkan perilaku

hiperaktif dan impulsive tergolong sebagai penderita ADHD tipe hiperaktif-impulsif.

Penyebab pasti hiperaktifitas pada anak tidak dapat disebutkan dengan jelas, dikatakan pada

beberapa referensi bahwa penyebab terjadinya hiperaktifitas bersifat multi faktorial dimulai dari

Page 2: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat

kecerdasan (IQ), terjadinya disfungsi metabolisme, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik,

sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang berpengaruh di

sekitarnya.

Sering kali perilaku hiperaktif ini menjadikan siswa sulit belajar. Bahkan tidak ada motivasi

untuk belajar yang pada akhirnya berdampak sangat besar pada prestasi belajarnya. Siswa sering

berbuat semaunya sendiri dan cenderung melakukan sesuatu hal yang dianggap menantang

baginya. Oleh karena itu perlu penanganan khusus pada siswa hiperaktif untuk meningkatkan

motivasi belajarnya supaya prestasi belajar yang diraih oleh siswa bisa optimal.

Zaviera (2007 : 15)  menyebutkan cirri-ciri anak hiperaktif yaitu :

1. Tidak focus

2. Menentang

3. Destruktif

4. Tidak kenal lelah

5. Tanpa tujuan

6. Tidak sabar dan usil.

Zaviera (2007 : 27) juga menyebutkan Kriteria anak yang tergolong dalam ADHD tipe

hiperaktif-impulsif : sering menggerakkan-gerakkan tangan dan kaki ketika duduk, sering

meninggalkan tempat dudukya padahal seharusnya duduk manis dengan tenang, sering berlari-

lari atau memanjat secara berlebihan dalam keadaan yang tidak selayaknya, sering tidak mampu

mengikuti kegiatan dengan tenang, sering bergerak, sering terlalu banyak bicara, sering terlalu

cepat memberikan jawaban ketika ditanya padahal pertanyaan belum selesai, sering sulit

menunggu giliran, dan sering memotong atau menyela pembicaraan.

Pengertian Hiperaktif

1. Depdikbud (1995:353) hiperaktif berarti sifat yang sangat aktif. Hiperaktif berasal dari

kata hiper dan aktif.

Page 3: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

2. Surya (2003: 146) menjelaskan hiperaktif adalah : Suatu  perilaku siswa yang berlebihan

melampaui batas kewajaran

3. Hasil semiloka (1998:15) anak yang memiliki pola perilaku yang berhubungan dengan

kekurangan dalam mempertahankan perhatian, mengontrol dorongan, dan mengatur

aktivitas gerak dalam merespon atau menanggapi tuntutan-tuntutan situasional

Kesimpulan :

tindakan atau perilaku seseorang yang sangat berlebihan dan melampaui batas kewajaran karena

adanya kekurangan dalam keberhasilan mepertahankan perhatian, mengontrol dorongan dan

mengatur aktivitas gerak dalam merespon atau menanggapi sekitarnya dengan harapan dapat

menarik perhatian orang lain di sekitarnya

Ciri-Ciri Hiperaktif

Surya (2003: 150) menyebutkan ciri-ciri anak hiperaktif sbb.

a. Tidak mampu memberikan perhatian pada hal-hal kecil.

b. Sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi pada  waktu

mengerjakan tugas sekolah.

c. Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus menerus pada waktu menyelesaikan

tugas.

d. Sering tampak tidak mendengarkan.

e. Sering tidak mengikuti perintah dan gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah atau tugas

lailnya.

f. Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan perhatian terus menerus.

g. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan.

h. Sering lupa dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.

Baihaqi (2008:14) menyebutkan ciri-ciri hiperaktif  yaitu : kurang perhatian, impulsivitas,

prestasi yang kurang, kesulitan emosional yang mempengaruhi konsentrasi dan usaha belajar,

kekurangan motivasi sehingga menyebabkan kurang perhatian di dalam kelas dan menimbulkan

prestasi yang kurang.

Page 4: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

Hasil semiloka (1998:15-16) menyebutkan gejala utama/ciri-ciri  hiperaktifitas yaitu : a.

