kondisi fisik

80
SURVAI KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT TAPAK SUCI USIA 13-18 TAHUN DI KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh: Nama : Faizun Ashar NIM : 6101403024 Jurusan : PJKR FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Upload: luky-pratama

Post on 30-Nov-2015

301 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

konfis

TRANSCRIPT

Page 1: kondisi fisik

SURVAI KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT TAPAK SUCI USIA

13-18 TAHUN DI KECAMATAN WANADADI KABUPATEN

BANJARNEGARA TAHUN 2006

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata I

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Nama : Faizun Ashar

NIM : 6101403024

Jurusan : PJKR

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: kondisi fisik

ii

SARI

Faizun Ashar Skripsi ini berjudul “Survai Kondisi Fisik Atlet Pencak silat Tapak Suci Usia 13 - 18 Tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kondisi fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci Usia 13 - 18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kondisi fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci Usia 13 - 18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat Tapak Suci di kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara dan jumlah sampel 26 atlet. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive total sampling yaitu peneliti hanya mengambil atlet yang berusia 13-18 tahun. Variabel dalam penelitian ini menggunakan item tes kondisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci usia 13 - 18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan tes kemampuan fisik cabang olahraga, khususnya pencak silat yang terdiri dari 8 jenis rangkaian tes yaitu lari 30 meter, sit-up, pull-up (putra), BST (Bergantung Siku Tekuk) untuk putri, duduk pada tembok, loncat dada, lari bolak balik 4 x 5 meter, duduk berlunjur dan meraih, dan lari 15 menit. Instrumen penelitian ini menggunakan stopwatch. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif prosentase.

Hasil penelitian serangkaian tes menunjukkan kemampuan fisik dapat diperoleh bahwa tes lari 30 meter (baik), tes sit-up (sedang), tes pull-up dan BST (sedang), tes duduk pada tembok (kurang), tes loncat dada (sedang), tes lari bolak-balik 4 x 5 meter (baik), tes duduk berlunjur dan meraih (baik), dan tes lari 15 menit (sedang). Jadi sebagian besar kondisi fisik dalam kategori sedang yaitu 76,93%.

Simpulan dalam penelitian ini adalah kondisi fisik altet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 dalam kategori sedang dan pola pembinaan latihan fisik tersebut belum berjalan dengan baik. Disarankan agar para atlet secara sadar memiliki motivasi untuk berlatih fisik sesuai dengan kebutuhan dan upaya peningkatan latihan kondisi fisik.

Page 3: kondisi fisik

iii

Page 4: kondisi fisik

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

- Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakekatnya adalah

pengawal jiwa kita yang bekerja tanpa bayaran. (Corrie Ten Boom)

PERSEMBAHAN

- Kedua Orang Tua, Ayah

Puryanto,Ibu Endar wati

- Almamater UNNES yang saya

banggakan

Page 5: kondisi fisik

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,

bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Sutardji, M.Si selaku Dekan FIK Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. H. Harry Pramono, M.Si, selaku ketua jurusan Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi FIK Universitas Negeri Semarang, dan sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing pendamping yang penuh perhatian dalam

memberikan bimbingan dan pengarahan.

3. Bapak Drs. Bambang Priyono, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing utama yang

penuh perhatian, kesabaran dalam memberikan bimbingan.

4. Bapak dan Ibu Dosen PJKR yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak

ternilai harganya selama belajar di Universitas Negeri Semarang.

5. Bapak H. Syarif Amirudin selaku Ketua / Pembina Perguruan Pencak Silat

Tapak Suci dan Atlet-aletnya di Kecamatan Wanadadi Kabupaten

Banjarnegara.

6. Kedua orang tua saya yang telah bersusah payah memberikan bantuan

material, moral dan spiritual yang penuh kesabaran dan ketekunan.

Page 6: kondisi fisik

vi

7. Adik-adik saya, saudara-saudara saya, sahabat-sahabat saya yang penuh

perhatian, kasih sayang dalam memberikan motivasi serta inovasi dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Harapan penulis semoga skripsi mi dapat bermanfaat dan atas segala

bantuannya, penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan imbalan

yang sebesar-besarnya.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

Page 7: kondisi fisik

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

SARI................................................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 5

1.3 Penegasan Istilah ........................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pencak Silat ................................................................................... 9

2.2 Kondisi Fisik.................................................................................. 11

2.3 Usia 13-18 Tahun .......................................................................... 11

2.4 Komponen-Komponen Kondisi Fisik............................................ 12

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik ......................... 15

Page 8: kondisi fisik

viii

2.6 Pembinaan Fisik ............................................................................ 22

2.7 Pembinaan Fisik Atlet Pencak Silat............................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi ......................................................................................... 40

3.2 Sampel dan Teknik Penarikannya ................................................. 40

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 40

3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 41

3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ............................. 41

3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 43

4.2 Pembahasan ................................................................................... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan........................................................................................ 53

5.2 Saran .............................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: kondisi fisik

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Norma Tes Lari 30 meter ......................................................................... 32

2.2 Norma Tes Sit-up ..................................................................................... 33

2.3 Norma Tes Pull-up dan BST (Bergantung Siku Tekuk).......................... 34

2.4 Norma Tes Duduk pada Tembok ............................................................. 35

2.5 Norma Tes Loncat Dada ......................................................................... 36

2.6 Norma Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 meter ................................................ 37

2.7 Norma Duduk Berlunjur dan Meraih ....................................................... 38

2.8 Norma Tes lari 15 menit .......................................................................... 39

4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat.................43

4.10 Hasil Kriteria Tes Lari 30 meter .............................................................. .45

4.11 Hasil Kriteria Tes Sit-up .......................................................................... .45

4.12 Hasil Kriteria Tes Pull-up dan BST (Bergantung Siku Tekuk) ............... .46

4.13 Hasil Kriteria Tes Duduk pada Tembok .................................................. .46

4.14 Hasil Kriteria Tes Loncat Dada ............................................................... 47

4.15 Hasil Kriteria Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 meter ..................................... 47

4.16 Hasil Kriteria Duduk Berlunjur dan Meraih ............................................ 48

4.17 Hasil Kriteria Tes lari 15 menit................................................................ 48

Page 10: kondisi fisik

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Histrogram Frekuensi Tingkat Kondisi Fisik Atlet Pencak silat

Tapak Suci Usia 13 — 18 tahun di kecamatan Wanadadi Kabupaten

Banjarnegara ............................................................................................. 44

1. Tes lari 30 meter......................................................................................... 74

2. Tes Sit-Up .................................................................................................. 74

3. Tes Pull-Up (Putra) .................................................................................... 75

4. Tes Bergantung Siku Tekuk (Putri) ........................................................... 75

5. Tes Duduk Pada Tembok........................................................................... 76

6. Tes Loncat Dada ........................................................................................ 76

7. Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 m..................................................................... 77

8. Tes Duduk Berlunjur dan Meraih .............................................................. 77

9. Tes Lari 15 menit (putra) ........................................................................... 78

10. Tes Lari 15 menit (putri) ............................................................................ 78

Page 11: kondisi fisik

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi.............................................. 55

2. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................................... 56

3. Surat Keterangan Ijin Penelitian ................................................................. 57

4. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ................................................... 58

5. Permohonan Pinjam Peralatan .................................................................... 59

6. Keterangan Hasil Pengujian Alat ………………………………………....60

7. Daftar Petugas Pencatat Data ……………………………………………. 61

8. Daftar Atlet Pencak Silat Tapak Suci Usia 13-18 Tahun.............................62

9. Hasil Kasar Tes Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci

Usia 13 -18 tahun di kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara

tahun 2006.................................................................................................. 63

10. Hasil Penilaian Tes Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci

Usia 13 — 18 Tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten

Banjarnegara tahun 2006 ........................................................................... 64

11. Hasil Penilaian Tes Lari 30 Meter ............................................................. 65

12. Hasil Penilaian Tes Sit - Up ....................................................................... 66

13. Hasil Penilaian Tes Pull-Up (putra) dan Bergantung Siku Tekuk (putri).. 67

14. Hasil Penilaian Duduk Pada Tembok ........................................................ 68

15. Hasil Penilaian Loncat Dada...................................................................... 69

16. Hasil Penilaian Lari Bolak Balik 4 x 5 Meter ............................................ 70

17. Hasil Penilaian Duduk Berlunjur Dan Meraih ........................................... 71

18. Hasil Penilaian Lari 15 Menit .................................................................... 72

19. Penetapan Panitia Ujian Skripsi..................................................................73

Page 12: kondisi fisik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak

lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti

pentingnya olahraga itu sendiri, di samping adanya dukungan dan perhatian dari

pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga di negara kita. Dalam

kehidupan modern ini suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan manusia

melakukan kegiatan olahraga yaitu:

1. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi

segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat maupun

peraturannya.

2. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti

misalnya anak – anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. Kegiatan yang

dilakukan formal, tujuannya guna mencapai sasaran pendidikan nasional

melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melaui kurikulum tertentu.

3. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran

jasmani tertentu.

4. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi. (

Sajoto1988: 1-2 )

Terkait dengan poin ke empat untuk mencapai prestasi tersebut maka perlu

adanya pembinaan olahraga.

1

Page 13: kondisi fisik

2

Tujuan dari pembinaan olahraga itu sendiri untuk mengidentifikasikan

calon atlet berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan

minatnya yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan

sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya Pencak Silat.

Dalam Pencak silat yang merupakan hasil usaha budi daya manusia yang

bertujuan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bersama, seiring

perkembangan zaman Pencak Silat juga masuk dalam olahraga prestasi dan yang

membedakan Pencak Silat dengan olahraga yang lain yaitu empat aspek yang

merupakan satu kesatuan bulat, yakni aspek mental spiritual, beladiri, seni dan

olahraga.

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya perguruan-perguruan Pencak

Silat di Indonesia,salah satunya adalah perguruan Pencak Silat Tapak Suci

Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.Perguruan ini berdiri tahun 1979,

tepatnya pada tanggal 17 Juli 1979 dan sampai sekarang perguruan ini masih eksis

dan selalu memunculkan atlet-atlet baru. Usaha untuk tetap mempertahankan

keeksisan tersebut tidak mudah diperlukan pembinaan dan pengembangan yang

optimal. Bahwa ada 4 aspek pokok yang menentukan prestasi olahraga, yaitu

aspek biologis, aspek psikologis, aspek lingkungan dan aspek penunjang (Sajoto

1995:2-5).

Bahwa aspek biologis merupakan salah satu aspek yang tidak dapat

diabaikan dan sangat diandalkan dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi

yang dicapai atlet. Hal ini disebabkan dalam aspek biologis terhadap salah satu

Page 14: kondisi fisik

3

aspek yang disebut kondisi fisik, yaitu suatu tingkat kesegaran jasmani yang

sangat diperlukan atlet untuk dapat berprestasi dalam suatu pertandingan.

Kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama

tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kondisi fisik merupakan salah satu

faktor yang menentukan performance atau penampilan, sehingga runtuhnya

kondisi fisik akan menyebabkan hilangnya keterampilan(Sajoto 1988:99).

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.

Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen

tersebut harus di kembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem

prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, maka perlu

diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui status dan

keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat. (Sajoto,1995:10).

Komponen kondisi fisik tersebut terdiri atas kekuatan, kecepatan,

kelincahan, kelentukan, daya tahan, daya ledak otot, koordinasi, keseimbangan,

daya lentur, dan reaksi. Bahwa faktor penentu pencapaian prestasi maksimal, ada

dua faktor yaitu faktor indogen (atlet) dan faktor eksogen. Salah satu faktor

indogen yang sangat penting adalah kondisi fisik (Suharsono 1988:2-3).

Dengan latihan kondisi fisik, teknik, mental dan sebagainya dapat

diketahui peningkatannya karena untuk meningkatkan fisik tidak dapat dilakukan

dengan permainan itu sendiri. Mengapa faktor fisik? Karena faktor kondisi fisik

memegang peranan penting dan merupakan komponen dasar untuk menuju

Page 15: kondisi fisik

4

latihan-latihan berikutnya, kalau tidak di dukung dengan kondisi fisik yang prima

seorang atlet tidak akan mampu melakukan latihan sesuai dengan porsinya, nilai

fisik antara lain kualitas otot berdasarkan kinerja faal dan mekanisme otot yang

sedang bekerja yang dipertimbangkan pada kekuatan otot, kapasitas anaerobik,

kapasitas aerobik power, fleksibilitas (Boucard,1975:15-16).

Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam

program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara

baik dan sistematis serta ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan

kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian

memungkinkan atlet untuk mencapai tingkat prestasi yang lebih baik, kalau

kondisi fisik baik maka, 1)akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem

sirkulasi kerja jantung, 2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kecepatan,

kelincahan, kelentukan, stamina dan nilai-nilai komponen kondisi fisik, 3) akan

ada efisiensi gerak yan lebih baik pada waktu latihan, 4) akan ada pemulihan yang

lebih cepat dari organ tubuh setelah latihan, 5) akan ada respon yang cepat dari

organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan(Harsono

1988:133).

Setiap usaha peningkatan kondisi fisik harus dikembangkan semua

komponen yang ada, walaupun dalam pelaksanaannya perlu adanya prioritas

untuk menentukan komponen mana yang perlu untuk mendapatkan porsi latihan

lebih besar sesuai dengan olahraga yang ditekuni dalam hal ini pencak silat. Tidak

adanya salah satu komponen pendukung akan mempengaruhi hasil yang dicapai.

Demikian juga dalam olahraga pencak silat membutuhkan dasar fisik yang baik

tetapi tidak meninggalkan faktor-faktor yang lain seperi teknik dan mental.

Page 16: kondisi fisik

5

Sebelum seseorang atlet terjun karena pertandingan, ia harus berada

dalam kondisi fisik dan tingkat kebugaran yang baik. Tanpa persiapan dan kondisi

fisik yang baik atlet yang diterjunkan kepertandingan tidak akan berhasil. Kondisi

fisik yang baik dapat menyebabkan stamina tidak cepat turun dengan drastis

sewaktu dalam permainan atau pertandingan.

Dari paparan diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat

kondisi fisik atlet Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan

Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Adapun alasan peneliti mengapa perlu

mengetahui kondisi fisik mereka adalah:

1. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan oleh atlet

pencak silat untuk menjaga dan meningkatkan efektivitas latihan.

2. Kondisi fisik yang baik diharapkan dapat membantu atlet pencak silat selama

permainan atau pertandingan

3. Dengan pembinaan kondisi fisik yan baik diharapkan dapat menghasilkan

atlet-atlet pencak silat yang berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apa tingkat kondisi fisik atlet

Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 th di Kecamatan Wanadadi Kabupaten

Banjarnegara.?

1.3 Penegasan Istilah

1. Survai merupakan suatu koleksi pengumpulan,analisa,interprestasi dan laporan

yang disusun secara teratur dan sistematis tentang fakta-fakta penting yang

berhubungan dengan aspek-aspek tertentu. (Moslem 1992:19)

Page 17: kondisi fisik

6

Survai merupakan salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari

informasi yang diperoleh dari penelitian dan dapat dikumpulkan dari seluruh

populasi atau sebagian populasi. (Suharsimi Arikunto 1998:99)

Kesimpulan Survai menurut penulis adalah teknik pengumpulan data yang

informasinya diperoleh dari seluruh populasi atau sebagian populasi yang

disusun secara sistematis tentang fakta-fakta penting untuk mengetahui

keadaan tertentu. Dalam penelitian ini survai diartikan metode untuk

mendapatkan informasi suatu kondisi fisik caranya dengan melakukan tes

kondisi fisik.

2. Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak

dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.

Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik,maka seluruh

komponen tersebut harus di kembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan

dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut,

maka perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat

diketahui status dan keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat.

(Sajoto,1995:10).

3. Usia 13-18 tahun merupakan masa adolesensi yaitu masa transisi antara masa

kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan yang

cepat sampai pada saatnya mencapai kematangan sexual, kemudian timbul

fase perlambatan sampai tidak terjadi pertumbuhan lagi. Pertumbuhan yang

terjadi menimbulkan perubahan ukuran, seperti proporsi bentuk tubuh,

perubahan dalam komposisi tubuh, sistem peredaraan darah, pernafaasan,

sistem syaraf,dan sebagainya.

Page 18: kondisi fisik

7

Adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus

keterampilan berbagai macam kegiatan olahraga secara luas. Setiap orang

dapat belajar untuk menilai kemampuannya dan memilih bentuk

latihan,olahraga,dan kegiatan fisik lainnya yang berguna sepanjang hidupnya.

Mereka yang kurang memiliki keterampilan harus belajar menilai

kemampuannya secara realisitas/nyata dan belajar menetapkan tujuannya

dengan nyata. Hal ini akan memberikan kesenangan seseorang terhadap

kegiatan yang dilakukannya dan akan mengurangi kegagalan-kegagalan yang

terjadi dalam kegiatan olahraga, bagi anak yang berbakat masa adolesensi

merupakan usia untuk pengembangan tingkat tinggi terhadap ketangkasan

dalam olahraga dalam hal ini olahraga pencak silat

(Sugiyanto,Sudjarwo,1991;165-166)

4. Pencak Silat sebagai seni bela diri bangsa Indonesia merupakan kata

majemuk, dari hasil seminar Pencak Silat tahun 1973 di Tugu Bogor.

Sedangkan definisi Pencak Silat selengkapnya dibuat oleh pengurus besar IPSI

sebagai berikut : Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk

membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) integritasnya

(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/ alam sekitar untuk mencapai

keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa. (M.Atok Iskandar,1992:11)

Page 19: kondisi fisik

8

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa tingkat kondisi fisik

atlet Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi

Kabupaten Banjarnegara.

1.5 Manfaat Penulisan.

1. Bagi peneliti sebagai bahan referensi dan informasi tentang manfaat dan

kegunaan tes kondisi fisik

2. Diharapkan dapat dimanfaatkan dan disempurnakan sebagai informasi ilmiah

dan bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, pelatih dan pembina olahraga

Pencak Silat.

.

Page 20: kondisi fisik

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pencak Silat

Pencak silat sebagai seni bela diri bangsa Indonesia, merupakan kata

majemuk sebagai hasil seminar pencak silat tahun 1973 di Tugu Bogor,

sedangkan definisi pencak silat, selengkapnya dibuat oleh pengurus besar IPSI

sebagai berikut: Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk

membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) Integritasnya

(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitar untuk mencapai

keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa (M.Atok Iskandar dkk, 1992:11)

Beberapa aspek yang menjadi wujud dan isi pencak silat yaitu aspek

mental-spiritual, aspek bela diri, aspek seni, dan juga olahraga (prestasi) yang

dikembangkan dan dibenahi metode latihannya supaya dapat mencapai prestasi

yang menggembirakan. Selain aspek tersebut dalam olahraga pencak silat

terdapat empat aspek penting yang mendukung atlet dalm pencapain prestasi

yaitu:

1. Aspek Antropometri

Antrometri adalah suatu teknik atau cara untuk menentukan dimensi bagian-

bagian tubuh. Hasil antrometri memberikan gambaran atau perkiraan tentang

bentuk,besar dan komposisi tubuh baik dalam keadaan normal maupun dikaitkan

dengan lainnya. Biasanya besaran-besaran atau angka-angka tersebut secara

9

Page 21: kondisi fisik

10

individual maupun dalam kelompok mempunyai arti yang penting dalam usaha

peningkatan prestasi olahraga khususnya pencak silat.

2. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis dalam pencak silat yang dominan disesuaikan dengan

sistem energi yang bekerja pada setiap kategori tanding, sistem anaerobik lebih

besar dari pada aerobik dengan perbandingan kurang lebih 60:40. Yang dimaksud

sistem anaerobik yaitu kekuatan yang besar untuk jangka waktu yang pendek

menggunakan energi yang berasal dari ATP maupun asam laktat. Sedangkan

sistem aerobik yaitu kekuatan kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk

jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran

dengan O2 (Soekarman, 1987:53).

Oleh sebab itu komponen yang diharapkan dimiliki pada kategori tanding

adalah kecepatan, reaksi, kelincahan, koordinasi, kekuatan, daya tahan, dan

ditunjang dengan komponen keseimbangan, kelentukan dan ketepatan.

3. Aspek Keterampilan dasar

Aspek keterampilan dasar yang dominan dimiliki atlet pencak silat pada

kategori tanding adalah kemampuan sikap pasang, pola langkah,

tangkisan,serangan tangan, serangan kaki, dan menjatuhkan.

4. Aspek Mental

Aspek mental emosional sangat di butuhkan dalam olahraga pencak silat yang

dominan adalah percaya diri, agresivitas, persepsi diri, dan kebutuhan berprestasi.

(Johansyah Lubis 2004:78-79)

Page 22: kondisi fisik

11

2.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaanya.

Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen

tersebut harus dikembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem

prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, maka yang perlu

diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui kondisi

fisiknya pada suatu saat (M. Sajoto, 1995 : 8)

2.3 Usia 13-18 Tahun

Usia 13-18 tahun merupakan masa adolesensi yaitu masa transisi antara

masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan

yang cepat sampai pada saatnya mencapai kematangan sexual, kemudian timbul

fase perlambatan sampai tidak terjadi pertumbuhan lagi. Pertumbuhan yang terjadi

menimbulkan perubahan ukuran, seperti proporsi bentu tubuh, perubahaan dalam

komposisi tubuh, sistem peredaraan darah, pernafasan, sistem syaraf, dan

sebagainya.

Adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus keterampilan

berbagai macam kegiatan olahraga secara luas. Setiap orang dapat belajar untuk

menilai kemampuannya dan memilih bentuk latihan, olahraga, dan kegiatan fisik

lainnya yang berguna sepanjang hidupnya. Mereka yang kurang memiliki

keterampilan harus belajar menilai kemampuannya secara realisitas/nyata dan

Page 23: kondisi fisik

12

belajar menetapkan tujuannya dengan nyata. Hal ini akan memberikan

kesenangan seseorang terhadap kegiatan yang dilakukannya dan akan mengurangi

kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam kegiatan olahraga, bagi anak yang

berbakat masa adolesensi merupakan usia untuk pengembangan tingkat tinggi

terhadap ketangkasan dalam olahraga dalam hal ini olahraga pencak silat

(Sugiyanto,Sudjarwo,1991;165-166)

2.4 Komponen-Komponen Kondisi Fisik

Adapun komponen-komponen kondisi fisik menurut M.Sajoto ada 10

komponen yaitu sebagai berikut:

2.4.1 Kekuatan

- Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya

dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M.

Sajoto,1995 :5)

- Kekuatan adalah Kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap

suatu tahanan (Harsono,1988:176)

2.4.2 Daya Tahan

Daya Tahan adalah Keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk

bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan

setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini ada dua macam daya

tahan yaitu:

Page 24: kondisi fisik

13

2.4.2.1 Daya Tahan Umum

Daya Tahan umum adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan

sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk

menjalankan kerja otot dengan insensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama

(Sajoto,1995:8)

2.4.2.2 Daya Tahan Otot

Daya Tahan Otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan

ototnya berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan

beban tertentu (Sajoto,1995:8)

2.4.3 Daya Ledak Otot

Daya Ledak Otot adalah kemampuan seseorang mempergunakan kekuatan

maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal

ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak otot sama dengan kekuatan kali

kecepatan. Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru, serta gerakan lain yang

bersifat explosive (Sajoto,1995:8-9)

2.4.4 Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya seperti lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda dan lain-lain

(Sajoto,1995:9)

Page 25: kondisi fisik

14

2.4.5 Daya Lentur / Kelentukan / Flexibility

Daya Lentur adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk

segala aktivitas pengeluaran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai

untuk memperbaiki kelenturan dan memelihara kelenturan tubuh maka kita harus

menggerakan persendian kita pada daerah yang maksimal secara teratur (Sadoso

Sumarsono, 1992:21)

Daya Lentur adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam rung

gerak sendi. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang yang

mempunyai otot-otot yang elastis (Harsono,1988:163)

2.4.6 Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah posisi di arena

tertentu. Seseorang mampu mengubah satu posisi yng berbeda dalam kecepatan

tinggi dengan koordinasi yang baik berarti kelincahan cukup baik (Sajoto,1995:9)

2.4.7 Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk mengintegrasi

bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan yang komplek

secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan (Harsono,1988:221)

Page 26: kondisi fisik

15

2.4.8 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan

sistem neuromuskuler tersebut dalam satu posisi dalam sikap efisien selagi kita

bergerak (Harsono,1988:223)

2.4.9 Ketepatan

Ketepatan adalah Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-

gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak yang

mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai oleh salah satu bagian tubuh

(Sajoto,1995:9)

2.4.10 Reaksi

Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya

dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indra, syaraf atau feeling

lainnya seperti dalam mengantisipasi datangnya bola harus ditangkap dan lain-lain

(Sajoto,1995:10)

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Fisik

2.5.1 Faktor Latihan

Latihan adalah proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang

dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau

pekerjaan. Untuk penambahan beban latihan harus memenuhi prinsip-prinsip yang

sesuai dengan tujuan latihan. Prinsip-prinsip beban latihan dilakukan agar

Page 27: kondisi fisik

16

pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet

(Harsono, 1988:101).

Selain penambahan beban latihan frekuensi latihan juga harus

diperhatikan untuk meningkatkan prestasi atlet. Frekuensi latihan yang baik

dilakukan empat kali dalam seminggu agar atlet tidak mengalami kelelahan yang

kronis.

Dalam olahraga prestasi latihan harus mempunyai tujuan yang pasti,

mempunyai prinsip latihan serta berpengaruh terhadap cabang olahraga yang

diikutinya, bahkan ada pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan latihan

adalah peningkatan prestasi yang maksimal, peningkatan kesehatan dan

peningkatan kondisi fisik.

2.5.2 Prinsip-prinsip Beban Lebih (overload)

Prinsip overload adalah prinsip latihan dasar yang paling penting, oleh

karena itu tanpa penerapan prinsip ini dalam latihan tidak mungkin prestasi atlet

akan meningkat. Prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang diberikan

kepada atlet haruslah cukup berat dan bengis, serta harus diberikan berulang-ulang

dengan intensitas yang cukup tinggi. Strees fisik dapat ditimbulkan karena

penambahan beban berlebih Dengan menggunakan prinsip overload maka

kelompok otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban

secara overload akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang

mendorong meningkatnya kekuatan otot (M. Sajoto, 1995: 30).

Page 28: kondisi fisik

17

Penambahan beban harus merupakan stimulasi atlet, penambahan

kenaikan beban latihan harus dilakukan tahap demi tahap secara teratur. Misalnya

dalam pencak silat untuk latihan prinsip overload dalam kekuatan kaki yang

fungsinya untuk kekuatan tendangan dan kecepatan, caranya pemberian beban

pemberat pada kaki, dan untuk melatih kekuatan lengan yang fungsinya dalam

pencak silat untuk pukulan yaitu dengan cara angkat besi dan push-up.

2.5.3 Faktor Istirahat

Tubuh akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan

oleh pemakaian tenaga untuk aktivitas yang bersangkutan. Untuk mengembalikan

tenaga yang dipakai, diperlukan istirahat. Dengan istirahat tubuh akan menyusun

kembali tenaga yang hilang.

Istirahat harus diatur sedemikian rupa untuk mengatur antara istirahat

dengan aktivitas yang dilakukan. Istirahat yang paling baik adalah tidur, dengan

tidur diharapkan kondisi fisik yang lelah akan merasa bugar kembali.

2.5.4 Faktor Kebiasaan Hidup Sehat

Kondisi fisik yang baik harus didukung kesegaran jasmani yang baik

pula. Dengan kebiasaan hidup yang sehat maka seseorang akan jauh dari segala

bibit penyakit yang menyerang. Dalam kehidupan kita sehari-hari harus

memperhatikan dan menerapkan cara hidup sehat antara lain:

2.5.4.1 Makanan yang dikonsumsi harus mengandung empat sehat lima sempurna.

Page 29: kondisi fisik

18

2.5.4.2 Menghindari rokok dan minuman keras dan selalu menjaga kebersihan

pribadi dan kebersihan Iingkungan.

2.5.5 Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang itu tinggal dalam waktu

yang lama, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik serta sosial, mulai dari

lingkungan perumahan, lingkungan pekerjaan daerah tempat tinggal dan

sebagainya. Kualitas kesehatan seseorang dapat dilihat dengan keadaan status

kesegaran jasmaninya, keadaan lingkungan yang bersih.

2.5.6 Faktor Makanan dan Gizi

Untuk memperbaiki makanan seseorang atau atlet sesuai dengan tenaga

yang dibutuhkan selama latihan atau melakukan suatu aktivitas. Untuk seorang

atlet membutuhkan 25-35% lemak, 15% protein , 50-60% hidrat arang dan

vitamin serta mineral lainnya. Jadi untuk pembinaan kondisi fisik dibutuhkan

banyak makanan yang mengandung gizi yang mengadung unsur-unsur: protein,

lemak, garam-garam mineral, vitamin dan air.

2.5.6.1 Protein

Ada dua macam jenis protein yaitu protein nabati dan protein hewani.

Protein hewani adalah protein yang berasal dan hewan sedangkan protein nabati

adalah protein yang berasal dan tumbuh-tumbuhan.

Page 30: kondisi fisik

19

Protein berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh untuk pertumbuhan,

dan mengganti bagian tubuh yang rusak, membuat enzim, hormon, pigmen dan

penghasil kalori. Protein mengandung unsur karbon (C) maka protein dapat pula

berperan sebagai zat tenaga, zat pembakar apabila kebutuhan tubuh akan kalori

tidak dapat dipenuhi oleh hidrat arang dan lemak. Apabila protein digunakan

sebagai zat tenaga atau zat pembakar maka protein tidak dapat digunakan scbagai

bahan pembentuk sel-sel tubuh (Asmira Sutarno, 1980: 25).

Selain itu protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh

melawan berbagai mikroba dan zat toksin lain yang datang dari luar dan masuk

kedalam melleu interiur tubuh (Ahmad Djaeni Sedia Oetama, 1996:75).

Sehingga dapat disimpulkan sebagai zat pembangun protein juga dapat

berfungsi sebagai sumber serta pertahanan tenaga bagi tubuh, ini berarti protein

berperan terhadap peningkatan kondisi fisik.

2.5.6.2 Lemak

Lemak merupakan bahan makanan yang memberi kalori. Lemak juga

berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K. Lemak berfungsi pula sebagai

pelindung terhadap perusak mekanis. Lemak juga bertindak sebagai isolasi

rnencegah hilangnya panas yang terlalu cepat. Fungsi utama lemak adalah

memberi tenaga pada tubuh. Satu gram lemak dibakar dalam tubuh akan

menghasilkan sembilan kalori (Asmira Sutarno,1996:95)

Dengan demikian dapat disimpulkan selain sebagai pelarut vitamin dan

pelindung bagi tubuh lemak juga berperan sebagai penghasil kalori serta sebagai

Page 31: kondisi fisik

20

penghasil energi yang turut menentukan peningkatan kondisi fisik seseorang atau

atlet.

2.5.6.3 Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat makanan yang memberikan tenaga paling banyak.

Zat ini juga berfungsi sebagai oksidasi atau pembakaran lemak. Karena

karbohidrat maka penghancur protein sebagai tenaga berkurang, sehingga protein

banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembangun.

Didalam tubuh karbohidrat merupakan sumber energi yang paling lemah,

karbohidrat yang tidak dapat dicerna, memberikan volume kepada 151 usus dan

rangsangan mekanis yang terjadi, melancarkan gerak peristaltik yang melancarkan

aliran bubur makan (chymus) melalui saluran pencernaan serta memudahkan

pembuangan tinja (De-feaksi) (Ahmad Djaeni Sedia Octama, 1996:36).

Dengan demikian karbohidrat dapat disimpulkan selain sebagai sumber

tenaga juga berfungsi sebagai pembakar lemak, sehingga berpengaruh kepada

peningkatan kondisi fisik seseorang atau atlet.

