komunitas kirim vira

13
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Peran : Definisi dan Konsep Penting Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relative homogen dibatasi secara normative dan diharapkan daro seorang yang menempati posisi social yang diberikan.Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu didalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Nye, 1976,hlm.7).Posisi atau status didefinisikan sebagai letak seseorang dalam suatu system social.Peran digolongkan dibawah konsep posisi (Merton,1957).Sementara peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu,posisi mengidentifikasi status atau tempat seseoarang dalam suatu system social.Setiap individu menmpati posisi ganda ,orang dewasa,pria,suami,petani,anggota elks,dan sebagainya (Biddle &Thomas,1996:Hardy&Hardy,1998). Terrkait dengan tiap posisi ini merupakan sejumlah peran.Dalam kasus posisi ibu,peran yang terkait termasuk pengurus anak dan pemimpin kesehatan keluarga.Merton menjelaskan : Status social tidak hanya melibatkan peran tunggal,namun juga susunan peran yang terkait.Hal ini merupakan karateristik struktur social dasar.Kenyataan struktur dapat tercatat dengan istilah dan set peran yang berbeda,dengan yang dimaksud bahwa pelengkap hubungan peran yang dimiliki orang merupakan akibat dari status posisi tertentu yang ditempati.jadi,untuk masing-masing posisi sejumlah peran yang ada ,setiap peran terdidi atas kumpulan perilaku terkait yang secara budaya didefinisikan sebagai

Upload: dhita-aulia-sari-junaidi

Post on 29-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ug

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Teori Peran : Definisi dan Konsep Penting Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relative homogen dibatasi secara normative dan diharapkan daro seorang yang menempati posisi social yang diberikan.Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu didalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Nye, 1976,hlm.7).Posisi atau status didefinisikan sebagai letak seseorang dalam suatu system social.Peran digolongkan dibawah konsep posisi (Merton,1957).Sementara peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu,posisi mengidentifikasi status atau tempat seseoarang dalam suatu system social.Setiap individu menmpati posisi ganda ,orang dewasa,pria,suami,petani,anggota elks,dan sebagainya (Biddle &Thomas,1996:Hardy&Hardy,1998).Terrkait dengan tiap posisi ini merupakan sejumlah peran.Dalam kasus posisi ibu,peran yang terkait termasuk pengurus anak dan pemimpin kesehatan keluarga.Merton menjelaskan : Status social tidak hanya melibatkan peran tunggal,namun juga susunan peran yang terkait.Hal ini merupakan karateristik struktur social dasar.Kenyataan struktur dapat tercatat dengan istilah dan set peran yang berbeda,dengan yang dimaksud bahwa pelengkap hubungan peran yang dimiliki orang merupakan akibat dari status posisi tertentu yang ditempati.jadi,untuk masing-masing posisi sejumlah peran yang ada ,setiap peran terdidi atas kumpulan perilaku terkait yang secara budaya didefinisikan sebagai orang yang diharapkan berada pada posisi atau status tersebut.Akan tetapi ,peran mungkin dapat dibagi dengan anggota lain dalam kelompok.Sebagai contoh ,peran pengasuhan anak biasanya merupakan tanggung jawab bersama kedua orang tua pada masyarakat kontemporer.2.1.1Perilaku,Performa,dan Pengukuhan PeranPerilaku,performa,dan pengukuhan peran semuanya adalah istilah yang dapat saling bertukar,yang menunjukkan apa yang benar-benar dilakukan seseorang dalam sebuah posisi sebagai respons terhadap pengharapan respon.Pengharapan dan/atau penetapan rangkaian perilaku yang tepat untuk posisi sosial dasar dan peran yang terkait dengan merka (peran keluarga,peran pekerjaan ,dsb)berkembang dan terbentuk