Innatention yaitu anak mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian, b. Impulsivitas yaitu

ada kecenderungan untuk mereson tanpa memikirkan terlebih dahulu, c. Hiperaktif  yaitu

kecenderungan untuk melakukan aktivitas secera berlebihan.

Berdasarkan  uraian  di atas, hiperaktif ditunjukan oleh gejala-gejala kurang  dapat 

berkonsentrasi lebih lama yang ditunjukkan dengan tidak  mampu  memberikan perhatian pada

hal-hal yang kecil, sering bergerak kesana kemari tanpa tujuan yang jelas, mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan tugas dan sering bertindak destruktif. Selain itu juga siswa kurang

memiliki motivasi dalam belajar sehingga kurang adanya perhatian dalam kelas yang

menimbulkan prestasi belajarnya kurang.

Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun.

Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.

Faktor-faktor penyebab hiperaktif

Ideguru dalam (www.ideguru.blogspot.com :2010) menyebutkan faktor penyebab perilaku

hiperaktif :

1. Gangguan neurologis karena disfungsi kecil otak. (Gejala hiperaktif juga sering

menyertai gangguan autisme dan epilepsi).

2. Faktor keturunan.

3. Temperamen atau sifat bawaan.

4. Pengaruh lingkungan yang memberikan stimulus kurang tepat. Lingkungan yang

memberikan stimulus berlebihan kepada anak bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif,

misalnya lingkungan yang bising, suasana rumah yang sering diwarnai oleh pertengkaran

antara kedua orangtua, atau keadaan rumah yang berantakan. Orangtua yang suka

berpindah aktivitas tanpa menyelesaikan aktivitas satu per satu juga bisa memberikan

model buruk kepada anak, sehingga anak kemudian menirunya. Untuk memastikan faktor

penyebab hiperaktif, orangtua bisa meminta bantuan dokter yaitu melalui tes medis, dan

psikolog.

Page 5: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

Menurut Walgito (1989: 67) faktor-faktor yang menyebabkan siswa hiperaktif ada tiga yaitu :

a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang sering menyebabkan masalah

perilaku hiperaktif siswa, antara lain :

1) Keadaan Status Ekonomi Keluarga

Dalam lingkungan keluarga kaya semua kebutuhan anak dapat tercukupi sehingga

anak tersebut memiliki perilaku manja. Perilaku manja inilah yang sering

menjadikan siswa berperilaku hiperaktif.

2) Perhatian Orang Tua

Kurangnya perhatian orang tua cenderung menimbulkan berbagai masalah

termasuk perilaku hiperaktif. Makin besar anak sebenarnya perhatian makin

diperlukan, hanya variasinya makin banyak, caranya yang berbeda. Perilaku

hiperakif anak salah satu penyebabnya adalah kurang perhatian orang tua.

3) Harapan Orang Tua

Harapan orang tua sering menimbulkan masalah pada anak, orang tua yang

mempunyai harapan yang terlalu tinggi terhadap anak, bila tidak sesuai dengan

kemampuannya justru menimbulkan masalah yang cukup serius bagi anak. Hal ini

terjadi tuntunan yang lebih dari orang tua, sementara itu anak tidak mampu

memenuhinya, akhirnya anak melampiaskannya pada diri anak dan membawa

akibat anak melampiaskannya dengan perilaku hiperaktif.

4) Hubungan Keluarga yang Tidak Harmonis

Hubungan keluarga yang tidak harmonis disebabkan oleh perceraian orang tua,

hubungan antar anggota keluarga yang saling tiak peduli, dan sebagainya.

Page 6: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

Keadaan ini dapat berakibat anak untuk mencari sensasi dengan perilaku

hiperaktif.

b. Lingkungan Sekolah

1) Kondisi Kurikulum

Keadaan kurikulum yang sering berubah akan menyebabkan timbulnya maslah serius

bagi siswa. Perubahan kurikulum berakibat kesiapan siswa sebagai subjek belajar

berkurang. Sedangkan isi kurikulum belum sesuai dengan perkembangan siswa.