2.5.6.4 Vitamin

Vitamin berfungsi sebagai penjaga agar tubuh tetap normal. Pemenuhan

vitamin dalam tubuh haruslah tetap, sebab apabila kekurangan vitamin tertentu

akan menderita penyakit tertentu pula. Tetapi apabila kelebihan juga tidak

berfungsi. Kekurangan salah satu vitamin disebut avitaminosis. Fungsi utama

Page 32: kondisi fisik

21

vitamin adalah untuk mengatur proses metabolisme protein, lemak dan hidrat

arang (Asmira Stitarno, 1980:28).

Sehingga dapat disimpulkan vitamin berperan sebagai pengatur

metabolisme dalam tubuh, dan orang yang metabolismenya normal dimungkinkan

memiliki kondisi fisik atau kesegaran jasmani yang baik.

2.5.6.5 Air

Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air di dalam tubuh, selain berfungsi

sebagai zat pembangun seperti telah disebutkan di atas, bahwa air merupakan

bagian dan jaringan-jaringan tubuh, air berfungsi pula sebagai zat pengatur, air

berperan antara lain sebagai zat pelarut hasil-hasil pencernaan makanan, sehingga

zat-zat yang diperlukan tubuh dapat diserap melalui dinding usus. Sebaliknya,

dengan adanya air sisi pencernaan dapat pula dikeluarkan dan tubuh, baik melalui

paru-paru, kulit, ginjal maupun melalui usus. Selain itu air juga berfungsi dalam

pengatur panas tubuh, dengan jalan mengalirkan panas yang dihasilkan ke seluruh

bagian tubuh. (Nancy Clark 2001:111)

Dengan demikian dapat dikatakan pelarut basil-basil pencernaan didalam

tubuh oleh air akan menjadikan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dapat diserap

melalui dinding usus halus, sehingga air berfungsi sebagai pengatur metabolisme

hasil-hasil pencernaan kedalam jaringan sebagai hasil pembakaran zat-zat

makanan, yang nantinya akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Jadi apabila

seseorang mempunyai metabolisme tubuh yang baik akan memungkinkan untuk

meningkatkan kondisi fisik seseorang atau atlet.

Page 33: kondisi fisik

22

2.6 Pembinaan Fisik

Pembinaan fisik merupakan usaha peningkatan kondisi fisik agar

kemampuan fisik meningkat kekondisi fisik yang baik dan berguna untuk

melakukan aktivitas olahraga dalam mencapai prestasi (Soeharno HP,1986:21).

Usaha peningkatan kondisi fisik agar kemampuan fisik meningkat kondisi

yang baik dan berguna untuk mencapai prestasi, maka didalam latihan harus

memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Adapun prinsip-prinsip latihan tersebut

adalah sebagai berikut:

2.6.1 Prinsip Beban Berlebih

Latihan harus menyebabkan penekanan fisik dan mental atlet. Beban

latihan yang dikerjakan oleh atlet sebaiknya atlet betul-betul merasakan berat,

kemudian timbul kelelahan fisik dan mental secara menyeluruh. Stres fisik dapat

ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang lebih dari batas

kemampuan atlet (Suharno HP,1986:26).

Dengan menggunakan prinsip beban berlebih maka kelompok-kelompok

otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban secara

berlebih akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong

meningkatnya kekuatan otot (M. Sajoto,1995:30).

Secara faal tujuan setiap latihan adalah memberi beban atau stres pada

tubuh sehingga sebagai responnya akan timbul adaptasi. Bila adaptasi telah terjadi

artinya tubuh telah terbiasa dengan beban tersebut, maka tidak akan muncul

peningkatan kapasitas kecuali beban artinya agar timbul adaptasi baru yang lebih

Page 34: kondisi fisik

23

baik. Beban berlebih dapat disusun berdasarkan frekuensi, intensitas dan lama

latihan

2.6.2 Prinsip Individualisasi

Prinsip individualisasi merupakan salah satu syarat yang penting dalam

latihan dan harus diterapkan kepada setiap atlet, sekalipun mereka mempunyai

tingkat prestasi yang sama. Seluruh konsep latihan haruslah disusun sesuai dengan

kekhususan setiap individu agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai

(Harsono,1988:112).

Setiap atlet sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga pasti berbeda

dalam segi fisik, mental dan watak dan tingkat kemampuannya. Perbedaan-

perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode

latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu. Olahraga

yang bersifat regu, namun proses melatihnya pasti lewat individu-individu dari

anggota regu, dimana minta perhatian dalam hal fisik, mental, watak dan

kemampuannya (Suharno HP,1986:22).

2.6.3 Prinsip Spesialisasi

Program latihan dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus dan

latihan hendaknya dapat merangsang benar pada gerakan cabang olahraga yang

besangkutan. Misal dalam pencak silat ada aspek fisologis dan dalam aspek

fisologis yang nampak dominan khususnya untuk kategori tanding yaitu

kemampuan anaerobik lebih besar dari pada aerobik dengan perbandingan kurang

Page 35: kondisi fisik

24

lebih 60:40. Oleh sebab itu komponen yang diharapkan dimiliki atlet adalah

kecepatan, reaksi, kelincahan, koordinasi, kekuatan, daya tahan dan didukung

dengan komponen keseimbangan, kelentukan dan ketepatan.(Johansyah Lubis

2004:78)

Atlet yang menekuni cabang olahraga, tujuan secara motif biasanya

adalah melakukan spesialisasi dalam cabang olahraga tersebut. Spesialisasi berarti

mencurahkan segala kemampuan baik fisik maupun psikis pada satu cabang

olahraga tertentu (Harsono,1988:109).

2.6.4 Prinsip Kenaikan Beban Secara Teratur

Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban

latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi

over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin

keteraturannya. Loading diperberat setingkat demi setingkat dengan merubah

salah satu atau semua ciri-ciri loading seperti:intensity, volume, recovery,

frequency, dan lain-lain. Kenaikan beban yang melincat dari beratnya akan

mengakibatkan terjadinya overtraining dan penghentian prestasi atlet (Suharno

HP,1986:21).

Bila otot telah menerima beban yang berlebihan maka perlu adanya

program latihan weight training. Bila kekuatan sudah bertambah perlu

penambahan yang dilakukan bila otot yang dilatih belum mersa letih pada satu sel

dengan repetisi yang ditentukan (M. Sajoto,1995:30).

Page 36: kondisi fisik

25

2.6.5 Prinsip Pengaturan Latihan

Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok

otot besar terlebih dahulu yang dilatih sebelum otot kecil. Hal ini dilaksanakan

agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan terlebih dahulu. Dengan

demikian program latihan hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada

tubuh yang sama mendapat dua kali latihan secara beruntun (M.Sajoto,1995:31).

Semua perubahan dalam tubuh kita setelah suatu aktivitas fisik selalu

menganut asas interpedensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan

sistem tubuh manusia dan antara proses-proses faaliah dengan psikologis

(Harsono,1988:109).

2.7 Pembinaan Fisik Atlet Pencak Silat

Pembinaan fisik atlet pencak silat merupakan pembentukan kondisi fisik

yang sudah bersifat khusus pada cabang olahraga. Komponen-komponen kondisi

fisik yang perlu dibina dalam pencak silat antara lain:

2.7.1 Bentuk Latihan Kekuatan (Strenght)

Ada dua cara kerja otot dalam menggunakan kekuatan yaitu kekuatan

dinamik dan kekuatan statik. Kekuatan dinamik adalah bila otot bekerja atau

berkontaraksi terjadi otot memendek atau memanjang. Kerja otot semacam ini

disebut dengan istilah ”kontraksi isotonik”, sedangkan kekuatan statik bila

berkontraksi tanpa perubahan panjang otot. Kerja otot seperti ini disebut dengan

”kontraksi isometrik” (Garuda Emas, 2000:13-14)

Page 37: kondisi fisik

26

Latihan yang menggunakan beban berat badan maupun beban dari luar

sebagai tahanan merupakan suatu cara yang baik untuk memulai latihan kekuatan.

Latihan denga menggunakan tahanan berat badan dapat berupa: push-up, sit-up,

back-up dan squat jump. Sedangkan latihan dengan tahanan dari luar dapat berupa

weight training yaitu latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai

sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk mencapai

tujuan tertentu. Misalnya unsur yang nampak dalam pencak silat yaitu frekuensi

pukulan, tangkisan dan tendangan.

2.7.2 Bentuk Latihan Daya Tahan (Endurance)

Daya tahan merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk

bekerja dalam jangka waktu ynag lama, tanpa mengalami kelelahan yang

berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Daya tahan yang dimaksud

adalah menyangkut unsur sirkulasi (peredaran darah) dan unsur respirasi

(pernafasan) atauu yang sering dikenal dengan sistem cardiorespiratory

(Harsono,1988:155)

Oleh karena batasan daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau

berlatih dalam waktu yang lama, maka latihan-latihan untuk mengembangkan

komponen daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut, yaitu bahwa

latihan-latihan yang dipilih haruslah berlangsung untuk waktu yang lama. Bentuk-

bentuk latihan daya tahan antara lain:

Page 38: kondisi fisik

27

2.7.2.1 Fartlek

Adalah suatu latihan daya tahan untuk membangun, mengembalikan

atau memelihara kondisi tubuh seseorang. Fartlek adalah sistem latihan yang

sangat baik untuk semua cabang olahraga, terutama untuk cabang olahraga yang

memerlukan daya tahan. Fartlek dilakukan biasanya dialam terbuka dan dimulai

dengan lari lintas alam (cross country). Fartlek dimulai dengan lari lambat-lambat

yang kemudian divariasi dengan sprint-sprint pendek yang intensif dan dengan

lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan yang cukup tinggi, kemudian

diselinggi dengan joging dan sprint lagi dan sebagainya. Variasi tempo lari dapat

dilakukan oleh atlet tergantung dari kondisi atlet. Oleh karena harus berlari di

alam terbuka yang lapangannya bervariasi dalam topografinya dan dengan

pemandangan alam yang berubah-ubah, maka hal ini dapat memperlambat

datangnya lelah (Harsono,1988:155).

2.7.2.2 Interval Training

Adalah suatu bentuk latihan daya tahan yang diselingi oleh interval-

interval yang berupa masa-masa istirahat. Interval training sangat dianjurkan oleh

karena memang hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun

stamina atlet. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun

interval training yaitu:

a. Lamanya latihan

b. Beban atau intensitas latihan

Page 39: kondisi fisik

28

c. Ulangan (repetisi) melakukan latihan

d. Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan

(Harsono,1988:56).