dalam sebuah konteks sosial.Banyak peran yang terkait dengan posisi sosial dasar yang dipelajari dalam konteks keluarga.Pengharapan peran sosial dimodifikasi atau diperhalus sebagai hasil ari pemaparan individu terhadap model peran dan kepribadian individu tersebut,yaitu kapasitas,sikap dan kepentingannnya.Dengan kata lain,seorang individu mengukuhkan peran tertentu berdasarkan pada pengharapan masyarakat tetapi dimodifikasi oleh identifikasinya dengan model peran dan karakterisitik peran individu.Hasil akhir modifikasi peran individu adalah perilaku atau performa peran seseorang sebenarnya.Peran dibatasi secara normatif atau secara budaya,yaitu :budaya tempat seorang berpartisipasi dan/atau dengannya seseorang mengidentifikasi,menetapkan,dan melarang perilaku orang yang menempati berbagai posisi tersebut.Akan tetapi,tidak semua peran keluarga sama normatif(Nye,1976,hlm.15)Jackson(1996) mencatat bahwa beberapa peran keluarga lebihterkristalisasi,lebih jelas diungkapkan dalam hal perilaku yang diharapkan dibandingkan yang lain.Sebagai contoh,dahulu dalam keluarga kulit putih kelas menengah amerika,peran afektif pasangan tidak terkristalisasi ,yaitu :tidak diharapkan pasangan saling mendengarkan masalah yang lain.Akan tetapi ,saat ini pasangan mencari dukungan terapeutik bukan sebagai perilaku pilihan tetapi sebagai sebuah kewajiban, membantu pasangan kita adalah sebuah tugas.Oleh karena itu,peran terapeutik untuk pasangan kulit putih kelas menengah amerika telah terkristalitasi.Seseorang dapat menyimpulkan kekuatan sebuah peran (baik norma yang kuat maupun lemah)di posisi khusus dengan mengkaji sanksi yang diterapkan saat peran tidak dilakukan.Tentu saja,pengasingan atau kritik sosial sebagai sanksi terhadap kurangnya pemenuhan peran,seperti:pada kegagalan ibu menghadiri open house disekolah anak,adalah sanksi yang lebih kecil dibandingkan yang diakibatkan dari kegagalan menjalankan peran pengasuhan secara adekuat (mis:saat terjadi penelentaran anak).Sanksi memberikan bukti bahwa masyarakat atau sebagai masyarakat merasa peran tertentu menjadi cukup penting yang sesuai dengan norma yang akan ditegakkan.2.2.2Pembagian Peran,Pengambilan Peran,Dan Peran Timbal Balik/KomplementerPembagian Peran adalah partisipasi dua orang atau lebih dalam peran yang sama meskipun mereka memegang posisi yang berbeda.Terdapat pembagian peran yang luas pada sebagian besar keluarga saat ini.Pemisahan struktur peran yang jelas sangat jarang terjadi.Contoh pembagian peran normatif dalam keluarga adalah pada kasus peran sosialisai anak saat ibu dan ayah biasanya berpartisipasi bersama,selain guru sekolah,pemimpin pemuda,rohaniwan,dan sebagainya.Contoh lainnya adalah pada keluarga lansia,tempat pasangan pensiunan sering kali berbagi peran pengurus rumah tangga dan berbelanja.Konsep penting lainnya dalam teori peran yaitu pengambilan peran.Agar anggota keluarga mengukuhkan peran,mereka harus mampu membayangkan diri mereka dalam peran seorang pendamping,atau mitra peran,dengan cara ini mereka mampu memberi tugas sebuah peran kepada orang lain dan juga dapat memahami lebih baik bagaimana mereka berprilku dalam peran mereka sendiri ( Turner,1970).Melalui sosialisasi ,anggota keluarga mendapat fungsidan berinteraksi dengan orang lain.Peran tidak pernah dipelajari secara sendiri,tetapi selalu sebagai sepasang atau serangkaian interaksi peran.Karena individu belajar peran berubah ( mitra peran mereka )sementara memainkan peran mereka sendiri,ia mampu memainkan peran mereka sendiri,mampu memainkan peran yang berubah saat orang lain dalam situasi tersebut memainkan peran yang biasa ia mainkan(Turner,1970,hlm.215).Akan tetapi,selama satu periode waktu,konsepsi diri menggabungkan peran tertentu dan menyangkal peran lainnya,sehingga individu tersebut tidak lagi memainkan