kondisi vulkanisme miocene

10
Kondisi Vulkanisme Miocene Pulau Sulawesi Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di bagian barat sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman Kristalisasi Eosen dan juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene. Khus pada zaman Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga pliocene terjadi prores ekstruksi dan intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang pendek dari Miocene tengah hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma) sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada umumnya terasosian dengan tubrukan antar benua-benua, pada benua kecil terbagi dari lempeng Australian-New Guinea yang disubduksikan bagian bawah barat-Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh tubrukan antara dua benua (Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di pulau Sulawesi ini juga terdapat benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang pergerakan sistem patahan Sorong-Yapen pada lempeng laut Philipine, yang kemudian berlanjut mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite Complex.

Upload: sofyan-ramadhan

Post on 29-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi Vulkanisme Miocene

Kondisi Vulkanisme Miocene

Pulau Sulawesi

Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di

bagian barat sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman

Kristalisasi Eosen dan juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi

Miocene. Khus pada zaman Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene

akhir hingga pliocene terjadi prores ekstruksi dan intruksi magma batuan yang

terjadi dalam selang waktu yang pendek dari Miocene tengah hingga Pliocene

yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma)

sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada umumnya

terasosian dengan tubrukan antar benua-benua, pada benua kecil terbagi dari

lempeng Australian-New Guinea yang disubduksikan bagian bawah barat-

Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh tubrukan antara dua

benua (Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di pulau

Sulawesi ini juga terdapat benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New

Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang pergerakan sistem patahan

Sorong-Yapen pada lempeng laut Philipine, yang kemudian berlanjut mengalami

tubrukan pada margin timur dari ophiolite Complex.

Pulau Jawa

Jadi dapat kita analisa bahwa Cekungan pulau jabar dapat juga

menimbulkan tektonik, ini terjadi karena pada oligesin bertemu dengan miosen

awal akibatnya terjadi pergeseran vertical 120 m di bagian timur cekungan jabar.

Sedangkan cekungan pada Jatim minimbulkan dua kali fase tektonik yaitu fase

miosen-pliosen (akan muncul orogen, dimana pelipatan dan sesaran kearah utara)

dan Fase pleistosen (akan muncul orogen kedua, dimana pelipatan dan sesaran

kearah utara). Sebelum kedua fase orogen tersebut terbentuk, terjadi perubahan

posisi dari busur luar (kapur tengah-oligosen) menjadi busur dalam (setelah

oligosin), ini disebabkan karena perubahan busur vulkanik.

Page 2: Kondisi Vulkanisme Miocene

Selain dari pengaruh tumbukan lempeng Indo-Australia dengan

lempeng Eurasia, aktivitas gunung api atau vulkanisme di pulau jawa terjadi di

bawah permukaan bumi, ini disebabkan karena tekanan dan temperature yang

tinggi. Pada aktivitas vulkanik di pulau jawa maka yang terbentuk pormasi batuan

andesit tua. Aktivitas vulkanik ini terakhir terjadi pada meosin awal dan tengah.

Pengaruh yang banyak terjadi pada meosin akhir dan tengah. (sumber:

http://angghajuner.blogspot.com/2011_10_01_archive.html)

Pulau papua

Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Australia di New Guinea

sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon.

Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-

Utawa yang diperkirakan berusia 18 – 7 Juta Tahun. Busur Vulkanik Moon ini

merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar

seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng

Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan

adanya penciutan ukuran selama Miosen Akhir.

Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan

pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan

tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut

terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan

busur membentuk bagian Landasan Sayap Miosen seperti yang diekspresikan oleh

Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.

Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara

Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh

Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun

yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur

Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari

Page 3: Kondisi Vulkanisme Miocene

barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu Zona Patahan

Markam.

Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang

Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik

di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari

kepala tepi utara dari Lempeng Australia. Kejadian yang berasosiasi dengan

tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia

bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke

arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur.

Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di

bagian cekungan paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme

perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi

dengan sesar serarah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng

Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan terjadinya

resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi

tektonik Papua cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang.

Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang

diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambatkan

oleh irisan stratigrafi di bagian mulai dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen

dari bagian sisi utara Lempeng Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik

Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf

dan teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal. Perbatasan bagian

selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar Precambrian yang

terpotong di sepanjang Jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan

gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada

4 – 3,5 juta tahun yang lalu (Weyland, 1993). Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun

yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I suatu tipe magma

yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi

Page 4: Kondisi Vulkanisme Miocene

Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Okeitadi. (Sumber:

http://demimaki.wordpress.com/geofisika/kondisi-tektonik-geologi-papua-2/)

Middle-Miocene 16.5-11 Juta Tahun yang Lalu

Daerah utama akhirnya bersatu. Batu-batuan dari sebelah Barat Sulawesi sebagian

menolak batu-batuan dari Banggai-Sula. Pembentukan wilayah vulkanik

menyebar melebihi daerah sebelah Barat Sulawesi dan terobosan-terobosan

aktivitas vulkanik bawah laut terjadi di wilayah dimana Taman National Lore

Lindu saat ini berada. Dari zaman Pertengahan Miocene sampai memasuki

Pliocene, terobosan-terobosan dari endapan tipe mollase tersimpan sepanjang

daerah utama. (Sumber: http://lorelindu.info/cetak.php?id=17)

Kala Miosen

Kala Miosen sebagian besar ditandai oleh adanya genang laut,di samping itu

makin bertambahnya kegiatan vulknisme.