2.7.3 Bentuk Latihan Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan dari pada reaksi otot yang ditandai

dengan perubahan antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju frekuensi

maksimal. Latihan kecepatan sering menggunakan pembebanan sehingga

diperlukan latihan-latihan kekuatan yang mendahuluinya. Bentuk latihan-latihan

kecepatan antara lain:

a. Interval trainning

b. Lari akselerasi yaitu lari dimulai dengan tempo lambat makin lama makin

cepat

c. Uphill dan down hill yaitu lari naik turun bukit untuk memgembangkan

dynamic strenght otot-otot tungkai dan untuk melatih kecepatan frekuensi

gerak kaki (Sujarwo,1981:121).

2.7.4 Bentuk Latihan Kelentukan (Flexibility)

Kelentukan dalam olahraga biasanya mengacu kepada gerak sendi atau

sendi-sendi tubuh. Kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan

peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak sendi-sendi. Bentuk-

bentuk latihan yang dapat dipakai untuk mengembangkan kelentukan atau

fleksibilitas antara lain:

Page 40: kondisi fisik

29

2.7.4.1 Peregangan Dinamis

Peregangan dinamis biasanya dilakukan deigan menggerakkan tubuh

atara anggota-anggota tubuh secara ritmis (berirama) dengan gerakan-gerakan

memutar atau memantul-mantulkan aggota tubuh, sedemikian rupa sehingga otot-

otot terasa teregangkan dan yang maksudnya ialah secara bertahap meningkatkan

secara progresif ruang gerak sendi-sendi (Harsono, 1988: 164).

Peregangan dinamis kurang efcktif apabila dipakat untuk melatih

memperluas ruang gerak sendi dan untuk membuat otot elastis, akan tetapi

peregangan dinamis tetap akan efektif apabila dipergunakan untuk latihan

pemanasan badan (warm-up). OIeh karena itu dalam warming-up dianjurkan

untuk tetap mempergunakan latihan-latihan peregangan dinamis.

2.7.4.2 Peregangan Statis

Peregangan statis dilakukan dengan mengambil sikap sedemikian rupa

sehingga meregangkan suatu otot tertentu. Misalnya sikap berdiri dengan tungkai

lurus, badan dibungkukan tangan menyentuh lantai. Sedemikian untuk

meregangkan otot paha belakang.

Kedua metode peregangan diatas harus disesuaikan penerapanmya

dengan kebutuhan. Peregangan dinamis cocok diterapkan dalam warming-up

sebelum melakukan aktivitas atau latihan lebih intensif. Akan tetapi apabila inti

acara latihan penekanannya adalah pada latihan fleksibilitas, jadi untuk

memperluas ruang gerak sendi, maka latihan dengan peregangan statis yang lebih

sesuai (Harsono,1988:169).

Page 41: kondisi fisik

30

2.7.5 Bentuk Latihan Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah posisi di area tertentu

dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik. Kelincahan melibatkan

interaksi dan berbagai unsur lain seperti kecepatan reaksi, kekuatan dan

ketampilan motorik. Bentuk-bentuk latihan kelincahan meliputi:

Lari rintangan yaitu lari melalui berbagai rintangan yang dipasang baik

dengan jalan melompati atau menerobos dan bawah rintangan.

Lari berbelok-belok (zig zag) yaitu berlari secepat-cepatnya melalui

tonggak-tonggak yang dipasang pada jarak tertentu.

1. Lari bolak-balik (shutle run)

2. Squat trusht atau modifikasinya.

(Harsono, 1988:172-1 73).

2.7.6 Bentuk Latihan Daya Otot (Muscular Power)

Unsur penting dalam power yaitu kekuatan otot dan kecepatan otot

dalam menggerakkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Pelatihan

plyometrik adalah cara yang sangat efektif dalam mengkombinasikan kecepatan

dan kekuatan. (Brittenham, 1998:59).

2.7.7 Tes dan Pengukuran Kondisi fisik

Tingkat kondisi fisik sesorang dapat diketahui dengan mengadakan tes

kondisi fisik. Dalam penelitian ini digunakan tes dan pengukuran kemampuan

kondisi fisik atlet nasional yang diturunkan menjadi norma atlet daerah atau

propinsi. Contoh hasil tes atlet nasional sedang(S), maka untuk atlet daerah atau

propinsi hasilnya baik(B). Dalam pelaksanaannya tes kemampuan fisik

Page 42: kondisi fisik

31

disesuaikan dengan cabang olahraganya dalam hal ini,cabang pencak silat yang

dikakukan dengan cara baterai tes maksudnya tes dilakukan secara urut tidak

boleh secara acak yang terdiri dari; 1) lari 30 meter, 2) sit-up, 3) pull-up, 4) duduk

pada tembok, 5) loncat dada, 6) lari bolak-balok 4 X 5 meter, 7) duduk berlunjur

dan meraih, 8) lari 15 menit tes balke/ bleep tes.(Harsuki,2003:325)

2.7.7.1 Petunjuk Pelaksanaan Butir Tes

Untuk menentukan nilai secara keseluruhan kondisi fisik atlet, dilakukan

dengan cara :

1. Lari 30 meter

a. Tujuan untuk mengukur kecepatan lari mengukr kecepatan lari menempuh

jarak 30 meter

b. Alat peralatan

1) Lapangan datar jarak minimal 40 m, dibatasi garis start dan garis finish

jarak 30 m.

2) Stopwatch,bolpoint dan formulir

3) Bendera start

4) Lintasan lari lebar 1,22 cm, buat beberapa lintasan

5) Tester

6) 1 orang tester

7) Pengambil waktu sesuai kebutuhan

8) 1 orang pencatat waktu

c. Pelaksanaan

Dengan aba-aba siap testi siap lari dengan start berdiri, setelah aba-aba

yaak testi lari secepatnya menempuh jarak 30m sampai melewati garis finish.

Page 43: kondisi fisik

32

Lakukan test lari tersebut dua kali, setelah selang pelari berikutnya/kelompok

berikutnya. Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung

Tabel 2.1 Norma Atlet Daerah/Propinsi lari 30 meter

Kriteria Putra Putri

BS 3.92 - 4.34 4.51 - 4.96

B 4.35 - 4.72 4.97 - 5.40

S 4.73 - 5.11 5.41 - 5.86

K 5.12 - 5.50 5.86 - 6.30

(Harsuki,2003:330)

2. Sit-up

Tujuan test ini mengukur daya tajan kekuatan otot-otot perut

a. Alat peralatan

• Lantai datar atau matras

• Bolpoint dan formulir

• Stopwatch

• Alat penghitung

b. Tester

• 1 orang pemegang stopwatch dan pengambil waktu

• Pengawas merangkap penghitung dan pencatat hasil, jumlah pengawas

sesuai kebutuhan

c. Pelaksanaan

Testi berbaring terlentang, kedua tangan dibelakang tengkuk, kedua siku

lurus kedepan. Kedua lutut ditekuk, kedua tapak kaki tetap dilantai,

Page 44: kondisi fisik

33

bersama aba-aba yaak testi siap melaksanakan dan stopwatch dijalankan,

lakukan sebanyak mungkin selama 1 menit

Tabel 2.2 Norma Atlet Daerah/Propinsi sit-up

Kriteria Putra Putri

BS 54 – 69 48 - 60

B 38 – 53 35 - 47

S 22 – 37 22 - 34

K 21 – 36 9 - 21

(Harsuki,2003:331)

3. Pull-up (putra) / BST(putri)

a. Test ini bertujuan untuk mengukur daya tahan kekuatan otot-otot lengan

dan bahu

b. Alat Peralat

• Palang tunggal tiang 2,5-3,0 m, garis tengah 3-5 cm

• Bolpoint dan formolir

• taly counter / alat penghitung

• Bangku untuk dipindah-pindah

• Kapur/magnesium karbonat

c. Tester

1 0rang pengawas sekaligus penghitung dan pencatat

d. Pelaksanaan

Tes berdiri dibawah paling tunggal, meloncat lalu bergantung atau berdiri

di atas kursi lalu bergantung peganan ke depan . Setelah itu testi segera

Page 45: kondisi fisik

34

membengkokkan kedua lengan dan mengangkat tubuh sampai dagu berada

di atas palang tunggal, kemudian kembali bergantung dengan kedua

lengan lurus, pull-up dilakukan sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit

Tabel 2.3 Norma Atlet Daerah/Propinsi pull-up

Kriteria Putra Putri

BS 17 – 23 40 - 59

B 10 – 16 21 - 39

S 3 – 9 2 - 20

K 2 1

(Harsuki,2003:332)

4. Duduk Pada Tembok

a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kekuatan otot paha

b. Alat Peralatan

• Tembok/papan tegak

• Stopwatch, bolpoint, dan formulir

c. Test

• Seorang pencatat waktu

• Pengambil waktu sekaligus pengawas sesuai kebutuhan

d. Pelaksanaan

Pada aba-aba bersedia testi berlari medekat tembok. Pada aba-aba siap

testi menempatkan kedua tapak kaki sejajar ± 20 cm dan lurus kedepan,

pantat merapat ketembok, tungkai bawah tegak lurus, paha mendatar

sehingga tungkai bawah dan paha bersudut 90 derajat. Kedua lengan lurus

kebawah bersama mempertahankan sikap betul tersebut selama mungkin.

Page 46: kondisi fisik

35

Tabel 2.4 Norma Atlet Daerah/Propinsi duduk pada tembok

Kriteria Putra Putri

BS 4:21 - 5:20 4:01 – 5:00

B 3:21 – 4:20 3:01 – 4:00

S 2:21 – 3:20 2:01 – 3:00

K 1:21 – 2:20 1:01 – 2:00

(Harsuki,2003:336)

5. Loncat Dada

a. Tujuan mengukur Kekuatan otot-otot kaki dan pernafasan

b. Alat peralatan

• Tally counter

• Bolpoint dan formulir

• Stopwatch

c. Tester

• Pengambil waktu seorang

• Pengamat testi sesuai kebutuhan

d. Pelaksanaan

Setiap testi diamati seorang tester, dengan aba-aba bersedia testi berdiri

bebas mengambil tempat tidak saling mengganggu satu dan lainnya dalam

bentuk berbanjar. Dalam aba-aba siap testi siap untuk meloncat, testi

melakukan loncatan selama 1 menit

Page 47: kondisi fisik

36

Tabel 2.5 Norma Atlet Daerah/Propinsi loncat dada

Kriteria Putra Putri

BS 91 – 122 40 - 59

B 60 – 90 21 - 39

S 29 – 59 2 - 20

K 30 13

(Harsuki,2003:339)

6. Lari Bolak Balik 4x5 meter

a. Tujuan untuk mengukur kelincahan seseorang mengubah posisi atau arah

b. Alat Peralatan

• Stopwatch sesuai kebutuhan

• Lintasan lari datar panjang minimal 10 m dengan garis batas jarak 5m

dengan setiap lintasan lebar 1,22m

c. Tester

• 1 orang tester dan pencatat waktu

• Pengambil waktu sesuai jumlah testi

d. Pelaksanaan

Pada aba-aba bersedia setiap testi berdiri di belakang garis atau garis

pertama di tengah lintasan. Pada aba-aba siap testi denagan start berdiri

siap lari dengan aba-aba yaak testi segera lari menuju kegaris kedua dan

setelah kedua kaki melewati garis kedua segera berbalik dan menuju ke

garis start. Lari dari garis start atau garis pertama menuju garis kedua dan

kembali ke garis start dihitung 1 kali, pelaksanaan lari dilakukan sampai

empat kalinya bolak balik sehingga menempuh jarak 40 m.

