kondisi ketahanan nasional indonesia 59 - 65.docx

21
Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia Bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan pada Juli 1959 – September 1965 Kelas : 7 Kelompok : 5 Nama Anggota : 1. S. Intan Ary Prayogi (3512100035) 2. Moch. Sani Salam (3512100057) 3. Moh. Luay Murtadlo (3512100068) 4. Raffli Maulana (3512100101) 5. Avrilina Luthfil Hadi (3512100079) 6. Heri Yuli Safitri (3512100090) INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Upload: atrasmarami

Post on 11-Dec-2014

110 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia Bidang Politik, Ekonomi,

Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan pada Juli 1959 –

September 1965

Kelas : 7

Kelompok : 5

Nama Anggota :

1. S. Intan Ary Prayogi (3512100035)

2. Moch. Sani Salam (3512100057)

3. Moh. Luay Murtadlo (3512100068)

4. Raffli Maulana (3512100101)

5. Avrilina Luthfil Hadi (3512100079)

6. Heri Yuli Safitri (3512100090)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Page 2: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang

berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan

nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik

yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang

dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan

rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bulan Juni 1959,

akhirnya mendorong Presiden Soekarno untuk sampai kepada kesimpulan bahwa telah

muncul suatu keadaan kacau yang membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya

tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959, dalam suatu acara resmi di Istana

Merdeka, mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan

berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi

Terpimpin.

Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959

mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu sangat

menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit tersebut bukan hanya

berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat Indonesia, tetapi terletak dalam

dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara lainnya, seperti Mahkamah Agung

dan KSAD.1 Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada

tanggal 9 Juli 1959, diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno

bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai menteri pertama.

Dekret Presiden 5 Juli 1959 adalah dekret yang dikeluarkan oleh Presiden Indonesia

yang pertama, Soekarno pada 5 Juli 1959. Isi dekret ini adalah pembubaran Badan

Konstituante hasil Pemilu 1955 dan penggantian undang-undang dasar dari UUD Sementara

1950 ke UUD '45.Dekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante

untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota konstituante mulai

bersidang pada 10 November 1956. Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum

berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-

pendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden

Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959

yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante

Page 3: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara

tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak dan tetapi makanya

pemungutan suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Kuorum

adalah jumlah minimum anggota yang harus hadir di rapat, majelis, dan sebagainya (biasanya

lebih dari separuh jumlah anggota) agar dapat mengesahkan suatu putusan. Pemungutan suara

kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini Konstituante

juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses

(masa perhentian sidang parlemen; masa istirahat dari kegiatan bersidang) yang ternyata

merupakan akhir dari upaya penyusunan UUD.

Untuk menghindari bahaya yang disebabkan oleh kegiatan partai-partai politik, maka

pengumuman istirahat konstituante diikuti dengan larangan melakukan segala bentuk

kegiatan terhadap partai politik.

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, beberapa tokoh partai politik mengajukan usul

kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan

membubarkan konstituante serta memberlakukan UUD 1945. pemberlakuan kembali UUD

1945 merupakan langkah terbaik untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional. Oleh

karena itu, pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang

diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.

Isi dari Dekret Presiden tersebut antara lain:

1. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

2. Pemberlakuan kembali UUD '45 dan tidak berlakunya UUDS 1950

3. Pembubaran Konstituante

Dekrit presiden mendapat dukukngan penuh dari masyarakat, sedangkan KASAD

mengeluarkan Perintah Harian kepada seluruh anggota TNI untuk mengamankan Dekrit

Presiden. Mahkamah Agung juga membenarkan dekrit tersebut dan DPR hasil PEMILU

menyatakan kesediaannya untuk terus bekerja berdasarkan UUD 1945.

Page 4: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi politik bangsa Indonesia pada Juli 1959 – September

1965?

2. Bagaimana kondisi ekonomi bangsa Indonesia pada Juli 1959 – September

1965?

3. Bagaimana kondisi sosial budaya bangsa Indonesia pada Juli 1959 –

September 1965?

4. Bagaimana kondisi pertahanan - keamanan bangsa Indonesia pada Juli 1959

– September 1965?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi politik bangsa Indonesia pada Juli 1959 –

September 1965.