Miosen bawah

Selama miosen bawah di pulau Jawa peristiwa genang laut makin

meluas dan di tempat-tempat itulah terdapat pelamparan endapan kala

Miosen bawah. Hanya di sepanjang deretan pulau gunung api saja tidak

didapatkan endapan miosen bawah. Pulau-pualu itu yang merupakan

geantiklin akan membagi geotiklin Jawa utara dan Madura. Maka breksi

vulkanik yang berkembang di tempat iru. Diduga bahwa sepanjang pantai

selatan pulau jawa sekarang ini termasuk kedalam samudra hindia pada

waktu itu ada beberapa gunung apa.disekitar pulau-pulau gunung api

tersebut, jenjang Miosen bawah berkembang bergantia-ganti sebagia

endapan laut dan batuan vulkanik, sebaliknya makin jauh dari pantai

terbentuklah batugamping koral dan batugamping foraminifera.

Di Sumatra Selatan dan Sumatra Tengah lautan menggenangi

seluruh bagian yang kini merupakan daratan. Hanya sederatan gunung api

saja yang menunjukan tempat adanya rantaian pegunungan bukit barisan.

Oleh sebab itu, disekitar gunung api tersebut terjadi pengendapan bahan

Page 5: Kondisi Vulkanisme Miocene

gunung api yang dikenal sebagia formasi andesit tua, sedangkan disekitar

pulau gunung api tersebut berkembang juga endapan laut.

Di Sulawesi Utara terjadi awal kegiatan vulkanisme yang hebat

dengan pembentukan batuan-batuan vulkanik yang setara dengan formasi

andesit tua di Jawa dan Sumatra, tempat ini di kenal sebagia Breksi

Wobusu. Di Sulawesi Selatan terjadi pila peristiwa genang laut dengan

pembentukan batugamping dengan letak tidak selaras di atas lapisan yang

lebih tua.

Di pulau Timor sendiri hanya sedikit didapatkan endapan kala

miosen bawah. Adanya lelehan-lelehan diabas yang cukup tebal

menunjuknan adanya kegiatan gunung api. Sebaliknya kearah selatan

lapisan tufa tersebut justru merupakan endapan Miosen. Batuan-batuan ini

bersama-sama dengan lapisan yang lebih tua kemudian tersesarkan dalam

bentuk lipatan-lipatan menutup diatas pulau Timor.

Miosen tengah dan Miosen atas

Di Jwa, sepanjang pegunungan selatan terjadi genang laut dan

terbentuklah endapan gamping koral dengan diselingi batuan vulkanik.

Hal ini serupa terjadi pula di pegunungan serayu Selatan, demikian pula di

daerah Karang Bolong dan Pegunungan Seribu. Di tempat yang tersebut

pertama lebih banyak berkembang sebagi fasies vulkanik, sedangkan di

daerah lain (pegunungan seribu dan Karangbolong) lebih banyak

berkembang sebagai facies gampingan.

Di Sulawesi terutama dibagian cabang Timur terjadilah peristiwa susut

laut, sehingga terbentuklah suatu cekungan dengan pembentukan sedimen

molassa dan di Sulawesi Utara terjadilah kegiatan vulkanik yang hebat

dengan intruisi-intrusi yang mengakibatkan terjadinya cebakan-cebakan

bijih. Di Sulawesi tengah mungkin masih merupakan laut yang dangkal,

sedangkan di Sulawesi Selatan pengendapan batugamping berjalan terus.

Di Nusatenggara terjadi pula genang laut yang berkembang sebagai

endapan vulkanik gampingan. Facies vulkanik gampingan ini dapat diikuti

di Nusatenggara bermula dari Sumba hingga Timor. Laut menggenang

Page 6: Kondisi Vulkanisme Miocene

pula di lengkungan Banda dan Misool dan terjadilah pengendapan

batugamping foraminifera.paparan Shul tergenang pula dengan endapan

epikontinen terutama batugamping.endapan yang serupa menerus hingga

di Kepulauan Aru dan di Irian Selatan.

Di Irian dalan geosinklin di bagian utara terbentuklah sebuah pematang

baru, sebagai akibatnya sekarang terbentuklah 3 buah cekungan yang

membujur sejajar dengan arah timur barat. Bersamaan dengan itu timbul

kegiatan vulkanik yang cukup hebat, baik disepanjang tepi Melanesia dan

di pematang tua Irian Tengah. Selama miosen atas susut laut tengah yang

telah dimulai di Kalimantan, terus barlangsung dibagian yang lain dari

Indonesia.