peran dahulu.Parsons dan rekan ( 1953 )menyatakan konsep prinsip komplementer(pelengkap) yang berkenaan dengan adekuatan fungsional peran dalam situasi sosial yang berdasarkan pada kecocokan antara performa dan harapan pasangan dalam sebuah hubungan.Prinsip komplemen sangat besar maknanya karena terutama bertanggung jawab terhadap derajat keselarasan dan stabilitas yang terjadi dalam hubungan interpersonal(spigel,1957).Kapanpun terdapat perbedaan dalam n ketegangan terjadi.Sebuah peran saling bergantung dan berpasangan dengan jaring peran mitra tersebut.Dengan kata lain,peran selalu berpasangan dengan peran timbal balik orang lain.Seseorang tidak dapat melihat peran secara terpisah.Sebagai contoh.seseorang harus melihat peran guru bersamaan dengan peran murid,karena keduanya diperlukan agar dapat berfungsi.Masyarakat menetukan perilaku masing-masing orang orang dalam pengaturan timbal balik ini sehingga masing-masing akan mengetahui apa yang diharapkan dari mitra peran.Mitra peran secara konstan saling mempengaruhi perilaku peran melalui banyak interaksi mereka dengan satu sama lain.2.2.3Stres / Ketegangan Peran Dan Konflik PeranStres peran terjadi saat suatu struktur sosial ,seperti keluarga,menciptakan tuntutan yang sangat sulit,menimbulkan konflik ,atau tidak mungkin dilakukan oleh penerima posisi dalam struktur sosial tersebut ( Hary &Hardy 1998).Stres peran adalah karakteristik sistem sosial,bukan karakteristik seseorang dalam sistem tersebut.Stres peran menimbulkan ketegangan peran ,perasaan frustasi dan ketegangan subjektif.Ketegangan peran juga diterima dan dirasakan oleh mitra peran yang terkait(Hardy&Hardy).Konflik peran terjadi saat seseorang yang menempati posisi merasa bahwa ia dihadapkan paa harapan yang tidak sesuai(Hardy&Hardy,1998).Sumber ketidaksesuaian tersebut dapat diakibatkan oleh perubahan harapan pada pelaku,yang lainnya atau lingkungan.Beberapa tipe konflik peran dibahas dalam literatur.Konflik antarperan terjadi saat norma atau pola perilaku dari satu peran tidak sesuai dengan peran lain yang dimainkan oleh individu yang sama secara simultan.Konflik antarperan terjadi saat kompleks peran individu yaitu:kumpulan peran yang ia kukuhkan melibatkan beberapa peran yang tidak sesuai(Hardy&Hardy).Jenis konflik semacam ini akibat ketidaksesuaian perilaku terkait dengan berbagai peran atau sejumlah energi yang berlebihan yang dituntut peran ini,seperti melakukan peran menjadi pelajar,pekerja,anak dan pengasuhan anak secara simultan.Tipe konflik peran kedua,konflik peran antarpengirim(LaRocca,1978),terjadi saat kedua orang atau lebih memiliki harapan yang menimbulkan konflik berkenaan dengan pengukuhan sebuah peran.Illustrasi tipe konflik peran kedua ini adalah adanya harapan mengenai bagaimana peran,seperti yang seharusnya seorang perawat profesional lakukan.Sebagai contoh,perawat manajer dapat mengharapakan perawat mendelagasikan tugas tugas keperawatan terpilih dan menerapkan biaya dan efesiensi.Pasien tersebut dapat mengharapkan perawat secara personal memberikan asuhan yang simpatik dan perawat dapat mengharapkan memberikan asuhan yang profesional dan kompeten seperti yang telah ditentukan oleh profesinya.Tipe konflik peran ketiga disebut konflik peran seseorang.Tipe ini melibatkan suatu konflik antara nilai internalisasi seseorang dan nilai eksternal yang dikomunikasikan oleh orang ini kepada orang lain,yang menempatkannya kedalam status tekanan pern.Tipe peran konflik ini setipe dengan tipe kedua,kecuali dalam kasus ini tidak terdapat perbedaan dalam pengharapan peran diantara orang dalam lingkungan luar,tetapi suatu perbedaan peran dalam lingkungandalamseseorang.Seseorang dapat berpikir mengenai konflik peran seseorang yang terjadi dalam keluarga dngan anak remaja muda.Saat remaja tersebut memiliki satu ide internalisasi mengenai perannya sebagai seorang remaja dan teman sebaya menetapkan peran yang sangat berbeda.2.2.4Proporsi Tentang Peran KeluargaKlein dan White (1996)merangkum pertimbangan Burr et al(1979)yang sangat bermanfaat guna memahami peran keluarga: Kualitas pengukuhan peran seseorang lam sebuah hubungan secara positif mempengaruhi kepuasannya dengan hubungan tersebut.