2) Hubungan Guru dengan siswa

Jauhnya perbedaan guru dengan siswa dari sisi usia sering menjadi masalah tersendiri

bagi siswa. Hubungan yang kurang akrab sering menimbulkan siswa berperilaku

hiperaktif. Demikian pula hubungan yang terlalu akrab antara guru dan siswa

mengakibatkan siswa beranggapan bahwa gurunya adalah temannya sendiri sehingga

berperilaku hiperaktif.

3) Hubungan Antar Siswa

Keadaan hubungan latar belakang yang berbeda sering menjadi penyebab hubungan

antar siswa yang kurang harmoni. Siswa cenderung membuat kelompok bermain

yang satu dengan yang lain saling berkompetisi  dan berusaha untuk saling mencari

perhatian agar kelompoknya diperhatikan oleh orang lain. Sehingga mereka

tampakkan dalam perilaku hiperaktif.

4) Iklim Sekolah

Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah tersendiri bagi siswa.

Adanya persaingan yang tidak sehat antar siswa dapat menyebabkan siswa

berperilaku hiperaktif agar dirinya mendapatkan perhatian dari teaman-temannya.

Page 7: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

c. Lingkungan masyarakat

Selain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dapat, menyebabkan perilaku

hiperaktif siswa. Siswa yang bergaul di lingkungan yang pemudanya kurang baik seperti

menggoda cewek yang lewat di jalan, mabuk-mabukan dapat berimbas pada diri siswa

ketika disekolah.

Pada dasarnya hiperatif (ADHD) tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan X-ray atau

laboratorium. ADHD hanya dapat dilihat dari perilaku yang muncul pada anak ADHD.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan faktor yang menyebabkan perilaku

hiperaktif siswa adalah factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi

oleh kondisi siswa dari dalam pribadi masing-masing individu sedangkan faktor eksternal

berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat.

Problem-problem yang dialami anak hiperaktif

1. Problem di sekolah

a. Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.

b. Konsentrasi yang mudah terganggu -> tidak dapat menyerap materi pelajaran

secara  keseluruhan.

c. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila

mengerjakan tugas-tugas sekolah.

d. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang

diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak 

memperhatikan pelajaran.

e. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan  membaca,

menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif

memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa

2. Problem di rumah

a. Lebih mudah cemas dan kecil hati,

b. Mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang 

disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. (rendahnya

Page 8: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang

emosional.)

c. Cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera

dipenuhi.

3. Problem berbicara

a. Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun

sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi.

b. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang

timbal balik.

c. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon

lawan bicara secara tepat.

4. Problem fisik

a. Tingkat kesehatan fisik tidak sebaik anak lain.

b. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan, sulit tidur dan

sering terbangun pada malam hari, aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk

mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya

Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan

membimbing anak-anak hiperaktif :

1. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas

2. Kenali kelebihan dan bakat anak

3. Membantu anak dalam bersosialisasi

4. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif

(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang

konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak

5. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan

energinya

6. Menerima keterbatasan anak

7. Membangkitkan rasa percaya diri anak

8. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya

Page 9: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

9. Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan

bimbingan orang tua. dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu

saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah

diberikan orangktua sebelumnya.

Gangguan siswa hiperaktif

Zaviera (2007: 13) menyebutkan kondisi yang menyertai ADHD (hiperaktifitas) adalah :

Gangguan tingkah laku, gangguan sikap menentang, depresi, gangguan cemas, kesulitan belajar,

gangguan pemusatan perhatian, gangguan pengendalian motorik, gangguan persepsi dan autisme.

Zaviera (2007:12) menyebutkan gangguan lain yang muncul dan menyertai hiperaktifitas adalah.

a. Kemampuan akademik tidak optimal

Siswa ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) seringkali menyebabkan siswa

kurang memiliki motivasi sehingga kurang perhatian, konsentrasi dan usaha belajar yang

menyebabkan prestasi dan kemampuan akademik yang diperoleh tidak optimal.

b. Kecerobohan dalam hubungan social

Siswa ADHD sering kali berbuat semaunya sendiri. Dalam berteman pun terkadang

sering semaunya sendiri.

c. Ceroboh

Siswa ADHD seringkali ceroboh dalam melakukan sesuatu. Sering tidak menempatkan

sesuatu tidak pada tempatnya.

d. Sikap melanggar tata tertib secara impulsive

Siswa ADHD sering melakukan sesuatu yang dianggapnya menarik dan menantang bag

dirinya yang pada akhirnya menyebabkan siswa sering terlihat melanggar peraturan.

