konglomerat bancuh fm., menanga, lampung_ benturan kapur tengah terrane woyla vs.pdf
DESCRIPTION
Ilmu AlamTRANSCRIPT
RSS Feed
Geotrek Indonesia
“Memandang alam dengan pengertian, jauh lebih berarti dan menyukakan hati daripada hanyamenyaksikan keelokannya.” (Albert Heim, 1878)
Konglomerat Bancuh FM., Menanga, Lampung:Benturan Kapur Tengah Terrane Woyla Vs.Mergui (?)
Oleh: Awang Harun Satyana
Bersama empat belas geologists dan geophysicists serta sekitar 25 mahasiswa teknik geofisikaUniversitas Lampung (Unila) yang bermotor berboncengan, seusai sholat Jumat minggu lalu, sayamengunjungi beberapa singkapan atau bongkah batuan yang terdapat atau terdampar di pantaiLampung.
Ini adalah kunjungan singkat dadakan. Tetapi meskipun dadakan, kunjungan ini cukupmembuktikan kepada kami bahwa Sumatra adalah pulau yang dibentuk oleh benturan kemudiandisobek sesar.
Pantai Lampung bergerigi menjadi teluk-teluk dan ujung-ujung oleh Sesar Sumatra, dua telukterbesarnya adalah Teluk Semangka/Semangko dan Teluk Lampung. Sesar besar sepanjang 1700
km di sisi barat Pulau Sumatra bersama sesar-sesar ikutannya telah menjadikan pantai Lampungberbentuk seperti itu. Sesar ini juga kerap disebut Sesar Semangko, berasal dari nama teluk disebelah selatan-baratdaya Kotaagung, Lampung.
Kami mengunjungi sebuah bongkah sangat besar yang terdampar di area pantai Klara, TelukRatai, dekat pangkalan Angkatan Laut. Bongkah ini merupakan runtuhan dari bukit di dekatnyayang tertutup vegetasi rapat. Peta-peta geologi wilayah ini (Amin et al, 1994 dan Andi Mangga etal, 1994) menyebutkan di sekitar pantai ini ada singkapan Formasi Menanga yang berumur KapurTengah dengan variasi batuan: batulempung, batupasir, serpih yang gampingan dan tufan, rijangyang mengandung radiolaria, nodul manggan, batugamping koral, dan basal porfiritik.
Publikasi dari Barber dan Crow (2005) tentang Sumatra menyebutkan bahwa singkapan pra-Tersier di area ini mewakili Woyla Group, yang meliputi singkapan-singkapan di PegununganGumai, Garba, Gunungkasih, dan Formasi Menanga di area Lampung.
Pulunggono dan Cameron (1984) adalah yang pertama menyebutkan bahwa batuan dasar/basement Sumatra disusun oleh berbagai kelompok batuan (terrane) yang semula terpisah namunkemudian bersatu melalui perbenturan (collision). Terranes terkenal yang dikemukakannya
Posted on September 4, 2013 by Ridwan Hutagalung
mengalasi Sumatra adalah: Malacca, Mergui, Woyla, Sikuleh, Natal. Penelitian-penelitian lebihlanjut misalnya yang dihimpun oleh oleh Barber dan Crow (2005) menyebutkan bahwa Woylamerupakan busur kepulauan volkanik samudera yang tumbuh di Samudera Hindia lalu bergerakke timur dan membentur Sumatra yang saat itu tengah dilandasi oleh terrane Mergui. Benturanantara terranes Woyla dan Mergui ini yang kemudian dikoyak kembali pada saat Eosen oleh SesarSumatra.
Bongkah konglomerat yang kami lihat di pantai tersebut agaknya bancuh, kacau, erratic.Fragmen-fragmennya sangat aneka jenis: kuarsit, kerikil-kerakal kuarsa, rijang radiolaria,batugamping merah, grauwacke, sekis mika, diorit, basal, filit, dan beberapa fragmen lainnya,dengan pemilahan fragmen sangat buruk dari ukuran butir sampai bongkah yang lain, tertanamdalam massa dasar gampingan dan tufan, dengan kemas terbuka.
Saya menduga bahwa deposit konglomerat bancuh ini adalah semacam olistostrom yang mungkindiendapkan di cekungan muka busur (forearc basin) pada Kapur Tengah (Zwierzijcki, 1932
menemukan fosil Orbitolina di matriks batuan Formasi Menanga di Sungai Menanga, tak jauhdari pantai ini). Melihat fragmen-fragmennya, ada yang sebagian berasal dari punggungan tengahlautan atau laut dalam (rijang dan batugamping merah), basal dan dioritnya bisa mengartikanbekas gunungapi di punggungan samudera; ada yang berasal dari benua (kuarsit, sekis mika, filit,kerikil-kerakal kuarsa), atau tepi benua (grauwacke). Kelihatannya yang asal lautan itu adalahsebagian komponen terrane Woyla, sedangkan yang asal benua itu adalah asal terrane Mergui.Mereka berbenturan sebelum Kapur Tengah, lalu membentuk tinggian-tinggian yang kemudianmenjadi sumber sedimen yang diendapkan di wilayah cekungan busur muka yang ada pada saatitu.
Di tepi pantai itu, kebetulan banyak mahasiswa ikut, saya menerangkan bagaimana para geologistmengenal batuan, mendeskripsikannya, dan menafsirkannya dalam konteks geologi regionalseperti saya tulis di atas. Singkapan atau bongkah batuan tak pernah tak punya arti dalam geologiregional.
(http://geotrekindonesia.files.wordpress.com/2013/09/konglomerat-1.jpg)
(http://geotrekindonesia.files.wordpress.com/2013/09/konglomerat-2.jpg)
(http://geotrekindonesia.files.wordpress.com/2013/09/konglomerat-3.jpg)
Occasionally, some of your visitors may see an advertisement here.
Tell me more (http://en.wordpress.com/about-these-ads/) | Dismiss this message
Leave a comment
Posted in Geo-Histori, Geologi, Ilmu Alam, Indonesia. Bookmark the permalink.
About Ridwan Hutagalung
� About these ads (http://wordpress.com/about-these-ads/)
Selamat menikmati tulisan-tulisan seputar geo-histori Indonesia. Semoga dapat membukawawasan dan menumbuhkan kecintaan yang mendalam pada alam Indonesia: "Memandang alamdengan pengertian jauh lebih bermakna dan menyukakan hati daripada menikmati keelokannyasaja." Albert Heim 1849-1937.
View all posts by Ridwan Hutagalung »
Blog at WordPress.com. The Liquorice Theme.