(Burr et al.,1979,hlm70).Ini berarti bahwa individu lebih puas saat mereka seperti melakukan pekerjaan yang baik dalam sebuah peran tertentu.Seorang ayah akan lebih puas dalam perannya sebagai ayah jika ia merasa bahwa ia melakukan pekerjaan sebagai seorang ayah dengan baik. Semakin besar kejlasan yang dirasakan terhadap penghargaan peran ,semakin tinggi kualitas pengukuhan peran tersebut(Burr et al.,1979,hlm.74).Sebuah peran didefinisikan sebagai harapan normatif yang melekat pada peran tertentu dalam sebuah struktur sosial,dan semakin jelas harapan ditegaskan maka akan semakin mudah untuk mengukuhkan peran tersebut(Klein&White,1996).Sebagai contoh ,peran ibu ditetapkan oleh norma sosial mengenai apa yang diharapka dalam peran ibu.Ibu diharapkan untuk mengasuh dan melindungi anaklah harapan yang merka miliki mereka,tetapi bagaimana hal ini dicapai dapat berubah sepanjang waktu.Dalam masyarakat saat ini,beberapa ibu diharapkan membawa senjata untuk melindungi anak merka dari orang jahat. Semakin banyak individu merasakan konsensus dalam pengharapan tentang sebuah peran yang mereka sandang,semakin kecil ketegangan peran mereka(Burr et al.,1979,hlm,79).Rossi dan Berk(1985) menyatakan bahwa satu aspek penting dari peran adalah bahwa harapan dimiliki bersama konsensus.Jika anggota keluarga merasa bahwa ia bertindak sesuai harapan peran,kemudian ia akan mengalami ketegangan peran kecil.Disisi lain,jika harapan peran untuk pasangan tidak memiliki bersama oleh anggota keluarga lainnya,ketegangan peran sering berkembang. Semakin besar keragaman peran seseorang,semakin sedikit konsensus yang akan dirasakan dalam harapan mengenai peran tersebut(Burr et al,1979,hlm 80).Anggota keluarga sering kali menjalani peran ganda untuk peran ganda.Jika individu tidak dapat memenuhi harapan peran atau terdapat sedikit konsensus mengenai peran tersebut ketegangan peran akan terjadi. Semakin besar ketegangan peran yang dirasakan yang diakibatkan oleh pelaksanaan peran,semakin sedikit kemudahan membuat transisi kedalam peran dan semakin besar kemudahan dalam membuat transisi keluar dari peran tersbut(Burr et al,1979,hlm.86).Semakin besar ketegangan peran,semakin sulit penyesuaian atau transisi kesuatu peran baru.2.2Peran Formal KeluargaPeran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:peran formal atau terbuka dan peran informal atau tertutup.Sementara peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran keluarga,peran informal bersifat implisit,sering kali tidak nampak pada permukaannya,dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga(Satir,1967)dan/atau memelihara keseimbangan keluarga.Terdapat keterbatasan jumlah posisi yang ditentukan sebagai posisi normatif dalam keluarga inti klasik dengan dua orang tua.Posisi ini disebut sebagai posisi formal dan berpasangan.Dalam extended family(tiga generasi)ada posisi yang lebih berpasangan,dan dalam keluarga orang tua tunggal terdapat lebih sedikit posisi yang berpasangan.Masing masing posisi normatif kelompok keluarga dihubungkan dengan peran yang terkait.Pada keluarga orang tua tunggal ibu sering kali mengemban tanggung jawab peran normatif baik sebagai ibu maupun ayah.Pada keluarga dengan orang tua tiri,suami akan sering memainkan peran suami-ayah,tetapi karena anak anak tersebut bukan anak biologisnya,peran ayah menjadi pura pura ayah (peran tersebut kurang terkristalisasi)Yang terkait dengan masing masing posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen.Keluarga membagi peran kepaa anggota keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya:berdasarkan pada seberapa penting perorma peran terhadap berfungsinya sistem tersebut.Beberapa peran membutuhkan keterampilan atau kemampuan khusus.Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah atau menjadi tidak mampu memenuhi sebuah peran ,orang lain akan memenuhi peran tersebut guna mempertahankan berfungsinya keluarga(Murray&Zenner,1985,1993)2.2.1Peran Dan Hubungan PernikahanNye dan Gecas(1976) mengidentifikasi delapan peran dasar yang menyusun posisi sosial suami-ayah-istri-dan ibu:provider,pengurus rumah tangga,pengasuh anak,rekreasional,peran pertemanan(memelihara hubungan dengan keluarga pihak ayah dan ibu),terapeutik,peran seksual.Dalam skema ini peran persahabatan telah dimasukkan keperan rekreasional dan terapeutik.Banyak orang gagal untuk memisahkan peran orang tua dari peran pernikahan,tetapi dalam kenyataannya dua peran tersebut agak berbeda,dan peran pernikahanseharusnya tidak dikurangi karena keterlibatan berlebihan dalam peran orang tua.Peran pernikahan berfokus pada interaksi suami-istri,sementara peran orang tua berfokus pada interaksi orang tua-anak dan tanggung jawab orang tua.Meskipun terdapat pemisahan ini,performa peran pernikahan tentu akan berpengaruh pada peran orang tua dan sebaliknya.Minuchin(1974) menekankan pentingnya pasangan mempertahankan hubungan pernikahan yang kuat.Anak anak khususnya dapat mempengaruhi hubungan pernikahan,yang menciptakan sebuah koalisi dengan satu dari anak merek,yang mengurangi kedekatan hubungan antara orang tua.Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan diidentifikasi sebagai salah satu tugas perkembangan keluarga yang penting seiring perjalanan selama siklus hidup.Selain untuk mempelajari demonstrasi keragaman pernikahan yang luas,upaya juga telah untuk mengklasifikasi tipe hubungan dua orang.Dijelaskan pertama kali oleh Bateseon (1958),dan kemudian oleh Watzlawick dan rekan (1976),dua tipe dasar hubungan ditemukan dalam hubungan dua orang.Hubungan ini disebut hubungan komplemen dan simetris,dengan hubungan paralel merupakan kombinasi kedua hal tersebut.Unsur positif dalam tipe hubungan adalah bahwa ini memungkinkan seseorang memberi dan orang lain yang menerima.Hubungan simetris berdasarkan pada kesetaraan pasangan.Pasangan menuntut kesetaraan melalui karakter saling bertukar pesan perilaku mereka,dan masing masing pasangan mempunyai hak untuk memulai tindakan,mengritik perilaku yang lain,dan memiliki suara dalam keputusan keluarga.Aspek positif dari tipe hubungan ini adalah bahwa hubungan ini memungkinkan saling menghormati,percaya,dan spontanitas,dengan pengaruh optimal bahwa masing masing pasangan bebas untuk menjaga dirinya sendiri,dengan mengetahui bahwa masing masing akan diterima dan dihormati oleh yang lain.2.2.2Peran Wanita Dan Pria Dalam KeluargaSeiring perpindahan wanita dari rumah ke tempat kerja pada dekade baru baru ini,peran mereka juga telah berubah dan secara berhubungan,peran perilaku pasangan mereka juga berubah.Ketika wanita bekerja ,suami mereka biasanya berbagi peran mengasuh anak dan mengurus rumah tangga (Shaw ,1998).Peningkatan keterlibatan suami yang memiliki istri bekerja khusunya tampak melalui keterlibatan dalam pengasuhan anak (Pleck,1958).Coltrane(1977) mencatat bahwa masih terdapat halangan besar bagi partisipasi penuh ayah dalam tugas keluarga,termasuk tuntutan pekerjaan ,struktur tempat kerja an terbatasnya penerimaan sosial.Terdapat landasan literatur yang lebih luas yang menunjukkan bahwa wanita adalah pemelihara hubungan pertemanan dalam keluarga.Wanita berfungsi sebagai pemelihara pertemanan untuk kedua moral belah pihak keluarga.Kennedy(1989)alam tinjauan literatur