Page 48: kondisi fisik

37

Tabel 2.6 Norma Atlet Daerah/Propinsi lari bolak balik 4x5m

Kriteria Putra Putri

BS 12.11 – 13.53 12.43 – 14.09

B 13.54 – 14.96 14.10 – 15.74

S 14.98 – 16.39 15.75 – 17.39

K 16.40 – 17.82 17.40 – 19.04

(Harsuki,2003:341)

7. Duduk Berjulur dan Meraih

a. Tujuan untuk mengukur kelentukan tubuh pada pinggul

b. Alat Peralatan

• Pita pengukur dalam cm dengan panjang minimal dua meter

• Tembok atau papan tegak lurus dengan lantai dasar

• Bolpoint dan formulir

c. Tester

1 orang pencatat

d. Pelaksanaan menduduki pita pengukur

Pita pengukur diletakkan lurus dilantai, dengan huruf 0(nol) pada tepi

tembok. Testi melepaskan sepatu dan kaos kaki, duduk berlunjur

menduduki pita pengukur: pantat, punggung, dan kepala merapat tembok,

kedua kaki lurus kedepan dengan kedua lutut lurus, panjang kaki dicatat

sampai cm penuh, kemudian testi meraih kedua lengan kedepan sejauh

mungkin dan menempatkan kedua jari-jari tangan pada pita sejauh

mungkin, tahap raihan minimal 3 detik

Page 49: kondisi fisik

38

Tabel 2.7 Norma Atlet Daerah/Propinsi duduk berlunjur dan

meraih

Kriteria Putra Putri

BS 31 – 45 35 - 45

B 21 – 30 26 - 34

S 11 – 20 16- 25

K 1 – 10 1 - 15

(Harsuki, 2003:340)

8. Lari 15 menit balke / bleep tes

a. Tujuan untuk mengukur daya taha kerja jantung dan pernafasan atau dapat

pula untuk mengukur VO2 max

b. Alat Peralatan

• Lintasan lari dalam stadion atau lintasan datar panjang minimal 220

meter dengan batas-batas saetiap jarak 10 meter

• Stopwatch, bolpoint, dan formulir tester

c. Tester

• 1 orang starter merangkap pencatat waktu

• Pengawas merangkap menghitung jarak lari sesuai kebutuhan

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan seperti lari 1.600 meter, hanya saja testi berusaha lari sejauh

mungkin dalam waktu 15 menit,setelah 15 menit stopwatch dihentikan dan

dengan bunyi peluit keras

VO2 max = 33,3 + ( jarak tempuh – 133) x 0.172 15

Page 50: kondisi fisik

39

Tabel 2.8 Norma Atlet Daerah/Propinsi lari 15menit

Kriteria Putra Putri

BS 60.90 – 55.10 54.20 – 49.30

B 55.00 – 49.20 49.20 – 39.20

S 49.10 – 43.30 44.10 – 39.20

K 43.20 – 47.40 39.10 – 33.30

(Harsuki, 2003:344)

2.7.7.2 Petunjuk Penilaian Hasil Rangkaian Tes Kemampuan Fisik

Konversi Klasifikasi penilaian Setiap Butir Tes

Baik Sekali (BS) = 5

Baik (B) = 4

Sedang (S) = 3

Kurang (K) = 2

Kurang Sekali (KS) = 1

Klasifikasi Penilaian Seluruh Rangkaian Tes

5.0 = BS 2.8 - 2.9 = S-

4.8 - 4.9 = BS 2.4 - 2.7 = K+

4.4 - 4.7 = B+ 2.0 - 2.3 = K

4.0 - 4.3 = B 1.8 - 1.9 = K-

3.8 - 3.9 = B 1.4 - 1.7 = KS+

3.4 - 3.7 = S+ 1.0 - 1.3 = KS

3.0 - 3.3 = S

(Harsuki,2003:350)

Page 51: kondisi fisik

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari individu yang dijadikan obyek penelitian

dan keseluruhan individu tersebut paling sedikit mempunyai sifat sama. Dalam

pengertian tersebut di atas maka populasi dalam pengertian ini adalah semua atlet

pencak silat Tapak Suci Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.(Sutrisno

Hadi,1994:220)

3.2. Sampel dan Teknik Penarikannya.

Sampel yang digunakan adalah sebagai individu yang diselidiki. Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah atlet pencak silat Tapak Suci Kecamatan Wanadadi

Kabupaten Banjarnegara yang berusia 13-18 tahun,sehingga teknik pengambilan

sampel ini menggunakan purposive total sampling yaitu peneliti hanya

mengambil atlet yang berusia 13-18 tahun. Teknik ini dilakukan karena beberapa

pertimbangan antara lain keterbatasan waktu, tenaga, dana sehingga tidak dapat

mengambil sampel yang lebih besar dan jauh, jumlah sampel dalam penelitian ini

ada 26 atlet. (Suharsimi Arikunto, 2002:117)

3.3. Waktu dan Tempat penelitian.

• Waktu : Pukul 08.00- selesai

• Hari dan Tanggal : Minggu,Tgl 29 Oktober 2006

40

Page 52: kondisi fisik

41

• Tempat penelitian : Tes dilakukan di perguruan pencak silat Tapak

Suci Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara

3.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,2002:96)

Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebasnya adalah atlet Pencak

Silat Tapak Suci Usia 13-18 Tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten

Banjarnegara,sedangkan variabel terikatnya adalah kondisi fisik

3.5. Teknik Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting dalam

sebuah penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang di

peroleh.Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data sesuai maka

penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik tes(Suharsimi

Arikunto,2002:197).

3.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian

Pada penelitian juga telah diusahakan untuk menghindari adanya

kernungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan

pengambilan data, maka di bawah ini dikemukakan adanya variabel yang

dikendalikan meliputi beberapa faktor dan usaha untuk menghindarinya. Adapun

faktor-faktor tersebut adalah:

Page 53: kondisi fisik

42

3.6.1 Faktor Kesungguhan Hati

Kesungguhan hati dan tiap anak dalam melakukan kegiatan penelitian

tidak sama, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk

menghindarinya diupayakan agar untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan

tes dengan ditunggui pelatihnya.

3.6.2 Faktor Cuaca

Karena pelaksanaan tes dilapangan, maka faktor cuaca sangat

diperhitungkan khususnya hujan yang dapat mengganggu jalannya penelitian. Bila

hal ini terjadi maka proses penelitian hari itu diganti dengan hari lain.

3.7. Teknik Analisis Data.

Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriftif prosentase. Adapun rumus yang digunakan:

Dp = Nn x 100 %

Keterangan:

Dp = Deskriftif prosentase

n = Jumlah nilai faktor faktual

N = Jumlah seluruh nilai jawaban ideal

% = Tingkat persentase yang dicapai

(Mohamad Ali,1993:20)

Page 54: kondisi fisik

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi Fisik

Kondisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci kecamatan Wanadadi

kabupaten Banjarnagara usia 13-18 tahun, hasil tes kondisi fisik atlet pencak silat

Tapak Suci kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara usia 13-18 tahun

dengan jumlah sampel 26 atlet dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci

kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara

Interval Nilai Jumlah (orang) Prosentase (%) Klasifikasi Deskripsi Kategori

4.8 – 4.9 0 0 BS 4.4 – 4.7 0 0 B+ Baik sekali

4.0 – 4.3 3 11.54 B 3.8 – 3.9 3 11.54 B Baik

3.4 – 3.7 8 30.77 S+ 3.0 – 3.3 11 42.31 S 2.8 – 2.9 1 3.85 S-

Sedang

2.4 – 2.7 0 0 K+ 2.0 – 2.3 0 0 K 1.8 – 1.9 0 0 K- 1.4 – 1.7 0 0 KS+ 1.0 – 1.3 0 0 KS

Kurang

Jumlah 26 100% (Sumber : Data diolah, 2006)

43

Page 55: kondisi fisik

44

0.00

23.08

76.93

0.000

20

40

60

80%

BS BS S K

Gambar 4.1 grafik histrogram kondisi fisik atlet Pencak Silat usia 13-18 tahun

Berdasarkan data distribusi frekuensi dan histogam tersebut menunjukkan

bahwa tingkat kodisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci kecamatan Wanadadi

kabupaten Banjarnegara usia 13-18 tahun yang menunjuk kriteria baik yaitu

23,08% yang mempunyai kriteria sedang sebesar 76,93%, sedangkan yang

mempunyai kondisi fisik kurang dan baik sekali 0,00%. Berdasarkan data tersebut

ini berarti kondisi fisik pencak silat Tapak Suci kecamatan Wanadadi kabupaten

Banjarnegara usia 13-18 tahun sebagian besar memiliki kriteria sedang.

Adapun rangkaian tes yang dilakukan untuk mengukur kemampuan fisik

tersebut meliputi lari 30 meter, sit-up, pull-ap (putra), bergantung siku tekuk

(putri), duduk pada tembok, loncat dada, lari bolak-bolak 4x5 meter, duduk

berlunjur dan meraih, serta lari 15 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

dari masing-masing rangkaian tes didapat data sebagai berikut :

Page 56: kondisi fisik

45

1) Tes lari 30 menit

Tabel 4.2 Hasil tes lari 30 meter

Tujuan : Mengukur kecepatan

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 2 7.7% 2 Baik 19 73.1% 3 Sedang 5 19.25% 4 Kurang 0 0% 5 Kurang sekali 0 0%

Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes lari 30 meter untuk

mengukur kecepatan di dapat 7,7% menunjukkan kategori baik sekali, 73,1%

termasuk kategori baik, 19,2% termasuk kategori sedang.

2) Tes sit-up

Tabel 4.3 Hasil tes sit-up

Tujuan : Mengukur daya tahan otot perut

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 8 30.7% 2 Baik 7 26.9% 3 Sedang 10 38.5% 4 Kurang 1 3.8% 5 Kurang sekali 0 0%

Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes daya tahan otot perut

yang dilakukan dengan sit-up didapat 30,7% menunjukkan baik sekali 26,7%

menunjukkan kategori baik, 38,5% menunjukkan kategori sedang dan 3,8%

menunjukkan kategori kurang.