2. Untuk mengetahui kondisi ekonomi bangsa Indonesia pada Juli 1959 –

September 1965.

3. Untuk mengetahui kondisi sosial budaya bangsa Indonesia pada Juli 1959 –

September 1965.

4. Untuk mengetahui kondisi pertahanan - keamanan bangsa Indonesia pada Juli 1959 – September 1965.

I.4 Manfaat

Penulisan makalah ini bermanfaat dalam mengembangkan dan menambah

pengetahuan dan wawasan mahasiswa yang bekaitan dengan hal-hal yang berhubungan

dengan sejarah perkembangan kondisi ketahanan bangsa Indonesia pada periode Juli 1959 –

September 1965 terutama pada bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan

Keamanan

II. LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian & Arti Definisi Ketahanan Nasional Bangsa Negara indonesia

1. Ketahanan nasional

Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang

berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan

nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik

yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang

Page 5: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar

dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara

agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki

kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional.

Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-ubah

tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya.

Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan kondisi

serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah yang disebut dengan sifat dinamika pada

ketahanan nasional.

Kata ketahanan nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-sumber

lainnya. Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya. Untuk mengetahui ketahanan

nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan nusantara. Ketahanan nasional

merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa, yang didalamnya terkandung

keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional.

Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan,

keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman

tersebut dari dalam ataupun dari luar.

Terdapat tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi ketahan nasional,

yaitu:

Ketahanan Nasional sebagai suatu kondisi. Perspektif ini melihat Ketahanan

Nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.

Keadaan atau kondisi ideal demikian memungkinkan suatu negara memiliki

kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu

mengahadapi segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan hidup

bangsa yang bersangkutan

Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam

menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara . Sebagai suatu

pendekatan, ketahanan nasional menggambarkan penedekatan yang integral.

Integral dalam arti penedekatan yang mencerminkan anatara segala aspek/isi,

pada saat membangun maupun pemecahan masalah kehidupan. Dalam hal

Page 6: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

pemikiran, pendekatan ini menggunakan pemikiran kesisteman (system

thinking)

Ketahanan Nasional sebagai suatu doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu

konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan

penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional konsep ketahanan nasional

dimasukkan dalam GBHN agar setiap orang , masyarakat dan penyelenggara negara

menerima dan menjalankannya.

KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

1. Perkembangan Ketahanan Nasional

Dewasa ini istilah ketahanan nasional sudah dikenal diseluruh Indonesia. Dapat

dikatakan bahwa istilah itu telah menjadi milik nasianal. Ketahanan Nasional baru dikenal

sejak permulaan tahun 60 an. Pada saat itu istilah itu belum diberi devenisi tertentu.

Disamping itu belum pula disusun konsepsi yang lengkap menyeluruh tentang ketahanan

nasional. Istilah ketahanan nasional pada waktu itu dipakai dalam rangka pembahasan

masalah pembinaan ter itorial atau masalah pertahanan keamanan pada umumnya.

Walaupun banyak instansi maupun perorangan pada waktu itu menggunakan istilah

ketahanan nasional, namun lembaga yang secara serius dan terus-menerus mempelajari dan

membahas masalah ketahanan nasional adalah lembaga pertahanan nasional atau lemhanas.

Sejak Lemhanas didirikan pada tahun 1965, maka masalah ketahanan nasional selalu

memperoleh perhatian yang besar.

Sejak mulai dengan membahas masalah ketahanan nasional sampai sekarang, telah

dihasilkan tiga konsepsi.Pengertian atau devenisi pertama Lemhanas, yang disebut dalam

konsep 1968 adalah sebagai berikut :

Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan kita dalam menghadapi segala

kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak

langsung membahayakan kelangsungan hidup Negara dan bangsa Indonesia.

Pengertian kedua dari Lemhanas yang disebut dalam ketahanan nasional konsepsi tahun 1969

merupakan penyempurnaan dari konspsi pertama yaitu :

Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung

Page 7: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

kemampuan untuk memperkembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala

ancaman baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam yang langsung maupun

tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup Negara Indonesia.