mengenai keayahan ,melporkan bahwa peran keayahan digambarkan sebagai pengawas moral,pencari nafkah yang jauh,dan model peran jenis kelamin.Peran pengawas moral sangat dominan pada masa kolonial.Peran utama ayah pengawas moral adalah mengeluarkan kepemimpinan moral dalam keluarga,atau sebaliknya.Pada penelitian awal ,pran ayah diyakini menjadi peran sekunder,atau penyokong peran ibu(Pedersen&Robson ,1969).Meskipun ayah diketahui sebagai penyumbang keluarga dengan cara yang unik,sebagian besar studi awal memperoleh data mengenai peran ayah dari ibu dan anak anak dalam keluarga.2.2.3Peran Kakek/Nenek Dalam KeluargaPeran kakek/nenek telah mendapatkan perhatian,seiring jumlah individu yang menjadi kakek/nenek bertambah banyak setiap tahunnya.Masa menjadi kakek/nenek adalah pengalaman yang heterogen,terdapat banyak variasi mengenai bagaimana peran kakek/nenek dikukuhkan.Para peneliti menemukan bahwa keadaan pribadi dari para nenek terkait dengan peran yang mereka emban dengan anak cucu mereka.Bowers dan Myers (1999)menemukan bahawa pengalaman mengasuh cucu tidak dapat sepenuhnya positif,dan bahkan dapat menimbulkan stres yang bergantung pada derajat keterlibatan dan apakah si cucu menunjukkan masalah perilaku.Keadaan yang sulit terkait dengan pengasuhan cucu dapat secara negatif mempengaruhi keseluruhan kepuasan hidup kakek nenek tersebut.Tidak ada kesepakatan megenai apakah keterlibatan kakek/nenek memiliki pengaruh positif pada perilaku cucu.Ungkapan simbolik dari peran kakek/nenek fungsi pemenuhan peran adalah sama sama berbeda dan bervariasi.Bengston(1985)membagi fungsi simbolik masa menjadi kakek/nenek menjadi (1) sekadar ada disana,(2)bertindak sebagai penjaga nasional atau pengawas keluarga (3) Menjadi pelerai (4) menjadi peserta aktif dalam konstruksi sosial riwayat keluarga.Sebagian besar penelitian pernah meneliti mengenai nenek.Penelitian yang relatif kecil telah memfokuskn pada kakek dan secara nyata tidak ada yang berfokus pada pertumbuhan jumlah akkek buyut(Hanson&Bozett,1987).Salah satu unsur penting dari hubungan cucu-kakek /nenek adalah hubungan antara kakek/nenek dan cucu mereka.2.2.4Perubahan Peran KeluargaPeran anggota keluarga di Amerika Serikat telah makin variabel ,fleksibel dan kompleks.Dimasa lalu ada pekerjaan wanita dan pekerjaan pria,serta ada sedikit pembagian kerja kecuali dibawah kondisi khusus.Harapan an praktiknya sangat beragam.Dalam satu keluarga,kedua anggota keluarga dewasa mungkin diharapkan bekerja dan saling berbagi semua urusan dan tanggung jawab keluarga.Karena batasan normatif peran keluarga sangat luas,suatu rentang perilaku yang luas diterima jika sesuai dan tergantung pada situasi.Status dan peran individu yang terkait dengan keluarga berubah dalam banyak cara selama siklus hidup seseorang.Perubahan dalam hubungan ,harapan,dan kemampuan peran disebut sebagai transisi peran (Meleis,1975).Transisi peran terjadi pada demarkasi kehidupan keluarga yang jelas seperti pernikahan,perceraian,dan kematian satu orang tua atau pasangan ,serta perilaku yang lebih samar seperti respons terus menerus terhadap pengalaman hidup.Perubahan peran yang dialami oleh satu anggota keluarga memerlukan perubahan peran komplemen oleh anggota keluarga lain.Peruabahan peran yang diperlukan karena memiliki bayi baru menggambarkan kesulitan dalam membuat transisi peran.Ventura (1987),dalam sebuah studi kualitatif pada pasangan kelas menengah,menemukan bahwa 35% ibu baru dan 65% ayah melaporkan merasa tertekan karena banyaknya tuntutan peran.Pada bulan ketiga paspartum ,ibu menjelaskan kesulitan mempertahankan peran menjadi orang tua dengan jadwal dan pekerjaan rumah serta memiliki waktu yang sangat sedikit untuk diri mereka sendiri.Ayah juga mengalami stres,tetapi ini terkait dengan karier dan tanggung jawab pekerjaan.