3) Tes pull-up (putra) dan bergantung siku tekuk (putri)

Page 57: kondisi fisik

46

Tabel 4.4 Hasil tes pull-up dan bergantung siku tekuk

Tujuan : Mengukur daya tahan kekuatan otot-otot lengan dan bahu

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 4 15.4% 3 Sedang 22 84.6% 4 Kurang 0 0.0% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes pull-up dan

bergantung siku tekuk didapat 15,4% menunjukkan kategori baik, 84,6%

menunjukkan kategori sedang.

4) Tes duduk pada tembok

Tabel 4.5 Hasil tes duduk pada tembok

Tujuan : Mengukur kekuatan otot-otot paha

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 3 11.5% 3 Sedang 9 34.6% 4 Kurang 14 53.8% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan bahwa kekuatan otot-otot paha

yang dilakukan dengan tes duduk pada tembok didapat 11,5% menunjukkan

kategori baik, 34,6% menunjukkan kategori sedang dan 53,8% menunjukkan

kategori kurang.

Page 58: kondisi fisik

47

5) Tes loncat dada

Tabel 4.6 Hasil tes loncat dada

Tujuan : Mengukur kekuatan otot-otot kaki dan pernafasan

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 5 19.2% 3 Sedang 16 61.2% 4 Kurang 5 19.2% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes kekuatan otot-otot kaki

dan pernafasan yang dilakukan dengan loncat dada didapat 19,2%

menunjukkan kategori 61,5% menunjukkan kategori sedang, 19,2%

menunjukkan kategori kurang.

6) Tes lari bolak balik 4x5 meter

Tabel 4.7 Hasil tes lari bolak balik 4x5 meter

Tujuan : Mengukur kelincahan

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 11 42.3% 2 Baik 12 46.1% 3 Sedang 3 11.5% 4 Kurang 0 0.0% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes kelincahan yang

dilakukan dengan lari bolak-balik 4x5 meter didapat 42,3% dalam kategori

baik sekali, 46,1% dalam kategori baik, dan 11,5% menunjukkan kategori

sedang.

Page 59: kondisi fisik

48

7) Tes duduk berlunjur dan meraih

Tabel 4.8 Hasil tes duduk berlunjur dan meraih

Tujuan : Mengukur kelentukan tubuh pada pinggul

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 2 7.7% 2 Baik 20 76.9% 3 Sedang 4 15.4% 4 Kurang 0 0.0% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes kelentukan yang

dilakukan dengan duduk berlunjur dan meraih didapat 7,7% menunjukkan

kategori baik sekali, 76,9% menunjukkan kategori baik dan 15,4%

menunjukkan kategori sedang.

8) Tes lari 15 menit

Tabel 4.9 Hasil tes lari 15 menit

Tujuan : Mengukur VO2 max

No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 8 30.8% 3 Sedang 11 42.3% 4 Kurang 7 26.9% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa kekuatan Vo2max yang

dilakukan dengan lari 15 menit didapat 30,8% menunjukkan kategori baik,

42,3% menunjukkan kategori sedang dan 26,9% menunjukkan kategori

kurang.

Page 60: kondisi fisik

49

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian survai kondisi fisik atlet pencak silat Tapak

Suci usia 13-18 tahun di kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang

dilakukan dengan serangkaian tes kemampuan fisik yang dilakukan dengan cara

baterai tes maksudnya tes dilakukan secara urut tidak boleh secara acak didapat

hasil sebagai berikut :

4.2.1 Tes kecepatan yang dilakukan dengan lari 30 meter menunjukkan nilai

baik

4.2.2 Tes daya tahan otot perut yang dilakukan dengan sit-up menunjukkan nilai

sedang

4.2.3 Tes daya tahan kekuatan otot-otot lengan dan bahu yang dilakukan dengan

pull-up (putra) dan BST (Bergantung Siku Tekuk (putri)) menunjukkan

nilai sedang

4.2.4 Tes kekuatan otot paha yang dilakukan dengan duduk pada tembok

menunjukkan nilai kurang

4.2.5 Tes kekuatan otot kaki dan pernafasan yang dilakukan dengan loncat dada

menunjukkan nilai sedang

4.2.6 Tes kelincahan yang dilakukan dengan lari bolak-balik 4x5 meter

menunjukkan nilai baik

4.2.7 Tes kelentukan yang dilakukan dengan duduk berlunjur dan meraih

menunjukkan nilai baik

4.2.8 Tes VO2max dilakukan dengan lari 15 menit menunjukkan nilai sedang

Page 61: kondisi fisik

50

Berdasarkan tes kondisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18

tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang dilakukan secara

keseluruhan sebagian besar menunjukkan kategori sedang yaitu sebanyak 76,93%.

Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain : 1) Program yang dilakukan

3 kali seminggu, 2) Program latihan fisik yang kurang terencana dengan baik, 3)

Usia mereka adalah dalam masa spesialisasi yang akan mulai awal presentasi

karena usia puncak prestasi sendiri dalam pencak silat yaitu antara 18-22 tahun.

latihan yang baik dilakukan 4 sampai 5 kali seminggu dengan harapan

akan terjadi adaptasi fisik terhadap beban latihan sehingga dapat dihindari

terjadinya cedera atau yang lainnya. Kondisi fisik sangat dibutuhkan untuk

mendukung penguasaan keterampilan teknik dan taktik dalam suatu cabang

olahraga khususnya dalam olahraga pencak silat. Dengan kondisi fisik yang baik

1) Ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, 2) Ada

peningkatan dalam komponen kondisi fisik, 3) Ada gerak yang lebih baik pada

waktu latihan, 4) Ada waktu pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh

setelah latihan, 5) Ada respon yang cepat dari organisme tubuh

Dari 8 rangkaian tes kondisi fisik tersebut yang menunjukkan kategori

baik dan baik sekali adalah pada tes kelincahan (lari bolak-balik 4x5 meter).

Bahwa orang yang lincah dan posisi dengan cepat yang mempunyai kemampuan

mengubah arah dan posisi dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak,

tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Dalam

pencak silat hal ini dapat dilihat atau nampak dalam hindaran dan tangkisan

Dengan melihat hasil tes kelincahan atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-

18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang menunjukkan

Page 62: kondisi fisik

51

kategori baik dan baik sekali karena saat observasi peneliti menanyakan kepada

atlet mereka melakukan latihan mandiri karena mereka merasa latihan 3 kali

seminggu masih kurang sehingga dapat berpengaruh secara signifikan terhadap

kelincahan atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi

Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan dirangkaian tes yang lain hanya

menunjukkan nilai rata sedang, seperti contohnya pada tes daya tahan kerja

jantung dan pernafasan atau Vo2max.

Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang

dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya secara

efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Melihat hasil daya

tahan dan pernafasan yang dimiliki atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun

dalam kategori sedang, salah satu penyebabnya adalah frekuensi latihan 3 kali

seminggu belum mampu mengkondisikan Vo2max yang baik. Bahwa program

latihan 3 kali seminggu tidak efektif untuk melatih sistem cardiovaskuler. Sebab

untuk melatih daya tahan cardiovaskuler diperlukan waktu yang lama dengan

intensitas latihan makin lama makin meningkat sehingga dapat mendeti batas

training zone. Daya tahan diperlukan seorang atlet pencak silat pada saat

pertandingan sebab pertandingan pencak silat kategori tanding dilangsungkan 3

babak, setiap babak terdiri dari 2 menit bersih sehingga daya tahan cardiovaskuler

sangat diperlukan saat tanding.

Semakin tinggi VO2max yang dimiliki oleh setiap atlet, maka pelatih akan

terbuka menjalankan tempo permainan sesuai dengan yang diinginkan dan

berkorelasi positif dengan recovery atlet. Sehingga pemain akan cepat pulih saat

menghadapi pertandingan yang ketat dan melelahkan. Contoh latihan untuk

meningkatkan kemampuan VO2max antara lain 1) Fartlek merupakan sistem

Page 63: kondisi fisik

52

latihan yang sangat baik untuk semua cabang terutama untuk olahraga yang

memerlukan daya tahan. 2) Interval training adalah suatu bentuk latihan daya

tahan yang diselingi oleh interval yang berupa masa-masa istirahat. Interval

training sangat dianjurkan sebab hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya

tahan maupun stamina atlet.

Melihat hasil penelitian tersebut hendaknya pola pembinaan latihan fisik

atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten

Banjarnegara perlu ditingkatkan, sebab kondisi fisik mempunyai peranan yang

sangat penting dalam pembinaan prestasi suatu cabang olahraga khususnya

pencak silat komponen-komponen dalam kondisi fisik hendaknya dilakukan

pembinaan latihan fisik sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan sehingga akan

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Page 64: kondisi fisik

53

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan

Bahwa Kondisi fisik atlet Pencak Silat Tapak suci usia 13-18 tahun di Kecamatan

Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 dalam kategori sedang.

5.2 Saran

Dari simpulan penelitian maka saran yang diberikan pada penelitian ini

bahwa Atlet Pencak silat Tapak suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi

Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 secara sadar dan memiliki motivasi untuk

berlatih fisik yaitu 4 kali seminggu dikarenakan latihan 3 kali seminggu kurang

efektif untuk peningkatan kondisi fisik dalam Pencak Silat.

53

Page 65: kondisi fisik

54

DAFTAR PUSTAKA

Garuda Emas. 2000. Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta:

komite Olahraga Nasional Indonesia. Hadi, Sutrisno, 1994. Methodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Harsono. 1986. Ilmu Coaching. Jakarta: KONI Pusat.. Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Johansyah Lubis.2004.Pencak Silat Panduan Praktis.Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada Muhamad Ali. 1993. Strategi dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sarana Panca

Karya. M. Sajoto. 1988. Pembinaan Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Depdikbud. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.