Ketahanan nasional merupakan kodisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan

ketangguahan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional,didalam

menghadapi didalam menghadapi dan mengisi segala tantangan, ancaman ,hambatan, serta

gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak

langsung membahayakan integritas,identitas , kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta

perjuangan mengejar perjuangan nasional.

Apabila kita bandingkan dengan yang terdahulu, maka akan tampak perbedaan antara

lain seperti berikut :

a. Perumusan 1972 bersifat universal, dalam arti bahwa rumusan tersebut dapat diterapkan

dinegara-negara lain, terutama di Negara-negara yang sedang berkembang.

b. Tidak lagi diusahakan adanya suatu devenisi, sebagai gantinya dirumuskan apa yang

dimaksud kan dengan istilah ketahanan nasional.

c. Jika dahulu ketahanan nasional di identikkan dengan keuletan dan daya tahan , maka

ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis yang berisikan keuletan dan

ketangguhan, yang berarti bahwa kondisi itu dapat berubah.

d. Secara lengkap dicantumkan tantangan, ancaman , hambatan, serta ganguan.

e. Kelangsungan hidup lebih diperinci menjadi integritas, identitas, dan kelangsungan hidup.

Dalam pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia Jendral Suharto di depan

siding DPR tanggal 16 Agustus 1975, dikatakan bahwa ketahanan nsional adalah tingkat

keadaan dan keuletan dan ketangguhan bahwa Indonesia dalam menghimpun dan

mengarahkan kesungguhan kemampuan nasional yang ada sehingga merupakan kekuatan

nasional yang mampu dan sanggup menghadapi setiap ancaman d an tantangan terhadap

keutuhanan maupun kepribadian bangsa dan mempertahankan kehidupan dabn kelangsungan

cita-citanya.

Karena keadaan selalu berkembang serta bahaya dan tantangan selalu berubah, maka

ketahanan nasional itu juga harus dikembangkan dan dibina agar memadai dengan

perkembangan keadaan. Karena itu ketahanan nasional itu bersift dinamis, bukan statis.

Ikhtiar untuk mewujudkan ketahanan nasional yang kokoh ini bukanlah hl baru bagi kita.

Page 8: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

Tetapiu pembinaan dan peningkatannya sesuai dengan kebutuhan kemampuan dan fasililitas

yang tersedi pula.

Pembinaan ketahanan nasional kita dilakukan dipelgai bidang : ideology , poluitik,

ekonomi , sosial budaya dan hankam, baik secara serempak maupun menurut prioritas

kebutuhan kita.

2. Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalan Trigarta

Untuk memberi gambaran umum tentang Indonesia, marilah kita membahasas dahulu

dar segi aspek-aspek alamiah atau Trigatra dengan mulai meninjau :

a. Aspek lokasi dan posisi Geografis Wilayah Indonesia

Jikalau kita melihat letak geografis wilayah Indonesia dalam peta dunia, maka akan nampak

jelas bahwa wilayah Negara tersebut merupakan suatu kepulauan, yang menurut wujud

kedalam, terdiri dari daerah air dengan ribuan pulau-pulau didalamnya. Yang dalam bahasa

asing bisa disebut sebagai suatu archipelago kelvar, kepulauan itu merupakan suatu

archipelago yang terletak antara benua Asia disebelah utara dan benua Australia disebelah

selatan serta samudra Indonesia disebelah barat dan samudra pasifik disebelah timr.

Berhubungan letak geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu, maka dikatakan

bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan geograpis ditengah tengah jalan lalu lintas

silang dunia. Karena kedudukannya yagn strategis itu, dipandang dari tiga segi kesejahtraan

dibidang politik, ekonomi dan sosial budaya Indonesia telah banyak mengalami pertemuan

dengan pengaruh pihak asing (akulturasi).

Menurut catatan Indonesia terdiri dari wilayah lautan dengan 13.667 pulau besar dan

kecil, diperkirakan 3.000 pulau diantaranya yang dialami penduduk.

Luas pulau-pulau diperkirakn 735.000 mil persegi, sedangkn luas perairannya ditaksir 3

sampai 4 kali luas tanah (pulau-pulau). Jarak antara ujung barat sampai ujung timur adalah

kira-kira 3.200 mil.