Page 10: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

Cara Menangani Siswa Hiperaktif

Menurut Sugiarmin dalam (Baihaqi, 2008 : 68) dalam menerapkan teknik/cara untuk menangani

siswa hiperaktif adalah pilihlah yang paling tepat lalu latihlah secara berulang-ulang. Jika teknik

tertentu tidak memberikan hasil, ganti atau tambahlah dengan teknik yang lain.

Sugiarmin dalam Baihaqi (2008 : 68-71) juga menyebutkan teknik yang digunakan yaitu :

a. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki

Pertama carilah alasan mengapa siswa melakukan hal-hal tersebut, setelah itu tingkah

laku yang tidak dikehendaki tadi diubah ke hal-hal yang lebih positif.

b. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki.

Mengambangkan tingkah laku yang dikehendaki dilakukan dengan cara memberikan

ulangan penguatan (reinforcement).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa ADHD secara umum memiliki

hambatan belajar yang sama. Mereka sulit untuk fokus terhadap suatu pelajaran atau pekerjaan

juga memiliki motivasi yang tidak stabil untuk belajar. Keadaan tersebut mengakibatkan

munculnya gangguan tingkah laku belajar. Teknik/cara yang bisa dilakukan untuk menanganinya

adalah dengan membantu mengurangi atau menghilangkan tingkah laku yang tidak dikehendaki

dan mengambangkan tingkah laku yang diharapkan.

Tujuan Penanganan Siswa hiperaktif

Utami dalam (www.yulirizkiutami.blogspot.com: 2010)menyebutkan tujuan utama penanganan

terhadap siswa hiperaktif adalah membantu mereka untuk mengontrol sikap hiperaktif pada diri

siswa.

Menurut Baihaqi (2008 : 68) penanganan terhadap siswa hiperaktif bergantung pada jenis

masalah yang dihadapi, misalnya : penanganan terhadap gangguan kepribadian, penanganan

terhadap gangguan emosi dan pertahanan diri, serta penanganan terhadap kesulitan belajar.

Page 11: Konseling Untuk Anak Hiperaktif

Baihaqi (2008:68)  menyebutkan tujuan umum penanganan siswa hiperaktif adalah

mengeliminasi atau mengurangi kesulitan belajar dengan mempedulikan faktor-faktor yang

mengakibatkan kesulitan belajar siswa ADHD.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa hiperaktif bukan karena

kesengajaan, melainkan karena ketidakmampuan fisik diri. Siswa hiperaktif jika dibiarkan dalam

jangka panjang dan tanpa penanganan khusus, maka gangguan tersebut dapat menjadi faktor

penghambat bagi terbentuknya kepribadian yang matang pada usia dewasa. Selain itu juga dapat

mengalami kesulitan untuk melakukan proses belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena siswa

cenderung bersikap  tidak sewajarnya dan semaunya sendiri sehingga tidak ada motivasi untuk

belajar dan akan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi belajarnya.

Akhirnya, prestasi belajar siswa pun dapat menjadi sangat rendah.

Oleh: AKHMAD RIFA’I; INDAH LESTARi; dan SIGIT WAHYONO. PROGRAM

PASCASARJANA PRODI BIMBINGAN DAN KONSELIN UNIVERSITAS NEGERI

SEMARANG. 2010.

Rifa’i, Akhmad. 2010. Konseling untuk Siswa yang Kurang Perhatian dan Hiperaktif, (Online),

(http://himcyoo.wordpress.com/2011/12/01/konseling-untuk-siswa-yang-kurang-perhatian-

dan-hiperaktif/), diakses 15 April 2013.