Semarang: Dahara Price. M. Atok Iskandar dkk, 1992. Pencak Silat. Jakarta: Depdikbud Nancy Clark.2001.Petunjuk Gizi Untuk Setiap Cabang Olahraga.Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada. Rusli Lutan, dkk. 2000. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta : Depdikbud Sucipto. 2004. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak

Silat. Jakarta : Diknas. Sugiyanto, Sudjarwo. 1991. Perkembangan Motorik. Jakarta : Depdikbud. .Suharno, HP. 1986. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta. Suharsimi Arikunto,2002.Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta Sadoso,Sumarsono.1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sedioetama Achmad Djaeni.1999. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat Soekarman.1987. Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: PT

Inti Idayu Pres

Page 66: kondisi fisik

55

Page 67: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN LARI 30 METER

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 4.40 B 4 2 Neli Kusmiyati 5.75 S 3 3 Bangun N.Y.P 4.45 B 4 4 Olan Budi Wardana 4.50 B 4 5 Adina Kuswardini 5.60 S 3 6 Aditya Aji S 4.05 BS 5 7 Harisya W 4.48 B 4 8 Asri Yanti 5.52 B 4 9 Lukmanul Hakim 4.60 B 4 10 Heppy Saputra 4.70 B 4 11 Dewi R.C 5.01 B 4 12 Monanisa M 5.49 S 3 13 M Syaifful Rofik 4.58 B 4 14 Sugiyanto 4.50 B 4 15 Heni Wijayanti 5.70 S 3 16 Anisa Pangestina 5.10 B 4 17 Bayu Widiatmoko 4.64 B 4 18 Kusnul Khotimah 5.15 B 4 19 Widi Julianto 4.20 BS 5 20 Agus Prasetyo 4.53 B 4 21 Dwi Prasetiyani 5.20 B 4 22 Agung A.R 4.60 B 4 23 Suswanto 4.71 B 4 24 Ade Firmansyah 4.46 B 4 25 Windi Safitri 5.35 B 4 26 Suyanti 5.48 S 3

Page 68: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN SIT-UP

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 40 B 4 2 Neli Kusmiyati 25 S 3 3 Bangun N.Y.P 55 BS 5 4 Olan Budi Wardana 48 B 4 5 Adina Kuswardini 25 S 3 6 Aditya Aji S 39 B 4 7 Harisya W 54 BS 5 8 Asri Yanti 24 S 3 9 Lukmanul Hakim 53 B 4 10 Heppy Saputra 55 BS 5 11 Dewi R.C 23 S 3 12 Monanisa M 25 S 3 13 M Syaifful Rofik 56 BS 5 14 Sugiyanto 52 B 4 15 Heni Wijayanti 25 S 3 16 Anisa Pangestina 35 B 4 17 Bayu Widiatmoko 55 BS 5 18 Kusnul Khotimah 25 S 3 19 Widi Julianto 54 BS 5 20 Agus Prasetyo 48 B 3 21 Dwi Prasetiyani 22 S 3 22 Agung A.R 56 B 5 23 Suswanto 45 B 4 24 Ade Firmansyah 55 B 5 25 Windi Safitri 21 B 2 26 Suyanti 22 S 3

Page 69: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN PULL-UP&BST

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 4.40 B 4 2 Neli Kusmiyati 5.75 S 3 3 Bangun N.Y.P 4.45 B 4 4 Olan Budi Wardana 4.50 B 4 5 Adina Kuswardini 5.60 S 3 6 Aditya Aji S 4.05 BS 5 7 Harisya W 4.48 B 4 8 Asri Yanti 5.52 B 4 9 Lukmanul Hakim 4.60 B 4 10 Heppy Saputra 4.70 B 4 11 Dewi R.C 5.01 B 4 12 Monanisa M 5.49 S 3 13 M Syaifful Rofik 4.58 B 4 14 Sugiyanto 4.50 B 4 15 Heni Wijayanti 5.70 S 3 16 Anisa Pangestina 5.10 B 4 17 Bayu Widiatmoko 4.64 B 4 18 Kusnul Khotimah 5.15 B 4 19 Widi Julianto 4.20 BS 5 20 Agus Prasetyo 4.53 B 4 21 Dwi Prasetiyani 5.20 B 4 22 Agung A.R 4.60 B 4 23 Suswanto 4.71 B 4 24 Ade Firmansyah 4.46 B 4 25 Windi Safitri 5.35 B 4 26 Suyanti 5.48 S 3

Page 70: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN DUDUK PADA TEMBOK

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 2.51 S 3 2 Neli Kusmiyati 2.18 S 3 3 Bangun N.Y.P 2.17 K 2 4 Olan Budi Wardana 2.56 S 3 5 Adina Kuswardini 2.21 S 3 6 Aditya Aji S 3.21 B 4 7 Harisya W 1.56 K 2 8 Asri Yanti 1.23 K 2 9 Lukmanul Hakim 1.43 K 2 10 Heppy Saputra 2.22 S 3 11 Dewi R.C 1.23 K 2 12 Monanisa M 1.46 K 2 13 M Syaifful Rofik 2.46 S 3 14 Sugiyanto 2.56 S 3 15 Heni Wijayanti 1.37 K 2 16 Anisa Pangestina 3.25 B 4 17 Bayu Widiatmoko 1.36 K 2 18 Kusnul Khotimah 2.04 S 3 19 Widi Julianto 3.43 B 4 20 Agus Prasetyo 2.07 K 2 21 Dwi Prasetiyani 1.19 K 2 22 Agung A.R 3.08 S 3 23 Suswanto 2.18 K 2 24 Ade Firmansyah 1.24 K 2 25 Windi Safitri 1.16 K 2 26 Suyanti 2.18 K 2

Page 71: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN LONCAT DADA

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 45 S 3 2 Neli Kusmiyati 49 S 3 3 Bangun N.Y.P 84 B 4 4 Olan Budi Wardana 72 B 4 5 Adina Kuswardini 44 K 2 6 Aditya Aji S 25 K 2 7 Harisya W 55 S 3 8 Asri Yanti 47 S 3 9 Lukmanul Hakim 46 S 3 10 Heppy Saputra 48 S 3 11 Dewi R.C 52 S 3 12 Monanisa M 49 S 3 13 M Syaifful Rofik 81 B 4 14 Sugiyanto 68 B 4 15 Heni Wijayanti 51 S 3 16 Anisa Pangestina 89 B 4 17 Bayu Widiatmoko 48 S 3 18 Kusnul Khotimah 35 K 2 19 Widi Julianto 52 S 3 20 Agus Prasetyo 28 K 2 21 Dwi Prasetiyani 33 K 2 22 Agung A.R 34 S 3 23 Suswanto 41 S 3 24 Ade Firmansyah 37 S 3 25 Windi Safitri 48 S 3 26 Suyanti 54 S 3

Page 72: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN LARI BOLAK-BALIK 4 X 5 METER

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 13.59 B 4 2 Neli Kusmiyati 14.96 B 4 3 Bangun N.Y.P 14.40 B 4 4 Olan Budi Wardana 14.30 B 4 5 Adina Kuswardini 15.37 B 4 6 Aditya Aji S 13.30 BS 5 7 Harisya W 14.11 B 4 8 Asri Yanti 15.41 S 3 9 Lukmanul Hakim 13.21 B 4 10 Heppy Saputra 13.57 B 4 11 Dewi R.C 14.88 B 4 12 Monanisa M 15.67 B 4 13 M Syaifful Rofik 13.51 BS 5 14 Sugiyanto 12.51 BS 5 15 Heni Wijayanti 16.27 S 3 16 Anisa Pangestina 14.88 B 4 17 Bayu Widiatmoko 12.71 BS 5 18 Kusnul Khotimah 13.50 BS 5 19 Widi Julianto 13.18 BS 5 20 Agus Prasetyo 13.40 BS 5 21 Dwi Prasetiyani 15.71 B 4 22 Agung A.R 13.40 BS 5 23 Suswanto 13.33 BS 5 24 Ade Firmansyah 13.27 BS 5 25 Windi Safitri 14.95 B 4 26 Suyanti 15.65 S 3

Page 73: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN DUDUK BERLUNJUR DAN MERAIH

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 24 B 4 2 Neli Kusmiyati 27 B 4 3 Bangun N.Y.P 25 B 4 4 Olan Budi Wardana 27 B 4 5 Adina Kuswardini 22 S 3 6 Aditya Aji S 26 B 4 7 Harisya W 20 S 3 8 Asri Yanti 27 B 4 9 Lukmanul Hakim 20 S 3 10 Heppy Saputra 25 B 4 11 Dewi R.C 27 B 4 12 Monanisa M 28 B 4 13 M Syaifful Rofik 30 B 4 14 Sugiyanto 28 B 4 15 Heni Wijayanti 26 B 4 16 Anisa Pangestina 28 B 4 17 Bayu Widiatmoko 27 B 4 18 Kusnul Khotimah 26 B 4 19 Widi Julianto 33 BS 5 20 Agus Prasetyo 28 B 4 21 Dwi Prasetiyani 25 S 3 22 Agung A.R 24 B 4 23 Suswanto 31 BS 5 24 Ade Firmansyah 24 B 4 25 Windi Safitri 23 B 4 26 Suyanti 27 B 4

Page 74: kondisi fisik

TABEL HASIL PENILAIAN LARI 15 MENIT TES BALKE / BLEEP TES

No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai

1 Praba Titiswara 46.20 S 3 2 Neli Kusmiyati 41.96 S 3 3 Bangun N.Y.P 42.76 K 2 4 Olan Budi Wardana 41.84 K 2 5 Adina Kuswardini 36.77 K 2 6 Aditya Aji S 39.85 K 2 7 Harisya W 40.18 K 2 8 Asri Yanti 37.41 K 2 9 Lukmanul Hakim 46.40 S 3 10 Heppy Saputra 53.48 B 4 11 Dewi R.C 42.57 S 3 12 Monanisa M 43.56 S 3 13 M Syaifful Rofik 49.64 B 4 14 Sugiyanto 51.03 B 4 15 Heni Wijayanti 43.79 S 3 16 Anisa Pangestina 47.45 B 4 17 Bayu Widiatmoko 48.49 S 3 18 Kusnul Khotimah 43.21 S 3 19 Widi Julianto 52.66 B 4 20 Agus Prasetyo 52.89 B 4 21 Dwi Prasetiyani 38.31 K 2 22 Agung A.R 47.70 S 3 23 Suswanto 52.01 B 4 24 Ade Firmansyah 50.78 B 4 25 Windi Safitri 42.14 S 3 26 Suyanti 42.98 S 3

Page 75: kondisi fisik

DAFTAR PETUGAS PENCATAT DATA

No Nama Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Faizun Ashar

Wahyono

Danang Eko

Anas Saeful

Bagus Wicaksono

Farchamuloh

Hara Kurniawan

Purwono Dwi.N

Dodik Bintoro

Slamet Sugiyanto

Bowo Setiyo

Peneliti

Mencatat Tes lari 15 menit

Mencatat Tes pull-up(putra)

Mencatat Tes duduk berlunjur dan meraih

Dokumentasi

Mencatat Tes loncat dada

Mencatat Tes sit-up

Mencatat Tes lari bolak balik 4x5 m

Mencatat Tes duduk pada tembok

Mencatat Tes lari 30 m

Mencatat Tes bergantung siku tekuk (putri)

Page 76: kondisi fisik

70

Gambar 1 Tes Lari 100 M

Gambar 2 Tes Sit-Up

Page 77: kondisi fisik

71

Gambar 3 Tes Pull-Up (Putra)

Gambar 4 Tes Bergantung Siku Tekuk (Putri)

Page 78: kondisi fisik

72

Gambar 5 Tes Duduk Pada Tembok

Gambar 6

Page 79: kondisi fisik

73

Tes Loncat Dada

Gambar 7 Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 m

Gambar 8 Tes Duduk Berlunjur dan Meraih

Page 80: kondisi fisik

74

Gambar 9 Tes Lari 15 menit