II.2 Unsur Unsur Ketahanan Nasional

Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu negara

terdiri atas beberapa aspek.

a. Unsur atau Gatra Penduduk

Page 9: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang

bersangkutan. Faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal yaitu

aspek kualitas dan kuantitas.

b. Unsur atau Gatra Wilayah

Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal ini terkait dengan

wilayah negara meliputi :

Bentuk wilayah negara nerupa negara pantai, negara kepulauan atau negara

continental

Luas wilayah negara

Posisi geografis, astronomis dan geologis negara

Daya dukung wilayah negara, ada negara yang habitable dan unhabitable

c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam

Hal-hal yang berkaitan dengan unsure sumber daya alam sebagai elemen ketahan

nasional meliputi :

Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya

alam hewani, namabati dan tambang

Kemampuan mengeskplorasi sumber daya alam

Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan

lingkungan hidup

Kontrol atas sumber daya alam

d. Unsur atau Gatra di Bidang Ideologi

Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa karena ideology bagi suatu bangsa

memiliki dua fungsi poko yaitu:

Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan

artinya nilai-nilai yang terkandung dalam ideology itu menjadi cita-cita yang

hendak dituju secara bersama

Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat ang bersangkutan, artinya

masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan ideology

sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.

Page 10: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik

Politik penyelenggaraan negara sangat mempengaruhi kekuatan nasional yang ditinjau

dari beberapa aspek :

Sistem politik suatu negara

Sistem pemerintahan suatu negara

Bentuk pemerintahan suatu negara

Bentuk negara suatu negara

f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi yang berkaitan denan sistem ekonomi sutu

negra baik yang menganut sistem ekonomi liberal atau sistem ekonomi sosialis.

g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya yang berkaitan dengan akulturasi dan

asimilasi budaya dan masyarakat di suatu negara.

h. Unsur atau Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan yang berkaitan ancaman militer

yang dihadapi sutu negara dari negra lain, sehingga unsure utama pertahanan dan

keamanan berada ditangan tentara (militer).

II.3 Landasan Ketahanan Nasional

Landasan Ketahanan Nasional

a)      Landasan Ideal  :  Pancasila

Nilai-nilai Pancasila telah teruji dandiyakini kebenarannya sebagai pemersatu bangsa

dalam membangundan menata kehidupan berbangsa serta bernegara yang lebih baik

danberdaya saing.

b)     Landasan Konstitusional :  UUD 1945

berkaitan dengan segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan/ undang-undang

dasar suatu negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD

1945) adalah sumber dari segala sumber hukum. UUD 1945 memberikan landasan serta

arah dalam pengembangan sistem serta penyelenggaraan pertahanan negara. Substansi

pertahanan negara yang terangkum dalam Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 di

antaranya adalah pandangan bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya,

Page 11: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

tujuan negara, sistem pertahanan negara, serta keterlibatan warga negara. UUD 1945

mereaksikan sikap bangsa Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan. Bangsa

Indonesia akan senantiasa berjuang untuk mencegah dan mengatasi usaha-usaha pihak

tertentu yang mengarah pada penindasan dan penjajahan. Penjajahan bagi bangsa

Indonesia merupakan tindakan keji yang tidak berperikemanusiaan serta bertentangan

dengan nilai-nilai keadilan. Pertahanan negara tidak dapat dipisahkan dari kemerdekaan

yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

c)      Landasan Visional :  Wawasan Nusantara

cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sebagai satu kesatuan

yang utuh. Wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia di mana wilayah Indonesia

tersusun dari gugusan Kepulauan Nusantara beserta segenap isinya sebagai suatu

kesatuan wadah serta sarana untuk membangun dan menata dirinya menjadi bangsa yang

berdaya saing tinggi dalam dinamika lingkungan strategis.

d)     Landasan Konsepsional :  Ketahanan Nasional

berkaitan dengan segala ketentuan yang mengatur tentang struktur dari sistem

pemerintahan suatu negara, Indonesia = UUD 1945, UU Pokok lainnya (ex: UU Pokok

Kejaksaan, UU Pokok Kepegawaian, dll)

e)      Landasan Operasional : Dokumen Rencana Pembangunan (RPJMN/RPJMD)

merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara menyeluruh dari kehidupan

nasional suatu Negara, Indonesia = GBHN.

II.4 Asas – Asas Ketahanan Nasional

Asas-asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang

tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nasional yang terdiri dari :

1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan

kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial, baik sebagai perorangan maupun kelompok

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Asas Komprehensif integral atau menyeluruh terpadu

Page 12: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

Ketahanan nasional mencakupketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh,

menyeluruh dan terpadu.

3. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar

Sistem kehidupan nasionalmerupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang

saling berinteraksi. Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi

kehidupan nasional itu sendiri. Mawasw ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan

ikut berperan serta menghadapi dan mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri.

4. Asas kekeluargaan

Mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong rotong, tenggang rasa dan

tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan pertahanan negara menganut prinsip berikut:

1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta memperthankan kemerdekaan dan

kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

2. Pembelaan negara diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara

merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara.

3. Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan

kedaulatannya.

4. Bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik bebas aktif.

5. Bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti melibatkan seluruh rakyat dan

segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara

sebagai satu kesatuan pertahanan.

6. Perthanan negara disusun bedasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan

umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional, dan kebiasaan

internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai dengan memperhatikan kondisi

geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

III. PEMAPARAN dan ANALISIS

III 1 a. Kondisi Politik

Pada periode Juli 1959 – September 1965 sering juga disebut dengan Orde Lama.

UUD yang digunakan adalah UUD 1945 dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Menurut

UUD 1945 presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, presiden dan DPR berada di

bawah MPR. Pengertian demokrasi terpimpin pada sila keempat Pancasila adalah dipimpin

Page 13: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, akan tetapi presiden

menafsirkan “terpimpin”, yaitu pimpinan terletak di tangan ‘Pemimpin Besar Revolusi”.

Dengan demikian pemusatan kekuasaan di tangan presiden. Terjadinya pemusatan kekuasaan

di tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan terhadap Pancasila dan

UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30 September

1965 (G30S/PKI) yang merupakan bencana nasional bagi bangsa Indonesia.

Era "Demokrasi Terpimpin" diwarnai kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum

borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani

Indonesia. Kolaborasi ini tetap gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi

yang mendesak Indonesia kala itu. Pendapatan ekspor Indonesia menurun, cadangan devisa

menurun, inflasi terus menaik dan korupsi kaum birokrat dan militer menjadi wabah sehingga

situasi politik Indonesia menjadi sangat labil dan memicu banyaknya demonstrasi di seluruh

Indonesia, terutama dari kalangan buruh, petani, dan mahasiswa.

III 1 b. Analisis Kondisi Politik

III 2 a. Kondisi Ekonomi

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem

demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-

galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada

kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab

Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini

belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :

a) Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai

berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi

Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

b) Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis

Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi

perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.

c) Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000

menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,

tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan

pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

Page 14: Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia 59 - 65.docx

Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah

tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek

mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan

Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi dari pilihan

menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke

Timur (sosialis) baik dalam politik, eonomi, maupun bidang-bidang lain.

III 2 b. Analisis Kondisi Ekonomi

III 3 a. Kondisi Sosial Budaya

Dengan demikian sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memiliki

pengaruh yang besar dalam kehidupan bernegara ini baik di bidang politik, ekonomi maupun

sosial budaya. Dalam bidang politik, semua lembaga negara harus berintikan Nasakom yakni

ada unsur Nasionalis, Agama, dan Komunis. Dalam bidang ekonomi pemerintah menerapkan

ekonomi terpimpin, yakni kegiatan ekonomi terutama dalam bidang impor hanya dikuasai

orang- orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah. Sedangkan dalam bidang

sosial budaya, pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau Barat dan dianggap sebagai

bentuk penjajahan baru atau Neo Kolonialis dan imperalisme (Nekolim) sebab dalam hal ini

pemerintah lebih condong ke Blok Timur.

III 3 b.Analisis Kondisi Sosial Budaya

III 4 a. Kondisi Pertahanan – Keamanan

III 4 b. Analisis Kondisi Pertahanan - Keamanan